BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berangkat dari sebuah keprihatinan , sebuah rasa yang memberontak tatkala guru yang bersertifikasi, guru yang seharusnya mendapat sebutan profesional justru memberi contoh yang tidak profesional. Guru yang seharusnya mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi sama sekali belum tampak dalam keseharian. Saya sedih, karena saya tidak pernah tanda tangan persiapan mengajar. Kalau pun tanda tangan karena para guru saya beritahu bahwa saya akan supervisi. Begitu jadwal supervisi tiba, kesedihan saya jadi bertambah. Kemampuan temanteman tidak ada yang istimewa. Bagaimana tidak bersedih? Sebenarnya, kalau dari kompetensi professional, mereka semua adalah orang-orang yang pintar, menguasai dalam bidang keilmuan masing-masing. Namun sayang, kepintaran itu tidak berimbas ketika mereka berada di depan kelas. Mereka membelajarkan anak masih dalam caracara yang kuno. Menjelaskan pembelajaran, memberi tugas, menilai, sudah merupakan menu wajib. Metode
ceramah begitu dominan. Pembelajaran yang seharusnya
PAKEM tidak pernah terlihat. Apalagi, sampai pada penggunaan alat peraga. Saya belum pernah melihat teman-teman menggunakan alat peraga. Mana bisa pembelajaran jadi menarik dan menyenangkan? Mana bisa anak-anak jadi cerdas? (Hasil lengkap supervisi bisa dilihat di buku supervise dalam kompetensi supervisi) Gambar 1.1 Rangkuman Hasil Supervisi
Ketika hal ini saya coba ungkap di hadapan forum, jawaban yang mencul betul-betul menyedihkan.
Bekerja ngoyo-ngoyo(bhs Jawa) tidak mungkin
mengalahkan SDN Lumbang I. Perlu kami informasikan bahwa SDN Lumbang II merupakan SD Imbas dari SDN Lumbang I, SD inti di wilayah gugus kami. SDN Best practice by Melas Hariasih
1
Lumbang I yang dikenal selalu moncer dengan prestasinya. Maklum, input SDN Lumbang I sudah berkualitas. Biasanya putra dari pegawai, anak pejabat, sekolah di sana. Jawaban lain dari teman-teman, meskipun pinter, anak sini banyak yang tidak melanjutkan. Jawaban yang membuat saya harus mengelus dada, namun benar adanya. Keprihatinan kedua, ketika saya melihat karakter anak-anak yang menurut saya masih jauh dari yang saya harapkan, atau yang lebh keren jauh dari misi yang hendak dicapai. MANIS CERIA kependekan dari Mandiri, Insan Berbudi, Cerdas, Indah dan Asri tertulis manis di depan sekolah.
Yang menjadi sorotan saya
adalah insan
berbudi. Seharusnya, perwujudan insan berbudi, akan sangat terlihat ketika anak-anak bersikap, bertingkah laku, bertutur sapa dalam koridor yang sesuai dengan norma yang berlaku. Bagaimana gaya berbicara dan
cara bertingkah laku sudah merupakan
gambaran tentang watak orang tersebut. Gaya dan sikap tersebut sudah memberikan petunjuk awal kepada kita bagaimana karakter seseorang tersebut. Contoh, anak-anak tanpa merasa bersalah dengan seenaknya membuang sampah sembarangan, berbicara dengan guru seperti layaknya berbicara dengan teman sendiri. Ketika bertemu dengan guru, jangankan memberi salam , gurunya tidak ditabrak saja sudah untung. Inikah yang dimaksud insan berbudi? Namun, hal itu juga tidak bisa dilepaskan dari kita. Tidak jarang hal yang kecil terlewatkan begitu saja. Kita lupa bahwa peristiwa besar selalu diawali dengan hal yang sepele. Misalnya, guru tahu ada anak membuang sampah sembarangan. Guru seolah-olah tidak tahu, acuh, bahkan mengatakan , ah…cuma gitu doang. Contoh lain, ketika ulangan ada anak yang mencontek, guru hanya memarahi tanpa memberi sanksi apa-apa maka besoknya peristiwa itu akan terulang dan terulang kembali. Dan masih banyak contoh yang lain. Secara tidak langsung kita sudah mendidik anak berkarakter tidak berbudi. Padahal kalau kita cermati secara tidak langsung kita telah membiarkan anak tersebut menjadi seorang anak yang tidak bertanggung jawab, pembohong, dan tidak disiplin. Apa jadinya kelak jika suatu saat anak tersebut menjadi seorang pejabat? Lima bulan sejak dilantik ( bulan Februari dilantik) untuk mutasi ke SDN Lumbang II saya pikir cukup bagi saya untuk mengenali karakteristik sekolah secara utuh, baik karakteristik guru, murid, wali murid, dan lingkungan sekitar. Apalagi selama ini saya memang sudah dekat dengan teman-teman SDN Lumbang II. Aturanaturan maupun kebijakan-kebijakan, yang dilaksanakan, belum begitu menyentuh kepada visi dan misi sekolah
yang bertajuk
MANIS CERIA ( Mandiri, Insan
Berbudi, Cerdas, Indah dan Asri ). Yang terlihat mencolok adalah bangunan yang Best practice by Melas Hariasih
2
megah, lingkungan yang indah dan asri meskipun halaman belum berpaving sempurna. Program penciptaan anak mandiri demi mewujudkan insan berbudi yang cerdas, belum terprogram secara detail. Nah, inilah yang kemudian menjadi tantangan bagi saya untuk lebih membuat kegiatan yang sudah ada diprogram dan dirancang ulang agar hasilnya menjadi lebih sempurna. Bertolak dari nilai-nilai antikorupsi yang di dalamnya di antaranya ada kejujuran, tanggung jawab, disiplin, sederhana, mandiri, kerja keras, adil, berani, dan peduli, mulailah kami mendeklarasikan pelaksanaan pendidikan antikorupsi yang kami fokuskan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN Lumbang II demi terwujudnya murid-murid yang mandiri, berbudi, dan juga cerdas. Dan, ini pulalah yang kemudian kami angkat dalam sebuah sajian karya yang kami beri judul “Media Wayang Solusi Membudayakan IPAK untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di SDN Lumbang II”.
B. Tujuan yang ingin dicapai dari Pembudayaan IPAK ini di antaranya adalah: 1. Membangkitkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran. 2. Membelajarkan anak agar menjadi anak berbudi. 3. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan tujuan di atas maka dapat dirumuskan masalah: 1. Apakah pembudayaan IPAK dapat meningkatkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran? 2. Apakah pembudayaan IPAK dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan karakter siswa menjadi lebih berbudi? 3. Apakah pembudayaan IPAK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran? D. Manfaat 1.
Bagi Penulis: menjadi motivasi untuk terus berbuat yang terbaik demi kualitas pendidikan yang lebih bermutu di SDN Lumbang II.
2.
Bagi Kepala Sekolah: memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran di sekolah. Gambaran tersebut lebih lanjut diharapkan berperan dalam menentukan bentuk strategi belajar mengajar, penuntasan pelajaran maupun penilaian dalam pembelajaran.
Best practice by Melas Hariasih
3
3.
Bagi guru: a.
Menjadi tolok ukur bagi guru mengenai berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran di kelas.
4.
b.
Memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
c.
Sebuah solusi media yang bisa diterapkan di kelas.
Bagi siswa: a. Meningkatkan kreativitas siswa. b. Memberikan rangsangan untuk selalu berperilaku yang berbudi.
Best practice by Melas Hariasih
4
BAB II LANDASAN TEORI A. Media Wayang Konsep dasar pembelajaran jelas tertulis dalam UU Sisdiknas Pasal 1 butir 20 yakni “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar.” Dalam konsep tersebut terkandung 5 aspek, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Kemauan dan kemampuan siswa dalam belajar tergantung pada bagaimana pendidik menjalin hubungan dengan peserta didik sehingga pembelajaran yang ada menjadi sesuatu yang menyenangkan dan bermakna. Untuk itu pendidik harus mampu memilih sumber belajar, media yang relevan yang ada di sekitar siswa sehingga siswa merasa tertarik dan mau belajar secara optimal. Sumber belajar adalah referensi materi yang kita ajarkan. Dari mana kita mendapatkan materi, itu merupakan indicator sumber belajar. Sumber belajar bisa kita ambil dari buku paket, perpustakaan, internet, lingkungan sekitar, atau pun dari sumber lain. Media
merupakan
alat
bantu
yang
digunakan
guru
dalam
rangka
mempermudah pembelajaran. Dengan menghadirkan media diharapkan siswa lebih mudah menangkap materi yang disajikan, pembelajaran tidak membosankan, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Wayang yang dimaksud di sini adalah wayang yang terbuat dari karton, dibentuk sesuai tokoh yang kita inginkan. Jadi media wayang adalah alat bantu berupa wayang mainan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk meningkatkan keterampilan menulis. Berdasar uraian di atas maka jelas terlihat bahwa media yang tepat akan lebih mengarahkan guru untuk mencapai tujuan. Tujuan dalam tulisan ini adalah membudayakan IPAK dalam pembelajaran melalui media wayang sehingga anak terbiasa dengan pembiasaan sikap antikorupsi dalam kesehariannya.
B. Pembudayaan IPAK IPAK merupakan kependekan dari Implementasi Pendidian Antikorupsi. Pendidikan antikorupsi merupakan salah satu realisasi dari pendidikan karakter. Best practice by Melas Hariasih
5
Penanaman karakter individu yang berupa nilai-nilai luhur dapat diperkenalkan sejak dini dalam rangka membentuk karakter bangsa yang berakhlaqul qarimah. Orang tua dan guru sangat diperlukan peranannya dalam rangka membangun karakter siswa. Peran orang tua dapat berwujud teladan dan bimbingan yang diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Teladan atau contoh perilaku orang tua akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan kepribadian dan karakter anak. Contoh, karena orang tua selalu berperilaku jujur, maka anak akan meniru apa yang diakukan oleh orang tuanya. Begitu pula sebaliknya. Di sinilah sebenarnya persemaian pertama dan utama karakter yang dapat dilakukan orang tua. Anak-anak akan meniru secara utuh apa yang dilakukan oleh orang tuanya.
C. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DI LEMBAGA Sebelum secara khusus membahas tentang bagaimana implementasi media wayang solusi pembudayaan IPAK untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN Lumbang II, sejenak mari kita kilas balik dengan kejadian mulai saya menginjakkan kaki di SDN Lumbang II sampai sekarang.
Kegiatan Dalam Tahun 2012 Berangkat dari sebuah semangat, saya pasti bisa, maka mulailah saya menata
diri agar saya bisa memunculkan Lumbang II. Nada miring dari teman-teman bahwa kita SD Imbas tidak mampu berbuat banyak harus saya singkirkan. Dalam waktu yang amat singkat, saya mulai membaca peluang, apa yang bisa Lumbang II lakukan untuk mengatakan pada umum bahwa Lumbang II bisa. Oh…drumband. Di Kecamatan Lumbang tidak ada satu pun sekolah yang menggalakkan ekstrakurikuler drumband. Bermodal tekad dan hutang kami membeli alat-alat drumband yang paling murah. Dan, dalam waktu tidak lebih dari empat bulan sejak bulan Maret drumband Lumbang II bisa unjuk gigi di kecamatan Lumbang. Kegiatan perpisahan SDN Lumbang II tahun pelajaran 2011/2012 anak-anak kita karak dengan iringan drumband pada siang hari dan diterskan dengan pelepasan secara resmi pada malam harinya. Masyarakat khususnya wali murid begitu bangga melihat putra-putrinya dikarak dengan berbaju toga.
Best practice by Melas Hariasih
6
Gambar 2.1 Arak-arakan drumband mengiringi acara wisuda murid kelas VI tahun 2011/2012
Gambar atas, Melas Hariasih kanan, pegang mik, mengenalkan drumband Lumbang II kepada masyarakat.
Bermodal tekad untuk menunjukkan pada umum bahwa seorang Melas Hariasih bisa memberikan perubahan yang positif, maka saya bulatkan semangat bahwa perpisahan kelas VI harus meriah . Dilaksanakan malam hari, agar semua wali murid bisa menyaksikan. Maklum, wali murid kami sebagian besar adalah buruh tani. Sehingga waktu siang biasanya untuk bekerja. Guru-guru yang pada awalnya sinis, mulai bergelora. Apalagi, ketika mereka melihat kegigihan saya melatih tari untuk anak-anak. Kami akhirnya semua bekerja keras, bagaimana supaya tampilan perpisahan di pertama sejak saya menjabat, lain dari sebelumnya. Kami semua ekstra kerja keras. Guru-guru saya wajibkan agar dari masing-masing kelas ada tampilan. Hasilnya? Bisa dilihat dari foto-foto di bawah ini. Dan, yang paling penting itu tidak pernah ada sebelumnya di Lumbang II, termasuk di sekolah-sekolah lain di Kecamatan Lumbang.
Best practice by Melas Hariasih
7
Gambar 2.2 Suasana Wisuda
a. Prosesi wisuda
b. Pentas seni
Kegiatan Tahun 2013 Masyarakat akhirnya menilai. Bertolak dari itu semua,
dalam penerimaan
murid baru di tahun 2012/2013 murid kelas I membludak. Kami pihak sekolah sampai harus menyeleksi karena lokal kami tidak mencukupi. Jumlah murid baru yang kami terima mencapai 40 orang.
Kata teman-teman, siapa yang mengajar, di mana
kelasnya, saya jawab saya yang mengajar. Kelas kita pakai perpustakaan. Sekaligus ingin saya tunjukkan kepada teman-teman, bahwa tugas seorang guru juga bisa saya lakukan d samping tugas berat saya sebagai seorang kepala sekolah. Memasuki tahun 2012/2013 saya harus mempunyai terobosan lain untuk memberikan perubahan yang berarti. Banyak PR yang sudah menunggu antrean. Waktu itu dengan jumlah siswa baru yang mencapai 40 orang ditambah dengan siswa Best practice by Melas Hariasih
8
kelas I yang tidak naik, terpaksa ruang kelas harus kami jadikan 2 rombel. Kami kekurangan tenaga pengajar dan juga ruang kelas. Belum lagi halaman yang belum berpaving, pagar belakang belum ada. Step by step, semua masalah kami rapatkan dengan dewan guru bersama komite sekolah. Setelah ada sepakat, kami mengundang semua wali murid. Berbarengan dengan sosialisasi program di awal tahun pelajaran, wali murid sepakat untuk membantu tenaga dan yang lainnya selain finansial tentunya, agar pemavingan halaman depan terlaksana dalam semester I. Gambar 2.3 Suasana Pertemuan Walimurid Gambar Kiri, Melas Hariasih (nomer 2 dari kiri) bersama ketua komite dan bendahara. Gb.kanan, wali murid Lumbang II
Gambar 2.4 Halaman Sebelum dipaving
Halaman sudah dipaving
Berkat kerjasama antara sekolah dan wali murid pula, maka halaman sekolah belakang yang tidak berpagar kini sudah berpagar. Bantuan berupa uang memang tidak pernah sekolah dapatkan. Tapi wali murid siap dengan kerja dan kerja. Kalau dihitung dengan uang tenaga wali murid pasti melebihi dari uang yang disumbang. Best practice by Melas Hariasih
9
Gambar 2.5 Pekerjaan Pemagaran Halaman Belakang
Pada
tahun pelajaran 2012/2013 berbagai kegiatan ekstrakurikuler saya
hidupkan. Ekstra tari, pramuka, olahraga. Karena kami kekurangan tenaga pelatih, akhirnya saya selaku kepala sekolah, terjun langsung ke lapangan. Bermodalkan sedikit keterampilan yang saya punya, saya bimbing anak-anak dalam bidang tari dan senam. Dan kembali, saya bisa mengatakan pada umum. Lumbang II tidak kalah dengan sekolah yang berada di kota. Dalam tahun 2013 banyak prestasi yang bisa kita ukir, diantaranya: Juara I Senam tingkat kabupaten, mewakili Kabupaten probolinggo di tingkat propinsi. Gambar 2.6 Kegiatan Senam di Kabupaten dan Propinsi
Best practice by Melas Hariasih
10
Dalam tahun yang sama SDN Lumbang II juga menyabet juara I dalam bidang adiwiyata. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Cabang Dinas pendidikan Kec. Lumbang bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Lumbang. Peserta kegiatan ini dimulai dari SD sampai dengan SMA baik negeri maupun swasta.
Gambar 2.7 Penerimaan Hadiah Adiwiyata
Gambar atas, Melas Hariasih, nomer 2 dari kanan.
Rupanya tahun 2013 merupakan tahun keberuntungan buat SDN Lumbang II. Buktinya di tahun ini pula, SDN Lumbang II berhasil meraih juara I dalam bidang lomba sekolah sehat. Lomba ini diseleggarakan oleh Puskesmas Lumbang bekerja sama dengan Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Lumbang.
Best practice by Melas Hariasih
11
Gambar 2.8 Penilaian Lomba Sekolah Sehat
Gambar kiri, tim penilai bersama Melas Hariasih, di depan kamar kecil. Gambar kanan, ketika tim klarifikasi data ke KS di depan ruang kelas
Tahun 2013 Lumbang II mulai bangkit. Kalau selama ini yang nampak baru kegiatan non akademik, kami ingin dari segi akademik juga mampu berbicara minimal di tingkat Kabupaten. Kembali kami mengadakan terobosan untuk mendongkrak nilai anak-anak. Kami membuat program kelas unggulan. Caranya, kelas IV dan V dipilih maksimal 5 anak terpandai di kelas untuk diikutkan dalam program kelas unggulan khusus materi olimpiade. Sementara untuk kelas VI kami juga memberikan les khusus pendalaman materi UAS Utama.Kami datangkan guru les dari luar. Hasilnya, SDN Lumbang II bisa menduduki 5 besar kecamatan. Prestasi yang sangat membanggakan bagi kami karena selama ini belum pernah kami dapatkan. Program ini terus menorehkan prestasi hingga kini. Setiap ajang olimpide murid kami selalu mendapat juara. Artinya meski SD Imbas kita tidak mau kalah dengan SD inti. Kegiatan tahun 2014 Jika fokus 2013 masih kepada bagaimana membuat SDN Lumbang II dikenal umum, tidak hanya di Lumbang namun bisa sampai ke tingkat yang di atasnya maka kini ganti teman-teman guru yang harus menjadi pusat perhatian. Khususnya kepada teman-teman PNS. Guru-guru saya pacu untuk berbuat yang terbaik. Saya buat diri saya menjadi teladan. Yang pada awalnya guru cenderung santai, tidak melaksanakan tupoksi dengan maksimal, guru-guru mulai berubah. Supervisi saya galakkan. Hasilnya kita tindak lanjuti dalam forum KKG Mini. Berbagai instrumen saya buat. Dengan harapan Best practice by Melas Hariasih
12
teman-teman tidak merasa diremehkan atau merasa kecil. Dengan instrument, temanteman menilai dirinya sendiri. Dalam forum KKG mini, teman-teman yang sudah bagus kita beri reward. Kita suruh sampaikan triknya sehingga bisa berhasil. Sementara punishment untuk temanteman yang belum berbuat cukup dengan moral. Artinya dia akan termaginalkan jika tidak mampu menbuat perubahan. Selain itu, foto-foto yang saya dapatkan secara diam-diam di masing-masing kelas selalu saya tunjukkan. Bukan untuk memojokkan, namun dengan harapan bisa jadi sumber motivasi. Penelitian saya lakukan. Selain sebagai sumber inspirasi bagi teman-teman harapan saya adalah ada perubahan. Di antaranya adalah mengenai pajangan siswa. Begitu sedihnya hati saya, ketika saya potret kelas-kelas. Kelas yang bersih tanpa pajangan. Kalau ada pajangan, terlihat semrawut, tidak enak dipandang mata. Gambar 2.9 Pajangan Sebelum Diadakan Tindakan
Gambar 2.10 Pajangan Setelah Diadakan Tindakan
Selain itu, di tahun 2014 saya juga membuat karya inovasi pembelajaran dalam bidang alat peraga. Alat peraga yang dimaksud adalah wayang. Tujuan utama dari pembuatan wayang ini sebenarnya untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Aplikasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan wayang adalah sebagai berikut: Best practice by Melas Hariasih
13
a. Tahap persiapan 1.
Menentukan materi yang sesuai dengan metode yang dipilih.
2.
Menyusun RPP beserta kelengkapannya.
3.
Menyiapkan media/alat yang dibutuhkan.
Gambar 2.11 Contoh boneka wayang yang dipunyai sekolah
a.
Tahap pelaksanaan
1.
Sebelum KBM dimulai siswa dan guru bersama-sama menata panggung.
Gambar 2.12 Panggung Boneka
2. Setelah panggung selesai ditata, guru memposisikan dirinya di balik panggung.
Best practice by Melas Hariasih
14
Gambar 2.13 Posisi Guru 3.
Mulailah guru bercerita sesuai dengan materi dan tujuan yang hendak dicapai. Guru memainkan wayang yang telah dipersiapkan. Dalam dialog-dialog itulah guru mulai menyelipkan nilai-nilai antikorupsi.
4.
Di akhir cerita guru mengadakan tanya jawab tentang isi cerita dan fokuskan juga pada penanaman antikorupsi dengan tujuan tertanam semangat antikorupsi di dalam diri anak-anak.
b.
Tahap evaluasi dan refleksi.
Hasil dari penggunaan media ini cukup fantastis. Anak-anak yang tadinya tidak gemar menulis menjadi termotivasi untuk menulis. Ini pula yang membuat sekolah berinspirasi untuk membuat bulletin sekolah untuk wadah anak-anak yang punya hobi menulis. Buletin itu kami beri nama BULADA kependekan dari Buletin Lumbang II. Gambar 2.14 Cover Bulada
Namun, pada akhirnya penggunaan media wayang ini tidak hanya untuk meningkatkan keterampilan menulis. Namun, lebih jauh dengan media wayang kita bisa menyelipkan pendidikan apa pun ke dalamnya. Saya beri contoh kepada guru, bagaimana memainkan wayang yang tujuannya untuk membidik karakter siswa. Best practice by Melas Hariasih
15
Kegiatan tahun 2015 Tahun 2015 merupakan tahun penuh prestasi. a.
Juara Senam tingkat Kabupaten baik oleh guru maupun oleh siswa merupakan prestasi pertama yang diraih dalam tahun 2015. Gambar 2. 15 Berfoto bersama para pemenang
Melas Hariasih barisan belakang nomer 2 dari kanan dan siswa barisan depan nomer 2 dari kanan (baju oranye celana hitam) b. c.
Dari segi akademik juga tidak mau ketinggalan. 2 Murid SDN Lumbang II berhasil menjuarai olimpiade matematika tingkat Gugus . Yang sangat membanggakan bagi kami adalah terpilihnyaSDN Lumbang II menjadi 10 nominator IPAK tingkat Kabupaten. Yang merupakan karya kami terbaik semenjak kami menjabat kepala sekolah sejak tahun 2012.
Best practice by Melas Hariasih
16
BAB III PERJUANGAN MENDAPATKAN PENGAKUAN IPAK A.
KONSEP AWAL Berawal dari adanya lomba pendidikan antikorupsi yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo bekerjasama dengan Jawa Pos SDN Lumbang II maju bersama 3 sekolah yang lain dari Kecamatan Lumbang. Sebenarnya yang berhak maju ke kabupaten adalah sekolah inti. Namun, entah mengapa di gugus I pilihan justru jatuh ke SD saya yang hanya sebagai imbas. Kepercayaan tidak pernah saya sia-siakan. Bersama dengan 3 SD inti yang lain, kami mempersiapkan semuanya. Langkah awal kami harus mengumpulkan profil IPAK di sekolah masingmasing. Tidak sulit untuk mencari bukti fisik di sekolah kami. Karena sebenarnya pembiasaan pendidikan antikorupsi yang di dalamnya terkandung 9 nilai itu sudah biasa kami laksanakan dan kami dokumentasikan. Akhirnya dari 105 peserta awal, SDN Lumbang II masuk ke dalam 30 nominator. `Ke – 30 nominator di atas berhak untuk mengikuti training selama 3 hari. Nara sumber berasal dari dinas pendidikan, kepolisian, dan kejaksaan. Selama 3 hari para nominator dibekali dengan berbagai materi tentang korupsi. Rangkaian puncak dari training 30 nominator diajak studi banding ke SD Lateng dan SD Brawijaya di Banyuwangi. Gambar 3.1 Suasana Training
Gambar atas kanan, Melas Hariasih, tengah Best practice by Melas Hariasih
17
Gambar 3.2 Wawancara dengan Guru di SD Lateng
Melas Hariasih, kaos hitam jilbab hitam
Dari ke 30 nominator kemudian dikerucutkan menjadi 10. SDN Lumbang masuk lagi dalam 3 besar.
Tugas berat menunggu. 10 finalis wajib
memprestasikan profil sekolah masing-masing. Setelah itu tim juri akan ferifikasi ke lapangan untuk menentukan siapakah yang berhak menjadi jawara. Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu tiba. Tepat pada peringatan 2 Mei, malam hari berbarengan dengan acara peringatan hari jadi Kabupaten probolinggo, pengumuman pemenang disampaikan.
Ada 4 kategori yang diperebutkan.
Lumbang II berhasil memenangkan kategori proses pembelajaran. Alhamdulillah. Perjuangan tidak sia-sia. Gambar 3.3 Penerimaan Hadiah IPAK
Best practice by Melas Hariasih
18
B. STRATEGI MBUDAYAAN IPAK DI SDN LUMBANG II Pembudayaan IPAK di SDN Lumbang II kami beri judul Saber Tor Ta Judi Se Ma Kere Abdi ( Siap berantas koruptor dengan tanggung jawab, jujur, disiplin, sederhana, Mandiri, kerja keras, adil, berani, dan peduli). Berbagai program sudah kami laksanakan, baik yang rutin, terprogram,maupun insidental.
Namun, fokus
sekolah terletak pada proses pembelajaran yang di dalamnya mengintegrasikan pendidikan antikorupsi melalui media wayang. C.
PENGGUNAAN DALAM PEMBELAJARAN Cara menggunakan alat ini adalah : 1.
Guru menyiapkan tokoh-tokoh yang dikehendaki.
2.
Guru berada di balik panggung dan memainkan cerita yang dipilih.
3.
Untuk membuat permainan jadi lebih menarik, tambahkan dekorasi berupa gambar-gambar yang mencerminkan latar cerita, (bisa juga menggunakan LCD) untuk memberikan kesan hidup pada latar.
4.
Siswa menyimak permainan wayang.
5.
Tanya jawab isi cerita
6.
Refleksi pesan dengan penekanan pada konsep antikorupsi.
Gambar 3.4 Proses Pembelajaran dengan Media Wayang D.
PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran maka siswa terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran. Akhirnya berpengaruh pada peningkatan hasil. Nilai siswa meningkat secara signifikan dibandingkan sebelum menggunakan wayang.
Best practice by Melas Hariasih
19
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa: 1.
Media wayang dalam rangka pembudayaan IPAK dapat meningkatkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran.
2.
Media wayang dalam rangka pembudayaan IPAK dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan karakter siswa.
3.
Media wayang dalam rangka pembudayaan IPAK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
B. Saran Tetap dengan satu tekat dan semangat disarankan kepada: 1. Guru: agar terus berkreasi dan berinovasi untuk kepentingan pendidikan 2. Kepala sekolah: Jadilah model, jadilah contoh yang baik yang bisa ditiru oleh guru.
Best practice by Melas Hariasih
20
DAFTAR PUSTAKA Daryanto, Drs. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta: Gaya Media Sapari, Achmad, Drs dan Hamzah. 2012. Pendidikan Karakter dan Krativitas Guru. Solo : Tiga Serangkai Sapari, Achmad. Kabar Probolinggo, 10 maret 2015.
Opini
Mengembangkan
Nilai Kejujuran Siswa. Halaman 4 https://muhammadapryadi.wordpress.com/tentang-ilmu-hukum/nilai-dan-prinsipanti-korupsi/ diakses 6 Maret 2015
Best practice by Melas Hariasih
21