BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei sampai Agustus 2011. Metode Penelitian Survei Awal Bioekologi C. javanus dan Trissolcus sp. Survei awal tentang bioekologi serangga uji parasitoid Trissolcus sp dan C. javanus dilakukan di kebun jarak pagar di Kebun Percobaan IPB desa Leuwikopo, kecamatan Darmaga, kabupaten Bogor. Informasi tentang cara hidup, perilaku dan tempat peletakkan telur serangga uji ini diperlukan sebagai dasar dalam teknik perbanyakannya.
Gambar 1 Lahan jarak pagar di Leuwikopo Perbanyakan C. javanus Sampel nimfa dan imago C. javanus dikumpulkan dari pertanaman jarak pagar di desa Leuwikopo, Darmaga dan desa Lulut, Citeureup. Bagian tanaman seperti daun dan buah yang terserang C. javanus diambil dan dimasukkan kantong plastik yang sudah diberi lubang udara, dibawa ke laboratorium untuk perbanyakan. Nimfa dan imago yang dikumpulkan dari lapang dipelihara pada
10
tanaman jarak pagar dalam polibag berukuran 18 cm x 25 cm dengan media tanah dan selanjutnya dimasukkan ke dalam sangkar berkerangka kayu berdinding kain kasa dengan ukuran 45 cm x 45 cm x 60 cm. Setiap hari tanaman disiram untuk menjaga kesegaran tanaman. Sebagai pakan C. javanus, buah jarak pagar segar digantungkan pada tanaman jarak. Pada setiap kaki-kaki sangkar diberi alas wadah plastik yang diisi oli untuk mencegah semut dan serangga lain masuk kedalam sangkar. Telur-telur C. javanus yang dihasilkan diambil setiap hari sebagai bahan penelitian.
Gambar 2 Perbanyakan C. javanus, (a) sangkar pemeliharaan nimfa dan imago, (b) kelompok telur C. javanus yang diletakkan di bawah permukaan daun tanaman jarak pagar dalam sangkar. Perbanyakan Parasitoid Telur Trissolcus sp. Parasitoid Trissolcus sp. diperoleh dengan cara mengumpulkan kelompok telur kepik C. javanus terparasit dari pertanaman jarak pagar di desa Leuwikopo, Darmaga dan desa Lulut, Citeureup. Telur-telur C. javanus diambil beserta tempat melekatnya telur-telur tersebut (daun, ranting atau buah), dimasukkan ke dalam kantung plastik dan diberi label keterangan asal telur dan waktu pengambilan. Di laboratorium, telur tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi berukuran 0,5 cm x 10 cm yang ditutup kapas. Imago parasitoid yang keluar dipelihara dengan diberi pakan larutan madu 10% yang dioleskan pada permukaan dinding dalam tabung. Imago-imago yang baru muncul tersebut akan digunakan untuk perbanyakan. Telur C. javanus umur satu hari sebanyak 20 butir diambil dari pembiakan massal direkatkan pada pias kertas karton ukuran 0,5 x 2 cm dengan perekat gom arab kemudian pias dimasukkan ke dalam tabung gelas yang telah berisi sepasang
11
parasitoid Trissolcus sp. berumur satu hari dan telah mengalami kopulasi. Telur inang yang telah terparasit dipindahkan ke dalam tabung reaksi lainnya. Imago parasitoid yang keluar dipelihara dengan diberi pakan larutan madu 10% yang dioleskan pada permukaan dinding dalam tabung. Tabung-tabung tersebut disusun rapi diatas papan kayu yang ditopang wadah plastik yang diisi oli untuk mencegah semut dan serangga lain mencapai tabung. Seluruh tabung disimpan dalam ruangan dengan suhu 28,18 ± 0,59 0C dan kelembaban relatif 56,33 ± 4,27 %. Imago-imago yang baru muncul tersebut akan digunakan untuk penelitian.
Penelitian Biologi dan Siklus Hidup Parasitoid Trissolcus sp. pada Inang C. javanus Telur C. javanus umur satu hari sebanyak 5 butir yang diambil dari pembiakan massal direkatkan pada pias kertas karton ukuran 0,5 x 2 cm dengan perekat gom arab. Pias ini dimasukkan ke dalam tabung gelas yang berisi sepasang parasitoid Trissolcus sp. berumur satu hari dan sudah mengalami kopulasi. Jumlah lima butir telur C. javanus yang digunakan dimaksudkan untuk mendapatkan waktu peletakan telur yang bersamaan sehingga mendapatkan perkembangan pradewasa yang sama tiap harinya. Parasitoid diberi pakan madu 10% yang dioles pada dinding tabung gelas yang ditutup dengan kapas. Tabungtabung tersebut disusun rapi diatas papan kayu yang ditopang wadah plastik yang diisi oli untuk mencegah semut dan serangga lain mencapai tabung. Seluruh tabung disimpan dalam ruangan dengan suhu 28,18 ± 0,59 0C dan kelembaban relatif 56,33 ± 4,27 %. Telur C. javanus yang diduga terparasit dibedah dengan menggunakan jarum mikro dan diamati di bawah mikroskop stereo. Pembedahan dilakukan setiap 24 jam sesuai umur perkembangan parasitoid mulai dari stadia telur, larva dan pupa. Khusus untuk stadium larva pembedahan dilakukan setiap 12 jam karena diduga umur instar larva kurang dari 24 jam. Pengamatan dilakukan terhadap bentuk, ukuran, warna, dan ciri-ciri lain setiap stadium pradewasa. Kemudian dilakukan pemotretan terhadap parasitoid Trissolcus sp. semua stadia dengan menggunakan mikroskop stereo dengan kamera digital tipe OLYMPUS 11D.
12
Gambar 3 Mikroskop stereo dengan kamera digital tipe OLYMPUS 11D, digunakan untuk pemotretan semua stadia Trissolcus sp.
Penelitian Potensi Trissolcus sp. Sebagai Parasitoid Telur pada Inang C. javanus Telur C. javanus berumur satu hari disterilkan dalam lemari pendingin dengan suhu 50C selama 24 jam agar telur yang tidak terparasit tidak menetas menjadi nimfa. Sebanyak 50 telur C. javanus yang telah disterilkan direkatkan pada pias kertas karton ukuran 0,5 x 2 cm dengan perekat gom arab yang selanjutnya disebut sebagai pias. Kemudian pias dimasukkan dalam tabung reaksi berukuran panjang 10 cm dan diameter 1 cm. Pada masing-masing tabung dimasukkan satu parasitoid Trissolcus sp. betina dewasa yang telah berkopulasi dan pada bagian dinding tabung diolesi madu 10 % sebagai pakan parasitoid. Imago jantan dipelihara pada tabung terpisah untuk mengamati lama hidup. Tabung-tabung tersebut disusun rapi diatas papan kayu yang ditopang wadah plastik yang diisi oli untuk mencegah semut dan serangga lain mencapai tabung. Seluruh tabung disimpan dalam ruangan dengan suhu 28,18 ± 0,59 0C dan kelembaban relatif 56,33 ± 4,27 %. Setiap hari pias diganti dengan pias yang baru sampai imago betina Trissolcus sp. berhenti meletakkan telur dan diberi pakan madu sampai imago betina tersebut mati. Imago betina Trissolcus sp. yang telah mati kemudian dibedah dan dihitung jumlah telur yang masih ada di dalam ovari. Percobaan diulang sebanyak 10 kali (10 pasang parasitoid). Pengamatan
13
dilakukan terhadap keperidian dan produksi telur harian, potensi produksi telur, lama hidup, lama perkembangan, jumlah imago Trissolcus sp. yang muncul, nisbah kelamin dan lama masa reproduksi. Keperidian dan Produksi Telur Harian. Keperidian dihitung dari jumlah total telur yang diletakkan oleh imago betina Trissolcus sp. selama masa hidupnya dalam telur inang C. javanus. Produksi telur harian dihitung berdasarkan jumlah telur yang dihasilkan oleh imago Trissolcus sp. betina setiap harinya selama masa oviposisi. Potensi Produksi Telur. Potensi produksi telur merupakan total jumlah telur yang dihasilkan dan sisa telur dalam ovari Trissolcus sp. Lama Hidup. Lama hidup Trissolcus sp. diamati mulai dari hari pertama imago muncul sampai imago tersebut mati. Lama Perkembangan. Lama perkembangan dihitung dari hari pertama Trissolcus sp. meletakkan telur sampai waktu pemunculan imago. Nisbah Kelamin. Perbandingan jumlah imago jantan dan betina Trissolcus sp. dihitung dari total seluruh imago keturunan F1 yang muncul. Lama Masa Reproduksi. Masa reproduksi dihitung mulai hari pertama imago betina Trissolcus sp. meletakkan telur sampai hari terakhir imago betina meletakkan telur. Persentase Parasitisasi. Persentase parasitisasi diketahui dengan cara menghitung banyaknya telur inang yang terparasit dengan menggunakan rumus berikut :
Persentase Keberhasilan Hidup. Keberhasilan hidup Trissolcus sp. diketahui dengan cara menghitung banyaknya imago yang muncul dari kelompok telur terparasit dengan menggunakan rumus :
Data diolah dengan menggunakan program Microsoft Office Excel 2007.
14
Gambar 4 Penelitian di laboratorium; (a) telur C. javanus, (b) pias yang berisi telur C. javanus, (c) tabung tempat parasitisasi, dan (d) tabung berisi telur C. javanus terparasit.