| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PENELITIAN NOVEL INDONESIA DAN PENERAPAN HASILNYA UNTUK MENYUSUN BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI NOVEL DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL DI SMP KABUPATEN CIREBON
Kartiwan Kepala Sekolah SMPN 2 Greged
Abstrak Novel adalah salah satu prosa fiksi yang dijadikan sebagai bahan ajar untuk berapresiasi sastra dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Namun, tidak mudah menentukan novel yang dapat dijadikan bahan ajar. Novel harus memenuhi kriteria bahan ajar sastra yang baik. Salah satu kriterianya adalah novel memuat nilai pedagogis. Novel yang analisis ada lima novel yaitu Siti Nurbaya, Layar Terkembang, Aki, Jalan Bandungan, dan novel Ranah 3 Warna. Dari kelima novel yang analisis, novel manakah yang tepat dijadikan bahan ajar di SMP. Berdasarkan observasi awal penulis, novel Ranah Tiga Warna karya A. Fuadi adalah salah satu novel yang mengangkat nilai pedagogis yang berupa nilai pendidikan karakter. Oleh karena itu, penulis memprediksikan bahwa novel ini dapat dijadikan bahan ajar sastra yang berbasis pendidikan karakter. Permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini mencakup (1) bagaimanakah kesesuaian antara novel Ranah Tiga Warna sebagai bahan ajar sastra dengan kriteria bahan ajar sastra yang baik dan (2) apakah novel Ranah Tiga Warna dapat dijadikan bahan ajar sastra yang berbasis pendidikan karakter Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan kesesuaian novel Ranah Tiga Warna sebagai bahan ajar sastra dengan kriteria bahan ajar sastra yang baik dan (2) mendeskripsikan apakah novel Ranah Tiga Warna dapat dijadikan bahan ajar sastra yang berbasis pendidikan karakter. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun data dalam penelitian ini berupa kata, kalimat, dan paragraf dan dialog dalam teks yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter, sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah novel Ranah Tiga Warna karya A. Fuadi yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka tahun 2011. Kata Kunci: Novel, Pendekatan Struktural, Bahan Ajar
88
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA | A. PENDAHULUAN Karya sastra merupakan sebuah karya yang pada hakikatnya dibuat dengan mengedepankan aspek keindahan di samping keefektifan penyampaian pesan. Aspek keindahan tersebut sengaja dibentuk oleh pengarang dengan memanfaatkan potensi bahasa yang digali dari kekayaan bahasa setempat. Aspek keindahan itu juga yang digunakan oleh pengarang agar dapat memberikan daya tarik kepada suatu karya sastra sehingga mampu memikat pembacanya. Setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari bahasa. Bahasa juga dipergunakan untuk menanggapi apa yang terjadi di alam sekitar atau peristiwa yang terjadi. Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Untuk berkomunikasi dengan sesama anggota masyarakat, kehadiran bahasa yang komunikatif akan menunjang tujuan yang hendak dicapai secara cepat. Bahasa yang komunikatif adalah bahasa yang dapat dipakai untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada masyarakat pemakainya. Tanpa bahasa, komunikasi atau hubungan antar manusia tidak dapat berlangsung dengan baik. Komunikasi dapat tercapai apabila pemakai bahasa mampu menggunakan kalimat-kalimat yang baik dan benar. 1. Pendekatan.Struktural Struktur berasal dari kata structura (bahasa latin) yang berarti bentuk atau bangunan. Srtukturalisme berarti paham mengenai unsurunsur yaitu srtuktur itu sendiri dengan mekanisme antar hubungannya, hubungan unsur yang
satu dengan yang lainnya, dan hubungan antar unsur dengan totalitasnya. Strukturalisme sering digunakan oleh peneliti untuk menganalisis seluruh karya sastra, dimana kita harus memperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Stuktur yang membangun sebuah karya sastra sebagai unsur estetika dalam dunia karya sastra antara lain: alur, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, tema dan amanat (Ratna, 2004: 19-94). Pradopo dkk (dalam Jabrohim & Wulandari, 2001: 54) menjelaskan bahwa suatu konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa didalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu stuktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsurunsur pembangunannya yang saling berjalin. Stanton (1965: 12) mengemukakan bahwa unsur-unsur pengembangan itu terdiri atas tema, fakta cerita, dan sarana cerita. Tema adalah makna sebuah cerita yang khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Fakta cerita yang terdiri atas alur, tokoh, dan latar, sedangkan sarana sastra biasanya terdiri sudut pandang, sudut pandang gaya bahasa dan suasana, simbol-simbol, imajinasi, dan cara-cara pemilihan judul di dalam karya sastra. Sarana sastra adalah memadukan fakta sastra dengan tema sehingga makna karya sastra itu dapat dipahami dengan jelas. Dalam pendekatan struktural, karya sastra baik fiksi maupun puisi adalah sebuah totalitas yang dibangun secara kohernsif oleh berbagai unsur pembentuknya (Abrams dalam Pradopo, 1995, 78). Analisis stuktur dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi,
89
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA mengkaji, mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik, fisik yang bersangkutan (Nurgiantoro, 2000 : 37). 2. Pembelajaran Apresiasi Novel dalam Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum SMP disusun untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah sekitar. Berdasarkan kondisi di atas, maka pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam khususnya Kurikulum SMP , mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Permendikbud no.32 tahun 2013 tentang perubahan PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang hanya terdiri Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, dan Standar Penilaian dengan Pendekatan Scientific
90
dan Penilaian Autentik merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan Kurikulum SMP juga mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003, PP 19/2005, Permendiknas No. 22, 23 dan 24 tahun 2006 dan Permendikbud No. 32 Tahun 2013 No.54 Tentang SKL,65 Tentang Standar Proses,66 Tentang Standar Penilaian,dan 68 Tentang Struktur Kurikulum SMP/MTs, No. 71 Tentang Buku Pegangan. Dengan diberlakukannya UndangUndang No. 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai tanda adanya sistem baru dalam penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Kurikulum dissesuaikan dengan kebutuhan sekolah, kebutuhan murid dan situasi sekolah daerah dimana sekolah berada yaitu dengan adanya kurikulum muatan lokal. Sekolah diberi kewenangan dalam merancang dan mementukan materi pembelajaran.
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA | Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP) dibuat oleh sekolah melibatkan kepala sekolah, guru, komite sekolah, orang tua siswa dan semua steckholder yang terlibat didalamnya mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kelulusan (SKL). Kerangka Standar Kompetensi tersebut terdapat empat komponen pokok, yaitu 1. Standar Kompetensi 2. Kompetensi Dasar 3. Indikator dan, 4. Materi pokok. (Depdiknas, 2006:5). Pada kurikulum KTSP pada tingkat SMP, materi apresiasi novel disampaikan pada kelas VIII dan kelas IX. Pada kelas VIII pada aspek membaca dengan standar kompetensi memahami teks drama dan novel remaja. Kompetensi dasarnya 7.2 membuat sinopsis novel remaja. Dan pada aspek mendengarkan dengan standar kompetensi memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan. Kompetensi dasarnya 13.1. Mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan; 13.3 Mendeskripsikan alur novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan. Selain itu terdapat juga pada kompetensi dasar 15.1 Menjelaskan alur cerita, pelaku, dan latar novel remaja (asli atau terjemahan). Pada kelas IX materi novel terdapat pada aspek mendengarkan dengan standar kompetensi memahami wacana sastra melalui kegiatan mendengarkan pembacaan kutipan/sinopsis novel. Kompetensi dasarnya 13.1 Menerangkan sifat-sifat tokoh dari kutipan novel yang dibacakan. Terdapat pula pada aspek mendengarkan dengan standar kompetensi memahami novel dari berbagai angkatan.
Kompetensi dasarnya 15.1 Mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam buku novel angkatan 20-30-an dan 15.2 Membandingkan karakteristik novel angkatan 20-30-an. B. Pembahasan 1. Tema Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakanya. (Aminuddin, 2002:91) Tema Ranah 3 Warna adalah tentang perjuangan seorang lulusan pesantren untuk menggapai mimpinya. Hal tersebut banyak terlihat dari bagaimana penulis menceritakan sosok Alif yang gigih berjuang untuk mencapai mimpi-mimpinya. Mulai dari perjuangannya untuk bisa lulus ujian persamaan SMA, lulus UMPTN dan masuk HI UNPAD sesuai yang diinginkannya, hingga keinginannya untuk bisa mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika. Alif yang hanya seorang lulusan pesantren telah berhasil berjuang gigih melawan rasa pesimis yang banyak diberikan oleh rekan-rekan sekitarnya. Demi memperjuangkan mimpinya, Alif mampu melewati berbagai rintangan di tiga ranah yang berbeda, di tempat, yaitu Bandung, Amman, dan Saint Raymond. Hal ini sesuai dengan judul novel ini Ranah 3 Warna.
91
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2.
Tokoh/Perwatakan Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Tokoh dan penokohan sebenarnya tidak memiliki pengertian yang sama. Menurut Aminuddin (2002:79), pelaku yang melakoni peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku disebut penokohan. Tokoh cerita (character) menurut Abram (Nurgiyantoro, 2009:165) adalah orang yang ditampilkan dalam karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakannya. Penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita; baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa: pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadat, dan sebagainya. 3. Latar/Setting Unsur intrinsik lainnya yang penting dalam karya sastra adalah latar atau setting karena setiap gerak tokoh-tokoh cerita yang menimbulkan peristiwaperistiwa di dalam cerita berlangsung dalam suatu tempat, ruang, dan waktu. Latar adalah situasi tempat, ruang ,dan waktu terjadinya cerita. 4. Alur Alur yang terdapat pada novel Ranah 3 Warna adalah Alur : Maju, karena menceritakan dari awal hingga akhir. - Tahap perkenalan : cerita ini diawali dengan perckapan antara Randai dengan Alif yang baru saja lulus dari
92
pondok madani. Randai ragu bahwa Alif bisa masuk kuliah diteknik penerbangan ITB, ia menyarankan Alif untuk mengambil D3 ditempat lain. - Tahap konflik : Alif marah karena perkataan randai yang meragukannya untuk lulus diteknik penerbangan ITB, akan tetapi Alif sadar bahwa perkataan Randai itu benar. - Tahap klimaks : Alif dan Raisa berhasil dalam seleksi pertukaran pelajar tersebut. Alif, Raisa beserta peserta yang lulus lainnya berangkat ke Quebec, Kanada. Disana mereka berkompetensi untuk memperebutkan medali dengan prestasi dan diakui oleh komunitas masyarakat. - Tahap anti klimaks: Alif berhasil mendapatkan medali emas atas prestasinya dalam mewawancarai Mounsieur Daniel Javier, salah satu tokoh utama referendum Quebec. - Tahap penyelesaian masalah : Setelah pulang ke Indonesia Alif melanjutkan kuliahnya hingga lulus di universitas jurusan hubungan nasional. Setelah diwisuda Alif mendengar kabar bahwa Raisa dan Randai telah bertunangan, walaupun kecewa Alif mengamalkan pepatah arab yaitu man shabara zhafira. 5. Sudut Pandang Pengarang Menurut Harry Show (1972 : 293), sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu : a. Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan katakatanya sendiri. b. Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA | banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga. c. Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh. . Sudut pandang yang digunakan oleh penulis dalam cerita Ranah 3 Warna menggunakan sudut pandang orang pertama. “..Aku duduk di bagian batu yang landai sambil menjuntaikan kaki.” “Aku coba berlaku ikhlas dengan membisikkan innalillah wainna ilahi rajiun” (Fuadi, 2011). 6. Amanat Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui novelnya. Amanat yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna adalah Janganlah mudah menyerah, harus bersungguh-sungguh untuk mencapai yang kita inginkan. Terus bersabar dalam melalui segala rintangan/hambatan, maka Allah akan memberikan kita jalan. Kuncinya : Man Jadda Wajada,Siapa yang sungguhsungguh akan sukses, Man Shabara Zhafira. Siapa yang sabar akan beruntung. 7. Nilai Religius Manusia berencana, tetapi Tuhanlah yang menentukan. Hidup adalah soal penyerahan diri. Apabila kita telah berusaha dengan segenap daya dan upaya, maka berserah dirilah dengan tetap mengharap ridha Allah. Bukti “Telah pula aku sempurnakan kerja keras dengan doa. Sekarang tinggal aku serahkan kepada
putusan Tuhan. Aku coba ikhlaskan semuanya. “ “Kalau aku sudah bingung dan terlalu capek menghadapi segala tekanan hidup, aku praktikkan nasihat Kiai Rais, yaitu siapa saja yang mewakilkan urusannya kepada Tuhan, maka Dia akan „mencukupkan‟ semua kebutuhan kita.” 8. Nilai Moral Sebagai sesama makhluk ciptaan Allah, kita tidak boleh merendahkan dan meremehkan kemampuan orang lain. Setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan. Bukti “Randai hanya melirikku sambil tersenyum timpang seperti tidak yakin. Bola matanya berputar malas. Lagaknya selalu kurang ajar.” 9. Nilai Sosial Sebagai makhluk sosial kita harus saling tolong-menolong dalam setiap keadaan. “Untunglah Zulman, temanku yang resik menjaga catatannya, dan Elva, yang punya semua buku SMA, bersedia meminjamiku. 10. Nilai Budaya Nilai ini mengandung kebiasaan yang pernah atau sering dilakukan tokoh bersama tokoh yang lain. Bukti “Sejak kecil, kami konco palangkin. Kawan sangat akrab. Pada bulan puasa, kami bahu-membahu menebang betung untuk membikin meriam bambu. Tapi malamnya kami saling berlomba membuat meriam yang meletus paling keras. 11. Nilai Pendidikan Dalam hidup ini, manusia harus memiliki mimpi dan kemauan yang keras untuk meraih mimpinya. Niat adalah awal yang baik dalam memulai mimpi.
93
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
94
Bukti “Pagi itu, dengan mengepalkan tinjuku, aku bulatkan tekad, aku bulatkan doa: aku akan lulus ujian persamaan SMA dan berperang menaklukkan UMPTN. Aku ingin membuktikan kalau niat kuat telah dihunus, halangan apa pun akan aku tebas.” 12. Nilai Estetika Nilai yang berkaitan dengan unsur cita dan keindahan yang nampak dalam kehidupan tokoh sehari-hari. Langit bersih terang, Bukit Barisan menghijau segar, air Danau Maninjau yang biru pekat, dan angin danau yang lembut mengelus ubun-ubun.
yang paling penting adalah mengawinkan usaha dengan kesabaran. Sebab, boleh jadi hasil kerja keras kita tidak nampak di awal tetapi di akhir. Jika di tengah jalan kita memtuskan menyerah, maka rugi besarlah kita. Novel Ranah 3 Warna isinya lengkap yaitu mengandung nilai karakter, social, pendidikan, religiu, dan sosial.Makanya Novel Ranah 3 Warna tepat/cocok dijadikan bahan pembelajaran di tingkat satuan pendidikan SMP.
C. PENUTUP Novel Ranah 3 Warna mengajarkan sebuah perjuangan hidup disertai dengan kesabaran seorang laki-laki bernama Alif Fikri yang baru lulus dari Pondok Madani (Gontor) dia berjuang keras mengikuti ujian persamaan agar dapat ijazah SMA.. Dia bertekad ingin masuk kuliah ke ITB jurusan Penerbangan seperti B.J. Habibie. Namun, kenyataan berkata lain, ia diterima di UNPAD jurusan Hubungan Internasional. Ia juga bekerja sampingan sebagai seorang penulis kecil-kecilan untuk mencukupi kebutuhannya selama di Bandung. Kemudian ia mengikuti sebuah program ke Luar Negeri, akhirnya ia dapat menginjakkan kakinya disuatu daerah di Quebeq Kanada seperti mimpinya dulu di bawah Menara Pondok Madani (Gontor). Novel Ranah 3 Warna ini sangat cocok dibaca mereka yang takut bercitacita. Dan kalaupun ada cita-cita, kita selalu mencemaskannya. Kisah Alif yang dikemas apik dalam novel ini memberikan kita paradigma kuat bahwa cita-cita harus selalu dikejar bagaimanapun caranya. Dan
Aminudin. 1977. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
PUSTAKA RUJUKAN A, Syuropati Muhamad. 2011. 5 Teori Sastra Kontemporer & 13 Tokohnya. Bantul: Azna Booxs.
Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Atmazaki. 1993. Analisis Sajak: Teori, Metodelogi, dan Aplikasi. Bandung. Atar, Semi M. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung. Angkasa Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Surabaya: Usaha Nasional. B, Rahmanto. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius Blake. 1990. An Instroduction to The Language of Literature. Singapore: Mencarilla Education Ltd. Chaer, A. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
Cuddon, J.A. 1979. A Dictionary of Literary Terms. Great Britain: W & J Mackay Limited, Chatham. Depdiknas. 2006. Model Silabus dan RPP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta. Depdiknas. Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Kutha, Nyoman Ratna. 2012. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kosasi,E. 2012. Dasar-Dasar Ketrampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya Nurgiyantoro, Burhan.2010. Sastra Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Teew, A. 1984. Sastera dan Ilmu Sastera. Pustaka Jaya
NH, Dini.2000. Jalan Bandungan.Jakarta. Jambatan
Santoso, Puji. 1990. Ancangan Semiotik dan Pengkajian Susastra. Bandung: Angkasa
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Pilang, Yasraf Amir. 2012. Semiotika dan Hepersemiotika. Bandung: Matahari
Djoko, Pradopo Rahmat. 2011. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV.Diponegoro.
Effendi, S. 2002. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta: Pustakan Jaya. Engkoswara. 1984. Didaktik dan Metodik Umum PGSMT Tertulis. Jakarta: Departemen P & K, Dirjen Dikdasmen. Fraenkel, Jack R. dan Norman E. Wallen. 1993. How to Design and Evaluate Researh in Education. McGrawHill Inc. Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia, Respond an Analisis. Jakarta: Depdikbud,Dirjen Dikti, PPLTK. Idrus. 2001. Aki. Jakarta: Balai Pustaka
Rusli, Marah. 1994. Siti Nurbaya. Balai Pustaka Sumarjo, Yakob, Saini K.M. 1988. Apresiasi Kesusustraan. Jakarta: Gramedia Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Takdir
Alisyahbana, ST.2001. Layar Terkembang. Jakarta: Balai Pustaka Musthafa, Bachrudin. 2008. Dari Literasi Dini ke Literasi Teknologi. Jakarta: Cahaya Insan Sejahtera. Wellek, Rene, Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
95