B A B IV PENGEMBANGAN DAN PENGUJIAN MODEL
Bab ini terdiri atas 4 (empat) bagian. Pada bagian pertama disajikan deskripsi tentang hasil prasurvey yakni (a) disain dan penerapan pembelajaran yang ada sekarang, (b) kemampuan dan aktivitas belajar peserta didik, (c) kemampuan dan kinerja Guru, (d) kondisi dan pemanfaatan sarana, fasilitas, dan lingkungan. Bagian kedua berisikan uraian pengembangan model antara lain (a) model pembelajaran Pengemas Awal (Advance Organizers) yang dikembangkan, (b) langkah-langkah pengembangan model, dan (c) bentuk akhir dari mode! pembelajaran Pengemas Awal (Advance Organizers). Dalam bagian ketiga disajikan tentang hasil uji coba pengembangan mode! pembelajaran Pengemas Awal (Advance Organizers) meliputi (a) kemampuan dan aktivitas murid, (b) kemampuan dan kinerja Guru yang dituntut dalam penerapan model, (c) sarana, fasilitas, dan lingkungan yang dituntut dalam penerapan model, dan (d) skenario model pembelajaran Advance Organizer. Pada bagian keempat berisikan hasil uji validasi model pembelajaran meliputi (a) dampak penerapan model pembelajaran Advance Organizer terhadap kinerja Guru, dan (b) dampak penerapan model pembelajaran Advance Organizer terhadap kemampuan murid
4.1 Hasil Prasurvey Studi awal merupakan studi pendahuluan yang bersifat deskriptif dan hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi pola proses pembelajaran sejarah yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan model pembelajaran Pengemas Awal (Advance Organizers) dalam implementasi kurikulum sejarah di Sekolah Dasar.
123
Langkah ini dipandang perlu sebab dalam penelitian pengembangan ini akan diujicobakan suatu model dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran, dan pengembangan model tersebut harus didasarkan pada data empiris tentang bagaimana sebenarnya profil dan kondisi subjek yang akan diteliti. Dalam prasurvey data dijaring melalui jawaban terhadap instrumen angket yang disebarkan baik kepada guru yang mengajar di kelas 4 maupun kepada murid kelas 4, dan hasil observasi kelas dari sejumlah 8 (delapan) sekolah yang terdapat di wilayah Kotamadya Bandung. Diperoleh responden guru sebanyak 8 (delapan) orang dan responden murid sejumlah 228 orang. Secara umum latar belakang responden guru dapat digambarkan melalui Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Latar Belakang Responden Guru Guru A B c
D E F G H
Pendidikan Terakhir SI SI SPG SPG SI D2 D2 D2
Pengalaman Menaaiar di SD 21 tahun 24 tahun 14 tahun 9 tahun 18 tahun 8 tahun 6 tahun 23 tahun
Pengalaman Menaaiar Kelas 4 1 tahun 3 tahun 3 tahun 3 tahun 16 tahun 2 tahun 1 tahun 4 tahun
Dilihat dari latar belakang pendidikan (mayoritas pendidikan tinggi), jawaban terhadap angket yang diberikan dianggap cukup berbobot, dan ditinjau dari pengalaman mengajar di sekolah dasar yang berkisar antara 6 - 2 4 tahun dianggap bahwa para responden guru ini mampu mengekspresikan apa yang dipikirkannya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan angket. Terdapat 4 (empat) hal yang dikemukakan pada bagian ini dan merupakan aspek-aspek yang diteliti pada prasurvey untuk memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran sejarah yang sedang berlangsung saat ini, meliputi (a) disain dan penerapan pembelajaran yang ada sekarang, (b) kemampuan dan aktivitas belajar
124
peserta didik, (c) kemampuan dan kinerja Guru, (d) kondisi dan pemanfaatan sarana, fasilitas, dan lingkungan. 4.1.1 Disain dan penerapan pembelajaran yang sedang berlangsung Sebelum mengembangkan rencana pengajaran, seorang guru dituntut untuk melakukan persiapan dan dalam tahap persiapan ini guru-guru memberikan jawaban angket seperti tampak pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Persiapan Guru Ketika Menerima Tugas Mengajar Membaca Membaca Membaca Membaca
buku pegangan murid buku sumber di (uar buku pegangan murid Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) kurikulum secara keseluruhan TOTAL
Frekuensi 1 1 6 0 8
Mayoritas guru (= 6) memberikan jawaban membaca GBPP sebelum mengembangkan rencana pengajaran dan tidak ada satupun guru yang membaca kurikulum secara keseluruhan. Jika ditinjau duri pengalaman mengajar di kelas 4, 6 (enam) orang guru mengajar di kelas 4 kurang dari 4 (empat) tahun yang sebenarnya masih perlu untuk memahami kurikulum secara keseluruhan. Semua guru menyatakan membuat Satpel atau rencana pengajaran sebelum mereka mulai mengajar, tetapi terhadap pertanyaan tujuan pengembangan rencana pengajaran tersebut jawaban yang diberikan bervariasi seperti tampak dalam Tabel 4.3 berikut Tabel 43 Tujuan Pengembangan Rencana Pengajaran Untuk laporan ke Kepala Sekolah Mengetahui kekurangan sehingga dapat dipersiapkan Bahan pembanding dengan hasil karya teman sejavrat Pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar TOTAL
Frekuensi 2 1 2 3 8
125
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, hanya sebagian guru (= 3) yang memahami tujuan atau kegunaan pengembangan rencana pengajaran yakni
sebagai
pedoman
dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Pendapat guru yang memberikan jawaban bahwa rencana pengajaran dibuat sebagai laporan ke kepala sekolah (= 2) memperlihatkan masih ada guru yang mempunyai pandangan bahwa membuat rencana pengajaran hanya sebagai kewajiban tugas administratif belaka. Pemahaman guru terhadap pengembangan pengajaran
yakni
pengembangan
TPK,
aspek-aspek dalam rencana
pengembangan
materi
pembelajaran,
pengembangan strategi pembelajaran, dan pengembangan alat evaluasi hasil belajar dapat dicermati melalui Tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Pendapat Guru tentang Pengembangan Aspek-aspek dalam Rencana Pengajaran Frekuensi 1. Pengembangan TPK: Mencontoh TPK yang sudah ada Mengembangkan dari materi beku pegangan murid Mengembangkan berdasarkan topik-topik dalam GBPP Menjabarkan dari TP yang tercantum dalam GBPP 2. Pengembangan materi pembelajaran; Disesuaikan dengan materi buku pegangan murid Selain berdasarkan buku pegangan murid juga diperluas dengan sumber lain Berdasarkan potok bahasan / subpokok bahasan yang ada datam GBPP Mengembangkan dahuhi AMP 3. Pengembangan strategi pembelajaran; Mencoba bertok-benortebaru Mencocokkan antara TPK dengan materi 4. Pengembangan atat evaluasi hasil belajar : Mengembangkan pertanyaan berdasarkan materi buku pegangan murid Mengembangkan pertanyaan berdasarkan materi yang sudah diajarkan Mengembangkan pertanyaan yang disesuaikan dengan TPK Mengembangkan pertanyaan yang disesuaikan dengan kfsMtisi yang memperhitungkan keluasan dan kedalaman materi
1 2 3 2 2 3 3 0 2 6 1 4 2 1
Berdasarkan paparan Tabel 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa guru-guru masih kurang memahami cara mengembangkan rencana pengajaran yang benar. Terlihat kecenderungan guru untuk menggunakan buku pegangan murid sebagai sumber utama baik dalam mengembangkan TPK, mengembangkan materi pembelajaran, maupun mengembangkan alat evaluasi hasil belajar. Dapat dimengerti kemudian
126
mengapa guru kurang merasakan kegunaan pengembangan rencana pengajaran, sebab dengan berbekal buku pegangan murid guru sudah merasa dapat memberikan "yang terbaik" bagi murid-muridnya. Pada
waktu
pelaksanaan
kegiatan
belajar
mengajar
sejarah,
terlihat
kecenderungan guru-guru menyatakan pendapatnya ke arah yang baik yakni sering atau sering sekali melaksanakan kegiatan seperti tampak pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Pendapat Guru tentang Kegiatan Belajar Mengajar yang Dilaksanakan 0 Menjelaskan dahulu tujuan pada awal KBM Mengajarkan materi sesuai dengan TPK Memberikan oambaran umum materi yang akan diajarkan Memberikan pertanyaan untuk mengetahui apakah murid sudah mempunya! pengetahuan tentang topik vang akan diajarkan Menjelaskan dahulu konsep atau istilah yang ada pada matert yang akan diajarkan Memberikan contoh-contoh yang berkaitan dengan materi yang diajarkan Menggunakan alat bantu media foambar, peta, dsb.) Memberi kesempatan kepada murid untuk mengemukakan pendapatnya Menanyakan kepada murid pengetahuannya tentang gagasan utama dari materi yang diajarkan Mengulangi aspek-aspek yang dianggap penting berdasarkan materi yang diajarkan Mengulangi definisi konsep / istilah yang terdapat dalam materi yana diajarkan Menanyakan kepada murid perbedaan/persamaan aspek-aspek yana ieraaDat dalam topik materi vang sedang dibahas Menanyakan kepada murid keterkaitan konsep/istilah dengan maten secara keseluruhan dalam topik yana sedana disiarkan Memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya Memberi kesempatan kepada murid untuk mengemukakan contoh-contoh yang berkaitan dengan konsep / istHah yang sedang dibahas Memberi kesempatan kepada murid untuk menghubungkan materi yang sedang dibahas dengan pengalaman/pengetahuan yang dimifiki Memberi kesempatan kepada murid untuk mengemukakan pendapat sendiri (dari sudut pandang laini Memberi kesempatan kepada murid untuk menceritakan kembali materi yang dibahas berdasarkan pemahamannya
1
2 1 1
3 i 4 A \ 3 1 1 6
7
j
1
:
7 2
4
1
2 1
r
2
1 ' 4 i 3 3 i 1 | 2 : 1 ' 4
i
3 ! )
2
4
2 i
1
5
2
1
1
5
1
2
4
1
1
2
5 3
5
4
4
3
2
3
4
1
2
5
3
j i
I
1
127
Memberikan tugas yang harus dikerjakan oleh murid berkaitan denaan materi vana sedana dibahas Membicarakan / mendiskusikan tugas-tugas murid tersebut di kelas Memberikan penguatan materi / umpan balik berdasarkan tuoas-tuoas yana telah diberikan kepada murid Penje/asan:
3 1
3
5
3
2
5
2
0 =/arang sekati dilakukan (antara 0-20%) 1 =jarang dilakukan (antara20.01 -40 %) 2 = kadang-kadang dilakukan (antara40.01 -60%) 3 = sering dilakukan (antara 60.01-80 %) 4=sering sekati dilakukan (antara 30.01 -100%)
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, pada aspek-aspek kegiatan yang lebih spesifik mengarah kepada bentuk Advance Organizers guru memberi jawaban jarang dilakukan atau kadang-kadang dilakukan, yakni menjelaskan dahulu konsep atau istilah yang ada pada materi yang akan diajarkan (= 2 jarang ; = 4 kadang-kadang), menanyakan kepada murid perbedaan / persamaan aspek-aspek yang terdapat dalam topik materi yang sedang dibahas (= 2 jarang ; = 4 kadang-kadang), memberi kesempatan kepada murid untuk menghubungkan materi yang sedang dibahas dengan pengalaman / pengetahuan yang dimiliki (= 3 jarang ; = 4 kadang-kadang), dan memberi kesempatan kepada murid untuk mengemukakan pendapat sendiri dari sudut pandang lain (= 3 jarang; - 4 kadang-kadang). Jika jawaban guru pada angket dibandingkan dengan hasil observasi di kelas, tampak perbedaan yang sangat mencolok. Melalui observasi aktivitas kelas terlihat bahwa semua guru tidak menjelaskan tujuan pengajaran dan hanya 2 guru yang memberikan gambaran umum materi yang akan diajarkan. Materi yang diajarkan seluruhnya berasal dari buku pegangan murid, sebab cara guru mengajarkan materi adalah dengan membacakan apa yang tertulis dalam buku pegangan murid (= 6 guru). Dari cara pengajaran yang demikian tampak bahwa guru kurang siap dengan materi pengajaran sebab seringkah terjadi proses pembelajaran terhenti beberapa waktu karena guru membaca dahulu buku pegangan murid.
128
Konsep-konsep yang terdapat dalam materi pembelajaran dijelaskan oleh guru, terapi dapat diidentifikasi beberapa konsep yang salah penjelasannya. Kesalahan penjelasan konsep dapat dilihat melalui Tabel 4.6. Tabel 4.6 Kesalahan Penjelasan Konsep Konsep Kota dan Desa Prasejarah Sumber sejarah Jaman batu
Penjelasan Kota adalah daerah ramai, dan dan desa adalah daerah penghasil padi atau banyak sawah Orang yang tidak bisa membaca dan menulis atau buta huruf Orang yang mengerti atau mengetahui tentang sejarah Nenek moyang datang dengan membawa batu sehinoaa disebut jaman batu
Kesalahan konsep ini akan berakibat ratai, sebab untuk seterusnya murid akan memiliki persepsi yang keliru terhadap konsep-konsep tersebut. Meskipun guru memberikan contoh-contoh, tetapi contoh yang diberikan adalah contoh yang terdapat dalam buku pegangan murid. Tidak tampak usaha guru untuk memberikan contoh yang dekat dengan murid sehingga yang terjadi kemudian adalah tidak adanya keinginan murid untuk memberi respon terhadap contoh-contoh yang sebenarnya masih terlalu jauh bagi murid. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran terkondisi pada proses satu arah dan murid menganggap contoh sebagai bagian dari pelajaran yang harus dihafalkan. Pada bagian akhir pelajaran
semua guru
memberikan
tugas
berupa
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh murid secara tertulis. Pertanyaan dikembangkan dari buku pegangan murid dan bentuk pertanyaan hanya mencakup domain Cl {Knowledge) Taxonomy Bloom. Tidak tampak usaha guru untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat meningkatkan proses berpikir murid. Sebagian guru memeriksa hasil pekerjaan murid secara individual tanpa membicarakannya dalam forum kelas, dan sebagian guru bahkan tidak memeriksa hasil pekerjaan murid.
129
Berdasarkan perbandingan antara jawaban guru pada angket dengan hasil observasi kelas tampak adanya indikasi jawaban guru mengarah kepada keinginan mereka untuk mengajar dengan baik. Akan tetapi dalam kenyataannya jawaban terhadap angket tersebut berbeda dengan apa yang dilakukan. Hal ini diperkirakan bersumber dari keterbatasan pengetahuan guru yang komprehensif atas materi pelajaran dan kekurangan kemampuan dan keterampilan dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar yang baik. Dengan kondisi pembelajaran yang demikian, tidaklah mengherankan apabila murid memberikan pandangan bahwa pelajaran sejarah termasuk pelajaran yang kurang disukai seperti terlihat pada Tabel 4.7 berikut. Tabel 4.7 Pelajaran yang Membuat Murid Merasa Tersiksa Frekuensi 3 9 5 32 15 31 40. 88 22É
Agama PPKn Bahasa Indonesia Matematika IPA IPS Sejarah Bahasa Sunda TOTAL
Mata pelajaran sejarah menempati urutan kedua (17.5%) yang paling tidak disukai oleh murid dan alasan tidak menyukai pelajaran tersebut dikemukakan seperti terlihat pada Tabel 4. S. Tabel 4.8 Alasan Tidak Menyukai Pelajaran
Suttt untuk dimengerti Banyak yang harus dihafalkan Kuranq dirasakan kegunaannya TOTAL
Frekuensi 116 65 47 228
Mengapa pilihan sulit untuk dimengerti menempati urutan pertama (50.9%) menjadi suatu tanda bahwa proses pembelajaran sejarah harus diperbaiki. Proses pembelajaran
130
sejarah
yang
selama
ini
dikembangkan
oleh
guru
seperti
guru
kurang
mempersiapkannya dengan baik dan dalam kegiatannya hanya bertumpu dengan cara membacakan buku pegangan murid harus ditinggalkan. Sebagai salah satu alternatif, dengan memperkenalkan model pembelajaran Advance Organizers kepada guru diharapkan kualitas pembelajaran tersebut dapat diperbaiki. Hal ini tampak dari pendapat murid yang mencerminkan harapan mereka terhadap bagaimana seharusnya guru menerangkan pelajaran sejarah melalui Tabel 4.9 berikut. Tabel 4.9 Harapan Murid Terhadap Guru daiam Menerangkan Pelajaran Sejarah Sebelum memulai pelajaran. Guru menjelaskan dahulu maksud dan tujuan memaeteiari Sejarah. Sejak awai Guru hanya langsung menerangkan pelajaran Sejarah sampai akhir pelajaran. Selama pelajaran Guru memberi contoh-contoh yang banyak sunava murid menaem. i Guru hanya membacakan buku pelajaran dan murid rrtenqqarisbawahi baoian-bagian pentinq dari buku pelajaran Pertama-tama Guru menjelaskan ceritera sejarah secara lencjkap, lalu memberikan catatan Guru hanya mendiktekan tahun, nama orang, dan nama tempat > lalu murid harus menghafalkannva Guru memperlihatkan gambar-gambar yang menarik ketika meneranoten Seiarah Guru hanya bercerita tentang isi pelajaran Sejarah tanpa i merwaunakan oambar-oambar i Murid-murid boleh memberikan pendapatnya secara bebas j i 1
Setuju 179 (78.5%) 59 (25.88%) 198 (86.8%) 66 (28.95%) 1S6 (81.6%) 47
(20.61%) 171 33 (14.48%) 150 (65.8%}
TkJaksetuiu 49 (21.5%) 169 (74.12%) 30 (13.2%) 162 (71.05%) 42 (18.4%) 181 (7939%) 57 (25%) 195 (85.52%) 78 (34.2%)
j ' ] | \ !
;
.
Berdasarkan apa yang di kemukakan oleh murid sebagai harapan mereka terhadap cara guru mengajar sejarah, terlihat bahwa apa yang mereka peroleh selama ini kurang memenuhi harapan murid. Butir-butir yang dijawab setuju oleh mayoritas murid (yakni lebih dari 50% murid memilih jawaban tersebut) memperlihatkan keinginan murid agar guru mengajar dengan lebih baik sehingga murid memperoleh pemahaman yang lebih baik.
131
4.1.2 Kemampuan dan aktivitas belajar peserta didik Untuk memperoleh potret kemampuan dan aktivitas belajar murid, data dijaring melalui instrumen angket yang disebarkan kepada murid-murid kelas 4 sekolah dasar yang terpilih sebagai sampel prasurvey dan melalui observasi aktivitas kelas. Angket disebarkan sejumlah 228 dan semua murid mengembalikan angket sehingga N = 228. Terhadap pertanyaan tentang pendapat murid mengenai aktivitas bersekolah diperoleh jawaban seperti tampak pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Pendapat Murid tentang Aktivitas Bersekolah Menyenangkan karena bisa belajar banyak Menyenangkan karena banyak teman Tidak menyenangkan karena terlalu banyak yang harus dipelajari Tidak menyenangkan karena banyak teman yang suka mengganggu TOTAL
Frekuensi 188 34 1 5 228
Dari pilihan pernyataan yang terbanyak dipilih yakni menyenangkan karena bisa belajar banyak (82.5%) dapat disimpulkan anak-anak memahami benar bahwa sekolah adalah tempat untuk belajar. Pendapat ini diperkuat dengan pilinan jawaban mereka tentang aktivitas belajar di sekolah sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.11. Tabel 4.11 Aktivitas belajar di sekolah Menurut Pendapat Murid Membuat murid menjadi pandai Banyak memberikan pengetahuan kepada murid Terlalu berat karena terlalu banyak pelajarannya Membosankan karena pelatarannya teriaki sering diulang-ulang TOTAL
Frekuensi 138 83 4 3 228
i j i
|
1
Kedua pernyataan di alas menyiratkan bahwa pelajaran yang diberikan di sekolah tidak terlalu berat atau sudah sesuai dengan kondisi tingkat perkembangan anak, sebab hanya 1 anak (0.44%) yang menyatakan bahwa bersekolah itu terlalu banyak yang harus dipelajari dan 4 anak (1.75%) yang menyatakan aktivitas belajar di sekolah terlalu berat karena terlalu banyak pelajarannya.
132
Aktivitas belajar di luar sekolah juga dilakukan oleh murid-murid. Hal ini tampak dari jawaban mereka terhadap pertanyaan lamanya mereka belajar di rumah seperti terlibat pada Tabel 4.12 berikut. Tabel 4.12 Aktivitas Belajar Murid di Rumah
Kurang dari 1 jam Antara 1 sampai 2 jam Lebih dari 2 jam Tidak menentu TOTAL
Frekuensi 35 96 38 59 228
Menurut murid, rata-rata mereka belajar 1 sampai 2 jam per hari di rumah (42.1%) dan hanya 35 anak (15.4%) yang meluangkan waktu untuk belajar kurang dari I jam per hari. Belajar di rumah erat kaitannya dengan mengerjakan tugas pekerjaan rumah. Sejumlah 193 murid (84.6%) menyatakan bahwa pekerjaan rumah cukup banyak tetapi hal tersebut membantu mereka untuk mengerti pelajaran. Hanya 21 murid (9.2%) yang mengatakan pekerjaan rumah terlalu banyak sehingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk bermain, dan 14 murid (6.1%) menyatakan tidak perlu ada pekerjaan rumah sebab belajar di sekolah sudah dianggap cukup. Terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru, 117 murid (51.3%) mengatakan bahwa mereka mengerti apa yang diterangkan oleh guru dan 111 murid (48.7%) menyatakan kadang-kadang. Hal ini memperlihatkan murid memiliki kemampuan untuk belajar, persoalannya adalah bagaimana guru membimbing mereka agar dapat mencapai hasil optimal dalam belajar. Dalam hal pelajaran sejarah dijaring data tentang bagian dari pelajaran sejarah yang disenangi oleh murid dan bagian dari pelajaran sejarah yang tidak disukai untuk mengetahui bagaimana posisi mata pelajaran sejarah. Jawaban terhadap kedua pertanyaan tersebut dapat dicermati melalui Tabel 4.13 dan Tabel 4.14 berikut.
133
Tabel 4.13 Pendapat Murid Tentang yang Disenangi Dari Pelajaran Sejarah Frekuensi 131 75 22
Banyak bercerita tentang orang-orang jaman dahulu Memperkenalkan perjalanan sejarah bangsa Indonesia Banyak tempat-tempat bersejarah vanq bisa dikunjungi
Tabe! 4.14 Pendapat Murid Tentang yang Tidak Disukai Dari Pelajaran Sejarah j Banyak menghafal angka tahun, nama orang, nama tempat Banyak istilah-rsnlah yang kurang dimengerti Ceritanya mertibirKHJnakan
Frekuensi 86 97 45
Berdasarkan pendapat yang diberikan oleh murid di atas, tampaknya lebih banyak murid menyukai jika guru menguasai materi dan dapat bercerita banyak (57.5%). Melalui cerita-cerita sejarah yang disampaikan oleh guru seyogyanya dapat dimasukkan unsur-unsur nilai sehingga pelajaran sejarah tidak menjadi pelajaran yang membosankan dan kurang dirasakan kegunaannya. Hal yang paling tidak disukai oleh murid dalam pelajaran sejarah adalah banyaknya istilah-istilah yang kurang dimengerti (42.5%). Ini memperlihatkan bagaimana guru belum cukup mampu menjelaskan konsep atau istilah yang terdapat dalam materi pelajaran sejarah. Apabila
pelajaran
sejarah
direncanakan
dengan
baik
oleh
guru dan
dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar ekspositori yang menank dan guru dapat menjelaskan istilah atau konsep dengan benar, maka diharapkan pandangan murid terhadap pelajaran sejarah akan berubah. Tidak perlu lagi guru berkeluh kesah bahwa materi sejarah terlalu banyak sebab materi yang banyak tersebut dapat diatasi dengan memberi tugas membaca kepada murid. Hal ini ditunjang dengan pendapat murid yang memiliki kemauan / senang membaca cerita sejarah (91.6%). 4.1.3 Kemampuan dan kinerja Guru Untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan dan kinerja guru, data diperoleh melalui sejumlah pertanyaan yang dikembangkan dalam instrumen angket
134
baik angket untuk guru maupun angket untuk murid Pertanyaan tentang tujuan guru mengajar dapat memperlihatkan bagaimana pandangan guru terhadap tugas atau pekerjaannya. Terhadap pertanyaan tersebut jawaban yang diperoleh dapat dilihat dalam Tabel 4.15 berikut. Tabel 4.15 Tujuan Guru Mengajar 1 Menjalankan tugas yakni menyelesaikan materi pelajaran Mentransfer ilmu pengetahuan kepada murid Memberikan pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada murid Mengubah perilaku murid ke arah yang lebih baik TOTAL
Frekuensi 2 1 1 4 8
i
Berdasarkan jawaban yang terlihat pada Tabel 4.15 di atas, hanya 4 guru yang memahami benar bahwa tugas guru tidak hanya mengajar melainkan sebagai pendidik. Pandangan guru terhadap tujuan mengajar memberi implikasi terhadap apa yang dirasakan oleh guru berkenaan dengan tugasnya mengajar. Hal ini dapat dilihat dari jawaban yang diberikan oleh guru melalui Tabel 4.16 Tabel 4.16 Pandangan Guru Tentang Tugas Mengajar
Pekerjaan rutin Kewajiban yang harus dijalankan sesuai perintah Tantangan untuk mengembangkan profesi TOTAL
Frekuensi 2 4 2 8
Di sini terlihat bahwa mayoritas guru berpendapat tugasnya mengajar merupakan kewajiban yang harus dijalankan sesuai perintah (= 4) atau pekerjaan rutin (= 2), sedangkan guru yang berpendapat bahwa tugasnya mengajar merupakan tantangan untuk
mengembangkan profesi
mengherankan
apabila
hanya 2
kemudian
guru
orang.
Dengan
mengajar
tanpa
demikian motivasi
tidaklah untuk
mengembangkan kreativitas. Meskipun pandangan guru terhadap tujuan mengajar dan tugas mengajar cukup memprihatinkan, tetapi masih terdapat pandangan positif terhadap kinerja
135
guru. Semua guru menyatakan belum merasa puas dengan penguasaan materi untuk mengajar dan semua guru juga berpendapat bahwa mereka merasa perlu untuk memperbaiki
cara mengajarnya.
Untuk memperluas penguasaan
materi
dan
memperbaiki cara mengajar yang dilakukan oleh guru antara lain memperluas pengetahuan dengan membaca (38.10%), mendiskusikan dengan teman sejawat (26.19%), mengikuti penataran atau lokakarya (19.04%), dan aktif dalam forum guru (16.67%). Dari pandangan guru ini dapat disimpulkan bahwa mereka menyadari kekurangannya dan masih mau berusaha untuk meningkatkan kinerjanya sebagai seorang guru. Dalam pandangan murid, kinerja guru dapat digambarkan melalui Tabel 4.17 di bawah ini. Tabel 4.17 Pendapat Murid Tentang Kinerja Guru
100
Kadangkadang 67
188
35
190 157
36 67
127
82
Tidak i 61 5 2
|
4
!
19
!
Yang menarik dari Tabel 4.17 di atas adalah pendapat murid yang menyatakan bahwa guru memberitahu dahulu apa yang akan dipelajari hanya 100 anak (43.86%); hal ini agak berbeda dengan pengakuan para guru yang hampir semua menyatakan sering / sering sekali menjelaskan dahulu tujuan di awal kegiatan belajar-mengajar. Sejumlah 157 murid (68.9%) menyatakan guru memberi tugas pekerjaan rumah (PR), tetapi hanya 127 murid (55.7%) yang mengatakan bahwa tegas pekerjaan rumah itu diperiksa dan dijelaskan kalau ada kesalahan. Hal ini agak berbeda dengan pendapat yang dikemukakau oleh mayoritas guru yang menyatakan sering atau sering sekali membicarakan / mendiskusikan tugas-tugas murid di kelas. Di sini tampaknya
136
memang kinerja guru harus ditingkatkan kualitasnya dengan berpedoman pada apa yang seharusnya dilakukan oleh guru. Pemahaman guru terhadap sejarah cukup memadai, dengan 5 orang guru (62.5%) memberikan jawaban bahwa sejarah dapat diartikan sebagai pelajaran yang dapat diambil hikmahnya berdasarkan peristiwa yang terjadi di masa lampau. Dalam hal ini guru memahami bahwa melalui pelajaran sejarah dapat ditanamkan nilai-nilai kejuangan bangsa Indonesia, artinya guru cukup menyadari bahwa pelajaran sejarah tidak hanya sekedar menjejalkan fakta-fakta kepada murid tetapi lebih daripada itu sejarah merupakan pendidikan nilai. Pernyataan ini diperkuat dengan pendapat guru yang memilih dapat menanamkan nilai-nilai positif (87.5%) terhadap pertanyaan pandangan guru terhadap mata pelajaran sejarah. Pemahaman yang memadai terhadap sejarah sebagai suatu bidang kajian kurang diikuti oleh pemahaman terhadap pengajaran sejarah. Sejumlah 4 orang guru menyatakan bahwa terlalu banyak materi yang harus disampaikan, dan 4 orang guru memberikan pandangan alokasi waktu tidak sesuai dengan beban materi. Alasan klasik ini memperlihatkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman guru terhadap kinerja profesi keguruan yakni pengembangan rencana pengajaran dan implementasi kurikulum dalam lingkup kegiatan belajar mengajar di kelas. Meskipun tampaknya masih cukup banyak kekurangan yang dimiliki oleh guru, tetapi terdapat suatu hal yang cukup membesarkan hati yakni mereka semua membuka diri untuk menerima dan menerapkan pembaharuan (inovasi) dalam bidang pendidikan khususnya pengajaran sejarah. Hal ini mengisyaratkan kemungkinan diperkenalkannya dan diterapkannya model pembelajaran Advance Orgamzers dalam implementasi kurikulum sejarah dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran yang sudah ada. 4.1.4 Kondisi dan pemanfaatan sarana, fasilitas, dan lingkungan Sekolah-sekolah yang diobservasi berada dalam lingkungan yang cukup memadai, artinya faktor keamanan bagi murid cukup diperhatikan dengan membuat
137
batas yang jelas antara sekolah dengan lingkung»! di luar sekolah. Pembatas ini selain merupakan pembatas pagar juga terdapat halaman yang memisahkan sekolah dengan lingkungan luar sehingga keberadaan ruang-ruang kelas cukup terhindar dari gangguan di luar sekolah. Kondisi sekolah pada umumnya memenuhi syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan, artinya tiap sekolah memiliki ruang-ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, dan halaman tempat dilakukannya aktivitas di luar kelas. Beberapa sekolah memiliki ruang perpustakaan atau sudut terpisah yang dijadikan sebagai perpustakaan sekolah. Kendala yang dihadapi pihak sekolah adalah jumlah ruang yang dimiliki dengan jumlah sekolah yang menempati satu lokasi kurang berimbang karena rata-rata dalam satu lokasi terdapat 4 (empat) sekolah (SDN Cipaganti, SDN Patrakomala, SDN Nilem, SDN Balonggede). Untuk mengatasi kendala tersebut, dilakukan pengaturan 2 (dua) sekolah dengan waktu belajar pagi hari dan 2 (dua) sekolah dengan waktu belajar siang hari, dan keduanya bergantian dalam waktu 1 (satu) minggu sekali. Kelengkapan ruang kelas menurut para guru kurang memadai (62.5%) Pendapat ini ditunjang dengan hasil observasi kelas yang memberi gambaran jumlah bangku belajar tidak sesuai dengan jumlah murid sehingga kapasitas 1 (satu) bangku yang seharusnya hanya untuk 2 (dua) murid dipadatkan untuk 3 (tiga) atau 4 (empat) murid. Bangku yang ada pun sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai bangku belajar, apalagi untuk murid SD yang sedang dalam masa pertumbuhan. Demikian pula dari sejumlah 8 (delapan) kelas yang diobservasi, 2 (dua) kelas memiliki pencahayaan yang kurang baik, dan hal ini cukup mengganggu proses pembelajaran. Para guru memberikan tanggapan bahwa kelengkapan media / sumber belajar sangat tidak memadai untuk menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar (= 6) dengan alasan banyak murid tidak memiliki buku pegangan murid (~ 4) dan alat bantu pengajaran seperti gambar-gambar peta, atlas, sangat kurang (= 3). Memang alasan ini cukup berarti, sebab ketika dilakukan observasi kelas pada 3 (tiga) sekolah, murid harus pindah bangku dan berdesakan agar dapat turut membaca dari buku
138
pegangan murid yang jumlahnya sangat minim. Hal ini cukup mengganggu aktivitas pembelajaran sebab 1 (satu) buku disimak oleh 3 (tiga) atau 4 (empat) murid dan tidak tertutup kemungkinan konsentrasi murid terganggu oleh karena ada temannya yang bermain-main atau mengajak berbicara. Kepemimpinan kepala sekolah dianggap cukup menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar (= 5), dan alasan yang dikemukakan oleh guru adalah bahwa kepala sekolah selalu memberi dorongan untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan kepala sekolah berusaha melaksanakan fungsi kepemimpinannya. Jika ada guru yang berpendapat kepemimpinan kepala sekolah kurang menunjang (= 3) alasannya cenderung kepada kurangnya kepala sekolah memberi kesempatan kepada guru tersebut untuk mengikuti penyegaran di luar sekolah (lokakarya, seminar, dan sebagainya). Hal ini dapat dimengerti, sebab kesempatan mengikuti penyegaran di luar sekolah berkaitan dengan masalah dana.
4.2 Pengembangan Model Pembelajaran Advance Organizers Pengembangan model pembelajaran Advance Organizers pada penelitian ini disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan sekolah sebagaimana tergambar pada hasil prasurvey. Dengan demikian bagian ini berisi uraian tentang (a) model pembelajaran Pengemas Awal (Advance Organizers) yang dikembangkan, (b) langkah-langkah pengembangan model, dan (c) bentuk akhir dari model pembelajaran Pengemas Awal (Advance Organizers). 4.2.1 Model Pembelajaran Advance Organizers yang dikembangkan Tujuan dikembangkannya model pembelajaran Advance Organizers adalah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran Sejarah sehingga model pembelajaran yang dikembangkan mengacu dan disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan yakni bagaimana tuntutan kurikulum Sejarah untuk kelas 4 Sekolah Dasar dan bagaimana kondisi pembelajaran sejarah yang saat ini sedang berlangsung di sekolah Model pembelajaran Advance Organizers sebenarnya sudah diperkenalkan sejak tahun
139
1960an dan dari berbagai hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan model ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik (Baron, 1971; Lucas, 1972; Clawson & Barnes, 1973; Lawton, 1977). Harus diakui bahwa model pembelajaran tersebut belum pernah diterapkan untuk bidang studi sejarah. Sejalan dengan itu dirasakan adanya suatu tantangan yaitu bagaimana penerapannya di Indonesia yang menuntut perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Pada posisi ini pengembangan model pembelajaran Advance Organizers merupakan suatu inovasi dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran. Wilson & Wilson (1971 : 4) menjelaskan bahwa inovasi merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru yang diperlukan (hmovation is defined as tbe äbitity to make wanted new combinations). Kata kunci yang digunakan adalah
wanted,
sehingga inovasi harus mengacu kepada dilakukannya perubahan karena memang diperlukan.
Dengan
demikian
hasil
prasurvey
merupakan
dasar
berpijak
dikembangkannya model pembelajaran Advance Organizers yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat Dari hasil prasurvey teridentifikasi bahwa sejarah merupakan mata pelajaran yang kurang disukai oieh murid sebab dianggap sukar untuk dimengerti. Hai ini tampak dari jawaban murid terhadap pertanyaan pada pelajaran apa murid merasa paling tersiksa. Dari sejumlah 8 (delapan) pilihan berdasarkan mata pelajaran yang diberikan di kelas 4 SD, 17.5 % murid memilih mata pelajaran sejarah yang merupakan urutan kedua terbanyak (perhatikan Tabel 4.7). Alasan tidak menyukai mata pelajaran tersebut dikemukakan oleh murid dengan pilihan sukar untuk dimengerti sebagai pilihan urutan pertama yakni sebanyak 50.9 % (perhatikan Tabel 4.8). Dilihat dari tanggapan murid bahwa mata pelajaran sejarah dianggap sukar untuk dimengerti, pernyataan ini tampaknya menggambarkan relevansinya dengan pemikiran teoritik Piaget (Sprinthall & Sprinthall, 1990; Ginn, 1995) tentang tingkat perkembangan anak yang pada usia kelas 4 SD berada dalam batas perkembangan konkrit operasional dan formal. Tampaknya perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut
140
apakah pernyataan tersebut di atas memang karena belum waktunya mata pelajaran sejarah diberikan kepada murid kelas 4 SD atau ada variabel lain yang cukup berpengaruh terhadap proses pembelajaran sejarah, sebab masih dalam pemikiran Piaget perkembangan anak membangun struktur kognitif untuk memahami dan merespon sesuatu juga dipengaruhi oleh lingkungannya (Funderstanding, 1998 : 1). Untuk itu kemudian dilakukan penelusuran bagaimana pembelajaran sejarah yang terjadi selama ini. Dilihat dari pengembangan disain pembelajaran dan implementasinya, hasii prasurvey memperlihatkan bahwa guru sebagai pengembang kurikulum di kelas kurang memberi perhatian terhadap kedua aspek tersebut. " Guru karang memahami perlunya pengembangan disain /rencana pengajaran Sebagian besar guru berpendapat persiapan yang perlu dilakukan sebelum mengajar adalah membaca GBPP dan tidak satupun guru yang membaca kurikulum secara keseluruhan (lihat Tabel 4.2). bila dikaitkan dengan pengalaman mengajar, sebagian besar guru memiliki pengalaman mengajar di kelas 4 antara 1 - 3 tahun (lihat Tabel 4.1), di mana sebenarnya dengan pengalaman mengajar yang relatif sedikit guru masih perlu untuk memahami kurikulum secara keseluruhan dan hal ini dapat dicapai jika guru tidak hanya membaca GBPP melainkan membaca pula dokumen kurikulum secara menyeluruh. Miskinnya pemahaman guru terhadap kurikulum diperberat dengan kurang selarasnya pandangan guru terhadap tujuan pengembangan rencana pengajaran Hanya sebagian kecil guru yang memahami bahwa rencana pengajaran digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belaj ar-mengaj ar. Sebagian besar guru menyatakan bahwa tujuan pengembangan rencana pengajaran sebagai laporan kepada kepala sekolah, untuk mengetahui kekurangan sehingga dapat dipersiapkan, dan sebagai bahan pembanding dengan hasil karya teman sejawat (periksa kembali Tabel 4.3). Jika pandangan yang kurang selaras mendominasi pandangan guru ini, maka dapat dibayangkan betapa rencana pengajaran yang seharusnya menjadi pedoman guru dalam mengajar tidak dapat berfungsi
141
sebagaimana mestinya. Di sini dapat dikatakan bahwa apabila guru akan mengajar maka hal tersebut kurang ditunjang dengan persiapan yang memadai. Guru kutang memahami cara pengembangan rencana pengajaran Pengembangan rencana pengajaran didasarkan pada empat aspek utama yakni pengembangan TPK,
pengembaangan materi
pembelajaran,
pengembangan
strategi pembelajaran, dan pengembangan alat evaluasi hasil belajar. Dalam aspek pengembangan TPK hanya sebagian kecil guru yang memberikan pendapatnya bahwa pengembangan TPK dilakukan melalui penjabaran Tujuan Pembelajaran yang tercantum dalam GBPP. Mayoritas berpendapat pengembangan TPK dilakukan dengan cara mencontoh dari TPK yang sudah ada, mengembangkan dari materi buku pegangan murid, dan mengembangkan dari topik-topik yang terdapat
dalam
GBPP.
Apa
yang
dilakukan
oleh
mayoritas
guru
ini
memperlihatkan dengan cara yang demikian maka TPK yang merupakan aspek terpenting dalam mencapai keberhasilan pembelajaran tidak dikembangkan sesuai dengan fungsinya. Jika
pengembangan
TPK
sebagai
titik
tolak
dalam
suatu
proses
pengembangan rencana pengajaran sudah dilakukan dengan cara yang kurang memadai, maka aspek-aspek berikutnya yang saling berkaitan dengan aspek pengembangan TPK akan mengikuti aspek awal tersebut. Hal ini dapat dilihat dari pandangan guru tentang pengembangan materi pembelajaran yang mayoritas memilih jawaban disesuaikan dengan materi buku pegangan murid dan ditambah dengan sumber lain tanpa satupun guru berpendapat untuk mengembangkan AMP. Aspek pengembangan strategi pembelajaran dijelaskan oleh mayoritas guru dengan cara mencocokkan antara TPK dengan materi; dan pendapat mayoritas guru tentang aspek pengembangan alat evaluasi hasil belajar cenderung kepada mengembangkan pertanyaan berdasarkan materi buku pegangan murid atau materi yang sudah diajarkan. Hanya sedikit guru yang memberi pendapat tentang pengembangan alat evaluasi hasil belajar dengan cara menyesuaikan dengan TPK (lihat Tabel 4.4).
142
Berdasarkan hasil di atas, dapat dipahami mengapa guru cenderung untuk tidak mempersiapkan rencana pengajaran sebagaimana mestinya, sebab selain memang pemahaman terhadap aspek-aspek pengembangan rencana pengajaran yang kurang memadai, guru juga cenderung menggunakan buku pegangan murid sebagai pedoman mengajar. Dengan berbekal buku pegangan murid, guru sudah merasa siap untuk mengajar. Apabila pengetahuan dan pemahaman guru hanya sebatas pada materi buku pegangan murid, maka dapat dibayangkan bagaimana amat terbatasnya pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh murid. «
Dalam proses kegiatan helajar-mengajar cara pengajaran terlihat scadanya Hal ini tertangkap dari hasil pengamatan di kelas, di mana semua guru tidak menjelaskan tujuan pengajaran di awal kegiatan belajar-mengajar, materi yang diajarkan seluruhnya berasal dari buku pegangan murid, dan cara mengajarkannya dengan pendekatan membacakan apa yang tertulis dalam buku pegangan murid. Dalam kondisi yang demikian, tidaklah mengherankan jika kemudian ditemui konsep-konsep yang harus dijelaskan lebih lanjut oleh guru dan terjadi kesalahan penjelasan konsep tersebut (perhatikan Tabel 4.6). kesalahan penjelasan konsep ini dapat terjadi karena memang guru kurang siap dalam mempresentasikan materi belajar (hanya membacakan buku pegangan murid dengan suara keras di depan kelas), padahal kesalahan tersebut dapat berakibat fetal di mana murid untuk seterusnya akan memiliki pemahaman yang salah tentang konsep tersebut. Apabila guru harus memberikan contoh-contoh, apa yang diberikan itu terbatas pada contoh-contoh yang terdapat dalam buku pegangan murid. Ketidaksiapan guru menyebabkan sukar bagi guru untuk mencari contoh-contoh lain yang relevan dan lebih dekat dengan murid Akibatnya, murid menganggap bahwa contoh-contoh yang diberikan itu sebagai bagian dari pelajaran yang harus diterima dan dihafalkan. Mengapa sampai terjadi guru-guru kurang memberi perhatian terhadap tugas
profesionalnya ? Hal ini dapat dikaji melalui penelusuran terhadap bagaimana
143
pandangan guru tentang tugas dan pekerjaannya. Hasil prasurvey memperlihatkan beberapa hal sebagai berikut " Kekeliruan persepsi gnm tentang tujuan mengajar Sebagian guru berpendapat bahwa tujuannya mengajar identik dengan menjalankan tugas yakni menyelesaikan materi pelajaran dan memberikan pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada murid. Hanya sebagian guru yang memberikan pandangan bahwa tujuannya mengajar adalah untuk mengubah perilaku murid ke arah yang lebih baik (perhatikan Tabel 4.15). atas dasar pandangan tentang tujuan mengajar ini berdampak kepada apa yang dirasakan oleh guru tentang tugasnya mengajar tersebut. Mengajar hanya dianggap sebagai tugas rutin dan kewajiban yang harus dijalankan sesuai perintah, dan hanya sebagian kecil guru yang menganggap bahwa mengajar merupakan tantangan untuk mengembangkan profesi (periksa Tabel 4.16). Dengan kekeliruan pandangan tentang tujuan mengajar ini, tampaknya tidak mengherankan apabila guru mengajar sebatas menjalankan kewajiban yang dianggap suatu tugas rutin sehingga kurang berkembang kreativitas guru untuk mencari solusi jika menghadapi masalah-masalah yang berkenaan dengan kegiatan belajar-mengajar. aLasan-alasan klasik yang sering dikemukakan oleh guru seperti beban materi yang harus diselesaikan terlalu banyak, alokasi waktu yang kurang, memperlihatkan kurangnya pemahaman guru terhadap tugas profesionalnya. "
Kurangnya kelengkapan sarana dan fasilitas Kondisi sekolah terutama kelengkapan kelas dan kelengkapan media belajar turut mempengaruhi kinerja guru dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Di satu sisi guru dituntut untuk bekerja secara profesional, tetapi di sisi lain tugas guru tersebut kurang ditunjang oleh kelengkapan sarana dan iasilitas yang memadai. Meskipun demikian, apabila guru berpandangan positif terhadap tujuannya mengajar, sebenarnya aspek sarana dan fasilitas ini masih dapat diatasi melalui kreativitas guru.
1-W
Bagaimana sebenarnya harapan murid terhadap pembelajaran sejarah, hasil prasurvey memberikan gambaran bahwa yang diinginkan oleh murid ketika guru mengajar sejarah adalah: a. Sebelum memulai pelajaran, guru menjelaskan dahulu maksud dan tujuan mempelajari sejarah; b. Selama pelajaran guru memberi contoh-contoh yang banyak supaya murid mengerti; c. Pertama-tama guru menjelaskan cerita sejarah secara lengkap baru kemudian memberikan catatan; d
Guru menggunakan media (gambar-gambar) yang menarik ketika menerangkan sejarah;
e.
Murid boleh memberikan pendapatnya secara bebas (perhatikan Tabel 4.9). Apa yang diharapkan murid ini memperlihatkan bahwa selama ini mereka
kurang memperoleh pengajaran yang baik dalam arti pengajaran yang menuntun mereka untuk memahami sejarah. Pernyataan a. dan b. memperlihatkan kesesuaian dengan
penjelasan
terdahulu
bahwa
guru
kurang
mempersiapkan
rencana
pengajarannya sehingga penjelasan tujuan di awal KBM tidak dilakukan, dan kurangnya contoh-contoh yang diberikan oleh guru karena guru terlalu ketat berpatokan pada buku pegangan murid. Pernyataan c. memperlihatkan bahwa cara pengajaran dengan membacakan isi buku pegangan murid tidak membantu murid untuk memahami substansi materi sejarah. Pernyataan d. menggambarkan bahwa penggunaan
media
pengajaran
akan
menarik
perhatian
murid
untuk
mau
memperhatikan pengajaran guru, sedangkan pernyataan e. memperlihatkan perlunya pembelajaran dua arah yang selama ini terjadi adalah guru sebagai narasumber memberikan pengetahuan kepada murid (pengajaran satu arah). Berdasarkan basil prasurvey kemudian dicoba untuk dilakukan pengembangan model pembelajaran yang mengakomodasi apa yang diharapkan oleh murid dan dapat memperbaiki kinerja profesional guru. Model pembelajaran yang dikembangkan didasarkan pada model pembelajaran Pengemas Awal (Advance Organizers), dan
HS
terhadap model ini dilakukan modifikasi sesuai dengan temuan-temuan hasil prasurvey. Penekanan yang dilakukan dalam pengembangan model ini adalah dalam hal; (a). Pengembangan perencanaan pengajaran, sesuai dengan temuan hasil penelitian prasurvey di mana guru kurang memberi perhatian terhadap pengembangan rencana pengajaran. (b). Proses pembelajaran, sesuai dengan temuan hasil prasurvey yang memperlihatkan proses KBM dilakukan seadanya sedangkan harapan murid adalah perbaikan proses KBM. (c). Penggunaan media pembelajaran, sesuai dengan temuan hasil prasurvey yang memberi
gambaran guru
amat jarang memperhatikan
penggunaan media
sedangkan murid mengharapkan mgunakannya media selama proses KBM berlangsung. (a) Pengembangan Perencanaan Pengajaran Kekuatan model pembelajaran Advance Organizers terletak pada tujuan utamanya yakni mengembangkan struktur kognitif dan menambah daya ingat {retention) terhadap informasi baru (Joyce & Weil, 1980 : 81), sehingga Advance Organizers secara umum didasarkan pada konsep, proposisi, dan hukum-hukum yang terdapat dalam kajian ilmu, dalam hal ini sejarah. Tujuan ini dapat dicapai jika pengembangan rencana pengajaran dilakukan sesuai dengan tuntutan kurikulum, artinya rencana pengajaran yang dikembangkan benar-benar berfungsi sebagai pedoman pengajaran. Dalam model pembelajaran Advance Organizers pada langkah pertama hanya dijelaskan bahwa guru harus melakukan klarifikasi terhadap konsepkonsep utama, sedangkan klarifikasi ini dapat dilakukan jika guru memahami konsep utama dan konsep pendukung yang terdapat dalam materi belajar. Dengan demikian pada pengembangan model dalam penelitian ini ditambahkan aspek pengembangan peta konsep yang dilakukan ketika mengembangkan rencana pengajaran.
14Ö
Ketika akan mengembangkan rencana pengajaran sejarah (setelah memahami oijuan pembelajaran), terlebih dahulu diidentifikasi konsep-konsep yang terdapat dalam materi pembelajaran sehingga dapat disusun struktur pengetahuan sejarah yang terdapat dalam materi belajar untuk topik tersebut
Dalam
mode)
Advance
Organizers, pemahaman terhadap struktur suatu bidang ilmu diperoleh melalui perancah (scaßbJding) disiplin ilmu tersebut, dan dalam kajian sejarah perancahnya adalah konsep ruang, konsep waktu, konsep peristiwa yang melibatkan pelaku, dan konsep sebab-akibat dalam sejarah. Atas dasar konsep-konsep dalam perancah tersebut, berbagai konsep yang teridentifikasi dalam materi belajar disusun ke dalam suatu bentuk struktur sehingga tampak sebagai suatu kesatuan pemetaan yang komprehensif. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) sejarah untuk kelas 4 sekolah dasar pada catur wulan 1 adalah siswa mengenal perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, kejayaan Sriwijaya dan Majapahit sebagai kerajaan Nusantara dan peninggalanpeninggaJannya (Suplemen GBPP Sejarah, 1999). Konsep utama pada pokok bahasan ini adalah kerajaan dan apabila akan dikembangkan suatu struktur yang mengacu kepada perancah, maka bentuk peta konsepnya {mapping concept) akan tampak seperti yang terlihat pada Bagan 4.1 berikut KBUMAN
X
I Lokasi /Tempat (konsep ruang)
Masa Pemerintahan (konsep waktu)
Pantai
Pedalaman
X Pemerintahan (konsep peristiwa)
Raja yang memerintah (konsep pelaku)
r
Politik
}
T Sosial Budaya
Scortomi
i i i.
.
1
Kekuasaan
•—
Agama
Perdagangan
i
Pertanian Sebatuktbat Sebab-akibat
Bagan 4.1 Pemetaan Konsep
Pelayaran
147
Pemetaan konsep ini dikembangkan merujuk kepada bentuk peta konsep hirarkis yang dikemukakan oleh Ausubel (Joyce & Weil, 1980 : 80) ditujukan bagi guru sendiri dalam rangka memahami materi pengajaran. Dalam rencana pengajaran juga dikembangkan prosedur pembelajaran yang mengarah kepada langkah-langkah pembelajaran Advance Organizers sehingga bentuk rancangan prosedur pembelajaran diuraikan dalam tiga langkah yakni presentasi pengemas awal (advance organizers), presentasi tugas belajar / materi, dan memperkuat organisasi kognitif. Pada bagian presentasi pengemas awal (advance orgaruzers) itulah diletakkan pemetaan konsep sehingga ketika guru mengajar, pada langkah presentasi pengemas awal {advance organizers) akan dilakukan klarifikasi terhadap konsep-konsep utama yakni guru mencoba untuk menggali pengetahuan yang telah dimiliki oleh murid (struktur kognitif lama murid) yang berhubungan dengan konsep-konsep yang akan diajarkan (struktur kognitif baru). Dengan demikian aspek-aspek yang terdapat dalam rencana pengajaran terurai secara rinci dan dapat dicermati melalui contoh format pengembangan rencana pengajaran seperti tampak pada Bagan 4.2 berikut RENCANA PENGAJARAN T«ngga)
:
MWaPrfujaran W*tn Topik Poke* Bahasan
(uraikan TPK secara rinci dan dapat diukur) Muten Parfwlajaran (uraikan materi pembelajaran berdasarkan analisis materi pengajaran) : 1. Presentasi JXxigcmm A wx! (Advance Or&rims): * Mengkomunikasikan tujuan ° Klarifikasi konsep-konsep utama (berdasarkan peta konsep yang dikembangkan) " Tanya jawab, untuk mengetahui struktur kognitif murid 2 Presentasi Tbgas Betajar /Materi : ° Ekspositori materi (memperlihatkan media Bagan) ° Memperlihatkan peta (pengaruh lokasi leriadup perkembangan pemerintahan) * Memberi tugas ° Tanya - jawab
148
" Mengingatkan kembali siswa tenlang konjcp ° Menanyakan ringkasan materi ° Menanyakan persamaan, perbedaan, hubungan sebab-akibal SumUa bt&ifai dan medi»
Ewluasi
:
° Buku pegangan o?» J Pew " Media Bagan _ _ pantangkan pertanyaan sesuai TPK)
Bagan 4.2 Format Rencana Pengajaran (b) Proses Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan implementasi rencana pengajaran dan dalam bal ini model pembelajaran Advance Organizers berpijak pada 3 (tiga) langkah yakni presentasi Pengemas Awal (Advance Organizers), presentasi tugas belajar / materi, dan memperkuat organisasi kognitif. Langkah pertama (presentasi pengemas awal) merupakan langkah penentuan keberhasilan kegiatan belajar-mengajar, sebab dalam langkah ini dilakukan klarifikasi terhadap konsep-konsep. Jika guru berhasil mengendalikan langkah pertama, maka murid mudah menerima informasi baru, murid senang belajar, dan perhatian murid tetap terkonsentrasi. Dengan dilakukannya klarifikasi dalam bentuk tanya jawab, guru berusaha menggali struktur kognitif lama murid sehingga murid merasa terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan demikian perhatian murid akan terkonsentrasi dalam kegiatan belajar-mengajar. Pada posisi inilah proses pengembangan konsep-konsep berlangsung yakni struktur kognitif lama murid terkait dengan konsep-konsep baru sehingga akan terbentuk struktur kognitif baru. Dalam langkah ini perhatian utama diberikan pada penjelasan dan keterkaitan konsep-konsep, serta memberi kesempatan kepada murid untuk memberikan rcspon atau bertanya. Pada
langkah kedua (presentasi
tugas belajar / materi)
guru dapat
mengembangkan pembelajaran melalui bentuk bercerita. Dikaitkan dengan sejarah yang berisikan peristiwa, strategi bercerita akan memudahkan
murid untuk
menangkap esensi isi materi. Agar terlihat hubungan logis antar materi, perlu
149
dikemukakan contoh-contoh aktual sebagai bahan perbandingan. Dengan dilakukannya aktivitas bercerita dan mencari contoh-contoh aktual, dapat dimabukkan unsurunsur nilai ke dalam proses pembelajaran tersebut {mengapa kerajaan runtuh, apa akibatnya jika terjadi perebutan kekuasaan, siapa yang menderita dan menjadi korban, lihat peristiwa di Timor Timur sekarang, dan sebagainya). Hal yang perlu mendapat perhatian dalam langkah kedua ini adalah disediakannya waktu untuk memberi catatan kepada murid.
Ha!
ini
perlu
dilakukan
mengingat hasil
prasurvey
memperlihatkan sebagian besar murid tidak memiliki buku pegangan murid, sehingga untuk mengatasi kendala tersebut seyogyanya guru menyediakan waktu untuk memberikan catatan kepada murid agar mereka memiliki bahan untuk belajar. Langkah ketiga merupakan langkah memperkuat organisasi kognitif murid. Dalam langkah ini dikembangkan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh murid (dalam bentuk tugas / test) dan dapat berfungsi sebagai evaluasi hasil belajar murid. Karena tujuan penggunaan model ini adalah untuk mengembangkan struktur kognitif (proses berpikir) murid dan memperkuat daya ingat terhadap informasi baru, maka pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan tidak hanya mengukur aspek pengulangan {recall) tetapi juga aspek pemahaman dan analisis. Dikaitkan dengan tujuan penelitian yang ingin melihat perolehan hasil dalam hal pemahaman berpikir kesejarahan (periksa kembali Bagan 1.3 pada Bab I) yakni chronological thinking, historical comprehension, dan historical analysis and interpretation, maka pertanyaanpertanyaan yang dikembangkan ditujukan kepada ketiga aspek berpikir kesejarahan tersebut dalam bentuk pertanyaan terbuka yang terdiri atas restricted response type dan extended response type (Gronlund, 1976 : 233). (c) Penggunaan Media Pembelajaran Media
pembelajaran
digunakan
untuk
memfasilitasi
kegiatan
belajar-
mengajar, dan menurut Gerlach & Ely (1980 : 4) "..media can be selected best and used most creatively when they are chosen on the basis of their potential for implementing specific objectives". Dengan demikian media pengajaran yang dipilih, dibuat dan digunakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Mengacu kepada
150
GBPP Sejarah kelas 4 sekolah dasar catur wulan 1, tujuan pembelajaran berbunyi siswa mengenal perkembangan keiajaan-keiajaan Hindu-Budba,
kejayaan Sriwijaya
dan Majapahit sebagaikerajaan Nusantara dan peninggalan-peninggalannya, sehingga secara keseluruhan materi belajar murid mencakup konsep waktu (kronologis), konsep ruang (letak kerajaan-kerajaan), konsep peristiwa (kegiatan pemerintahan yakni aspek politik, sosial budaya dan agama, serta ekonomi), konsep sebab-akibat dalam sejarah (berkembang dan runtuhnya kerajaan, hubungan antara ruang dengan peristiwa, antara waktu dengan peristiwa, antara pelaku dengan peristiwa) yang secara implisit memperlihatkan aspek-aspek pemahaman berpikir kesejarahan. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, media pengajaran dikembangkan dalam bentuk peta dan bagan materi belajar. Media peta ditujukan untuk pengenalan konsep ruang dan pemahaman terhadap konsep sebab-akibat berdasarkan aspek ruang, sedangkan media bagan materi belajar ditujukan untuk pengembangan pemahaman berpikir kesejarahan. Media bagan maten belajar dikembangkan dalam dua bentuk dasar yakni
bentuk perbandingan dan
bentuk kronologis.
Bentuk
perbandingan adalah bentuk media bagan materi yang terdiri atas dua topik kerajaan dan masing-masing topik berisikan uraian tentang perkembangan kerajaan dan perancah.
Dengan memperhatikan kedua media bagan tersebut murid dapat
membandingkan untuk mencari persamaan dan perbedaan di antara keduanya. Bagan 4.3 berikut memperlihatkan bentuk media bagan perbandingan.
KERAJAAN KUTAI : daerah Kuta) di tepi sungai Mahakam Kalimantan Timur Waktu : sekitar tahun 400 Raja : Mulawarman Pemerintahan : * raja berkuasa tunggal * kekuasaan raja turun-temurun " perkembangan pelayaran dan perdagangan * bertembang agama Hindu Peninggalan : Yupa, prasasti Lokasi
KERAJAAN TARUHAN EGARA Lokasi : sekitar Bogor Savra Barat Waktu : sekitar tahun 450 Raja : Pumawarman Pemerintahan : * raja berkuasa tunggal * kekuasaan ra}a turun-temurun * perkembangan pertanian * berkembang agama Hindu Peninggalan : Prasasti (7 buah)
Bagan 4.3 Media Bagan Perbandingan Antara Kerajaan Kutai dan Kerajaan Tarumanegara
ISI
Bentuk kronologis berisikan uraian tentang perkembangan kerajaan dan perancah yang disusun berurutan berdasarkan angka tahun (secara kronologis), sehingga dengan memperhatikan bagan tersebut murid dapat melakukan analisis dan interpretasi
sebab-akibat
dan
berpikir
komprehensif
Bagan
4.4
berikut
memperlihatkan bentuk media bagan kronologis. MATARAM KUNO (Airtongga 1019 -1042) KERAJAAN KEDIRI : Kecflrt, setdtar sungai Berantas Jawa Tkmrr : 1117 - 1222 : Kameswara (1117 -1130) Jayabaya (1130-1157) Kertajaya (1157 -1222) Pemerintahan : - raja berkuasa tunggal - pertanian (raja merobagf tanah) - perdagangan (ulat sutra dan kapas) - berkembang kesusasteraan (kitab Mahabaratfia) - rakyat sejahtera dan makmur - menUHM daerah Kekuasaan bernama TUHAPEL Lokasi Akuwu Lotest Waktu Raja
KERAJAAN JENGGALA
: daerah fumapel : Tunggul Ametung Ken Arok Pemerintahan : terjadi perebutan kekuasaan : - Ken Arok membunuh Tunggul Ametung - Ken Arek mengalahkan Kertajaya - Ken Arek mendirikan Kerajaan Sfngonri
KERAJAAN SINGOSARI : Singosari, dekat Matang Jawa Umur : 1222 - 1292 ; Ken Arok AnusapaC Tohjays Ranggawuni Kerta negara (1268 -1292) Pemerintahan : - raja berkuasa tunggal - terjadi perebutan kekuasaan oleh keturunan Ken Arek • perdagangan (hubungan dengan Stun dan Kamboja) - hubungan dengan Sumatera - usaha mempersatukan nusantara, gagal karena dBatahfcan oleh Jayakatwang dan Kediri -setato agama Hindu, berkembang Juga agama Budha (Kertanegara memetuk agama Budha)
Lokasi Waktu Raja
Bagan 4.4 Media Bagan Kronologis Perkembangan dari masa Kediri sampat Berdirinya Sngosari
152
4.2.2 Langkah-langkah Pengembangan Model Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan model pembelajaran Advance Organizers dibagi ke dalam 4 (empat) langkah yakni (a) mempelajari kurikulum dan GBPP, (b) menetapkan alokasi waktu yang disesuaikan dengan topik pembelajaran, (c) mengembangkan Analisis Materi Pengajaran dan mempersiapkan media pengajaran, dan (d) implementasi model. (a) Mempelajari kurikulum dan GBPP Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 pasal 1 ayat 11, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar. Sebagai seperangkat rencana, kurikulum memiliki unsur atau komponen yang terdiri atas tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta evaluasi ; dan keempat komponen ini berkaitan erat satu dengan yang lain (Zais, 1976 : 493; Nana Syaodih, 1997 : 102). Di sini dapat diartikan bahwa kurikulum memiliki kesesuaian antara komponen yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, dan evaluasi sesuai dengan proses, isi, dan tujuan kurikulum (Nana Syaodih, 1997 : 102). Mengacu kepada pernyataan di atas, tujuan pendidikan pada jenjang dan satuan pendidikan dasar adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga
negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah (Depdikbud, 1993 : 3). Untuk tingkat sekolah dasar, tujuan memberikan bekal kemampuan dasar yang dijabarkan menjadi (a) bekal kemampuan dasar baca-tulis-hitung, (b) pengetahuan dasar, dan (c) keterampilan dasar. Isi kurikulum pendidikan dasar terdiri atas beberapa mata pelajaran dan mata pelajaran diartikan sebagai satu atau sekumpulan bahan kajian dan bahan pelajaran yang memperkenalkan konsep, pokok bahasan, tema, dan nilai, yang dihimpun dalam satu kesatuan disiplin pengetahuan / ilmu pengetahuan (Depdikbud, 1993 : 5). Salah
153
satu mata pelajaran, yang diberikan pada jenjang sekolah dasar adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Sejarah merupakan bagian dari mala pelajaran tersebut. Di dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) IPS sekolah dasar diuraikan mengenai pengertian, fungsi, tujuan, dan ruang lingkup sebagaimana tampak pada Bagan 4.5. PENDAHULUAN PFNGliRTIAN Buru Pengelabuan Sosial (IPS) «Ialah mata pelajaran yang mcngbrjj lr>»w}iipftn sosial yang buburnya didasarkan peda kajian sejarah, geografi, ekonomi, aosiologt, •afropolagi, dan tela negarc. IPS yang diajarkan di SD/MI terdiri utas dua beban kajian pokft ; pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial roeorakop antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan tata negara. Bahan kajian sejarah rnettp^ perkembangan masyarakat Indonesia sejak inasa lampau hn^gaman kari. FUNGSI Pengajaran pengetahuan sosial di SD/MI berfungsi roatgeinhangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial yang dihadapi t a m dalam kefajdnpgp sebari-bari. Sedangkan pengajaran sejarah rasa fcebangsaan dan bangga tersedap petkepibangan masyajilat indowsrie sejak masa tarnpftu hingga masa kinL TUJUAN Mata pelajaran pengetahuan sesial di SD/MI bertujuan agar siswa mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dakm kehidupan setari-bari. pEngajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu "rifgf^""!*™ pnr* ™^!) \n S, p - T l t ^ g " ' n-«ymhit InAwii» MJ«fc mw lain hmgg" Hni «rfwnggw »«w» memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air. RUANO UNGtLUP Ruang lingkup pengajaran pengetahuan sosial meliputi hal-hal yang berkaitan dengan: 1. Keluarga 2. Wilayah sekitar 3. Wilayah Propinsi 4. Pemerintahan, daerah 5. Negara Republik Indonesia 6. Pengenalan kawasan dunia 7. Kegiatan Ekonomi 1
,tm
h,n
Kajian lingkup pengajaran sejarah meliputi: I. Kerajaan-kerajaandi Indonesia 1. Tokoh dan peristiwa 3. Indonesia peda jangan penjajahan 4. Beberapa peristiwa penting masa kemerdekaan.
Bagan 4.5 Pertgerban, Fungsi, Tujuan, Ruang lingkup IPS SD Berdasarkan aspek-aspek pengertian, fungsi, tujuan, dan ruang lingkup di atas, kemudian GBPP Sejarah untuk kelas 4 sekolah dasar dijabarkan seperti terlihat dalam Bagan 4.6 berikut
154
St^nh (Kelas 4 Cawu V) 2. Siswa mengenal pa&aabangaa kaafaan-kasjaaa Hiodo-Badha, kej*)vsn Sriwijaya dan Ma/apshil sebagai lawajMait Njipantiim Ainp?tl/rigg*i*n-fifjtifjggfliinnya l
2 . 1 Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia 2 . 1 . 1 Kerajaan Kutai, Tannnaaegara, Kediri, dan Singasari ° Menceritakan tetak dt*tg*n menggunakan peta, kegiatan pemerintahan dan penioggala&peoinggalan «ejarah kerejaan Kulai dan Tarumanegam * Menceritakan letak dengan menggunakan peta, kegiatan pemerintahan dan pcmnggalanpeomggalan sejarah kentjaan Kediri dan Singosari 2 . 1 . 2 Kerajaan Sriwijaya ° Menceritakan letak dengan menggunakan peta, sebagai kerajaan maritim, pusat pesdagangEo, pasat pendidikan dan penyebaran agama Budha, tefla upaya menguasai perairan Nusantara 2 . 1 . 1 Kerajaan Majapahit ° Menceritakan letak dengan menggunakan peta, masa kejayaan Majapahit, peranan Gajah Mada dalam upaya menyatakan Nusantara, dan pnanggalan-ptornggalan »ej arahnya 2.1.4
1
PmTnCE»*" h"ng'T™- -ng7T"T t"riJI«i « j a r a h yjmg h w m n i i - Htnrtii Rtuflw ° Menceritakan Candi Borobudur dan Ptambanan yang mencennmkan tingkat tingginya peradaban nenek moyang bangsa Indonesia " Mencari pada peta letak Candi Borobudur dan Prambanan 1
l
Sejatah (Kelas 4 Cawu 2) 4. Siswa mengenalkemjaao-terajaan Islam di Indonesia. 4.1 °
Kerajaan4&raJBBBlslradiIitdonena Menceritakan letak dengan menggunakan peta, kegiatan pemerintahan dan peninggalan kerajasnkeiajaan Islam di Indonesia (Samudra Patai, Aneh, Demak, Banten, Teroate, Tidore, Gowa)
Sejatah (Keks 4 Cawu 3) 6. Siswa dapat meajelasian nodakan penjajahan yang tfilnknkan hwgsa asing d' ludooesin aem tokoh-tokoh yang melakukanperlawanan terhadap penjajai. 6 . 1 Jaman Penjajahan ° Menceritakan awal penjajahan Belanda di Nusantara * Memberikan contoh penderitaan rakyat p*da jaman penjajahan " Menceritakan peranan tokoh-tokoh nasional dalam melamai Belanda dt daerah Indonesia : Thomaa MatuJessi (Mataku), Tuanku Imam Bonjol (Suawtera), Diponegoro (Jawa), Pangeran Antasari (Kalimantan), Raja Buleleng (Bali)
Bagan 4.6 Struktur GBPP Sejarah Kelas 4 SD Penelitian ini difokuskan pada kegiatan belajar-mengajar pada catur wulan 1 untuk tahap pengujian sampai terbentuknya model yang stabil, sehingga langkah-langkah
155
pengembangan model didasarkan pada setting GBPP Sejarah kelas 4 SD catur wulan 1. (b) Menetapkan alokasi waktu Jika dicermati GBPP Sejarah kelas 4 SD catur wulan 1, terdapat satu topik utama yakni Kerajaan Hindu Budha di Indonesia topik utama tni dibagi ke dalam 4 (empat) pokok bahasan yakni (1) Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Kediri, dan Singosari, (2) Kerajaan Sriwijaya, (3) Kerajaan Majapahit, dan (4) Peninggalan bangunan-bangunan bernilai sejarah yang bercorak Hindu-Eudha. Melihat pada keluasan dan kedalaman masing-masing pokok bahasan, maka pelajaran sejarah diberikan 2 x 40 menit setiap minggu, sehingga rencana catur wulan 1 dikembangkan sebagaimana terlihat pada Tabel 4.18 berikut ini. Tabel 4.18 Rencana Catur Wulan 1 Topik Kerajaan Hindu Budha d! Indonesia
•
Pokok Bahasan / Subpokok Bahasan
Jam Pelajaran
Kerajaan Kutai dan Tarumaneoara Kerajaan Kediri dan Sfnaosari
2x40'
•
• • •
• •
IManoan
Keraiaan Sriwhava Kerataan Matanafiit Wantjan
Bangunan-bangunan bernilai sejarah yang bercorak Hindu Budha IManoan Umum
Waktu Pemellenaaaraan September Oktober 3 4 1 2 3 4 2
JLJ
2x40' 1x40' 2x40' 2x40* 1x40' 2x40' 1x40"
(c) Mengembangkan Analisis Materi Pengajaran Berdasarkan
rencana
catur
wulan,
maka
kegiatan
belajar
mengajar
diselenggarakan lima kali tatap muka dengan jumlah jam pelajaran 2 x 40 menit untuk setiap kali pertemuan. Untuk masing-masing kegiatan belajar mengajar dikembangkan rencana pengajaran yang didasarkan atas analisis materi pengajaran. Analisis materi pengajaran dijabarkan seperti yang tertera pada Tabel 4.19 berikut
156
Tabel 4.19 Analisis Materi Pengajaran Sejarah Kelas 4 SD Catur Wulan 1 Topik Kerajaan Hindu Budha d? Indonesia
PB/SPB
Kerajaan Kutai dan Tarumanegara
Uraian Materi Kerajaan Kutai: Lokasi: Kutai di tepi sungai Mahakam (konsep namft Waktu : sekitar tahun 400 {konsep traktir) Raja : Mufewarman {konsep peJahf) Kegtatan Pemerintahan; (konsep peristiwa) - poHtfic - ekonomi (pelayaran dan perdagangan) - sosial budaya (berkembangnya Hindu) Peninggalan (Yupa, prasasti) Kerajaan Tarumanegara : Lokasi: sekitar Bogor, Jawa Barat {konsep maag) Waktu : sekitar tahun 450 (konsep mkbJ) Raja : Purnawannan (konsep peJaM) Kegiatan Pemerintahan : (konsep peristfm) - poBBk - ekonomi (pertanian) - sosial budaya (bertembangnya Hindu) Peninggalan (Prasasti)
Kerajaan KedWdan Singosari
Kerajaan Kediri s lokasi: daerah Kediri sektor sungai Berantas, Jawa Timur (konsep rvano) Waktu : 1117-1222 (tonsepwakty Raja -.(konseppetaki]) Kameswara (1117-1130) Jayabaya (1130 -1157) Kertajaya (1157 -1222) Kegiatan Pemerintahan: (konsep pertsOiva) - raja berkuasa tunggal - perkembangan pertanian - perkembangan perdagangan - perkembangan sastera (kitab Mahabarathe) - mempunyai daerah kekuasaan bernama Tumapel (terjadi perebutan kekuasaan, Ken Arek membunuh Tunggul Ametung, mengalahkan Kertajaya dan mendirikan kerajaan Stogosarf) Peninggalan : Kitab Mahateratha Kerajaan Singoaari : Lokasi: daerah Singosari dekat Keresidenan Malang, Jawa Timur (konsep mang) Waktu : 1222 -1292 (konsep waktu) Raja : (konsep petakKen Arok, AnusapatJ, Toftjaya, RanggawunL Kertanegara (1268 -1292)
ProMdur Pembdafanut PfwsenOesf Pengentas Awaf i Mengkomun&asikan tujuan Klariflkasi konsep-konsep utama Konsep searah Konsep kerajaan Konsep pemerintstian (poBtik, ekonomi yakni pelayaran, perdagangan, pertanian, dan sosial budaya yakni masuknya agama Hindu) Tanya Jawab, untuk mengetahui struktur kognitif murid Presentasi Materi: eespostorf materi Kerajaan Kutai dan Tarumanegara htamperIButkan peta Kalimantan dan Jawa Sarat (pengaruh lokasi terhadap perkembangan pemerintahan) Memberi tugas membaca buka pegangan sfewa Bab 5 (hal. 60-63) Memperkuat Organirari Kognitif: Mengingatkan tonsep kerajaan Menanyakan ringkasan materi Menanyakan persamaan antara Kutai dan Tarumanegara Menanyakan perbedaan antara Kutai deraan Tarumanegara Presentasi Pengemas Awal: Menjelaskan tujuan Ktertflfcasl konsep-konsep utama dibantu dengan rrtemberfitan contohrontori: Konsep sejarah Konsep kerajaan (waktu, ruang, petaku, bentuk pemerintahan, pengaruh dari luar dan akbatnya) Konsep pemerintahan (perebutan kekuasaan, perkembangan ekonomi yakni pelayaran, perdagangan, pertanian, dan berkembangnya agama Budha) Tanya Jawab, untuk mengetahui struktur kognitif murid Presentasi Materi: BsposRori materi tentang Kerajaan Kafiri dan Kerajaan Singosari MemperBhatkan peta Jawa Timur (pengaruh lokasi terhadap perkembangan pemerintahan) Memberi tugas mencatat tentang Kerajaan Kediri dan Singosari
157
Topft
Pfl/SPß
Uraian Materi Kegiatan Pemerintahan : (konsep peristiwa • terjadi perebutan kekuasaan (keturunan KenArok) - perdagangan mengalami kemajuan - DHakukannya Ekspedisi Pama layu - Usaha mempersatukan nusantara, tetapi m** - Mulai berkembangnya agama Budha (oleh raja Kata negara)
Kerajaan Sriwtjaya
Kerajaan Sriwijaya t Lokasi: (konsep ruang} - pusat kekuasaan di muara sungai Musi (Palembang) - wteyah kekuasaan Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Semenanjung Melayu Waktu: abad ke 7 sampai abad ke 13 {konsep waktu) Raja : Bateputradewa (856) (fcnsep pelaku) Kegiatan Pemerintahan: {konsep perlsttm) - Sriwgaya sebagal kerajaan maritim - Sriwgaya sebagal pusat p e n d a n a a n - Srtw§aya sebagal pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha Peninggalan : - Prasasti (Kedukan BuWt, Talang Tuo, Telaga Batu, Pulau Bangka, Karang Berahi) - Berita tertufc Ona (dto*. c4eh Itsing) Runtuhnya Srfwlfaya : - diserang Raja Got» dari India (abad 11) - tahun 1275 Ekspedisi Pamatayu berusaha melumpuhkan Sriwijaya - tahun 1377 diserang Kerajaan Majapahit
Kerajaan MaJapaWl
Kerajaan Majapahit : Lokasi: (konsep ruang) - pusat kekuasaan di Tarik Majapahit (Jawa Timur) - wteyah BaS, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Sumatera Waktu: 1292 -1528 {konsep waktu) Raja: {konsep pelaku) - Raden Wyaya (1292 - 1309) - Jaya negara (1309 -1328) - terfadf pemberontakan Ranggalawe (1309), Sora (1311), Namftl (1316), KuH (1319) - dapat dipadamkan
Prosedur Peinbelalaran Memperkuat Otyanlaaai Kognitif: Mengingatkan kembali siswa tentang konsep kerajaan Menanyakan ringkasan tentang kerajaan Kediri dan Smgosari Menanyakan sebab - akibat terjadinya perebutan kekuasaan di Tumapel, Kediri, dan Singosarl Menamakan hubungan antara pengiriman ekspedisi pamatayu, perdagangan dengan kerajaankerajaan di luar Sfngosari dengan makna mempersatukan nusantara Penaertaan tes evaluasi hasft beJatar Mengknnunlkasikan tujuan WartraasJ konsep-kmsep utama dibantu dengan memberikan contohcontoh yang dekat: Konsep sejarah Konsep ksntfaan Konsep pemerintahan (kerajaan maritim, pusat perdagangan, pusat pendkfftan dan penyebaran agama Budha) Tanya Jawab, untuk mengetahui struktur kognitir murid Pramentasl Materi: EfsposKori materi oTtwniu dengan media peta dan media bagan kronotogrs Memberi tugas mencatat Dilakukan pemenggalan peda bagian konsep pemerintahan Setiap penggal penjelasan dHtarti dengan pengulangan (memadukan langkah presentasi materi dengan langkah memperkuat organisasi kognWf) Memberi catatan kepada murid Mempertaat Organisasi Kpgmm Mengulang materi secara kesenmihan Dilakukan tes evaluasi nasH betelar Pimetitaal Pengemas Awal: MengkomunflasStan tujuan Klarifikasi konsep-konsep utama dibantu dengan memberikan contohcontoh yang dekat (analogi): Konsep sefatal) Konsep kerajaan Konsep pemerintahan (pemberontakan. Sumpah Palapa, mempersatukan nusantara, kerajaan martrjm, pusat perdagangan, pelayaran, kerajaan agraria, kesusasteraan)
158
Topik
i
j i
1
PB/SPB
Uraian Materi - Trtbuwana (1328 - 1350) - terjadi pemberontakan Sadeng (1331) yang dapat dipadamkan oieh Gajan Mada. Gajah Mada mengangkat sumpahnya Amuku Palapa. - Hayam Wuruk (1350 - 1389) - memadi raja ! yang terkenal dan mahapatihnya adalah Gajah Mada Kegiatan Pemerintahan : (konsep peristiwa) Majapahit sebagal kerajaan besar yang mempunyai wilayah tuas sehingga dapat mempersatukan nusantara dan mempunyai hubungan dengan negara-negara tam - Majapahit sebagai kerajaan agraris : - Majapahit sebagal kerajaan marrom : - Majapahit sebagal pusat perdagangan : - Perkembangan Kebudayaan: Runtuhnya Majapahit: - perebutan kekuasaan - masuknya pengaruh Islam
Bangunanbangunan bernilai sejarah yang berorak Hindu Budha
Candi Pmubsoan : Lokasi: kecamatan Prambanan (konsep mantf) Didirikan : pada abad 9 (konsep iraro/) Pendirinya : Ratai Pikatan (konsep petaki/] Gn-crri: (konsep peristiwa) - pengaruh agama Hirau - rungst; sebagai tempat makam - bentuk: •terbuat dari batu i * bangunan bertim secara Mrketom1 pok yang terdiri atas 3 bangunan ; utama (Candi Syrwa sebagai candi i induk, Candi Brahma, Candi Wisnu), 3 bangunan pendamping, dan 200 buah candi perwara * bangunan candi terairi atas 3 tingkat yakni kaki candi {tempat penyimpanan pripth), badan candi, oan atap candi * pada badan candi terdapat ukiran relief cerita Ramayana 1 * d) dalam candi terdapat patung i berbagai benak (melambangkan dewa)
Prosedur Pembelajaran Pncent—IHmtBri; Eksposftort materi dibantu dengan media peta dan bagan materi kronologis Dfekukan pemenggalan dan setop penggal rJfcutf dengan pengulangan (memadukan tangkah kedua dengan tangkan ketiga) Memberi catatan tentang Kerajaan Majapahit Memperkuat Orp*n***J Kognitif: Mengulang materi dus tahap yakni pengulangan berdasarkan pemenggalan dan pengulangan secara keseluruhan Pengulangan berdasarkan pemenggalan dHakukzn dengan pertanyaan untuk seluruh kelas, sedangkan pengulangan secara kesehmihan diakukan untuk MMduet Pemertaan tes evaluasi hasil belajar Ptcaent&i/^vtffenw Atvt/ i MengkornunOaskan tujuan Kiartflkast toreep-tortsep utama dibantu dengan memberikan comartcontoh yang dekat: Konsep sefarett Konsep Candi(vtt\Gu, ruang, pendiri, bentuk candi, pengaruh agama) Tanya Jawab, untuk mengetahui i struktur kogn«r murid EksposRort materi dibantu dengan media peta dan bagan materi membandingkan Dilakukan pemenggalan Setiap penggalan diikuti dengan
!
!
langkah pengulangan (memadukan j langkah kedua dengan langkah fcenga) . Memberi tugas mencatat MempeHmatOtganiBmiKognitif: Mengutang materi melalui dua tahap yakni mengutang secara penggalan dan mengulang secara keseluruhan Pengulangan berdasarkan pemenggalan dilakukan dengan pertanyaan untuk seluruh kelas. sedangkan pengulangan secara keseluruhan dilakukan untuk individual Diberikan tes evaluasi has* belajar
Catrd/ Borobuttur : Lokasi: MuntHan, Kabupaten Magelang (konsep mang) Didirikan ; pada tahun 824 (konsep waktti) Pendirinya : Dinasti SyaHendra (konsep petaki/) Qrxiri: (konsep perisowa) - pengaruh agama Budha - fungsi: sebagai tempat pemujaan
i
159
PB / SPB
Topik
Undan Materi - bentuk: * terbuat dari batu andesit * bangunan berdW sendiri (hanya satu bangunan) * bangunan candi terdiri atas 3 tingkat yakni kaki candi (kamadMu), badan candi (rupadatu), dan atap candi terbentuk stupa (arupadatu) * pada badan candi terdapat uJaran relief tentang keMdvpan manusia sesuai ajaran Budha, dan reBef tentang fcehktupwt Sktarta Gautama * di dalam candi terdapat patung berbentuk arca Budha (di dalam stuoa)
Proacdur Pembelajaran
Setelah analisis materi pengajaran dikembangkan, kemudian berdasarkan hasil analisis materi tersebut dikembangkan rencana pengajaran dan dalam penelitian ini langkah-langkah uji coba yang dilakukan adalah mengembangkan AMP dan dilanjutkan
dengan
pengembangan
rencana
pengajaran
untuk
kemudian
diimplementasikan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar (merupakan satu putaran uji coba). Hasil uji coba putaran pertama dianalisis kelemahannya untuk kemudian dilakukan revisi ketika akan memasuki uji coba putaran kedua. Rencana pengajaran terbagi ke dalam 5 (lima) unit (untuk masing-masing pokok bahasan/subpokok bahasan) dengan mengacu kepada format rencana pengajaran yang dikembangkan yakni berdasarkan kepada langkah-langkah Advance Organizers. Rencana pengajaran tersebut selengkapnya dapat d i t i M pada lampiran. (d) Implementasi model Rencana
pengajaran
yang
telah
dikembangkan
tersebut
kemudian
diimplementasikan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas. Kegiatan belajarmengajar dilakukan sebanyak 5 (lima) kali kegiatan sesuai dengan rencana pengajaran yang telah dikembangkan sebelum masing-masing kegiatan belajar mengajar dengan alokasi waktu untuk masing-masing KBM adalah 2 x 40 menit. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, dilakukan observasi dan monitoring sehingga setiap kali selesai dilakukan kegiatan belajar mengajar dapat diberikan
160
umpan balik kepada guru dalam rangka mengembangkan AM? dan rencana pengajaran putaran berikutnya. Dalam
setiap
kegiatan
belajar
mengajar,
langkah-langkah
pengajaran
dilakukan sesuai dengan kerangka model Advance Organizers yakni langkah pertama merupakan langkah presentasi pengemas awal (advance organizers), langkah kedua merupakan langkah presentasi materi, dan langkah ketiga merupakan langkah memperkuat organisasi kognitif. Perbedaan antara model yang dikembangkan dalam penelitian ini (model hipotetis) dengan model pembelajaran Advance Organizers (model teoritis) adalah: °
Pada langkah pertama model hipotetis (presentasi advance organizers) klarifikasi konsep-konsep utama didasarkan pada peta konsep yang telah dikembangkan dalam rencana pengajaran. Dengan demikian dalam model hipotetis selalu harus dibuat peta konsep ketika guru mengembangkan rencana pengajaran.
°
Pada langkah kedua model hipotetis (presentasi materi) digunakan media peta dan media bagan materi sehingga ekspositori guru selalu mengacu dan dibantu kedua media tersebut. Dalam langkah ini juga dialokasikan waktu untuk memberi catatan kepada murid.
°
Pada langkah ketiga model hipotetis (memperkuat organisasi kognitif) setelah dilakukan pengulangan secara verbal, dilaksanakan tes secara tertulis dengan bentuk soal uraian (tes subjektif). Model hipotetis diujicobakan dan rekaman uji coba dalam bentuk kegiatan
belajar mengajar tersebut dapat dicermati melalui gambar Bagan 4.7 berikut.
161 •
UJICOI-' * Disain: a. Tujuan Pembelajaran: SisH& dapat menceritakan letak dengan menggunakan peta, kegiatan pemerintahan dan peninggalan-peninggatan kerajaan Kutai dan Tarumanegars b. Materi pembelajaran: Kerajaan Kutai dan Tarumanegars, (scaffblding konsep waktu, tempat, pelaku, pemerintahan, s e b a b akibat). Dikembangkan peta konsep kerajaan untuk memberi pemahaman komprehensif kepada guru c Prosedur pembelajaran : * Presentasi pengemas awal: - penjelasan tujuan - klarifikasi konsep-konsep utama Presentasi materi: - eksposBori dibantu dengan media peta dan media bagan materi membandingkan ° Memperkuat organisasi kognitif: - mengulang materi - pengerjaan tes evaluasi hasil belajar w luwti temani. * Presentasi P e n g e m a s Awai: " Guru tidak menginformasikan tujuan ° Konsep-konsep utama tidak sepenuhnya diklarifikasi ° Presentasi Materi: ° Guru belum menjelaskan materi secara komprehensif ° Guru belum mengerti arah membandingkan ° Guru tidak menggunakan media bagan materi Guru tidak memberikan catatan kepada murid, hanya menyuruh murid untuk membaca buku pegangan murid ° Dihadapkan pada media dan dilakukannya tanya-jawab, siswa tampak terkortsentrasi pada kegiatan belajar mengajar ° Memperkuat organisasi kognitif: ° Siswa mulai aktif rnerespon piertanyaan-pertanyaan guru " Siswa mengerjakan tes evatuast hasil betefar " Hambatan z ° Siswa belum berani bertanya / mengemukakan pendapat o Tidak digunakannya media «agan materi menyebabkan siswa sulit untuk melihat persamaan dan perbedaan Guru belum sepenuhnya memahami model pembelajaran Advance Organizers Guru tidak memberikan contoh-contoh dalam rangka menjelaskan konsep Evafcwsf : Dilakukan tes kepada murid dalam bentuk soal uraian terbatas (restricted essay) den hasil ratarata adalah 51.36 Umpan BaBk: * Guru masih belum dapat mengklarifikasi konsep dan menjelaskan materi secara komprehensif sehingga tampaknya peta konsep harus dirinci sesuai dengan materi tentang kerajaan yang akan dibahas * Guru harus dibiasakan untuk menjelaskan tujuan pada awal KBM ° Guru harus dibiasakan untuk menggunakan media pengajaran ° Guru harus memberikan contoh-contoh ketika menjelaskan konsep ° Berdasarkan t e s hasil belajar, masih banyak murid yang belum memahami tentang konsep waktu sehingga harus dijelaskan kembali tentang konsep waktu 0
D
c
162.
UUCOBA 2 Disan: a. Tujuan Pombetajaran: Siswa dapat menceritakan /elak dengan menggunakan peta, kegiatan pemerintahan dan peninggalan-peninggalan kerajaan Kediri dan Singosari b. Matan pembelajaranr Kerajaan Kediri dan Singosari, (scaffolding konsep waktu, tempat, pelaku, pemerintahan, s e b a b akibat). Dikembangkan peta konsep tentang kerajaan Kediri dan Singosari (sudah lebih rinci dan langsung berkaitan dengan kerajaan Kediri dan Singosari) c Prosedur pombot jjanwi i ° Presentasi pengemas a w a l : - penjelasan tujuan - klarifikasi konsep-konsep utama dibantu dengan memberikan conton-contoh ° Presentasi materi : • etcsposrtori dibantu dengan media peta dan bagan materi kronologis - dialokasikan waktu untuk memberikan catatan kepada murid ° Memperkuat organisasi kognitif: • mengulang materi dengan bentuk tanya jawab - pengerjaan l e s hasil belajar bnplefnentaal: ° Presentasi Pengemas Awal: Guru menginformasikan tujuan ° Konsep-konsep utama (scaffoldirtg) diklarifikasi secara runtun ° Guru memberikan contoh, tetapi belum sepenuhnya dipahami oleh murid * Presentasi Materi: * Guru menggunakan media pembelajaran (peta dan bagan materi) ° Meskipun media pembelajaran sudah digunakan tetapi belum optimal * Berdasarkan bentuk bagan materi, guru berusaha menjelaskan hubungan sebab-akibat ° Guru menyediakan waktu untuk memberi catatan kepada murid ° Murkf antusias mengikuti KBM dan rnerespon pertanyaan guru ° Batan tampak guru memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya * Merncwncua* c*gantsasj kognitif: ° Murid tampak antusias rnerespon pertanyaan-pertanyaan guru ° Murid mengerjakan tes evaluasi hasil belajar " Hambatan : " guru belum memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya d a n murid masih belum berani mengemukakan pendapat ° guru belum sepenuhnya memahami model ° meskipun guru memberikan contoh-contoh, tetapi belum sepenuhnya konsep dapat dipahami oleh murid Evaluasi: Pertanyaan tes (dengan bentuk pertanyaan uraian terbatas) ditambahkan dengan pertanyaan uraian terbuka Dilakukan t e s kepada murid dan hasif rata-rata adalah 52.80 Umpan B a i k : " Materi pembelajaran terlalu banyak jika dilakukan dalam satu kali tatap muka sehingga untuk topik ini tampaknya harus dipecah ke dalam dua kali tatap muka ° Meskipun guru sudah menggunakan media pengajaran, tetapi tampaknya penggunaan tersebut belum optimal sehingga guru harus dibiasakan akrab dengan media pengajaran * Memberikan contoh-contoh dalam rangka menjelaskan konsep tampaknya harus dilakukan dengan cara mencari contoh-contoh yang dekat dengan murid sehingga melalui contoh tersebut murid dapat menangkap makna konsep ° Perlu memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya atau mengemukakan pendapat 0
163
UJI COBA 3
Disain: o. Tujuan Pernbetajaran: Siswa dapat menceritakan letak dengan menggunakan peta, sebagai kerajaan maritim, pusat perdagangan, pusat pendkSkan dan penyebaran agama Budha, serta upaya menguasai perairan nusantara. . Matan pwmnwinjM i n : Kerajaan Sriwijaya, (scaffokfing konsep waktu, t e m p a t palaku, pemerintahan, s e b a b akibat). Dikembangkan peta konsep tentang kenajaan Sriwijaya c Prosedur pembelajaran: * Presentasi pengemas a w a l : - penjelasan tujuan - klarifikasi konsep-konsep utama dibantu dengan memberikan contoh-contoh yang dekat sebagai ilustrasi ° Presentasi materi: - efcspositori dibantu dengan media peta dan bagan materi kronologis - dilakukan pemenggalan pada bagian konsep pemerintahan - setiap penggal penjelasan diikuti dengan pengulangan {dipadukan dengan langkah memperkuat organisasi kognitif) ° Memperkuat organisasi kognitif: - mengulang materi secara keseluruhan - pengerjaan t e s hasil belajar Implementasi:
rTeseruHS. i Tngecnas Awai. * Guru menginformasikan tujuan ° Klarifikasi konsep-konsep utama dibantu dengan contoh-contoh yang dekat (ilustrasi) Presentasi Materi: ° Guru tampak mulai terbiasa menggunakan media pengajaran ° Ketika menjelaskan bagian materi konsep pemerintahan, guru memenggal bagian tersebut berdasarkan subkonsep kerajaan maritim, pusat perdagangan, pusat pendidikan dan penyebaran agama, persatuan nusantara ° Model media bagan materi mendukung untuk dilakukannya pemenggalan tersebut ° Setiap akhir penggalan, dilakukan pengulangan (memadukan langkah kedua dengan langkah ketiga) " Guru memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya dan guru memberi catatan ° Murid antusias mengikuti KBM dan mulai muncul pertanyaan dari murid Memperkuat organisasi kognitif: ° Pengulangan dilakukan dua tahap yakni tahap pertama penggalan demi penggalan dan tahap kedua dilakukan secara menyeluruh " Murid antusias merespon pertanyaan guru * Murid mengenakan tes evaluasi hasH belajar ° Hambatan: ° pertanyaan dari murid masih kurang ° murid masih menghadapi kendala menjawab pertanyaan uraian terbuka dalam tes Evaluasi: Kombinasi pertanyaan uraian terbatas seimbang dengan pertanyaan uraian terbuka. Dilakukan tes kepada murid dan hasH rata-rata adalah 53.05 Umpan B a i k : ° Perlu memberi kesempatan yang lebih b e s a r kepada murid untuk mengemukakan pendapat a t a u bertanya ° Memberikan cortoh-contoh yang dekat sebagai bahan pembanding dalam upaya menjelaskan konsep-konsep abstrak tampaknya cukup membantu pemahaman murid (dibiasakan) ° Dilakukannya pemenggalan ketika menjelaskan materi yang diikuti dengan memadukan langkah memperkuat organisasi materi menyebabkan murid memahami materi lebih komprehensif ° Kendala murid menjawab pertanyaan terbuka dalam tes dapat diatasi melalui penekanan pada langkah ketiga yakni dilakukan pengulangan secara dua tahap. 6
0
164.
UJI COBA 4 Disain: a. Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat menceritakan letak dengan menggunakan peta, masa kejayaan Majapahit, peranan Gajah Mada dalam upaya menyatukan nusantara, dan peninggalan-peninggalan sejarahnya.
b. Matai pembelajaran: Kerajaan Majapahit, (scaffoHing konsep waktu, tempat, pelaku, pemerintahan, sebab akibat). Dikembangkan peta konsep tentang kerajaan Majapahit c. Prosedur ponibelajiif an; ° Presentasi pengemas awal: - penjelasan tujuan - klarifikasi konsep-konsep utama dibantu dengan memberikan contoh-contoh yang dekat {ilustrasi} ° Presentasi materi: - ekspositori dibantu dengan media peta dan bagan materi kronologis - Dilakukan pemenggalan - Setiap penggal penjeiasan diikuti dengan pengulangan (perpaduan langkah kedua dengan tangkah ketiga) ° Memperkuat organisasi kognitif: - mengutang materi melatui dua tahap yakni pengulangan berdasarkan pemenggalan dan pengulangan secara keseluruhan • pengerjaan tes hasil belajar Implementasi z ° Presentasi Pengemas Awal: ° Guru menginformasikan tujuan ° Klarifikasi konsep-konsep utama dibantu dengan contoh-contoh dekat (ilustrasi) ° Presentasi Materi: ° Guru menganggap media pengajaran sebagai kebutuhan ° Pemenggalan dilakukan untuk keseluruhan materi (dipresentasikan bagian demi bagian) ° Setiap akhir penggalan dilakukan pengulangan (memadukan langkah kedua dengan langkah ketiga) ° Pengulangan dilakukan dengan teknik menjawab secara bersama-sama untuk kemudian dilakukan tanya jawab individual ° Murid antusias mengBcuti KBM dan perhatian mereka terkonsentrasi pada KBM ° Guru memberi kesempatan kepada murid untuk membuat catatan • Murid sudah berani bertanya dan mengemukakan pendapat ° Memperto^ organisasi kognitif: ° Pengulangan dilakukan dua tahap ° Murid antusias merespon pertanyaan guru ° Murid mengerjakan tes evaluasi hasil beiajar ° Hambatan: Murid masih harus dibiasakan menjawab pertanyaan uraian terbuka (extended essay) dalam tes evaluasi hasil beiajar Evaluasi: Kombinasi pertanyaan uraian terbatas seimbang dengan pertanyaan uraian terbuka. Dilakukan tes kepada murid dan hasil rata-rata adaiah 60.45 Umpan Balik: ° Membiasakan murid untuk memberikan tanggapan atau bertanya • Membiasakan murid untuk menjawab pertanyaan uraian terbuka (tes) 0
0
165-
:.jj„:-.r
••
• •' '•• •• - • UJICOBA S . •. •• ••' • Disain: a. Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat menceritakan Candi Borobudur dan Prambanan yang mencerminkan tingkat tingginya peradaban nenek moyang bangsa Indonesia; Siswa dapat mencari pada peta letak Candi Borobudur dan Pmmbanan b. Materi pembelajaran: Candi Borobudur dan Prambanan (scsffoldtng konsep watdu, tempat, pendiri, ari-ari fisik). Dikembangkan peta konsep tentang Candi Borobudur dan Prambanan c Prosedur pembelajaran: ° Presentasi pengemas s w a t : - penjelasan tujuan - Marifikesi konsep-konsep utama dibantu dengan memberikan contoh-contoh yang dekat sebagai ilustrasi ° Presentasi materi: - ekspositori dibantu media peta dan bagan materi membandingkan - dilakukan pemenggalan • setiap penggalan penjelasan diikuti dengan pengulangan (perpaduan langkah kedua dengan langkah ketiga) " Memperkuat organisasi kognitif: - mengulang materi metatui dua tahap - pengenaan tes hasil belajar hnpfenMnfnsi " Presentasi Pengemas Awal: Guru menginformasikan tujuan ° Klarifikasi konsep-konsep utama dibantu dengan contoh-contoh dekat sebagai ilustrasi Presentasi Materi: ° Media pengajaran digunakan karena kebutuhan Pemenggalan dilakukan untuk keseluruhan materi ° Pengulangan dilakukan pada setiap akhir pemenggalan (memadukan langkah kedua dengan langkeh ketiga) " Teknik yang digunakan dalam pengulangan adalah murid menjawab bersama-sama kemudian diajukan pertanyaan imfividuaf ° Guru memberi catatan kepada murid ° Perhatian murid terkonsentrasi pada K8M dan mereka antusias memberi respon atas pertanyaan guru ° Pertanyaan dan tanggapan dari murid sudah cukup banyak ° Meniperlaiatoigarisasitognalf: ° Pengulangan dilakukan dua tahap ° Murid mengerjakan tes evaluasi hasH belajar Evaluasi: Pertanyaan tes dikombinasi antara pertanyaan uraian terbatas dengan pertanyaan uraiar Dilakukan tes kepada murid dan hasil rata-rata adalah 68.77 Umpan B a i k : ° Membiasakan murid untuk memberikan tanggapan ° Membiasakan murid untuk menjawab pertanyaan terbuka (tes) Konklusi: ° Model Advance Organizers mengkondisikan guru untuk memperbaiki perencanaan pengajaran dan memacu guru untuk meningkatkan pengetahuannya Melalui model ini, penggunaan media memiliki arti penting terutama dalam mendorong murid untuk berpikir dan memunculkan pertanyaan * Hasil yang diperoleh murid adalah meningkatnya skor evaluasi hasH belajar, keterlibatan aktrf murid dalam KBM, murid mulai belajar menuangkan pikirannya dalam bentuk tulisan 0
0
0
9
Bagan 4,7 Irrtptementasi Model Pembelajaran Advance Organizers
166
Dari hasil uji coba tersebut, masing-masing aspek yakni (a) implementasi model pembelajaran, (b) kemampuan kinerja guru, (c) kemampuan murid, (d) penggunaan fasilitas, dan (e) faktor-faktor hambatan dirinci dan diberi skor (untuk masing-masing aspek diberikan skor 100) sehingga akan tampak bagaimana perbaikan yang terjadi dari masing-masing aspek tersebut Adapun rincian dari masing-masing aspek adalah sebagai berikut: (a) implementasi model pembelajaran
:
°
Kesesuaian dengan rencana pengajaran (30)
°
Penerapan pola pembelajaran (40)
°
Kesesuaian penggunaan media dengan presentasi materi (30)
(b) kemampuan kinerja guru: °
Memahami rencana pengajaran (20)
°
Menginformasikan tujuan di awal KBM (10)
°
Mengklarifikasi konsep-konsep utama (20)
° Menjelaskan materi secara utuh dan komprehensif (20) *
Memberikan contoh-contoh untuk memperjelas konsep (10)
*
Menggunakan media pembelajaran (10)
°
Melakukan retensi dalam rangka memperkuat organisasi kognitif murid (10)
(c) kemampuan murid : °
Mengikuti KBM (30)
°
Memberikan respon atas pertanyaan guru (20)
°
Mengajukan pertanyaan atau memberi pendapat/tanggapan (30)
°
Melaksanakan tes evaluasi hasil belajar (10)
°
Hasil tes evaluasi (10)
(d) penggunaan fasilitas : °
Menggunakan buku pegangan murid (30)
°
Mengunakan media peta (20)
167
°
Menggunakan media bagan materi (30)
°
Membuat catatan untuk murid (20)
(e) faktor hambatan : °
Setiap hambatan yang terindentifikasi diberi skor 10
Berdasarkan rincian aspek-aspek di atas, maka pemberian skor terhadap hasil pelaksanaan uji coba dapat dilihat pada Tabel 4.20 Tabel 4.20 Skor Hasfl Pelaksanaan Uji Coba Aspek
UCl
(o) fcnplBmcfltasi modef pembeJajaraa r Kesesuaian dengan rencana pengajaran (30) * Penerapan pola pembelajaran (40} * Kesesuaian penggunaan madu dengan presentasi materi (30) (b) kemampuan kinerja guru: * Memahami rencana pengajaran (20) • Menginformasfam tujuan di awal KBM (10) ° Mengldarifikssi konsep-konsep utama (20) * Menjelaskan materi secara utuh dan komprehensif (20) • Memberikan contoh-contoh untuk memperjelas konsep (10) ° Menggunakan medfe pembelajaran (10) ° Melakukan retensi dalam rangka memperkuat orflartfegsi kognffif murid (10) (c) kemampuan murid " Mengikuti KBM (30) * Memberikan respon a a s pertanyaan guru (20) " Mengajukan pertanyaan / memberi pendapat / tanggapan (30) • Melaksanakan tes evatuasi hasfl belajar (10) Hasil tes evaluasi (1?) (d) penggunaan taStas: • Menggunakan buku pegangan murid (30) * Mengunakan media peta (20) ° Menggunakan metfa bagan materi (30) Membuat catatan untuk murid (20) (e) faktor hambatan (masing-masing 10} * Guru belum sepenuhnya memahami modet pembelajaran Advance Organbers * Guru tidak memberikan contoh-contoh dalam rangka menjelaskan konsep * Siswa belum berani bertanya / mengemukakan pendapat ° Tidak digunakannya media bagan materi menyebabkan siswa tt*t untuk melihat persamaan dan perbedaan ° Kenthna terhadap pertanyaan terbuka
30 10 10
0
to 40 10 0 10 10
o 5
UC2
UC4
UC5
30 40
100 30 40
100 30 40
20 75 20 10 10 15
20 85 20 10 15 20
30 100 20 10 20 20
30 100 20 10 20 20
0 10
0 10
10 10
10 10
10
10 96 30 20
10 96.9 30 M
30 10 6 100 30 20 30 20 10
30 10 6.9 100 30 20 30 20 10
10
10
20 20
UC3 w
45.1 20 10
653 30 20
10 753 30 20
0 10 5.1 15 10 5 0 0 40
0 fO 5.3 50 20 10 10 10 30
10 10 5.3 75 20 15 20 20 20
10
10
10
10
10
10
10
10 10
Adapun jika hasil di atas ditransformasikan ke dalam bentuk bagan, maka akan terlihat gambaran sebagaimana tampak pada Bagan 4.8 berikut
168.
Implementasi modet pembelajaran Kemampuan Kinerja Guru Kemampuan Murid Penggunaan Fasilitas Faktor Hambatan UC1
UC2
UC3
UC4
UC5
J Bagan 4.8 Perkembangan Uji Coba Model Jika dicermati gambar Bagan 4.8 di atas, tampak bahwa memasuki uji coba keempat, model yang digunakan sudah berjalan dengan baik dan stabil sehingga setelah uji coba kelima dianggap bahwa pelaksanaan uji coba dapat diakhiri dan diperoleh bentuk akhir model.
4 2 . 3 Bentak Akhir Model Setelah dilakukan uji coba model sebanyak 5 (lima) kali dengan menyajikan / membahas 5 pokok bahasan / subpokok bahasan dan dianggap model sudah diimplementasikan dengan stabil di mana aspek-aspek pendukung memperlihatkan perkembangan positif dan aspek penghambat dapat dikurangi, maka bentuk akhir model dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Tahap Pengembangan Perencanaan Pengajaran : Format
Rencana
Pengajaran
digunakan
sesuai
dengan
yang
telah
dikembangkan (periksa kembali Bagan 4.2). Dalam menggunakan format tersebut, guru harus mengembangkan Analisis Materi Pengajaran di mana dalam proses pengembangan analisis materi pengajaran tersebut diusahakan untuk ditemukan konsep-konsep utama yang terkandung dalam materi sehingga dapat dikembangkan
169
peta konsep yang berkenaan dengan materi secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan. Peta konsep tersebut dituangkan dalam rencana pengajaran. Setelah AMP dan Rencana Pengajaran dikembangkan, guru mempersiapkan media pengajaran berupa peta (untuk mendukung konsep ruang dan konsep sebabakibat yang berhubungan dengan konsep ruang) dan bagan materi. Sebagai langkah terakhir dalam proses perencanaan adalah mengembangkan alat evaluasi hasil belajar. Alat evaluasi hasil belajar ini dikembangkan dalam bentuk pertanyaan terbuka (rcstricted response type dan extended response type) yang tujuannya adalah untuk mengembangkan proses berpikir murid. (b) Tahap Kegiatan Belajar Mengajar : Dalam tahap implementasi ini, langkah-langkah prosedur pembelajaran mengikuti model pembelajaran Advance Organizers yakni (a) presentasi Advance Organizers, (b) presentasi materi, dan (c) memperkuat organisasi kognitif. Pada langkah pertama (presentasi Advance Organizers) guru menginformasikan
tujuan
pembelajaran
dan
melakukan
klarifikasi
konsep-konsep
utama
(berdasarkan peta konsep yang telah dikembangkan dalam tahap perencanaan) dalam rangka menemukan keterhubungan antara struktur kognitif yang telah dimiliki oleh murid dengan materi yang akan diajarkan. Di sinilah letak kekuatan Advance Organizers yang merupakan jembatan penghubung antara apa yang telah dimiliki oleh murid dengan sesuatu yang baru atau meteri yang akan diajarkan. Dalam langkah ini, untuk murid jenjang sekolah dasar klarifikasi konsepkonsep perlu diperkaya dengan contoh-contoh yang dekat sebagai bahan pembanding atau
ilustrasi,
seperti misalnya mengungkapkan konsep kepemimpinan (raja)
dibandingkan dengan contoh kepemimpinan masa sekarang di Indonesia (presiden). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya atau memberikan pendapat Memberikan kesempatan untuk bertanya atau mengeluarkan pendapat akan memfokuskan murid kepada suasana belajar (terkonsemrasi pada kegiatan belajar-mengajar), dan latihan-latihan bertanya dan
170
memberikan pendapat akan membentuk pola berpikir murid baik bentuk berpikir logis maupun bentuk berpikir terstruktur. Pada menggunakan
langkah media
kedua
(presentasi
pengajaran.
materi),
Penggunaan
guru
media
harus ini
terbiasa
sebagai
untuk
alternatif
mengkonkritkan hal-hal yang bersifat abstrak (karena murid sekolah dasar masih berada dalam tahap operasional konkrit sedangkan materi sejarah lebih bersifat abstrak). Jika guru menggunakan media bagan materi, maka bentuk bagan tersebut harus memperlihatkan silat atau karakteristik sejarah, apakah bentuk kronologis, progresif, regresif, dan sebagainya. Hal ini perlu diperhatikan, sebab fungsi media selain sebagai alat bantu pengajaran, untuk murid sekolah dasar penggunaan media ini berfungsi sebagai alternatif mengkonkritkan hal-hal yang bersifat abstrak. Di samping itu, penggunaan media akan mengarahkan murid kepada kondisi terkonsentrasi pada proses pembelajaran. Dengan dipasangnya media pengajaran di muka kelas dan setiap saat guru menggiring murid untuk memperhatikan media tersebut maka pematian murid akan terkonsentrasi pada materi yang sedang diajarkan oleh guru. Di sini posisi media pengajaran adalah untuk mengalihkan perhatian murid agar terkonsentrasi pada topik yang sedang diajarkan. Presentasi materi dilakukan bagian demi bagian (pemenggalan) dan setiap penggal penjelasan diikuti dengan pengulangan (langkah memperkuat organisasi kognitif). Hal ini dilakukan sebagai penguatan terhadap materi baru yang diberikan. Pada bagian inilah tampak modifikasi yakni memadukan langkah kedua dengan langkah ketiga di dalam tahap presentasi materi. Pada bagian pengulangan ini pertanyaan yang diajukan oleh guru pertama-tama ditujukan kepada seluruh kelas untuk dijawab secara bersama-sama, baru kemudian guru mengajukan pertanyaan kepada murid secara individual. Dengan demikian pengulangan dilakukan secara dua tahap yakni menjawab secara bersamaan dan menjawab secara individual. Dalam langkah presentasi materi ini guru juga harus mengalokasikan waktu untuk memberi catatan kepada murid, sebab tidak seluruh murid mempunyai buku pegangan murid dan di dalam catatan tersebut juga ditambahkan hal-hal yang belum
171
tercakup dalam buku pegangan murid. Dengan demikian murid mempunyai bahan belajar lain di luar buku pegangan murid. Langkah
ketiga
(memperkuat
organisasi
kognitif)
dilakukan
dengan
pengulangan dalam bentuk tanya-jawab. Pada langkah ini pertanyaan diajukan secara dua tahap yakni pada lahap pertama pengulangan berdasarkan pemenggalan dan pertanyaan yang dikemukakan oleh guru ditujukan kepada seluruh kelas (untuk dijawab secara bersamaan) dan pada tahap kedua pengulangan secara menyeluruh dan pertanyaan ditujukan kepada murid secara individual. Pertanyaan harus mengarah kepada rekonsiliasi terintegrasi yakni memperkaya struktur kognitif dengan materi baru. Dengan demikian apa yang diperoleh murid adalah pemahaman yang utuh dan komprehensif. Pada bagian akhir dari tahap ini, guru memberikan tes sebagai evaluasi hasil belajar murid. Butir-butir tes dikembangkan dalam bentuk pertanyaan terbuka (subjektif) baik pertanyaan terbuka terbatas maupun pertanyaan uraian terbuka, dalam rangka membiasakan murid mengungkapkan pikirannya melalui tulisan. Hai ini dipandang perlu untuk dilakukan, sebab jika hal ini telah dibiasakan sejak anak-anak belajar pada jenjang sekolah dasar, maka untuk jenjang berikutnya mereka tidak lagi menghadapi kesulitan untuk mengungkapkan pikirannya melalui tulisan. Berdasarkan tahap pengembangan perencanaan pengajaran dan tahap kegiatan belajar mengajar yang telah diuraikan di atas, maka bentuk akhir model advance organizers yang dikembangkan melalui penelitian ini dapat dilihat pada Bagan 4.9 berikut
172
MODEL PEMBELAJARAN APVANCE ORGANIZERS YANG DfKEMBANGKAN
Disain : e. Tujuan Pembelajaran : °
Karakteristik tujuan mengacu kepada pengembangan pota berpSdr kesejarahan flcognitif tingkat tinggi) TPK sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam GBPP dan karakteristik tujuan
b. Materi pembelajaran : ° Dikembangkan materi pembelajaran (melalui pengembangan AMP) dengan scaffokiing konsep-konsep dalam sejarah yang mendukung materi secara keseluruhan ° Dikembangkan peta konsep
c. Prosedur pembenaran : 0
Presentasi pengemas awal : penjelasan tujuan klarifikasi konsep-konsep utama berdasarkan peta konsep yang telah dScembangkan ° Presentasi materi : ekspositori dibantu media peta dan media bagan materi media bagan materi dibuat dengan alur pemenggalan setiap penggalan penjelasan diikuti dengan pengulangan (perpaduan langkah kedua dengan langkah ketiga) Memperkuat organtsasi Kognsw. mengulang materi melalui dua tahap yakni tahap pengulangan benlasankan pemenggalan dan tahap pengulangan materi secara keseluruhan pengenaan tes hasil belajar
d. Evaluasi : dikembangkan tes dengan bentuk pertanyaan uraian terbatas dan pertanyaan uraian tenbuka
Implementasi : ° ° ° ° ° " 0
0
° * 0
°
°
Presentasi Pengemas Awal : Guru menginformasikan tujuan Klarifikasi konsep-konsep utama dibantu dengan contoh-contoh dekat sebagai ilustrasi Presentasi Materi : Media pengajaran digunakan selama presentasi materi Pemenggalan dilakukan sesuai dengan media bagan materi Pengulangan dilakukan pada setiap akhir pemenggalan (memadukan langkah kedua dengan langkah ketiga) Teknik yang digunakan dalam pengulangan adalah pertanyaan untuk seluruh kelas (muria menjawab bersama-sama) kemudian diajukan pertanyaan individual Gunj memberi kesempatan kepada murid untuk membuat catatan Guru memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya f memberi tanggapan Memperkuatorganisasikognitif: Pengulangan dilakukan dua tahap yakni tahap pengulangan berdasarkan pemenggalan (pertanyaan ditujukan untuk setuwh kelas) dan tahap pengulangan materi secara keseluruhan (pertanyaan ditujukan kepada murid secara individual) Murid mengenakan tes evaluasi hasil belajar
Evaluasi : Pertanyaan tes dikombinasi antara pertanyaan uraian terijatas dengan pertanyaan uraian terbuka dan murid mengerjakan tes tersebut di kelas.
Bagan 4.9 Bentuk Akhir Model Advance Organizers yang Dikembangkan
173
4.3 Hasil Uji Coba Model Pengembangan Dalam bagian ini disajikan tentang hasil uji coba model pembelajaran Pengemas Awal (Advance Organizers) meliputi (a) gambaran tentang kemampuan dan kinerja Guru yang dituntut dalam penerapan model, (b) sarana, fasilitas, dan lingkungan yang dituntut dalam penerapan model, (c) kemampuan dan aktivitas murid, dan (d) skenario model pembelajaran Advance Organizer. 4.3.1 Kemampuan dan Kinerja Guru yang Dituntut (a) Dalam Tahap Pengembangan Perencanaan Pengajaran Model
pembelajaran
Advance
Organizers
yang
dikembangkan. dalam
penelitian ini menuntut kepiawaian guru sejak tahap pengembangan perencanaan pengajaran. Tahap pengembangan perencanaan pengajaran perlu mendapat perhatian, sebab
kekuatan
model
ini
terletak
pada
langkah
pertama
ketika
model
diimplementasikan yakni langkah presentasi advance Organizers di mana guru harus melakukan klarifikasi konsep-konsep utama yang terdapat dalam materi belajar. Klarifikasi terhadap konsep-konsep utama ini dapat dilakukan jika guru memahami struktur materi dan dapat menemukan konsep-konsep yang terkandung dalam substansi materi. Dengan demikian struktur materi dibangun dalam bentuk peta konsep yang berlandaskan pada scaffolding disiplin ilmu sejarah. Pada posisi ini guru dituntut untuk memahami sejarah sebagai ilmu, bahwa sejarah memusatkan kajiannya pada peristiwa yang terjadi pada suatu lokasi tertentu dalam kurun waktu lampau dan melibatkan manusia sebagai pelakunya. Dalam konteks ini, scaffolding sejarah meliputi konsep ruang, konsep waktu, konsep peristiwa yang melibatkan pelaku. Atas dasar konsep-konsep scaffolding tersebut, berbagai konsep yang teridentifikasi dalam materi belajar disusun ke dalam suatu bentuk sehingga tampak sebagai suatu kesatuan pemetaan konsep (mapping concept) yang komprehensif. Pemetaan konsep dapat dilakukan setelah guru memahami keluasan dan kedalaman materi belajar yang dituangkan dalam bentuk analisis materi pengajaran (AMP). Dalam hal ini guru harus memahami kurikulum sejarah, paling tidak
174
memahami GBPP sejarah. Setelah analisis materi pengajaran dikembangkan oleh guru, kemudian dibuat perencanaan pengajaran yang di dalamnya mencakup pengembangan tujuan pembelajaran khusus (TPK), rincian uraian materi dan peta konsep, pengembangan prosedur pembelajaran yang sesuai dengan langkah-langkah advance organizers, dan pengembangan alat evaluasi hasil belajar. Untuk memfasilitasi pembelajaran dalam langkah implementasi (KBM) guru juga dituntut mengembangkan media pembelajaran dalam bentuk penyediaan peta dan pengembangan bagan materi belajar. Fasilitas peta digunakan dalam rangka membantu murid memahami konsep ruang dan konsep sebab-akibat dalam kaitannya dengan konsep ruang. Sebagai contoh letak kerajaan di tepi sungai erat kaitannya dengan konsep perdagangan dan konsep pelayaran. Bagan materi belajar digunakan dalam rangka memberi pemahaman terhadap materi secara komprehensif kepada murid dan usaha mengkonkritkan konsep-konsep yang bersifat abstrak. Bentuk media bagan materi dikembangkan mengikuti pola sejarah (membandingkan untuk melihat persamaan dan perbedaan atau kronologis untuk melihat sebab-akibat). Berdasarkan hasil penelitian uji coba model, tampak bahwa peta konsep harus dikembangkan secara rinci yang langsung mengacu kepada materi yang akan diajarkan. Pada uji coba 1 peta konsep dikembangkan lebih bersifat umum dan hal ini kurang membantu pemahaman guru sehingga ketika memasuki langkah presentasi advance organizers (pada kegiatan belajar mengajar langkah pertama), guru tidak dapat mengklarifikasi konsep-konsep secara komprehensif dan menemui kesulitan menghubungkan konsep-konsep tersebut dengan materi belajar. Peta konsep yang dikembangkan untuk uji coba 1 adalah sebagai berikut.
!75
Bagan 4.10 Peta Konsep Uji Coba 1 Kelemahan peta konsep ini (karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan guru sehingga guru kurang mampu menggunakan peta konsep ini) kemudian diperbaiki dengan cara dirinci dalam bentuk yang lebih mengarah kepada materi belajar sehingga dalam uji coba 2 dikembangkan bentuk peta konsep seperti tergambar pada bagan 4.11.
KERAJAAN KEDIRI
Lokasi
- Kameswara -Jayabaya -Kertajaya Sekitar Sungai Berantas Perdagangan; Ulat sutra dan kapas - Kekuasaan Tunggal - Memfflki daerah kekuasaan Tumapel - Terjadinya perebutan kekuasaan oleh Ken Arok
Agama Hindu Berkembangnya kesusasteraan (Mahabaratha)
Pertanian : - Raja membagi tanah • Mengembangkan waduk dan irigasi
176
KERAJAAN SWGOSARI
- Kekuasaan Tunggal - Terjadinya perebutan kekuasaan ofeti keturunan KenArok • Huburigan fermn Siant dan Kamboja - Hubungan dengan Sttmatera - usaha mempersatukan nusantara
Agama Hindu Bertembangnya agama Budha
Perdagangan : Dengan. Stam dan Kamboja
Bagan 4 .11 Peta Konsep Uji Coba 2 Untuk uji coba selanjutnya, peta konsep dikembangkan dalam bentuk rinci dan mengacu kepada materi belajar dan tujuan yang hendak dicapai. Hasil uji coba juga memperlihatkan bahwa media bagan materi harus disesuaikan dengan prosedur pembelajaran yang pada langkah kedua (presentasi materi) dilakukan pemenggalan sehingga media bagan materi dikembangkan dalam bentuk yang memudahkan guru untuk melakukan pemenggalan dan memudahkan murid untuk memahami materi belajar baik secara bertahap (sesuai pemenggalan) maupun secara keseluruhan. Pada uji coba 1 media bagan materi dikembangkan secara monoton dalam arti tidak terlihat pembagian aspek-aspek yang secara eksplisit tampak dalam cara penulisannya, dan hanya terlihat aspek-aspek scaffoldingnya saja, seperti tampak pada Bagan 4.12 di bawah ini.
177
KERAJAAN KUTAI : daerah Kutai di tepi sungai Mahakam Kalimantan Timur Waktu : sekitar tahun 400 : Mulawarman Raja Pemerintahan : * raja berkuasa tunggal * kekuasaan raja turuntemurun * perkembangan pelayaran can perdagangan * berkembang agama Hindu Peninggalan : Yupa, prasasti Lokasi
KERAJAAN TARUMANEGARA
Lokasi
: sekitar Bogor, daerah tepf sungai Otanim Jawa Barat Waktu : sekitar tahun 450 Raja : Pumawarman Pemerintahan : * raja berkuasa tunggal * kekuasaan raja turuntemurun * perkembangan pertanian * berkembang agama Hindu Peninggalan : Prasasti (7 buah)
Bagan 4.12 Media Bagan Materi Uji Coba 1 Pada uji coba 3, di mana guru melakukan pemenggalan ketika memasuki langkah presentasi materi, maka media bagan materi dikembangkan dengan penekanan bentuk mengikuti alur pemenggalan tersebut seperti tampak pada Bagan 4.13 berikut KERAJAAN SRIWIJAYA
Lokasi
: - pusat kekuasaan di muara sungai Musi (Palembang) - wilayah kekuasaan Sumatera, Jawa Barat KaSmantan Barat, Semenanjung Melayu Waktu : Abad 7 sampai abad 13 Raja ; Balaputraclewa $56) Pemerintahan : Sriwijaya sebagai kerajaan besar yang mempunyai wilayah luas dan mempunyai hubungan dengan negara-negara (ain - Sebagai kerajaan maritim: * mampu melindungi pelayaran di Asia Tenggara * memffld armada laut yang besar dan kuat * Sriwijaya menakhikan Lampung, Bangka, Jambi, Jawa Barat untuk mengamankan pelayaran * kapal-kapal dagang dipungut pajak sehingga keuangan kerajaan kuat - Sebagal pucat perdagangan: * berada di jalur pelayaran antara India dan Cina * perkembangan perdagangan, keamanan para pedagang diperhatikan * pedagang-pedagang dari Siam, Kamboja, Ona, Perata, India (luar negeri) dan pedagang-pedagang dari Tuban, Gresik, Sulawesi, Kalimantan, Maluku - Sebagai pucat pentfkHkan dan penyebaran agama Budha: * banyak siswa dari negara laki belajar bahasa Sansekerta * banyak pendeta dari Tftet dan Cina belajar agama Budha * Sriwijaya membangun asrama di Natanda (India) * Pendeta Budha dari Ona bernama Itsing banyak menufc tentang Sriwijaya (berita tertulis Ona) Peninggalan : - Prasasti (Kedukan Bukit Talang Tuo, Telaga Batu, Pulau Bangka, Karang Berahi) - Berita tertufc Ona (dftuRs oleh Esfng) Runtuhnya Sriwijaya: - diserang Raja Goia dari India (abad 11) - tahun 1275 Ekspedisi Pamaiayu berusaha melumpuhkan Sriwijaya - Tahun 1377 diserang Kerajaan Majapahit
Bagan 4.13 Media Bagan Materi Uji Coba 3
178
Ketika dilakukan uji coba 3, pemenggalan hanya terbatas pada bagian pemerintahan sehingga tampak dalam media bagan materi aspek sebagai kerajaan maritim, sebagai pusat perdagangan, dan sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha, merupakan bagian-bagian yang dapat dipenggal. Pada uji coba 4 pemenggalan dilakukan untuk keseluruhan materi sehingga media bagan materi tampak seperti tergambar dalam Bagan 4.14 berikut KERAJAAN MAJAPAHIT Lokasi: • pusat kekuasaan di Tarft Majapahit (Jawa Umur) - wilayah kekuasaan Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi. Matuku, Sumatera Waktu: 1292 - 1P28 Rjrja : • Raden WJaya (1292 -1309) - Jayanegara (1309 -1328) - pemberontakan Ranggofewe (1309), Sora (1311), Nambt (1316), Kua (1319) - dipadamkan oleh Gajah Mada dan kemudian diangkat menjadi pstfi di Katiuripan dan Kediri - Trfbuwana (1328 -1350) - terjadi pemberontakan Sadeng (1331) - dipadamkan c4eh Gajah Mada sehingga diangkat menjadi mangkubumt Gajah Mada mengangkat sumpahnya Amuktf Palapa. - Hayam Wuruk (1350 -1389) - menjadi raja yang terkenal dan mahapatfhny Gajah Mada Pemejlinalian: Majapahit sebagal kerajaan besar yang mempunyai wfeyah hias sehingga dapat mempersatukan nusantara dan mempunyai hubungan dengan negara-negara bin - MajapaMt sebegal tanjaan agroito: * pertanian berkembang * membangun bendungan, saluran atr, tanggul untuk pengairan sawah * lahr lintas di pedalaman diperbaiki - Majapahit aebagai kerajaan maritim: * memfllkf angkatan laut yang kuat * menguasai perairan di nusantara * menjaga jalur perdagangan - Majapahft sebagai pusat perdagangan: •dibangun kota-kota pelabuhan seperti Surabaya, Gresik,Tuban * pe.-sukan dari pajak perdagangan * hubungan dagang dengan Ona, India, MuangtnaE, Myanmar, Campa, Kamboja - Perkembangan Kebudayaan: * Kitab Negarakertagama dftufc oleh Mpu Prapanca * KKab Sutasoma tUtuSs oleh Mpu Tartutar, dt dalamnya ada Bhineka Tunggal Da * Pembangunan candi-candi dan tempat-tempat sttd Runtuhnya Majapahit: - perebutan kekuasaan - masuknya pengaruh Islam
Bagan 4.14 Media Bagan Materi Uji Coba 4 Dengan media bagan yang demikian, guru dapat melakukan pemenggalan ketika menjelaskan materi dan secara keseluruhan murid dapat dengan cepat menangkap esensi materi ketika dilakukan langkah pengulangan (memperkuat organisasi kognitif)-
179
Berdasarkan hasil uji coba penelitian, kemampuan dan kinerja guru yang dituntut dalam tahap pengembangan perencanaan pengajaran dapat diuraikan sebagaimana tertera pada Tabel 4.21 di bawah ini. Tabel 4.21 Kemampuan dan Kinerja Guru yang Drtuntut Dalam Tahap Pengembangan Perencanaan Pengajaran Langkah Mempelajari GBPP
• •
Mengembangkan AMP
Mengembangkan Rencana Pengajaran
•
•
Kinerja Membaca kurikulum dan GBPP Menetapkan alokasi waktu belajar Membuat Analisis Materi Pengajaran yang mengacu pada tujuan Mengembangkan TPK
•
• • • *
•
Membuat peta konsep
• • •
-
Membuat uraian materi
•
Mengembangkan prosedur pembelajaran
• •
• •
•
Membuat alat evaluasi hasil belajar
• •
Memilih, Menetapkan, dan Menyiapkan Media Pengajaran
• •
menyiapkan media peta membuat media bagan materi
• • •
Kemampuan Memahami tuntutan kurikulum dan GBPP
Memahami keluasan dan kedalaman materi Menyelaraskan materi dengan alokasi waktu Mernahami tujuan pembelajaran dan isi materi Memahami struktur pengembangan TPK Memahami sejarah sebagai ilmu Memahami scaffolding sejarah Menemukan konsep-konsep dalam materi Membangun struktur materi Mentransfer uraian materi dari AMP ke dalam rencana pengajaran Memahami langkah-langkah advance organizers Menyesuaikan uraian materi ke dalam tangkarHangkah model advance organizers Menyesuaikan butir soal dengan TPK Memahami konstruksi butir soal uraian terbatas dan uraian terbuka Memahami materi belajar Menyesuaikan scaffolding Membangun struktur materi sesuai deraan pernenggalan
180
0) Dalam
Tahap Kegiatan Belajar Mengajar
Implementasi model pembelajaran advance organizers yang dikembangkan melalui penelitian ini menuntut kecermatan guru dalam melaksanakan rencana pengajaran yang telah dikembangkan tersebut ke dalam bentuk kegiatan belajarmengajar di kelas. Pada tahap implementasi ini langkah-langkah pembelajaran dilaksanakan melalui tiga langkah yakni langkah presentasi advance organizers, langkah presentasi materi, dan langkah memperkuat organisasi kognitif. Dalam
langkah
presentasi
advance
organizers,
guru
dituntut
untuk
menginformasikan tujuan pembelajaran dan melakukan klarifikasi terhadap konsepkonsep utama. Konsep-konsep yang diklarifikasi adalah konsep-konsep utama yang telah dikembangkan dalam bentuk peta konsep pada rencana pengajaran. Scaffolding, yakni konsep ruang, konsep waktu, konsep peristiwa, dan konsep pelaku, merupakan pengemas awal
(advance organizers) sehingga klarifikasi
dilakukan meliputi
scaffolding dan diharapkan hasil klarifikasi ini akan menjadi jembatan untuk memasuki materi yang akan diajarkan. Konsep-konsep yang berada di bawah konsepkonsep utama merupakan konsep-konsep yang potensial untuk diajarkan jika pengemas awal (advance organizers) sudah dipahami oleh murid. Teknik yang digunakan dalam klarifikasi ini adalah teknik tanya-jawab, srtinya guru memberikan pertanyaan dalam lingkup scaffolding dan murid berusaha untuk menjawabnya. Ilustrasi berikut memperlihatkan aktivitas yang terjadi dalam langkah presentasi advance organizers uji coba 2. Guru:
Murid: Murid: Murid: Guna :
"Anak-anak, kita sekarang akan belajar sejarah dan ibu akan menjelaskan kepada kalian tentang kerajaan Kediri dan kerajaan Singosari, sehingga nanti setelah pelajaran isi selesai kalian akan memahami apa dan bagaimana kerajaan Kediri dan Singosari tersebut" (menginformasikan tujuan). "Nah anak-anak, kalau kalian mendengar kata kerajaan, apa yang kalian pikirkan ?" " Istana, bu !" "Ada rajanya, bu!" "Adatempatkerajaannya,bu!" "Apa lagi anak-anak ?" (kelas terdiam sejenak, kemudian guru melanjutkan)
181
"Ya, memang dalam suatu kerajaan itu ada rajanya yang memililci istana dan kerajaan itu menguasai suatu daerah. Selain yang kalian sebutkan, kerajaan berdiri pada suatu waktu tertentu dan dalam kerajaan itu raja memerintah, artinya mengatur rakyatnya seperti contohnya presiden kita sekarang mempunyai tugas antuk mengatur negara kita ini". Guru: "Anak-anak, siapa presiden kita sekarang ?" Murid: "Presiden Habibie !" (menjawab serentak) Guru : "Siapa presiden sebelum presiden Habibie ?" Murid: "Presiden Soeharto, bu!" Guru: "Kalau sebelum presiden Soeharto, ada yang tahu ?" Murid: "Bung Karno, bu!" Guru : "Nah, kalau kita memiliki presiden sampai tiga orang, kerajaan-kerajaan yang dahulu pernah ada juga memiliki beberapa raja Nanti kita akan tahu siapa saja raja yang berkuasa di kerajaan Kediri dan Singosari". Dari ilustrasi di atas, tampak bahwa guru berusaha untuk melakukan klarifikasi terhadap konsep-konsep utama yang merupakan scaffolding dalam sejarah, tetapi contoh yang diberikan oleh guru dalam rangka memperkuat konsep masih
j
belum sepenuhnya dipahami oleh murid. Untuk itu, dalam uji coba berikutnya aspek ini perlu diperbaiki dengan cara pemberian contoh-contoh yang lebih konkrit dan merupakan suatu contoh yang dekat dengan kehidupan murid. Ilustrasi berikut memperlihatkan usaha guru memberi contoh yang dekat dengan murid, terjadi dalam langkah presentasi advance organizers uji coba 4. L
Guru akan mengklarifikasi konsep mang daiam kaitannya dengan pusat kekuasaan dan wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit Guru : "Anak-anak, di mana letak ibukota Indonesia ?" Murid: "...Jakarta !" (menjawabserentak) Guru : "Ya..betul !, di Jakartalah pusat pemerintahan negara Indonesia. Apakah kalian tahu wilayah Indonesia ?" Murid: "Dari Sabang sampai Merauke, bu" (scvrang murid menjawab) Guru : "Betul sekali t. Nah, kalian tentu masih ingat lagu Dari Sabang sampai Merauke ? Coba kita nyanyi bersama" (Murid-murid bersama guru menyanyi lagu Dari Sabang sampai Merauke) Kemudian sambil menunjuk pada peta Indonesia, guru memberi penjelasan bahwa wilayah Indonesia berada antara Sabang kota paling barat yang terletak di ujung utara pulau Sumatera sampai Merauke di ujung timur Propinsi Irian Jaya, dan pusat pemerintahannya berada di Jakarta. Guru : "Demikian juga dengan kerajaan Majapahit ya anak-anak, pusat kekuasaannya ada di Tarik (sambil menunjuk daerah Tarik di Jawa Timur) dan wilayah kekuasaan
182
Majapahit meliputi Bati, Kalimantan, Nusa Tenggara. Sulawesi Maluku, dan Sumatera {sambil menunjuk pulau-pulau tersebut). Dari ilustrasi di atas, tampak bahwa murid dapat menerima dan memahami contoh yang diberikan oleh guru karena contoh tersebut cukup akrab dengan kehidupan murid dan diberikan contoh yang sifatnya analogis. Dalam langkah presentasi materi terdapat tiga hal yang harus diperhatikan oleh
guru yakni
menggunakan
media
pengajaran
selama
presentasi materi
berlangsung, dilakukannya pemenggalan dalam ekspositori, dan memberikan catatan kepada murid. Penggunaan media pengajaran tidak hanya sebagai alat bantu dalam pengajaran tetapi juga merupakan alternatif mengkonkritkan hal-hal yang bersifat abstrak, seperti misalnya menjelaskan bahwa kerajaan Majapahit memiliki wilayah kekuasaan yang luas dapat ditunjukkan melalui media peta yang memperlihatkan keluasan wilayah kerajaan Majapahit. Demikian pula konsep kerajaan maritim dapat divisualisasikan melalui media peta yang memperlihatkan wilayah laut yang dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya sehingga dapat ditunjukkan bahwa jalur pelayaran antara India dengan Cina melalui wilayah kekuasaan kerajaan Sriwijaya. Selain media pengajaran berupa peta, juga guru menggunakan media bagan materi. Melalui media ini murid dapat melihat keluasan dan kedalaman materi serta kaitan antaraspek / konsep dalam materi belajar. Media bagan materi dikembangkan mengikuti pendekatan dalam sejarah (kronologis atau perbandingan) dan bentuknya mengarah kepada kemungkinan dilakukannya pemenggalan dalam ekspositori. Agar konsentrasi murid tetap berada dalam lingkup kegiatan belajar-mengajar, maka guru harus dapat mengalihkan perhatian murid melalui penggunaan media ini. Setiap penjelasan guru yang disertai dengan menunjuk pada media yang terpampang di muka kelas, maka murid akan digiring untuk selalu terkonsentrasi dalam kegiatan belajar-mengajar. Pemenggalan dalam ekspositori diartikan sebagai memecah materi belajar ke dalam bagian-bagian (subtopik) dan penjelasan yang diberikan oleh guru mengikuti penggalan demi penggalan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan murid menerima
183
materi baru bagian demi bagian dan agar materi baru tersebut masuk ke dalam struktur kognitif murid maka setiap akhir penggalan dilakukan pengulangan (memperkuat organisasi kognitif). Alasan lain dilakukannya pemaduan prosedur langkah presentasi materi (langkah kedua) dengan langkah memperkuat organisasi kognitif (langkah ketiga) adalah untuk menjaga konsentrasi murid. Pada uji coba 1 dan uji coba 2 guru tidak melakukan pemenggalan, artinya presentasi materi dilakukan sejak awal memasuki langkah kedua sampai materi secara keseluruhan selesai diberikan kepada murid Dalam kegiatan belajar-mengajar tersebut terlihat setelah presentasi berlangsung lebih kurang 20 menit, hampir setengah kelas tidak lagi memperhatikan penjelasan guru. Hal ini dapat diartikan bahwa jika presentasi dilakukan terus menerus maka terdapat kemungkinan munculnya kebosanan murid sehingga mereka tidak lagi terlibat sepenuhnya dalam proses belajar-mengajar, dan dengan demikian prinsip pembelajaran murid sudah ditinggalkan. Kondisi yang demikian diperbaiki pada uji coba 3. Guru mulai menerapkan strategi pemenggalan pada langkah presentasi materi pemerintahan di Sriwijaya yang dipenggal menjadi (a) Sriwijaya sebagai kerajaan maritim, (b) Sriwijaya sebagai pusat perdagangan, dan (c) Sriwijaya sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha. Melalui strategi pemenggalan mi guru dapat menjaga konsentrasi murid karena di akhir tiap penggalan guru menerapkan strategi tanya-jawab, dan guru dapat memasukkan materi baru bagian demi bagian sehingga dapat membentuk struktur kognitif murid dengan lebih efektif. Memberikan catatan merupakan salah satu upaya menghadapi kendala keterbatasan buku pegangan murid yang dimiliki oleh murid. Bentuk catatan yang diberikan bervariasi tergantung kebutuhan dan lengkap tidaknya materi yang terdapat dalam buku pegangan murid. Jika guru merasa perlu melengkapi materi yang ada dalam buku pegangan murid, maka diberikan catatan tambahan. Pada umumnya catatan yang diberikan oleh guru mengarah kepada bentuk media bagan materi karena guru menganggap media tersebut cukup informatif bagi muridnya.
184
Langkah memperkuat organisasi kognitif merupakan langkah pengulangan / penguatan dari materi belajar yang telah disampaikan oleh guru pada langkah kedua (presentasi materi). Strategi yang diterapkan pada langkah ini adalah tanya-jawab. Pada uji coba 1 dan uji coba 2, guru memisahkan secara ketat antara langkah presentasi materi dengan langkah memperkuat organisasi kognitif, sehingga ketika dilakukan tanya-jawab, lebih banyak murid yang tidak mampu menjawab pertanyaan guru. Hal ini disebabkan sudah menurunnya konsentrasi murid pada waktu guru mempresentasikan materi. Kelemahan yang tampak pada uji coba 1 dan uji coba 2 diatasi dengan memasukkan langkah ketiga ini ketika proses presentasi materi sedang berlangsung yakni dengan memberikan sejumlah pertanyaan setiap penggalan materi berakhir. Pada saat proses memasuki langkah ketiga, guru mengulang kembali pertanyaanpertanyaan yang diajukan sebelumnya. Strategi yang digunakan dalam langkah ketiga ini adalah dengan membagi langkah ini ke dalam dua tahap yakni pada tahap pertama pengulangan dilakukan berdasarkan pemenggalan dan pertanyaan diajukan untuk seluruh kelas (murid menjawab secara bersamaan). Tahap kedua pengulangan dilakukan untuk materi secara keseluruhan dan pertanyaan ditujukan kepada murid secara individual. Di akhir pelajaran guru memberikan tes tertulis sebagai evaluasi hasil belajar murid. Butir-butir pertanyaan tes dikembangkan dalam bentuk pertanyaan uraian terbatas dan pertanyaan uraian terbuka. Komposisi kedua bentuk pertanyaan ini diberikan secara bertahap di mana pada uji coba 1 lebih banyak diberikan bentuk pertanyaan uraian terbatas, kemudian secara bertahap sejak uji coba 2 dan selanjutnya jumlah pertanyaan uraian terbatas dikurangi sehingga dapat ditambahkan pertanyaan uraian terbuka. Pada uji coba 4 dan uji coba 5 kedua bentuk pertanyaan tersebut dikembangkan secara berimbang. Hasil uji coba memperlihatkan bahwa kemampuan murid menuangkan pemahamannya dalam bentuk tulisan menjadi lebih baik. Jika pada uji coba 2 murid menjawab pertanyaan hanya dalam bentuk satu atau dua kata untuk pertanyaan uraian
ISS
terbuka, maka pada uji coba 4 murid sudah mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk satu kalimat utuh. Ilustrasi berikut memperlihatkan hasil yang diperoleh murid. UjiCoba2 Pertanyaan Jawaban Uji Coba 4 Pertanyaan Jawaban
: Bagaimana Ken Arok mendirikan Kerajaan Singosari ? : - dengan membunuh - saling bunuh membunuh : Apa akibat dari sumpah Palapa terhadap kerajaan Majapahit ? : - Gajah Mada rnenaklukan daerah Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Sumatra hingga wilayah kerajaan Majapahit menjadi luas - Kerajaan Majapahit daerahnya tambah luas karena Gajah Mada menaklukan Beli, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi
Atas dasar hasil uji coba ini dapat disimpulkan bahwa guru harus mulai memberikan
pertanyaan-pertanyaan
uraian
terbuka
yang
sifatnya
menggali
pemahaman murid dan membiasakan murid untuk mengembangkan pikirannya yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan cara ini murid akan terbiasa untuk berpikir kritis dan mampu menuangkan pikirannya ke dalam bentuk tulisan. Dari hasil uji coba penelitian ini, kemampuan dan kinerja guru yang dituntut dalam tahap kegiatan belajar mengajar dapat diuraikan sebagaimana tampak pada Tabel 4.22 berikut. Tabel 4.22 Kemampuan dan Kinerja Guru yang Dituntut Dalam Tahap Kegiatan Betajar-Mengajar Lanakah Presentasi Advance Organizers
• •
Mneria Mengirrfbrmasikan tujuan Klarifikasi terhadap konsepkonsep utama
• • •
Presentasi Materi
•
Menggunakan meefia
• •
Kemampuan Memahami tujuan pembelajaran Mengemukakan pertanyaan yang berkaitan dengan konsep-konsep utama Mencari contoh-contoh yang dekat dengan murid dan sifatnya sebagai ilustrasi Menyesuaikan penggunaan peta dengan materi Memberikan penekanan materi melalui penunjukan pada media bagan
186
Langkah •
Memperkuat Organisasi Kognitif
Kinerja Melakukan pemenggalan
•
Memberi catatan kepada murid
•
Melakukan tanya-Jawab
•
Melaksanakan tes evaluasi hasil belajar
Kemampuan Memperkirakan dilakukannya pemenggalan berdasarkan pemahaman materi » Mengajukan pertanyaan di akhir Denqqalan • Mengkonstruksf bentuk catatan yang dapat memudahkan murid untuk beiaiar • Memberi pertanyaan pengulangan • Memberi pertanyaan yang menggali kemampuan dan pemikiran murid > Mengembanglen butir soal uraian terbatas dan uraian terbuka • Memahami hasil Jawaban murid dan memberikan pertimbangan terhadap hasfl jawaban tersebut • Mengkomunikasrkan hasil kepada murid •
4.3.2 Sarana, Fasilitas, dan Lingkungan yang Dituntut Sarana yang dituntut dalam penerapan model pembelajaran Advance Organizers tidak spesifik, artinya dengan sarana sekolah yang ada model tersebut masih dapat diimplementasikan. Dalam prasurvey, diperoleh gambaran bahwa sekolah-sekolah yang berada di Kotamadya Bandung pada umumnya memenuhi syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan karena tiap sekolah memiliki ruangruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, kamar kecil (WC), dan halaman tempat dilakukannya aktivitas di luar kelas. Dengan terpenuhinya syarat minimal ini model pembelajaran Advance Organizers dapat diimplementasikan. Sekolah Dasar Patrakomaia tempat dilakukannya uji coba model Advance Organizers merupakan salah satu sekolah yang tergolong ke dalam sekolah yang memiliki syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan. Di sekolah tersebut setiap
187
jenjang kelas menempati satu ruang meskipun karena terbatasnya jumlah ruang kelas maka murid-murid secara bergilir belajar pada waktu pagi hari dan siang hari. Persoalan waktu belajar yang dilakukan berselang seling tersebut tidak tampak sebagai suatu masalah dalam penerapan model pembelajaran ini. Dari hasil uji coba, tidak terlihat perbedaan yang bermakna ketika model tersebut diterapkan pada waktu pagi hari maupun siang hari. Artinya proses kegiatan belajar-mengajar yang terlaksana tidak berbeda, dan basil yang diperoleh dari hasil uji coba tersebut tidak mengindikasikan perlunya perlakuan khusus atas perbedaan waktu belajar tersebut. Dengan demikian sarana yang dibutuhkan untuk
implementasi model
pembelajaran Advance Organizers adalah ketersediaan ruang belajar yang memiliki bangku sekolah dan pencahayaan ruangan yang cukup memadai. Fasilitas merupakan alat dukung yang diperlukan dalam suatu kegiatan pendidikan. Seberapa besar fasilitas yang dibutuhkan sangat kugantung pada pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran. Di sini fasilitas dapat dikelompokkan kepada dua kategori yakni fasilitas yang umumnya digunakan dalam proses pembelajaran (fasilitas umum) dan fasilitas yang harus disiapkan dalam rangka mendukung suatu pendekatan / model pembelajaran tertentu (fasilitas khusus). Pada implementasi model pembelajaran Advance Organizers selain dituntut tersedianya fasilitas umum seperti papan tulis dan perlengkapannya serta alat belajar untuk murid (buku, catatan dan perlengkapannya), juga diperlukan fasilitas khusus berupa media pembelajaran dalam bentuk peta dan media bagan materi. Media peta sebaiknya berupa peta sejarah, tetapi ini bukan merupakan tuntutan mutlak sebab kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media peta geografis pun masih dapat ditoieransi dengan catatan guru mampu mengidentifikasi aspek-aspek kesejarahan melalui penggunaan peta geografis tersebut Media bagan materi tampaknya sangat diperlukan dalam implementasi model pembelajaran Advance Organizers, sebab fungsi media bagan materi ini selain untuk membantu murid menangkap struktur materi dan mengkorikritkan hal-hal yang
188
bersifat abstrak, juga membantu guru dalam melakukan pemenggalan materi belajar. Hasil uji coba memperlihatkan bahwa pemenggalan materi yang dilakukan pada langkah presentasi materi menyebabkan murid tetap terkonsentrasi pada proses pembelajaran dan hasil belajar menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti. Pemenggalan ini dapat dilakukan dengan baik jika media bagan materi dikonstruksi sedemikian rupa sehingga menunjang kinerja pemenggalan tersebut. Berdasarkan hasil prasurvey, persoalan yang dihadapi guru di sekolah adalah tidak memadainya kelengkapan media belajar. Kendala ini dapat diatasi jika guru mau mengembangkan kreativitasnya, sebab penyediaan media peta dapat dipenuhi dengan cara membuat media peta tersebut melalui kegiatan belajar mengajar mata pelajaran kerajinan
tangan dan keterampilan
(menggambar).
Demikian
pula
pengembangan media bagan materi dapat dilakukan sendiri oleh guru dengan berbekal selembar kertas (karton maniia) dan alat tulis berupa spidol. Apabila guru menghadapi persoalan dengan pendanaan, hal ini dapat diatasi dengan cara keriasama antar sekolah yang berada dalam satu kompleks sehingga hasil pengembangan media tersebut dapat digunakan bersama secara bergantian. Lingkungan yang dituntut dalam implementasi model pembelajaran Advance Organizers cenderung kepada kepedulian kepala sekolah terhadap perbaikan kualitas pembelajaran. Uji coba yang dilakukan di sekolah dasar Patrakomala dapat berlangsung
dengan
baik
karena
adanya
dukungan
kepala
sekolah
yang
menginginkan guru-guru di sekolah yang dipimpinnya dapat memperbaiki kinerjanya. Di sekolah ini tuntutan terhadap iklim yang kondusif merupakan salah satu aspek keberhasilan implementasi model pembelajaran Advance Organizers. Kepedulian kepala sekolah tersebut tampak dari ketika dilakukannya uji coba, kepala sekolah menyempatkan diri masuk ke kelas untuk meninjau dan melihat proses pembelajaran Komentar dan saran yang diberikan oleh kepala sekolah memperlihatkan bahwa dengan adanya dukungan kepala sekolah menyebabkan tidak munculnya perasaan ketereendirian dari pihak guru.
189
4.3.3 Kemampuan dan Aktivitas Murid Model
pembelajaran
Advance
Organizers
yang
dikembangkan
dalam
penelitian ini memperlihatkan hasil yang diinginkan dalam peningkatan hasil belajar murid. Terhadap kemampuan murid, hasil uji coba memberikan gambaran adanya peningkatan yang cukup berarti. Setiap akhir uji coba (yang dilaksanakan sebanyak lima kali) dilakukan tes evaluasi hasil belajar dan untuk masing-masing uji coba diperoleh hasil seperti tertera pada Tabel 4.23 Tabel 4.23 Hasil Tes Evaluasi Belajar Murid Uji Coba 1 2 3 4 S
Skor Min 10 10 15 18 10
SkorMaks 83 90 82 100 100
Skor Rata-rata 5136 52.5S 53.05 60.45 68.77
Std. 21.53 2332 21.67 24.52 23.54
Pencapaian skor S 50 8 (36.36 %J 10 (45.45 %) 9 (40.90 %) 9(40.90 %) 4 (18.18 %)
Jika hasil skor rata-rata tersebut di atas dikonversikan ke dalam bentuk bagan, maka akan tampak sebagaimana terlihat dalam Bagan 4.15 berikut. 70
test 1
test 2
tes3
tes4
tes5
Bagan 4.15 Grafik Perolehan Skor Tes Evaluasi Hasil Belajar Murid
190
Dari hasil yang diperoleh selama uji coba berlangsung tampak adanya kenaikan yang cukup berarti. Bila digunakan kategori kualifikasi berikut: 1-20
= rendah sekali (RS)
20.1-40
=rendah(R)
40.1-60
- sedang (S)
60.1-80
«tinggi (T)
80.1 - 100 = tinggi sekali (TS) maka rata-rata hasil tes pada uji coba 1 sampai 3 termasuk kategori sedang dan peningkatan tampak pada rata-rata hasil tes uji coba 4 dan 5 yang termasuk kategori tinggi. Untuk melihat signifikansi perbedaan yang terjadi antara hasil tes uji coba 1 sampai hasil tes uji coba S, dilakukan analisis statistik dengan uji t sampel berpasangan. Di sini hasil tes uji coba 1 dipasangkan dengan hasil tes uji coba 2 ; hasil tes uji coba 2 dipasangkan dengan hasil tes uji coba 3 ; hasil tes uji coba 3 dipasangkan dengan hasil tes uji coba 4; dan hasil tes uji coba 4 dipasangkan dengan hasil tes uji coba S. Hasil tes uji coba 1 yang dipasangkan dengan hasil tes uji coba 2 memperlihatkan gambar sepera' tampak pada Bagan 4.16 di bawah ini.
Case Number Bagan 4.16 Grafik Perolehan Skor Tes Uji Coba 1 dan Uji Coba 2
191
Dengan menggunakan program SPSS ver.6, maka hasil uji t adalah sebagai berikut. Tabel 4.24 Hasil Uji t Perolehan Skor Tes Uji Coba 1 dan Uji Coba 2 Variabel Tes Uji coba l Tes Uii coba 2
n 22 22
Rata-rata 51.36 52.55
Std 21.53 23.32
Nilai t
df
Sig.
-.49
21
.632
Tabel 4.24 di atas menunjukkan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara uji coba I dengan uji coba 2. Hal ini ditandai dengan diperolehnya hasil uji t -.49 dan tingkat signifikansi 0.632 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar murid antara hasil uji coba 1 dengan uji coba 2. Hasil tes uji coba 2 yang dipasangkan dengan hasil tes uji coba 3 memperlihatkan gambar seperti tampak pada Bagan 4.17 di bawah ini. 1008060(D .C O
40-
e
o.
20-
W
Oj
tätest 2 •tes3 13 3
7
11
17 15
21 19
Case Number Bagan 4.17 Grafik Perolehan Skor Tes Uji Coba 2 dan Uji Coba 3 Melalui pengolahan dengan menggunakan program SPSS ver.6, maka hasil uji t dapat dilihat melalui Tabel 4.25 berikut.
Variabel Tes Uli coba 2 Tes Uii coba 3
Tabel 4.25 Has» Uji t Perolehan Skor Tes Uji Coba 2 dan Uji Coba 3 Nilai t df n Rata-rata Std 23.32 22 52.55 21 -.15 21.67 22 53.05
Stq. .882
192
Tabel 4.25 di atas menunjukkan tidak ada perbedaan prestasi belajar antara uji coba 2 dengan uji coba 3. Diperolehnya hasil uji t -.49 dan tingkat signifikansi 0.632 memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar murid antara hasil uji coba 2 dengan uji coba 3. Hasil tes uji coba 3 dipasangkan dengan hasil tes uji coba 4 memperlihatkan gambaran seperti tampak pada Bagan 4.18 di bawah ini. 120 • 100 30 • c
a
i ? ta
60 4 0
20< o,
1 3
I
5
7
9
1
i
f!3tes3 i—rtes4
11 13 15 17 19 21
Case Number
Bagan 4.18 Grafik Perolehan Skor Tes Uji Coba 3 dan Uji Coba 4 Berdasarkan gambar bagan grafik di atas, untuk kebanyakan kasus terlihat adanya peningkatan yang cukup besar meskipun masih terdapat kasus penurunan (4 kasus) dan kasus yang tidak berubah (1 kasus). Melalui pengolahan dengan menggunakan program SPSS ver.6, maka hasil uji t diperoleh seperti terlihat pada Tabel 4.26 berikut Tabel 4.26 Hasil Uji t Perolehan Skor Tes Uji Coba 3 dan Uji Coba 4 Variabel Tes Uli coba 3 Tes Uii coba 4
n 22 22
Rata-rata 53.05 60.45
Std 21.67 24.52
Nilai t
df
Sio.
2.79
21
m
Tabel 4.26 di atas menunjukkan adanya perbedaan prestasi belajar antara uji coba 3 dengan uji coba 4. Diperolehnya hasil uji t 2.79 dan tingkat signifikansi 0.01
193
memperlihatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar murid antara hasil uji coba 3 dengan uji coba 4. Hasil tes uji coba 4 dipasangkan dengan hasil tes uji coba 5 memperlihatkan gambaran seperti tampak pada Bagan 4.19 di bawah ini.
1
3
S
7
9
11 13 15 17 19 21
Case Number Bagan 4.19 Grafik Perolehan Skor Tes Uji Cotr- 4 dan Uji Coba 5 Apabila diperhatikan gambar bagan grafik di atas, kebanyakan kasus memperlihatkan adanya peningkatan yang cukup besar dan gambaran hasil yang sama. Kasus penurunan berkurang karena hanya ada 2 kasus. Kedua hasil uji coba di atas diolah dengan menggunakan program SPSS ver.6, dan diperoleh hasil uji t seperti terlihat dalam Tabel 4.27 berikut Tabel 4.27 Hasft Uji t Perolehan Skor Tes Uji Coba 4 dan Uji Coba 5 Variabel Tes Uii coba 3 Tes Uli coba 4
n 22 22
Rata-rata 60.45 68.77
Std 24.52 23.54
Nitait
df
Stq.
2.71
21
.01
Tabel 4.27 di atas menunjukkan adanya perbedaan prestasi belajar antara uji coba 4 dengan uji coba 5. Diperolehnya hasil uji t 2.71 dan tingkat signifikansi 0.01 memperlihatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar murid antara hasil uji coba 4 dengan uji coba 5.
194
Aktivitas
murid
dalam
proses
pembelajaran
memperlihatkan
adanya
peningkatan. Hal ini ditandai antara lain terkonsentrasinya murid pada kegiatan pembelajaran, mulai beraninya murid bertanya, dan membaiknya kualitas jawaban murid terhadap pertanyaan uraian terbuka dalam tes evaluasi hasil belajar. Memusatkan perhatian murid selama kegiatan pembelajaran berlangsung bukanlah hal yang mudah. Ketika dilakukan uji coba 1 dan uji coba 2, konsentrasi murid hanya terjadi pada langkah presentasi advance organizers dan 20 menit pertama dalam langkah presentasi materi. Tampaknya murid akan mengembalikan perhatiannya jika guru melakukan tanya-jawab atau guru mengajak murid untuk memperhatikan media pengajaran. Atas dasar fenomena yang demikian, maka pada uji coba 3 dilakukan pemecahan materi dalam langkah presentasi materi ke dalam penggalan-penggalan yang setiap akhir penggalan dilakukan pengulangan dalam bentuk
tanya-jawab.
Melalui
strategi
ini,
murid tidak sempat mengalihkan
perhatiannya dari proses pembelajaran, sehingga konsentrasi murid sepenuhnya terarah kepada proses pembelajaran. Hal lain yang tampak dari hasil uji coba adalah kepuasan murid jika dapat menjawab pertanyaan guru. Faktor ini yang menyebabkan juga murid selalu berusaha untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Strategi pemenggalan memberikan dampak kepada hasil belajar murid. Setelah pemenggalan dilakukan sepenuhnya (dalam uji coba 4 dan uji coba 5), tes hasil belajar murid memperlihatkan kenaikan yang berarti, dan perbedaan yang terjadi tersebut setelah diuji dengan statistik uji t memperlihatkan perbedaan yang signifikan (periksa kembali Tabel 4.26 dan Tabel 4.27). Terkonsentrasinya perhatian murid dalam kegiatan pembelajaran ditandai oleh munculnya pertanyaan-pertanyaan dari murid. Sejak uji coba 3 murid mulai berani bertanya dan memasuki uji coba 4 dan uji coba S sudah banyak pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh murid Pertanyaan-pertanyaan yang teridentifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.28 di bawah ini.
195
Tabe) 4.28 Pertanyaan-pertanyaan yang Diajukan Murid Pertanyaan (dalam kaitannya guru menerangkan tentang jalur pelayaran dari India ke Gna melalui Sriwijaya, dan penjelasan tersebut dibantu dengan media peta) • Mengapa pelayaran itu Wafc melalui Samudra India lalu langsung ke pulau Jawa ? • Apa hubungannya antara bhayangkari pada masa Gajah Mada dengan bhayangkari yang sekarang ? • Apakah ada perbedaan tempat ibadat orang Hindu dengan orang Budha? • Kalau orana Gna kitab sucinya apa ? • Candika itu apa artinya ? > Mengapa kalau kita bisa memegang patung Budha lalu katanya bisa terkabul permintaan kita ? • Berapa lama membuat candi itu ? • Merwaoa nenek movana ktta bisa membuat candi ?
Uri Coba 3
4
5
Dari pertanyaan-pertanyaan yang teridentifikasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa murid bertanya karena berpikir. Pertanyaan-pertanyaan murid itu tidak sekedar pertanyaan pengulangan tetapi membutuhkan keluasan pengetahuan guru untuk dapat menjawabnya. Hal inilah yang menjadi kepedulian model pembelajaran Advance Organizers yakni memacu murid untuk mengembangkan proses berpikirnya dalam rangka memperkuat struktur kognitif. Hasil
uji
coba juga memperlihatkan kemampuan murid
menuangkan
pemahamannya dalam bentuk tulisan menjadi lebih baik. Jika pada uji coba 2 murid menjawab pertanyaan hanya dalam bentuk satu atau dua kata untuk pertanyaan uraian terbuka, maka pada uji coba 4 murid sudah mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk satu kalimat utuh. Ilustrasi berikut memperlihatkan hasil yang diperoleh murid. UjiCoba2 Pertanyaan Jawaban Uji Coba 4 Pertanyaan Jawaban
: Bagaimana Ken Arok mendirikan Kerajaan Smgosari ? : - dengan membunuh - saling bunuh membunuh : Apa akibat dari sumpah Palapa terhadap kcrajaan Majapahit ? : - Gajah Mada menaklukan daerah Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Sumatra sehingga wilayah kerajaan Majapahit menjadi Luas
196
- Kerajaan Majapahit daerahnya tambah hias karena Gajah Mada menaldukan Bali, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi Dari jawaban murid tersebut dapat disimpulkan bahwa guru harus mulai memberikan
pertanyaan-pertanyaan
uraian
terbuka
yang
sifatnya
menggali
pemahaman murid dan membiasakan murid untuk mengembangkan pikirannya yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan cara ini murid akan terbiasa untuk berpikir kritis dan mampu menuangkan pikirannya ke dalam bentuk tulisan.
4.3.4 Skenario Model Pengembangan Hasil
uji coba model
langkah-langkah
penerapan
pengembangan memperlihatkan bahwa terhadap
model
pembelajaran
Advance
Organizers
yang
dikembangkan oleh Ausubel perlu dilakukan modifikasi sesuai dengan kondisi di lapangan. Murid kelas 4 sekolah dasar di Kotamadya Bandung masih belum terbiasa untuk mengungkapkan pikirannya sendiri, mereka terkondisi mengikuti apa kata gurunya dan menerima penjelasan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Dengan demikian proses pembelajaran yang terjadi selama ini cenderung kepada proses pembelajaran satu arah dengan posisi murid lebih bersikap pasif. Uji coba model yang
dilakukan
pada
murid
Sekolah
Dasar
Patrakomala
pada
awalnya
memperlihatkan kondisi seperti yang diungkapkan di atas, sehingga ketika dilakukan klarifikasi
konsep-konsep
utama
mereka
kurang
memberi
respon.
Setelah
diperkenalkan dengan model pembelajaran advance organizers, persoalan yang muncul adalah bagaimana memasukkan konsep-konsep utama tersebut ke dalam struktur kognitif murid agar menjadi bagian dari struktur kognitif mereka (mengikuti pemikiran Ausubel, bagaimana mencintakan iklim belajar bermakna atau meamngM verbal learmhg bagi murid). Untuk mengatasi kendala ini, klarifikasi konsep-konsep utama dilakukan dengan bantuan memberikan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan murid yang sifatnya analogis.
197
Karakteristik lain yang menyebabkan perlunya dilakukan modifikasi adalah bahwa murid kelas 4 sekolah dasar masih berada dalam tingkat perkembangan konkrit, sedangkan materi belajar sejarah memuat berbagai konsep yang siratnya abstrak. Dengan demikian perlu dikembangkan media pengajaran yang berfungsi menjembatani konsep-konsep abstrak tersebut. Media pengajaran yang digunakan adalah media peta dan media bagan materi. Dari hasil uji coba terlihat bahwa posisi media bagan menjadi amat penting untuk mengatasi masalah tersebut di atas. Bahkan dengan adanya media tersebut pada akhirnya muncul pertanyaan-pertanyaan dari murid. Kemampuan untuk berkonsentrasi pada proses pembelajaran yang masih terbatas waktunya, menyebabkan murid hanya dapat mengikuti pelajaran pada lebih kurang 20 menit pertama untuk kemudian mereka mulai sibuk dengan aktivitasnya masing-masing di luar konteks belajar. Untuk mengatasi masalah ini, dilakukan modifikasi dengan cara memadukan langkah presentasi materi dengan langkah memperkuat organisasi materi. Artinya dalam menjelaskan materi, guru melakukan pemenggalan yang diikuti dengan tanya-jawab sebagai langkah pengulangan. Dengan demikian materi dipecah ke dalam bagian-bagian kecil dan dalam setiap bagian dilakukan strategi pengulangan sehingga konsentrasi murid akan terjaga sampai proses pembelajaran berakhir. Dengan memperhatikan kondisi dan karakteristik murid-murid jenjang sekolah dasar, maka modifikasi yang dilakukan adalah: a. Pada langkah presentasi pengemas awal: Klarifikasi konsep-konsep utama dilakukan dengan bantuan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan murid dan contoh-contoh tersebut sifatnya analogis. b. Pada langkah presentasi materi : •
Digunakan media pengajaran yang berfungsi sebagai alat bantu pengajaran
•
Dilakukan pemenggalan terhadap materi dan setiap akhir penggalan diikuti dengan langkah memperkuat organisasi kognitif (pengulangan)
198
•
Strategi yang digunakan dalam pengulangan adalah dengan teknik tanya jawab yang terbagi ke dalam dua tahap yakni tahap pertama pengulangan dilakukan untuk seluruh kelas (murid menjawab secara bersama-sama) dan tahap kedua pengulangan dilakukan secara individual
*
Guru mengalokasi waktu untuk memberi catatan kepada murid
•
Guru memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya/memberi tanggapan.
c. Pada langkah memperkuat organisasi kognitif : •
Pengulangan dilakukan dua tahap yakni tahap pengulangan berdasarkan pemenggalan
(pertanyaan
ditujukan untuk
seluruh
kelas)
dan
tahap
pengulangan materi secara keseluruhan (pertanyaan ditujukan kepada murid secara individual) •
Dikembangkan tes evaluasi hasil belajar dan pertanyaan dalam tes tersebut dikembangkan berbentuk pertanyaan uraian terbatas dan pertanyaan uraian terbuka. Jika dalam satu kali pertemuan alokasi waktu belajar adalah 2 x 40 menit, i
maka skenario pembelajaran dikembangkan seperti tampak pada Tabel 4.29 berikut Tabel 4.29 Skenario Model Advance Organfeers yang Dfkernbangkan Waktu 20*
Lanqkah Presentasi pengemas awal
40'
Presentasi materi
20'
Memperkuat organisasi kognitif
Aktivitas Guru rnenginforrnasfkan tujuan Klarifikasi konsep-konsep utama dianut dengan contohcontoh dekat sebaoai ilustrasi • Media pengajaran digunakan selama presentasi materi * Dilakukan pemenggalan terhadap materi dan setiap akhir pemenggalan dilakukan pengulangan * Teknik yang digunakan dalam pengulangan adalah pertanyaan untuk seluruh kelas (murid menjawab bersamasama) kemudian diajukan pertanyaan individual • Guru memberi kesempatan kepada murid untuk membuat catatan • Guru memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya / memberi tanooapan • Pengulangan dilakukan dua tahap yakni tahap pengulangan berdasarkan pemenggalan (pertanyaan ditujukan untuk seluruh kelas) dan tahap pengulangan materi secara keseluruhan (pertanyaan ditujukan kepada murid secara indMdual) - Murid mengerjakan tes evatuasi hasil belajar • •
j
199
4.4 Hasil Uji Validasi Model Pengembangan Pada bagian akhir dari Bab IV ini disajikan hasil uji validasi model pembelajaran Pengemas Awai (Advance Organizers) yang berisikan tentang (a) dampak penerapan model terhadap kinerja guru, dan (b) dampak penerapan model terhadap kemampuan murid 4.4.1 Dampak Penerapan Model Terhadap Kinerja Guru Dalam penelitian tahap uji validasi, rencana pengajaran, media pembelajaran, dan tes evaluasi hasil belajar telah dipersiapkan sebelurrrrrya mencakup 4 pokok bahasan untuk 4 kali pertemuan tatap muka di kelas ( 4 x 2 x 40' ), Peneliti memperkenalkan model pembelajaran Advance Organizers dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari kelompok eksperimen untuk mempelajari rencana pengajaran tersebut. Setelah guru-guru tersebut memahami model pembelajaran dan rencana pengajaran,
baru
dilakukan
uji
validasi.
Untuk
kelompok
kontrol,
peneliti
memberikan 4 set tes evaluasi basil belajar (pretest dan posttest) agar dilaksanakan oleh guru-guru sebelum dan sesudah pembelajaran topik-topik yang akas diukur dengan tidak mengintervensi pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru tersebut. Dari hasil uji validasi tampak adanya perbaikan kinerja guru dalam proses pembelajaran bila dibandingkan dengan kinerja guru berdasarkan hasil prasurvey (peneliti menggunakan hasil prasurvey sebagai tolok ukur, sebab dalam penelitian uji validasi
ini
peneliti
tidak melakukan observasi
dalam kelas
kontrol
untuk
menghindari terjadinya bias dalam proses pembelajaran). Aspek-aspek perbaikan kinerja guru dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Proses pembelajaran lebih terfokus •
Guru berusaha untuk memperluas dan memperdalam wawasannya mengenai topik-topik pembelajaran sebab dihadapkan pada peta konsep guru harus dapat melihat keterhubungan (sebab-akibat) antar konsep. Demikian pula dengan dilakukannya klarifikasi konsep-konsep utama, guru harus siap dengan berbagai contoh yang relevan dan mudah dicerna oleh murid. Dalam
200
hal ini guru tidak dapat hanya bertumpu pada buku pegangan murid, melainkan harus mencari
sumber-sumber lain yang dapat mendukung
kesiapan menghadapi pertanyaan atau pernyataan dari murid. Terlihat bahwa model pembelajaran ini menuntut guru untuk banyak membaca dalam rangka memperluas wawasan pengetahuannya. Kegiatan membaca dalam rangka memperluas wacana pengetahuan khususnya pengetahuan sejarah inilah yang menyebabkan terjadinya peningkatan kinerja guru dalam aspek keilmuan. •
Dihadapkan pada peta konsep, melalui langkah-langkah Advance Organ izers yang konsep utama harus dipahami dahulu oleh murid, maka penjelasan / ekspositori dilakukan oleh guru bersilat sistematis (sequential). Hal ini memudahkan guru untuk memberikan penjelasan kepada murid, sebab urutan penjelasan sudah terpetakan (dalam media bagan materi). Pemahaman peta konsep yang ditularkan oleh guru dalam bentuk pembelajaran yang bersifat sistematis ini akan memberi dampak terhadap pembentukan pola berpikir sistematis bagi murid. Pada bagian lain pendekatan ini memacu murid untuk mengembangkan aspek berpikir kritis melalui pemahaman konsep-konsep.
•
Dengan didasarkan pada konsep-konsep,
guru mulai memperkenalkan
generalisasi. Hal ini amat membantu murid untuk mengembangkan proses berpikirnya, sebab melalui pernyataan generalisasi (contoh, jika terjadi pertentangan terus menerus maka lama kelamaan akan hancur), murid dapat mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lain (contoh, konsep perebutan kekuasaan dengan konsep runtuhnya kerajaan). b. Kegiatan pembelajaran terkontrol •
Materi pembelajaran dapat diselesaikan tepat waktu yakni 2 jam pelajaran dapat mencakup satu pokok bahasan. Hal ini dapat terlaksana karena materi pembelajaran dikonstruksi berdasarkan pemilihan terhadap bagian-bagian materi yang mendukung peta konsep. Pada posisi ini peran seleksi dan
201
penempatan materi menjadi satu hal yang penting untuk diperhatikan oleh guru. •
Dengan dilakukannya pemenggalan dan pengulangan di akhir penggalan materi (dalam langkah presentasi materi), guru lebih mudah mengontrol pemahaman murid. Tanya-jawab yang dilakukan baik kolektif maupun individual dan munculnya pertanyaan / pernyataan dari murid menyebabkan guru dapat memonitor tingkat pemahaman murid.
•
Proses pembelajaran relatif tidak terganggu, sebab murid tetap terkonsentrasi dalam proses pembelajaran akibat dilakukannya pengulangan di setiap akhir penggalan materi. Penggunaan media (peta dan bagan materi) menuntun guru untuk tetap berada dalam fokus topik pembelajaran dan penggalan-penggalan yang tampak pada media bagan materi memudahkan murid untuk mencerna bagian demi bagian.
4.4.2 Dampak Penerapan Model Terhadap Kemampuan Murid Dalam uji validasi, dampak penerapan model terhadap kemampuan murid diperoleh melalui pengukuran hasil belajar. Di sini dilakukan eksperimen dengan pembelajaran menggunakan model Advance Organizers terhadap 3 (tiga) sekolah (sebagai kelompok eksperimen) yang basilnya dibandingkan dengan 3 (tiga) sekolah (sebagai kelompok kontrol) yang diasumsikan sederajat dengan sekolah kelompok eksperimen dengan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru sendiri. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai murid melalui tes evaluasi setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes (pretest dan posttest) dan dikembangkan 4 (empat) set instrumen tes sesuai dengan 4 (empat) pokok bahasan yang merupakan materi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizers. Selengkapnya instrumen tersebut dapat dilihat pada lampiran. Untuk menjaga kerahasiaan data, nama-nama subjek dalam penelitian ini tidak dicantumkan dengan nama yang sebenarnya tetapi diberi kode sebagai berikut:
202
•
Sekolah kelompok eksperimen (KE) berdasarkan kualifikasi berurutan diberi kode sebagai SA, SB, dan SC.
•
Sekolah kelompok kontrol (KK) berdasarkan kualifikasi berurutan diberi kode sebagai SX, SY, dan SZ. Hasil uji validasi secara keseluruhan mencakup 4 (empat) kali uji validasi dan
melibatkan tiga sekolah sebagai kelompok eksperimen dan tiga sekolah sebagai kelompok kontrol dapat dilihat melalui Tabel 4.30 di bawah ini. Tabel 4.30 Hasil Tes Evaluasi Belajar dalam Uji Validasi Skor rata-rata Kelompok Eksperimen Pretest Posttest
Skor Maks. (POSt)
Skor Mm. (post)
100 90 90
60 50 10
15.31 16.25 17.69
82.03 76.46 61.92
SA SB SC
100 90 100
65 50 40
18.13 14.17 14.62
86.41 76.25 67.69
SA SB SC
100 100 100
75 60 20
17.34 14.17 17.69
87.19 82.50 67.69
SA SB SC
100 100 100
65 50 20
15.63 14.17 15.19
87.03 82.29 72.69
SA SB SC
Uji Validasi KE
Skor rata-rata Kelompok Kontrol Pretest Posttest
KK
Skor Maks. (post)
Skor Min. (post)
SX SY SZ
85 70 80
50 40 30
16.25 18.96 13.85
67.81 53.13 52.12
SX SY SZ
90 80 85
50 40 40
13.75 14.79 13.46
70.63 5833 55.77
SX SY SZ
95 85 85
50 45 45
17.50 12.92 13.85
71.88 5958 59.81
SX SY SZ
95 80 90
60 40 50
14.06 13.75 13.65
74.06 61.67 61.92
1
2
3
4
Menurut gambaran pada Tabel 4.30 di atas, hasil pretest memperlihatkan skor relatif sama (berkisar antara 12 sampai 23) dan jika dilakukan pengukuran dengan menggunakan statistik uji t maka diperoleh hasil sebagai berikut.
203
Tabel 4.31 HasH Uji t Perolehan Skor Pretest Gabungan KE dan KK N
Variabel Tes 1 (KE) (m Tes 2 f KE) (KK) Tes 3 (KE) (m Tes 4 (KE) 000
164 164 164 164
Rata-rata 1634 16.28 15.85 13.96 16.52 15.00 15.06 13.84
Std 9.36 8.88 6.61 5.92 6.84 6.04 6.11 6.25
Nilai t
Df
Sq.
.04
162
.97
1.93
162
.06
1.51
162
.13
1.26
162
.21
Hasil di atas memperlihatkan tidak tampak perbedaan signifikan antara hasil pretest kelompok eksperimen dengan hasil pretest kelompok kontrol- Hal ini dapat dimengerti, sebab pretest diberikan sebelum proses pembelajaran berlangsung dan materinya memang belum diberikan kepada murid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol memiliki entry behavior yang relatif sama. Jika hasil di atas dikonversikan ke dalam bentuk bagan, maka perbandingan hasil pretest dan posttest antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dalam 4 kali uji validasi dapat dilihat melalui gambar dalam Bagan 4.20 berikut 100
i
1
c
kelompok eksperimen
ketompok kortroi
Kelompok penelitian Bagan 4.20 Grafik Perolehan Hasil Uji Validasi (pretest - posttest)
204
Untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, data yang diperoleh tersebut diolah dengan menggunakan program SPSS ver.6 melalui statistik uji t. Hasil pengolahan disajikan berikut ini. S.
Perbedaan kelompok
kontrol
rata-rata pnztest Han posftPftgnhunpm
kelompok ekspfTJmen
(KP) dm
(KK)
Di sini data kelompok eksperimen digabungkan dengan data kelompok kontrol dan diukur perbedaan rata-rata (mean) antara pretest dan posttest dari hasil 4 kali uji validasi. Hasil pengukuran dapat dilihat melalui Tabel 4.32 berikut. Tabel 4.32 Hasil UJI t Perolehan Skor Pretest - Posttest Gabungan KE dan KK Variabel Tes 1 foretest) Tes 1 f posttest) Tes 2 f pretest) Tes 2 f posttest) Tes 3 f rjretEst) Tes 3 (posttest) Tes 4 (pretest) Tes 4 (rjosttest)
N 164 164 164 164
Rata-rata 16.31 66.28 14.91 69.91 15.76 72.04 14.45 73.84
Std 9.10 16.37 6.33 16.28 6.47 15.30 6.19 1534
Nilai t
df
3738
163
.0001
45.16
163
.0001
49.02
163
.0001
51.80
163
.0001
Dengan hasil t hitung sebesar 37.38 ; 45.16 ; 49.02 ; 51.80 yang lebih besar dari harga t tabel (dengan d f = 163) adalah 3.291, maka dapat dikatakan hasil di atas memperlihatkan perbedaan yang signifikan (a ¿ .0001) antara skor pretest dan posttest, artinya perolehan skor posttest yang lebih tinggi secara signifikan berbeda dengan skor pretest sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu proses pembelajaran secara bermakna dapat mengubah perolehan pengetahuan murid.
b.
Perbedaan rata-rata posttest KE dan KK Efektivitas suatu model pembelajaran dapat dilihat dari tes (posttest) hasil belajar kelompok eksperimen yang dibandingkan dengan kelompok kontrol. Terjadinya perbedaan yang signifikan memperlihatkan keunggulan model pembelajaran yang diterapkan pada kelompok eksperimen.
205
Hasil pengukuran tes hasil belajar murid (posttest) yang dilakukan antara KE dan KK memperlihatkan gambaran seperti tertuang dalam Tabel 4.33 di bawah ini. Tabel 4.33 Hasil Uji t Perolehan Skor Posttest KE dan KK Variabel Posttest 1 (KE) (KK) Posttest 2 (KE) (KK) Posttest 3 (KE) (KK) Posttest 4 (KE) 000
N 82 82 82 82 82 82 82 82
Rata-rata 74.02 58.54 77.50 6232 79.63 64.45 81.10 66.59
Std 16.21 12.46 16.41 12.13 14.67 11.79 15.40 1138
Nilai t
df
SiQ.
6.86
162
.0001
6.74
162
.0001
7.31
162
.0001
6.86
162
.0001
Dengan hasil t hitung sebesar 6.86; 6 . 7 4 ; 7 . 3 1 ; 6.86 yang lebih besar dari harga t tabel (dengan df = 162} adalah 3.291, maka dapat dikatakan hasil di atas memperlihatkan perbedaan yang signifikan (a < .0001) hasil posttest antara kelompok eksperimen (KE) dengan kelompok kontrol (KK). Di sini hasil perolehan kelompok eksperimen yang lebih baik bila dibandingkan dengan hasil perolehan kelompok kontrol memperlihatkan perbedaan yang bermakna sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran yang digunakan dalam kelompok eksperimen memberikan hasil yang lebih baik dan berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan model pembelajaran yang digunakan dalam kelompok kontrol. Hasil di atas memperlihatkan standar deviasi kelompok eksperimen lebih besar dari standar deviasi kelompok kontroL Di sini sebaran skor pada kelompok eksperimen lebih bervariasi dibandingkan dengan skor kelompok kontrol. c. Perbedaan rata-rata posttest KE (SA) dan KK (SX) Apabila pada pengukuran di atas dilakukan untuk seluruh kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, maka pada bagian ini dilakukan pengukuran perbedaan rata-rata posttest dari masing-masing sekolah yang dikelompokkan berdasarkan klasifikasi kondisi sekolah. SA (kelompok eksperimen) dan SX
206
(kelompok kontrol) merupakan sekolah dengan kualifikasi baik dan melalui program SPSS ver. 6, diperoleh hasil pengukuran statistik uji t seperti tampak pada Tabel 4.34 berikut. Tabel 4.34 Hasil Uji t Perolehan Skor Posttest SA (KE) dan SX (KK) Variabel Posttest 1 (SA) (SX) Posttest 2 f SA) fSX) Posttest 3 (SA) fSX> Posttest 4 (SA) fSXl
N 32 32 32 32 32 32 32 32
Rata-rata 82.03 67.81 86.41 70.63 87.19 71.88 87.03 74.06
SM 9.23 9.24 9.86 9.90 8.51 11.90 10.92 9.11
Nilai t
df
Ski.
6.16
62
.0001
6.39
62
.0001
5.92
62
.0001
5.16
62
.0001
Dengan hasil t hitung sebesar 6 . 1 6 ; 6.39 ; 5 . 9 2 ; 5.16 yang lebih besar dari harga t tabel (dengan df = 62) adalah 3.460, maka dapat dikatakan hasil di atas memperlihatkan perbedaan yang signifikan (a :S .0001) antara hasil yang dicapai oleh kelompok eksperimen (SA) jika dibandingkan dengan hasil yang dicapai oleh kelompok kontrol (SX). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa skor posttest yang diperoleh kelompok eksperimen lebih tinggi dari pencapaian skor kelompok kontrol dan pencapaian skor tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. d. Perbedaan rata-rata posttest KE (SB) dan KK (SY) SB (kelompok eksperimen) dan SY (kelompok kontrol) merupakan sekolah yang termasuk dalam kategori menengah atau sedang Hasil pengukuran perbandingan rata-rata kedua sekolah dapat dilihat dari Tabel 4.35 di bawah ini. Tabel 4.35 Hasil Uji t Perolehan Skor Posttest SB (KE) dan SY (KK) Variabel Posttest 1 f SB) (SY) Posttest 2 (SB) (SY)
N 24 24 24 24
Rata-rata 76.46 53.13 76.25 58.33
Std 11.47 10.41 12.09 9.29
Nilai t
df
Sk).
7.38
46
.0001
5.76
46
.0001
207
Posttest 3 fSB) (SY) Posttest 4 (SB) (Sft
24 24 24 24
8250 5958 82.29 61.67
13.02 8.84 14.45 10.18
7.13
46
.0001
5.72
46
.0001
Dengan hasil t hitung sebesar 7.38; 5.76 ; 7.13 ; 5.72 yang lebih besar dari harga t tabel (dengan df = 46) adalah 3.551, maka dapat dikatakan hasil di atas memperlihatkan perbedaan yang signifikan (a < .0001) antara hasil yang dicapai oleh kelompok eksperimen (SB) jika dibandingkan dengan hasil yang dicapai oleh kelompok kontrol (SY). Di sini tampak bahwa rata-rata skor yang dicapai oleh kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata skor yang diperoleh kelompok kontrol dan perbedaan pencapaian tersebut bermakna. Hasil di atas juga memperlihatkan bahwa standar deviasi kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan standar deviasi kelompok kontrol. Hal ini memperlihatkan bahwa sebaran skor pada kelompok eksperimen lebih bervariasi dibandingkan dengan sebaran skor kelompok kontrol. e.
Perbedaan rata-rata posttest KE (SC) dmKK(SZ) SC (kelompok eksperimen) dan SZ (kelompok kontrol) merupakan sekolah yang termasuk dalam kategori kurang. Hasil pengukuran perbandingan rata-rata kedua sekolah dapat dilihat dari Tabel 4.36 berikut Tabel 4 3 6 Hasil Uji t Perolehan Skor Posttest SC (KE) dan SZ (KK)
Variabel Posttest 1 (SC) (SZ) Posttest 2 ISO (SZ) Posttest 3 (SG) (SZ) Posttest 4 (SO (SZ)
N 26 26 26 26 26 26 26 26
Rata-rata 61.92 52.12 67.69 55.77 67.69 59.81 72.69 61.92
Std 19.60 10.79 2036 11.29 14.91 9.33 17.56 10.21
Nilai t
df
i
2.24
50
\\
2.61
50
2.29
50
.02
2.70
50
.009
V c* •>**• \-.
Tampaknya hasil di atas masih memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil yang dicapai oleh kelompok eksperimen (SC) jika dibandingkan
208
dengan hasil yang dicapai oleh kelompok kontrol (SZ) meskipun perbedaan itu signifikan pada rentang .009 sampai .03. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa skor pencapaian hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan perbedaan yang terjadi di antara keduanya cukup bermakna. Hasil di atas juga memperlihatkan bahwa standar deviasi kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan standar deviasi kelompok kontrol. Hal ini memperlihatkan bahwa sebaran skor pada kelompok eksperimen lebih bervariasi dibandingkan dengan sebaran skor kelompok kontrol.
4.4.3 Interaksi Model Jika paparan di atas memperlihatkan perbedaan yang signifikan antara hasil yang dicapai oleh kelompok eksperimen dengan hasil yang dicapai oleh kelompok kontrol, maka perbedaan tersebut diukur berdasarkan klasifikasi masing-masing sekolah yakni sekolah dengan kategori baik, sedang, dan kurang. Penge!ompc!xn klasifikasi ini didasarkan pada pandangan masyarakat terhadap sekolah tersebut Apakah pengklasifikasian tersebut memang dapat membedakan hasil yang dicapai, dalam penelitian ini dilakukan pengukuran dengan menggunakan statistik ANOVA satu jalur, yakni melihat adanya perbedaan antara kategorial. Melalui uji statistik Anova satu jalur dengan menggunakan program SPSS ver.6 diperoleh hasil pengolahan sebagaimana tertuang dalam Tabel 4.37 berikut Tabel 4.37 Hasil Uji ANOVA Perolehan Skor Posttest Kelompok Eksperimen Posaest l
2
3
Sumber Variasi Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total
dk 2 79 81 2 79 81 2 79 81
Jumlah Kuadrat 6001.18 15270.77 21271.95 5076.74 16735.76 21812.50 5730.61 11708.41 17439.02
Rata-rata Kuadrat 3000.59 193.30
Rasio F
2538.37 211.85
11.98
2865.31 148.21
19.33
15.52
209
4
Antar kelompok Dalam kelompok Total
2 79 81
2997.75 16203.47 19201.22
1498.88 205.11
7.31
Tabel 4.37 di atas memperlihatkan bahwa keempat hasil posttest kelompok eksperimen nilai F > dari F tabel = 5.39 (dengan df 2 dan 79) yakni 15.52, 11.98, 19.33, dan 7.31. Hasil ini memberi gambaran bahwa dalam kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan (probabilitas F = .0000) antara klasifikasi sekolah baik, sedang, dan kurang. Tabel 4.38 Hasil Uji ANOVA Perolehan Skor Posttest Kelompok Kontrol Posttest 1
2
3 4
Sumber Variasi Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total Antar kelompok Dalam kelompok Total
dk 2 79 81 2 79 81 2 79 81 2 79 81
Jumlah Kuadrat 4528.21 8046.15 1257439 3704.31 8205.45 11909.76 2829.93 8357.37 11250.30 2934.85 7559.05 10439.90
Rata-rata Kuadrat 2264.12 101.85
Rasio F
1852.15 103.87
17.83
1446.47 105.79
13.67
1467.42 95.68
15.33
22.23
Tabel 4.38 di atas juga memperlihatkan keempat hasil posttest kelompok kontrol nilai F > dari F tabel - 5.39 (dengan df 2 dan 79) yakni 22.23, 17.83, 13.67, dan 15.33. Hasil ini memberi gambaran bahwa dalam kelompok kontrol terdapat perbedaan yang signifikan (probabilitas F = .0000) antara klasifikasi sekolah baik, sedang, dan kurang. Atas dasar pengukuran yang dilakukan melalui statistik ANOVA tersebut di atas
dapat ditegakkan
kesimpulan bahwa
klasifikasi
sekolah
menurut
opini
masyarakat ternyata memang menggambarkan hal yang sesungguhnya yakni terdapat perbedaan yang signifikan antara sekolah dengan baik, sedang, dan kurang.
210
Apakah terjadi interaksi pada model pembelajaran yang dikembangkan jika dilihat dari variasi klasifikasi sekolah, dalam penelitian ini diupayakan untuk memperoleh gambaran tersebut. Melalui uji statistik ANOVA faktorial sederhana untuk skor posttest 1, diperoleh hasil sebagaimana tampak pada Tabel 4.39 di bawah ini. Tabel 4.39 Hasil uji ANOVA Faktorial Sederhana Posttest 1
Sumber Variasi Interaksi 2 arah kelompok klasifikasi sekolah Residual
dk
Jumlah Kuadrat
Rata-rata Kuadrat
Rasio F
2 2 158
1183.82 1183.82 23316.93
591.91 591.92 147.58
4.01
Tabel 4.39 di atas merupakan tabel analisis varians untuk melihat harga F yang merupakan interaksi antara kelompok (eksperimen dan kontrol) dengan klasifikasi sekolah (tinggi / baik, sedang, rendah / kurang). Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai F sebesar 4.01 > F tabel = 3.06 (dengan df 2 dan 158), maka dapat dikatakan terjadi interaksi kelompok dan klasifikasi sekolah dengan tingkat signifikan observasi .02. Gambaran interaksi tersebut dapat dicermati melalui Bagan 4.21 berikut
Kelompok penelitian kefompok eksperimen kelompok kontrol tinggi
sedang
rendah
klasifikasi sekolah
Bagan 4.21 Plot Sel Skor Rata-rata
211
Berdasarkan tampilan Bagan 4.21 di atas, terlihat bahwa skor rata-rata posttest 1 tidak hanya berhubungan dengan kelompok (antara eksperimen dan kontrol) tetapi juga berhubungan dengan klasifikasi sekolah (baik, sedang, dan kurang). Skor ratarata hasil posttest 1 tertinggi dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dicapai oleh sekolah dengan klasifikasi baik meskipun di dalam kelompok sekolah dengan klasifikasi baik tersebut kelompok eksperimen lebih unggul bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Demikian pula dengan sekolah klasifikasi sedang dan rendah memperlihatkan gambaran yang serupa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terapi yang diberikan dalam bentuk pembelajaran dengan model Advance Organizers memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dan ketercapaian hasil maksimal tersebut juga dipengaruhi oleh klasifikasi sekolah.