BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perkembangan jurnalisme media siber yang kian hari semakin pesat dan kehadirannya yang semakin diminati, membuat media ini semakin popular dan menjadi preferensi utama masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam hal memperoleh informasi. aktualitas pemberitaan yang ditawarkan melalui portal-portal berita online, telah mengantarkan media ini menjadi media yang popularitasnya tinggi di masyarakat. Namun popularitas yang tinggi, ternyata tidak menjadikan media ini sempurna secara mutlak. Demi mengejar aktualitas, seringkali didapati bahwa berita yang diproduksi oleh media siber terpublikasi tanpa akurasi yang baik dan keberimbangan berita yang terjaga. Hal ini pada akhirnya dapat membuat kesalahpahaman persepsi di masyarakat terhadap fakta yang sebenarnya terjadi. Fenomena ini mengindikasikan bahwa masih belum efektifnya penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam pemberitaan media siber terutama terhadap pasal 1 Kode Etik Jurnalistik terkait dengan akurasi data dan keberimbangan berita. Dari hasil analisis dan temuan yang telah dideskripsikan dalam penelitian ini, diperoleh hasil bahwa pemberitaan Antaranews.com dalam kasus ditetapkannya Menteri Agama, Suryadharma Ali sebagai tersangka kasus korupsi penyelenggaraan haji pada periode publikasi berita Mei 2014, belum menerapkan Kode Etik Jurnalistik dengan maksimal. Dalam penelitian yang menggunakan unit kajian akurasi pemberitaan dan keberimbangan berita ini, didapatkan hasil bahwa dalam akurasi pemberitaan,
walupun
verifikasi
terhadap
fakta
telah
terverifikasi
kebenarannya melalui konfirmasi langsung dengan narasumber yang bersangkutan dalam berita dan relevansi sumber berita telah menggunakan narasumber
yang
kredibel
dan
kompeten
dalam
kasus,
namun
Antaranews.com belum menyajikan pemberitaannya secara akurat.
106
Dalam akurasi penyajian berita, ternyata masih ditemukan data tidak akurat yang digunakan dalam penulisan isi teks berita. Data yang tidak akurat itu diantaranya adalah penulisan nomor UU yang salah dan penulisan nama tempat kejadian yang tidak sesuai. Dilihat dari jenis kesalahannya, ketidak akuratan atas penyajian informasi dalam teks berita ini kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya ketelitian selama proses penulisan maupun proses pengeditan teks berita. Walaupun kesalahan yang dibuat terlihat tidak terlalu signifikan, namun hal ini bisa saja menimbulkan mis-persepsi pada pembaca jika mereka tidak melakukan verifikasi atas kebenaran berita yang mereka konsumsi. Selain berefek terhadap pembaca, kesalahan ini juga dapat mempengaruhi
kredibilitas
dari
Antaranews.com
karena
telah
mempublikasikan berita yang kurang akurat dalam penyajian datanya. Seharusnya proses penulisan berita oleh wartawan dan proses editing yang dilakukan oleh editor dapat benar-benar dimaksimalkan untuk menghindari adanya kesalahan dalam penulisan teks berita secara teknis maupun substansi. Kesalahan semacam ini sedikit banyak dapat menggangu pembaca dalam memahami keseluruhan isi berita, dan pada akhirnya kesalahan-kesalahan semacam ini dapat menurunkan kualitas berita karena teks berita tidak memenuhi salah satu kriteria kualitas berita, yaitu news is accurate atau ketepatan akan fakta yang disajikan dalam teks berita. Dengan begitu maka penerapan Kode Etik Jurnalistik terkait akurasi pemberitaan belum diterapkan secara maksimal dalam hal keakuratan penyajian isi berita. Selain
itu,
kesalahan
ini
juga
mengindikasikan
bahwa
Antaranews.com belum menjalankan misinya secara maksimal, mengingat salah satu misi dari perusahaan itu adalah Menghasilkan berita dan berbagai produk berbasis informasi lainnya secara cepat, akurat dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan serta pemangku kepentingan (stakeholders) Antaranews.com
lainnya. dapat
Berdasarkan menjaga
misi
tersebut,
keseimbangan
antara
seharusnya kecepatan
pemberitaan dan keakuratan beritanya. Namun hasil yang diperoleh dalam
107
penelitian ini menunjukkan bahwa masih terdapat informasi yang tidak akurat dalam berita. Selain masalah penyajian berita, bagian yang masih belum maksimal dilakukan dalam hal menjaga akurasi data adalah pada bagian verifikasi terhadap fakta. Dalam isi teks berita, walaupun verifikasi terhadap fakta telah terkonfirmasi kebenarannya dengan penggunaan narasumber yang tepat dalam berita, proses pengumpulan fakta kurang dilakukan secara komprehensif sehngga fakta yang didapat terkesan seadanya. Terkait keberimbangan berita, ditemukan hasil bahwa dalam memberitakan kasus ditetapkannya Menteri Agama Suryadharma Ali sebagai tersangka kasus korupsi penyelenggaraan haji, dalam satu artikel berita narasumber yang digunakan hanyalah narasumber tunggal dan berasal dari salah satu pihak saja. Narasumber tunggal itu dijadikan sumber berita utama dalam menulis sebuah artikel berita. Berita penyeimbang dari pihak lainnya terpublikasikan pada artikel berita berikutnya (up date berita) sehingga dapat dilihat bahwa dalam memberitakan kasus ini, berita terpublikasikan secara terpisah. Kenyataan ini akhirnya menimbulkan kesan bahwa pemberitaan dari situs berita Antaranews.com tidak berimbang, karena jika seseorang hanya membaca satu artikel berita saja, mereka hanyalah mendapatkan berita yang cenderung memberikan porsi pemberitaan kepada satu pihak saja. Seharusnya dalam satu teks berita yang terpublikasi, isi berita memuat fakta-fakta yang didukung oleh pernyataan-pernyatan dari para narasumber yang berasal dari masing-masing pihak yang terlibat dan menjadi subjek dalam berita. Tidak hanya itu jika dalam satu teks berita yang terpublikasi hanya menggunakan satu narasumber saja, porsi dalam pemberitaannya pun menjadi tidak seimbang. Jika demikian maka dapat dipastikan bahwa berita yang dihasilkan akan kurang berkualitas karena teks berita tersebut tidak memenuhi salah satu kriteria kualitas berita yaitu news is balance karena berita tidak tersaji secara cover both side. Selain itu berita yang tidak berimbang juga tidak
108
memenuhi asas demokrasi karena dalam asas ini karya jurnalistik mutlak fair, adil dan berimbang. Dari hasil analisis dan temuan dalam penelitian ini, maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pemberitaan Antaranews.com yang dalam penelitian ini menjadi sample dari jurnalisme media siber di Indonesia, belum menerapkan Kode Etik Jurnalistik Dewan Pers, khususnya Pasal 1 dengan maksimal. Hal ini pada akhirnya sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa masih adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh jurnalisme media siber dalam hal menerapkan Kode Etik Jurnalistik terutama berhubungan dengan akurasi serta keberimbangan berita. Masih banyak hal-hal yang harus diperhatikan dan ditingkatkan lagi dalam penerapan Kode Etik Jurnalistik pada jurnalisme media siber, seperti verifikasi terhadap fakta, akurasi penyajian berita serta keberimbangan berita, sehingga berita yang dihasilkan dapat terjamin kualitasnya berkat terpenuhinya kriteria kualitas berita seperti news is accurate, news is balanced, news is objective, news is concise and clear dan news is recent. Karena sesungguhnya jika sebuah media pers dalam memproduksi berita telah memperhatikan kriteria kualitas berita tersebut dengan baik, maka dapat dipastikan media tersebut telah menerapkan Kode Etik Jurnalistik dengan baik karena sesungguhnya Kode Etik Jurnalistik dibuat berkaitan erat dengan nilai berita, kriteria kualitas berita dan asas berita. B. Saran Berdasarkan dari penelitian ini, peneliti memiliki saran agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat. Bagi Antaranews.com, diharapkan untuk meningkatkan dan memaksimalkan lagi penerapan Kode Etik Jurnalistik, terutama terkait dengan akurasi data dan keberimbangan berita agar kualitas berita yang dihasilkan dapat terjamin. Mengingat Kode Etik Jurnalistik berkorelasi dengan nilai berita, kualitas berita dan asas berita. Jika penerapan Kode Etik Jurnalistik belum diterapkan dengan baik, maka nilai berita, kualitas berita dan asas berita pun belum maksimal dilakukan dan berita yang diproduksi dapat dikatakan belum sepenuhnya berkualitas. Disamping itu,
109
Antaranews.com diharapkan lebih memaksimalkan lagi penerapan Kode Etik Jurnalistik terkait, sehingga misi dari perusahaan yaitu Menghasilkan berita dan berbagai produk berbasis informasi lainnya secara cepat, akurat dan sesuai
dengan
kebutuhan
pelanggan
serta
pemangku
kepentingan
(stakeholders) lainnya dapat tercapai. Saran serupa juga penulis sampaikan untuk media pers online lain pada umumnya, agar pemberitaan pada media siber di Indonesia, kedepannya dapat lebih menjaga akurasi serta keberimbangan berita, dan juga lebih memaksimalkan lagi aspek penerapan Kode Etik Jurnalistik. Dengan harapan, pemberitaan media siber tidak lagi hanya mengejar sisi aktualitas serta popularitas semata, tetapi juga dapat menghasilkan berita yang berkualitas dan berguna bagi masyarakat. Selanjutnya, peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Karenanya peneliti berharap akan adanya penelitian lanjutan, mengingat penelitian tentang penerapan Kode Etik Jurnalistik pada Jurnalisme Media Siber masih memiliki banyak sisi yang dapat dieksplorasi lagi, sehingga penelitian ini dapat lebih bermanfaat.
110