BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah proses pengumpulan, penyajian dan peringkasan yang berfungsi untuk memberikan gambaran data yang diteliti secara memadai. Hasil analisis data penelitian diuraikan dengan menyajikan jumlah data, nilai minimum, maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi. Adapun statistik deskriptif variabel likuiditas, profitabilitas, kepemilikan institusional, business risk dan pajak disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif N Minimum DER 178 0,077650 LIK 178 0,059410 ROA 178 0,007330 INST 178 0,322200 RISK 178 0,004280 TAX 178 0,066820 Sumber Data : Lampiran 5
Maximum 3,028640 6,728860 0,425260 0,962000 0,116370 0,405740
Mean 0,865485 2,247256 0,107787 0,708875 0,039449 0,242136
Std. Dev. 0,606132 1,270326 0,080996 0,180221 0,024290 0,053247
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah data penelitian dalam penelitian sebanyak 178 sampel
51
52
1. Struktur Modal Dari hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum struktur modal sebesar 0,077650 dan nilai maksimum sebesar 3,028640. Dengan rata-rata (mean) 0,865485 pada standar deviasi sebesar
0,606132. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari
standar deviasi yaitu 0,865485 > 0,606132. Artinya proporsi total hutang yang dimiliki perusahaan paling rendah sebesar 0,07%, paling tinggi sebesar 3,02% dengan nilai rata-rata sebesar 0,86 % terhadap total modal yang dimiliki perusahaan dalam sampel penelitian.
2. Likuiditas Dari hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum likuiditas sebesar 0,059410 dan nilai maksimum sebesar 6,728860. Dengan rata-rata (mean) 2,247256 pada standar deviasi sebesar
1,270326. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari
standar deviasi yaitu 2,247256 > 1,270326. Artinya proporsi aktiva lancar yag dimiliki perusahaan paling rendah sebesar 0,05%, paling tinggi sebesar 6,72% dengan nilai rata-rata sebesar 2,24 % terhadap utang lancar yang dimiliki perusahaan dalam sampel penelitian.
3. Profitabilitas Dari hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum ROA sebesar 0,007330 dan nilai maksimum sebesar 0,425260. Dengan rata-rata (mean) 0,107787 pada
53
standar deviasi sebesar 0,080996. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu 0,107787 < 0,080996. Artinya bahwa laba bersih yang diperoleh perusahan paling rendah adalah sebesar 0,007%, paling tinggi sebesar 0,42%, dengan rata-rata sebesar 0,10% dari total aset yang dimiliki perusahaan.
4. Kepemilikan Institusional Dari hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum kepemilikan institusional sebesar 0,322200 dan nilai maksimum sebesar 0,962000. Dengan rata-rata (mean) 0,708875 pada standar deviasi sebesar 0,180221. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu 0,708875 > 0,180221. Artinya proporsi pemegang saham institusional pada perusahaan yang menjadi sampel penelitian paling rendah sebesar 32%, paling tinggi adalah sebesar 96% dan rata-rata sebesar 70% dari total pemegang saham perusahaan.
5. Business risk Dari hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum business risk sebesar 0,004280 dan nilai maksimum sebesar 0,116370. Dengan rata-rata (mean) 0,039449 pada standar deviasi sebesar 0,024290. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu 0,039449 < 0,024290. Artinya risiko yang dimiliki pada perusahaan sampel penelitian paling rendah sebesar 0,004, risiko
54
tertinggi 0,11 dengan rata-rata sebesar 0,03 dari total aset yang dimiliki perusahaan. 6. Pajak Dari hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai minimum pajak sebesar 0,066820 dan nilai maksimum sebesar 0,405740. Dengan rata-rata (mean) 0,242136 pada standar deviasi sebesar 0,053247. Nilai rata-rata (mean) lebih besar dari standar deviasi yaitu 0,242136 > 0,053247. Artinya laba sebelum pajak perusahaan pada perusahaan sampel penelitian paling rendah sebesar 0,06%, paling tinggi sebesar 0,40% dengan rata-rata sebesar 0,24% dari laba setelah pajak perusahaan.
B. Uji Asumsi Klasik Dalam melakukan estimasi persamaan linier dengan menggunakan metode OLS, maka asumsi-asumsi dari OLS harus dipenuhi. Apabila asumsi tidak terpenuhi, maka tidak akan dapat menghasilkan nilai parameter yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). 1. Uji Multikoleniaritas Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi atau hubungan dengan variabel independen lainnya atau dengan kata lain satu atau lebih variabel independen merupakan satu fungsi linear dari variabel independen lainnya. Salah satu cara untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh
55
multikolinearitas dalam penelitian ini dengan melihat nilai Variance Inflation Factors (VIF). Kriteria pengujiannya yaitu apabila VIF < 10 maka tidak terdapat multikolinearitas di antara variabel independent. Berikut hasil uji multikolinearitas sebagai berikut:
Variabel
Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas Centered VIF Keterangan
LOG(LIK)
1,086204
Tidak Terjadi Multikolinearitas
LOG(ROA)
1,153888
Tidak Terjadi Multikolinearitas
LOG(INST)
1,161255
Tidak Terjadi Multikolinearitas
LOG(RISK)
1,061330
Tidak Terjadi Multikolinearitas
LOG(TAX)
1,157439
Tidak Terjadi Multikolinearitas
Sumber Data : Lampiran 5 Berdasarkan hasi uji multikolinearitas pada tabel 4.2 terlihat bahwa menunjukkan semua nilai VIF dari semua variabel independen (likuiditas, profitabilitas, kepemilikan institusional, business risk dan pajak) dalam penelitian ini mempunyai nilai VIF < 10, maka dapat dikatakan berarti data terbebas dari multikolineritas 2. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas dan jika varian tidak konstan atau berubah-ubah disebut
56
dengan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau
tidak
terjadi
heteroskedastisitas
(Gujarati,
2007:82). Pengujian dengan melihat probabilitas signifikansi 5%. Hasil uji heteoskedastisitas yang diuji menggunakan eviews dapat dilihat di tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Obs*R-squared Prob. Chi-Square(5) 8,868235 0,1144 Sumber Data : Lampiran 5
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Berdasarkan uji heteroskedastisitas menggunakan metode Harvey dengan jenis pembobotan Standar deviasi dan variabel yang dibobot adalah Risk diperoleh nilai Obs*R-squared sebesar 8,868235 dengan probabilitas Chi-Square sebesar 0,1144 yang berarti 0,1144 > 0,05, sehingga dapat disimpulan bahwa tidak terjadi hetoskedastiitas. 3. Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi anatara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi
maka
dinamakan
ada
masalah
autokorelasi.
Pengujian
autokorelasi dalam peneliian ini menggunakan diagnostics collegram squared residual. Dengan melihan nilai probabilitas jika nilai probabilitas > 5% maka tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji autokorelasi disajikan pada tabel 4.4.
57
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Partial Autocorrelation AC PAC Correlation .|* | .|* | 1 0.106 0.106 .|. | .|. | 2 0.021 0.010 .|. | .|. | 3 -0.009 -0.013 .|. | .|. | 4 -0.002 0.000 .|. | .|. | 5 -0.007 -0.006 *|. | *|. | 6 -0.078 -0.077 .|. | .|. | 7 -0.009 0.008 .|. | .|. | 8 -0.034 -0.032 .|. | .|. | 9 -0.030 -0.025 *|. | .|. | 10 -0.066 -0.060 .|. | .|. | 11 -0.042 -0.030 .|. | .|. | 12 -0.014 -0.013 .|. | .|. | 13 -0.006 -0.004 .|. | .|. | 14 -0.039 -0.045 .|. | .|. | 15 -0.035 -0.032 .|. | .|. | 16 -0.020 -0.024 .|. | .|. | 17 -0.028 -0.033 .|. | .|. | 18 -0.038 -0.040 .|. | .|. | 19 0.040 0.042 .|. | .|. | 20 -0.036 -0.059 .|. | .|. | 21 0.009 0.005 .|. | .|. | 22 0.020 0.011 .|. | .|. | 23 0.034 0.020 .|. | .|. | 24 0.007 -0.014 .|. | .|. | 25 -0.014 -0.018 .|. | .|. | 26 0.024 0.011 .|. | .|. | 27 0.032 0.025 .|. | .|. | 28 -0.029 -0.046 .|. | .|. | 29 -0.062 -0.056 .|. | .|. | 30 -0.034 -0.028 .|. | .|. | 31 -0.049 -0.050 .|. | .|. | 32 -0.049 -0.045 .|. | .|. | 33 -0.054 -0.042 .|. | .|. | 34 -0.041 -0.045 .|. | .|. | 35 -0.040 -0.050 .|. | .|. | 36 -0.034 -0.038 Sumber data : Lampiran 5
QStat 20272 21092 21249 21258 21341 32608 32747 34936 36631 44883 48251 48656 48721 51748 54173 54977 56574 59395 62617 65173 65330 66170 68616 68720 69153 70369 72527 74362 82741 85263 90469 95684 10206 10578 10938 11203
Prob 0.155 0.348 0.547 0.713 0.830 0.775 0.858 0.900 0.932 0.923 0.939 0.962 0.978 0.983 0.988 0.993 0.995 0.996 0.997 0.998 0.999 0.999 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
58
Berdasarkan
hasil
uji
autokorelasi
dalam
penelitian
ini
menggunakan Diagnostics Collegram Squared Residual. Hasil uji menunjukkan bahwa probabilitas mempunyai nilai lebih besar dari Alpha 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitaian ini tidak terjdai autokorelasi. C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) 1. Analisis Regresi Linear Berganda Untuk mendapatkan hasil regresi antara variabel dependen likuiditas, profitabilitas, kepemilikan institusional, business risk dan pajak terhadap struktur modal. Diolah dengan menggunakan bantuan program Eviews 7.0, dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), yang ditampilkan pada table 4.5. berikut: Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linear Variable Coefficient Prob. C -0,149702 0,6047 LOG(LIK) -0,663140 0,0000 LOG(ROA) -0,055725 0,2337 LOG(INST) -0,560931 0,0000 LOG(RISK) -0,107248 0,0061 LOG(TAX) 0,376597 0,0204 Sumber Data: Lampiran 5
Hasil Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima
Berdasarkan tabel 4.6 maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: DER = -0,149702 -0,663140 LIK -0,055725 ROA -0,560931 INST -0,107248 RISK + 0,376597 TAX + e
59
β0
=
Nilai -0,149702 dapat diartikan bahwa apabila semua variabel independen (likuiditas, profitabilitas, kepemilikan institusional, business risk dan pajak) dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan
maka
pengaruh
struktur
modal
pada
perusahaan
manufaktur adalah sebesar 14,9 satu satuan. β1 = Variabel Likuiditas dengan nilai koefisien sebesar -0,663140 dan nilai probabilitas 0,0000 dapat diartikan bahwa ketika likuiditas mengalami penurunan sebesar satu-satuan maka struktur modal akan mengalami kenaikan sebesar 0,00 satu-satuan dengan asumsi bahwa variabel lainnya konstan. β2 = Variabel Profitabilitas dengan nilai koefisien -0,055725 dan nilai probabilitas 0,2337 dapat diartikan bahwa ketika profitabilitas penurunan sebesar satu-satuan, maka penggunaan struktur modal mengalami penurunan sebesar 23,37 satu-satuan dengan asumsi bahwa variabel lainnya konstan. β3 = Variabel Kepemilikan Institusional dengan nilai koefisien sebesar 0,560931 dan nilai probabilitas 0,0000 dapat diartikan bahwa ketika kepemilikan institusional mengalami penurunan sebesar satu-satuan maka struktur modal akan mengalami kenaikan sebesar 0,00 satusatuan dengan asumsi bahwa variabel lainnya konstan.
60
β4 = Variabel Business Risk dengan nilai koefisien sebesar -0,107248 dan nilai probabilitas 0,0061 dapat diartikan bahwa ketika Business Risk mengalami penurunan sebesar satu-satuan maka struktur modal akan mengalami kenaikan sebesar 0,006 satu-satuan dengan asumsi bahwa variabel lainnya konstan. β5
=
Variabel Pajak dengan nilai koefisien sebesar 0,376597 dan nilai probabilitas 0,0204 dapat diartikan bahwa ketika pajak mengalami kenaikan sebesar satu-satuan maka struktur modal akan mengalami kenaikan sebesar 0,02 satu-satuan dengan asumsi bahwa variabel lainnya konstan.
2. Uji Simultan (Uji F-hitung) Uji F digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabelvariabel bebas secara keseluruhan yaitu Likuiditas, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, Business Risk Dan Pajak Terhadap Struktur Modal. Tabel 4.6. Hasil Uji Nilai F F-statistic 39,46638 Sumber Data: Lampiran 5
Prob(F-statistic) 0,000000
Berdasarkan tabel 4.6. diketahui nilai probabilitas F-hitung sebesar 39,46638 dan dengan nilai probabilitas 0,000000 < 0,05 artinya variabel independen (likuiditas, profitabilitas, kepemilikan institusional, business
61
risk dan pajak) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (struktur modal). 3. Uji Parameter Individual (Uji T) Uji T bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji ini digunakan untuk menguji kemaknaan parsial, dengan menggunakan uji T, apabila nilai probabilitas < α = 5% maka H0 ditolak, dengan demikian variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat yang ada dalam model. Sebaliknya apabila nilai probabilitas > α = 5% maka H 0 = diterima, dengan demikian variabel bebas tidak dapat menjelaskan variabel terikatnya atau dengan kata lain tidak ada pengaruh antara dua variabel yang diuji. Hasil pengujian dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), diperoleh seperti yang tampak pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Hasil Uji T-Test Variable Coefficient Prob. C -0,149702 0,6047 LOG(LIK) -0,663140 0,0000 LOG(ROA) -0,055725 0,2337 LOG(INST) -0,560931 0,0000 LOG(RISK) -0,107248 0,0061 LOG(TAX) 0,376597 0,0204 Sumber Data: Lampiran 5
Hasil Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dirumuskan persaman regresi sebagai berikut:
62
DER = -0,149702 -0,663140 LIK -0,055725 ROA -0,560931 INST -0,107248 RISK + 0,376597 TAX + e Hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: a. Likuiditas Terhadap Struktur Modal (H1) Berdasarkan Tabel 4.7. diketahui bahwa nilai signifikan variabel likuiditas memiliki adalah sebesar 0,0000 dengan nilai koefisien regresi adalah sebesar -0,663140. Nilai signifikan 0,0000 < alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel likuiditas memiliki pengaruh negatif secara signifikan terhadap struktur modal. Sehingga hipotesis pertama (H1) diterima. b. Profitabilitas Terhadap Struktur Modal (H2) Berdasarkan Tabel 4.7. diketahui bahwa nilai signifikan variabel profitabilitas memiliki adalah sebesar 0,2337 dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,055725. Nilai signifikan 0,2337 > alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Sehingga hipotesis kedua (H2) ditolak. c. Kepemilikan Institusional Terhadap Struktur Modal (H3) Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa nilai signifikan variabel kepemilikan institusional memiliki adalah sebesar 0,0000 dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,560931. Nilai signifikan 0,0000 < alpha
63
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Sehingga hipotesis ketiga (H3) diterima. d. Business Risk Terhadap Struktur Modal (H4) Berdasarkan Tabel 4.7. diketahui bahwa nilai signifikan variabel business risk memiliki adalah sebesar 0,0061 dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,107248. Nilai signifikan 0,0061 < alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel business risk berpengaruh ngatif signifikan terhadap struktur modal. Sehingga hipotesis keempat (H4) diterima. e. Pajak Terhadap Struktur Modal (H5) Berdasarkan Tabel 4.7. diketahui bahwa nilai signifikan variabel pajak memiliki adalah sebesar 0,0204 dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,376597. Nilai signifikan 0,0204 < alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pajak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sehingga hipotesis kelima (H5) diterima. 4. Koefisien Determinasi (R2) Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam merangkai variasi variabel dependen, maka digunakan uji koefisien determinasi (R2). Dalam penelitian ini menggunakan nilai Adjusted RSquared. Hasil Uji Adjusted R-Squared disajikan pada tabel 4.8. sebagai berikut:
64
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Adjusted R-Squared Sumber Data : Lampiran 5
0,52076
Dari hasil Tabel 4.8 tersebut diketahui nilai Adjusted R-squared sebesar 0,520756. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dependen struktur modal dapat dijelaskan sebesar 52,07% oleh variabel independen yaitu Likuiditas, Profitabilitas, Kepemilikan Institusional, Business Risk dan Pajak. Sedangkan sisanya 47,93% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini. D. Pembahasan Hubungan Antara Variabel (Interprestasi) Dari hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa likuiditas, kepemilikan institusional, business risk, pajak hipotesis diterima, sedangkan profitabilitas ditolak. Pada bagian ini menyajiakan hasil pengujian masingmasing variabel sebagai berikut: 1. Likuiditas Terhadap Struktur Modal Berdasarkan hasil pengujian statistik menggunakan uji T diperoleh hasil bahwa likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, dengan nilai koefisien regresi adalah sebesar -0,663140 dan nilai signifikan variabel likuiditas sebesar 0,0000. Nilai signifikan 0,0000 < alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel likuiditas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Semakin tinggi
65
likuiditas maka semakin rendah penggunaan hutang (dana eksternal). Semakin tinggi likuiditas maka kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan baik dalam setiap membayar hutangnya, sehingga akan mengurangi tingkat risiko yang diperoleh dari hutang. Dimana perusahaan akan menggunakan dana internal yaitu aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban jangka pendek sehingga penggunaan hutang dalam perusahaan menurun. Sesuai dengan Pecking Order Theory menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi memiliki dana internal yang besar sehingga perusahaan tersebut akan lebih memilih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai invetasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal (hutang).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Arini (2014) dan Merta Dewi (2014) dan Wardhana (2015) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
2. Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Berdasarkan hasil pengujian statistik menggunakan uji T diperoleh hasil bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,055725 dan nilai signifikan variabel profitabilitas sebesar 0,2337, nilai signifikan 0,2337 > alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
66
Hasil pegujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Semakin tinggi profit yang dihasilkan kecenderungan perushaan untuk tidak selalu menggunakan dana eksternal, dimana besarnya modal sendiri yang berasal dari laba ditahan sudah dapat membiayai kegiatan operasional perusahaan. Sehingga perusahaan dengan laba yang tinggi akan cenderung menggunakan dana internal, karena perusahaan yakin dengan tingginya aktiva maka itu sudah cukup untuk membiayai kebutuhan perusahaan dengan dana yang dimiliki perusahaan, sesuai dengan
pecking order theory juga menjelaskan
perusahaan yang tingkat profitabilitasnya yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil, dengan tinggi atau rendahnya profitabilitas tidak akan berpengaruh terhadap hutang, ada perspektif yang menyebabkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hal itu disebabkan bahwa pandangan kreditor terhadap perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi mempunyai likuiditasnya yang besar pula, biasanya perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi besar kemungkinan juga mempunyai likuiditas yang tinggi pula yaitu bagaimana perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dikarenakan likuiditas hanya bisa memenuhi kebutuhan jangka pendek perusahaan. Sehinggga dengan profitabilitas yang tinggi tidak menjamin kreditor memberikan pinjaman modal, karena hutang merupakan beban jangka panjang perusahaan yang wajib dibayar oleh perusahaan ke kreditor. Sebab apabila diikuti dengan penggunaan hutang yang besar pula akan berdampak pada
67
munculnya biaya hutang yang kurang efisien dimana biaya tersebut harus ditanggung oleh perusahaan. Sehingga perusahaan dengan profit tinggi akan cenderung memanfaatkan dana internal sebagai operasional perusahaan, maka dengan demikian tingkat hutang yang digunakan akan semakin rendah. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Indrajaya (2011) dan Abdullah (2015) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Namun sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nasution (2016), Naibaho (2015) dan Primantara (2016) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. 3. Kepemilikan Institusional Terhadap Struktur Modal Berdasarkan hasil pengujian statistik menggunakan uji T diperoleh hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,560931 dan nilai signifikan variabel kepemilikan institusional sebesar 0,0000, nilai signifikan 0,0000 < alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini berarti bahwa pemegang saham institusi saham menentukan proporsi penggunaan hutang oleh perusahaan. Hasil ini juga dapat diartikan bahwa semakin
68
besar proporsi kepemilikan saham institusi maka akan menurunkan penggunaan hutang oleh perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka pengawasan akan semakin meningkat sehingga mendorong perusahaan dalam menggunakan modal sendiri dengan adanya asimetri informasi menyebabkan biaya modal eksternal lebih mahal dari pada sumber dana internal, sehingga perusahaan akan lebih mengutamakan modal sendiri yang asimetri informasinya lebih rendah, diama asimetri yang rendah adalah modal sendiri dimana perusahaan akan menggunakan modal sendiri untuk kegiatan operasional perusahaan, dimana pemengang saham cenderung berorientasi pada return sehingga jika biaya modal tinggi akan berdampak terjadinya kemungkinan risiko kebangkrutan dengan biaya modal yang rendah akan meminimumkan risiko yang dihadapi perusahaan dan dapat menekan biaya operasional perusahaan. Dengan adanya biaya modal yang rendah maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi, sehingga dimungkinkan bahwa pemegang saham lebih menyukai pendanaan modal sendiri dibandingkan hutang dengan pertimbangan biaya modal rendah. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin rendah penggunaan hutang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryadi (2016) dan Destriana (2010)
yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
69
4. Pengaruh Business Risk Terhadap Struktur Modal Berdasarkan hasil pengujian statistik menggunakan uji T diperoleh hasil bahwa business risk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,107248 dan nilai signifikan variabel business risk sebesar 0,0061, nilai signifikan 0,0061 < alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel business risk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa Business Risk tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Perusahaan dengan risiko bisnisnya tinggi cenderung menggunakan hutang semakin kecil untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, dimana perusahaan yang memiliki risiko tinggi kurang mendapat kepercayaan dari kreditur karena tidak menguntungkan bagi pihak kreditur sehingga kreditor menetapkan bunga yang tinggi, dengan adanya bunga yang tinggi maka perusahaan akan cenderung tidak menggunakan hutang sebagai kegiatan operasionalnya. Hal ini sejalan dengan pecking order theory dimana perusahaan akan menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu sebelum menggunakan dan eksternal. Semakin besar risiko bisnis, penggunaan hutang yang besar akan mempersulit perusahaan dalam mengembalikan hutang mereka. Disamping itu perusahaan dengan tingkat risiko yang tinggi kreditur cenderung memiliki keengganan untuk memberi pinjaman. Perusahaan yang memiliki tingkat risiko bisnis yang tinggi, maka akan semakin rendah tingkat hutang yang digunakan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
70
yang dilakukan oleh Setyawan (2016), Nuswandari (2013) dan Primatara (2016) yang menyatakan bahwa risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. 5. Pengaruh Pajak Terhadap Struktur Modal Berdasarkan hasil pengujian statistik menggunakan uji T diperoleh hasil bahwa pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,376597 dan nilai signifikan variabel pajak sebesar 0,0204, nilai signifikan 0,0204 < alpha 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa pajak berpengaruh positif terhadap struktur modal. Penggunaan pajak lebih tinggi harus menggunakan hutang lebih banyak, jika pengehematan pajak lebih kecil dari biaya modal maka potensi kebangkrutan akan terjadi. Dengan demikian maka semakin besar penghematan pajak maka semakin besar penggunaan utangnya. Perusahaan yang memiliki tingkat pajak yang rendah cenderung dalam penggunaan struktur modalnya juga rendah dan sebaliknya semakin tinggi pajak maka penggunaan utang akan tinggi untuk pembayaran pajak tersebut, dengan penggunaan utang yang tinggi akan memberikan efisiensi pada pajak dimana bunga yang dihasilkan dari penggunaan utang tersebut akan memberikan dampak yang positif bagi perusahaan dimana perusahaan akan mendapatkan pengurangan dari bunga utang yang dihasilkan. Dalam hal ini adanya utang akan memberikan
71
manfaat dari pajak yang dimana semakin tinggi tarif pajak perusahaan maka semakin besar keuntungan dari penggunaan utang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Primantara (2016) Merta Dewi (2014) dan Wahyuni (2014) yang menyatkan bahwa pajak berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal.