BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Chairudin P Lubis (CPL) Desa Simalingkar Kelurahan Kuala Bekala, Medan. Penelitian berlangsung selama 4 bulan yang dimulai dari Januari sampai April 2010. Bahan dan Alat Penelitian Bahan Adapun sapi bali betina yang digunakan sebanyak 12 ekor dengan kisaran bobot badan antara 130 – 167 kg. Bahan pakan terdiri dari hijauan (rumput lapangan), molasses, bungkil kelapa, tepung ikan, ampas tahu, ultra mineral dan kapur. Bahan lain yang dibutuhkan antara lain obat - obatan seperti obat cacing Wormzol-B, Rodalon sebagai desinfektan, vitamin B kompleks, garam serta air minum. Alat Kandang individu sebanyak 12 unit lengkap dengan perlengkapannya disiapkan sebagai salah satu alat penelitian. Kandang tersebut dilengkapi dengan tempat pakan yang berfungsi sebagai wadah pakan. Kandang juga harus dilengkapi dengan alat penerang kandang seperti lampu. Timbangan digital iconix FX1 kapasitas 1000 kg dengan kepekaan 1% sebagai penimbang bobot badan sapi disediakan. Pada saat penimbangan bobot badan sapi digunakan papan sebagai alas pada timbangan. Timbangan dengan kapasitas 10 kg dengan kepekaan 10 g
Universitas Sumatera Utara
untuk menimbang bahan pakan. Beberapa alat lain yang digunakan antara lain ember sebanyak 12 buah sebagai tempat minum, karung sebagai tempat pakan, sapu lidi dan sekop sebagai alat pembersih kandang, kereta sorong sebagai alat pengangkut bahan pakan. Pulpen dan buku untuk mencatat semua data. Metode Penelitian Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 4 kelompok. Perlakuan yang akan diteliti sebagai berikut : P0 = Hijauan (rumput lapangan) 100 % P1 = P0 + BM A P2 = P0 + BM B Model linier yang digunakan untuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) adalah : Yij = µ + Ti + Bj + єij Dimana : i
= 1,2,3,…r (ulangan)
j
= 1,2,3,…t (perlakuan)
Yij
= Hasil pengamatan pada ulangan ke- i dan perlakuan ke- j
µ
= Nilai rerata (mean) harapan
Ti
= Pengaruh perlakuan ke-i
Bj
= Pengaruh blok ke-j
єij
= Pengaruh galat (experimental error)
(Hanafiah, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Adapun denah susunan perlakuan didalam penelitian : P0R1
P0R2
P0R3
P0R4
P1R1
P1R2
P1R3
P1R4
P2R1
P2R2
P2R3
P2R4
Dimana : P
= Perlakuan (P0, P1 dan P2)
R
= Kelompok R1 (126 – 133 kg), R2 (135 – 148 kg), R3 (149 – 161 kg) dan R4
iiiiiiiiii(163 – 179 kg)
Peubah yang Diamati Konsumsi Pakan Konsumsi pakan dihitung setiap satu hari satu malam (24) jam. Data konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan pakan sisa yang dilakukan pada pagi esok harinya. Konsumsi pakan = Pakan yang diberikan – Pakan sisa Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan sapi dihitung berdasarkan selisih dari penimbangan bobot badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal dibagi dengan jumlah hari pengamatan. PBB = BB Akhir – BB Awal
Universitas Sumatera Utara
Konversi Pakan Konversi pakan dihitung berdasarkan perbandingan jumlah pakan yang dikonsumsi (g/ekor/hari) dengan pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) Konversi Pakan =
Konsumsi Pakan PBB
Pelaksanaan Penelitian 1.
Persiapan Kandang Kandang terdiri atas 12 unit dengan masing-masing kandang memliki ukuran 1.5 x 2 m dan tempat pakan serta tempat minum.
2.
Pengacakan sapi bali. Sapi bali yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 ekor, penempatan sapi bali dengan sistem pengacakan (random). Sebelumnya dilakukan penimbangan bobot badan awal sapi bali dengan menggunakan timbangan digital duduk kapasitas 1000 kg.
3.
Pemberian Pakan dan Minum. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan perlakuan. Hijauan yang diberikan merupakan rumput lapangan yang telah dipotong kecil-kecil sebanyak 10% bobot
badan dan diberikan 2 kali sehari. Sisa rumput yang diberikan
ditimbang keesokan harinya untuk mengetahui konsumsi ternak tersebut. Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum. Air diganti setiap hari dan tempatnya dicuci dengan bersih. 4.
Pembuatan Blok Multinutrisi (BM)
Universitas Sumatera Utara
Pembuatan blok multinutrisi (BM) menggunakan beberapa bahan antara lain molases, urea, bungkil inti sawit (BIS), tepung ikan, bungkil kelapa, ampas tahu, dedak padi, kapur, garam dapur dan ultra mineral serta air. Komposisi setiap bahan yang akan digunakan sebagai percobaan disesuaikan dengan perlakuan yang diberikan. Proses pembuatan dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a. Premixing yaitu mencampur komponen bahan yang digunakan dalam jumlah sedikit.
5.
b.
Mixing yaitu mencampur semua komponen bahan yang akan digunakan.
c.
Pressing yaitu pembuatan blok dengan menggunakan cetakan.
d.
Drying; yaitu pengeringan dengan cara penjemuaran.
e.
Packaging yaitu pengemasan dengan menggunakan goni plastik.
Pemberian blok multinutrisi (BM) Blok multinutrisi (BM) diberikan secara ad libitum yaitu dengan cara meletakkannya pada wadah yang mudah dijangkau ternak. Tabel 5. Susunan blok multinutrisi (BM)
Bahan Pakan Molases Urea BIS Dedak padi Tepung ikan Kapur Garam Ultra mineral Bungkil kelapa Ampas tahu Total
Komposisi (%) BM A BM B 12 12 3 3 10 10 19 19 4 4 4 2 3 3 0 2 15 15 30 30 100 100
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Pakan Pengambilan data konsumsi pakan sapi dilakukan setiap harinya, data konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan pakan sisa yang dilakukan pada pagi esok harinya. Data hasil pengamatan terhadap rataan konsumsi pakan dalam bahan kering sapi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan konsumsi pakan sapi minggu I - IV (g/ekor/hari) (BK) Perlakuan P0 P1 P2
Ulangan 1 5480.72 5388.99 5740.92
2 5280.00 5709.37 5655.04
3 5314.74 5629.27 5620.00*
4 5464.31 5530.84 5479.89
Rataan 5384.94 5564.62 5623.96
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tabel 7. Rataan konsumsi pakan sapi minggu I - II (g/ekor/hari) (BK) Perlakuan P0 P1 P2
1 5501.47 5405.39 5687.37
Ulangan 2 3 5276.62 5262.15 5720.95 5735.42 5695.09 5656.00*
4 5441.64 5470.05 5497.26
Rataan 5370.47 5582.95 5633.93
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tabel 8. Rataan konsumsi pakan sapi minggu II - IV (g/ekor/hari) (BK) Perlakuan P0 P1 P2
Ulangan 1 5459.97 5372.58 5794.48
2 5283.38 5697.79 5614.99
3 5367.33 5523.12 5587.17*
4 5486.99 5591.64 5462.52
Rataan 5399.42 5546.28 5614.79
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tebel 6 memperlihatkan bahwa rataan konsumsi pakan sapi dalam bahan kering tertinggi ditunjukan oleh perlakuan P2 (suplementasi blok multinutrisi B). Tingginya konsumsi pakan perlakuan P2 tidak hanya terlihat pada minggu I
Universitas Sumatera Utara
sampai II (tabel 7) yaitu 5633.93 g/ekor/hari, namun juga terlihat pada minggu II sampai IV (5614.79 g/ekor/hari) seperti yang tersaji pada tabel 8. Sedangkan rataan konsumsi pakan terendah diperoleh dari perlakuan P0 (tanpa suplemenatsi blok multinutrisi). Tingkat konsumsi pakan sapi yang hanya diberi hijauan selama penelitian hanya sebesar 5384.94 g/ekor/hari. Hasil sidik ragam perlakuan terhadap konsumsi pakan sapi (Lampiran 7) menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi (BM) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan sapi per ekor per harinya. Tingkat konsumsi pakan dari perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.
=P0 =P1 =P2 Gambar 1. Grafik konsumsi pakan sapi bali dari ketiga perlakuan Pada minggu I sampai II tingkat konsumsi pakan sapi yang hanya diberi hijauan (P0) lebih rendah 3.81% dari pakan perlakuan P1 dan lebih rendah 4.68% dari perlakuan P2. Hasil yang sama juga ditunjukan pada minggu II sampai IV, Tingkat konsumsi pakan sapi yang hanya diberi hijauan masih lebih rendah
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan sapi yang mendapatkan blok multinutrisi. Perbedaan konsumsi pakan ini berlaku pada minggu I sampai minggu IV. Namun demikian, dilihat secara konsumsi pakan sapi dari ketiga perlakuan tidak berbeda nyata, terlihat pada rata – rata konsumsi pakan per ekor per hari seperti pada Gambar 1. Perbedaan konsumsi pakan ini menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi (BM) dapat meningkatkan konsumsi pakan sapi. Kandungan bahan kering blok multinutrisi yang lebih tinggi dari kandungan bahan kering hijauan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pakan sapi yang semakin baik. Kebutuhan bahan kering sapi yang tidak terpenuhi sepenuhnya dari hijauan dapat tercukupi dari kandungan bahan kering blok multinutrisi yang ditambahkan dalam pakan sapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman dkk. (1991) yang menyatakan bahwa fungsi bahan kering pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran pencernaan dan menguatkan pembentukan enzim, apabila ternak kekurangan BK menyebabkan ternak merasa tidak kenyang. Pertambahan Bobot Badan Pengambilan data pertambahan bobot badan sapi dilakukan pada minggu II dan IV. Data hasil pengamatan pertambahan bobot badan sapi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu I - IV (g/ekor/hari) Perlakuan P0 P1 P2
1 233.33 333.33 400.00
Ulangan 2 3 233.33 200.00 300.00 200.00 233.33 216.67*
4 300.00 166.67 200.00
Rataan 241.67 250.00 262.50
Keterangan : * = Missing data (P23)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu I - II (g/ekor/hari) Perlakuan P0 P1 P2
1 133.33 266.67 333.33
Ulangan 2 3 200.00 133.33 266.67 200.00 333.33 211.11*
4 333.33 266.67 200.00
Rataan 200.00 250.00 269.44
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tabel 11. Rataan pertambahan bobot badan sapi minggu II – IV (g/ekor/hari) Perlakuan P0 P1 P2
Ulangan 1 333.33 400.00 466.67
2 266.67 333.33 133.33
3 266.67 200.00 222.22*
4 266.67 66.67 200.00
Rataan 283.33 250.00 255.56
Keterangan : * = Missing data (P23)
Berdasarkan hasil pertambahan bobot badan sapi dari Tabel 10 dapat terlihat jelas bahwa pada minggu I sampai II, perlakuan P2 memberikan hasil rataan pertambahan bobot badan tertinggi sebesar 269.44 g/ekor/hari dan hasil rataan pertambahan bobot badan terendah diperoleh dari perlakuan P0 sebesar 200.00 g/ekor/hari. Namun pada minggu II – IV (tabel 11), pertambahan bobot badan pada perlakuan P0 (283.33 g/ekor/hari) lebih tinggi dari perlakuan P1` (250.00 g/ekor/hari) dan P2 (255.56 g/ekor/hari). Jika dilihat secara keseluruhan yakni dari minggu I sampai IV (tabel 9), pertambahan bobot badan yang dihasilkan oleh perlakuan P0 (241.67 g/ekor/hari) lebih rendah dari perlakuan P1 (250.00 g/ekor/hari) dan P2 (262.50 g/ekor/hari). Hal ini menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi (BM) dalam pakan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas pakan sapi. Analisis keragaman pertambahan bobot badan sapi (Lampiran 11) diperoleh hasil bahwasanya semua perlakuan memberikan hasil yang sama
Universitas Sumatera Utara
terhadap pertambahan bobot badan sapi. Rataan pertambahan bobot badan sapi dari ketiga perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.
=P0 =P1 =P2 Gambar 2. Pertambahan bobot badan sapi bali dari ketiga perlakuan
Berdasarkan Gambar 2 menunjukan bahwa pertambahan bobot badan sapi dari minggu I sampai II pada perlakuan P1 dan P2 lebih tinggi dari perlakuan P0. Sekalipun pertambahan bobot badan pada perlakuan P0 lebih tinggi pada minggu II sampai IV, namun secara keseluruhan pertambahan bobot badan P0 masih lebih rendah dari perlakuan P1 dan P2. Kualitas pakan dengan kandungan nutrisi yang lengkap pada pakan perlakuan P1 dan P2 memberikan tingkat pertumbuhan yang lebih maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Yamin (2002) yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan pertambahan bobot badan maksimal maka sangat perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas pakan. Pakan tersebut harus mengandung zat
Universitas Sumatera Utara
makanan dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal. Suharno dan Nazaruddin (1994) juga menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis ternak dan gizi yang ada dalam pakan.
Konversi Pakan Konversi pakan adalah perbandingan jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan adalah indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin efisien. Rataan konversi pakan sapi dari ketiga perlakuan disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Rataan konversi pakan selama penelitian Perlakuan P0 P1 P2
Ulangan 1 23.49 16.17 14.35
2 22.63 19.03 24.24
3 26.57 28.15 25.94*
4 18.21 33.19 27.40
Rataan 22.73 24.13 22.98
Keterangan : * = Missing data (P23)
Tabel 13. Rataan konversi pakan minggu I - II Perlakuan Konversi pakan P0 P1 P2
Ulangan 1
2
3
4
41.26 20.27 17.06
26.38 21.45 17.09
39.47 28.68 26.79*
16.32 20.51 27.49
Rataan 30.86 22.73 22.11
Keterangan : * = Missing data (P23)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14. Rataan konversi pakan minggu II - IV Konversi pakan P0 P1 P2
16.38 13.43 12.42
19.81 17.09 42.11
20.13 27.62 25.14*
20.58 83.87 27.31
19.22 35.50 26.75
Keterangan : * = Missing data (P23)
Berdasarkan Tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa rataan konversi pakan terendah pada minggu I sampai II terdapat pada perlakuan P2 sebesar 22.11 dan rataan konversi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P0 sebesar 30.86. Nilai konversi pakan pada perlakuan P0 mulai membaik pada minggu II sampai IV (tabel 14). Dan jika dilihat secara keseluruhan dari minggu I sampai minggu IV (tabel 12), perlakuan P0 (22.73) menunjukan nilai konversi pakan terbaik dibandingkan dengan perlakuan P1 (24.13) dan P2 (22.98). Analisis keragaman perlakuan terhadap konversi pakan sapi (Lampiran 13) menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konversi pakan sapi. Efisiensi pemanfaatan pakan yang baik menunjukan nilai konversi yang rendah. Seperti yang ditunjukan pada perlakuan R0, rataan konsumsi bahan keringnya yang rendah (5384.94 g/ekor/hari) menghasilkan pertambahan bobot yang cukup tinggi (241.67 g/ekor/hari) sehingga memberikan nilai konversi yang baik (22.73). Hal ini sesuai dengan pernyataan Campbell (1984) yang menyatakan bahwa angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien. Nilai konversi pakan sapi selama penelitian dari ketiga perlakuan dapat dilihat dari Gambar 3.
Universitas Sumatera Utara
=P0 =P1 =P2 Gambar 3. Konversi pakan sapi selama penelitian Hasil yang berbeda ditunjukan oleh perlakuan P1 dan P2, tingkat konsumsi pakan (5564.62 dan 5623.96 g/ekor/hari) dan pertambahan bobot badan sapi (250.00 dan 262.50 g/ekor/hari) yang lebih tinggi dari perlakuan P0 (5384.94 g/ekor/hari dan 241.67 g/ekor/hari) menghasilkan nilai konversi pakan yang buruk/tinggi. Tingginya nilai konversi pakan sapi pada perlakuan P1 dan P2 disebabkan dari pertambahan bobot badan sapi yang dihasilkan masih rendah. Pertambahan bobot badan yang dihasilkan oleh perlakuan P1 dan P2 tidak sesuai dengan tingkat konsumsi pakannya yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Rekapitulasi Hasil Penelitian Hasil penelitian baik konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan dari ketiga perlakuan dapat dilihat pada tabel rekapitulasi berikut. Tabel 15. Rekapitulasi hasil penelitian Perlakuan P0 P1 P2
Konsumsi pakan (g/ekor/hari)tn 5384.94 5564.62 5623.96
Peubah yang diamati Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari)tn 241.67 250.00 262.50
Konversi pakantn 22.73 24.13 22.98
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata
Berdasarkan tabel rekapitulasi dapat dilihat bahwa konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan tertinggi diperoleh dari perlakuan P1 (5564.62 dan 5623.96 g/ekor/hari)dan P2 (250.00 dan 262.50 g/ekor/hari) sedangkan rataan konsumsi pakan (5384.94) dan pertambahan bobot badan (241.67 g/ekor/hari) terendah diperoleh dari perlakuan P0. Akan tetapi, nilai konversi pakan yang terbaik diperoleh dari perlakuan P0 sebesar 22.73. nilai konversi pakan pada perlakuan P0 lebih baik dari nilai konversi pakan dari perlakuan P1 (24.13) dan P2 (22.98).
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Suplementasi blok multinutrisi (BM) dalam pakan sapi belum memberikan pengaruh yang optimal terhadap performans (konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan) sapi bali betina. Saran Disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk menambahkan level penggunaan ultra mineral dalam blok multinutrisi.
Universitas Sumatera Utara