BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Wilayah Penelitian Danau Limboto adalah salah satu asset sumberdaya alam yang dimiliki Provinsi Gorontalo saat ini. Danau Limboto telah berperan sebagai sumber pendapatan bagi nelayan, pencegah banjir, sumber air pengairan dan obyek wisata. Areal danau ini berada pada dua wilayah yaitu + 30 % wilayah Kota Gorontalo dan + 70 % di wilayah Kabupaten Gorontalo dan menjangkau 5 kecamatan.
Danau
Limboto
kini
berada
pada
kondisi
yang
sangat
memperihatinkan karena mengalami proses penyusutan dan pendangkalan akibat sedimentasi yang mengancam keberadaannya dimasa yang akan datang. Semakin berkurangnya luasan perairan danau menyebabkan semakin menurunnya fungsi danau sebagai kawasan penampung air sehingga berpotensi terjadinya banjir dan kekeringan di sekitar wilayah kawasan danau bahkan di luar kawasan Danau Limboto. 4.1.1 Letak Geografis Danau Limboto terletak di bagian tengah Provinsi Gorontalo dan secara astronomis, DAS Limboto terletak pada 122° 42’ 0.24” – 123° 03’ 1.17” BT dan 00° 30’ 2.035” – 00° 47’ 0.49” LU. DAS Limboto merupakan bagian dari Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (SWP-DAS) Bone-Bolango yang
31
luasnya 91.004 ha dan termasuk salah satu DAS Prioritas dari DAS Kritis di SWP-DAS Bone-Bolango. Danau Limboto, merupakan cekungan rendah atau laguna, yang merupakan muara sungai-sungai, diantaranya: Ritenga, Alo Pohu, Marisa, Meluopo, Biyonga, Bulota, Talubongo dan sungai-sungai kecil dari sisi selatan: Olilumayango, Ilopopala, Huntu, Hutakiki, Langgilo. 4.1.2 Luas, Kedalaman dan Iklim Pada tahun 1932 rata-rata kedalaman Danau Limboto 30 meter dengan luas 7.000 Ha, dan tahun 1961 rata-rata kedalaman Danau berkurang menjadi 10 meter dan luas menjadi 4.250 Ha. Sedangkan tahun 1990 - 2008 kedalaman Danau Limboto rata-rata tinggal 2,5 meter dengan luas 3.000 Ha. Pendangkalan danau terutama diakibatkan adanya erosi dan sedimentasi akibat usaha-usaha pertanian yang tidak mengindahkan konservasi tanah dan kegiatan pembukaan hutan (illegal logging) di daerah hulu sungai (tangkapan air) terutama pada DAS Limboto juga kegiatan budidaya perikanan yang kurang ramah lingkungan. Kawasan Danau Limboto dan daerah aliran sungainya (DAS) terletak pada daerah bayang-bayang hujan selama 44 tahun terakhir (1961-2005) sebesar 1.426 mm per tahun. Curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm (bulan kering) terjadi selama 3 bulan yaitu pada bulan Agustus, September dan Oktober. Sedangkan curah hujan di atas 100 mm ( bulan basah) terjadi selama 9 bulan, yaitu bulan Januari-Juli dan bulan November - Desember. Menurut klasifikasi Iklim Oldeman dan Darmijati (1977), kawasan Danau Limboto dan sekitarnya termasuk dalam Zona Agroklimat E2. Dengan demikian musim kemarau cukup panjang, yaitu antara Agustus –
32
Oktober. Jumlah hari hujan dalam setahun berkisar antara 172 - 216 hari, dengan rata - rata hari hujan sebanyak 194 hari per tahun dan rata hari hujan per bulan selama setahun 16,2 hari. Jumlah hari hujan di atas, rata - rata hari hujan per bulan selama 9 bulan, pada bulan Januari - Juli dan November – Juni. Nilai Evapotranspirasi rata - rata bulanan di kawasan Danau Limboto dan sekitarnya, berkisar antara 127 - 145 mm. Sedangkan jumlah rata - rata setahunnya sebesar 1652,8 mm. Keadaan iklim di wilayah Sub DAS Limboto sebagai berikut : a) Temperatur rata-rata bulanan : 22,2° C – 31,3° C. b) Kelembaban udara relatif tahunan rata-rata : 81. c) Kelembaban udara rata-rata bulanan: 77 – 83. d) Kecepatan angin rata-rata bulanan : 1,17 – 2,48 m/detik. e) Penyinaran angin rata-rata bulanan : 4,4 – 7,1 jam/hari. 4.1.3 Volume Air dan Debit Air Danau Limboto adalah bagian dari sistem DAS Limboto yang merupakan sisa dari sebuah laguna yang menghubungkan dengan laut melalui daerah muara sungai Bolango-Bone. Karena posisinya tersebut, muka air Danau Limboto dapat dipengaruhi kondisi banjir Sungai Bolango dan bahkan banjir Sungai Bone. Karena sistem sungai yang saling terkait ini, maka dalam analisa hidrologi danau perlu diperhitungkan bagaimana pengaruh DAS Limboto, DAS Bolango dan DAS Bone terhadap danau. Dengan demikian dalam analisa hidrologi, yang perlu diperhitungkan adalah pengaruh seluruh sungai di Wilayah Sungai LimbotoBolango-Bone. Secara singkat gambaran umum masing-masing DAS adalah sebagai berikut : 33
a.
DAS Danau Limboto
b.
DAS Sungai Bolango
c.
DAS Sungai Bone
4.1.2 Hasil Analisis Laboratorium. 4.1.2.1. Kandungan Klorida pada air Danau Limboto. Kandungan Klorida pada badan air Danau Limboto sebagai berikut : Tabel 4.1 Nilai Kandungan Klorida Berdasarkan Hasil Analisis Laboratorium (BTKL-PPM Manado Tahun 2013)
No
1 2 3 4 5
Titik Sampel
Hasil Analisa (Mg/L)
Baku Mutu air (Kandungan Klorida), PERMENKES NO. 82. 2001
8,61
600 Mg/L
7,63
600 Mg/L
7,39
600 Mg/L
16,01
600 Mg/L
7,88
600 Mg/L
Air danau titik 1 (Utara) Air danau titik II (Timur) Air danau titik III (Tenggara) Air danau titik IV (Selatan) Air danau titik V (Barat)
Di lihat dari hasil analisa di laboratorium bahwa kandungan klorida yang terdapat pada badan air Danau Limboto pada titik 1 bagian utara adalah 8,61 mg/L, di titik 2 bagian timur adalah 7,63 mg/L, di titik 3 tenggara adalah 7,39 mg/L, titik 4 bagian Selatan adalah 16,01 mg/L dan titik 5 barat adalah 7,88
34
mg/L. Dari hasil tersebut dapat di lihat bahwa nilai kandungan klorida yang terendah berada di badan air Danau Limboto titik 3 tepatnya bagian tenggara yaitu 7,39 mg/L. Sedangkan nilai kandungan klorida yang tertinggi berada di badan air Danau Limboto titik 4 tepatnya bagian selatan dengan nilai 16,01 mg/L. Nilai yang di hasilkan di bandingkan dengan nilai Baku Mutu air PERMENKES No. 82 Tahun 2001 yaitu 600 mg/L. Dengan demikian, hasil analisis yang di peroleh dari pemeriksaan Laboratorium tersebut belum melebihi ambang batas baku mutu air untuk kandungan Klorida. 4.1.2.2 Perhitungan kadar Khlorida. Contoh perhitungan kadar klorida salah satu sampel (sampel 1) : (2,1 – 0,3) x 0,0139 x 35,45 Mg/Cl =
x 1000 100 ml
=
1,8 x 0,0139 x 35,45 x 1000 100 ml 0,886
=
x 1000 100 ml
=
8,86 mg/L
35
Duplo =
(2 - 0,3) x 0,0139 x 35,45 X 1000 100 ml 1,7 x 0,0139 x 35,45
=
X 1000 100 ml 0,837
=
X 1000 100 mg/L
=
8,37 mg/L
Konsentrasi Cl untuk sampel 1
= 8,86 + 8,37 2 17,23 = 2 =
8,61 Mg/L
Jadi, nilai kandungan klorida pada titik 1 (Bagian Utara) adalah 8,61 Mg/L Keterangan : 0,0139 = larutan AgNo3 35,45 = Larutan NaCL 0,3
= Volume AgNo3 untuk aquades.
100 ml = Ukuran sampel yang di periksa.
36
4.2
Pembahasan Pada saat pelaksanaan penelitian, dapat di lihat adanya kandungan klorida pada sampel air di tandai dengan perubahan warna merah bata pada sampel air yang di teliti. Perubahan warna terjadi pada saat titrasi dengan larutan baku AgNO3 di campurkan dengan sampel air Danau sampai titik akhir titrasi yang di tandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan atau merah bata. Apabila telah di cacat hasil titik akhir maka ulangi hal tersebut hingga sampel terakhir. Setelah pemeriksaan sampel selesai. Maka nilai yang di hasilkan di hitung dengan menggunakan rumus yang di gunakan pada metode argentrometri (mhor).dengan catatan, sampel air yang di teliti bersifat netral dan basa (pH 7 - 10).
Setelah nilai
konsentrasi klorida di di hasilkan, maka nilai tersebut di bandingkan dengan baku mutu yang telah di tetapkan yaitu PERMENKES NO. 82. 2001 yaitu standar baku mutu untuk kandungan Klorida pada air bersih adalah 600 mg/L. Pada penelitian sebelumnya yang di teliti oleh Balihristi pada tahun 2008 nilai kandungan klorida yang di peroleh adalah 8,61 mg/L. Apabila di bandingkan dengan hasil analisis pemeriksaan kandungan klorida yang di lakukan saat ini, hasil tersebut tidak beda jauh dengan hasil analisis yang di lakukan oleh Balihristi. Yang mana hasil pemeriksaan itu pun belum melebihi ambang batas kandungan klorida yang telah di tetapkan. Hal ini di sebabkan oleh beberapa isu utama lingkungan perairan yang dapat meningkatkan dan menurunkan kandungan klorida pada air Danau Limboto.
37
4.2.1 Isu Utama Lingkungan Perairan Danau Limboto. Isu utama lingkungan hidup di lingkungan perairan Danau Limboto dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi sejumlah kegiatan yang secara empirik dapat memberi tekanan pada keseluruhan komponen lingkungan hidup. Jenis pembangunan yang telah memberi tekanan yang dimaksud di antaranya adalah : A. Kegiatan pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor andalan Provinsi Gorontalo dimana pemanfaatan areal untuk sektor ini berkisar 26% dari total luas wilayah Provinsi Gorontalo. Sehubungan dengan dicanangkannya Program Agropolitan di Provinsi Gorontalo, maka pengembangan sektor pertanian di daerah ini dilakukan baik secara intensif mapun secara ekstensif sehingga sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Provinsi Gorontalo masih tetap mendominasi dibanding dengan sektor lain. Areal pertanaman padi sawah tersebar di Kabupaten Gorontalo seluas 17.661 ha dan Kota Gorontalo seluas 1.032 ha. Sawah yang telah beririgasi teknis di Kabupaten Gorontalo berkisar 5.775 ha, beririgasi setengah teknis 5.890 ha. Sawah yang beririgasi sederhana hanya terdapat di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo yaitu masing-masing seluas 2.209 ha dan 1.408 ha. Sehubungan
dengan
Program
Agropolitan
tersebut,
maka
untuk
meningkatkan produktivitas lahan pertanian, petani melakukan pemupukan dan pengendalian hama dengan berbagai jenis pestisida. Namun sampai saat ini belum
38
ada data mengenai jumlah pupuk dan pestisida yang digunakan di Provinsi Gorontalo. Jika petani mengaplikasikan pupuk dan pestisida dengan dosis yang tidak terkontrol, residu pupuk yang berlebihan pada usaha pertanian sawah, sebagian besar akan masuk ke sungai, melalui Danau Limboto dan terus mengalir ke muara sungai. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi badan air danau dan estuaria yang memicu terjadinya blooming fitoplankton. Sedang residu pestisida dan herbisida yang masuk ke badan air akan terakumulasi melalui bioakumulasi dan biomagnifikasi hingga mencapai konsentrasi lethal yang mematikan biota perairan. B. Kegiatan perikanan darat. Penangkapan ikan dengan menggunakan aliran listrik dan bius adalah salah satu cara penangkapan yang mengancam kelestarian biota perairan Danau Limboto. Metoda penangkapan ini selain mematikan ikan-ikan besar, telur dan larva ikan, juga mematikan biota lainnya berupa plankton dan benthos sehingga rantai makanan dan jaring makanan terputus yang berimplikasi pada rusaknya sistem aliran energi pada ekosistem danau. Limpasan air Danau Limboto yang kualitasnya rendah masuk ke estuaria melalui Sungai Bolango dan Sungai Bone berakibat pada penurunan kualitas air muara Sungai Bone. Akibat lebih lanjut adalah kehidupan beberapa jenis biota perairan estuaria (muara) Sungai Bone dan sekitarnya yang tidak toleran terhadap perubahan kondisi lingkungan hidupnya mengalami gangguan sehingga keragaman jenisnya pada ekosistem ini berkurang.
39
C. Kegiatan pemukiman dan persampahan. Pemukiman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan. Permasalahan lingkungan akan muncul jika pada suatu lokasi dihuni oleh jumlah penduduk yang terlalu padat. Kondisi demikian umumnya ditemukan di berbagai cluster pemukiman di sekeliling danau. Limbah rumah tangga berupa limbah padat dan limbah cair dibuang langsung ke Danau Limboto atau ke sungai yang mengalir ke Danau Limboto. Rata-rata penduduk memanfaatkan danau sebagai lokasi buang air besar (BAB). Jelas hal ini mengakibatkan pencemaran pada danau. Pencemaran tersebut berupa meningkatnya jumlah bakteri patogen, menurunnya kandungan oksigen terlarut pada air, serta terganggunya kehidupan biota perairan. Secara umum, penanganan limbah domestik belum dilakukan secara baik. Limbah padat dan limbah cair dibuang secara tidak teratur ke danau, tidak mempunyai jamban yang memenuhi persyaratan. Permasalahan lingkungan yang timbul dari pemukiman adalah pencemaran badan air sungai dan danau yang menerima buangan limbah dari pemukiman. Kegiatan ini selain dapat menggangu kehidupan biota perairan sungai dan Danau Limboto juga menimbilkan gangguan kesehatan penduduk yang menggunakan badan air sungai dan danau untuk keperluan MCK.
D. Kegiatan industri. Jenis industri yang potensial menimbulkan dampak terhadap degradasi lingkungan adalah industri batu bata sebanyak 31 buah, industri kapur tembok
40
sebanyak 19 buah, industi Cold Storage (pembekuan ikan) sebanyak 7 (tujuh) buah, meubel kayu 46 buah, meubel rotan 6 (enam) buah dan molding 19 buah, industri makanan, minuman dan tembakau 43 buah. Selain Jumlahnya yang cukup besar, industri itu tersebar sehingga diperkirakan potensial menimbulkan permasalahan lingkungan. Pencemaran air permukaan dan tanah serta pencemaran udara berupa bau yang busuk. Air yang tercemar memicu munculnya bakteri patogen yang mematikan biota perairan penerima limbah cair dari industri sehingga populasi dan keragaman jenisnya berkurang. E. Kegiatan kesehatan masyarakat. Pada umumnya rumah sakit yang ada di Provinsi Gorontalo belum melakukan pengelolaan lingkungan dengan baik. Limbah padat dan limbah infeksius rumah sakit (tepatnya limbah medis) pada umumnya hanya ditampung di tempat sampah dan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Jika kegiatan pelayanan kesehatan tidak dilakukan dengan baik, maka hal ini jelas akan menimbulkan penurunan kualitas lingkungan. Dampak lingkungan yang terjadi adalah : a) Pencemaran badan air dan tanah. Limbah cair yang tidak dialirkan ke instalasi pengolahan limbah cair akan terbuang ke saluran air, selanjutnya sebagian merembes ke sumur penduduk dan sebagian lainnya masuk ke badan air (sungai, laut) dan mencemari ekosistem perairan tersebut. Dampak ini akan
41
berlanjut pada gangguan kesehatan penduduk sekitar rumah sakit yang mengkonsumsi air sumur yang telah tercemar. b) Rumah sakit maupun puskesmas pada umumnya tidak dilengkapi dengan incinerator, sehingga limbah padat berupa sisa makanan, jarum suntik dan perban bekas yang tidak sempat diangkut ke TPA bertumpuk pada suatu tempat yang tidak aman. Limbah ini merupakan media berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi pasien dan pengunjung rumah sakit serta penduduk yang bermukim di sekitarnya. Pencemaran air merupakan salah satu masalah yang ada yang ada di Danau Limboto. Salah satunya adalah bahan kimia pencemar klorida yang bersifat asam yang mudah larut dalam air. Dari hasil analisa laboratorium nilai kandungan klorida tertinggi terdapat pada titik IV (Selatan) yaitu 16,01 mg/L. Hal ini di sebabkan karena lokasi pengambilan sampel yang sangat berdekatan dengan sistem irigasi lahan pertanian warga setempat. Hal lain yang menyebabkan kadar klorida mencapai nilai tersebut adalah lokasi pengambilan sampel juga merupakan lokasi yang berdekatan dengan pemukiman warga dan letak saluran pembuangan limbah yang arahnya mengalir ke badan air Danau Limboto. Sedangkan nilai kandungan klorida yang terendah terdapat pada titik III (tenggara) yaitu 7,39 mg/L. Hal ini di sebabkan karena lokasi pengambilan sampel air yang agak berjauhan dengan lahan pertanian warga setempat. Akan tetapi nilai tersebut belum melampaui nilai ambang batas kualitas air untuk kandungan klorida Permen No.82 Tahun 2001 yaitu 600 mg/L.
42
Hal ini di karenakan lokasi pengambilan sampel yang agak berjauhan dengan lahan pertanian. Konsentrasi 250 mg/l unsure ini dalam air merupakan batas maksimal konsentrasi yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa asin. Konsentrasi klorida dalam air dapat meningkat dengan tiba-tiba dengan adanya kontak dengan air bekas. Klorida mencapai air alam dengan banyak cara. Kotoran manusia khususnya urine, mengandung klorida dalam jumlah yang kira-kira sama dengan klorida yang dikonsumsi lewat makanan dan air. Jumlah ini rata-rata kirakira 6 gr klorida perorangan perhari dan menambah jumlah Cl dalam air bekas kira-kira 15 mg/l di atas konsentrasi di dalam air yang membawanya ke air. Klorida banyak ditemukan di alam, hal ini di karenakan sifatnya yang mudah larut. Kandungan klorida di alam berkisar < 1 mg/l sampai dengan beberapa ribu mg/ldi dalam air laut. Air buangan industri kebanyakan menaikkan kandungan klorida demikian juga manusia dan hewan membuang material klorida dan nitrogen yang tinggi. Kadar Cl- dalam air dibatasi oleh standar untuk berbagai pemanfaatan yaitu air minum, irigasi dan konstruksi. Analisa klorida dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya analisa titrimetri dengan menggunakan metode argentometri. Metode yang sering digunakan pada penetapan klorida adalah metode argentometri. Metode argentometri (titrasi pengendapan) dapat dilakukan dengan beberapa cara yang melibatkan ion perak, diantaranya adalah cara mohr, cara volhard, dan cara fajans. Untuk penelitian kali ini, menggunakan metode penelitian Argentometri dengan melibatkan ion perak yaitu dengan cara mohr.
43
4.2.2 Hal-hal Yang dapat meningkatkan Kadar Klorida Pada Air Danau Limboto. A. Kegiatan Pertanian. Kegiatan pertanian merupakan penyebab utama peningkatan kadar klorida pada badan air Danau Limboto. Karena pada kegiatan pertanian ini petani menggunakan pupuk Pestisida yang berbentuk cair yang cara penggunaannya yaitu dengan menyemprotkan cairan pestisida tersebut ke lahan pertanian mereka. Tujuannya untuk membunuh hama dan menyuburkan tanaman mereka. Kemudian cairan pestisida tersebut mengalir ke badan air danau. Sehingga dapat mencemari air Danau tersebut. B. Sampah Penduduk Sampah penduduk yang bersifat organik dan non organik yang seringkali di buang oleh penduduk sekitar ke bagian air Danau Limboto sangat mempengaruhi kualitas air danau limboto. Sama halnya dengan saluran air limbah penduduk yang mengarah ke badan air danau. Maka hal ini akan menimbulakan pencemaran air danau. C. pH air. pH air juga sangat mempengaruhi kadar Klorida yang terdapat pada air Danau. Semakin tinggi kada pH pada air danau maka meningkat pula kadar Klorida pada air danau. Karena pH dan Klorida yag sama-sama bersifat asam. Jadi Ph dan Klorida pada air saling mempengaruhi.
44
D. Perindustrian. Kegiatan perindustrian ini memerlukan bahan kimia sebagai bhan utama dalam kegiatan tersebut. Dalam setiap pabrik industri terdapat saluran pembuangan limbah. Limbah tersebut biasanya di buang ke badan air sungai yang berdekatan dengan industri tersebut. Maka dengan mudah badan air sungai tersebut akan tercemar. Kemudian air sungai
mengalir ke badan air Danau.
sehingga air danau juga ikut tercemar karena limbah industri. E. Curah Hujan. Curah hujan juga mempengaruhi kandungan klorida yang ada pada air danau. Dimana air hujan juga yang bersifat asam kemudian secara langsung jatuh dan tercampur dengan air danau. Maka kandungan klorida pada air danau dapat meningkat.
45