48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan meliputi deskripsi data, uji prasyarat analisis, pengujian hipotesis penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian ini yaitu SMP yang berada di Kabupaten Gunungkidul. Sesuai dengan Peta Kabupaten Gunungkidul dapat dikemukakan bahwa batas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah, Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul. Sekolah menengah di Kabupaten Gunungkidul wilayahnya tersebar dalam 18 kecamatan. Terdaftar ada 135 SMP atau MTs baik negeri maupun swasta. Jumlah SMP yang berstatus negeri ada 68 sekolah dan yang berstatus swasta ada 67 sekolah. Jumlah guru IPS sebanyak 275 orang.
48
49
2. Karakteristik Responden Sekolah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SMP yang berada di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Ponjong. Guru IPS SMP atau MTs dari dua kecamatan tersebut sebanyak 51 orang. Motivasi kerja setiap tenaga kependidikan seperti guru memiliki karakteristik khusus yang berbeda satu sama lain sehingga memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari pimpinannya yaitu kepala sekolah agar dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya. Perbedaan itu tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam kondisi psikisnya misalnya hal yang mendorong motivasinya. Ada guru yang termotivasi karena imbalan atau gaji dari pemerintah, ada yang termotivasi karena adanya penghargaan dari atasan, ada juga guru yang termotivasi karena memang minat dan mengingat kewajiban serta tugasnya. Latar belakang pendidikan responden sangat bervariasi ada yang lulusan diploma, S1, dan S2. Berdasarkan data penelitian yang lulusan diploma sebanyak 4 orang, lulusan S1 sebanyak 43 orang, dan lulusan S2 sebanyak 4 orang. Jurusan pendidikannya tidak hanya berasal dari Pendidikan IPS saja, tetapi ada yang berasal dari jurusan lain, misalnya pendidikan geografi, pendidikan sejarah, pendidikan ekonomi, PKn, PAI, BK bahkan dari jurusan bukan pendidikan seperti akuntansi dan ekonomi manajemen. Pengalaman mengajar responden dilihat dari pertama kali mengajar sampai sekarang yang paling singkat baru mengajar selama 3 tahun dan
50
yang paling lama telah mengajar
31 tahun. Ini berarti pengalaman
mengajar dilihat dari waktu pertama kali mengajar sampai sekarang sudah lumayan lama dan semua responden sudah pernah mengikuti pelatihan untuk mengembangkan diri dan profesi. Untuk memenuhi standar jam mengajar sebagai PNS atau yang sudah besertifikasi ada yang mengajar rangkap di sekolah lain bahkan ada yang mengajar mata pelajaran yang lain. Berdasarkan hasil penelitian, dalam melaksanakan tugasnya sebagian besar guru IPS sesuai dengan indikator kinerja guru mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran namun belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar jawaban responden belum mengembangkan pembelajaran terpadu. Untuk menguji hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat, maka pada bagian ini akan disajikan deskripsi data dari masing-masing variabel berdasarkan data yang diperoleh di lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan sampel dengan responden sebanyak 51 guru IPS SMP atau MTs. B. Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Penelitian ini memiliki tiga data yaitu data tentang motivasi kerja, pengalaman mengajar dan kinerja Guru IPS SMP di Kabupaten Gunungkidul. Deskripsi data yang akan disajikan meliputi nilai Mean (M), Median (Me), Modus (Mo) dan Standar Deviasi (SDi). Selain itu
51
juga disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram. Adapun langkahlangkah yang digunakan dalam menyajikan tabel distribusi frekuensi yang diambil dari Sugiyono (2008: 35) adalah sebagai berikut: a. Menghitung Jumlah Kelas Interval Dalam menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus sebagai berikut: K = 1 +3,3 Log n Keterangan: K = n = Log =
Jumlah kelas interval Jumlah data observasi atau responden logaritma
K = 1 + 3,3 Log (51) = 6,63 dibulatkan menjadi 7 Dari perhitungan diketahui bahwa n = 51 sehingga diperoleh banyak kelas 1 + 3.3 log 51= 6,63 dibulatkan menjadi 7 kelas interval. b. Menentukan Rentang Data Yaitu data terbesar dikurangi data terkecil kemudian ditambah 1 c. Menghitung Panjang Kelas = Rentang kelas dibagi jumlah kelas Kemudian dilanjutkan dengan penentuan kedudukan variabel berdasarkan pengelompokkan atas 4 ranking, pengelompokkan atas 4 ranking sebagaimana disebutkan oleh Suharsimi Arikunto (2006: 263) adalah: a. Sangat tinggi Semua responden yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus 1 standar deviasi ke atas (> Mi + 1 SDi)
52
b. Kelompok Tinggi Semua responden yang mempunyai skor antara skor rata-rata dan skor rata-rata plus 1 standar deviasi (antara Mi sampai Mi + 1 SDi) c. Kelompok Rendah Semua responden yang mempunyai skor antara skor rata-rata minus 1 standar deviasi dan skor rata-rata (antara M – 1 SDi sampai Mi) d. Kelompok Sangat Rendah Semua responden yang mempunyai skor lebih rendah dari skor rata-rata minus 1 standar deviasi (<Mi – 1 SDi) Untuk menghitung rata-rata dan standar deviasi ideal digunakan rumus sebagai berikut : Mean Ideal (Mi)=
skor maksimumideal skor minimumideal 2
Standar deviasi ideal (Sdi) =
skor maksimumideal skor minimumideal 6
Dari hasil penilaian responden maka dapat dijelaskan besarnya jawaban responden untuk masing-masing variabel sebagai berikut : a. Variabel Motivasi Kerja (X1) Pengukuran variabel motivasi kerja diukur dengan 24 butir pertanyaan pada dua kelompok responden yaitu guru IPS dan menurut Kepala Sekolah. Setelah variabel motivasi kerja diukur sehingga dapat diketahui nilai-nilai parameter sebagai berikut :
53
Skor minimum ideal = 24 x 1 = 24 Skor maksimum ideal = 24 x 4 = 96
Nilai rata-rata ideal =
96 24 = 60 2
Nilai standar deviasi ideal =
96 24 = 12 6
Data Motivasi kerja menurut data guru IPS menunjukkan bahwa skor total tertinggi yang dicapai adalah 94 dan skor total terendah adalah 58. Selain itu juga didapatkan nilai Mean sebesar 78,92, Me sebesar 78,79 dan Mo sebesar 78,50 serta SDi sebesar 6,56. Sedangkan penilaian motivasi kerja guru IPS menurut kepala sekolah, nilai tertinggi adalah sebesar 89, terendah 59, rata-rata sebesar 74,51, median 73,34, modus 71 dan simpangan baku sebesar 7,45. Hal ini berarti rata-rata motivasi kerja guru IPS di SMP se Kabupaten Gunungkidul baik menurut data guru IPS sendiri maupun data kepala sekolah masih-masing bernilai 78,92 dan 74,51 nilainya jauh di atas dari nilai rata-rata ideal (60), sehingga menunjukkan motivasi kerja guru IPS yang cukup tinggi. Hal ini juga didukung dengan nilai modus, yaitu nilai yang sering muncul dengan angka sebesar 78,50 versi guru dan 71 versi kepala sekolah semuanya lebih tinggi daripada rata-rata ideal. Distribusi frekuensi skor variabel motivasi menurut persepsi guru tercantum dalam tabel berikut:
54
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Guru IPS No. 1 2 3 4 5 6 7
Interval Kelas 55- 60 61- 66 67- 72 73- 78 79- 84 85- 90 91- 96
Frekuensi Persentase (%) 1 2.0% 0 0.0% 6 11.8% 19 37.3% 16 31.4% 6 11.8% 3 5.9% 51 100% Sumber: Data primer yang diolah 2013 Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban responden pada interval antara 74 – 78 yaitu sebesar 35,3%. Sedangkan distribusi frekuensi yang lain yaitu antara interval 58 – 63 sebesar 2%, antara 64 – 68 sebesar 0%, antara 69– 73 sebesar 13,7%, antara 79 – 83 sebesar 27,5%, antara 84 – 88 sebesar 13,7% dan antara 89– 94 sebesar 7,8%. Tabel distribusi frekuensi skor variabel motivasi kerja guru IPS di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:
55
20
Motivasi Kerja 18
18
Fr e k u e s i
16
14
14 12 10 7
8
7
6
4
4
1
2
0
0 //
58- 63
64- 68
69- 73
74- 78
79- 83
84- 88
89- 94
Interval Kelas
Gambar 4. IPS
Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Guru
Distribusi frekuensi variabel motivasi kerja guru IPS menurut persepsi Kepala Sekolah tercantum dalam tabel berikut: Tabel 11. Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Guru IPS Menurut Penilaian Kepala Sekolah No. 1 2 3 4 5 6 7
Interval Kelas 55- 60 61- 66 67- 72 73- 78 79- 84 85- 90 91- 96
Frekuensi 1 5 15 14 9 7 0 51 Sumber: Data primer yang diolah 2013
Persentase (%) 2.0% 9.8% 29.4% 27.5% 17.6% 13.7% 0.0% 100%
Berdasarkan tabel 11 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban responden pada interval antara 69 – 73 yaitu sebesar 31,4%. Sedangkan distribusi frekuensi yang lain yaitu antara interval 58 – 63 sebesar 7,8%, antara 64 – 68 sebesar 11,8%, antara 74– 78 sebesar 17,6%, antara 79 –
56
83 sebesar 15,7%, antara 84 – 88 sebesar 11,8% dan antara 89– 94 sebesar 3,9%. Tabel distribusi frekuensi variabel motivasi kerja guru IPS di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini: Motivasi Kerja
18
16
16 Fr e k u e s i
14 12 9
10 8
8
6
6
6
4
4
2
2 0 //
58- 63
64- 68
69- 73
74- 78
79- 83
84- 88
89- 94
Interval Kelas
Gambar 5. Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Guru IPS Menurut Penilaian Kepala Sekolah Selanjutnya diidentifikasi kecenderungan atau tinggi rendahnya variabel motivasi kerja dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi ideal. Nilai Mean ideal variabel Motivasi kerja sebesar 25 dan Standar Deviasi 5. Mean + 1 SDi = 60+ 12 = 72 Mean – 1 SDi = 60 - 12 = 48
57
Tabel 12. Distribusi Kategorisasi Kecenderungan Motivasi Kerja Guru IPS Guru No
Skor Frek
1
< 48
2 3 4
48 - 60 61 – 72 > 72
%
0
0.0%
1 6
2.0% 11.8%
44
86.3%
51
100%
Kepala Sekolah
Keterangan Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
Frek
%
0
0.0%
1 20
2.0% 39.2%
30
58.8%
51
100%
Keterangan Sangat rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
Tabel tersebut menunjukkan bahwa menurut guru IPS maupun kepala sekolah tidak ada yang memiliki motivasi kerja sangat rendah. Terdapat 1 responden masing-masing menurut guru dan kepala sekolah memiliki motivasi rendah. Sedangkan motivasi kerja guru IPS yang tinggi berdasarkan data dari guru sendiri sebanyak 6 responden sedangkan menurut kepala sekolah sebanyak 20 responden. Begitu juga dengan motivasi kerja yang sangat tinggi sebanyak 44 responden dari data guru IPS sendiri dan 30 responden menurut penilaian kepala sekolah. Berdasarkan tabel 12 di atas dapat digambarkan histogram seperti berikut:
58
50
Kategorisasi Motivasi Kerja
44
45 40 35
30
30 25 Frekuensi
20
20 15 10 5 0
6 0
0
Sangat Rendah
1
1 Rendah
Guru
Tinggi
Sangat Tinggi
Kategori Kepala Sekolah
Gambar 6. Histogram Kategorisasi Motivasi Kerja Guru IPS b. Variabel Pengalaman mengajar (X2) Pengukuran variabel pengalaman mengajar diukur berdasarkan pengalaman mengajar guru IPS. Variabel pengalaman mengajar diukur dengan 4 pertanyaan sehingga dapat diketahui nilai-nilai parameter sebagai berikut : Skor minimum ideal = 4 x 1 = 4 Skor maksimum ideal = 4 x 4 = 16
Nilai rata-rata ideal =
16 4 = 10 2
Nilai standar deviasi ideal =
16 4 =2 6
Berdasarkan data pengalaman mengajar guru IPS menunjukkan bahwa skor total tertinggi yang dicapai adalah 14 dan skor total terendah
59
adalah 4. Selain itu juga didapatkan nilai M sebesar 9,31, Me 9,10 dan Mo 8 serta SDi sebesar 1,86. Hal ini berarti rata-rata pengalaman mengajar guru IPS SMP di Kabupaten Gunungkidul bernilai 9,31 nilainya masih dibawah dari nilai rata-rata ideal (10), sehingga menunjukkan pengalaman mengajar guru IPS yang masih rendah. Hal ini juga didukung dengan nilai modus, yaitu nilai yang sering muncul dengan angka sebesar 8 lebih rendah daripada rata-rata ideal. Distribusi frekuensi variabel pengalaman kerja tercantum dalam tabel berikut: Tabel 13. Distribusi Frekuensi Variabel Pengalaman Mengajar Guru IPS No.
Interval Kelas
1 2 3 4 5 6 7
3- 4 5- 6 7–8 9 – 10 11 – 12 13 – 14 15- 16
Frekuensi
1 2 9 28 9 2 0 Total 51 Sumber: Data primer yang diolah 2013
Persentase 2.0% 3.9% 17.6% 54.9% 17.6% 3.9% 0.0% 100.0%
Berdasarkan tabel 13 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban responden pada interval antara 9 – 10 yaitu sebesar 54,9%. Sedangkan distribusi frekuensi yang lain yaitu antara interval 3 – 4 sebesar 2%, antara 5 – 6 sebesar 3,9%, antara 7– 8 sebesar 17,6%, antara 11 – 12 sebesar 17,6%, antara 13– 14 sebesar 3,9% dan antara 15 – 16 sebesar 0%.
60
Tabel distribusi frekuensi variabel pengalaman mengajar guru IPS di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini: Pengalaman Mengajar 28
30
Fr e k u e n s i
25 20 15 9
10 5
1
9
2
2
0 //
3- 4
5- 6
7 -8
9 - 10
11 - 12
13 - 14
0 15- 16
Interval Kelas
Gambar 7.
Histogram Distribusi Frekuensi Pengalaman Mengajar Guru IPS Selanjutnya diidentifikasi kecenderungan atau tinggi rendahnya
variabel pengalaman mengajar dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi ideal. Nilai Mean ideal variabel Pengalaman mengajar sebesar 10 dan Standar Deviasi 2. Mean + 1 SDi = 10 + 2 = 12 Mean – 1 SDi = 10 – 2= 8
61
Tabel 14. Distribusi Kategorisasi Variabel Pengalaman Mengajar Guru IPS Pengalaman Mengajar No 1 2 3 4
Skor <8 8 - 10 10 – 12 > 12
Frekuensi
%
Keterangan
7 33 9 2 51
13.7% 64.7% 17.6% 3.9% 100.0%
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
Tabel tersebut menunjukkan bahwa terlihat bahwa terdapat 7 responden yang berada dalam kategori sangat rendah. Responden yang memiliki pengalaman mengajar dalam kriteria rendah sebanyak 33 responden, 9 responden memiliki pengalaman mengajar yang tinggi dan 2 responden memiliki pengalaman mengajar yang sangat tinggi. Berdasarkan tabel 14 di atas dapat digambarkan histogram seperti berikut: Kategorisasi Pengalaman Mengajar 33
35 30 25 20 15
9
Frekuensi
10
7
5
2
0 Sangat Rendah
Rendah
Tinggi
Sangat Tinggi
Kelompok
Gambar 8.
Histogram Kategorisasi Variabel Pengalaman Mengajar Guru IPS
62
c. Variabel Kinerja Guru (Y) Pengukuran variabel kinerja guru diukur pada dua kelompok responden yaitu kinerja guru menurut guru IPS sendiri dan kinerja guru menurut kepala sekolah. Variabel kinerja guru diukur dengan 20 pertanyaan sehingga dapat diketahui nilai-nilai parameter sebagai berikut : Skor minimum ideal = 20 x 1 = 20 Skor maksimum ideal = 20 x 4 = 80
Nilai rata-rata ideal =
80 20 = 50 2
Nilai standar deviasi ideal =
80 20 = 10 6
Data Kinerja Guru IPS menurut guru itu sendiri menunjukkan bahwa skor total tertinggi yang dicapai adalah 80 dan skor total terendah adalah 39. Selain itu juga didapatkan nilai M sebesar 67,33, Me sebesar 67,81 dan Mo sebesar 71,5 serta SDi sebesar 8,01. Sedangkan kinerja guru IPS berdasarkan penilaian dari kepala sekolah nilai tertinggi adalah sebesar 77, terendah 40, rata-rata sebesar 63,65, median 63,77, modus 72,50 dan simpangan baku sebesar 8,70. Hal ini berarti rata-rata kinerja guru IPS SMP di Kabupaten Gunungkidul baik menurut data dari guru IPS sendiri maupun penilaian dari kepala sekolah masih-masing bernilai 67,33 dan 63,65 nilainya diatas dari nilai rata-rata ideal (50), sehingga menunjukkan kinerja guru IPS yang
63
tinggi. Hal ini juga didukung dengan nilai modus, yaitu nilai yang sering muncul dengan angka sebesar 71,5 versi guru dan 72,5 versi kepala sekolah semuanya lebih tinggi daripada rata-rata ideal Distribusi frekuensi Kinerja Guru IPS menurut data dari guru tercantum dalam tabel berikut: Tabel 15. Distribusi Frekuensi Kinerja Guru IPS No. Interval Kelas Frekuensi Frekuensi (%) 3944 1 1 2.0% 4550 2 1 2.0% 5156 3 2 3.9% 5762 4 10 19.6% 63- 68 5 13 25.5% 69- 74 6 15 29.4% 7580 7 9 17.6% 51 100% Sumber: Data primer yang diolah 2013 Berdasarkan tabel 15 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban responden pada kinerja guru IPS menurut data dari guru itu sendiri pada interval antara 69 – 74 yaitu sebesar 29,4%. Sedangkan distribusi frekuensi yang lain yaitu antara interval 39 – 44 sebesar 2%, antara 45 – 50 sebesar 2%, antara 51 – 56 sebesar 3,9%, antara 57 – 62 sebesar 19,6%, antara 63 – 68 sebesar 25,5%, dan 75 – 80 sebesar 17,6%. Tabel distribusi frekuensi skor variabel Kinerja Guru IPS berdasarkan data dari guru di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:
64
Kinerja Guru 16
15 13
Fr e k u e n s i
14 12
10
10
9
8 6 4 1
1
39- 44
45- 50
2
2
0 //
51- 56
57- 62
63- 68
69- 74
75- 80
Interval Kelas
Gambar 9.
Histogram Distribusi Frekuensi Kinerja Guru IPS
Distribusi frekuensi skor Kinerja Guru IPS menurut data dari kepala sekolah tercantum dalam tabel berikut: Tabel 16. Distribusi Frekuensi Kinerja Guru IPS Menurut Penilaian Kepala Sekolah No. Interval Kelas 1 2 3 4 5 6 7
39- 44 45- 50 51- 56 57- 62 63- 68 69- 74 75- 80
Frekuensi
1 3 9 11 10 14 3 51 Sumber: Data primer yang diolah 2013
Frekuensi (%) 2.0% 5.9% 17.6% 21.6% 19.6% 27.5% 5.9% 100%
Berdasarkan tabel 16 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban responden pada kinerja guru IPS menurut penilaian kepala sekolah pada interval antara 69 – 74 yaitu sebesar 27,5%. Sedangkan distribusi frekuensi yang lain yaitu antara interval 39 – 44 sebesar 2%, antara 45 – 50 sebesar 5,9%, antara 51 – 56 sebesar 17,6%, antara 57 – 62 sebesar 21,6%, antara 63 – 68 sebesar 19,6%, dan 75 – 80 sebesar 5,9%.
65
Tabel distribusi frekuensi skor variabel Kinerja Guru IPS berdasarkan persepsi kepala sekolah di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini: Kinerja Guru 16
14
14 11
12 9
10
10
8 Frekuensi
6
3
4
3
1
2 0 //
39- 44
45- 50
51- 56
57- 62
63- 68
69- 74
75- 80
Interval Kelas
Gambar 10. Histogram Distribusi Frekuensi Kinerja Guru IPS Menurut Penilaian Kepala Sekolah Selanjutnya diidentifikasi kecenderungan atau tinggi rendahnya variabel Kinerja Guru dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi ideal. Nilai Mean ideal variabel Kinerja Guru sebesar 50 dan Standar Deviasi 10. Mean + 1 SDi = 50+ 10 = 60 Mean – 1 SDi = 50– 10= 40
66
Tabel 17. Distribusi Kategorisasi Kinerja Guru IPS Guru No
Skor Frek
1 2 3 4
< 40 40 - 50 51 – 60 > 60
0 1 6 44 51
%
Keterangan
2.0% Sangat rendah Rendah 2.0% Tinggi 15.7% 80.4% Sangat Tinggi 100.0%
Kepala Sekolah Frek 0 4 14 33 51
%
Keterangan
0.0% Sangat rendah Rendah 7.8% Tinggi 27.5% 64.7% Sangat Tinggi 100%
Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 1 responden yang berada dalam kategori sangat rendah menurut penilaian guru itu sendiri dan tidak ada dalam kategori sangat rendah menurut penilaian kelapa sekolah. Sedangkan kinerja guru IPS dalam kriteria rendah menurut data dari guru sebanyak 1 responden dan menurut penilaian kepala sekolah sebanyak 4 responden. Kinerja guru IPS yang berada pada kriteria tinggi sebanyak 8 responden (versi guru) dan 14 responden (versi kepala sekolah). Hasil frekuensi kinerja guru IPS dalam kategori sangat tinggi sebanyak 41 orang menurut data dari guru IPS dan 33 orang menurut persepsi kepala sekolah. Berdasarkan tabel 17 diatas dapat digambarkan histogram seperti berikut:
67
45
Kategorisasi Kinerja Guru IPS
41
40 33
35 30 25 20 14
Frekuensi
15 8
10 5
1
0
0
Sangat Rendah
4
1 Rendah
Guru
Tinggi
Sangat Tinggi
Kategori Kepala Sekolah
Gambar 11. Histogram Kategorisasi Kinerja Guru IPS 2. Uji Persyaratan Analisis Uji persyaratan analisis digunakan untuk mengetahui apakah dalam analisis pengujian hipotesis tidak terjadi korelasi antar variabel bebas, variasi residual absolut sama atau tidak dan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linier. Berikut ini diuraikan masing-masing hasil uji persyaratan analisis. a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah tiap variabel memiliki distribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat (X2) dengan SPS Edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih. Kriteria yang digunakan adalah jika X2hitung < X2tabel maka disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji Normalitas dapat ditunjukkan pada tabel 14 berikut ini:
68
Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Variabel X2hitung Data dari Guru IPS Motivasi Kerja 5,678 Pengalaman Kerja 13,577 Kinerja Guru 4,091 Persepsi Kepala sekolah Motivasi Kerja 10,023 Kinerja Guru 8,737
X2tabel
Keterangan
9 9 9
16,92 16,92 16,92
Normal Normal Normal
9 9
16,92 16,92
Normal Normal
DF
Sumber : Hasil Olah Data SPS, 2013 Berdasarkan hasil uji menunjukkan bahwa nilai X2hitung < X2tabel pada seluruh variabel, sehingga dapat dinyatakan bahwa data-data penelitian telah memenuhi distribusi normal. b. Uji Linieritas Pengujian linieritas regresi dilakukan dengan uji Statistik F. Harga F dihitung kemudian dikonsultasikan dengan F tabel dengan taraf signifikansi 5%. Apabila harga F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel maka hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dinyatakan linier. Tabel 19. Rangkuman Hasil Uji Linieritas No Nama Variabel Db Data dari Guru IPS
F Hitung
F Tabel
Keterangan
1
Hubungan (X1) dengan Y
1/50
1,805
4,03
Linier
2
Hubungan (X2) dengan Y
1/50
1,652
4,03
Linier
Penilaian Kepala Sekolah 1
Hubungan (X1) dengan Y
1/50
1,680
4,03
Linier
2
Hubungan (X2) dengan Y
1/50
0,787
4,03
Linier
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 2013
69
Berdasarkan hasil uji linieritas pada tabel 19 menunjukkan bahwa uji linieritas antara motivasi kerja berdasarkan data dari guru IPS dan kepala sekolah masing-masing diperoleh nilai F hitung sebesar 1,805 dan 1,680 lebih kecil dari nilai F tabel 4,03 (Fh< Ft) yang menunjukkan bahwa hubungan antara motivasi kerja dengan Kinerja Guru adalah linier. Hasil uji linieritas antara pengalaman mengajar berdasarkan data dari guru IPS dan kepala sekolah masing-masing diperoleh nilai F hitung sebesar 1,652 dan 0,787 lebih kecil dari nilai F tabel 4,03 (Fh< Ft) yang menunjukkan bahwa hubungan antara pengalaman mengajar dengan kinerja guru IPS adalah linier. 3. Pengujian Hipotesis Penelitian Dengan bantuan SPS dan SPSS versi 17,00 diperoleh hasil regresi linier berganda seperti pada tabel berikut : Tabel 20. Hasil Regresi Linier Berganda Koef. Variabel Independen Korelasi Berdasar Guru Motivasi Kerja (X1) 0,529
SE (%)
SR (%)
0,27
21,99
55,75
0,27
17,44
44,25
r tabel
Pengalaman mengajar (X2)
0,488
F hitung Korelasi (R) Koefisien Determinasi (R2 ) Berdasar Kepala Sekolah Motivasi Kerja (X1)
15,627 0,628 0,394 0,410
0,27
15,31
62,13
Pengalaman mengajar (X2)
0,331
0,27
9,33
37,87
F hitung Korelasi (R) Koefisien Determinasi( R2 )
7,853 0,497 0,247
Sumber : Hasil Olah Data SPS dan SPSS, 2013
70
a. Koefisien korelasi dan koefisien determinasi Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS versi 17,00 menunjukkan nilai koefisien korelasi (Ry(1,2)) sebesar 0,628 menurut data dari guru IPS dan 0,497 menurut penilaian kepala sekolah, karena nilai koefisien korelasi (Ry(1,2)) bernilai positif maka dapat dinyatakan bahwa variabel motivasi kerja dan pengalaman mengajar berhubungan positif dengan kinerja guru IPS. Nilai R menurut data dari guru sebesar 0,394 yang berarti
39, 4% perubahan pada variabel kinerja guru IPS dapat diterangkan oleh variabel motivasi kerja dan pengalaman mengajar, sedangkan sisanya 60,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Nilai R menurut penilaian kepala sekolah sebesar 0, 247 yang berarti 24,7% perubahan pada variabel kinerja guru IPS dapat diterangkan oleh variabel motivasi kerja dan pengalaman mengajar, sedangkan sisanya 75,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini b. Pengujian signifikansi korelasi ganda dengan uji F Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai F
menurut
data dari guru IPS sebesar 15,67 dan menurut penilaian kepala sekolah F F
sebesar
7,853.
Jika
dibandingkan
dengan
nilai
sebesar 3,19 pada taraf signifikansi 5%, maka nilai F
>
. Dengan begitu Hipotesis diterima, ini berarti terdapat
hubungan positif dan signifikan
antara motivasi kerja dan
71
pengalaman mengajar dengan kinerja guru IPS SMP di Kabupaten Gunungkidul. d. Sumbangan Efektif dan Relatif Sumbangan relatif dan efektif bertujuan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan tabel 20 di atas menunjukkan sumbangan efektif (SE%) dari kedua variabel dalam penelitian menurut data dari guru sebesar 39,4% dengan rincian sumbangan efektif dari variabel motivasi kerja sebesar 21,99% dan pengalaman mengajar sebesar 17,44%, sedangkan sisanya 60,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Sedangkan menurut penilaian kepala sekolah menunjukkan sumbangan efektif (SE%) dari kedua variabel sebesar 24,7% dengan rincian sumbangan efektif dari variabel motivasi kerja
sebesar
15,31 % dan
pengalaman mengajar sebesar 9,33%, sedangkan sisanya 75,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Sumbangan relatif (SR%) menurut data dari guru IPS menunjukkan 55,75% dari variabel motivasi kerja dan 44,25% dari variabel pengalaman mengajar. Sedangkan sumbangan relatif (SR%) menurut penilaian kepala sekolah menunjukkan 62,13% dari variabel motivasi kerja dan 37,87% dari variabel pengalaman mengajar. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan juga
72
bahwa, variabel motivasi kerja besar dalam mempengaruhi kinerja guru IPS SMP Di Kabupaten Gunungkidul. C. Pembahasan Hasil Penelitian Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Pengalaman Kerja Dengan Kinerja Guru IPS Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS versi 17,00 menunjukkan nilai koefisien korelasi (Ry(1,2)) sebesar 0,628 menurut data dari guru IPS dan 0,497 menurut penilaian kepala sekolah, karena nilai koefisien korelasi (Ry(1,2)) bernilai positif maka dapat dinyatakan bahwa variabel motivasi kerja dan pengalaman mengajar berhubungan positif dengan kinerja guru IPS Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai F
menurut data dari guru IPS sebesar 15,67 dan menurut penilaian kepala sekolah sebesar 7,853. Jika dibandingkan dengan nilai F pada taraf signifikansi 5%, maka nilai F
>F
sebesar 3,19
.
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja dan pengalaman mengajar dengan kinerja guru IPS. Hasil tersebut didukung dengan teori yang dikemukakan di kajian teori bab dua. Adapun faktor yang mempengaruhi kinerja guru berasal dari dalam diri dan lingkungan sekitarnya. Faktor yang berasal dari dalam diri salah satunya adalah motivasi. Hal ini selaras dengan teori yang dinyatakan oleh Sopiah (2008: 23) di mana faktor yang mempengaruhi kinerja salah satunya yaitu motivasi kerja. Motivasi merupakan daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk
73
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Dengan adanya motivasi akan membuat seseorang lebih giat bekerja sehingga bisa mencapai target tujuannya. Hal ini sejalan dengan pendapat E. Mulyasa (2003: 120) bahwa motivasi dibutuhkan pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan peningkatan kinerja.
Jadi, dengan adanya
motivasi yang tinggi akan dapat mendorong seseorang untuk meningkatkan kinerjanya. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru yaitu pengalaman mengajar. Guru yang mempunyai pengalaman dalam pembelajaran yang baik akan lebih mudah melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Hal tersebut didukung dengan teori dari Malayu Hasibuan (2001: 94) yang menyatakan bahwa kinerja guru merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. . Pengalaman adalah guru yang baik karena keterampilan memecahkan persoalan dalam proses belajar mengajar kurang didapatkan guru melalui pendidikan formal tetapi dia dapatkan selama dia mengajar. Selaras dengan teori menurut Norlander, dkk (2009: 34) yang menyatakan bahwa guru berpengalaman mengumpulkan banyak pengetahuan sehingga mereka mengetahui kelas baru, bahkan sebelum mereka masuk kelas tersebut. Guru hendaknya
memiliki
pengalaman
mengajar
yang cukup dan terus
meningkatkan pengetahuannya sesuai perkembangan zaman. Dari uraian di
74
atas dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara motivasi kerja dan pengalaman mengajar dengan kinerja guru IPS. Dilihat dari Nilai Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,394 yang berarti 39,4% perubahan pada variabel kinerja guru IPS dapat diterangkan oleh variabel motivasi kerja dan pengalaman mengajar dengan rincian 21,99% hasil sumbangan variabel motivasi kerja dan 17,44% hasil sumbangan variabel pengalaman mengajar, sedangkan sisanya 60,6% berhubungan dengan variabel lain yang tidak masukkan dalam model penelitian ini. Menurut data penilaian dari kepala sekolah Nilai Koefisien Determinasi( R2 ) lebih rendah yaitu sebesar 0,247 yang berarti
24,7%
perubahan pada variabel kinerja guru IPS dapat diterangkan oleh variabel motivasi kerja dan pengalaman mengajar dengan rincian 15,31% hasil sumbangan variabel motivasi kerja dan 9,33% hasil sumbangan variabel pengalaman mengajar, sedangkan sisanya 75,3% berhubungan dengan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Temuan ini juga menemukan bahwa masih besar faktor lain yang berhubungan dengan variabel kinerja guru IPS. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kinerja guru IPS SMP akan kurang maksimal kalau hanya dipengaruhi dari motivasi kerja dan pengalaman mengajar saja. Maka masih banyak variabel lain yang perlu dikaji dalam rangka meningkatkan kinerja guru IPS. Faktor lain itu seperti yang diungkapkan Suyadi Prawirosentono (2008: 27-32) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain: 1) Efektivitas dan Efisiensi; 2) Otoritas dan Tanggung Jawab; 3) Disiplin, meliputi disiplin
75
waktu dan disiplin kerja; dan 4) Inisiatif dan Kreativitas. Inisiatif merupakan kemampuan dalam memberdayakan daya pikir untuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Kreativitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuannya. Faktor-faktor tersebut perlu dikaji agar dalam peningkatan kinerja lebih optimal. D. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menyadari keterbatasan yang ada meskipun sudah diusahakan semaksimal mungkin. Adapun keterbatasanketerbatasan tersebut antara lain : 1.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya sebanyak 51 responden, perlu ada penelitian lanjutan dengan menambahkan jumlah responden agar hasilnya lebih akurat.
2.
Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, sehingga sangat mungkin datanya bersifat subyektif.
3.
Rendahnya kontribusi motivasi kerja dan pengalaman mengajar terhadap kinerja guru, menunjukkan bahwa Dua variabel yang diteliti belum dapat menjelaskan
secara
menyeluruh
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kinerja guru IPS. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan memasukkan variabel-variabel lainnya yang secara teori mempengaruhi kinerja guru.