perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian menyajikan deskripsi data, analisis dan hasil temuan sesuai dengan permasalahan. Dalam penelitian ini terdapat tiga rumusan masalah, yaitu (1) wujud campur kode dan alih kode, (2) faktor penyebab penggunaan campur kode dan alih kode, dan (3) fungsi penggunaan campur kode dan alih kode. Pemaparan hasil penelitian yang berjudul “Campur Kode dan Alih Kode dalam Pembelajaran Bahasa Jawa (Studi Kasus di Sekolah Dasar se-Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah)” yang berupa wujud, faktor penyebab dan fungsi penggunaan campur kode dan alih kode sebagai berikut. 1. Campur kode 1.1 Wujud campur kode Wujud campur kode yang terdapat dalam penelitian ini berupa campur kode yang berwujud kata, kata ulang, frasa, dan klausa. Dalam penelitian ini ditemukan 35 data berwujud kata, 3 data berwujud kata ulang, 28 data berwujud frasa, dan 26 data berwujud klausa. a.
Wujud kata Campur kode yang berwujud kata merupakan pencampuran bahasa dengan
memasukkan atau menyisipkan kata. Penyisipan kata tersebut tidak memiliki fungsi sendiri. Penggunaan campur kode berwujud kata dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 43 kata yang terdapat pada 35 data. Data [D1/KEM3] Guru : Dugi halaman pinten?
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
‘Sampai halaman berapa?’ Siswa : Dereng bu. ‘belum bu.’ Guru : Ngagem buku paket mawon, halaman setunggal. ‘Pakai buku paket saja, halaman satu.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode yang berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Tuturan yang menandai adanya penggunaan campur kode ditandai dengan kata ‘halaman’ pada kutipan ‘Dugi halaman pinten?’. Kata ‘halaman’ digunakan oleh guru saat bertanya, dan juga saat memberikan informasi yang ditandai dalam kutipan ‘Ngagem buku paket mawon, halaman setunggal’. Faktor penyebab penggunaan kata ‘halaman’ adalah faktor kebiasaan. Guru dan siswa biasa menyebut kata ‘halaman’ untuk menunjukkan kata ‘kaca’. Fungsi penggunaan campur kode dalam kutipan data ini adalah untuk mempermudah menyampaikan maksud penutur kepada mitra tutur. Tuturan di atas terjadi pada saat pembelajaran bahasa Jawa di dalam kelas. Data [D2/KEM3] Guru : Sampun dijawab. Sakniki point B, halaman kalih kalawingi sampun wacan. ‘Sudah dijawab. Sekarang point B, kemarin halaman dua sudah bicara.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode yang berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Campur kode ditandai dengan kata ‘dijawab’ dan kata ‘halaman’. Penggunaan kata halaman karena faktor kebiasaan penutur yang lebih sering menggunakan kata halaman untuk menyebut ‘kaca’. Penggunaan kata ‘dijawab’ untuk mempermudah penyampaian maksud kepada mitra tutur dilatarbelakangi penggunaan bahasa Indonesia yang sering digunakan dalam pembelajaran sehari-sehari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Data [D10/KEM3] Siswa : Bu nek diacak, boten urut, boleh bu? ‘Bu kalau diacak, tidak urut, boleh bu?’ Guru : Nggih ‘Ya’ Campur kode pada data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Kutipan yang menandai penggunaan campur kode berwujud kata, terdapat pada kata ‘boleh’ yang digunakan oleh siswa saat bertanya kepada guru. Hal tersebut dilatarbelakangi kemampuan bahasa Jawa siswa yang masih kurang baik, sehingga menggunakan campur kode untuk membuat pertanyaanya lebih terasa lebih sopan. Campur kode terjadi dalam situasi kelas saat guru memberikan tugas pada materi pelajaran bahasa Jawa. Data [D14/KEM3] Guru : Sampun dereng? ‘Sudah belum?’ Siswa : Dereng bu. ‘Belum bu.’ Guru : Beta buku dimensi sedaya? Sing boten beta barengan ndhisik. ‘Membawa buku dimensi semuanya? Yang tidak membawa bareng temannya dulu.’ Siswa : Kula nggawa bu. Halaman pinten bu? ‘Saya bawa bu. Halaman berapa bu?’ Guru : Halaman nem. ‘Halaman enam.’ Kutipan data [D14/KEM3] merupakan campur kode yang berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Data ini menunjukkan adanya penggunaan campur kode berwujud kata yang ditandai dengan kata ‘halaman’. Campur kode berwujud kata ini terjadi karena faktor kebiasaan dari guru dan siswa menggunakan kata ‘halaman’ untuk menyebut kata ‘kaca’. Beberapa siswa mengaku bahwa mereka tidak mengetahui kata ‘halaman’ dalam bahasa Jawa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Data [D20/KEM6] Guru : Dina iki bu guru ngisi pelajaran basa Jawa. Sinten ingkang boten mlebet? ‘Hari ini bu guru mengisi pelajaran bahasa Jawa. Siapa yang tidak berangkat?’ Siswa : Nihil, bu. Kutipan data di atas merupakan campur kode yang berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘pelajaran’ dan kata ‘nihil’ yang berasal dari istilah kata bahasa Indonesia. Campur kode yang dilakukan oleh guru karena adanya faktor kebiasaan yang dilakukan oleh guru untuk mempermudah menyampaikan pesan. Campur kode yang dilakukan oleh siswa karena faktor kebiasaan siswa mengatakan masuk semua dengan menggunakan istilah kata ‘nihil’. Data [D22/KEM6] Guru : Gawe ukara utawa kalimat, nganggo tembung-tembung sing dikarepke bu guru. ‘Buat ukara atau kalimat, menggunakan kata-kata yang diberikan bu guru.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam, yang ditandai dengan kata ‘kalimat’. Penggunaan campur kode ini dilakukan dengan sengaja oleh guru untuk memudahkan siswa memahami penjelasan guru. Data [D23/KEM6] Guru : Bu guru njupuk tema olahraga. Nah olahraga apa sing mbok senengi? ‘Bu guru mengambil tema olahraga. Olahraga apa yang kalian sukai?’
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan kata ‘tema’. Penggunaan campur kode ini dilakukan oleh guru secara spontanitas saat pembelajaran bahasa Jawa berlangsung di dalam kelas. Fungsi campur kode dalam kutipan data tersebut mempermudah guru saat pembelajaran, sehingga siswa dapat dengan mudah menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Data [D24/KEM6] Guru : Olahraga sing paling murah, marai awak sehat yaiku jalan-jalan, tujuane apa? ‘Olahraga yang paling murah, membuat badan sehat yaitu jalanjalan. Tujuannya apa?’ Siswa : Ben pikirane dadi fresh. ‘Biar pikirannya jadi fresh.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke luar. Campur kode dalam data ini ditandai dengan kata ‘fresh’ yang berasal dari bahasa Inggris. Campur kode dilakukan oleh siswa saat menjawab pertanyaan dari guru. Faktor penyebab penggunaan campur kode oleh siswa dalam data ini adalah adanya pengaruh dari bahasa asing dalam menyebut kata ‘seger’. Data [D25/KEM6] Guru : Wacan kanthi irah-irahan Hikking. Irah-irahan yaiku judul. ‘Bacaan dengan judul Hikking. Irah-irahan yaitu judul.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke luar yang ditandai dengan kata ‘hikking’. Dalam kutipan data di atas selain terjadi peristiwa campur kode ke luar, juga terjadi peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘Judul’. Kata ‘hikking’ berasal dari bahasa Inggris sehingga dikatakan mengalami peristiwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
campur kode ke luar, sedangkan kata ‘judul’ berasal dari bahasa asli sehingga dikatakan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Faktor penyebab penggunaan kata ‘hikking’ karena guru menyesuaikan dengan materi yang berada pada buku. Penggunaan campur kode dengan kata ‘judul’ disebabkan oleh kurangnya pemahaman bahasa Jawa yang dimiliki oleh siswa, sehingga guru malakukan campur kode untuk memudahkan menyampaikan maksud tuturan. Data [D27/KEM6] Guru : Yen wis rampung, dicari kesimpulane. ‘Kalau sudah selesai, dicari kesimpulannya.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘dicari’. Dikatakan mengalami peristiwa campur kode ke dalam karena kata tersebut bersumber dari bahasa Indonesia. Faktor penyebab penggunaan campur kode dalam data tersebut adalah faktor spontanitas yang dilakukan oleh guru. Fungsinya untuk memudahkan komunikasi antara guru dengan siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa. Data [D30/KEM6] Guru : Saiki bu guru ana tugas meneh, tolong digarap kanthi rembugan utawa diskusi. ‘Sekarang bu guru ada tugas lagi, tolong dikerjakan dengan berembug atau diskusi.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘diskusi’. Penggunaan kata ‘diskusi’ dalam data tersebut dilakukan untuk memperjelas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
tuturan sebelumnya yang menggunakan bahasa Jawa, yaitu kata ‘rembugan’. Faktor yang menyebabkan alih kode dalam data ini adalah faktor kesengajaan guru bercampur kode supaya siswa lebih paham dengan maksud yang disampaikan oleh guru, sehingga pembelajaran bahasa Jawa untuk tugas yang dilakukan secara ‘diskusi’ dapat segera berjalan. Data [D32/KEM6] Guru : Saben bocah golek tembung utawa kata, sing magepokan karo olahraga. Kaya supporter, kipper lan liya-liyane. ‘Setiap anak mencari tembung atau kata yang ada hubungannya dengan olahraga. Seperti supporter, kipper dan lain-lain.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘kata’. Penggunaan campur kode ke dalam dilakukan secara sengaja oleh guru untuk memperjelas kata ‘tembung’. Dalam data tersebut juga terjadi penggunaan campur kode ke luar dilakukan oleh guru, yang ditandai dengan kata ‘supporter’ dan ‘kipper’. Campur kode ke luar berasal dari bahasa Inggris. Fungsi penggunaan campur kode adalah untuk menjelaskan pelaku-pelaku olahraga sepak bola. Katakata tersebut biasa dipakai dan lebih dipahami oleh siswa dibandingakan dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa Jawa. Data [D38/KEM6] Guru : Iki tugas individu. Saumpama wektune ora cukup, sik liyane maju ing liya wektu. ‘Ini tugas individu. Seandainya waktu tidak cukup, yang lainnya maju dilain waktu.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Penggunaan campur kode berwujud
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
kata ini ditandai dengan kata ‘individu’. Kata individu berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode dalam data ini memiliki fungsi mempermudah guru untuk menyampaikan maksud tuturan, bahwa tugas tersebut dikerjakan bukan secara kelompok. Faktor penyebab penggunaan campur kode dalam data ini adalah faktor kebiasaan guru menggunakan kata ‘individu’ yang dimaksudkan tidak secara berkelompok. Data [D40/KEM6] Guru : Sing isih kurang cetha bisa ngamati wit lombok iki. Yen ana sing ngalami kesulitan, ora cetha pareng mundhut pirsa karo bu guru. ‘Yang masih belum jelas bisa mengamati tanaman cabai ini. Kalau ada yang mengalami kesulitan, belum jelas bisa bertanya kepada bu guru.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘kesulitan’. Campur kode tersebut terjadi karena guru tidak memiliki kosakata dalam bahasa Jawa yang menyebutkan istilah kata ‘kesulitan’. Secara spontanitas guru menggunakan kata ‘kesulitan’ dalam tuturannya saat memberikan info yang menyatakan ‘bagi yang mengalami kesulitan dan belum jelas bisa untuk bertanya kepada guru’. Fungsi penggunaan campur kode dalam data ini untuk mempermudah guru menyampaikan info kepada para siswa. Data [D42/KEM6] Guru : Sing wis rampung coba dieling-eling, kanggo makili kancane maju nglaporake hasil pengamatan. Ora kudu plek karo tulisane, oleh diwolak-walik. Dadi modele ora model ngapalke, tapi memahami.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
‘Bagi yang sudah selesai coba diingat-ingat, untuk mewakili temannya melaporkan hasil pengamatan. Tidak harus persis dengan tulisan, boleh dibolak-balik. Jadi modelnya bukan menghafal, tapi memahami.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘model’. Campur kode dalam data ini terjadi karena penggunaan kata ‘model’ dirasa paling pas oleh guru untuk digunakan dalam tuturannya. Fungsi penggunaan kata ‘model’ untuk lebih memudahkan penyampaian tuturan guru saat menjelaskan tugas kepada para siswa. Data [D50/SOK3] Guru : Mulai saiki yen bu guru nerangke ana sing guyon dhewe entuk sanksi. Sanksinya apa? ‘Mulai sekarang kalau bu guru menjelaskan ada yang bercanda sendiri akan mendapat sanksi. Sanksinya apa?’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘sanksi’. Kata tersebut berasal dari bahasa Indonesia yang artinya hukuman. Penggunaan campur kode dalam data ini disebabkan adanya faktor guru yang pandai dan paham penggunaan istilah-istilah lain untuk menyebut kata hukuman. Fungsi campur kode yang dilakukan oleh guru untuk menguatkan tuturan yang disampaikan kepada para siswa. Data [D51/SOK3] Guru : Critane sampun ngerti napa dereng? ‘Ceritanya sudah mengerti belum?’ Siswa : Sampun. ‘Sudah.’
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Guru : Saiki yen wis ngerti, jawab pitakone bu guru. ‘Sekarang kalau sudah mengerti, jawab pertanyaan bu guru.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘jawab’. Kata ‘jawab’ digunakan dengan alasan kebiasaan guru yang menggunakan kata tersebut untuk mengganti kata ‘wangsuli’ sedangkan siswa lebih paham penggunaan kata ‘jawab’ ketimbang kata ‘wangsuli’. Fungsi campur kode dalam data ini adalah memudahkan guru untuk menyampaikan maksud tuturan kepada para siswa yang berlatar belakang kurangnya penguasaan bahasa Jawa. Data [D60/SOK6] Guru : Pelajaran basa Jawa dina iki njupuk tema olahraga. Apa olahraga ki gur senam tok to? ‘Pelajaran bahasa Jawa hari ini mengambil tema olahraga. Apa olahraga itu hanya senam saja?’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai oleh kata ‘pelajaran’ dan kata ‘tema’. Peristiwa campur kode ke dalam dalam data ini bersumber dari bahasa Indonesia. Penyisipan kata tersebut dilakukan secara spontanitas oleh guru untuk menjelaskan materi yang akan diajarkan. Campur kode dilakukan untuk memudahkan guru menyampaikan maksud dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Data [D61/SOK6] Guru : Wacan sik judule olahraga Hikking disimak ya. Bu guru maos dhisik. ‘Bacaan yang judulnya olahraga Hikking diperhatikan ya. Bu guru baca dulu.’ Siswa : Nggih, bu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
‘Iya, bu.’ Data [D62/SOK6] Guru : Kui mau kancamu wis makili maca wacan sing judule Hikking. Saiki goleki tembung-tembung sing kowe durung ngerti tegese, sing urung ngerti artine. ‘Itu tadi temanmu sudah mewakili membaca bacaan yang judulnya Hikking. Sekarang cari kata-kata yang kalian belum paham artinya.’ Kutipan data [D61/SOK6] dan [D62/SOK6] merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke luar yang ditandai dengan kata ‘hikking’. Faktor penyebab penggunaan kata ‘hikking’ karena guru menyesuaikan dengan materi yang berada pada buku. Dalam buku pembelajaran bahasa Jawa kelas enam terdapat bacaan dengan tema olahraga yang berjudul ‘hikking’. Faktor materi pembelajaran yang terdapat dalam buku mengakibatkan terjadinya campur kode ke luar yang dilakukan oleh guru saat pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Fungsinya untuk menyampaikan materi pembelajaran bahasa Jawa yang sesuai dengan buku tersebut. Data [D64/SEM6] Guru : Sing pertama Hengki dadi Ratno, Tyas dadi Jumari. ‘Yang pertama Hengki jadi Ratno, Tyas jadi jumari.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘pertama’. Campur kode dalam data ini dimaksudkan untuk mengganti kata dalam bahasa Jawa yaitu kata ‘sepisan’. Kata ‘pertama’ biasa digunakan oleh guru untuk menunjukkan siswa yang nomor satu. Faktor kebiasaan menjadi alasan dalam penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru dalam data ini. Fungsi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
campur kode yang dilakukan oleh guru dalam data ini mempermudah guru menyampaikan maksud kepada para siswa, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Data [D70/SEM3] Siswa : Halaman pinten bu? ‘Halaman berapa bu?’ Guru : Halaman enem. ‘Halaman enam.’ Data [D89/KEM3] Siswa : Halaman pinten bu? ‘Halaman berapa bu?’ Guru : Halaman pitu. ‘Halaman tujuh.’ Data [D92/KEM3] Siswa : Halaman pinten bu? ‘Halaman berapa bu?’ Guru : Halaman sewelas. ‘Halaman sebelas.’ Pada kutipan data [D70/SEM3], [D89/KEM3] dan [D92/KEM3] di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘halaman’. Guru dan siswa biasa menyebut kata ‘kaca’ dengan kata ‘halaman’. Faktor kebiasaan inilah yang menjadi sebab terjadinya penggunaan campur kode. Fungsi campur kode yang terdapat dalam kutipan data tersebut untuk mempermudah penyampaian tuturan, sehingga guru dan siswa dapat menjalin komunikasi dengan baik dalam pembelajaran bahasa Jawa. Data [D77/SEM3] Guru : Aldo nulise ora cedhak-cedhak nanti mripate sakit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
‘Aldo nulisnya jangan dekat-dekat nanti matanya sakit.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘nanti’. Campur kode ini terjadi karena faktor spontanitas saat guru memberikan nasihat kepada salah seorang siswanya untuk tidak menulis dengan jarak mata yang terlalu dekat karena mengakibatkan mata sakit. Fungsi penggunaan campur kode yang terjadi dalam data ini untuk mempermudah guru menyampaikan nasihat kepada siswanya. Data [D84/SEM3] Siswa : … biji berapa bu? ‘ … nilai berapa bu?’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘berapa’. Siswa melakukan campur kode untuk bertanya kepada guru. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh siswa ini karena pemahaman bahasa Jawa siswa yang tidak baik sehingga siswa lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia saat bertanya. Fungsi campur kode yang dilakukan oleh siswa dalam data tersebut dimaksudkan untuk memperhalus tuturannya. Data [D85/KEM6] Guru : Dina iki bu guru maringi pelajaran bab ngritik. Sapa sing rung tau krungu tembung ngritik? Sapa sing wis tau ngritik? Saiki sakdurunge bocah-bocah ibu paring penjelasan bab ngritik, coba menehi saran tumrap awakke dhewe. ‘Hari ini bu guru mengajar pelajaran bab mengkritik. Siapa yang belum pernah mendengar kata mengkritik? Siapa yang pernah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
mengkritik? Sekarang sebelum anak-anak ibu beri penjelasan bab mengkritik, coba berikan saran pada dirinya sendiri.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘saran’. Campur kode yang terjadi dalam data ini dilakukan oleh guru saat memberikan tugas kepada siswa. Kata ‘saran’ dimaksudkan untuk memberikan masukan, kata ini dipilih karena lebih mudah dan lebih singkat untuk mengutarakan maksud tersebut. Fungsi campur kode yang dilakukan oleh guru dalam kutipan data di atas memudahkan guru menyampaikan maksud kepada siswa. Data [D96/SOK3] Guru : Lupa kabeh. ‘Lupa semua.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘lupa’. Campur kode dilakukan oleh guru saat mendengar siswanya mengatakan lupa dengan materi yang pernah diajarkan sebelumnya. Faktor penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru adalah faktor spontanitas karena guru mendapatkan siswanya mengatakan lupa. Fungsi campur kode dalam data ini untuk memperjelas tuturan bahwa semua siswanya lupa dengan materi yang sudah diajarkan. Data [D100/SOK3] Guru : Khusus kanggo mas Rifan ngapalke nang ngumah, nggih. Kancane wis apal kabeh ya, ndak ketinggalan. Mbak Fafa nek lali nggawa buku diingatkan mbak Lala nggih. Mosok saben-saben lali nggawa buku.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
‘Khusus untuk mas Rifan menghafal dirumah ya. Temannya sudah hafal semua, nanti ketinggalan. Mbak Fafa kalau lupa membawa buku diingatkan mbak Lala ya. Masak sering lupa bawa buku.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode ke dalam yang berwujud kata ditandai dengan kata ‘diingatkan’. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru dalam penelitian ini adalah faktor spontanitas guru untuk menegaskan permintaanya kepada salah seorang siswa agar mengingatkan temannya yang sering lupa membawa buku. Data [D114/SOK6] Guru : Kukune ora panjang-panjang, ora nggawa senjata tajam ke sekolah, kui juga kanggo biji. Ora gur pinter leh pelajaran tok. ‘Kukunya tidak panjang-panjang, tidak membawa senjata tajam ke sekolah, itu juga sebagai nilai. Tidak hanya pandai dalam pelajaran saja.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode berwujud kata dalam penelitian ini ditandai dengan kata ‘pelajaran’. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru dalam kutipan data ini adalah faktor spontaniats guru. Kata pelajaran yang dimaksudkan oleh guru adalah bidang akademik atau mata pelajaran. Fungsi penggunaan campur kode dalam data ini untuk mempertegas nasihat guru bahwa bukan hanya kepandaian akademik saja yang menjadi penilaian, tetapi juga kebersihan dan ketertiban siswa dalam melaksanakan peraturan sekolah. Tuturan terjadi saat guru menjelaskan materi pelajaran bahasa Jawa kepada para siswa,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
dan situasi berubah karena ada siswa yang belum selesai mengerjakan. Awalnya guru mengajar dengan santai namun kemudian nadanya berubah menjadi lebih serius, sehingga terjadi tuturan seperti pada data [D114/SOK6]. Data [D116/SOK6] Guru :Nggih, saiki tak teruske pelajaran dina iki. Tolong yang piket, dibersihkan papan tulisnya. Saiki bu Endang arep maos wacan, dimirengke sing tenanan. ‘Ya, sekarang saya teruskan pelajaran hari ini. Tolong yang piket, dibersihkan papan tulisnya. Sekarang bu Endang akan membaca bacaan, didengarkan dengan serius.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode berwujud kata dalam data ini ditandai dengan kata ‘pelajaran’. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru adalah faktor kebiasaan guru yang menyebut ‘piwulang’ dengan ‘pelajaran’. Fungsi campur kode dalam data ini dilakukakan untuk mempermudah guru menyampaikan informasi kepada siswa bahwa guru akan melanjutkan pelajaran. Data [D121/SOK3] Guru : Sakniki dibukak buku dimensi kaca nembelas. Kaca kui halaman. ‘Sekarang dibuka buku dimensi halaman enam belas. Kaca itu halaman.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘halaman’. Campur kode dalam kutipan data ini dilakukan oleh guru saat menjelaskan pengertian ‘kaca’. Faktor kebiasaan guru dan siswa dalam menyebut kata ‘kaca’ dengan kata ‘halaman’ menjadi faktor penggunaan campur kode dalam data ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Guru dengan sengaja bercampur kode untuk memperjelas tuturan sebelumnya agar siswa paham dengan maksud yang disampaikan oleh guru. Data [D123/SOK3] Guru : Garwane, bojone prabu Pandhu Dewanata pira mas Rifan? ‘Istrinya prabu Pandhu Dewanata berapa mas Rifan?’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘garwane’. Campur kode dalam data ini bersumber dari bahasa Jawa ragam krama. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru adalah faktor kesengajaan guru untuk memberikan penjelasan kepada para siswa dengan bahasa Jawa ragam krama dan ngoko untuk menyebut istilah ‘istri’. Fungsi campur kode dalam data ini, untuk menjelaskan materi pembelajaran dengan lebih jelas dan mudah dipahami oleh siswa. Data [D128/SEM3] Guru : Sudah, saiki disimak panggonan kawruh basa, itu yang dulu kalian tulis dibuku catatan. Kui leh nulis rada cepet ya, dibuku tumpukan kasih tanggal ya. ‘Sudah, sekarang diperhatikan bab kawruh basa, itu yang dulu kalian tulis dibuku catatan. Itu nulisnya lebih ceppat ya, dibuku tumpukan kasih tanggal.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode berwujud kata dalam data ini ditandai dengan kata ‘sudah’. Fungsi campur kode yang dilakukan oleh guru dalam data ini untuk mempertegas tuturan. Campur kode tersebut dimaksudkan agar siswa menyudahi pekerjaan sebelumnya dan beralih ke perintah selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Data [D130/SEM6] Guru : Tulisane diperhatikan antarane nganggo DH karo D. Coba Lita, nomer siji. ‘Tulisannya diperhatikan antara menggunakan DH dengan D. coba Lita, nomor satu.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode berwujud kata dalam data ini ditandai dengan kata ‘diperhatikan’. Campur kode yang dilakukan oleh guru dalam data ini dimaksudkan untuk mempertegas penjelasannya kepada siswa supaya memperhatikan tulisan dalam pembelajaran bahasa Jawa. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru karena faktor spontanitas guru saat memberikan penjelasan kepada siswa. b.
Wujud kata ulang Campur kode yang berwujud kata ulang merupakan campur kode dengan
penyisipan kata ulang. Dalam pembelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar jarang ditemukan campur kode yang berwujud kata ulang. Penggunaan campur kode berwujud kata ulang dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 3 kata ulang yang terdapat pada 3 data. Data [D24/KEM6] Guru : Olahraga sing paling murah, marai awak sehat yaiku jalanjalan, tujuane apa? ‘Olahraga yang paling murah, membuat badan sehat yaitu jalanjalan, tujuannya apa?’ Siswa : Ben pikirane dadi fresh. ‘Agar pikiran menjadi fresh.’
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata ulang dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode dalam kutipan data ini ditandai dengan kata ulang ‘jalanjalan’. Campur kode yang terjadi dilakukan saat guru bertanya kepada para siswa yang ditandai dalam kutipan ‘Olahraga sing paling murah, marai awak sehat yaiku jalan-jalan, tujuane apa?’. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru adalah faktor kebiasaan guru menggunakan bahasa Indonesia dalam setiap pelajaran, sehingga mempengaruhi spontanitas bahasa yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa. Penggunaan kata ‘jalan-jalan’ dimaksudkan untuk menyebut kata ulang ‘mlaku-mlaku’ dalam bahasa Jawa. Campur kode terjadi saat guru menjelaskan materi bahasa Jawa dengan tema olahraga, hal ini dilakukan agar siswa lebih mudah menangkap materi yang disampaikan oleh guru. Data [D43/KEM6] Guru : Ora ana lho sing nggarap santai-santai. Yen ora rampung ya salahe dhewe. Pun cekap nggih? ‘Tidak ada yang mengerjakan dengan santai-santai. Kalau tidak selesai salahnya sendiri. Sudah selesai ya?’ Siswa : Sampun. ‘Sudah.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata ulang dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode ditandai dengan kata ulang ‘santai-santai’ yang diucapkan oleh guru dalam kutipan ‘Ora ana lho sing nggarap santai-santai. Yen ora rampung ya salahe dhewe. Pun cekap nggih?’. Guru bermaksud mengingatkan kepada para siswa untuk tidak mengerjakan tugas dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
seenaknya sendiri. Faktor penyebab penggunaan kata ulang ‘santai-santai’ adalah faktor kesengajaan guru untuk memberikan penegasan pada tuturannya. Data [D114/SOK6] Guru : Kukune ora panjang-panjang, ora nggawa senjata tajam ke sekolah, kui juga kanggo biji. Ora gur pinter leh pelajaran tok. ‘Kukunya tidak panjang-panjang, tidak membawa senjata tajam ke sekolah, itu juga sebagai nilai. Tidak hanya pintar dalam pelajaran saja.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata ulang dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode dalam kutipan data ini ditandai dengan kata ulang ‘panjang-panjang’. Peristiwa campur kode yang terjadi dilakukan oleh guru saat memberikan nasihat kepada para siswa yang ditandai dalam kutipan ‘Kukune ora panjang-panjang, ora nggawa senjata tajam ke sekolah, kui juga kanggo biji. Ora gur pinter leh pelajaran tok’. Kata ‘panjang-panjang’ digunakan untuk lebih mempertegas tuturan yang dilakukan oleh guru. Faktor yang melatar belakangi penggunaan campur kode oleh guru dalam data ini adalah faktor kesengajaan guru untuk memberikan penekanan pada setiap aturan sekolah yang disampaikan dalam nasihatya. c.
Wujud frasa Campur kode berwujud frasa merupakan campur kode dengan penyisipan
kelompok kata yang tidak berpredikat. Penggunaan campur kode berwujud frasa dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 31 frasa yang terdapat pada 27 data. Penggunaan campur kode berwujud frasa nampak pada penjelasan data-data berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
Data [D21/KEM6] Guru : Bocah-bocah minggu wingi wis dijelaske bu guru bab pacelathon. Bocah-bocah wis maju, wis mangsuli pitakon. Dina iki bu guru arep nerangke bab maca, atau membaca. ‘Anak-anak minggu sudah ibu jelaskan bab percakapan. Anak-anak sudah maju, sudah menjawab pertanyaan. Hari ini ibu akan menjelaskan bab membaca.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode ditandai dengan frasa ‘atau membaca’ yang diucapkan oleh guru. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru adalah faktor pemahaman bahasa siswa yang dianggap masih kurang, sehingga guru mengulang tuturan dengan makna yang sama dengan tuturan sebelumnya yang berbentuk frasa. Guru mengatakan ‘bab maca’ kemudian mengatakan hal yang sama dalam bahasa Indonesia berbentuk frasa, yaitu ‘atau membaca’. Campur kode dilakukan untuk memperjelas tuturan guru saat menjelaskan materi pada pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Data [D31/KEM6] Guru : Terus ditulis, sing nulis sing tulisane paling apik. Jelas nggih? ‘Terus ditulis, yang menulis yang tulisannya paling bagus. Jelas ya?’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Guru menggunakan campur kode untuk mengarahkan siswa mengerjakan tugas. Fungsi campur kode yang dilakukan guru dalam kutipan data ini adalah untuk memudahkan guru saat menyampaikan maksud kepada para siswa. Alasan guru menggunakan campur kode karena faktor kebiasaan guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
menggunakan bahasa Indonesia, sehingga guru masih terpengaruh penggunaan bahasa Indonesia saat mengajar bahasa Jawa. Data [D35/KEM6] Guru : Sing nemtoke pengamatan iku apa saja, napa mawon? ‘Yang menentukan pengamatan itu apa saja, apa saja?’ Campur kode berwujud frasa yang ditandai dengan frasa ‘apa saja’ merupakan campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode ini terjadi saat guru bertanya kepada siswa mengenai apa saja yang menjadi penentu pengamatan. Campur kode terjadi dengan guru mengulang frasa ‘apa saja’ dengan frasa berbahasa Jawa ‘napa mawon’ yang memiliki fungsi untuk membiasakan siswa menggunakan bahasa Jawa dengan sering mendengar dan mengetahui artinya. Diharapkan campur kode dengan pengulangan makna yang sama ini dapat membantu siswa belajar berbahasa Jawa. Faktor penyebab campur kode ini karena pemahaman bahasa Jawa yang dimiliki siswa masih kurang. Data [D36/KEM6] Guru : kedah wonten objekipun. Barang ingkang badhe dipunamati. Sakdurunge bocah-bocah nulis hasil pengamatan. ‘Harus ada objeknya. Benda yang akan diamati sebelum kalian menulis hasil pengamatan.’ Campur kode berwujud frasa yang ditandai dengan frasa ‘hasil pengamatan’ merupakan campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode dilakukan oleh guru saat memberikan penjelasan kepada para siswa dalam pelajaran bahasa Jawa. Penggunaan frasa ‘hasil pengamatan’ dipengaruhi oleh penjelasan guru yang menggunakan aturan pengamatan dalam bahasa Indonesia. Faktor kesengajaan yang dilakukan oleh guru dalam melakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
campur kode dimaksudkan agar siswa lebih mudah melaksanakan perintah dalam melaksanakan pengamatan. Data [D42/KEM6] Guru : Sing wis rampung coba dieling-eling, kanggo makili kancane maju nglaporake hasil pengamatan. Ora kudu plek karo tulisane, oleh diwolak-walik. Dadi modele ora model ngapalke, tapi memahami. ‘Bagi yang sudah selesai coba diingat-ingat, untuk maju mewakili temannya melaporkan hasil pengamatan. Tidak harus persis dengan yang ditulis, boleh dibolak-balik. Jadi modelnya bukan model menghafal, tapi memahami.’ Kutipan data di atas menggunakan campur kode berwujud frasa yang merupakan campur kode ke dalam. Campur kode yang bersumber dari bahasa Indonesia ini ditandai dengan frasa ‘hasil pengamatan’ dan ‘tapi memahami’. Frasa ‘hasil pengamatan’ memiliki faktor penyebab dan fungsi yang sama dengan data [D36/KEM6], yaitu adanya faktor kesengajaan yang dilakukan oleh guru dengan memberikan penjelasan aturan pengamatan dalam bahasa Indonesia untuk mempermudah siswa melaksanakan pengamatan. Frasa ‘tapi memahami’ digunakan oleh guru untuk memperjelas tuturan yang diucapkan oleh guru bahwa model yang digunakan bukan model menghafal, tetapi memahami isi dari hasil pengamatan yang sudah mereka tulis sebelumnya. Faktor penyebab penggunaan campur kode bewujud frasa ‘tapi memahami’ adalah faktor kesengajaan guru memilih frasa tersebut. Data [D47/SOK3] Guru : Iya lancar, tapi karena basa Jawa kui beda karo basa Indonesia. ‘Iya lancar, tapi karena bahasa Jawa itu berbeda dengan bahasa Indonesia.’
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam, yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘tapi karena’. Campur kode terjadi karena seorang siswa tidak biasanya membaca dengan tidak lancar, kemudian guru menjelaskan bahwa membaca bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia itu berbeda. Frasa ‘tapi karena’ sebagai penegas alasan yang disampaikan oleh guru tentang siswa yang membaca teks bahasa Jawa dengan tidak lancar. Data [D49/SOK3] Guru
: Sapa mau sing ngrasakake maca angel? Ternyata yang namanya membaca basa Jawa beda karo membaca bahasa Indonesia. bukan ora isa, mung urung kulina. ‘Siapa yang tadi merasakan membaca itu susah? Ternyata yang namanya membaca bahasa Jawa berbeda dengan membaca bahasa Indonesia. bukan tidak bisa, hanya belum terbiasa.’
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘ternyata yang namanya membaca’ dan ‘membaca bahasa Indonesia’. campur kode yang terjadi dimaksudkan untuk memperjelas penjelasan guru mengenai adanya perbedaan membaca teks bahasa Jawa dengan teks bahasa Indonesia. Data [D58/SOK6] Guru : Bocah-bocah mau tangi jam pira? Ana sing ora subuhan, nggih boten? ‘Anak-anak tadi bangun jam berapa? Ada yang tidak sholat subuh, iya tidak?’
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Jawa ragam krama. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘nggih boten’ untuk meminta persetujuan dari para siswa bahwa tadi pagi ada yang tidak subuhan. Campur kode yang bersumber dari bahasa Jawa ragam krama ini sengaja dilakukan dengan maksud untuk lebih memperhalus pertanyaan guru kepada siswa bahwa ada yang tidak melaksanakan subuhan. Data [D59/SOK6] Siswa : Aku mau tangi turu jam 6, langsung duduk lebare adus, njuk mangkat sekolah. ‘Aku tadi bangun tidur jam 6, langsung duduk kemudian mandi, lalu berangkat sekolah.’ Campur kode berwujud frasa yang ditandai dengan frasa ‘langsung duduk’ merupakan campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode ini terjadi karena siswa dengan spontan menceritakan kegiatan yang dilaksanakan dari bangun tidur hingga masuk ke dalam kelas tanpa banyak berpikir sehingga kosakata yang ke luar tidak tersusun dengan baik. Hal tersebut juga dilatarbelakangi oleh siswa yang jarang menggunakan bahasa Jawa secara baik. Tidak hanya pemilihan ragam bahasa Jawa yang kurang baik, namun juga penyisipan bahasa yang kurang pas. Penggunaan campur kode dalam hal ini semata-mata karena penutur, yaitu Bagas tidak terbiasa menggunakan bahasa Jawa sehingga kosakata yang dimiliki terbatas dan terjadilah penggunaan bahasa Indonesia dalam tuturannya. Selain faktor kebiasaan juga karena penutur secara spontanitas menggunakan pemilihan kata yang mudah untuk dimengerti. Fungsi penggunaan campur kode yang dilakukan oleh Bagas yaitu untuk memudahkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
melaksanakan perintah guru menyampaikan pesan dengan menceritakan hal-hal yang dilakukan dari bangun tidur sampai Bagas masuk ke dalam kelas. Data [D63/SEM6] Guru : Kaca sewelas, halaman sebelas. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘halaman sebelas’. Guru melakukan campur kode dengan mengulang tuturan yang sama dari frasa berbahasa Jawa ‘kaca sewelas’ menjadi ‘halaman sebelas’. Campur kode dilakukan agar siswa mengerti bahwa bahasa Jawa dari frasa ‘halaman sebelas’ adalah ‘kaca sewelas’. Data [D66/SEM6] Guru :Pacelathon, tanya jawab atau percakapan. Wingi bahasa Indonesia hobi, saiki nang basa Jawa kesenengan, padha wae ya. ‘Pacelathon, tanya Jawab atau percakapan. Kemarin bahasa Indonesia hobi, sekarang di bahasa Indonesia kesukaan, sama saja ya.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘tanya jawab atau percakapan’ dan ‘bahasa Indonesia hobi’. Pada kutipan frasa yang pertama yaitu frasa ‘tanya jawab atau percakapan’ merupakan penjelasan dari istilah bahasa Jawa ‘pacelathon’. Campur kode pada kutipan frasa yang pertama sengaja
dilakukan
oleh
guru
untuk
mempermudah
penjelasan
materi
pembelajaran. Campur kode yang terjadi pada frasa kedua yaitu frasa ‘bahasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Indonesia hobi’ untuk mengingatkan kepada para siswa bahwa materi bahasa Jawa yang sedang diajarkan tersebut sama dengan materi bahasa Indonesia yang sudah diajarkan kemarin. Guru sengaja melakukan campur kode supaya siswa paham dengan materi yang sedang diajarkan. Data [D68/SEM6] Siswa : Pak, kalau lebih dari empat kalimat boleh? Guru : Ya boleh, malah apik. ‘Ya boleh, malah bagus.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘ya boleh’ saat guru menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Campur kode terjadi karena faktor spontanitas guru saat menjawab pertanyaan dari siswa yang berbahasa Indonesia, sehingga guru terpengaruh dan menggunakan bahasa Indonesia yang berbentuk frasa. Data [D74/SEM3] Guru : Wong-wong nang kutha kae biasane libur sabtu minggu, istilahe weekend digunake kanggo berlibur ke tempat rekreasi. Awakke dhewe jarang-jarang ya berlibur. ‘Orang-orang yang tinggal di kota biasanya libur sabtu minggu, istilahnya weekend digunakan untuk berlibur ke tempat rekreasi. Kita jarang-jarang ya berlibur.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘libur sabtu minggu’, frasa ‘berlibur ke tempat rekreasi’ dan frasa ‘jarang-jarang ya berlibur’. Ketiga campur kode yang berwujud frasa tersebut terjadi karena guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
secara spontanitas bercerita dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Latar belakang guru yang lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa Jawa menjadi salah satu faktor penyebab spontanitas tersebut. Data [D75/SEM3] Guru : Biasane apa sing tidak diduga-duga? Kenang rawe ya, yang hewannya bening kalau kena rasanya kemranyas. ‘Biasanya apa yang tidak diduga-duga? Kena rawe ya, yang hewannya bening kalau kena rasanya kemranyas.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘tidak diduga-duga’. Campur kode terjadi saat guru menanyakan kepada siswa mengenai kejadian yang tidak terduga saat bermain ke laut. Frasa tersebut digunakan agar maksud tuturan yang disampaikan oleh guru dapat dengan mudah diterima oleh siswa. Data [D81/SEM3] Guru : Apa wae iku berarti lebih dari satu. ‘Apa saja itu berarti lebih dari satu.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘berarti lebih dari satu’. Campur kode dilakukan oleh guru saat menjelaskan kepada siswa mengenai pertanyaan yang menanyakan dengan kalimat ‘apa wae’. Fungsi campur kode yang dilakukan oleh guru pada kutipan data di atas untuk memperjelas maksud yang ditanyakan oleh siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
Data [D84/SEM3] Guru : Mentari salah berapa? Siswa : Betul semua, biji berapa bu? ‘Betul semua, nilai berapa bu?’ Guru : Ya satus. ‘Ya seratus.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘betul semua’ dan frasa ‘berapa bu’. Campur kode terjadi karena siswa secara spontan mencampur bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh tuturan guru dengan bahasa Jawa. Penguasaan bahasa siswa juga mempengaruhi terjadinya campur kode pada kutipan data tersebut. Data [D88/KEM6] Guru : Yang mana, sing endi? Siswa : Nomer sekawan. ‘Nomor empat.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘yang mana’. Campur kode dilakukan oleh guru secara spontan, ketika guru sadar bahwa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, kemudian guru melakukan tuturan dengan arti yang sama namun menggunakan bahasa Jawa untuk mengulang tuturan karena saat itu sedang berlangsung pembelajaran bahasa Jawa di kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Data [D91/KEM3] Guru : Apa bedane pasar desa karo pasar kutha? Pasar kutha iku bukak saben dina, yen pasar desa bukak pada waktu tertentu. Nggih boten? ‘Apa bedanya pasar desa dengan pasar kota? Pasar kota itu bukanya setiap hari, kalau pasar kota pada waktu tertentu. Iya tidak?’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘pada waktu tertentu’ yang digunakan guru untuk menjelaskan pasar kota. Guru melakukan campur kode karena faktor penguasaan bahasa Jawa guru yang diakui oleh dirinya sendiri masih kurang, sehingga memilih mencampur dengan bahasa Indonesia dalam tiap tuturannya. Data [D99/SOK3] Guru : Sesuk ki, yen saiki bisa maca nulis aksara Jawa tenanan, besuk kelas enam wis gampang banget. ‘Kalau sekarang sudah bisa membaca dan menulis aksara Jawa, besuk kelas enam sudah sangat mudah.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘besuk kelas enam’. Campur kode dilakukan oleh guru untuk mempertegas tuturan yang menyatakan bahwa apabila sekarang sudah benar-benar bisa membaca dan menulis aksara Jawa, nanti saat kelas enam sudah tidak kesulitan. Data [D109/SOK6] Guru : Apane yang belum selesai? Wis minggu wingi kok. Bu guru kan wis matur nek ana tugas bali ki njuk digarap. Nek ngene ki ra sinau mau bengi njuk lali to.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
‘Apanya yang belum selesai? Sudah minggu kemarin kok. Bu guru kan sudah bilang kalau ada tugas pulang langsung dikerjakan. Kalau seperti ini semalam tidak belajar kan jadi lupa.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘yang belum selesai’ untuk bertanya kepada para siswa yang mengatakan bahwa pekerjaan rumah mereka belum selesai. Guru bercampur kode dengan sengaja karena pengaruh bahasa yang dipakai oleh siswa yaitu bahasa Indonesia. Data [D110/SOK6] Guru : Ada tugas to? Sapa sing wis rampung? Sapa sing rung rampung? Kenang apa kok urung rampung? ‘Ada tugas kan? Siapa yang sudah selesai? Siapa yang belum selesai? Kenapa belum selesai?’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘ada tugas’. Guru melakukan campur kode untuk menyampaikan maksud bertanya kepada siswa yang ditandai dalam kutipan ‘Ada tugas to?’ Faktor kebiasaan guru menggunakan bahasa Indonesia memberikan pengaruh guru bercampur kode saat menyapa siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa dikelas. Penggunaan kata ‘to’ sebagai penegas dari kalimat yang menanyakan bahwa ada tugas. Tuturan tersebut menjadi tidak formal karena adanya penggunaan kata ‘to’. Data [D111/SOK6] Guru
: Buku kok salah, kamu yang salah, alesan kok merga buku salah. Bu Endang kan wis ngandani nek ana PR, ana tugas njuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
dirampungke sik. Merga kenapa? Mesti lali, njuk ora digarap. Saiki tak maafkan, nek sesuk tiada ampun bagimu. ‘Buku kok salah, kamu yang salah, alasan kok karena buku salah. Bu Endang kan sudah bilang kalau ada PR, ada tugas langsung diselesaikan. Karena apa? Pasti lupa, lalu tidak dikerjakan. Sekarang tak maafkan, kalau besuk tiada ampun bagimu.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘tak maafkan’ dan frasa ‘tiada ampun bagimu’. Kedua frasa tersebut digunakan oleh guru untuk mempertegas akibat yang didapatkan apabila ada siswa yang tidak mengerjakan tugas. Guru masih memberikan maaf untuk kesalahan sekarang, namun untuk yang akan datang guru tidak akan memberikan ampun, yang artinya bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas akan mendapat hukuman. Data [D113/SOK6] Guru
: Sore belajar untuk mengerjakan tugas hari ini, mengko bengi belajar untuk besuk pagi. Dadi ra ana buku sing salah. Sing salah ki kowe. Ya Dewi, sing salah kowe, dudu bukune. Hari ini kalian saya beri toleransi, yen besuk wis ora. ‘Sore belajar untuk mengerjakan tugas hari ini, nanti malam belajar untuk besuk pagi. Jadi tidak ada buku yang salah. Yang salah itu kalian. Ya Dewi, yang salah kamu, bukan bukunya. Hari ini kalian saya beri toleransi, kalau besuk sudah tidak.’
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘belajar untuk besuk pagi’. Frasa ini digunakan guru untuk mempertegas tuturan guru saat memberikan nasihat. Guru mengatakan kepada siswa agar saat sore hari belajar untuk mengerjakan tugas yang tadi diberikan, dan malam hari belajar untuk mata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
pelajaran yang akan diajarkan besuk, sehingga tidak ada lagi yang menyalahkan buku karena salah terbawa. Faktor penyebab campur kode yang dilakukan oleh guru adalah faktor spontanitas guru karena kesal terhadap kelakuan siswa yang tidak mengerjakan tugas rumah. Data [D114/SOK6] Guru
: Kukune ora panjang-panjang, ora nggawa senjata tajam ke sekolah, kui juga kanggo biji. Ora gur pinter leh pelajaran tok. ‘Kukunya tidak panjang-panjang, tidak membawa senjata tajam ke sekolah, itu juga untuk nilai. Tidak hanya pintar dipelajaran saja.’
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘senjata tajamke sekolah’. Campur kode digunakan untuk memberikan penekanan pada aturan-aturan dalam sekolah yang juga mempengaruhi nilai selain kepintaran siswa dalam mata pelajaran. Guru mengatakan bahwa siswa tidak boleh memiliki kuku panjang dan juga tidak boleh membawa senjata tajam ke sekolah. Data [D115/SOK6] Guru
: Apa to manfaate dolan? Tidak ada. Dolan ki ra marai pinter. Kalau kamu mau masuk SMP yang bagus, minimal SMP 36 itu kamu harus dapat nilai yang baik. Syukur mlebu SMP 2 kabeh. Cita-cita ki sing dhuwur. ‘Apa manfaatnya bermain? Tidak ada. Bermain itu tidak membuat pintar. Kalau kamu mau masuk SMP yang bagus, minimal SMP 36 iu kamu harus dapat nilai yang baik. Syukur masuk SMP 2 semua. Cita-cita itu yang tinggi.’
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘tidak ada’. Guru menggunakan campur kode dengan maksud mempertegas bahwa bermain itu tidak memiliki manfaat apapun, dan tidak menjadikan pintar. Campur kode dilakukan dengan sengaja oleh guru saat memberikan nasihat kepada para siswa. Data [D117/SOK6] Guru
: Nggih, yang lain? Ayo liyane Bagas. Bu Endang wis bola-bali ngendika, jangan takut salah, jangan takut mencoba, karena dari salah akan jadi benar, jadi tahu. Nggih? ‘iya, yang lain? Ayo selain Bagas. Bu Endang sudah berkali-kali bicara, jangan takut salah, jangan takut mencoba, karena dari salah akan jadi benar, jadi tahu. Ya?’
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘yang lain’ yang dimaksudkan untuk menanyakan siswa lain yang akan membuat kalimat seperti Bagas. Fungsi alih kode dalam data tersebut untuk memudahkan guru menyampaikan maksud pertanyaannya kepada para siswa, agar siswa yang lain juga bisa memberikan contoh seperti Bagas. d.
Wujud klausa Campur kode berwujud klausa merupakan campur kode dengan
menyisipkan kelompok kata yang berpotensi untuk menjadi kalimat namun tidak bertanda baca pada penggunaannya. Penggunaan campur kode berwujud klausa dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 26 klausa yang terdapat pada 23 data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Penggunaan campur kode berwujud klausa ini nampak pada penjelasan data-data berikut. Data [D4/KEM3] Guru : Sinten ingkang suarane seru? ‘Siapa yang suaranya keras?’ Siswa : Mas Ajik, Bu. Guru : Nggih, coba mas Ajik dibaca. ‘Ya, coba mas Ajik dibaca.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘coba mas Ajik dibaca’. Campur kode dilakukan guru saat meminta seorang siswa untuk membaca.
Alasan penggunaan campur kode
untuk memudahkan guru
menyampaikan maksud kepada siswa, yaitu meminta siswa untuk membaca. Guru menggunakan campur kode dengan sengaja, karena bahasa Indonesia dianggap lebih komunikatif untuk meminta siswa melaksanakan perintah. Data [D19/KEM3] Siswa : Bu guru, saya sudah tulis semuanya bu, njuk diringkes ya bu? ‘Bu guru, saya sudah tulis semuanya bu, lalu diringkas ya bu?’ Guru : Iya, pakai bahasanya sendiri, nganggo ukarane dhewe. Diceritakan kembali dengan bahasamu sendiri. Isinya dari awal sampai akhir, tapi nganggo basamu dhewe. ‘Iya, pakai bahasanya sendiri, pakai kalimatnya sendiri. Diceritakan kembali dengan bahasamu sendiri, isinya dari awal sampai akhir, tapi menggunakan bahasamu sendiri.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data ini dilakukan oleh siswa yang ditandai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
dengan kutipan ‘saya sudah tulis semuanya bu’. Siswa memberikan informasi kepada gurunya bahwa dia telah selesai menulis semuanya. Campur kode yang digunakan siswa dipengaruhi oleh faktor penguasaan bahasa Jawa yang masih kurang baik, sehingga siswa lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia kepada gurunya. Campur kode pada tuturan selanjutnya dilakukan oleh guru yang ditandai pada kutipan ‘iya pakai bahasanya sendiri’ untuk menjawab pertanyaan siswa mengenai langkah selanjutnya setelah siswa selesai menulis. Campur kode yang dilakukan oleh guru dimaksudkan untuk mempermudah guru menyampaikan penjelasan kepada siswa. Data [D26/KEM6] Guru : Bu guru arep mbagi lembar kerja, dikerjakan perkelompok ya. ‘Bu guru akan membagikan lembar kerja, dikerjakan perkelompok ya.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘dikerjakan perkelompok ya’ yang dilakukan oleh guru saat memberikan perintah kepada siswa mengerjakan tugas secara berkelompok. Campur kode dilakukan untuk mempertegas perintah yang diberikan oleh guru, sehingga siswa paham dengan perintahnya dan tidak terjadi kesalahan dalam melaksanakan perintah tersebut. Data [D41/KEM6] Guru : Ora usah dinomeri, langsung bentuk proposal saja. ‘Tidak perlu dinomori, langsung bentuk proposal saja.’
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘langsung bentuk proposal saja’. Guru meminta siswa untuk tidak perlu memberikan nomor pada pekerjaannya, melainkan langsung dalam bentuk proposal. Penggunaan campur kode dalam data ini digunakan untuk mempertegas perintah supaya siswa langsung membuat laporan dalam bentuk proposal tersebut. Data [D52/SOK3] Guru : Sampun? Dibalikake karo kancane, ditulis salah berapa. ‘Sudah? Dikembalikan ketemannya, ditulis salah berapa.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘ditulis salah berapa’. Campur kode dilakukan oleh guru saat memerintahkan siswa menuliskan jumlah salah pada tugas yang telah dikoreksi. Penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru adalah untuk mempertegas perintah kepada para siswa. Data [D56/SOK6] Guru : Untuk waktu yang akan datang dikurangi nggih leh jaran kepang. ‘Untuk waktu yang akan datang dikurangi ya latihan jaran kepang.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
waktu yang akan datang dikurangi’. Campur kode dilakukan oleh guru saat memberikan nasihat kepada siswa yang meminta ijin pulang untuk berlatih jaran kepang. Guru meminta kepada siswa untuk mengurangi latihan jaran kepang, dimaksudkan agar siswa tidak terganggu dalam belajar di sekolah, mengingat siswa sudah kelas enam dan sebentar lagi akan menghadapi UAN. Campur kode dilakukan untuk mempertegas nasihat yang disampaikan agar siswa mau mengurangi latihan jaran kepang. Data [D74/SEM3] Guru : Wong-wong nang kutha kae biasane libur sabtu minggu, istilahe weekend digunake kanggo berlibur ke tempat rekreasi. Awakke dhewe jarang-jarang ya berlibur. ‘Orang-orang di kota biasanya libur sabtu minggu. Istilahnya weekend digunakan untuk berlibur ke tempat rekreasi. Kalau kita jarang-jarang ya berlibur.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘berlibur ke tempat rekreasi’. Tuturan tersebut diucapkan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Jawa di dalam kelas. Guru mengatakan bahwa orang kota biasanya libur pada hari sabtu dan minggu yang digunakan untuk berlibur ke tempat rekreasi. Campur kode digunakan untuk memperjelas tuturan guru tentang hari libur orang kota yang digunakan untuk pergi ke tempat rekreasi. Data [D78/SEM3] Guru : Reza, besuk minta tolong ibu, pensile dilancipi ya. ‘Reza, besuk minta tolong ibu, pensilnya diruncingkan ya.’
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘Reza, besuk minta tolong ibu’. Campur kode dilakukan oleh guru untuk meminta Reza meminta tolong kepada ibunya meruncingkan pensil. Campur kode dengan bahasa Indonesia digunakan untuk mempermudah guru menyampaikan perintah kepada siswa bernama Reza. Data [D80/SEM3] Guru : Ya digoleki nang kene, kan ini pertanyaan dari jawaban. ‘Ya dicari disini, kan ini pertanyaan dari jawaban.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘ini pertanyaan dari jawaban’. Guru menggunakan campur kode saat menjelaskan bahwa pertanyaan yang sedang mereka cari jawabannya berada pada teks bacaan sebelumnya. Campur kode digunakan untuk menjelaskan tuturan agar lebih mudah dipahami oleh siswa. Data [D81/SEM3] Guru : Iya semua ada disitu, nek mau nggatekake, ngematke ya mesti bisa. ‘Iya semua ada disitu, kalau tadi memperhatikan, cermat ya pasti bisa’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘iya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
semua ada sisitu’. Campur kode dilakukan oleh guru saat menjawab pertanyaan siswa yang menanyakan mengenai jawaban pertanyaan berada pada teks bacaan, guru
mengiyakan
dengan
memberikan
pernyataan
bahwa
kalau
tadi
memperhatikan dan cermat tentu bisa menjawab pertanyaan dengan mudah karena semua jawabannya ada di teks bacaan tersebut. Campur kode ke dalam bahasa Indonesia pada data ini dilakukan untuk mempertegas bahwa semua jawaban ada di dalam teks. Alasan guru menggunakan campur kode adalah faktor spontanitas yang dimaksudkan agar tuturannya mudah dipahami. Data [D89/KEM3] Guru : Yang tidak membawa buku menyesuaikan, bareng karo kancane ya. ‘Yang tidak membawa buku menyesuaikan, bersama dengan temannya ya’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘yang tidak membawa buku menyesuaikan’. Campur kode yang dilakukan oleh guru berfungsi untuk memberikan penegasan kepada siswa yang tidak membawa buku supaya menyesuaikan diri dengan bergabung kepada teman yang membawa buku. Data [D97/SOK3] Guru : Saiki, siapa yang sudah selesai, acung! Mosok durung ana separo sing rampung. ‘Sekarang, siapa yang sudah selesai, tunjuk jari! Masa belum ada setengah yang selesai.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘siapa yang sudah selesai’. Campur kode ke dalam bahasa Indonesia ini dilakukan oleh guru saat bertanya kepada para siswa tentang tugas yang sedang dikerjakan. Fungsi campur kode yang dilakukan oleh guru untuk memberikan tekanan pada tuturan saat bertanya. Penggunaan campur kode dilatarbelakangi oleh penguasaan bahasa Jawa yang dimiliki oleh siswa masih kurang baik, sehingga untuk mempermudah pemahaman para siswa, guru bertanya menggunakan bahasa Indonesia. Data [D101/SOK3] Guru : Mbak Fafa nulisnya sudah belum, nulise ora usah diwenehi garis, bukumu wis ana garise. Sing penting nggantung garis. ‘Mbak Fafa nulisnya sudah belum, nulisnya tidak perlu diberi garis, bukumu sudah ada garisnya. Terpenting menggantung garis.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘mbak Fafa nulisnya sudah belum’. Tuturan pada data tersebut disampaikan oleh seorang guru saat bertanya kepada siswanya tentang pekerjaannya. Pemilihan bahasa Indonesia yang digunakan untuk bertanya memiliki tujuan memudahkan guru menyampaikan maksud tuturan kepada siswa tersebut, mengingat siswa tersebut pindahan dari Jakarta. Data [D102/SOK3] Guru : Sakdurunge tata bu guru arep menehi soli. Apa soli? Soli kui nek bisa bali. Siapkan secarik kertas, barengan karo kancane ora papa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
‘Sebelum berkemas bu guru akan memberikan soli. Apa soli? Soli itu kalau bisa boleh pulang. Siapkan secarik kertas, berbagi dengan temannya tidak apa-apa.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘siapkan secarik kertas’, klausa tersebut digunakan oleh guru saat memerintahkan siswa menyiapkan kertas untuk menuliskan jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru sebagai tiket pulang. Bagi siswa yang bisa menjawab pertanyaan dari guru dan ditulis dalam secarik kertas tersebut, maka siswa tersebut boleh pulang. Campur kode dilakukan oleh guru untuk memberikan penegasan pada tuturan guru yang mengandung perintah. Data [D108/SOK6] Guru : Tolong Kholifah untuk sampulnya diganti, sampul coklat nggih. Aja angry bird kaya ngene. Ya pancen apik, yen nggo kowe rapapa. Tapi sing dikumpulke nang bu guru sampul coklat nggih. ‘Tolong Kholifah untuk sampulnya diganti, sampul warna coklat ya. Jangan angry bird seperti ini. Memang bagus, kalau buat kamu tidak apa-apa. Yang dikumpulkan ke bu guru warna coklat ya.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘tolong Kholifah untuk sampulnya diganti’. Guru memberitahu seorang siswa bernama Kholifah untuk mengganti sampulnya yang bergambar dengan sampul polos berwarna coklat. Campur kode dilakukan untuk mempertegas perintah guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
kepada siswa tersebut, mengingat latar belakang siswa yang kurang menguasai bahasa Jawa. Data [D111/SOK6] Guru
: Buku kok salah, kamu yang salah, alesan kok merga buku salah. Bu Endang kan wis ngandani nek ana PR, ana tugas njuk dirampungke sik. ‘Buku kok salah, kamu yang salah, alasan kok karena buku salah. Bu Endang kan sudah bilang kalau ada PR, ada tugas langsung diselesaikan.’
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘buku kok salah, kamu yang salah’. Campur kode dilakukan saat guru menasihati siswa dengan mengatakan bahwa bukan buku yang salah melainkan siswa sendiri yang salah. Campur kode berwujud klausa yang bersumber dar bahasa Indonesia ini digunakan untuk mempertegas tuturan yang disampaikan oleh guru. Data [D112/SOK6] Guru
: Kalian semua saya beri catatan khusus njuk ditandatangani orang tuamu, karena saya tidak ingin orang tuamu ki nyucuh bu Endang.
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas salah satunya ditandai dengan klausa ‘kalian semua saya beri catatan khusus’. Klausa tersebut dilakukan guru saat memberikan nasihat kepada para siswa yang melanggar aturan akan diberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
catatan khusus yang dimintakan tandatangan sebagai tanda persetujuan orang tua siswa atas perilaku anak di sekolah. Data [D113/SOK6] Guru
: Sore belajar untuk mengerjakan tugas hari ini, mengko bengi belajar untuk besuk pagi. Dadi ra ana buku sing salah. Sing salah ki kowe. Ya Dewi, sing salah kowe, dudu bukune. Hari ini kalian saya beri toleransi, yen besuk wis ora. ‘Sore belajar untuk mengerjakan tugas hari ini, nanti malam belajar untuk besuk pagi. Jadi tidak ada buku salah. Yang salah kalian. Ya Dewi, yang salah kamu, bukan bukunya. Hari ini kalian saya beri toleransi, kalau besuk sudah tidak.’
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘sore belajar untuk mengerjakan tugas hari ini’ dan klausa ‘hari ini kalian saya beri toleransi’. Campur kode yang terjadi pada klausa pertama digunakan oleh guru untuk memberikan nasihat kepada siswa, agar bisa menggunakan waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas. Campur kode berwujud klausa yang kedua dilakukan oleh guru untuk menegaskan para siswa yang tidak mengerjakan tugas tidak akan mendapatkan toleransi seperti sekarang. Data [D117/SOK6] Guru
: Nggih, yang lain? Ayo liyane Bagas. Bu Endang wis bola-bali ngendika, jangan takut salah, jangan takut mencoba, karena dari salah akan jadi benar, jadi tahu. Nggih? ‘Ya, yang lain? Ayo selain bagas. Bu Endang sudah sering bicara, jangan takut salah, jangan takut mencoba, karena dari salah akan jadi benar, jadi tahu. Ya?’
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘jangan takut salah, jangan takut mencoba, karena dari salah akan jadi benar, jadi tahu’. Campur kode dilakukan untuk memperjelas tuturan yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa mudah memahami tuturan yang disampaikan oleh guru. Campur kode pada kutipan data ini digunakan oleh guru untuk memberikan semangat dan sikap berani siswa agar tidak takut untuk mencoba. Data [D118/SOK6] Guru
:Wingi bu Endang ngendika, yen bu guru nerangke, kalian tetap nulis walaupun tidak disuruh, tidak diprentah. Nggih? ‘Kemarin bu Endang bicara, kalau bu guru sedang menjelaskan, kalian tetap nulis walaupun tidak disuruh, tidak diperintah. Ya?’
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘kalian tetap nulis walaupun tidak disuruh’. Guru mengingatkan kepada para siswa bahwa guru pernah mengatakan saat guru menjelaskan, siswa harus tetap menulis penjelasan guru walaupun tidak diperintahkan. Campur kode terjadi secara spontanitas untuk memberikan penegasan kepada siswa atas tuturannya tersebut. Data [D125/SEM3] Guru : Loh piye, kan sudah ada jadwalnya to? ‘lho bagaimana, kan sudah ada jadwalnya kan?’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘kan sudah ada jadwalnya’ yang dilakukan oleh guru untuk mempertegas bahwa hari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
itu setelah jadwal matematika adalah pelajaran bahasa Jawa. Campur kode dilakukan secara spontan oleh guru karena kaget saat mendengar ada siswa yang tidak membawa buku bahasa Jawa pada hari itu. Data [D128/SEM3] Guru : Sudah, saiki disimak panggonan kawruh basa, itu yang dulu kalian tulis dibuku catatan. Kui leh nulis rada cepet ya, dibuku tumpukan kasih tanggal ya. ‘Sudah, sekarang disimak kawruh basa, itu yang dulu kalian tulis dibuku catatan. Itu nulisnya agak cepat ya, dibuku tumpukan kasih tanggal ya.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘itu yang dulu kalian tulis dibuku catatan’ dan klausa ‘dibuku tumpukan kasih tanggal ya’. Penggunaan campur kode pada kutipan klausa yang pertama digunakan guru untuk memperjelas tuturan yang berfungsi mengingatkan kepada para siswa tentang materi yang pernah dipelajari. Kutipan campur kode pada klausa yang kedua digunakan untuk mempertegas perintah guru agar siswa memberikan tanggal pada buku tumpukan. Campur kode yang terdapat pada kedua klausa tersebut dilakukan dengan sengaja oleh guru untuk memperjelas maksud. Data [D131/SEM6] Guru : Saiki takwenehi PR, tulisen. Gawea ukara nganggo tembung sare. Nek bahasa Indonesia, buatlah kalimat dengan kata tidur. ‘Sekarang takberikan PR, tulis. Buatlah kalimat menggunakan kata sare. Kalau dalam bahasa Indonesia, buatlah kalimat dengan kata tidur’
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘buatlah kalimat dengan kata tidur’. Campur kode dilakukan untuk memperjelas perintah pada tugas yang diberikan oleh guru. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru karena alasan penguasaan bahasa Jawa yang dimiliki oleh para siswa masih kurang. Tuturan dalam data di atas terjadi pada saat proses pembelajaran di dalam kelas dengan suasana tenang dan terkendali. Wujud campur kode berdasarkan hasil analisis, ditemukan sebanyak 35 data berwujud kata, 3 data berwujud kata ulang, 28 data berwujud frasa, dan 26 data berwujud klausa. Campur kode paling banyak ditemukan dalam wujud kata, yaitu berjumlah 35 data. Penggunaan campur kode berwujud kata lebih dominan dibandingkan dengan penggunaan campur kode yang berwujud kata ulang, frasa ataupun klausa. Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya penggunaan campur kode berwujud idiom. 1.2 Faktor penyebab campur kode Terdapat lima faktor penyebab campur kode yang ditemukan dalam penelitian ini. Lima faktor penyebab campur kode tersebut, meliputi: (a) faktor kebiasaan, (b) faktor spontanitas, (c) faktor kesengajaan, (d) materi pembelajaran, dan (e) penguasaan bahasa. Penjelasan mengenai kelima faktor penyebab campur kode beserta data-data yang menyertainya terdapat pada penjelasan berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
a.
Faktor Kebiasaan Faktor yang menjadi penyebab penggunaan campur kode adalah faktor
kebiasaan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam berbicara menyisipkan bahasa lain di dalamnya. Data [D1/KEM3] Guru : Dugi halaman pinten? Siswa : Dereng bu. Guru : Ngagem buku paket mawon, halaman setunggal. Kutipan data di atas merupakan campur kode yang berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Tuturan yang menandai adanya penggunaan campur kode ditandai dengan kata ‘halaman’ pada kutipan ‘Dugi halaman pinten?’. Kata ‘halaman’ digunakan oleh guru saat bertanya, dan juga saat memberikan informasi yang ditandai dalam kutipan ‘Ngagem buku paket mawon, halaman setunggal’. Faktor penyebab penggunaan kata ‘halaman’ adalah faktor kebiasaan. Guru dan siswa biasa menyebut kata ‘halaman’ untuk menunjukkan kata ‘kaca’. Data [D20/KEM6] Guru : Dina iki bu guru ngisi pelajaran basa Jawa. Sinten ingkang boten mlebet? Siswa : Nihil, bu. Kutipan data di atas merupakan campur kode yang berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘pelajaran’ dan kata ‘nihil’ yang berasal dari istilah kata bahasa Indonesia. Campur kode yang dilakukan oleh guru karena adanya faktor kebiasaan yang dilakukan oleh guru untuk mempermudah menyampaikan pesan. Campur kode yang dilakukan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
siswa karena faktor kebiasaan siswa mengatakan masuk semua dengan menggunakan istilah kata ‘nihil’. Pada kutipan data [D2/KEM3] [D70/SEM3] [D89/KEM3] [D92/KEM3] dan [D121/SOK3] terdapat penyisipan yang merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘halaman’. Guru dan siswa biasa menyebut kata ‘kaca’ dengan kata ‘halaman’. Faktor kebiasaan inilah yang menjadi sebab terjadinya penggunaan campur kode. Campur kode yang disebabkan dari faktor kebiasaan ini digunakan untuk mempermudah penyampaian tuturan yang sudah biasa mereka lakukan dengan menggunakan penyisipan bahasa lain, sehingga guru dan siswa dapat menjalin komunikasi dengan baik dalam pembelajaran bahasa Jawa. b. Faktor Spontanitas Campur kode yang terjadi karena faktor spontanitas sering dilakukan oleh guru saat menjelaskan, memberikan nasihat dan memberikan perintah. Data [D77/SEM3] Guru : Aldo nulise ora cedhak-cedhak nanti mripate sakit. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘nanti’. Campur kode ini terjadi karena faktor spontanitas saat guru memberikan nasihat kepada salah seorang siswanya untuk tidak menulis dengan jarak mata yang terlalu dekat karena mengakibatkan mata sakit. Data [D100/SOK3]
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
Guru : Khusus kanggo mas Rifan ngapalke nang ngumah, nggih. Kancane wis apal kabeh ya, ndak ketinggalan. Mbak Fafa nek lali nggawa buku diingatkan mbak Lala nggih. Mosok saben-saben lali nggawa buku. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode ke dalam yang berwujud kata ditandai dengan kata ‘diingatkan’. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru dalam penelitian ini adalah faktor spontanitas guru untuk menegaskan permintaanya kepada salah seorang siswa agar mengingatkan temannya yang sering lupa membawa buku. Data [D81/SEM3] Guru : Iya semua ada disitu, nek mau nggatekake, ngematke ya mesti bisa. ‘Iya semua ada disitu, kalau tadi memperhatikan, cermat ya pasti bisa’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘iya semua ada sisitu’. Campur kode dilakukan oleh guru saat menjawab pertanyaan siswa yang menanyakan mengenai jawaban pertanyaan berada pada teks bacaan. Guru
mengiyakan
dengan
memberikan
pernyataan
bahwa
kalau
tadi
memperhatikan dan cermat tentu bisa menjawab pertanyaan dengan mudah karena semua jawabannya ada di teks bacaan tersebut. Campur kode ke dalam bahasa Indonesia pada data ini dilakukan untuk mempertegas bahwa semua jawaban ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
di dalam teks. Faktor spontanitas yang dilakukan guru, dimaksudkan agar tuturannya mudah dipahami. c.
Faktor Kesengajaan Faktor penyebab campur kode yang dilakukan karena faktor kesengajaan,
dilakukan oleh penutur dengan maksud tujuan tertentu, seperti untuk memperjelas penyampain materi. Data [D22/KEM6] Guru : Gawe ukara utawa kalimat, nganggo tembung-tembung sing dikarepke bu guru. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam, yang ditandai dengan kata ‘kalimat’. Penggunaan campur kode ini dilakukan dengan sengaja oleh guru untuk memudahkan siswa memahami penjelasan guru. Data [D36/KEM6] Guru : kedah wonten objekipun. Barang ingkang badhe dipunamati. Sakdurunge bocah-bocah nulis hasil pengamatan. ‘Harus ada objeknya. Benda yang akan diamati sebelum kalian menulis hasil pengamatan.’ Campur kode berwujud frasa yang ditandai dengan frasa ‘hasil pengamatan’ merupakan campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode dilakukan oleh guru saat memberikan penjelasan kepada para siswa dalam pelajaran bahasa Jawa. Penggunaan frasa ‘hasil pengamatan’ dipengaruhi oleh penjelasan guru yang menggunakan aturan pengamatan dalam bahasa Indonesia. Faktor kesengajaan yang dilakukan oleh guru dalam melakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
campur kode dimaksudkan agar siswa lebih mudah melaksanakan perintah dalam melaksanakan pengamatan. Data [D32/KEM6] Guru : Saben bocah golek tembung utawa kata, sing magepokan karo olahraga. Kaya supporter, kipper lan liya-liyane. Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘kata’. Penggunaan campur kode ke dalam dilakukan secara sengaja oleh guru untuk memperjelas kata ‘tembung’. Dalam data tersebut juga terjadi penggunaan campur kode ke luar dilakukan oleh guru, yang ditandai dengan kata ‘supporter’ dan ‘kipper’. Campur kode ke luar berasal dari bahasa Inggris. Fungsi penggunaan campur kode adalah untuk menjelaskan pelaku-pelaku olahraga sepak bola. Katakata tersebut biasa dipakai dan lebih dipahami oleh siswa dibandingakan dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa Jawa. d. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran menjadi salah satu faktor yang menyebabkan guru menggunakan campur kode. Materi pembelajaran bahasa Jawa ada yang menggunakan bahasa Inggris sebagai judul pada teks bacaanya. Data [D61/SOK6] Guru : Wacan sik judule olahraga Hikking disimak ya. Bu guru maos dhisik. Siswa : Nggih, bu. Data [D62/SOK6]
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
Guru : Kui mau kancamu wis makili maca wacan sing judule Hikking. Saiki goleki tembung-tembung sing kowe durung ngerti tegese, sing urung ngerti artine. Kutipan data [D61/SOK6] dan [D62/SOK6] merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke luar yang ditandai dengan kata ‘hikking’. Faktor penyebab penggunaan kata ‘hikking’ karena guru menyesuaikan dengan materi yang berada pada buku. Dalam buku pembelajaran bahasa Jawa kelas enam terdapat bacaan dengan tema olahraga yang berjudul ‘hikking’. Faktor materi pembelajaran yang terdapat dalam buku mengakibatkan terjadinya campur kode ke luar yang dilakukan oleh guru saat pembelajaran bahasa Jawa di kelas. e.
Penguasaan Bahasa Penguasaan bahasa menjadi penyebab penutur ataupun mitra tutur
menggunakan campur kode agar tuturannya dapat dipahami dengan baik. Guru sering menggunakan campur kode disebabkan penguasaan bahasa Jawa yang dimiliki siswa masih kurang baik. Data [D19/KEM3] Siswa : Bu guru, saya sudah tulis semuanya bu, njuk diringkes ya bu? ‘Bu guru, saya sudah tulis semuanya bu, lalu diringkas ya bu?’ Guru : Iya, pakai bahasanya sendiri, nganggo ukarane dhewe. Diceritakan kembali dengan bahasamu sendiri. Isinya dari awal sampai akhir, tapi nganggo basamu dhewe. ‘Iya, pakai bahasanya sendiri, pakai kalimatnya sendiri. Diceritakan kembali dengan bahasamu sendiri, isinya dari awal sampai akhir, tapi menggunakan bahasamu sendiri.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
Indonesia. Campur kode pada kutipan data ini dilakukan oleh siswa yang ditandai dengan kutipan ‘saya sudah tulis semuanya bu’. Siswa memberikan informasi kepada gurunya bahwa dia telah selesai menulis semuanya. Campur kode yang digunakan siswa dipengaruhi oleh faktor penguasaan bahasa Jawa yang masih kurang baik, sehingga siswa lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia kepada gurunya. Data [D91/KEM3] Guru : Apa bedane pasar desa karo pasar kutha? Pasar kutha iku bukak saben dina, yen pasar desa bukak pada waktu tertentu. Nggih boten? ‘Apa bedanya pasar desa dengan pasar kota? Pasar kota itu bukanya setiap hari, kalau pasar kota pada waktu tertentu. Iya tidak?’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘pada waktu tertentu’ yang digunakan guru untuk menjelaskan pasar kota. Guru melakukan campur kode karena faktor penguasaan bahasa Jawa guru yang diakui oleh dirinya sendiri masih kurang, sehingga memilih mencampur dengan bahasa Indonesia dalam tiap tuturannya. Data [D97/SOK3] Guru : Saiki, siapa yang sudah selesai, acung! Mosok durung ana separo sing rampung. ‘Sekarang, siapa yang sudah selesai, tunjuk jari! Masa belum ada setengah yang selesai.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘siapa yang sudah selesai’. Campur kode ke dalam bahasa Indonesia ini dilakukan oleh guru saat bertanya kepada para siswa tentang tugas yang sedang dikerjakan. Fungsi campur kode yang dilakukan oleh guru untuk memberikan tekanan pada tuturan saat bertanya. Penggunaan campur kode dilatarbelakangi oleh penguasaan bahasa Jawa yang dimiliki oleh siswa masih kurang baik, sehingga untuk mempermudah pemahaman para siswa, guru bertanya menggunakan bahasa Indonesia. Data [D131/SEM6] Guru : Saiki takwenehi PR, tulisen. Gawea ukara nganggo tembung sare. Nek bahasa Indonesia, buatlah kalimat dengan kata tidur. ‘Sekarang takberikan PR, tulis. Buatlah kalimat menggunakan kata sare. Kalau dalam bahasa Indonesia, buatlah kalimat dengan kata tidur’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘buatlah kalimat dengan kata tidur’. Campur kode dilakukan untuk memperjelas perintah pada tugas yang diberikan oleh guru. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru karena alasan penguasaan bahasa Jawa yang dimiliki oleh para siswa masih kurang. Berdasarkan hasil analisis ditemukan faktor penyebab campur kode, meliputi: (a) faktor kebiasaan, (b) faktor spontanitas, (c) faktor kesengajaan, (d) materi pembelajaran, dan (e) penguasaan bahasa. Faktor terbesar yang menyebabkan penggunaan campur kode adalah faktor kebiasaan guru dan siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
menggunakan penyisipan pada tuturannya, hal ini karena pengaruh bahasa yang mereka gunakan dalam percakapan keseharian. 1.3 Fungsi penggunaan campur kode Terdapat empat fungsi penggunaan campur kode yang ditemukan dalam penelitian ini. Fungsi campur kode tersebut, meliputi: (a) memudahkan penutur menyampaikan maksud, (b) memperjelas tuturan, (c) menjelaskan materi pembelajaran, dan (d) mempertegas tuturan. a. Memudahkan Penutur Menyampaikan Maksud Campur kode digunakan untuk memudahkan penutur menyampaikan maksud kepada mitra tutur. Dalam hal ini digunakan oleh guru dalam menjelaskan materi pembelajaran bahasa Jawa dan menyampaikan informasi kepada siswa. Data [D1/KEM3] Guru : Dugi halaman pinten? ‘Sampai halaman berapa?’ Siswa : Dereng bu. ‘belum bu.’ Guru : Ngagem buku paket mawon, halaman setunggal. ‘Pakai buku paket saja, halaman satu.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode yang berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Tuturan yang menandai adanya penggunaan campur kode ditandai dengan kata ‘halaman’ pada kutipan ‘Dugi halaman pinten?’. Kata ‘halaman’ digunakan oleh guru saat bertanya, dan juga saat memberikan informasi yang ditandai dalam kutipan ‘Ngagem buku paket mawon, halaman setunggal’. Guru dan siswa biasa menyebut kata ‘halaman’ untuk menunjukkan kata ‘kaca’. Fungsi penggunaan campur kode dalam kutipan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
data ini adalah untuk mempermudah menyampaikan maksud penutur kepada mitra tutur. Data [D38/KEM6] Guru : Iki tugas individu. Saumpama wektune ora cukup, sik liyane maju ing liya wektu. ‘Ini tugas individu. Seandainya waktunya tidak cukup, yang lainnya maju dilain waktu.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam. Penggunaan campur kode berwujud kata ini ditandai dengan kata ‘individu’. Kata individu berasal dari bahasa Indonesia. Campur kode dalam data ini memiliki fungsi mempermudah guru untuk menyampaikan maksud tuturan bahwa tugas tersebut dikerjakan bukan secara kelompok. Data [D51/SOK3] Guru : Critane sampun ngerti napa dereng? ‘Ceritanya sudah mengerti belum?’ Siswa : Sampun. ‘Sudah.’ Guru : Saiki yen wis ngerti, jawab pitakone bu guru. ‘Sekarang kalau sudah mengerti, jawab pertanyaan bu guru.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘jawab’. Kata ‘jawab’ digunakan dengan alasan kebiasaan guru yang menggunakan kata tersebut untuk mengganti kata ‘mangsuli’ sedangkan siswa lebih paham penggunaan kata ‘jawab’ ketimbang kata ‘mangsuli’. Fungsi campur kode dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
data ini adalah memudahkan guru untuk menyampaikan maksud tuturan kepada para siswa yang berlatar belakang kurangnya penguasaan bahasa Jawa. Data [D60/SOK6] Guru : Pelajaran basa Jawa dina iki njupuk tema olahraga. Apa olahraga ki gur senam tok to? ‘Pelajaran bahasa Jawa hari ini mengambil tema olahraga. Apa olahraga itu hanya senam saja to?’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai oleh kata ‘pelajaran’ dan kata ‘tema’. Peristiwa campur kode dalam data ini bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode dilakukan untuk memudahkan guru menyampaikan maksud dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Penggunaan kata ‘to’ dalam kutipan data di atas mempengaruhi perubahan situasi dari formal menjadi terasa tidak formal. Penggunaan kata ‘to’ tersebut juga berfungsi sebagai penegas atas pertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Data [D64/SEM6] Guru : Sing pertama Hengki dadi Ratno, Tyas dadi Jumari. ‘Yang pertama Hengki jadi ratno, Tyas jadi Jumari.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘pertama’. Campur kode dalam data ini dimaksudkan untuk mengganti kata dalam bahasa Jawa yaitu kata ‘sepisan’. Kata ‘pertama’ biasa digunakan oleh guru untuk menunjukkan nomor satu. Fungsi campur kode yang dilakukan oleh guru dalam data ini mempermudah guru menyampaikan maksud kepada para siswa, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
Data [D85/KEM6] Guru : Dina iki bu guru maringi pelajaran bab ngritik. Sapa sing rung tau krungu tembung ngritik? Sapa sing wis tau ngritik? Saiki sakdurunge bocah-bocah ibu paring penjelasan bab ngritik, coba menehi saran tumrap awakke dhewe. ‘Hari ini bu guru mengajar bab mengkritik. Siapa yang sudah pernah mendengar kata mengkritik? Siapa yang pernah mengkritik? Sekarang sebelum anak-anak ibu beri penjelasan bab mengkritik, coba beri saran atas dirimu sendiri.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘saran’. Campur kode yang terjadi dalam data ini dilakukan oleh guru saat memberikan tugas kepada siswa. Kata ‘saran’ dimaksudkan untuk memberikan masukan, kata ini dipilih karena lebih mudah dan lebih singkat untuk mengutarakan maksud tersebut. Fungsi campur kode yang dilakukan oleh guru dalam kutipan data di atas memudahkan guru menyampaikan maksud kepada siswa. Data [D101/SOK3] Guru : Mbak Fafa nulisnya sudah belum, nulise ora usah diwenehi garis, bukumu wis ana garise. Sing penting nggantung garis. ‘Mbak Fafa nulisnya sudah belum, nulisnya tidak perlu diberi garis, bukumu sudah ada garisnya. Terpenting menggantung garis.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud klausa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan klausa ‘mbak Fafa nulisnya sudah belum’. Tuturan pada data tersebut disampaikan oleh seorang guru saat bertanya kepada siswanya tentang tugas yang dikerjakannya. Pemilihan bahasa Indonesia yang digunakan untuk bertanya memiliki tujuan memudahkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
guru menyampaikan maksud tuturan kepada siswa tersebut, mengingat siswa tersebut pindahan dari Jakarta. b. Memperjelas Tuturan Campur kode digunakan untuk memperjelas tuturan yang sulit dijelaskan ketika menggunakan bahasa Jawa. Data [D121/SOK3] Guru : Sakniki dibukak buku dimensi kaca nembelas. Kaca kui halaman. ‘Sekarang dibuka buku dimensi halaman enam belas. Kaca itu halaman.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang ditandai dengan kata ‘halaman’. Campur kode dalam kutipan data ini dilakukan oleh guru saat menjelaskan pengertian ‘kaca’. Faktor kebiasaan guru dan siswa dalam menyebut kata ‘kaca’ dengan kata ‘halaman’ menjadi faktor penggunaan campur kode dalam data ini. Guru dengan sengaja bercampur kode untuk memperjelas tuturan sebelumnya agar siswa paham dengan maksud yang disampaikan oleh guru. Data [D21/KEM6] Guru : Bocah-bocah minggu wingi wis dijelaske bu guru bab pacelathon. Bocah-bocah wis maju, wis mangsuli pitakon. Dina iki bu guru arep nerangke bab maca, atau membaca. ‘Anak-anak minggu sudah ibu jelaskan bab percakapan. Anak-anak sudah maju, sudah menjawab pertanyaan. Hari ini ibu akan menjelaskan bab membaca.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode ditandai dengan frasa ‘atau membaca’ yang diucapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
oleh guru. Faktor penyebab penggunaan campur kode yang dilakukan oleh guru adalah faktor pemahaman bahasa siswa yang dianggap masih kurang, sehingga guru mengulang tuturan dengan makna yang sama dengan tuturan sebelumnya yang berbentuk frasa. Guru mengatakan ‘bab maca’ kemudian mengatakan hal yang sama dalam bahasa Indonesia berbentuk frasa, yaitu ‘atau membaca’. Campur kode dilakukan untuk memperjelas tuturan guru saat menjelaskan materi pada pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Data [D42/KEM6] Guru : Sing wis rampung coba dieling-eling, kanggo makili kancane maju nglaporake hasil pengamatan. Ora kudu plek karo tulisane, oleh diwolak-walik. Dadi modele ora model ngapalke, tapi memahami. ‘Bagi yang sudah selesai coba diingat-ingat, untuk maju mewakili temannya melaporkan hasil pengamatan. Tidak harus persis dengan yang ditulis, boleh dibolak-balik. Jadi modelnya bukan model menghafal, tapi memahami.’ Kutipan data di atas menggunakan campur kode berwujud frasa yang merupakan campur kode ke dalam. Campur kode yang bersumber dari bahasa Indonesia ini ditandai dengan frasa ‘hasil pengamatan’ dan ‘tapi memahami’. Frasa ‘tapi memahami’ digunakan oleh guru untuk memperjelas tuturan yang diucapkan oleh guru bahwa model yang digunakan bukan model menghafal, tetapi memahami isi dari hasil pengamatan yang sudah mereka tulis sebelumnya. c. Menjelaskan Materi Pembelajaran Fungsi campur kode untuk menjelaskan materi pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan penjelasan menggunakan bahasa yang bersumber dari selain bahasa Jawa. Hal ini dilakukan saat guru kesulitan menjelasakan materi berbahasa Jawa dengan istilah-istilah yang ada dalam bahasa Jawa. Campur kode yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
difungsikan untuk menjelaskan materi pembelajaran bahasa Jawa terdapat pada data dengan kode: [D66/SEM6] Data [D66/SEM6] Guru :Pacelathon, tanya jawab atau percakapan. Wingi bahasa Indonesia hobi, saiki nang basa Jawa kesenengan, padha wae ya. ‘Pacelathon, tanya Jawab atau percakapan. Kemarin bahasa Indonesia hobi, sekarang di bahasa Indonesia kesukaan, sama saja ya.’ Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud frasa dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode pada kutipan data di atas ditandai dengan frasa ‘tanya jawab atau percakapan’ dan ‘bahasa Indonesia hobi’. Pada kutipan frasa yang pertama yaitu frasa ‘tanya jawab atau percakapan’ merupakan penjelasan dari istilah bahasa Jawa ‘pacelathon’. Campur kode pada kutipan frasa yang pertama sengaja
dilakukan
oleh
guru
untuk
mempermudah
penjelasan
materi
pembelajaran. d. Mempertegas Tuturan Guru menggunakan campur kode yang berfungsi untuk mempertegas tuturan, digunakan guru saat memerintah, meminta dan memberikan nasihat dengan memberikan tekanan-tekanan pada tuturan yang penting. Data [D114/SOK6] Guru : Kukune ora panjang-panjang, ora nggawa senjata tajam ke sekolah, kui juga kanggo biji. Ora gur pinter leh pelajaran tok. ‘Kukunya tidak panjang-panjang, tidak membawa senjata tajam ke sekolah, itu juga untuk nilai. Tidak hanya pintar pelajaran saja.’
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
Kutipan data di atas merupakan campur kode berwujud kata dan mengalami peristiwa campur kode ke dalam yang bersumber dari bahasa Indonesia. Campur kode berwujud kata dalam penelitian ini ditandai dengan kata ‘pelajaran’. Kata pelajaran yang dimaksudkan oleh guru adalah bidang akademik atau mata pelajaran. Fungsi penggunaan campur kode dalam data ini untuk mempertegas nasihat guru bahwa bukan hanya kepandaian akademik saja yang menjadi penilaian, tetapi juga kebersihan dan ketertiban siswa dalam melaksanakan peraturan sekolah. Berdasarkan analisis, Fungsi campur kode yang ditemukan dalam penelitian, meliputi: (a) memudahkan penutur menyampaikan maksud, (b) memperjelas tuturan, (c) menjelaskan materi pembelajaran, dan (d) mempertegas tuturan. Penggunaan campur kode dalam pembelajaran bahasa Jawa di dalam kelas lebih banyak dilakukan oleh guru. Campur kode dilakukan untuk mempermudah guru menyampaikan maksud kepada peserta didik, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. 2. Alih kode Alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode satu ke kode yang lain, dapat berupa alih gaya, alih varian, dan alih ragam. 2.1 Wujud alih kode Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan enam wujud alih kode, yaitu (1) dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia, (2) dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, (3) dari bahasa Arab ke bahasa Jawa, (4) dari bahasa Jawa ke bahasa Arab, (5)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
dari bahasa Jawa ragam Krama ke bahasa Jawa ragam ngoko, dan (6) dari bahasa Jawa ragam Ngoko ke bahasa Jawa ragam Krama. a.
Alih kode berwujud bahasa Jawa ke bahasa Indonesia Alih kode yang berwujud peralihan bahasa dari bahasa Jawa ke bahasa
Indonesia paling banyak ditemukan dalam pembelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar. Data [D3/KEM3] Guru : Mbak Tini sampun? ‘ Mbak Tini sudah?’ Siswa : Belum bu. Guru : Kurang nomor berapa? Alih kode dalam kutipan tersebut terjadi dalam pembelajaran bahasa Jawa. Alih kode dilakukan oleh seorang guru saat menanyakan pekerjaan siswa. Awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk bertanya kemudian beralih dengan menggunakan bahasa Indonesia. Alih kode ini merupakan alih kode intern yang bersumber dari bahasa Jawa kemudian beralih ke bahasa Indonesia. Alih kode yang terjadi disebabkan oleh guru menyesuaikan dengan jawaban siswa yang menggunakan bahasa Indonesia. Dapat dikatakan, bahwa peristiwa alih kode yang terjadi karena guru menyeimbangkan dengan kemampuan tutur yang dimiliki oleh siswa. Penggunaan alih kode dalam kutipan tersebut adalah sebatas untuk kelancaran komunikasi antara guru dengan siswa. Data [D13/KEM3] Guru : Ingkang dereng rampung, dipunlajengaken wonten nggriya. ‘Bagi yang belum selesai, dilanjutkan dirumah.’ Siswa : PR ya bu?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
Guru : Iya, dikerjakan dirumah. Minggu depan dicocokkan. Data dalam kutipan di atas merupakan penggunaan alih kode yang berwujud bahasa, yaitu alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Alih kode dilakukan oleh guru saat menjawab pertanyaan dari siswa. Awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk memberikan info bagi siswa yang belum selesai mengerjakan diperbolehkan untuk mengerjakan dirumah. Namun, siswa menjawab dengan memberikan pertanyaan penegasan, bahwa hal tersebut merupakan PR (pekerjaan rumah), siswa bertanya menggunakan bahasa Indonesia yang mengakibatkan guru kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia pula. Dalam hal ini penggunaan alih kode dipicu oleh mitra tutur yang memberikan pengaruh penggunaan bahasa berbeda. Data [D20/KEM6] Guru : Dina iki bu guru ngisi pelajaran basa Jawa. Sinten ingkang boten mlebet? ‘Hari ini bu guru mengisi pelajaran bahasa Jawa. Siapa yang tidak masuk?’ Siswa : Nihil, bu. Guru : Masuk semua ya. Kutipan data di atas merupakan wujud penggunaan alih kode yang berupa alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk bertanya kepada para siswa, menanyakan siswa yang tidak masuk. Guru mendapatkan jawaban dari siswa bahwa ‘Nihil’ yang artinya masuk semua. Guru menggunakan bahasa Indonesia saat memberikan respon atas jawaban siswa tersebut yang ditandai dalam tuturan ‘Masuk semua ya‘. Alih kode yang dilakukan guru dalam kutipan data ini yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Penggunaan alih kode pada data [D20/KEM6] sama dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
data [D13/KEM3], yaitu adanya pengaruh bahasa yang digunakan oleh mitra tutur, atau dalam hal ini adanya pengaruh dari bahasa yang digunakan oleh siswa. Data [D33/KEM6] Guru : Wis mudheng? Sudah jelas semua ya. ‘Sudah paham? Sudah jelas semua ya?’ Data dalam kutipan tersebut merupakan wujud alih kode yang dilakukan oleh guru saat bertanya kepada siswa. Awalnya guru menggunakan bahasa jawa untuk menanyakan pemahaman siswa, namun karena tidak mendapatkan respon akhirnya guru beralih menggunakan bahasa Indonesia dengan pertanyaan yang sama. Fungsi pengulangan kembali suatu tuturan dengan makna yang sama pada data tersebut adalah untuk memperjelas maksud tuturan yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Guru bermaksud untuk segera mendapatkan jawaban dari siswa, sehingga guru mengulang tuturan dengan makna yang sama. Tuturan yang disampaikan guru tidak memiliki penjelasan yang panjang, karena hanya bermaksud untuk bertanya. Pemilihan bahasa Indonesia sebenarnya hanya untuk lebih memperjelas maksud, mengingat siswa juga sering menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Data [D37/KEM6] Guru : Kira-kira sing arep diamati apa? Yang akan menjadi objek pengamatan apa? ‘Kira-kira apa yang akan diamati? Yang akan menjadi objek pengamatan apa?’ Kutipan data tersebut memiliki kesamaan dengan data [D33/KEM6], yaitu adanya pengulangan dengan makna yang sama. Penggunaan alih bahasa, dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
bahasa Jawa ke bahasa Indonesia dilakukan oleh guru untuk bertanya kepada siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Guru bertanya menggunakan bahasa Jawa ‘Kira-kira sing arep diamati apa?’ kemudian kembali menanyakan pertanyaan yang sama dengan bahasa Indonesia ‘Yang akan menjadi objek pengamatan apa?’. Hal ini terjadi bukan karena siswa tidak menjawab, melainkan guru ingin lebih menegaskan lagi pertanyaannya. Pengulangan tuturan dengan makna yang sama tidak hanya digunakan untuk mempermudah pemahaman mitra tuturnya, tetapi juga dapat digunakan sebagai sebuah penegasan dalam tuturan yang disampaikan. Data [D44/SOK3] Guru
: Maca iku apa? ‘Membaca itu apa?’ Siswa : membaca. Guru : Iya, jenis membaca itu bermacam-macam, ada bersuara dan ada batin. Ada juga membaca cepat dan membaca cermat. Dalam kutipan tersebut nampak bahwa guru awalnya bertanya menggunakan bahasa Jawa, namun karena siswa menjawab pertanyaan guru menggunakan bahasa Indonesia, akhirnya guru melanjutkan pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia. Pengaruh mitra tutur, yaitu siswa, sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa di dalam kelas. Guru yang awalnya menggunakan bahasa Jawa, dapat beralih saat menjelaskan pembelajaran bahasa Jawa, yaitu menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan bahasa yang digunakan siswa dalam bertutur. Data [D45/SOK3] Guru : Tanda wacan iku apa? ‘ Tanda baca itu apa?’
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
Siswa : Tanda baca, bu. Guru : Apa saja? Siswa : Tanda tanya, tanda seru, koma, titik. Data [D45/SOK3] sama dengan data [D44/SOK3], awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk memulai bertanya. Namun, ketika jawaban yang diterima dari siswa menggunakan bahasa Indonesia, akhirnya guru beralih menggunakan bahasa Indonesia untuk menjelaskan lebih mendalam mengenai pertanyaan yang disampaikan tersebut. Penggunaan bahasa Jawa ditandai dalam kutipan ‘Tanda wacan iku apa?’ yang kemudian dilanjutkan dengan beralih ke bahasa Indonesia yang ditandai dalam kutipan ’ Apa saja?’. Penggunaan bahasa Jawa ke bahasa Indonesia tersebut dipengaruhi oleh jawaban siswa yang ditandai dalam tuturan ‘Tanda baca, bu ‘. Kutipan data tersebut menjelaskan bahwa faktor pengaruh bahasa mitra tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Data [D55/SOK6] Siswa : Bu, nanti saya ijin pulang mau latihan jaran kepang. Guru : Kowe ki wis kelas nem kok ijin mung latihan jaran kepang. Kalau sekarang masih semester satu saya ijinkan, besuk kalau sudah semester dua saya tidak ijinkan ya. ‘Kamu itu sudah kelas enam kok masih minta ijin hanya untuk berlatih jaran kepang. Kalau sekarang masih semester satu saya ijinkan, besuk kalau sudah semester dua saya tidak ijinkan ya.’ Penggunaan alih kode dalam data [D55/SOK6] merupakan alih kode yang berwujud peralihan bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Alih kode dalam data ini dilakukan oleh guru bahasa Jawa, dalam pembelajaran bahasa Jawa. Guru awalnya menggunakan bahasa Jawa saat bertutur ‘Kowe ki wis kelas nem kok ijin mung latihan jaran kepang’, yang intinya guru sangat menyayangkan sudah kelas enam yang sebentar lagi memasuki UAN masih meminta ijin hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
untuk berlatih jaran kepang. Kemudian guru beralih menggunakan bahasa Indonesia untuk mengungkapkan emosi dan kemarahannya. Guru nampak lebih tegas saat menggunakan bahasa Indonesia untuk mengekspresikan kemarahan, terlihat pada tuturan ‘Kalau sekarang masih semester satu saya ijinkan, besuk kalau sudah semester dua saya tidak ijinkan ya’. Saat menggunakan bahasa Indonesia, nada yang digunakan semakin tinggi. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa penggunaan bahasa Jawa dapat meminimalkan ungkapan kemarahan dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Data [D57/SOK6] Guru : Sinten ingkang badhe bayar? Sekarang tanggal berapa? Data pada kutipan di atas merupakan alih kode yang berwujud bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. penggunaan alih kode dilakukan oleh guru saat akan memulai pembelajaran bahasa Jawa di dalam kelas. Awalnya guru menanyakan kepada siswa menggunakan bahasa Jawa yang nampak dalam tuturan ‘Sinten ingkang badhe bayar?’, ternyata pertanyaan tersebut bukanlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Siswa yang akan membayar langsung maju kedepan tanpa menjawab pertanyaan guru. Karena tidak adanya jawaban, kemudian guru bertanya menggunakan bahasa Indonesia mengenai topik yang lain, terlihat dalam tuturan ‘Sekarang tanggal berapa?’. Guru menanyakan tanggal untuk mengisi buku catatan pembayaran buku siswa. Penggunaan alih kode tersebut terjadi karena adanya perubahan topik yang dilakukan oleh penutur sendiri, tanpa adanya pengaruh tuturan dari mitra tutur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
Data [D67/SEM6] Guru : Tugas gawea ukara pacelathon, rong ukara. ‘Tugas buatlah percakapan, dua kalimat.’ Siswa : Gimana sih Pak? Guru : Ora mudheng? ‘Tidak paham?’ Siswa : Boten. ‘ Tidak.’ Guru : Buatlah percakapan, dua kalimat dengan tema kesenengan atau hobi. Satu tokoh dua kalimat, jadi kalian membuat empat kalimat. Temane kesenengan atau hobi. Penggunaan alih kode pada data [D67/SEM6] merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya guru memberikan tugas menggunakan perintah bahasa Jawa, kemudian seorang siswa menggunakan bahasa Indonesia mengungkapkan kebingungannyan. Dalam hal ini nampak bahwa adanya faktor mitra tutur yang tidak paham dengan bahasa yang digunakan penutur. Faktor tersebut memunculkan penggunaan alih kode oleh penutur, sehingga bahasa yang digunakan guru selanjutnya untuk menjelaskan adalah bahasa Indonesia. Fungsi penggunaan alih kode ke bahasa Indonesia dalam kutipan data ini adalah untuk mempermudah penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan. Data [D72/SEM3] Guru : Gembira Loka nandi ya? Dimana? ‘Gembira Loka dimana ya? Dimana? Siswa : Jogja. Guru : Iya bener. ‘ Iya benar.’ Alih kode dalam data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai letak Gembira Loka, Hal tersebut nampak pada kutipan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
‘Gembira Loka nandi ya? Dimana?’. Awalnya guru menggunakan bahasa Jawa saat bertanya. Sebelum ada jawaban dari siswa tiba-tiba guru beralih menggunakan bahasa Indonesia untuk menanyakan hal yang sama. Guru mengulang pertanyaan dengan makna yang sama menggunakan bahasa Indonesia untuk lebih menegaskan pertanyaannya mengenai letak Gembira Loka. Faktor penyebab penggunaan alih kode dalam kutipan tersebut adalah situasi kelas yang kurang kondusif sehingga guru perlu mempertegas pertanyaan agar siswa dapat fokus dan menjawab pertanyaan yang disampaikan. Data [D73/SEM3] Guru
: Sapa sing wis tau nang Taman Kyai Langgeng? ‘ Siapa yang pernah berkunjung ke Taman Kyai Langgeng?’ Siswa : Saya, Bu. Guru : O Kiki sudah, dimana Taman Kyai Langgeng? Data [D73/SEM3] menunjukkan adanya penggunaan alih kode yang berwujud bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk bertanya kepada siswa mengenai siapa yang pernah berkunjung ke Taman Kyai Langgeng, kemudian salah seorang siswa menjawab sudah pernah yang ditunjukkan pada kutipan ‘Saya, bu’. Jawaban atas pertanyaan guru disampaikan dalam bahasa Jawa, namun dijawab oleh siswa menggunakan
bahasa
Indonesia.
Hal
itulah
yang
mempengaruhi
guru
menggunakan alih bahasa, dari bahasa Jawa menjadi bahasa Indonesia. Dalam hal ini faktor pengaruh bahasa mitra tutur berperan. Fungsi penggunaan alih kode dalam data ini adalah agar komunikasi antara guru dengan siswa dapat berjalan dengan baik, sehingga materi dapat dengan mudah tersampaikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
Data [D76/SEM3] Guru : Garapen nang buku! Bukunya dikeluarkan! ‘Kerjakan di buku. Bukunya dikeluarkan!’ Data dalam kutipan di atas merupakan alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Kedua kalimat tersebut menunjukkan adanya perintah yang disampaikan oleh guru. Walaupun sama-sama perintah, namun memiliki makna yang berbeda. Kalimat pertama meminta siswa untuk mengerjakan tugas pada buku, sedangkan kalimat kedua menyuruh siswa untuk mengeluarkan buku. Hal ini disebabkan oleh situasi kelas. Para siswa belum mengeluarkan buku pelajaran saat guru meminta mengerjakan, kemudian guru beralih bahasa untuk menyuruh mereka mengeluarkan buku pelajaran. Fungsinya memberikan peringatan kepada siswa bahwa guru menyuruh siswa mengerjakan tugas dalam buku, sehingga buku perlu untuk dikeluarkan. Data [D79/SEM3] Siswa : Bu ini ditulis? Guru : Ora, ora ditulis. ‘ Tidak, tidak ditulis.’ Siswa : Seperti ini bu? Guru : Ya sudah boleh. Kutipan di atas menandai adanya penggunaan alih kode yang berwujud bahasa, dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran bahasa Jawa di dalam kelas. Awalnya guru menjawab pertanyaan siswa menggunakan bahasa Jawa, kemudian pada jawaban selanjutnya guru menjawab menggunakan bahasa berbeda dari bahasa sebelumnya. Penggunaan alih kode dalam data ini dipengaruhi oleh perasaan guru yang sudah lelah menjelaskan. Jawaban ‘Ya sudah boleh’ yang disampaikan oleh guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
menandakan bahwa guru menyetujui pekerjaan siswa tersebut. Penggunaan bahasa Indonesia dianggap lebih komunikatif, sehingga dengan jawaban tersebut siswa sudah paham bahwa pekerjaannya sesuai. Hal lain yang mempengaruhi penggunaan alih kode dalam data [D79/SEM3] adalah adanya pengaruh bahasa yang digunakan oleh mitra tutur. Siswa menggunakan bahasa Indonesia walaupun awalnya guru menjawab menggunakan bahasa Jawa. Data [D83/SEM3] Siswa Guru Siswa Guru
: Bu Ana, pantai dan taman. : Nomer pira? : Empat Bu. : Ya boleh.
Dalam data ini, penggunaan alih kode yang berwujud bahasa dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran bahasa Jawa. Siswa bertanya menggunakan bahasa Indonesia kepada guru, dan guru menjawab menggunakan bahasa Jawa. Kemudian siswa kembali berbicara menggunakan bahasa Indonesia, namun dalam tuturan selanjutnya guru yang awalnya menggunakan bahasa Jawa beralih menggunakan bahasa Indonesia. Alih kode yang dilakukan oleh guru terjadi saat pencocokan jawaban dalam pembelajaran bahasa Jawa. Siswa bertanya mengenai jawabannya dalam suasana santai menggunakan bahasa Indonesia. Alih kode yang terjadi berfungsi untuk mempermudah guru menjawab pertanyaan dari siswa, sehingga maksud tuturan dapat dipahami oleh siswa dengan cepat dan pembelajaran dapat terus berlangsung dengan lancar. Data [D90/KEM3] Guru : Sing wingi uwis kok saiki ora bisa jawab.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107
‘Kemarin sudah kok sekarang tidak bisa menjawab.’ Siswa : Lupa bu. Guru : Kok lupa. Dalam kutipan di atas, awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk mengungkapkan rasa kesalnya karena siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang kemarin sudah dipelajari. Setelah mendapat jawaban dari siswa, kemudian guru beralih menggunakan bahasa Indonesia. faktor penyebab penggunaan alih kode adalah rasa kesal guru terhadap siswa sehingga guru hanya menirukan jawaban siswa yang mengungkapkan bahwa mereka lupa sehingga tidak dapat menjawab pertanyaan yang kemarin sudah dipelajari. Alih kode dalam kutipan data tersebut, merupakan alih kode yang berwujud bahasa, dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Alih kode dilakukan oleh guru pada suasana pembelajaran di dalam kelas. Guru sebagai penutur dan siswa sebagai mitra tutur yang mempengaruhi penggunaan alih kode. Data [D92/KEM3] Siswa : Halaman pinten bu? ‘ Halaman berapa bu?’ Guru : Halaman sewelas. ‘ Halaman sebelas.’ Siswa : Dibaca ya bu? Guru : Iya yang keras. Alih kode dalam kutipan data tersebut merupakan alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Kata halaman dalam hal ini dianggap sebagai penggunaan bahasa Jawa, sehingga dapat dikatakan bahwa data [D92/KEM3] mengalami alih kode. Awalnya guru menggunakan bahasa Jawa saat menjawab pertanyaan siswa yang juga menggunakan bahasa Jawa. Namun, dalam percakapan selanjutnya yang masih dalam satu topik materi pembelajaran, siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108
bertanya kepada guru menggunakan bahasa Indonesia. Alih kode terjadi saat guru menjawab pertanyaan menggunakan bahasa Indonesia yang disampaikan oleh siswa menggunakan bahasa Indonesia pula. Penggunaan alih kode terjadi karena guru menyesuaikan dengan tuturan yang disampaikan oleh siswa. Saat siswa bertutur menggunakan bahasa Jawa, guru menjawab dengan bahasa Jawa, dan saat siswa beralih, guru menggunakan bahasa yang sesuai dengan tuturan siswa. Fungsi alih kode dalam hal ini agar terjadi komunikasi yang baik antara guru dan siswa, sehingga maksud tuturan dapat tersampaikan dengan baik. Data [D93/SOK3] Guru : Saiki percaya karo awakke dhewe ora usah nengok nggon kancane. Itu bukunya buka lembaran yang kosong! ‘Sekarang percaya dengan kemampuan sendiri tidak perlu menengok pekerjaan temannya. Itu bukunya buka lembaran yang kosong!’ Penggunaan alih kode pada kutipan data tersebut merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Alih kode yang terjadi dilakukan oleh guru saat pembelajaran bahasa Jawa di dalam kelas. Awalnya guru memberikan peringatan kepada siswa supaya percaya diri dalam mengerjakan soal tanpa menengok ke temannya, tuturan tersebut berlangsung menggunakan bahasa Jawa. Namun kemudian guru beralih menggunakan bahasa Indonesia untuk mempertegas peringatan kepada satu siswa yang masih belum percaya diri dengan pekerjaannya. Guru meminta kepada siswa tersebut agar membuka buku lembaran yang kosong, sehingga tidak ada menyontek menggunakan catatan ataupun pekerjaan teman yang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109
Alih kode dalam kutipan data di atas dilatarbelakangi oleh adanya faktor pengkhusususan mitra tutur. Guru beralih menggunakan bahasa Indonesia saat memberikan peringatan kepada satu siswa yang masih belum percaya diri atas pekerjaannya. Fungsi penggunaan alih kode dalam kutipan data tersebut adalah untuk menguatkan perintah guru kepada siswa agar percaya diri dengan pekerjaannya. Data [D94/SOK3] Guru : Nek nulis aksara Jawa nggantung garis apa mepet ngisor? Masih ingat ya? ‘Kalau menulis aksara Jawa menggantung garis atau mepet bawah. Masih ingat ya?’ Penggunaan alih kode pada data [D94/SOK3] merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya guru bertanya menggunakan bahasa Jawa, yang nampak pada tuturan ‘Nek nulis aksara Jawa nggantung garis apa mepet ngisor?’. Kemudian guru kembali bertanya sebelum mendapatkan jawaban dari siswa, namun pertanyaannya menggunakan bahasa Indonesia yang nampak dalam tuturan ‘Masih ingat ya?’. Penggunaan alih kode dalam data ini disebabkan penutur bermaksud memberikan pertanyaan kepada mitra tuturnya. Data [D95/SOK3] Guru : Mosok siji wae ora kelingan mas Rendi? ‘Masa satu saja tidak ada yang ingat mas Rendi?’ Siswa : Lupa bu. Guru : Kemarin kan sudah. Penggunaan alih kode pada kutipan data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110
memberikan pertanyaan menggunakan bahasa Jawa kepada salah seorang siswa yang nampak dalam tuturan ‘Mosok siji wae ora kelingan mas Rendi?’. Namun siswa tersebut menjawab menggunakan bahasa Indonesia yang menyebabkan guru beralih menggunakan bahasa Indonesia dalam tuturan berikutnya. Alih kode yang dilakukan oleh guru dipengaruhi oleh penggunaan bahasa oleh mitra tutur yang menjawab menggunakan bahasa Indonesia saat ditanya oleh guru. Fungsi penggunaan alih kode dalam tuturan tersebut adalah mengingatkan kepada mitra tutur bahwa materi tersebut sudah pernah disampaikan pada pembelajaran sebelumnya. Data [D98/SOK3] Guru : Jal sing urung diteliti bu guru mau, salah pira? Sapa sing ora bener kabeh? Sapa sing bener kabeh? Mbak Rani salah berapa? ‘Yang belum diteliti bu guru, salah berapa? Siapa yang tidak benar semua? Siapa yang benar semua? Mbak Rani salah berapa?’ Penggunaan alih kode pada kutipan data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya guru memberikan beberapa kali pertanyaan menggunakan bahasa Jawa untuk menanyakan kepada seluruh siswa didalam kelas mengenai hasil pekerjaan mereka. Pertanyaan pertama menanyakan kepada siswa yang pekerjaannya belum diteliti oleh bu guru mendapatkan salah berapa. Kemudian guru berlanjut menanyakan siapa yang tidak benar semua dan siapa yang benar semua. Namun kemudian guru beralih menggunakan bahasa Indonesia saat bertanya kepada satu siswa, yang ditunjukkan dalam tuturan ‘Mbak Rani salah berapa?’. Alih kode yang dilakukan oleh guru dalam kutipan data tersebut berfungsi untuk memberikan pertanyaan kepada mitra tutur. Faktor penyebab penggunaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111
alih kode adalah karena adanya pengkhususan mitra tutur. Nampak saat awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk bertanya kepada seluruh siswa, namun kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia karena guru bertanya kepada satu siswa. Data [D111/SOK6] Guru : Sapa meneh kene sing ora rampung, Dewi kenang apa? Kekeselen dolan? ‘Siapa lagi yang tidak selesai, Dewi kenapa? Kecapekan bermain?’ Siswa : Ora ‘Tidak.’ Guru : Njuk kenang apa? ‘ Lalu kenapa?’ Siswa : Bukunya salah, bu. Penggunaan alih kode pada kutipan data [D111/SOK6] merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk bertanya kepada salah seorang siswa,kemudian guru mendapatkan jawaban menggunakan bahasa Jawa pula. Namun setelah pertanyaan berikutnya, siswa menjawab menggunakan bahasa Indonesia yang ditunjukkan pada tuturan ‘Bukunya salah, bu’. Alih kode dalam data ini dilakukan oleh siswa saat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Hal ini dilakukan oleh siswa untuk mempermudah menyampaikan jawaban atau tuturan kepada guru. Faktor penyebab penggunaan alih kode oleh siswa kerena siswa tidak menguasai bahasa Jawa dengan baik, sehingga dia merasa lebih sopan saat berbicara menggunakan bahasa Indonesia kepada guru. Data [D115/SOK6] Guru : Apa to manfaate dolan? Tidak ada. ‘Apa to manfaatnya bermain? Tidak ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112
Penggunaan alih kode pada kutipan data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. awalnya guru bertanya menggunakan bahasa Jawa kepada para siswa mengenai manfaat bermain. Kemudian secara tegas guru menjawab pertanyaannya sendiri menggunakan bahasa Indonesia, bahwa bermain itu tidak memiliki manfaat, yang ditandai dalam tuturan ‘Tidak ada’. Faktor penggunaan alih kode dalam data ini adalah faktor kemarahan guru yang mendapati para siswanya tidak selesai mengerjakan pekerjaan rumah. Guru marah sehingga untuk mempertegas kemarahannya guru beralih bahasa dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. fungsi alih kode dalam data ini untuk memberikan nasihat kepada para siswa bahwa tidak ada manfaat dari bermain, sehingga siswa tidak lagi melalaikan pekerjaan rumah hanya karena bermain. Data [D119/SOK3] Guru : Wis buku matematikane disimpen sik. ‘Buku matematikanya disimpan dulu.’ Siswa : Bu ada PR bu. Guru : PR apa? Siswa : Bahasa Jawa bu. Penggunaan alih kode pada kutipan data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Guru menggunakan bahasa Jawa untuk memerintahkan kepada para siswa supaya menyimpan buku matematikanya, yang ditandai dalam tuturan ‘Wis buku matematikane disimpen sik’. Kemudian seorang siswa mengingatkan kepada guru menggunakan bahasa Indonesia bahwa ada PR, yang ditunjukkan dalam tuturan ‘Bu ada PR bu’. Alih kode yang terjadi dilakukan oleh guru saat menjawab
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113
tuturan siswa dengan bertanya ‘PR apa?’. Faktor pengaruh bahasa oleh mitra tutur nampak dalam data ini, dari guru yang awalnya menggunakan bahasa Jawa kemudian beralih ke bahasa Indonesia karena adanya pengaruh dari siswa yang menggunakan bahasa Indonesia saat mengingatkan kepada guru bahwa ada PR. Data [D120/SOK3] Guru : Sampun, saiki dicocoke nomer siji. Siapa yang mau maju? ‘Sudah, sekarang dicocokan nomor satu.’ Penggunaan alih kode pada kutipan data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Alih kode dalam data ini dilakukan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Awalnya guru memberitahukan kepada siswa untuk mencocokkan tugas nomor satu. Tuturan tersebut dilakukan oleh guru menggunakan bahasa Jawa, yang ditandai dalam tuturan ‘Sampun, saiki dicocoke nomer siji’. Kemudian guru beralih dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia saat memberikan pertanyaan. Data yang menunjukkan penggunaan bahasa Indonesia ditandai dalam tuturan ‘Siapa yang mau maju?’. Faktor penyebab penggunaan alih kode dalam data ini adalah perubahan topik yang awalnya guru memberikan informasi untuk mencocokan kemudian berubah menjadi bertanya kepada siswa. Data [D129/SEM6] Guru : Sing wis rampung sapa? ‘Siapa yang sudah selesai?’ Siswa : Belum pak. Guru : Lita sudah? Siswa : Belum pak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114
Penggunaan alih kode pada kutipan data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk bertanya kepada para siswa, hal ini ditandai dengan tuturan ‘Sing wis rampung sapa?’. Kemudian guru beralih menggunakan bahasa Indonesia saat bertanya kepada satu siswa, yaitu Lita, yang ditandai dalam tuturan ‘Lita sudah?’. Alih kode dalam kutipan data ini terjadi karena adanya faktor pengkhususan mitra tutur. Dapat dijelaskan bahwa saat guru bertanya kepada para siswa di dalam kelas guru menggunakan bahasa Jawa, namun saat khusus bertanya kepada Lita, guru menggunakan bahasa Indonesia. Fungsi penggunaan alih kode dalam data ini adalah untuk memberikan pertanyaan khusus kepada salah seorang siswa. Data [D122/SOK3] Guru : Dhalange leh ngomong ora waton ngendika, ora waton ngomong. Yen suarane Petruk kepriye, yen suarane Bagong piye. Saiki bu guru arep nyuplik siji cerita wayang, yaiku cerita Pandhawa. Sakdurunge diterusake nang kono wis ana wacan sing irahirahane, apa irah-irahan? Irah-irahan iku judul. Apa judule? Judule yaiku Pandhawa. Coba dibaca yang keras mbak Maya! ‘Dalangnya berbicara tidak asal berbicara. Kalau suaranya Petruk bagaimana, suaranya Bagong bagaimana. Sekarang bu guru akan mengutip cerita wayang, yaitu cerita Pandawa. Sebelum dilanjutkan disana sudah ada bacaan yang judulnya, apa judulnya? Judulnya yaitu Pandawa. Coba dibaca yang keras mbak Maya!’ Penggunaan alih kode pada kutipan data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Dalam kutipan data di atas nampak bahwa guru awalnya menjelaskan materi pelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115
menggunakan bahasa Jawa. Namun saat guru beralih memberikan perintah kepada salah seorang siswa, guru beralih menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini karena guru bermaksud memberikan perintah kepada siswa dengan bahasa yang mudah ditangkap oleh siswa tersebut, sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa ada pengulangan pertanyaan dari siswa tentang perintah guru tersebut. Dapat dikatakan bahwa penggunaan alih kode dalam data ini untuk menguatkan perintah dari guru kepada siswa. b. Alih kode berwujud bahasa Indonesia ke bahasa Jawa Alih kode yang berwujud peralihan bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa ditemukan sebanyak 20 data. Data [D5/KEM3] Guru : Ada apa mbak Yanti? Kok dumal dumil wae, mbak Jesika pindah, ndak mbak yanti nangis wae. ‘Ada apa mbak Yanti? Kok usil, mbak Jesika pindah, nanti mbak Yanti nagis terus.’ Data di atas merupakan penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Awalnya guru menggunakan bahasa Indonesia untuk bertanya kepada seorang siswa yang di tandai dalam tuturan ‘Ada apa mbak Yanti?’ kemudian saat memberikan nasihat, guru beralih menggunakan bahasa Jawa. Nasihat dalam data tersebut ditandai dengan tuturan ‘Kok dumal dumil wae, mbak Jesika pindah, ndak mbak yanti nangis wae’. Tuturan bermaksud nasihat yang disampaikan guru ditujukan kepada Jesika supaya tidak mengganggu Yanti. Alih kode dalam data ini terjadi karena adanya pengkhususan terhadap mitra tutur, yaitu kepada siswa bernama Jesika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116
Data [D6/KEM3] Guru : Kenapa mbak Yanti? Saiki ganti karo mas adit? ‘Kenapa mbak Yanti? Sekarang ganti dengan mas Adit?’ Data di atas merupakan penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Dalam kutipan data di atas, awalnya guru menggunakan bahasa Indonesia untuk bertanya kepada siswa yang bernama Yanti, namun kemudian guru beralih menggunakan bahasa Jawa saat siswa tersebut masih bercanda dengan teman yang lain, padahal sudah dipindah. Kutipan data tersebut menandai penyebab penggunaan alih kode yang terjadi karena pengaruh rasa kesal guru terhadap siswa yang tidak berhenti bercanda dan membuat teman yang lain terganggu. Fungsi penggunaan alih kode yang dilakukan oleh guru saat bertanya kepada siswa adalah memberikan nasihat yang tersembunyi, yaitu untuk tidak bercanda lagi. Data [D8/KEM3] Siswa : Bu ini boleh dibawa pulang, bu? Guru : Wonten napa mas hengky? ‘Ada apa mas Hengky?’ Siswa : Niki buku pakete bu. ‘Ini buku paketnya bu.’ Kutipan data di atas merupakan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Alih kode dilakukan oleh siswa saat bertanya kepada guru, yang ditandai dalam tuturan ‘Bu ini boleh dibawa pulang, bu?’. Pertanyaan yang disampaikan oleh siswa tersebut dijawab oleh guru menggunakan bahasa Jawa yang ditandai dalam tuturan ‘Wonten napa mas hengky?’, sehingga siswa beralih kode untuk mengulang tuturannya dengan lebih jelas dan lebih sopan menggunakan bahasa Jawa yang nampak pada tuturan ‘Niki buku pakete bu’.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
Faktor penyebab penggunaan alih kode yang dilakukan oleh siswa karena adanya pengaruh bahasa yang digunakan oleh mitra tutur. Fungsi penggunaan alih kode yang nampak adalah untuk mengulang tuturan dengan makna yang sama agar lebih jelas. Faktor lain adalah faktor kesopanan, penggunaan bahasa Jawa oleh mitra tutur sebenarnya untuk membiasakan siswa lebih sopan saat bertanya kepada guru menggunakan bahasa Jawa. Data [D9/KEM3] Siswa :Bu soalnya di tulis? Guru : Iya ditulis. Siswa : Rasah ditulis lah bu. Kutipan data di atas merupakan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Awalnya siswa menggunakan bahasa Indonesia untuk bertanya kepada guru, yang ditandai dalam tuturan ‘Bu soalnya di tulis?’. Kemudian siswa beralih menggunakan bahasa Jawa dengan maksud meminta kepada guru untuk tidak menulis soalnya. Penggunaan alih kode dalam data ini dimaksudkan untuk mengakrabkan diri dengan guru. Data [D11/KEM3] Siswa : Bu, buatnya soal berapa? Siswa : Dijawab boten bu? ‘Dijawab tidak bu?’ Guru : Boten sah. ‘Tidak perlu.’ Data di atas merupakan wujud penggunaan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Alih kode dalam kutipan data tersebut dilakukan oleh siswa. Awalnya siswa bertanya kepada guru menggunakan bahasa Indonesia, namun kemudian beralih menggunakan bahasa Jawa. Siswa menanyakan kepada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118
guru mengenai perintah yang diberikan oleh guru, kemudian siswa kembali bertanya dengan pertanyaan yang berbeda menggunakan kode yang berbeda pula. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mempermudah menyampaikan tuturan siswa kepada guru. Data [D12/KEM3] Siswa : Sudah bu. Guru : Sampun? ‘Sudah?’ Siswa : Sampun, bu. ‘Sudah, bu.’ Pada kutipan data [D12/KEM3] menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Siswa menjawab pertanyaan guru menggunakan bahasa Indonesia, yang ditandai dalam kutipan ‘Sudah bu’. Namun saat guru kembali bertanya dengan menggunakan bahasa Jawa, akhirnya siswa beralih menggunakan bahasa Jawa untuk kembali menjawab pertanyaan guru. Faktor penyebab penggunaan alih kode dalam data ini adalah pengaruh bahasa yang digunakan oleh guru, sehingga siswa beralih menggunakan bahasa Indonesia. Data [D18/KEM3] Siswa : Bu, yang mana bu? Guru : Eyalah, sing mbok waca mau. Diringkes isine nganggo kalimatmu dhewe. Mudheng? ‘Yang tadi kamu baca. Diringkas isinya menggunakan kalimatmu sendiri. Paham?’ Siswa : Nggih bu. ‘Iya bu.’
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119
Pada kutipan data [D18/KEM3] menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Alih kode dalam kutipan data ini dilakukan oleh siswa. Awalnya siswa menggunakan bahasa Indonesia saat bertanya kepada guru, ditandai dalam kutipan ‘Bu, yang mana bu?’. Kemudian siswa beralih menggunakan bahasa Jawa saat mendengar penjelasan dari guru. Siswa menjawab tuturan guru yang berbahasa Jawa saat menanyakan apakah sudah paham, jawaban tersebut ditandai pada tuturan ‘Nggih bu’. Faktor penyebab penggunaan alih kode dalam data ini adalah pengaruh penggunaan bahasa oleh mitra tutur. Dari siswa yang awalnya menggunakan bahasa Indonesia untuk bertanya kepada guru, kemudian dapat beralih menjadi bahasa Jawa karena bahasa yang digunakan guru saat menjelaskan dan bertanya kepada siswa. Fungsi alih kode yang dilakukan oleh siswa dalam data ini adalah menciptakan komunikasi yang baik. Data [D46/SOK3] Guru : Ternyata membaca bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia itu berbeda ya? Gampang sing pundi? ‘Ternyata membaca bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia itu berbeda ya? Lebih mudah yang mana?’ Siswa : Bahasa Indonesia. Pada kutipan data di atas menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Guru menanyakan persetujuan siswa bahwa membaca teks berbahasa Jawa dengan teks berbahasa Indonesia itu memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Pertanyaan tersebut disampaikan oleh guru dalam tuturan bahasa Indonesia, yang ditandai pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120
kutipan ‘Ternyata membaca bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia itu berbeda ya?’. Guru melanjutkan pertanyaan tersebut dengan menanyakan lebih gampang yang mana. Dalam pertanyaan lanjutan tersebut, guru beralih menggunakan bahasa Jawa, yang ditandai dalam kutipan ‘Gampang sing pundi?’. Faktor penyebab alih kode dalam data ini adalah faktor situasi kelas yang saat itu sedang berlangsung pembelajaran bahasa Jawa, hal ini untuk lebih membiasakan penggunaan bahasa Jawa oleh guru dan siswa. Data [D48/SOK3] Guru : Belum bisa membaca? Siswa : Bisa, bu, tapi dieja-eja. Guru : Yowis rapapa. Ayo maju. ‘Iya tidak apa-apa. Ayo maju.’ Pada kutipan data di atas menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Awalnya guru menggunakan bahasa Indonesia untuk bertanya kepada salah seorang siswa, namun kemudian guru beralih menggunakan bahasa Jawa saat mendengar jawaban dari siswa. Guru bertanya apakah siswa tersebut belum bisa membaca karena saat diperintahkan untuk membaca tidak segera melaksanakan. Mendapat jawaban dari siswa yang menyatakan bahwa dirinya bisa membaca namun masih belum lancar, guru menjadi beralih ke bahasa Jawa. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan keakraban kepada siswa dan meyakinkan untuk tetap membaca walaupun masih belum lancar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121
Data [D65/SEM6] Guru :… Sudah pernah berjanji tidak akan mengulangi kesalahan. Kok isih suit-suit kaya nang lapangan. Sudah dua kali peringatan ya. Ayo terus mulai, Rudi karo Annisa. Jangan diulangi lagi! Pada kutipan data di atas menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Dalam kutipan data tersebut nampak bahwa guru menggunakan bahasa Indonesia saat mengingatkan kesalahan siswa yang terdahulu. Kemudian guru beralih menggunakan bahasa Jawa saat mengungkapkan kesalahan yang baru dilakukan. Dan kembali lagi beralih menggunakan bahasa Indonesia untuk mengingatkan kembali yang dilanjutkan peralihan kode ke bahasa Jawa saat berganti topik, yaitu terlihat saat guru melanjutkan pembelajaran, walaupun selanjutnya kembali menggunakan bahasa Indonesia untuk menegaskan kemarahannya. Data ini menjelaskan bahwa alih kode terjadi karena adanya pengkhususan mitra tutur dan pergantian topik. Data [D71/SEM3] Guru : Dibaca sendiri atau dibacakan Bu Ana? Siswa : Bu Ana. Guru : Papan Plesiran ki apa? Pada kutipan data di atas menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Awalnya guru menggunakan bahasa Indonesia saat akan memulai pembelajaran bahasa Jawa, penggunaan bahasa Indonesia tersebut nampak pada kutipan ‘Dibaca sendiri atau dibacakan Bu Ana?’. Setelah mendapatkan jawaban dari siswa, kemudian guru beralih menggunakan bahasa Jawa. Alih kode dilakukan karena guru menyesuaikan dengan situasi kelas yang saat itu sedang berlangsung pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122
bahasa Jawa. Materi yang disampaikan adalah teks berbahasa Jawa. Fungsi penggunaan alih kode dalam data ini untuk menyampaikan materi bahasa Jawa yang berbahasa Jawa. Data [D80/SEM3] Guru : Ya digoleki nang kene. Kan ini pertanyaan dari jawaban. Siswa : Apa bu? Guru : Ya apa, jal digoleki nang bacaan. Pada kutipan data di atas menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Guru menjelaskan bahwa tugas tersebut merupakan pertanyaan dari jawaban, yang ditunjukkan pada kutipan ‘Kan ini pertanyaan dari jawaban’. Mendengar tuturan dari siswa yang masih menanyakan mengenai tugas tersebut, akhirnya guru menjawab untuk mencari pada bacaan yang ditunjukkan pada kutipan ‘Ya apa, jal digoleki nang bacaan’. Jawaban guru saat meminta siswa mencari jawaban pada bacaan terlihat bahwa guru menggunakan bahasa Jawa. Alih kode yang terjadi dalam kutipan tersebut dilatarbelakangi oleh faktor kesal seorang guru karena harus menjelaskan secara berulang-ulang. Akhirnya guru kesal dan hanya memberikan penegasan kepada para siswa untuk sekali lagi melihat pada bacaan. Data [D82/SEM3] Guru : Sudah semua? Siswa : Saya belum bu. Guru : Nada tekan nomer pira? Ayo- ayo dirampungke. ‘Nada sampai nomor berapa? Ayo-ayo diselesaikan.’ Pada kutipan data [D82/SEM3] menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Awalnya guru menggunakan bahasa Indonesia saat bertanya kepada seluruh siswa yang ditandai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123
dalam tuturan ‘Sudah semua?’. Mendapat jawaban dari seorang siswa yang menyatakan bahwa dirinya belum selesai, kemudian guru beralih menggunakan bahasa Jawa saat bertanya khusus kepada siswa tersebut. Pertanyaan guru saat menggunakan bahasa Jawa ditandai dalam tuturan ‘Nada tekan nomer pira?’. Alih kode yang terjadi karena adanya pengkhusussan mitra tutur, dari yang awalnya bertanya kepada seluruh siswa berubah menjadi bertanya kepada satu siswa. Fungsi penggunaan alih kode dalam data ini adalah untuk memberi pertanyaan khusus kepada salah seorang siswa. Data [D84/SEM3] Guru : Mentari salah berapa? Siswa : Betul semua, biji berapa bu? Guru : Ya satus. ‘Ya seratus.’ Pada kutipan data [D84/SEM3] menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Alih kode dilakukan oleh guru, awalnya guru menggunakan bahasa Indonesia untuk bertanya kepada salah seorang siswa yang ditandai dalam kutipan ‘Mentari salah berapa?’. Alih kode ke bahasa Jawa ditandai dalam tuturan ‘Ya satus’, tuturan tersebut dilakukan oleh guru saat menjawab pertanyaan dari siswa. Data [D87/KEM6] Siswa : Bu, yang itu apa? Guru : Yang mana, sing endi? Siswa : Nomer sekawan. ‘Nomor empat.’ Pada kutipan data di atas menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Alih kode dilakukan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124
siswa, awalnya siswa menggunakan bahasa Indonesia saat bertanya kepada guru yang ditandai dalam kutipan ‘Bu, yang itu apa?’. Kemudian siswa beralih menggunakan bahasa Jawa saat menjawab pertanyaan dari guru yang menegaskan pertanyaaan siswa sebelumnya. Jawaban siswa tersebut dilakukan dengan menggunakan bahasa Jawa yang ditandai dalam tuturan ‘Nomer sekawan’. Data [D104/SOK6] Guru : Hari ini siapa yang tidak masuk? Siswa : Aris, bu. Guru : Kenang apa? ‘Kenapa?’ Pada kutipan data di atas menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Awalnya guru bertanya menggunakan bahasa Indonesia yang ditandai dalam kutipan ‘Hari ini siapa yang tidak masuk?’ Kemudian guru beralih menggunakan bahasa Jawa untuk memberikan pertanyaan setelah mendengar jawaban dari siswa. Penggunaan alih kode dalam data ini disebabkan karena guru ingin lebih mendekatkan diri dengan siswa untuk mencari info lebih dalam mengenai siswa yang tidak masuk. Data [D105/SOK6] Guru
: Ya sekarang pelajarannya bahasa Jawa. Buku dimensi wis dibagi urung ya? ‘Ya sekarang pelajarannya bahasa Jawa. Buku dimensi sudah dibagi belum?’
Pada kutipan data di atas menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Adanya perubahan topik dari guru yang awalnya memberikan info untuk memulai pelajaran bahasa Jawa yang ditandai dalam tuturan ‘Ya sekarang pelajarannya bahasa Jawa’ berubah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125
menjadi pertanyaan yang menanyakan pembagian buku dimensi. Awalnya guru menggunakan bahasa Indonesia saat menginformasikan, kemudian beralih menggunakan bahasa Jawa yang ditandai dalam kutipan ‘Buku dimensi wis dibagi urung ya?’ yang fungsinya untuk memberikan pertanyaan kepada para siswa. Data [D106/SOK6] Guru
: Kanggo isuk iki bu guru arep maringke bab micara. Micara iku apa to? ‘Pagi ini bu guru akan mengajarkan bab berbicara. Berbicara itu apa?’ Siswa : Berbicara. Guru : Iya, kalau dalam bahasa Indonesia bisa disebut percakapan. Pada kutipan data di atas menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Alih kode dilakukan oleh guru, awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk memulai pembelajaran, guru menanyakan kepada siswa arti berbicara. Siswa menjawab pertanyaan guru menggunakan bahasa Indonesia yang menyebabkan guru beralih menggunakan bahasa Indonesia dalam tuturan selanjutnya. Penggunaan alih bahasa ditandai dalam tuturan ‘Kanggo isuk iki bu guru arep maringke bab micara. Micara iku apa to?’ berubah ke bahasa Indonesia yang ditandai dalam tuturan ‘Iya, kalau dalam bahasa Indonesia bisa disebut percakapan’. Data [D126/SEM3] Guru : Halaman tiga belas. Stasiun Balapan, sudah? Siswa : Belum. Guru : Iki jenenge geguritan. Geguritan kui puisi Jawa. ‘Ini namanya geguritan. Geguritan itu puisi Jawa.’ Pada kutipan data di atas menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Alih kode yang terjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126
dalam kutipan data ini berlangsung saat pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Guru menanyakan materi kepada siswa menggunakan bahasa Indonesia yang ditandai pada kutipan ‘Stasiun Balapan, sudah? Kemudian beralih menggunakan bahasa Jawa untuk menjelaskan materi yang akan diajarkan. Penggunaan bahasa Jawa tersebut, ditandai dalam kutipan ‘Iki jenenge geguritan. Geguritan kui puisi Jawa’. Alih kode dilakukan oleh guru untuk menyampaikan materi berbahasa Jawa menggunakan bahasa Jawa agar siswa paham dengan materi yang akan disampaikan merupakan puisi jawa yang disebut dengan istilah geguritan. Data [D127/SEM3] Guru : Yak yang mau pertama kali baca siapa? dua-dua ya. Siswa : Satu-satu aja bu sesuai nomer. Guru : Ya sakarepe bu Ana to, hayo? ‘Terserah bu Ana ya, hayo?’ Pada kutipan data di atas menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Awalnya guru menggunakan bahasa Indonesia untuk menanyakan kepada siswa yang pertama kali akan membaca, kemudian guru menginstruksikan untuk membaca dua-dua. Salah seorang siswa menyatakan ketidak setujuannya yang menyebabkan guru beralih menggunakan bahasa Jawa untuk memangkas ketidak setujuan siswa tersebut. Faktor penyebab penggunaan alih kode dalam kutipan data tersebut adalah rasa kesal guru terhadap siswa yang tidak setuju atas perintahnya. Fungsi penggunaan alih kode oleh guru tersebut adalah untuk menguatkan perintah. c.
Alih kode berwujud bahasa Arab ke bahasa Jawa Alih kode yang berwujud peralihan bahasa dari bahasa Arab ke bahasa
Jawa tidak banyak ditemukan. Dalam penelitian ini ditemukan 1 (satu) data yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127
menunjukkan adanya alih kode dari bahasa Arab ke bahasa Jawa, beberapa kali ditemukan namun memiliki tuturan yang sama persis sehingga hanya diambil satu data saja. Data yang menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa Arab ke bahasa Jawa terdapat pada data dengan kode [D54/SOK6]. Data [D54/SOK6] Guru : Selamat pagi. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakattuh. Siswa : Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakattuh. Guru : Sing ra masuk sapa? ‘Siapa yang tidak masuk?’ Siswa : Nur Rofiq, bu. Guru : Kenangapa kok ora masuk? ‘Kenapa kok tidak masuk?’ Siswa : Sepitan, bu. ‘Sunat, bu’ Data dalam kutipan di atas merupakan alih kode yang berwujud bahasa, dari bahasa Arab ke bahasa Jawa. Awalnya guru mengucapkan salam menggunakan bahasa Arab yang ditandai dalam kutipan ‘Assalamualaikum warahmatullahi wabarakattuhu’ kemudian setelah mendapat jawaban dari siswa, guru beralih menggunakan bahasa Jawa untuk menanyakan siapa yang tidak masuk pada hari itu. Dalam hal ini alih kode terjadi karena adanya perubahan topik, dari guru yang awalnya mengucapkan salam kemudian beralih melakukan presensi siswa. Selain itu, alih kode terjadi juga karena adanya pengaruh guru yang memiliki latar belakang sebagai seorang muslim. Sebagian besar siswa juga memiliki latar belakang agama yang sama, sehingga alih kode dalam data tersebut tidak menunjukkan adanya kecanggungan antara siswa dan guru. Alih kode dari bahasa Arab ke bahasa Jawa dalam hal pengucapan salam sudah menjadi hal yang biasa dalam kegiatan pembelajaran di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
128
dalam kelas. Dalam penelitian ini memang tidak ditemukan data lain yang menunjukkan alih kode dari bahasa Arab ke bahasa Jawa. d. Alih kode berwujud bahasa Jawa ke bahasa Arab Alih kode yang berwujud peralihan bahasa dari bahasa Jawa ke bahasa Arab ditemukan sebanyak 1 (satu) data. Data D103/SOK6 Siswa :Sugeng enjing, bu. ‘Selamat pagi, bu.’ Guru : Sugeng enjing. Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh. ‘Selamat pagi. Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh.’ Siswa : Waalaikumsalam warohmatullahi wabarakatuh. Kutipan data di atas menandakan adanya alih kode berwujud bahasa dari bahasa Jawa ke bahasa Arab. Hal tersebut ditunjukkan pada kutipan ‘Sugeng enjing’ yang disampaikan oleh guru saat menjawab salam dari siswa yang juga menggunakan bahasa Jawa. Setelah menjawab salam menggunakan bahasa Jawa kemudian guru juga mengucapkan salam kepada siswa namun dengan menggunakan bahasa Arab. Penggunaan bahasa Arab dalam memberikan salam, karena seorang muslim memang diwajibkan untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan saudara sesama muslim, yaitu dengan tuturan ‘Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh‘ yang didalamnya mengandung doa baik. Hal yang melatar belakangi penggunaan alih kode ini sama dengan data [D54/SOK6], yaitu karena adanya pengaruh agama yang di anut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129
e.
Alih kode berwujud ragam krama ke ragam ngoko Dalam penelitian ini penggunaan alih kode yang berwujud ragam krama
ke ragam ngoko ditemukan sebanyak 4 (empat) data. Data [D15/KEM3] Guru : Sanese mirengake. Baleni Aji, moh nek guyon. ‘ Lainnya mendengarkan. Ulangi Aji, tidak boleh bercanda.’ Dalam data ini, alih kode berwujud ragam dari krama ke ngoko ditandai oleh tuturan guru kepada siswa. Saat guru meminta kepada para siswa untuk mendengarkan, guru menggunakan ragam krama, namun saat meminta kepada satu orang, guru beralih menggunakan ragam ngoko. Dalam data ini menunjukkan adanya pengkhususan terhadap mitra tutur. Hal tersebut dilakukan agar siswa bernama Aji tidak bercanda saat diminta membaca. Penegasan terlihat saat guru meminta untuk mengulangi membaca, dan guru menginginkan agar Aji serius dalam melaksanakan perintah guru. Data [D28/KEM6] Guru : Saumpami sampun mangertosi sedaya, perlu mundhut pirsa boten? Perlu ditakokake ora? ‘ Seandainya sudah mengerti semua, masih perlu bertanya tidak? Ada yang perlu ditanyakan tidak?’ Siswa : Boten. ‘Tidak.’ Dari kutipan data di atas nampak adanya penggunaan alih kode berwujud ragam dari krama ke ngoko. Awalnya guru menggunakan ragam krama untuk menanyakan kepada siswa apakah sudah paham atau belum, dan apabila sudah paham apakah perlu untuk bertanya, yang terlihat pada tuturan ‘Saumpami sampun mangertosi sedaya, perlu mundhut pirsa boten?’. Kemudian guru beralih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
130
menggunakan ragam ngoko yang ditunjukkan pada kutipan ‘Perlu ditakokake ora?’ dengan tuturan yang bermakna sama dengan tuturan sebelumnya yang menggunakan ragam krama. Alih kode dengan mengulang kembali makna tuturan berfungsi untuk memperjelas maksud tuturan. Dengan mengulang kembali tuturan dari ragam krama ke ragam ngoko, guru ingin agar pesan yang disampaikan tidak berbeda, sehingga mudah dipahami oleh mitra tuturnya. Data [D34/KEM6] Guru : Bu guru badhe ngabsen rumiyin, boten manggili setunggalsetunggal. Sinten rencang ingkang boten mlebet? Sapa kancamu sing ora mlebu? ‘Bu guru akan mengabsen terlebih dahulu, tidak memanggil satusatu. Siapa teman yang tidak masuk? Siapa temanmu yang tidak masuk? Data [D34/KEM6] menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud ragam dari krama ke ngoko. Alih kode dalam data ini dilakukan oleh guru saat melakukan presensi terhadap siswa. Dalam tuturan tersebut, guru mengatakan bahwa akan melakukan presensi namun tidak memanggil satu-satu, guru langsung menanyakan kepada seluruh siswa adakah yang tidak masuk. Awalnya guru menggunakan ragam krama, kemudian untuk lebih memperjelas pertanyaannya, guru mengulang tuturannya dengan makna yang sama namun menggunakan ragam berbeda. Guru beralih menggunakan ragam ngoko untuk memperjelas pertanyaannya. Fungsi penggunaan alih kode dalam data ini adalah mengulang tuturan dengan makna yang sama agar tuturan segera mendapat respon dari mitra tutur. Faktor penyebab pengulangan tuturan dengan makna yang sama dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
131
beralih ragam karena siswa tidak segera memberikan respon kepada guru atas pertanyaan guru. Data [D17/KEM3] Guru : Sampun jelas dereng? Sampun cetha dereng? Dirungakake sepisan malih nggih. Menawi sampun, dongeng niku wau dicritake malih ngagem ukarane dhewe. Dadi nganggo basane dhewe. Diringkes, yen diringkes saya sithik apa saya akeh? ‘Sudah jelas belum? Didengarkan sekali lagi. Kalau sudah, dongengnya diceritakan kembali menggunakan kalimatnya sendiri. Jadi menggunakan bahasanya sendiri. Diringkas, kalau diringkas semakin sedikit atau banyak?’ Data [D17/KEM3] menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud ragam dari krama ke ngoko. Alih kode dalam data ini dilakukan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Awalnya guru menjelaskan materi menggunakan bahasa Jawa ragam krama, kemudian untuk memperjelas penjelasan sebelumnya, guru beralih menggunakan ragam ngoko. Faktor penyebab penggunaan ragam krama ke ngoko adalah faktor penguasaan bahasa mitra tutur yang tidak semuanya paham dengan ragam krama. f.
Alih kode berwujud ragam ngoko ke ragam krama Alih kode yang berwujud ragam ngoko ke ragam krama ditemukan dalam
penelitian ini sebanyak 3 data. Dalam penelitian ini penggunaan alih kode berwujud ragam ngoko ke ragam krama dalam pembelajaran bahasa Jawa sangat jarang terjadi. Data [D39/KEM6] Guru : Sapa sing durung cetha? Sinten ingkang dereng cetha? ‘Siapa yang belum jelas? Siapa yang belum jelas?’
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
132
Kutipan data di atas menunjukkan adanya alih kode berwujud bahasa Jawa dari ragam ngoko ke ragam krama. Alih kode dalam data ini dilakukan oleh guru saat pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Guru bertanya kepada siswa menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko yang ditandai dengan tuturan ‘Sapa sing durung cetha?’ kemudian guru kembali mengulang tuturan dengan makna yang sama, namun menggunakan ragam yang berbeda. Awalnya guru bertanya menggunakan ragam ngoko, lalu beralih menggunakan ragam krama yang ditandai dalam tuturan
‘Sinten
ingkang dereng cetha?’. Faktor yang
mempengaruhi penggunaan alih kode berwujud ragam ngoko ke krama adalah situasi kelas yang tidak mendukung pemakaian bahasa Jawa ragam krama, sehingga guru perlu menggunakan ragam krama sebagai pembiasa kepada siswa dengan cara mengulang makna tuturan. Data [D16/KEM3] Guru : Ayo diwaca! Sanese mirengake. Njajal sanese mirengke. Njuk disimak. ‘Ayo dibaca. Lainnya mendengarkan. Coba lainnya mendengarkan. Lalu menyimak.’ Kutipan data di atas menunjukkan adanya alih kode berwujud bahasa Jawa dari ragam ngoko ke ragam krama. Alih kode dalam data ini dilakukan oleh guru saat pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Guru meminta kepada siswa untuk membaca yang ditandai dalam tuturan ‘Ayo diwaca!’. Dalam tuturan tersebut guru menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko. Situasi kelas yang tidak mendukung mempengaruhi guru untuk memberikan nasihat kepada para siswa, yang ditandai dalam tuturan ‘Sanese mirengake’. Pemberian nasihat tersebut dilakukan oleh guru dengan menggunakan ragam krama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
133
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan enam wujud alih kode, yaitu (1) dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia, (2) dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, (3) dari bahasa Arab ke bahasa Jawa, (4) dari bahasa Jawa ke bahasa Arab, (5) dari bahasa Jawa ragam Krama ke bahasa Jawa ragam ngoko, dan (6) dari bahasa Jawa ragam Ngoko ke bahasa Jawa ragam Krama. Data yang menunjukkan penggunaan alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia berjumlah 26 data. Data penggunaan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa sebanyak 20 data. Data dari bahasa Arab ke bahasa Jawa sebanyak 1 data. Data dari bahasa Jawa ke bahasa Arab sebanyak 1 data. Data dari bahasa Jawa ragam Krama ke bahasa Jawa ragam ngoko sebanyak 4 data. Jumlah penggunaan alih kode dari bahasa Jawa ragam Ngoko ke bahasa Jawa ragam Krama sebanyak 4 data. Wujud penggunaan alih kode paling banyak ditemukan dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia berjumlah 26 data. Hal ini terjadi karena pengaruh bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak dipengaruhi oleh bahasa Indonesia. 2.2 Faktor penyebab alih kode Terdapat tujuh faktor penyebab penggunaan alih kode yang ditemukan dalam penelitian ini. Tujuh faktor penyebab penggunaan alih kode tersebut, meliputi: (a) faktor pengkhususan mitra tutur, (b) pergantian topik, (c) faktor perasaan marah, (d) pengaruh bahasa mitra tutur, (e) situasi kelas, (f) faktor agama, dan (g) faktor penguasaan bahasa. Penjelasan faktor-faktor penyebab alih kode beserta data nampak pada penjelasan berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
134
a.
Faktor pengkhususan mitra tutur Faktor pengkhususan mitra tutur merupakan salah salah satu alasan yang
menyebabkan seseorang melakukan alih kode. Dalam data ini dijelaskan alih kode yang dilakukan oleh guru karena faktor pengkhususan mitra tutur. Data [D98/SOK3] Guru : Jal sing urung diteliti bu guru mau, salah pira? Sapa sing ora bener kabeh? Sapa sing bener kabeh? Mbak Rani salah berapa? ‘Yang belum diteliti bu guru, salah berapa? Siapa yang tidak benar semua? Siapa yang benar semua? Mbak Rani salah berapa?’ Penggunaan alih kode pada kutipan data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya guru memberikan beberapa kali pertanyaan menggunakan bahasa Jawa untuk menanyakan kepada seluruh siswa didalam kelas mengenai hasil pekerjaan mereka. Pertanyaan pertama menanyakan kepada siswa yang pekerjaannya belum diteliti oleh guru mendapatkan salah berapa. Kemudian guru berlanjut menanyakan siapa yang tidak benar semua dan siapa yang benar semua. Namun kemudian guru beralih menggunakan bahasa Indonesia saat bertanya kepada satu siswa, yang ditunjukkan dalam tuturan ‘Mbak Rani salah berapa?’. Faktor penyebab penggunaan alih kode, adanya pengkhususan mitra tutur nampak saat awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk bertanya kepada seluruh siswa, kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia untuk bertanya kepada satu siswa. Data [D129/SEM6] Guru : Sing wis rampung sapa? ‘Siapa yang sudah selesai?’ Siswa : Belum pak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
135
Guru : Lita sudah? Siswa : Belum pak. Penggunaan alih kode pada kutipan data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk bertanya kepada para siswa, hal ini ditandai dengan tuturan ‘Sing wis rampung sapa?’. Kemudian guru beralih menggunakan bahasa Indonesia saat bertanya kepada satu siswa, yaitu Lita, yang ditandai dalam tuturan ‘Lita sudah?’.Alih kode dalam kutipan data ini terjadi karena adanya faktor pengkhususan mitra tutur. b. Pergantian topik Pergantian topik dapat menjadi faktor penyebab seseorang melakukakn alih kode. Salah satu data menyebutkan adanya penggunaan alih kode yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas dipengaruhi oleh faktor perubahan topik. Data [D57/SOK6] Guru : Sinten ingkang badhe bayar? Sekarang tanggal berapa? Data pada kutipan di atas merupakan alih kode yang berwujud bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. penggunaan alih kode dilakukan oleh guru saat akan memulai pembelajaran bahasa Jawa di dalam kelas. Awalnya guru menanyakan kepada siswa menggunakan bahasa Jawa yang nampak dalam tuturan ‘Sinten ingkang badhe bayar?’, ternyata pertanyaan tersebut bukanlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Siswa yang akan membayar langsung maju kedepan tanpa menjawab pertanyaan guru. Karena tidak adanya jawaban, kemudian guru bertanya menggunakan bahasa Indonesia mengenai topik yang lain, terlihat dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
136
tuturan ‘Sekarang tanggal berapa?’. Penggunaan alih kode tersebut terjadi karena adanya perubahan topik yang dilakukan oleh penutur sendiri, tanpa adanya pengaruh tuturan dari mitra tutur. Data [D54/SOK6] Guru : Selamat pagi. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakattuh. Siswa : Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakattuh. Guru : Sing ra masuk sapa? ‘Siapa yang tidak masuk?’ Data dalam kutipan di atas merupakan alih kode yang berwujud bahasa, dari bahasa Arab ke bahasa Jawa. Awalnya guru mengucapkan salam menggunakan bahasa Arab yang ditandai dalam kutipan ‘Assalamualaikum warahmatullahi wabarakattuhu’ kemudian setelah mendapat jawaban dari siswa, guru beralih menggunakan bahasa Jawa untuk menanyakan siapa yang tidak masuk pada hari itu. Dalam hal ini alih kode terjadi karena adanya perubahan topik, dari guru yang awalnya mengucapkan salam kemudian beralih melakukan presensi siswa. Selain itu, alih kode terjadi juga karena adanya pengaruh guru yang memiliki latar belakang sebagai seorang muslim. c.
Faktor perasaan marah Faktor perasaan marah menjadi salah satu faktor penyebab seseorang
melakukakn alih kode. Data dalam penelitian ini menjelaskan adanya penggunaan alih kode yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Data [D115/SOK6] Guru : Apa to manfaate dolan? Tidak ada. ‘Apa to manfaatnya bermain? Tidak ada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
137
Penggunaan alih kode pada kutipan data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. awalnya guru bertanya menggunakan bahasa Jawa kepada para siswa mengenai manfaat bermain. Kemudian secara tegas guru menjawab pertanyaannya sendiri menggunakan bahasa Indonesia, bahwa bermain itu tidak memiliki manfaat, yang ditandai dalam tuturan ‘Tidak ada’. Faktor penggunaan alih kode dalam data ini adalah faktor perasaan marah guru yang mendapati para siswanya tidak selesai mengerjakan pekerjaan rumah. Fungsi alih kode dalam data ini untuk memberikan nasihat kepada para siswa bahwa tidak ada manfaat dari bermain, sehingga siswa tidak lagi melalaikan pekerjaan rumah hanya karena bermain. d. Pengaruh bahasa mitra tutur Faktor penyebab seseorang melakukakn alih kode dapat berupa adanya pengaruh bahasa dari mitra tutur. Data dalam penelitian ini menjelaskan adanya penggunaan alih kode yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas karena adanya pengaruh bahasa dari mitra tutur. Data [D20/KEM6] Guru : Dina iki bu guru ngisi pelajaran basa Jawa. Sinten ingkang boten mlebet? ‘Hari ini bu guru mengisi pelajaran bahasa Jawa. Siapa yang tidak masuk?’ Siswa : Nihil, bu. Guru : Masuk semua ya. Kutipan data di atas merupakan wujud penggunaan alih kode yang berupa alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk bertanya kepada para siswa, menanyakan siswa yang tidak masuk. Guru mendapatkan jawaban dari siswa bahwa ‘Nihil’ yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
138
artinya masuk semua. Guru menggunakan bahasa Indonesia saat memberikan respon atas jawaban siswa tersebut yang ditandai dalam tuturan ‘Masuk semua ya‘. Data [D45/SOK3] Guru : Tanda wacan iku apa? ‘ Tanda baca itu apa?’ Siswa : Tanda baca, bu. Guru : Apa saja? Pada data [D45/SOK3] awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk memulai bertanya, namun ketika jawaban yang diterima dari siswa menggunakan bahasa Indonesia, guru beralih menggunakan bahasa Indonesia untuk menjelaskan lebih mendalam mengenai pertanyaan yang disampaikan tersebut. Penggunaan bahasa Jawa ditandai dalam kutipan ‘Tanda wacan iku apa?’ yang kemudian dilanjutkan dengan beralih ke bahasa Indonesia yang ditandai dalam kutipan ’ Apa saja?’. Penggunaan bahasa Jawa ke bahasa Indonesia tersebut dipengaruhi oleh jawaban siswa yang ditandai dalam tuturan ‘Tanda baca, bu ‘. Kutipan data tersebut menjelaskan bahwa faktor pengaruh bahasa mitra tutur dapat menyebabkan terjadinya alih kode. e.
Situasi kelas Situasi kelas menjadi salah satu alasan seorang penutur melakukan alih
kode. Dalam penelitian ini ditemukan adanya penggunaaan alih kode yang disebabkan oleh situasi kelas. Data [D72/SEM3] Guru : Gembira Loka nandi ya? Dimana? ‘Gembira Loka dimana ya? Dimana? Siswa : Jogja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
139
Guru : Iya bener. ‘ Iya benar.’ Alih kode dalam data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai letak Gembira Loka, Hal tersebut nampak pada kutipan ‘Gembira Loka nandi ya? Dimana?’. Awalnya guru menggunakan bahasa Jawa saat bertanya. Sebelum ada jawaban dari siswa tiba-tiba guru beralih menggunakan bahasa Indonesia untuk menanyakan hal yang sama. Guru mengulang pertanyaan dengan makna yang sama menggunakan bahasa Indonesia untuk lebih menegaskan pertanyaannya mengenai letak Gembira Loka. Faktor penyebab penggunaan alih kode dalam kutipan tersebut adalah situasi kelas yang kurang kondusif sehingga guru perlu mempertegas pertanyaan agar siswa dapat fokus dan menjawab pertanyaan yang disampaikan. Data [D76/SEM3] Guru : Garapen nang buku! Bukunya dikeluarkan! ‘Kerjakan di buku. Bukunya dikeluarkan!’ Data dalam kutipan di atas merupakan alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Kedua kalimat tersebut menunjukkan adanya perintah yang disampaikan oleh guru. Walaupun sama-sama perintah, namun memiliki makna yang berbeda. Kalimat pertama meminta siswa untuk mengerjakan tugas pada buku, sedangkan kalimat kedua menyuruh siswa untuk mengeluarkan buku. Hal ini disebabkan oleh situasi kelas yang terjadi, para siswa belum mengeluarkan buku pelajaran saat guru meminta mengerjakan, kemudian guru beralih bahasa untuk menyuruh mereka mengeluarkan buku pelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
140
f.
Faktor agama Dalam penelitian ini ditemukan adanya penggunaaan alih kode yang
disebabkan oleh faktor agama. Data [D54/SOK6] Guru : Selamat pagi. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakattuh. Siswa : Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakattuh. Guru : Sing ra masuk sapa? ‘Siapa yang tidak masuk?’ Data dalam kutipan di atas merupakan alih kode yang berwujud bahasa, dari bahasa Arab ke bahasa Jawa. Awalnya guru mengucapkan salam menggunakan bahasa Arab yang ditandai dalam kutipan ‘Assalamualaikum warahmatullahi wabarakattuhu’ kemudian setelah mendapat jawaban dari siswa, guru beralih menggunakan bahasa Jawa untuk menanyakan siapa yang tidak masuk pada hari itu. Dalam hal ini alih kode terjadi karena adanya perubahan topik, dari guru yang awalnya mengucapkan salam kemudian beralih melakukan presensi siswa. Selain itu, alih kode terjadi juga karena adanya pengaruh guru yang memiliki latar belakang sebagai seorang muslim. Sebagian besar siswa juga memiliki latar belakang agama yang sama, sehingga alih kode dalam data tersebut tidak menunjukkan adanya kecanggungan antara siswa dan guru. Alih kode dari bahasa Arab ke bahasa Jawa dalam hal pengucapan salam sudah menjadi hal yang biasa dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. g.
Faktor penguasaan bahasa Faktor penguasaan bahasa merupakan salah salah satu alasan yang
menyebabkan seseorang melakukan alih kode. Dalam penelitian ini ditemukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
141
alih kode yang dilakukan oleh guru karena faktor penguasaan bahasa Jawa siswa kurang baik, yang dapat dicermati pada data dengan kode: [D17/KEM3] Data [D17/KEM3] Guru : Sampun jelas dereng? Sampun cetha dereng? Dirungakake sepisan malih nggih. Menawi sampun, dongeng niku wau dicritake malih ngagem ukarane dhewe. Dadi nganggo basane dhewe. Diringkes, yen diringkes saya sithik apa saya akeh? ‘Sudah jelas belum? Didengarkan sekali lagi. Kalau sudah, dongengnya diceritakan kembali menggunakan kalimatnya sendiri. Jadi menggunakan bahasanya sendiri. Diringkas, kalau diringkas semakin sedikit atau banyak?’ Alih kode dalam data ini dilakukan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Awalnya guru menjelaskan materi menggunakan bahasa Jawa ragam krama, kemudian untuk memperjelas penjelasan sebelumnya, guru beralih menggunakan ragam ngoko. Faktor penyebab penggunaan ragam krama ke ngoko adalah faktor penguasaan bahasa mitra tutur yang tidak semuanya paham dengan ragam krama, sehingga guru melakukan alih kode ke ragam ngoko supaya siswa dapat memahami dengan jelas perintah yang disampaikan. Berdasarkan analisis hasil penelitian, faktor penyebab penggunaan alih kode meliputi: (a) faktor pengkhususan mitra tutur, (b) pergantian topik, (c) faktor perasaan marah, (d) pengaruh bahasa mitra tutur, (e) situasi kelas, (f) faktor agama, dan (g) faktor penguasaan bahasa. Hasil analisis dalam penelitian menunjukkan bahwa penyebab tertinggi penggunaan alih kode adalah faktor pengaruh bahasa mitra tutur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
142
2.3 Fungsi penggunaan alih kode Ada delapan fungsi penggunaan alih kode yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Delapan fungsi yang terdapat dalam penelitian ini meliputi: (a) menciptakan komunikasi yang baik, (b) menguatkan perintah, (c) memberikan nasihat, (d) memberi pertanyaan, (e) mengulang makna tuturan, (f) mengingatkan, (g) memperjelas tuturan dan (h) menumbuhkan keakraban. a.
Menciptakan komunikasi yang baik Menciptakan komunikasi yang baik dalam penelitian ini maksudnya
adalah menciptakan komunikasi yang baik antara guru dan siswa juga sebaliknya. Penggunaan alih kode untuk menciptakan komunikasi yang baik terjadi dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Data [D18/KEM3] Siswa : Bu, yang mana bu? Guru :Eyalah, sing mbok waca mau. Diringkes isine nganggo kalimatmu dhewe. Mudheng? ‘Yang tadi kamu baca. Diringkas isinya menggunakan kalimatmu sendiri. Paham?’ Siswa : Nggih bu. ‘Iya bu.’ Pada kutipan data [D18/KEM3] menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Alih kode dalam kutipan data ini dilakukan oleh siswa. Awalnya siswa menggunakan bahasa Indonesia saat bertanya kepada guru, ditandai dalam kutipan ‘Bu, yang mana bu?’. Kemudian siswa beralih menggunakan bahasa Jawa saat mendengar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
143
penjelasan dari guru. Siswa menjawab tuturan guru yang berbahasa Jawa saat menanyakan apakah sudah paham, jawaban tersebut ditandai pada tuturan ‘Nggih bu’.Faktor penyebab penggunaan alih kode dalam data ini adalah pengaruh penggunaan bahasa oleh mitra tutur. Dari siswa yang awalnya menggunakan bahasa Indonesia untuk bertanya kepada guru, kemudian dapat beralih menjadi bahasa Jawa karena bahasa yang digunakan guru saat menjelaskan dan bertanya kepada siswa. Fungsi alih kode yang dilakukan oleh siswa dalam data ini adalah menciptakan komunikasi yang baik. b. Menguatkan perintah Alih kode memiliki fungsi untuk menguatkan perintah, dalam penelitian ini terjadi saat guru memberikan perintah kepada siswa. Guru beralih kode untuk menguatkan perintah ditandai dengan adanya penggunaan kata kerja dengan maksud memerintah. Data [D76/SEM3] Guru : Garapen nang buku! Bukunya dikeluarkan! ‘Kerjakan di buku. Bukunya dikeluarkan!’ Data dalam kutipan di atas merupakan alih kode dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Kedua kalimat tersebut menunjukkan adanya perintah yang disampaikan oleh guru. Walaupun sama-sama perintah, namun memiliki makna yang berbeda. Kalimat pertama meminta siswa untuk mengerjakan tugas pada buku, sedangkan kalimat kedua menyuruh siswa untuk mengeluarkan buku. Hal ini disebabkan oleh situasi kelas. Para siswa belum mengeluarkan buku pelajaran saat guru meminta mengerjakan, kemudian guru beralih bahasa untuk menyuruh mereka mengeluarkan buku pelajaran. Fungsinya memberikan peringatan kepada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
144
siswa bahwa guru menyuruh siswa mengerjakan tugas dalam buku, sehingga buku perlu untuk dikeluarkan. c.
Memberikan nasihat Memberikan nasihat merupakan salah satu fungsi dalam melakukan alih
kode. Hal ini terjadi saat guru memberikan nasihat kepada siswa. Data [D115/SOK6] Guru : Apa to manfaate dolan? Tidak ada. ‘Apa to manfaatnya bermain? Tidak ada. Penggunaan alih kode pada kutipan data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. awalnya guru bertanya menggunakan bahasa Jawa kepada para siswa mengenai manfaat bermain. Kemudian secara tegas guru menjawab pertanyaannya sendiri menggunakan bahasa Indonesia, bahwa bermain itu tidak memiliki manfaat, yang ditandai dalam tuturan ‘Tidak ada’. Fungsi alih kode dalam data ini untuk memberikan nasihat kepada para siswa bahwa tidak ada manfaat dari bermain, sehingga siswa tidak lagi melalaikan pekerjaan rumah hanya karena bermain. Data [D5/KEM3] Guru : Ada apa mbak Yanti? Kok dumal dumil wae, mbak Jesika pindah, ndak mbak yanti nangis wae. ‘Ada apa mbak Yanti? Kok usil, mbak Jesika pindah, nanti mbak Yanti nagis terus.’ Data di atas merupakan penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Awalnya guru menggunakan bahasa Indonesia untuk bertanya kepada seorang siswa yang di tandai dalam tuturan ‘Ada apa mbak Yanti?’ kemudian saat memberikan nasihat, guru beralih menggunakan bahasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
145
Jawa. Nasihat dalam data tersebut ditandai dengan tuturan ‘Kok dumal dumil wae, mbak Jesika pindah, ndak mbak yanti nangis wae’. Tuturan bermaksud nasihat yang disampaikan guru ditujukan kepada Jesika supaya tidak mengganggu Yanti. Alih kode dalam data ini terjadi karena adanya pengkhususan terhadap mitra tutur, yaitu kepada siswa bernama Jesika. Data [D16/KEM3] Guru : Ayo diwaca! Sanese mirengake. Njajal sanese mirengke. Njuk disimak. ‘Ayo dibaca. Lainnya mendengarkan. Coba lainnya mendengarkan. Lalu menyimak.’ Kutipan data di atas menunjukkan adanya alih kode berwujud bahasa Jawa dari ragam ngoko ke ragam krama. Alih kode dalam data ini dilakukan oleh guru saat pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Guru meminta kepada siswa untuk membaca yang ditandai dalam tuturan ‘Ayo diwaca!’. Dalam tuturan tersebut guru menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko. Situasi kelas yang tidak mendukung mempengaruhi guru untuk memberikan nasihat kepada para siswa, yang ditandai dalam tuturan ‘Sanese mirengake’. Pemberian nasihat tersebut dilakukan oleh guru dengan menggunakan ragam krama. d. Memberi pertanyaan Alih kode yang dilakukan guru dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas memiliki fungsi memberi pertanyaan. Fungsi ini ditandai dengan adanya penggunaan kalimat Tanya. Data [D98/SOK3] Guru : Jal sing urung diteliti bu guru mau, salah pira? Sapa sing ora bener kabeh? Sapa sing bener kabeh? Mbak Rani salah berapa?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
146
‘Yang belum diteliti bu guru, salah berapa? Siapa yang tidak benar semua? Siapa yang benar semua? Mbak Rani salah berapa?’ Penggunaan alih kode pada kutipan data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya guru memberikan beberapa kali pertanyaan menggunakan bahasa Jawa untuk menanyakan kepada seluruh siswa didalam kelas mengenai hasil pekerjaan mereka. Pertanyaan pertama menanyakan kepada siswa yang pekerjaannya belum diteliti oleh bu guru mendapatkan salah berapa. Kemudian guru berlanjut menanyakan siapa yang tidak benar semua dan siapa yang benar semua. Namun kemudian guru beralih menggunakan bahasa Indonesia saat bertanya kepada satu siswa, yang ditunjukkan dalam tuturan ‘Mbak Rani salah berapa?’. Alih kode yang dilakukan oleh guru dalam kutipan data tersebut berfungsi untuk memberikan pertanyaan kepada mitra tutur. Faktor penyebab penggunaan alih kode adalah karena adanya pengkhususan mitra tutur. Nampak saat awalnya guru menggunakan bahasa Jawa untuk bertanya kepada seluruh siswa, namun kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia karena guru bertanya kepada satu siswa. e.
Mengulang makna tuturan Alih kode terjadi karena memiliki fungsi untuk mengulang makna tuturan.
Hal ini ditandai dengan penggunaan bahasa berbeda namun memiliki tuturan dengan makna yang sama. Data [D33/KEM6] Guru : Wis mudheng? Sudah jelas semua ya. ‘Sudah paham? Sudah jelas semua ya?’
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
147
Data dalam kutipan tersebut merupakan wujud alih kode yang dilakukan oleh guru saat bertanya kepada siswa. Awalnya guru menggunakan bahasa jawa untuk menanyakan pemahaman siswa, namun karena tidak mendapatkan respon akhirnya guru beralih menggunakan bahasa Indonesia dengan pertanyaan yang sama. Fungsi pengulangan kembali suatu tuturan dengan makna yang sama pada data tersebut adalah untuk memperjelas maksud tuturan yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Guru bermaksud untuk segera mendapatkan jawaban dari siswa, sehingga guru mengulang tuturan dengan makna yang sama. Tuturan yang disampaikan guru tidak memiliki penjelasan yang panjang, karena hanya bermaksud untuk bertanya. Pemilihan bahasa Indonesia sebenarnya hanya untuk lebih memperjelas maksud, mengingat siswa juga sering menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Data [D34/KEM6] Guru : Bu guru badhe ngabsen rumiyin, boten manggili setunggalsetunggal. Sinten rencang ingkang boten mlebet? Sapa kancamu sing ora mlebu? ‘Bu guru akan mengabsen terlebih dahulu, tidak memanggil satusatu. Siapa teman yang tidak masuk? Siapa temanmu yang tidak masuk? Data [D34/KEM6] menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud ragam dari krama ke ngoko. Alih kode dalam data ini dilakukan oleh guru saat melakukan presensi terhadap siswa. Dalam tuturan tersebut, guru mengatakan bahwa akan melakukan presensi namun tidak memanggil satu-satu, guru langsung menanyakan kepada seluruh siswa adakah yang tidak masuk. Awalnya guru menggunakan ragam krama, kemudian untuk lebih memperjelas pertanyaannya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
148
guru mengulang tuturannya dengan makna yang sama namun menggunakan ragam berbeda. Guru beralih menggunakan ragam ngoko untuk memperjelas pertanyaannya. Fungsi penggunaan alih kode dalam data ini adalah mengulang tuturan dengan makna yang sama agar tuturan segera mendapat respon dari mitra tutur. Faktor penyebab pengulangan tuturan dengan makna yang sama dengan beralih ragam karena siswa tidak segera memberikan respon kepada guru atas pertanyaan guru. f.
Mengingatkan Alih kode yang memiliki fungsi mengingatkan dalam pembelajaran bahasa
Jawa dilakukan oleh guru saat guru mengingatkan kepada siswa mengenai materi yang pernah disampaikan. Data [D95/SOK3] Guru : Mosok siji wae ora kelingan mas Rendi? ‘Masa satu saja tidak ada yang ingat mas Rendi?’ Siswa : Lupa bu. Guru : Kemarin kan sudah. Penggunaan alih kode pada kutipan data di atas merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya guru memberikan pertanyaan menggunakan bahasa Jawa kepada salah seorang siswa yang nampak dalam tuturan ‘Mosok siji wae ora kelingan mas Rendi?’. Namun siswa tersebut menjawab menggunakan bahasa Indonesia yang menyebabkan guru beralih menggunakan bahasa Indonesia dalam tuturan berikutnya. Alih kode yang dilakukan oleh guru dipengaruhi oleh penggunaan bahasa oleh mitra tutur yang menjawab menggunakan bahasa Indonesia saat ditanya oleh guru. Fungsi penggunaan alih kode dalam tuturan tersebut adalah mengingatkan kepada mitra
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
149
tutur bahwa materi tersebut sudah pernah disampaikan pada pembelajaran sebelumnya. g.
Memperjelas tuturan Memperjelas tuturan merupakan salah satu fungsi penggunaan alih kode.
Penutur menggunakan kode yang berbeda karena ingin memperjelas tuturan sebelumnya. Data [D67/SEM6] Guru : Tugas gawea ukara pacelathon, rong ukara. ‘Tugas buatlah percakapan, dua kalimat.’ Siswa : Gimana sih Pak? Guru : Ora mudheng? ‘Tidak paham?’ Siswa : Boten. ‘ Tidak.’ Guru : Buatlah percakapan, dua kalimat dengan tema kesenengan atau hobi. Satu tokoh dua kalimat, jadi kalian membuat empat kalimat. Temane kesenengan atau hobi. Penggunaan alih kode pada data [D67/SEM6] merupakan alih kode yang berwujud alih bahasa, yaitu dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Awalnya guru memberikan tugas menggunakan perintah bahasa Jawa, kemudian seorang siswa menggunakan bahasa Indonesia mengungkapkan kebingungannyan. Dalam hal ini nampak bahwa adanya faktor mitra tutur yang tidak paham dengan bahasa yang digunakan penutur. Faktor tersebut memunculkan penggunaan alih kode oleh penutur, sehingga bahasa yang digunakan guru selanjutnya untuk menjelaskan adalah bahasa Indonesia. Fungsi penggunaan alih kode ke bahasa Indonesia dalam kutipan data ini adalah untuk mempermudah penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
150
h. Menumbuhkan keakraban Fungsi alih kode untuk menumbuhkan keakraban terjadi dalam pembelajaran bahasa Jawa di kelas. Guru beralih kode untuk lebih mengakrabkan diri dengan para siswanya, namun dalam penelitian ini juga ditemukan adanya alih kode yang dilakukan oleh siswa untuk menjadi akrab dengan gurunya. Data [D9/KEM3] Siswa :Bu soalnya di tulis? Guru : Iya ditulis. Siswa : Rasah ditulis lah bu. Kutipan data di atas merupakan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Awalnya siswa menggunakan bahasa Indonesia untuk bertanya kepada guru, yang ditandai dalam tuturan ‘Bu soalnya di tulis?’. Kemudian siswa beralih menggunakan bahasa Jawa dengan maksud meminta kepada guru untuk tidak menulis soalnya. Penggunaan alih kode dalam data ini dimaksudkan untuk mengakrabkan diri dengan guru. Data [D48/SOK3] Guru : Belum bisa membaca? Siswa : Bisa, bu, tapi dieja-eja. Guru : Yowis rapapa. Ayo maju. ‘Iya tidak apa-apa. Ayo maju.’ Pada kutipan data di atas menunjukkan adanya penggunaan alih kode berwujud bahasa, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Awalnya guru menggunakan bahasa Indonesia untuk bertanya kepada salah seorang siswa, namun kemudian guru beralih menggunakan bahasa Jawa saat mendengar jawaban dari siswa. Guru bertanya apakah siswa tersebut belum bisa membaca karena saat diperintahkan untuk membaca tidak segera melaksanakan. Mendapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
151
jawaban dari siswa yang menyatakan bahwa dirinya bisa membaca namun masih belum lancar, guru menjadi beralih ke bahasa Jawa. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan keakraban kepada siswa dan meyakinkan untuk tetap membaca walaupun masih belum lancar. Berdasarkan analisis, ditemukan fungsi penggunaan alih kode yang meliputi: (a) menciptakan komunikasi yang baik, (b) menguatkan perintah, (c) memberikan nasihat, (d) memberi pertanyaan, (e) mengulang makna tuturan, (f) mengingatkan, (g) memperjelas tuturan dan (h) menumbuhkan keakraban. Fungsi alih kode dalam penelitian paling banyak ditemukan dengan fungsi menciptakan komunikasi yang baik. B. Pembahasan Dalam penelitian yang berjudul “Analisis Penggunaan Campur Kode dan Alih Kode dalam Pembelajaran Bahasa Jawa (Studi Kasus di Sekolah Dasar seKecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah)” dilakukan pada tiga sekolah dasar dengan lingkungan yang berbeda. Penelitian dilakukan pada lingkungan mayoritas pengguna bahasa Jawa, pada lingkungan minoritas pengguna bahasa Jawa, dan pada lingkungan yang dianggap berada pada keduanya. Penelitian menggunakan dua jenjang kelas yang berbeda, yaitu kelas III sebagai perwakilan kelas rendah dan kelas VI sebagai perwakilan kelas tinggi. Berdasarkan penelitian, ditemukan adanya penggunaan campur kode yang berwujud kata, kata ulang, frasa, dan klausa. Menurut teori yang dikemukakan oleh Suwito (1983:78-80) bahwa campur kode dapat berwujud kata, frasa, baster, perulangan kata, ungkapan/idiom dan klausa. Namun dalam penelitian ini tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
152
semua wujud campur kode dapat ditemui. Campur kode yang terjadi lebih banyak ditemukan pada campur kode kata. Campur kode berwujud kata berjumlah 34 data, campur kode berwujud kata ulang 3 data, campur kode berwujud frasa 28 data, dan campur kode berwujud klausa 26 data. Menurut Wijana dan Muhammad Rohmadi (2011:172-173) terdapat dua jenis yang membedakan peristiwa campur kode, yaitu campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Dalam penelitian ini ditemukan adanya peristiwa campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Campur kode ke dalam adalah peristiwa campur kode yang berasal dari bahasa asli, sedangkan campur kode ke luar adalah campur kode yang berasal dari bahasa asing. Campur kode ke dalam yang ditemukan dalam penelitian ini bersumber dari bahasa Indonesia dan bahasa Jawa ragam krama, sedangkan campur kode ke luar bersumber dari bahasa Inggris. Faktor penyebab campur kode menurut Suwito (1983:78) adanya hubungan timbal balik antara penutur, bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Dalam penelitian ditemukan adanya faktor penyebab campur kode yang meliputi: (a) faktor kebiasaan, (b) faktor spontanitas, (c) faktor kesengajaan, (d) materi pembelajaran, dan (e) penguasaan bahasa. Faktor penyebab adanya hubungan timbal balik antara penutur sesuai dengan temuan dalam penelitian ini yaitu adanya faktor kebiasaan, faktor spontanitas dan faktor kesengajaan. Melihat dari bentuk bahasa adanya penggunaan bahasa yang kurang dipahami karena faktor penguasaan bahasa Jawa yang masih kurang baik. Faktor penyebab campur kode karena adanya fungsi bahasa terlihat pada faktor pembelajaran sebagai penyebab guru menggunakan campur kode. Faktor penyebab campur kode dalam penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
153
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh hamdani (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “The Influence of Gender in Determining the Language Choice of Teenagers: Sundanese versus Bahasa”. Penelitian ini tidak melihat adanya pengaruh gender dalam penggunaan campur kode, sedangkan Hamdani
(2012)
dalam
penelitiannya
menyimpulkan
bahwa
gender
mempengaruhi penggunaan campur kode pada kalangan remaja. Fungsi penggunaan campur kode yang ditemukan dalam penelitian, meliputi: (a) memudahkan penutur menyampaikan maksud, (b) memperjelas tuturan, (c) menjelaskan materi pembelajaran, dan (d) mempertegas tuturan. Fungsi-fungsi yang ditemukan tersebut sama dengan pendapat dari beberapa guru yang telah peneliti wawancara. Menurut Rebisih (informan) penggunaan campur kode berfungsi untuk mempermudah guru memberikan penjelasan. Hal ini dapat diartikan dalam memberikan penjelasan materi pelajaran, menjelaskan tuturan, ataupun untuk memudahkan guru menyampaikan maksud dengan lebih jelas. Dalam penelitian ini, ditemukan beberapa data yang menunjukkan adanya penggunaan alih kode. Suwito (1983:69) membagi alih kode menjadi dua, yaitu (1) alih kode ektern, alih kode yang apabila terjadi alih bahasa antara bahasa asli dengan bahasa asing, dan (2) alih kode intern, alih kode yang apabila terjadi antar bahasa-bahasa daerah dalam satu bahasa nasional, atau beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam satu dialek, seperti dari bahasa Jawa ngoko berubah ke krama. Kedua alih kode yang dikemukakan oleh Suwito tersebut, ditemukan dalam penelitian ini. Alih kode intern ditemukan dari bahasa Jawa ragam ngoko ke bahasa Jawa ragam krama, dari bahasa Jawa ragam krama ke bahasa Jawa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
154
ragam ngoko, dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, dan dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Alih kode ekstern ditemukan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, dan dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab. Faktor penyebab alih kode meliputi: (a) faktor pengkhususan mitra tutur, (b) pergantian topik, (c) faktor perasaan marah, (d) pengaruh bahasa mitra tutur, (e) situasi kelas, (f) faktor agama, dan (g) faktor penguasaan bahasa. Fungsi penggunaan alih kode, yaitu (a) menciptakan komunikasi yang baik, (b) menguatkan perintah, (c) memberikan nasihat, (d) memberi pertanyaan, (e) mengulang makna tuturan, (f) mengingatkan, (g) memperjelas tuturan dan (h) menumbuhkan keakraban. Holmes (1992:41-52) menjelaskan beberapa faktor penyebab terjadinya alih kode, diantaranya karena faktor perubahan topik pembicaraan dan level kemampuan berbahasa seseorang. Sama halnya hasil penelitian, faktor penyebab alih kode yang ditemukan dari penelitian yaitu karena adanya pergantian topik dan pengaruh bahasa. Banyaknya temuan-temuan dalam penggunaan campur kode dan alih kode dalam pembelajaran bahasa Jawa, baik dari wujud, faktor penyebab dan fungsi penggunaan, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran bahasa Jawa masih belum murni diajarkan secara penuh menggunakan bahasa Jawa. Bahkan sering ditemukan penggunaan bahasa Indonesia lebih dominan dibandingkan bahasa Jawa itu sendiri. Dengan demikian, hendaknya penggunaan campur kode maupun alih kode dalam pembelajaran bahasa Jawa di sekolah dasar sebaiknya digunakan lebih bijaksana. Pemanfaatan untuk mempermudah pembelajaran sebaiknya tidak terlalu dibesarkan, khususnya kepada para pendidik, agar siswa terbiasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
155
mendengar penggunaaan bahasa Jawa dengan baik sehingga akan lebih mudah bagi para siswa menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Faktor-faktor sosial, budaya, pendidikan menjadi latar belakang terjadinya penggunaan campur kode dan alih kode di kalangan guru dan siswa. Siswa yang berasal dari kalangan keluarga modern lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari mereka, sedangkan siswa yang asli dari lingkungan Jawa masih menggunakan bahasa Jawa namun tidak semua ragam mereka paham. Para siswa lebih terbiasa menggunakan ragam ngoko daripada ragam krama. Campur kode dan alih kode dalam dunia sosial budaya digunakan untuk memberikan makna yang lebih baik terkait dengan masyarakat yang mereka miliki, sehingga antara pemilik budaya yang satu dengan budaya yang lain dapat berkomunikasi tanpa adanya pembeda. Dapat pula dikatakan bahwa penggunaan campur kode dan alih kode mampu membuat siswa tidak hanya menggunakan bahasa ibu tetapi juga bahasa nasional sebagai bahasa pemersatu bangsa. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Kim (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Reasons and Motivations for Code-Mixing and Code-Switching”. Kim (2006) melakukan penelitian mengenai alasan dan motivasi penggunaan campur kode dan alih kode. Penelitiannya menemukan banyak faktor penyebab dan motivasi yang bersifat positif dalam penggunaan campur kode dan alih kode, salah satunya sama dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu memperlancar komunikasi sehingga terwujud pembelajaran yang efektif.
commit to user