DAERAH,
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Daerah Penelitian Walaupun ikan lemuru juga tertangkap di luar perairan Sehat Bali, tetapi penelitian ini hanya dibatasi di dalam perairan
Selat Bali
saja sebagai tempat konsentrasi utama
ikan-ikan lemuru. Perairan Selat Bali terletak di antara PuLau Jawa di sebelah barat dan Pulau Bali di sebelah timur. Di sebelah utara dibatasi oleh Laut ~ a l idan di sebelah Perairan ini berbentuk corong
selatan oleh Samudra India. dengan lebar bagian
bagian di sebelah utara
selatan kira-kira
55 km
kira-kira
dan
2,5 km dan
dengan luas perairan
kira-kira 2.500 km2 (~itterbush,1975). Di bagian utara selat, paparan Jawa dan ~ a l ibersatu membentuk suatu paparan yang luas dengan kedalaman kira-kira 50 m (Gambar Lampiran 1).
Di tengah-tengah selat agak ke
utara terdapat sebuah gosong yang disebut Gosong Princess van
Orange
dengan
kedalaman kira-kira 10 m, sedangkan di
sekitar
gosong kedalamannya berkisar
Nakin ke
arah selatan selat dalamnya mencapai lebih dari
1.300
m.
Paparan
Bali
lebih
luas
antara
dari
250-500 m.
pada
paparan
Jawa yang lebarnya masing-masing berkisar antara 3,5-15 km dan 0,5-1,8 km (Ritterbush, 1975). yang
menghadap
cenderung untuk Endia
ke selatan,
maka
Bentuknya seperti corong perairan
Selat Bali
dipengaruhi oleh massa air dari ~amudra
dibandingkan
oleh
massa
(Burhanuddin dan Praseno, 1982).
air
dari
Laut Flores
Menurut Wyrtki (1961), perairan Selat Bali dipengaruhi oleh angin muson tenggaraitimur dan barat lautlbarat, yang dimulai masing-masing pada bulan April sampai September dan Oktober sampai Maret.
Menurut ~oerjaatmadjadalam Burhanud-
din dan Praseno, 1982), pada musim barat terjadi Arus Pantai Jawa selebar kira-kira 90 mil yang bergerak ke arah timur, dan mencapai kedalaman sampai 250 m. arus yang kuat, ini
ditandai
32,5°/00)
Arus ini merupakan
sebagian memasuki Selat Bali. Massa oleh
salinitas
yang
air
rendah (sekitar
dan suhu yang tinggi (sekitar 30° C.
Pada musim
timur terjadi proses penaikan air di sepanjang pantai selatan Jawa-Sumbawa (Wyrtki, 1962 dalam Burhanuddin dan Praseno,
1982).
Selatan
Pada
saat
yang
sama,
arus
Katulistiwa
meluas ke arah utara dan mendesak arus pantai
selatan Jawa.
Keadaan ini menyebabkan terjadinya penaikan
air di perairan Selat Bali, sehingga air permukaan bersalinitas tinggi (34°/00),
dan suhu
yang rendah
(sekitar
26,5O C.) Bahan Penelitian Pemilihan Tempat Pendaratan Di perairan
Selat
~ a l i ada tiga Tempat Pendaratan
Ikan (TPI) utama, yaitu Muncar di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Pengambengan dan Kedonganan masing-masing di Kabupaten Jembran dan Badung, Bali. Ikan lemuru yang didaratkan rata-rata per tahun di setiap TPI tersebut dalam periode 1981 s/d 1988 disajikan pada Gambar 6.
~ilihatdari jumlah
unit pukat cincin yang memperoleh kapan (SIUP) , Muncar adalah
Surat Izin Usaha Penang-
merupakan TPI yang terbesar,
tetapi kalau dilihat dari volume ikan kan,
maka
TPI
lemuru yang
Pengambenganlah yang terbesar
didarat-
.
Ton lo31
TPI
Gambar 6.
Volume Pendaratan Rata-rata per Tahun (ton) Ikan Lemuru di Muncar (I), Pengambengan (2), dan ~ e d o n ~ a n a(3)(1981-1988). n Sumber: Dinas Perikanan Dati I Bali dan Kantor Perikanan Resort Muncar.
Perbedaan besarnya rata-rata pendaratan antara Muncar dan Pengambengan adalah karena banyak kapal-kapal dari Muncar yang mendaratkan ikannya di Pengambengan (kira-kira 20%) dan juga ketelitian di dalam mencatat data pendaratan, dimana diperkirakan di Muncar lfsusutlfnyalebih banyak dari pada di Pengambengan. Unit-unit pukat cincin dari Muncar banyak yang beroperasi sampai ke paparan Bali, sedangkan yang dari Bali (Pengambengan dan Kedonganan) tidak ada yang beroperasi ke paparan Jawa. bagi.an selatan
Kapal pukat cincin Muncar yang beroperasi di Selat Bali (Jimbaran atau
Tanjung
Bukit)
apabila hasil tangkapannya kurang ikannya di TPI Kedonganan. mereka akan kembali ke
dari 5
ton akan
eta pi kalau hasilnya
Muncar, walaupun memerlukan
dijual banyak waktu
chkup lama dalam perjalanan (sampai 6 jam) dengan resiko ikannya sudah tidak segar lagi setelah sampai di Muncar. Ini disebabkan karena harga dibandingkan dengan juga perahu-perahu
ikan di Muncar jauh
di Kedonganan. Muncar yang
~i samping
menjual
lebih tinggi itu banyak
ikan hasil tang-
kapannya ke Pengambengan, karena harga ikan masih lebih tinggi di Pengambengan dibandingkan dengan di Kedonganan. Nelayan-nelayan
dari
Pengambengan
beroperasi
di
seluruh
perairan paparan Bali, terutama perairan paparan Bali bagian utara.
Yang
paling terbatas daerah
nelayan-nelayan
dari
Kedonganan,
operasinya
yang
biasanya
adalah hanya
beroparasi di paparan Bali bagian selatan dan tengah saja. Muncar dipilih sebagai salah satu tempat pengambilan contoh ikan-ikan lemuru yang tertangkap terutama di perairan paparan Jawa dan sering juga ikan-ikan lemuru yang tertangkap di paparan Bali, sedangkan Pengambengan dan Kedonganan juga dipilih sebagai tempat pengambilan contoh untuk ikanikan lemuru yang tertangkap di perairan paparan Bali (bagian utara, tengah dan selatan) . Penqambilan Contoh Kapal dan Hasil Tanqkapan Data
mengenai
ukuran-ukuran
kapal
maupun
jaring
pukat cincin yang beroperasi di perairan Selat Bali tidak menunjukkan
adanya perbedaan yang besar antara kapal, maka
mereka semuanya dianggap sama (homogen).
Kapal-kapal yang
beroperasi tidak ada yang mempergunakan alat-alat bantu seperti sonar, ''fishfinderW dan radar.
etap pi ada beberapa
kapal di Muncar yang mempergunakan Handy Talky (HT) buatan Jepang
untuk
berkomunikasi antara juragan laut dengan
juragan darat (pemilik kapal).
Juragan-juragan laut akan
melaporkan banyaknya hasil tangkapannya, jenis- jenisnya, kesegarannya dan sebagainya kepada pemilik kapal, yang kemudian akan mencarikan pembelinya.
Dalam pengambilan
secara acak kapal-kapal sebagai contoh tidaklah dibedakan apakah kapal-kapal tersebut menangkap ikan dengan tidak
.
memakai lampu (gadangan) atau memakai lampu (ngoncor)
Pengambilan kapal sebagai contoh dilakukan setiap hari, kecuali tidak ada kegiatan penangkapan, seperti bulan purnama, hari raya dan libur nasional.
Jumlah kapal yang diambil
sebagai contoh berkisar antara 1-4 kapal setiap hari tetapi pada umumnya 1-2 kapal.
Masing-masing kapal diambil contoh
ikan lemurunya sebanyak 25-100 ekor lebih dan 100-300 ekor untuk ikan-ikan sempenit dan protolan. dicatat data sebagai berikut :
-
Nama kapal Tanggal Operasi Daerah operasi Hasil tangkapan total Berat contoh Jumlah Tawur (setting)
Setiap kapal contoh
Metode Penelitian Pensukuran Panianq dan Berat Ikan ~ a n j a n gtotal ikan lemuru untuk keperluan distribusi frekuensi panjang diukur dengan mempergunakan kertas pengukur yang bergaris-garis dengan jarak antar garis 0,5 cm. Ikan-ikan yang diukur adalah ikan-ikan lemuru yang tertangkap dengan pukat cincin, jala tebar, payang oras, bagan tancap
dan
apung
dan
pukat
cincin
dianalisis adalah dari pukat cincin
mini. Data yang
saja,
karena data
yang diambil dari alat-alat lainnya sangat sedikit dan data ini hanya dipergunakan sebagai penunjang saja. Kemudian sebagian dari ikan-ikan yang telah diukur tersebut diambil sebagai sub-contoh, yang dalam keadaan segar kemudian diukur :
-
beratnya dengan mempergunakan timbangan surat dengan ketelitian 1,O gram.
-
panjangnya diukur dengan mempergunakan papan pengukur dengan ketelitian 1 mm.
Pengukuran berat dan panjang dilakukan satu kali dalam satu minggu yaitu masing-masing dua hari pada tiap-tiap TPI, kecuali ada hal-ha1 penting sehingga tidak mungkin dilakukan pengambilan contoh.
Pengambilan contoh di TPI Kedonganan
hanya dilakukan pada bulan-bulan Agustus-November 1989 dan April-Juli 1990, karena pada bulan-bulan Desember 1989 sampai dengan bulan Maret 1990 tidak ada kegiatan penangkapan,
karena cuaca yang tidak memungkinkan.
Banyaknya
ikan-
ikan yang diukur panjang dan beratnya berkisar antara 40-50 ekor setiap minggu. Penaamatan Tinqkat Kematansan Gonad Pengamatan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan lemuru di perairan Selat Bali didasarkan kepada klasifikasi TKG yang dikemukakan oleh Raja (1966) untuk ikan S. longiceps di India.
Adapun klasifikasi tingkat kematangan gonad tersebut
adalah sebagai berikut : 1.
Tingkat I (Dara, ttImmaturew): Jantan :
testes sangat
kecil sekali, pada tingkat-
tingkat awal seperti benang yang bening. Kemudian gelap, putih kemerah-merahan, struktur seperti daun dengan vas deferens
yang
sangat panjang. Betina :
ovari lembek, silindris, berwarna merah telur (pink) atau warna daging (flesh) kadang-kadang ungu.
Permukaan lembut, tidak ada terlihat
saluran-saluran darah.
Ovari kelihatan seper-
ti batang yang ditempelkan, pendek dan montok. Seluruh ovari dan saluran menempati kira-kira sedikit 2.
lebih
dari
Tngkat 11-a (Dara Berkembang,
50%
rongga
"Developing Virgint1):
Jantan : testes lebih tebal dan memanjang. merah teluki atau
putih.
hampir
panjang.
selalu
badan.
lebih
Warna gelap, Sebelah kiri
~ e t i n a:
silindris, lembek, bening atau berwarna daging. Asimetris belum jelas.
Oviduk tipis
seperti benang. 3.
Tingkat II-b (Istirahat-salin, "spent-resting1@): Jantan : testes kemerah-merahan atau putih kecoklatcoklatan. Mengecil dan mengkerut, tidak berisi sel benih secara kompak.
Testes kiri lebih
panjang. Betina : ovari merah gelap atau merah keabu-abuan atau berwarna daging gelap, penampilannya jatuh dan memipih. Permukaan luar mengkerut atau berlipat.
Ada gumpalan sel-sel darah seperti massa
keabu-abuan di antara oocyte. 4.
Tingkat I11 (Pemasakan, IfMaturingl1): Jantan :
testes menebal, berwarna putih.
Vas deferens
penuh dengan spermatogonia, tereduksi dan berukuran kurang dari 15 mm. Betina :
ovari membengkak, gelap dan kuning, dengan penampilan granular.
Perkembangan pembuluh
darah jelas, oviduk sangat tereduksi. 5.
Tingkat IV (Pemasakan, ltMaturingW): Jantan :
testes sangat pejal (massive) dan berwarna putih krem.
Organ memanjang sampai 85-90%
panjang rongga badan. Betina :
ovari kompak, vascular dengan pembuluh-pembuluh darah yang jelas tampak pada tunika dan warnanya kuning terang.
Organ-organ meluas
hampir keseluruh rongga badan (80-90%). 6.
Tingkat V (Bunting, "Maturett): Jantan :
testes gelap berwarna putih, lembek, mengisi seluruh rongga badan, sering ujungnya melipat. Dengan sedikit tekanan dari dalam (internal) pada ujung posterior.keluar cairan sperma.
Betina :
ovari berwarna kuning orange, penuh dengan pembuluh-pembuluh darah yang bercabang-cabang pada permukaan.
Tunika sangat kurus, dengan
sedikit tekanan akan pecah.
~ e r i n gmelebihi
rongga badan sehingga ujung anteriornya melipat ke bawah. 7. Tingkat VI (Mijah, "Runningtt): Jantan :
testes sangat lebar, warna putih, mengisi seluruh rongga badan dan mendesak intestin. Dengan sedikit tekanan secara eksternal pada perut, atau waktu sedang ditangani, testes mengalir ke luar.
Betina :
ovari kelihatan sebagai kantong-kantong wcellophanew berwarna krem seperti penuh dengan sagu yang direbus. Dengan sedikit tusukan, suatu massa
yang transparan mengalir ke
luar. Telur dapat dikeluarkan dengan sedikit tekanan pada perut dari luar, malahan pada waktu sedang ditangani. Ovari berukuran lebih dari 70 mm, memenuhi semua perut
. 44
8. Tingkat VII-a (Mijah-salin, "Partially-spentw) :
Jantan :
testes berwarna daging tekstur sedikit seperti kulit, mengkerut dengan banyak kerutan.
Betina : ovari merah gelap, seluruhnya atau bagian posteriornya saja.
Sedikit empuk, berpenam-
pilan jatuh, sedikit pengerutan-pengerutan Lamellae ovari jelas terlihat
pada permukaan.
seperti daun buku terutama pada bagian posterior.
Telur sangat gelap, sedikit dari pada-
nya mungkin dalam proses diserap kembali. 9.
Tingkat VII-b (Salin, llSpentlt) : Jantan :
testes berwarna daging yang
gelap, mengerut,
pipih, seperti pita, pengerut dengan
daerah-
daerah ltpatchywyang bening. Betina : ovari memanjang
berwarna madu,
11bloodshot88,
lunak, mudah dibengkokkan dan seperti gelatin pengerutan-pengerutan kondisinya jatuh.
pada
permukaan karena
Sel-sel darah dari kapiler-
. ' kapiler yang pecah kelihatan sebagai gumpalan-
gumpalan yang berwarna kemerah-merahan. Dalam penelitian di lapangan, Tingkat VII-a dan VII-b tidak dipisahkan dan dianggap tingkat VII saja, yaitu salin. Metode Analisis Hubunsan Struktur Ukuran Stok denqan Daerah
Penanska~an'
Hubungan ini akan dilihat berdasarkan atas contohcontoh
yang diambil selama penelitian
(Agustus 1989-Juli
1990).
Contoh-contoh pada tiap-tiap daerah penangkapan
kemudian dipisah-pisahkan menurut empat ukuran, yaitu sempenit, protolan, lemuru dan lemuru kucing.
Setiap ukuran akan
dinyatakan secara relatif (dalam % ekor) terhadap jumlah contoh ikan pada masing-masing daerah penangkapan, baik yang ada di paparan Jawa maupun Bali.
Begitu juga dihitung rata-
rata panjang ikan yang tertangkap pada masing- masing daerah penangkapan. Hubunqan Struktur Ukuran Stok densan Waktu (Bulan) Hubungan yang akan dilihat adalah struktur ukuran dengan waktu, yaitu apakah ada struktur ukuran tertentu hanya terdapat pada bulan (bulan-bulan) tertentu.
Analisis
Korespondensi (Greenacre, 1984; Ludwig dan Reynolds, 1988) diterapkan dalam ordinansi dengan matriks data berukuran I x J menurut Do chi (1978), dimana I adalah bulan, yaitu mulai dari Agustus 1989 sampai dengan Juli 1990, diberi kode 1 sampai dengan 12
(Tabel Lampiran 2).
Sedangkan J adalah
banyaknya contoh berdasarkan kelas-kelas panjang ikan lemuru dengan interval kelas 1,O cm, mulai dari tengah-tengah kelas 5,5
cm sampai dengan 21,5 cm, diberi kode A sampai dengan Q.
Ordinansi dilaksanakan dalam dua arah, yaitu dalam gugus bulan (lajur) dan dalam gugus peubah kolom (kelas panjang). Jarak antar titik dalam suatu gugus adalah merupakan jarak khi-kwadrat dan ditafsirkan sebagai keserupaan prokil (Sadhotomo, 1990)
.
Hubunsan Panjana-berat Kalau bentuk dan berat jenis ikan tidak berubah sepanjang hidupnya, maka hubungan panjang-berat ikan akan mengikuti hukum kubik (cubic law).
Karena sering keadaan ling-
kungan yang berubah dan atau kondisi ikannya berubah, hubungan ini akan sedikit menyimpang dari hukum
maka
kubik. Oleh
karena itu, di dalam mencari hubungan panjang-berat ikan lemuru ini akan dipergunakan rumus umumnya, yaitu :
w dimana W b
=
=
=
a 'L
......................................(1)
berat ikan (gram), L = panjang total (mm), a
konstanta.
dan
Untuk menyelesaikan persamaan (I), maka per-
samaan tersebut ditransforrnasikan menjadi persamaan linier dengan melogaritmakan persamaan tersebut : Log W
=
log a
.......................(2)
+ b log L
Panianq Ikan Pertama Kali Matans Gonad Untuk menduga panjang rata-rata ikan lemuru pada waktu mencapai kematangan gonadnya yang pertama, persentase frekuensi kumulatif ikan-ikan yang matang diplotkan terhadap ukurannya, kemudian dipergunakan persamaan
logistik baku
(Kersten, 1985 dalam widodo, 1988) sebagai berikut : 100
dimana y(%)
x Di
=
persen kumulatif, a
=
panjang ikan.
samping
itu, juga
=
konstanta, b
=
slope dan
ukuran pada kematangan pertama
diduga dengan mempergunakan Metode
Spearman-Karber seperti
yang diusulkan oleh Udupa (1986).
Untuk menerapkan metode
ini, semua tingkat-tingkat kematangan gonad dicatat dalam kelas-kelas
panjang
Kemudian dengan maka
dengan
interval kelas yang
mempergunakan formula Spearman-Karber,
panjang ikan pada
log
sama.
kematangannya
yang pertama
(m) adalah :
dimana m
=
log panjang ikan pada kematangannya yang pertama
Xk = log nilai tengah kelas panjang dimana semua ikan (100%) sudah betul-betul matang X
=
pi
= =
log dari pertambahan panjang nilai tengah proporsi ikan matang pada kelas panjang ke-i ri/ni apabila ni # ni+l (ni = jumlah ikan pada kelas panjang ke-i.
ri = jumlah ikan matang pada kelas panjang ke-i Maka
panjang
ikan pada waktu mencapai
kematangannya yang
pertama (M) adalah : M
=
antilog (m) ,.....,.........,..............(5)
Batas-batas kepercayaan (1-a)% dalam log panjang diberikan oleh persamaan berikut :
var (m) dimana qi
=
1
-
=
pi
x2 c
Pi*qi (
)
........................'(7)
Jika
a
= 0,05
maka batas-batas kepercayaan 95% dari (m)
7
adalah : Antilog (m
+
Pi*qi
1,96
))
.............( 8 )
Titik Perubahan Kece~atanTumbuh Untuk keperluan eksploitasi dan pengelolaan suatu sumberdaya perikanan secara rasional, posisi titik perubahan kecepatan tumbuh haruslah diketahui, terutama dalam hubungannya dengan umur atau ukuran ikan pada waktu mencapai kematangan gonad (~ujastani,1974).
~ i t i kperubahan kece-
patan tumbuh adalah suatu titik dimana laju kecepatan tumbuh maksimum dari ikan tercapai. ikan adalah maksimum.
Pada titik ini biomassa dari
Untuk memperoleh hasil yang maksimum
dan membiarkan cukup banyak ikan-ikah untuk memijah, seharusnya pengusahaannya dilakukan di belakang titik ini. Ssentongo (1971) dalam ~ujastani (1974) menurunkan sebuah rumus untuk menentukan umur pada titik perubahan kecepatan tumbuh dari rumus von Bertalanffy sebagai berikut :
.
..........................(
In b + to 9) %.p =.(l/K) dimana t = umur pada titik perubahan kecepatan tumbuh t-P = umur teoretis pada waktu ikan panjangnya sama to dengan no1 apabila pertumbuhannya mengikuti kurva pertumbuhan Von Bertalanffy. Penduqaan Parameter Pertumbuhan Pertumbuhan ikan lemuru di perairan Selat ~ a l idiasumsikan mengikuti rumus pertumbuhan Von Bertalanffy
seperti
yang dapat dinyatakan dalam rumus berikut (Beverton dan Holt, 1957; Gulland, 1969; Ricker, 1975) : Lt = L,
(1
-
-K(t e
-
to) )
................... (10)
dimana Lt = panjang ikan pada waktu berumur t L, = panjang asimtotik K = koefisien pertumbuhan (per tahun)
to = umur teoretis pada waktu ikan panjangnya sama dengan no1 apabila pertumbuhannya mengikuti kurva pertumbuhan tersebut Untuk menduga parameter-parameter pertumbuhan dari rumus (10) maka akan dianalisis distribusi frekwensi panjang dari ikan lemuru yang dikumpulkan selama dua belas bulan (Agustus 1989 sampai dengan Juli 1990) di perairan Selat Bali, yaitu dari TPI di Muncar, Pengambengan dan Kedonganan di Bali. Tiap-tiap contoh frekuensi panjang yang dikumpulkan sebelum digabung dikalikan terlebih dahulu dengan masingmasing faktor pengalinya (Raising Factor) sebagai berikut (Budihardjo, 1988; Atmaja, 1988) :
Dimana RFi = faktor pengali ke-i Wi
=
berat hasil tangkapan kapal contoh ke-i
wi
=
berat contoh dari kapal contoh ke-i
Setelah masing-masing data frekuensi panjang untuk bulan yang sama dikalikan dengan faktor-faktor pengalinya, lalu digabung.
Data yang
dikumpulkan dari TPI Muncar,
Pengam-
bengan dan Kedonganan digabung menjadi satu, sehingga diperoleh data distribusi panjang bulanan yang merupakan gabungan dari seluruh Selat ~ a l i ,karena diasumsikan ikan-ikan lemuru di Selat Bali berasal dari satu populasi. Dari rumus (lo) dapatlah dinyatakan bahwa kurva pertumbuhan tersebut dinyatakan dalam hubungan antara panjang dan umur, yaitu, pada masing-masing umur yang bersangkutan akan ada panjang rata-rata.
Oleh
karena
itu, nilai L ,
lebih kecil dari individu yang terpanjang didalam panjang
(Widodo, 1988)
.
Dapat
dapat
komposisi
juga dinyatakan
hubungan
antara umur dan panjang, yaitu, yang bersangkutan dengan setiap panjang
akan mempunyai suatu umur tertentu.
sarkan hubungan
ini maka nilai
Loo tidak
Berda-
akan lebih
kecil dari pada ikan terpanjang yang terdapat dalam contoh. Hubungan ini dinyatakan dengan rumus berikut (Widodo, 1988):
Rumus pertumbuhan (12) disebut juga IgInversevon Bertalanffy Growth ~ o r m ~ l a " .Kedua hubungan di atas akan diselesaikan dengan mempergunakan Metode Bhattacharya (1967) dengan paket program Length-based Fish Stock Assesment (LFSA) oleh Sparre (1987) dan paket program ELEFAN, yaitu Compleat ELEFAN Package Ver 1.1 (Gayanilo, Jr. g& aJ.,
1988).
Analisis Frekuensi Panianq Menurut Pauly (1980), metode-metode yang dipergunakan untuk
menganalisis data
frekuensi panjang
berawal
dari
Petersen (1892 dan tahun-tahun berikutnya), dimana nama dari Petersen dihubungkan dengan salah satu dari pendekatan spesifik yang biasanya dipakai.
Ada tiga metode untuk
menganalisis data frekuensi panjang, yaitu (Pauly, 1980) : 1. Metode Petersen 2. Metode Analisis Pergerakan Kelas Modus
3. Metode yang merupakan gabungan dari Metode 1 dan 2,
yang disebut dengan
Metode Terpadu (Integrated
Method). Metode Petersen mengasumsikan bahwa puncak-puncak dari suatu contoh
frekuensi panjang
mewakili kelompok-kelompok
umur nyata, sedangkan Metode Analisis Pergerakan Kelas Modus mengasumsikan bahwa puncak-puncak dari berbagai contoh yang diatur secara berurutan menurut waktu dapat saling dihubungkan.
Metode Terpadu merupakan
suatu upaya
untuk menggam-
bar suatu kurva pertumbuhan secara langsung pada contohcontoh frekuensi panjang yang disusun menurut waktu, atau pada contoh yang sama diulang berkali-kali sepanjang sumbu waktu.
Metode ini didasarkan kepada prinsip-prinsip berikut
(Pauly, 1980) : 1. Pertumbuhan menurut panjang pada ikan mula-mula cepat, kemudian turun secara perlahan-lahan. Untuk populasi secara keseluruhan paling baik didekati dengan sebuah kurva pertumbuhan yang berkesinambungan, dari pada didekati dengan beberapa segmen-segmen lurus yang pendek.
2. Sebuah kurva pertumbuhan yang halus (smooth) yang
menghubungkan
sebagian besar puncak-puncak dari
contoh-contoh frekuensi panjang yang disusun secara berurutan, kelihatannya mewakili pertumbuhan ikan rata-rata dari suatu stok tertentu. 3.
Pola-pola pertumbuhan berulang dari tahun ke tahun. Metode Bhattacharva
Metode Batthacharya merupakan salah satu cara grafis untuk memisahkan suatu distribusi komposit kedalam distribusi-distribusi normal yang terpisah, yaitu apabila beberapa grup-grup umur (cohort) ikan terdapat didalam contoh yang sama (Sparre & d.,1989).
Distribusi normal mempunyai
rumus sebagai berikut :
dimana F,(X)
=
frekuensi teoretis
n = jumlah pengamatan dL'= interval kelas s = simpangan baku
x
x
=
tengah-tengah kelas panjang
=
nilai tengah panjang
Untuk melinierkan suatu distribusi normal dari persamaan (13), ditempuh dengan dua langkah : 1.
Mengkonversikan suatu
persamaan normal kedalam suatu
parabola : Langkah ini
dapat diselesaikan dengan melogaritmakan
kedua sisi dari persamaan (13) :
Dengan menganggap In Fc (x) merupakan suatu peubah tidak bebas, y, dan x adalah peubah bebas, maka kita peroleh hubungan
fungsional antara y dan x, sehingga persamaan
(14) dapat ditunjukkan secara grafis oleh suatu parabola yang mempunyai rumus :
dimana y = In Fc(x)
2.
Mengkonversikan parabola pada ad 1 di atas kedalam su-atu persamaan linier :
Dapat juga ditulis :
dimana
A
(delta) menunjukkan suatu perbedaan yang kecil
antara nilai-nilai dua fungsi.
Kemudian y 1 diplotkan
terhadap suatu peubah baru, z, dimana :
Persamaan (14) kemudian dimasukkan kedalam persamaan (16) sebagai berikut :
Setelah dikuadratkan dan dijumlahkan diperoleh persamaan yang relatif lebih sederhana, yaitu :
atau y ' = a
+
bz
dL ii
dimana a =
s2
Kemudian kita dapat menghitung ragam dan panjang rataratanya dengan mempergunakan persamaan-persamaan berikut :
Jumlah individu di dalam suatu komponen (grup umur) dapat dihitung dengan cara berikut :
Oleh karena jumlah individu yang terdapat di dalam suatu grup umur adalah merupakan jumlah individu-individu yang terdapat pada tiap-tiap kelas panjang yang ada dalam grup umur tersebut, maka jumlah individunya dapat diperoleh dengan rumus berikut :
dimana r = menunjukkan nomor grup umur (cohort) i = menunjukkan kelas panjang y(r,i) = frekuensi hasil pengamatan dan penjumlahan dibatasi hanya pada
daerah dimana gambar
kelihatan seperti suatu garis lurus dengan slope yang negatif. Plot Gulland dan Holt Plot Gulland dan Holt (1959) adalah sebagai berikut (Sparre & d.,1989) :
dimana K = -b
Untuk A 1
-- -
A t
menyelesaikan persamaan (21), maka peubah
(t2 (12
dua modus
11)
= y, diplotkan
tak
bebas
terhadap panjang rata-rata
tl)
yang
berdekatan,
(I2
+
11)
, sehingga persamaan
2 (21) menjadi :
Metode Plot Gulland dan Holt ini biasanya diterapkan untuk interval waktu yang tidak sama, misalnya hasil-hasil penandaan
(tagging). Metode ini akan diselesaikan mempergunakan
paket program "Length-based Fish Stock As~essment'~(LFSA) oleh Sparre (1986).
ELEFAN, adalah singkatan dari Electronic u n g t h Ereguency Zalysis, yang
merupakan
suatu paket program untuk
menganalisis data frekuensi panjang dengan bantuan komputer. Program ini pertama kali dikembangkan oleh Pauly, David dan Ingles (1980), yang didasarkan kepada beberapa asumsi (Pauly, 1980) : 1.
Puncak-puncak atau modus-modus dari distribusi frekuensi panjang yang direstruktur mewakili grup-grup umur di dalam populasi.
2.
Pertumbuhan konstan kinkan
dari
tahun ke tahun yang memung-
seseorang untuk mempergunakan distribusi freku-
ensi dan menyusunnya menurut waktu 3.
Pola
(biasanya bulanan).
pertumbuhannya mengikuti Model
Walaupun dengan ELEFAN
von
Bertalanffy.
seleksi pergerakan modus diper-
baiki, tetapi kekurangan utama dari analisis distribusi frekuensi panjang masih ada. Apakah "puncakM benar-benar mewakili kelas umur, masih merupakan pertanyaan pokok, karena
masa
pemijahan yang panjang di daerah tropis
(Martosubroto, 1982). Di lain pihak, keuntungan dari metode ini adalah dimungkinkannya seseorang untuk
menentukan waktu
pemijahan dari populasi ikan, yaitu dengan merunut balik kurva terpilih
dalam
Program ELEFAN sejak
frekuensi
distribusi
diperkenalkannya
pertama
panjang. kali
pada
tahun 1980 telah mengalami perbaikan-perbaikan, antara lain keluar versi Kiel pada tahun 1986 (Brey dan Pauly, 1986). Sebagai ukuran dari "goodness of fit1@,disarankan oleh Pauly dan David (1981) mempergunakan rasio ESP/ASP.
ESP,
adalah singkatan dari ItExplained Sum of PeaksM, yaitu skor total dari suatu kurva pertumbuhan, yang merupakan jumlah nilai-nilai yang diskor dari setiap contoh.
ASP, adalah
singkatan dari ItAvailableSum of Peaksw, yaitu skor maksimum yang dapat dicapai oleh sebuah kurva pertumbuhan.
Nilai-
nilai akan diskor bilamana sebuah kurva pertumbuhan melewati puncak (skornya positif) atau melewati suatu lembah (skornya negatif).
Kurva pertumbuhan yang ideal adalah kurva pertum-
buhan yang melalui semua puncak-puncak dan menghindari lembah-lembah, tetapi barangkali kurva pertumbuhan yang demikian tidak pernah ada (Pauly dan David, 1981 dalam Widodo, 1988).
Pendugaan parameter-parameter pertumbuhan L,
dan K, dapat diperoleh dari program ELEFAN 1, dengan memilih kombinasi , L
dan K yang memberikan nilai Rn yang tertinggi.
Umur teoretis pada waktu panjang ikan sama dengan no1 (to) diduga dengan mempergunakan rumus empiris Pauly (Pauly, 1978, 1979a&b, 1984) sebagai berikut : Log (-to) = -0,3922
-
0,2752 log La
-
1,038 log K
......(23)
L, = panjang asimtotik (panjang total) dalam cm
dimana
K = koefisien pertumbuhan
von
Bertalanffy
(per
tahun) Metode Jackknife Apabila persamaan-persamaan untuk menduga ragam dari suatu statistik tertentu tidak ada, nilai-nilai perkiraan dari galat baku dapat diperoleh dengan mempergunakan Metode Jackknife (Tukey, 1977 dalam Pauly, 1984).
Langkah-langkah
perhitungan Jackknife adalah sebagai berikut : 1.
Menghitung
nilai statistik A, mempergunakan semua data
yang
Ini menghasilkan
ada.
dugaan
nilai
A1
dari
statistik tersebut. 2.
Kemudian
hitung sebanyak n kali nilai-nilai baru dari
statistik A, tetapi setiap perhitungan datanya dikurangi 1.
Jadi data yang dipergunakan dalam setiap perhitungan
yang adalah n-1. Ini menghasilkan n dugaan dari ttAi-ltt, masing-masing diduga d.engan mengeluarkan satu data. 3. Mempergunakan
nilai-nilai Ai-l untuk menghitung nilai
semu (pseudovalue) dari A, (Gi) dengan mempergunakan persamaan : $~i= (n.A1)
-
(
(n
-
1) .Ai)
.................... (24)
4.
Menghitung suatu dugaan'baru dari A dengan rumus berikut
5.
Galat Baku dari A2 dapat dihitung dari :
n(n 6.
-
1)
Kemudian selang kepercayaan dari statistik A adalah : A 2 1/96 s.e. (A) = 95% = 99% A 2 2/58 s.e. (A)
Untuk derajat bebas yang kurang atau sama dengan 50, maka hendaknya dipergunakan tabel nilai dari t-statistik. Penduqaan Laiu Kematian Laiu Total Kematian (Z) Informasi mengenai laju-laju kematian adalah sangat penting dalam menganalisis dinamika dari suatu populasi yang dieksploitasi dan besarnya stok (Gulland, 1975 dalam Widodo, 1988).
Laju-laju kematian dan pertumbuhan adalah parameter-
parameter yang saling berhubungan, dimana keduanya menentukan
daur hidup dari binatang (Martosubroto, 1982). Di dalam biologi perikanan, cara yang paling bermanfaat
untuk menyatakan menurunnya jumlah ikan menurut waktu dari suatu grup
ikan
yang lahir pada waktu
yang
sama
(suatu
cohort) adalah dengan laju sesaat (instantaneous rates) (Gulland, 1969; Pauly, 1984).
Laju total kematian (Z) dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
-
Nt -
,-Z. t
N 0
7)
.....................................(2
dimana Nt = jumlah ikan yang hidup pada waktu t No = jumlah ikan yang hidup pada waktu 0 Z
=
laju total kematian
e
=
bilangan normal
Suatu keuntungan dari laju penurunan yang demikian adalah laju-laju kematian dapat saling ditambahkan atau dikurangi, yaitu :
Laju total kematian dapat diduga dari ukuran rata-rata yang terdapat dalam hasil tangkapan (Beverton dan Holt, 1956 dalam Gulland, 1969) :
dimana
, L
=
panjang asimtotik
K ='koefisien pertumbuhan
-
1 = panjang rata-rata ikan
1, = panjang ikan pertama kali tertangkap Nilai Z ini dapat juga dihitung dengan mempergunakan berikut (Pauly, 1980) :
,
rumus
dimana
La, K
adalah parameter-parameter
Bertalanffy, L' adalah
-
dalam contoh, L adalah
ikan terkecil
pertumbuhan von
yang terwakili penuh
panjang rata-rata
dari hasil tang-
kapan dan n adalah jumlah contoh. Cara lain untuk menduga nilai Z adalah dengan Metode Kurva
Hasil Tangkapan yang Dikonversi ke
Converted Catch Curve), suatu metode
Panjang
yang hanya
(Length
didasarkan
kepada contoh frekuensi panjang (Pauly, 1983b; 1984a,b,c). Metode dapat
ini
terutama dipakai
ditentukan
Martosubroto (1982)
umurnya. dan
untuk Pauly
Pauly
ikan-ikan
&
(1984)
a.
yang tidak
(1981)
dalam
menyarankan
untuk
mempergunakan rumus berikut :
dimana A , t adalah waktu yang diperlukan untuk tumbuh melalui suatu kelas panjang, yang dapat dihitung seperti berikut :
dimana L1 dan L2 adalah batas-batas bawah dan atas dari kelas panjang yang bersangkutan dan Nt adalah jumlah ikan pada kelas panjang tersebut.
Adanya kenyataan bahwa model
pertumbuhan tidaklah linier dan juga terjadinya mortalitas pada setiap kelas panjang, maka persamaan (31) sebagai alternatifnya adalah :
dimana Ni = jumlah ikan pada kelas panjang ke-i,Ati = waktu yang diperlukan untuk tumbuh melalui kelas panjang ke- i dan t t i = umur relatif yang bersangkutan dengan batas bawah dari kelas panjang ke-i. Persamaan (32) diselesaikan dengan iteratif melalui program ELEFAN 2 (Pauly, 1984; Gayanilo, Jr. g&
&.,
1988). Titik
yang diregresikan pada kurva tersebut adalah titik-titik kurva sebelah kanan yang menurun, yang
sepenuhnya
sudah
menunjukkan ikan-ikan
terrekrut
(fully
recruited). Z
nilai Z melalui
- telah
diusulkan oleh Wetherall (1986) dan Wetherall et
a. (1987)
Suatu
teknik
perhitungan
K
dengan hanya mempergunakan data frekuensi panjang dari suatu hasil tangkapan.
Asumsi-asumsi yang menyertainya adalah
bahwa, populasi ikan dari mana contoh diambil adalah stabil, dengan rekrutmen yang konstan, mengikuti pola pertumbuhan von Bertalanffy, dan kematian yang berkesinambungan terjadi pada suatu laju yang seragam (uniform) dan sesaat (instantaneous). bahwa
Dengan asumsi-asumsi di atas nilai
dapat
tengah ikan-ikan yang terpilih
diperlihatkan
(L) mempunyai
hubungan linier dengan LC (knife-edge selection length) :
z dimana 8 = K
.
Persamaan (33) adalah merupakan dasar dari
Metode Beverton dan Holt yang terkenal untuk menduga 8, bila diketahui L ,
LC
dan
x.
Dengan mengatur kembali persamaan
(33) menghasilkan rumus klasik dari Beverton dan Holt :
Kemudian dapat dihitung :
-
Intersep : a =
-
Slope
Dengan
La
............................( 35)
8
............................(36)
: b=-
1 + 8 mempergunakan
persamaan-persamaan
(35)
dan
(36)
nilai-nilai L, dan 8 dapat dihitung, yaitu :
Pauly (1986) mengusulkan suatu modifikasi di
atas,
yaitu dengan memplotkan
Ei -
dari
metode
L t i terhadap
Ltit
sehingga diperoleh persamaan :
dimana
Ei adalah
atas,
sedangkan L t i adalah batas dari kelas panjang pertama
panjang rata-rata yang dihitung dari L t i ke
yang
dipergunakan dalam
menghitung
panjang rata-rata Li.
Hasil modifikasi ini dimasukkan ke dalam program ELEFAN 2. Laiu Kematian Alami (MI Menurut Gulland
(1983b)
dan
Sparre
& d. (1989),
laju kematian penangkapan (F) adalah proporsional terhadap upaya penangkapan (f) melalui hubungan berikut : F = q.f
dimana
q adalah
bility).
(42)
..........................................a
koefisien kemampuan penangkapan
Apabila rumus (42) dimasukkan
(catchg
ke dalam persamaan
(28) diperoleh : Z
=
M + q.f
Persamaan
....................................... (43)
(43) adalah merupakan persamaan linier
sederhana
baku : y = a dimana y
=
+
b.x
laju
........................................44) total
kematian
(Z),
x = upaya penang-
kapan ( f ) dan a = intersep = koefisien mortalitas alami (M),. Untuk menyelesaikan persamaan (42), haruslah tersedia dugaan nilai-nilai Z dan f tahunan.
Dalam prakteknya, kesulitan
yang timbul dalam mempergunakan metode di atas adalah bahwa biasanya kisaran nilai-nilai f adalah kecil dalam hubungannya dengan variabilitas dalam pendugaan dari nilai 2, oleh karenanya batas-batas kepercayaan dari dugaan-dugaan yang diperoleh dari intersep (M) mungkin sangat besar sehingga tidak masuk aka1 (Jones, 1984). Pauly (1979, 1980 dan 1984) menunjukkan suatu rumus empiris regresi berganda
antara nilai-nilai M, K t 4,dan
Y,
sebagai berikut :
-
Log M = -0,0066
+
+
0,279 log , L
-
0,4634 log .T
0,6543 log K
.........................(45)
dimana La dalam cm, M dan K per tahun dan tur rata-rata
(OC)
.
T
adalah tempera-
Penerapan rumus (45) terhadap suatu
grup ikan tropis mungkin akan memberikan nilai dugaan yang bias, terutama ikan-ikan pelagis yang membentuk gerombolan sangat padat
-
terutama dari Famili Clupeidae
dugaan M yang diperoleh pada umumnya
-
dimana nilai
lebih tinggi
(over
estimated). Oleh karena itu, untuk kasus ikan tersebut, nilai
dugaan M
yang
diperoleh
haruslah dikoreksi dengan
mengalikannya dengan nilai 0,8. Richter dan Efanov (1976) dalam Sparre & &. (1989) menunjukkan adanya hubungan yang erat antara M dengan T,50, yaitu umur pada mana 50% dari populasi adalah matang, atau disebut juga Ittheage of massive maturationtt,yaitu dengan rumus empiris berikut : M
-
=
0,155 per tahun
...................(46)
0,720 (Tm50) Richter dan Efanov (1976) dalam Garcia dan Le Reste (1981) mengusulkan bahwa Itthe age of massive maturationM dapat disamakan dengan topt, yaitu umur optimum, yang didefinisikan sebagai umur pada mana biomassa dari suatu kelas umur adalah maksimum.
Jika ini dapat diterima, maka persa-
maan Beverton dan Holt (1966) dalam ~ a r c i adan Le Reste (1981) untuk
menghitung
Lopt
untuk
binatang
dengan
pertumbuhannya
yang
isometris
dapat
secara
langsung
dipergunakan untuk menduga M, yaitu :
atau M
=
Loo 3K (-
-
1)
.................................(48)
Untuk pertumbuhan yang alometrik, Kutty dan Qasim (1968) dalam Garcia dan Le Reste (1981) memberikan persamaan berikut :
dan
Ktopt - (L,- Lo) (nK + M) e M. L,
K(topt e
-
to - (nK
+ M)
................ (49)
..........................(50)
M
n.K M =
...........................(51)
dimana to adalah umur teoretis'pada waktu panjang sama dengan nol, Lo adalah panjang pada waktu t = 0, dan n adalah pangkat dari hubungan panjang-berat. Laiu Kematian Penanskapan (F) Menurut Gulland (1969), ada banyak metode yang dipergunakan untuk menduga nilai laju kematian penangkapan (F), tetapi tidak satupun yang benar-benar memuaskan, misalnya sensus langsung, ttsweptarean dan penandaan (marking). Tetapi biasanya, apabila nilai
Z
dan M sudah diketahui, maka
nilai F dapat diperoleh dengan mengurangkan nilai M kepada nilai Z.
Penskaiian Stok Menurut Gulland (1983a), pengkajian stok (stock assessment) adalah setiap studi ilmiah untuk menentukan produktivitas dari suatu sumberdaya perikanan, pengaruh penangkapan terhadap sumberdaya, dan dampak dari perubahan pola penangkapan, yaitu dari implementasi pengelolaan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan pengembangan.
Studi pengkajian stok
diperlukan bilamana sedang dibuat kebijaksanaan-kebijaksanaan, dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi perikanan. Misalnya, ingin mengetahui apakah dalam suatu perikanan yang sudah berkembang dengan baik hasil tangkapannya masih dapat dinaikkan lagi.
Dalam hubungan ini akan timbul pertanyaan-
pertanyaan : Berapakah besarnya stok?
Berapa banyak yang
dapat diambil setiap tahun untuk menjamin kelestarian sumberdaya tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut hendaknya
dijawab sedini mungkin, jangan sampai terlambat.
Sebab,
membatasi jumlah nelayan yang masuk kesuatu perikanan lebih mudah dari pada mengurangi jumlah nelayan atau kapal pada suatu perikanan yang sudah keliwat berkembang. Metode-metode pengkajian stok yang dibicarakan dalam tulisan ini adalah Model Surplus Produksi dan Model Analitik. Model Sur~lusProduksi Model Schaefer Model ini memperlakukan populasi secara keseluruh'an, dengan memperhitungkan perubahan-perubahan dalam biomassa total, tanpa memperhatikan strukturnya (komposisi umur
dan
sebagainya). Menurut Gulland (1974), tipe model ini terutama bersangkutan dengan pekerjaan dari Schaefer (1954, 1957), walaupun sebelumnya secara garis besarnya telah dikemukakan dalam model kurva sigmoid dari Graham (1939).
Dalam model
ini populasi diasumsikan tumbuh mengikuti kurva sigmoid yang rumus diferensialnya
dapat
ditulis
sebagai berikut
(Martosubroto, 1982) :
dB dimana - - laju pertambahan biomassa populasi dt B = biomassa populasi r = laju pertumbuhan intrinsik B, = biomassa populasi maksimum .
Untuk populasi yang tereksploitasi, persamaan (52) menjadi :
-
dB
-- 1
-
B -)
-
Y
-
q.f.B
dimana Y = hasil (yield)
B,
dt
=
rB(l
-
B -)
.........................(53)
B,
dB populasi berada dalam keadaan berimbang (dt maka hasil berimbangnya adalah : Apabila
=
O),
dimana Ue = hasil tangkapan per satuan upaya (catch per unit of effort, CPUE). Dengan memasukkan (55) kedalam diperoleh
maka
:
Ye = r(Ue/q) (1
-
u,/q
u,/q
-1
=
=
ue/q
-
r (Ue/q) ( u,/q
,B
dimana U,
(54),
1
u,/q
CPUE maksimum.
Persamaan (56) adalah merupakan persamaan linier, yang dapat ditulis dalam bentuk umumnya :
dimana y
=
Ue
a
=
U,
b = (q/r).U, f = upaya penangkapan
Karena Ue = Ye/f, maka persamaan (56) menjadi : Ye
=
. , U
f
-
(
( q )U ) .f2
....................... (58)
atau dalam bentuk umumnya :
y
=
Apabila
a.f - b . f 2 .....................................(59) persamaan
(59) diturunkan
menyamakannya dengan nol,
maka
terhadap
diperoleh
f,
kemudian
koordinat titik
puncak dari parabola tersebut, yang merupakan :
a2
MSY = 4b
..........................................61) Model Fox --
Fox (1970), mengajukan suatu model Surplus Produksi, yang mengasumsikan bahwa populasi tumbuh mengikuti model pertumbuhan Gompertz, yang rumus diferensialnya sebagai berikut :
Untuk populasi yang dieksploitasi, persamaan (62) menjadi:
Kalau
populasi berada dalam keadaan berimbang (dB/dt =
O),
maka hasil berimbangnya adalah :
Dengan memasukkan (65) kedalam (64) dan mengganti nilai B, dengan U,/q,
diperoleh :
Persamaan (66) adalah merupakan persamaan linier, yang dapat ditulis dalam bentuk umumnya :
dimana y = In Ue, a = In ,U
dan b = q/r)
Kalau persamaan (66) diantilogkan, maka diperoleh :
Persamaan (68) adalah merupakan persamaan kurva eksponensial negatif, dan persamaan umumnya adalah:
Karena Ue = Ye/f, maka persamaan (68) menjadi : Ye = . , U
f.e
- (qlr) f
................................(70)
Persamaan (70) adalah merupakan suatu fungsi hasil, yaitu yang merupakan hubungan antara hasil berimbang dengan upaya penangkapan, yang merupakan kurva parabola asimetris. Secara
umum persamaan (70) dapat ditulis sebagai berikut
Koordinat dari titik
:
puncak parabola asimetris di atas
dapat diperoleh dengan menurunkan persamaan (71) terhadap f dan menyamakannya dengan nol.
Koordinat-koordinat tersebut
merupakan :
MSY =
.......................................(73)
b.e
Model Analitik Model ini disebut juga Model Hasil per Rekrut (Yield Per Recruit Model) atau juga "Dynamic Pool Modelw, memandang populasi sebagai jumlah dari individu-individu, berkaitan dengan pertumbuhan dan kematian dari individu-individu tersebut (Gulland, 1974).
Model ini terutama bersangkutan
dengan pekerjaan dari Ricker (1948,1958) dan Beverton dan Holt (1957), walaupun sebelumnya telah dikerjakan oleh Baranov (1918) dalam Gulland, 1974. Model Beverton dan Holt (1957) Kalau ikan-ikan pertumbuhannya isometris, maka rumus pertumbuhan dari von Bertalanffy menurut berat adalah :
dimana
W, = berat badan asimtotik Wt = berat pada waktu berumur t
Rumus (74) dapat langsung dimasukkan kedalam persamaan hasil, sehingga rumus Hasil Per Rekrut
menjadi
(Beverton
dan Holt, 1957) :
(1
-
(F e
+
M
+ nK) (t, - to) )
............... (75)
Jika t, = umur ikan pada waktu keluar perikanan, cukup besar, maka suku terakhir dari persamaan (75) dapat diabaikan, sehingga rumus (75) dapat disederhanakan menjadi:
Apabila individu baru yang masuk kedalam perikanan (recruit) langsung tertangkap oleh alat yang beroperasi (knife-edge recruitment), maka tc=tr, sehingga persamaan (76) men jadi lebih sederhana lagi, yaitu :
dimana Uo=l, U1=-3, U2=3 dan U3=-1 Kemudian dapat digambarkan diagram isopleth dengan garisgaris Y/R yang konstan sebagai fungsi dari laju kematian penangkapan (F) dan umur ikan pada waktu pertama kali tertangkap (t,).
Untuk memudahkan perhitungan, maka persamaan
(77) ditulis dalam bentuk seperti berikut (Gulland, 1969; Sparre, 1985; Sparre & d., 1989) :
-K(tc dimana S = e
-
to) 8
K = koefisien kecepatan tumbuh dari von Bertalanffy to = umur teoretis pada
waktu
panjang
ikan
sama
dengan no1 t,
=
umur ikan pada waktu pertama kali tertangkap
t,
=
umur ikan pada waktu pertama kali masuk perikanan
F = laju kematian penangkapan M
=
laju kematian alami
Z = F
+
M (laju total kematian)
Dari parameter-parameter di atas, hanya dua parameter, yaitu F dan t, saja yang dapat dikontrol oleh para pengelola perikanan, sebab : 1. F adalah proporsional
terhadap upaya
(persamaan
(42) 2. tc adalah merupakan suatu fungsi dari selektivitas alat Oleh karena itu, Y/R dianggap suatu fungsi dari F dan tc. Kebanyakan akan kita lihat Y/R diplotkan terhadap F (atau upaya,
f)
Model Jones (1957) Karena nilai b yang diperoleh dari analisis hubungan panjang-berat sering berbeda dengan 2 (ikan-ikan tumbuh secara alometrik), maka persamaan pertumbuhan von Bertalanffy dalam berat tidak dapat langsung diasosiasikan kedalam persamaan-persamaan hasil.
Oleh karena itu rumus Y/R
dari Beverton dan Holt (1957) kemudian dimodifikasi oleh Jones (1957) diintegrasikan kedalam suatu bentuk yang memungkinkannya untuk dievaluasi dengan mempergunakan tabeltabel dari Incomplete Beta Function (Ricker, 1975; Pauly, 1984), sehingga rumus Y/R menjadi :
dimana rl = tc
-
to
D = simbul untuk Incomplete Beta
unction
Apabila perikanan adalah Itknife-edge recruitment fisheryw dan umur ikan pada waktu meninggalkan perikanan, t, -
m,
maka persamaan (79) dapat disederhanakan menjadi : Y
R
F.W,.e
Zrl
(R (X,P,Q)
=
K
.......................(80)
~ilai-nilaiR(X,P,Q) dapat diperoleh dari Tabel Incomlete Beta Function yang disajikan oleh Wilimovsky dan Wicklund (1963) dengan ekstrapolasi linier. Laiu ~ k s ~ l o i t a s i Untuk mengetahui laju pengusahaan (exploitation rate) dari perikanan lemuru di Selat Bali dipergunakan rumus berikut (Beverton dan Holt, 1966; Jones, 1984) :
Francis (1974) menyatakan bahwa
Alverson dan Pereyra
(1969), Gulland (1970) dan Tiurin (1962) mengasumsikan bahwa untuk banyak stok-stok ikan, nilai F adalah kira-kira sama dengan M pada titik MSY.
Maka di bawah bentuk logistik dari
Model ~roduksiStok Umum, F = M pada level MSY jika dan hanva iika rekrutmen yang terjadi pada level ekuilibrium tidak tereksploitasi
(sax) adalah sama dengan yang
terjadi
pada level MSY
(Rapt).
Jadi, pada waktu F
=
M, maka F =
0,5
dapat dipandang sebagai indikasi bahwa laju pengusahaan perikanan tersebut berada pada tingkat optimum (sekitar MSY)
riter ria Penaelolaan Pengelolaan perikanan laut menghadirkan suatu campuran yang kompleks dari masalah-masalah biologi, ekonomi, sosial dan politik (Gulland, 1974).
Secara ekonomi, pengelolaan
meliputi pencegahan dari kehilangan-kehilangan secara ekonomi (economic loss) dengan memperbaiki efisiensi dan penampilan yang ekonomis dari perikanan.
Secara sosial-politik,
pengelolaan terdiri dari tindakan-tindakan untuk mencapai kebersamaan dan penyebaran dari keuntungan-keuntungan di antara berbagai grup pemakai
-
antara para nelayan dan bukan
nelayan, antara nelayan dengan nelayan (misalnya perikanan rakyat dan perikanan industri, para anak buah kapal dengan para pemilik kapal, dan sebagainya) dan menjaga yang
rendah
administrasi
untuk dan
penelitian pelaksanaan
biaya-biaya
dan pengumpulan yang
data,
berhubungan dengan
proses pengelolaan (Widodo, 1988). Beberapa teknik pengelolaan yang biasanya diterapkan secara garis besarnya adalah sebagai berikut (Gulland, 1971, 1972, 1974) : 1. Peraturan mengenai besarnya mata jaring
2. Peraturan mengenai ukuran ikan yang boleh ditangkap atau dijual 3. Membuka atau menutup musim penangkapan
4. Membuka atau menutup daerah penangkapan 5.
Peraturan mengenai
alat penangkapan beserta
perlengkapannya 6. Perbaikan dan peningkatan
sumberdaya-sumberdaya
hayati 7. Peraturan mengenai hasil
tangkapan total menurut
spesies, grup spesies, atau jika perlu menurut daerah 8. ~eknik-tekniklain yang berhubungan dengan konserva-
si dari semua ikan dan sumberdaya-sumberdaya hayati di suatu daerah. Karena suatu program pengelolaan perikanan menyangkut beberapa disiplin dan memerlukan interaksi antara para ahli biologi, ekonomi, administrasi, nelayan dan lain-lainnya, maka teknik pengelolaan yang dipilih hendaknya sederhana untuk diterapkan tetapi juga mudah untuk dimengerti dan
.
dievaluasi (Widodo, 1988)