BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian dan Analisis Data Laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi yang menyangkut keadaan atau posisi keuangan dan kinerja perusahaan untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan. Periode laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras yaitu 1 (satu) tahun takwin dimulai dari bulan januari sampai dengan bulan desember pada tahun yang sama. PT. ERA Griya Selaras juga membuat laporan keuangan sementara setiap bulannya dengan tujuan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan selama tahun berjalan. Pencatatan pembukuan dilakukan dengan menggunakan metode akrual basis (accrual basis methode) dan dengan menggunakan mata uang rupiah. Pencatatan pembukuan laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 44 tentang Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estate dan kebijakan akuntansi perusahaan. Laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras, terdiri dari : 1. Neraca 2. Laporan Laba Rugi 3. Laporan Perubahan modal 4. Catatan atas Laporan Keuangan
52
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian dari laporan keuangan, catatancatatan yang dimaksud adalah catatan-catatan untuk penjelasan pos-pos Neraca dan pos-pos Laporan Laba Rugi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diketahui bahwa catatan-catatan pendukung laporan keuangan yang dibuat oleh PT. ERA Griya Selaras adalah sebagai berikut : 1. Perincian pos-pos perkiraan Neraca 2. Perincian pos-pos perkiraan Laporan Laba Rugi 3. Perincian Aktiva Tetap beserta perhitungan penyusutannya 4. Perincian perhitungan Franchise beserta penyusutannya 5. Perincian Rekap Biaya Royalty dan NMF ERA Indonesia 6. Perincian daftar Penjualan Dalam laporan keuangan komersial PT. ERA Griya Selaras tahun 2008, terlihat bahwa terdapat laba tahun berjalan sebesar Rp 127.991.069,00. Berikut ini merupakan laporan keuangan PT. ERA Griya Selaras tahun 2008, berupa Neraca dan Laporan Laba Rugi.
53
TABEL 4 – 1 PT. ERA GRIYA SELARAS NERACA PER 31 DESEMBER 2008 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas Bank Deposito Pajak Dibayar Dimuka Jumlah Aktiva Lancar
Rp
Rp
6.884.104,00 81.259.329,00 238.100.000,00 8.340.989,00 334.584.422,00
AKTIVA TETAP Harga Perolehan Rp 305.579.865,00 Akumulasi Penyusutan ( 220.096.772,00) Jumlah Nilai Buku Aktiva Tetap Rp 85.483.093,00
AKTIVA LAIN-LAIN Franchise Rp 79.145.000,00 Akumulasi Amortisasi franchise ( 58.311.623,00) Jumlah Nilai Buku Aktiva Lain-lain Rp 20.833.377,00
JUMLAH AKTIVA
Rp
467.900.892,00
KEWAJIBAN DAN MODAL KEWAJIBAN LANCAR Hutang Pajak Biaya Yang Masih Harus Dibayar Jumlah Kewajiban lancer
Rp Rp Rp
2.982.179,00 12.800.000,00 15.782.179,00
MODAL Modal Saham Laba (Rugi) Ditahan Laba (Rugi) Tahun Berjalan Jumlah Modal
Rp
500.000.000,00 ( 187.412.009,00) Rp 139.530.722.00 Rp 452.118.713,00
JUMLAH KEWAJIBAN DAN MODAL
Rp
Sumber : Laporan Keuangan PT. ERA Griya Selaras
54
467.900.892,00
TABEL 4 – 2 PT. ERA GRIYA SELARAS LAPORAN LABA RUGI PERIODE JANUARI – DESEMBER 2008
PENGHASILAN Pendapatan Komisi
Rp 2.201.157.057,00
BEBAN Beban Penjualan
Rp 1.778.735.106,00
Beban Administrasi dan Umum
Rp
305.766.262,00
Jumlah Beban
Rp 2.084.501.368,00
Laba (Rugi) Bersih dari Usaha
Rp 116.655.689,00
Pendapatan (Beban) lain-lain
Rp 11.335.380,00
Laba (rugi) Bersih
Rp 127.991.069,00
Sumber : Laporan Keuangan PT. ERA Griya Selaras
55
B. Penjelasan Pos-Pos Perkiraan pada Laporan Neraca 1. Kas dan Bank Istilah “kas” menunjuk kepada alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan, sedangkan istilah “bank” menunjuk kepada sisa rekening giro perusahaan di bank yang dapat dipergunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Kepada penabung atau nasabah, tabungan dan juga termasuk didalamnya rekening giro, memberikan penghasilan berkala berupa bunga, yang biasanya diterima pada akhir tanggal setiap bulannya. Dalam akuntansi komersial penghasilan bunga bukan merupakan motivasi utama dalam melakukan pembukaan rekening giro di bank, karena mungkin disebabkan jumlahnya yang tidak begitu berarti. Jika terdapat penghasilan bunga pada rekening giro, akuntansi komersial akan mencatatnya sebagai penghasilan. Dan sesuai dengan ketentuan perpajakan, penghasilan bunga tersebut merupakan objek pajak penghasilan sehingga dikenakan pajak penghasilan (PPh) dengan tarif final 15 % dan tidak boleh digabungkan dengan penghasilan yang lain (Yang dikenakan tarif PPh umum). Oleh karena itu, untuk tujuan akuntansi perpajakan penghasilan bunga teresbut tidak perlu dicantumkan dalam kelompok penghasilan (penghasilan kena pajak/PKP) pada akhir periode akuntansi. Yang dimaksud dengan kas pada PT. ERA Griya Selaras adalah kas di tangan yang berjumlah Rp 6.884.104,00 sedangkan yang dimaksud dengan bank adalah saldo bank pada Bank Mandiri sebesar Rp 81.259.329,00 . 2. Deposito pada Bank Mandiri
56
Deposito dapat dimasukkan dalam satuan mata uang rupiah atau dalam valuta asing (valas), baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan pengakuan penghasilannya yang berupa bunga, bersamaan dengan bunga tabungan dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI), bunga dari deposito dikenakan pajak 20 % yang bersifat final. Karena telah dikenakan tarif final pada akhir periode, maka bunga deposito bukan merupakan penghasilan kena pajak pada SPT (surat pemberitahuan) dan pajaknya tidak dapat dikreditkan. Deposito pada Bank Mandiri yang dimiliki PT. ERA Griya Selaras adalah sebesar Rp 238.100.000,00. 3. Pajak Dibayar Dimuka Pajak dibayar dimuka PT. ERA Griya Selaras yang berjumlah Rp 8.340.989,00 (delapan juta tiga ratus empat puluh ribu sembilan ratus delapan puluh sembilan rupiah), merupakan pajak penghasilan PPh pasal 23 yang dikenakan kepada subjek pajak dalam negeri untuk memotong pajak penghasilan atas pembayaran yang berupa dividen, bunga, royalti, hadiah, sewa, dan imbalan atas jumlah penghasilan bruto atau penghasilan netto. Tarif potongan pajak 15 % atas jumlah penghasilan bruto atau penghasilan netto. Pajak dibayar dimuka yang dikenakan PPh Pasal 23 pada PT. ERA Griya Selaras adalah pembayaran atas royalti sebesar Rp 8.340.989,00. 4. Aktiva Tetap Ketentuan perpajakan mengelompokkan aktiva tetap kepada aktiva yang dapat disusutkan (depreciable assets, misalnya bangunan, mesin, dan peralatan yang lain) dan yang tidak dapat disusutkan (nondepreciable assets, misalnya tanah,
57
kecuali tanah yang dipakai dalm proses pembuatan produk, seperti pada indutri keramik, gerabah, batu bata, dan genteng). Untuk tujuan penyusutan, ketentuan perpajakan mengelompokkan aktiva menjadi bangunan dan bukan bangunan. Tabel 4 – 3 DAFTAR TARIF PENYUSUTAN AKTIVA TETAP Tarif Penyusutan Kelompok Harta Berwujud
Masa Manfaat
berdasarkan Metode Garis Lurus
Saldo Menurun
I. Bukan Bangunan Kelompok 1
4 Tahun
25 %
50 %
Kelompok 2
8 Tahun
12,5 %
25 %
Kelompok 3
16 Tahun
6,25 %
12,5 %
Kelompok 4
20 Tahun
5%
10 %
Permanen
20 Tahun
5%
-
Tidak Permanen
10 Tahun
10 %
-
II. Bangunan
Sumber : Undang-undang Pajak penghasilan pasal 17 Tahun 2000
Harga Perolehan
Gedung Kantor
Akumulasi
Rp 229.875.000
Nilai Buku Penyusutan
Aktiva Tetap
Rp 145.520.657
Rp 84.353.343
Folding Gate Urat Kayu
1.125.000
731.250
393.750
Terain Pintu Mikro
2.100.000
1.365.000
735.000 Rp 85.482.093
58
5. Aktiva Lain-lain Aktiva lain-lain PT ERA Griya Selaras adalah Franchise yang nilainya sebesar Rp 79.145.000,00 dengan jumlah akumulasi amortisasi franchise sebesar Rp 58.311.623,00 (lima puluh delapan juta tiga ratus sebelas ribu enam ratus dua puluh tiga rupiah), maka nilai buku aktiva lain-lain sebesar Rp 20.833.377,00. 6. Hutang Pajak Selain harus menyetor pajak untuk diri sendiri, kebanyakan pengusaha mempunyai kewajiban untuk memotong pajak penghasilan pasal 21 (penghasilan atas gaji, upah, dan honorarium), pasal 23 (dividen, bunga, sewa, dan imbalan atas jasa), dan pasal 26 (pembayaran penghasilan kepada wajib pajak luar negeri). Selain itu, pengusaha dapat dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak untuk memungut PPN dan PPnBM. Pemungutan pajak yang belum disetorkan ke kas negara atau bank persepsi merupakan hutang perusahaan. Hutang pajak lunas apabila telah dilakukan penyetoran. Hutang pajak terdiri dari : PPh Pasal 21 SPT 1721 tahun 2007
Rp
PPN Masa Desember 2008
5.525,00 2.327.273,00
PPh Pasal 21 Masa Desember 2008
23.750,00
PPh Pasal 21 SPT 1721 tahun 2008
28.631,00
PPh Pasal 23 Masa Desember 2008
600.000,00 Rp 2.982.179,00
59
7. Biaya Yang Masih Harus Dibayar Aplikasi akrual Basis dalam penyelenggaraan pembukuan sehubungan dengan pengakuan biaya menimbulkan adanya hutang biaya. Walaupun belum dibayar, karena masa manfaat biaya telah lewat, maka harus ada pengakuan biaya. Biaya yang masih harus dibayar per 31 Desember 2008 terdiri dari : Royalti dan NMF ERA Indonesia
Rp 9.800.000,00
Service Charge Nov – Des 2008
3.000.000,00 Rp 12.800.000,00
8. Modal Saham Modal saham merupakan bagian dari ekuitas suatu perseroan terbatas yang dikontribusikan pemilik. Pada umumnya jenis saham meliputi saham dengan dan tanpa nilai nominal, saham biasa dan saham preferen. Namun di Indonesia, berdasarkan ketentuan Pasal 42 ayat (2) Undang-undang
Perseroan 1995 pengeluaran saham tanpa nilai nominal tidak diperbolehkan. Dengan demikian semua saham yang dikeluarkan oleh badan Indonesia harus mempunyai nilai nominal. Modal saham PT. ERA Griya Selaras terdiri dari : Nama Pemegang Saham
Persentase
Jumlah
Nancy Amelya
60 %
Rp 300.000.000,00
Hajjah Quraisin
40 %
200.000.000,00 Rp 500.000.000,00
60
9. Laba (Rugi) Ditahan Walaupun dalam praktek akuntansi secara meluas masih digunakan istilah laba ditahan, tetapi standar akuntansi keuangan menyebutnya dengan istilah saldo laba atau rugi. PSAK no. 21 menyatakan saldo laba atau rugi menunjukkan akumulasi hasil usaha dalam suatu periode setelah memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba atau rugi periode lalu. Total saldo Rugi ditahan PT. ERA Griya Selaras per 31 desember 2008 adalah sebesar Rp 187.412.009,00. 10. Laba (Rugi) Tahun Berjalan Laba atau rugi tahun berjalan merupakan laba atau rugi yang dialami oleh PT. ERA Griya Selaras pada periode akuntansi yang berjalan, dimana per 31 Desember 2008 PT. ERA Griya Selaras mengalami keuntungan sebesar Rp 139.530.722,00
. C. Penjelasan Pos-Pos Perkiraan Pada Laporan Laba Rugi 1. Pendapatan Komisi Pendapatan komisi merupakan objek pajak penghasilan, berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, diperoleh informasi bahwa dalam menjalankan usahanya PT. ERA Griya Selaras mempunyai objek pajak penghasilan tahun 2008, berupa pendapatan komisi yang berasal dari komisi atas penjualan atau penyewaan unit tanah dan atau bangunan. Selama periode tahun 2008 pendapatan komisi yang diterima berasal dari penjualan atas unit-unit tanah dan bangunan sebagai berikut : Komisi Penjualan Rumah Type Amethyst
61
Rp 124.964.000,00
Komisi Penjualan Rumah Type Amethyst
98.715.800,00
Komisi Penjualan Rumah Type Athena
242.042.690,00
Komisi Penjualan Rumah Type Amethyst
92.482.000,00
Komisi Penjualan Rumah Simprug Blok E
538.550.909,00
Komisi Penjualan Rumah Simprug Blok F
538.550.909,00
Komisi Penjualan Rumah Pesona Depok II
157.272.727,00
Komisi Penjualan Rumah Pati Unus No. 24
76.818.182,00
Komisi Penjualan Tanah di Jalan Perjuangan II
104.487.113,00
Komisi Penjualan Daksa Resident
227.272.727,00
Total Komisi Penjualan Tahun 2008
Rp2.201.157.057,00
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 44, PT. ERA Griya Selaras mengakui adanya pendapatan komisi, apabila proses penjualan telah selesai dan penerimaan uang pembayaran atas penjualan unit tanah dan atau bangunan minimal sebesar 20 % dari harga transaksi. Menurut Undang-undang perpajakan, penjualan atau penyewaan atas unit-unit tanah dan atau bangunan merupakan objek pajak dan perhitungan pajak penghasilannya menggunakan perhitungan tarif pajak pasal 17 UU PPh tahun 2000. Pencatatan akuntansi PT. ERA Griya Selaras pada saat menerima komisi dari hasil penjualan atau penyewaan unit-unit tanah dan atau bangunan adalah sebagai berikut : Bank / Kas
Rp xxxxxx
Pendapatan Komisi
Rp xxxxxx
PPN Keluaran
Rp xxxxxx
62
2. Pengakuan Beban Untuk mengetahui jumlah besarnya penghasilan kena pajak, maka sangatlah perlu untuk mengetahui perhitungan perincian beban yang menjadi pengurang dari objek pajak penghasilan. Berikut ini adalah perincian beban-beban dari Laporan laba rugi PT. ERA Griya Selaras, terdiri dari : a. Beban Penjualan Terdiri dari ; Komisi Marketing
Rp 833.054.765,00
Royalty
427.240.907,00
NMF ERA Indonesia
18.361.360,00
Tunjangan Transport
4.160.400,00
Marketing Material
Rp 94.742.750,00
Bahan Bakar/bensin, Parkir dan Tol
14.943.200,00
Perijinan Notaris
20.269.800,00
Perlengkapan dan Bahan
45.704.800,00
Pos dan Materai
6.006.000,00
Telepon
18.916.820,00
Majalah/Koran
650.450,00
Iklan
294.683.884,00
Jumlah Beban Penjualan
Rp 1.778.735.106,00
Beban Penjualan diatas merupakan beban atas pembiayan rutin bagian marketing PT. ERA Griya Selaras. Berikut ini adalah penjelasan setiap pos-
63
pos dari perkiraan beban penjualan pada laporan laba rugi PT. ERA Griya Selaras, yaitu sebagai berikut : 1) Komisi Marketing Beban komisi marketing sebesar Rp 833.054.765,00 merupakan komisi yang dibayarkan kepada karyawan bagian marketing atas usahanya dalam menjual atau menyewakan unit-unit tanah dan atau bangunan. Beban komisi ini dibayarkan langsung kepada karyawan yang bersangkutan jika telah terjadi transaksi penjualan atau penyewaan atas unit-unit tanah dan atau bangunan. 2) Royalty Beban royalty yang berjumlah Rp 427.240.907,00 merupakan beban PT. ERA Griya Selaras yang harus dibayar kepada franchisor dalam hal ini adalah PT. ERA Indonesia, yang dihitung dengan rumus 4 % dari pendapatan komisi bersih atas hasil pejualan atau penyewaan unit-unit tanah dan atau bangunan 3) NMF ERA Indonesia Beban Nmf Era Indonesia yang berjumlah Rp 18.361.360,00 merupakan beban yang harus dibayar PT. ERA Griya Selaras kepada PT. ERA Indonesia apabila PT. ERA Griya Selaras melakukan transaksi penjualan atau penyewaan atas unit-unit tanah dan atau bangunan, dimana jumlahnya dihitung dengan rumus 6 % dari pendapatan komisi bersih.
64
4) Tunjangan Transport Beban tunjangan transport sebesar Rp 4.160.400,00 adalah tunjangan yang diberikan oleh PT. ERA Griya Selaras kepada Manager bagian marketing yang bertempat tinggal jauh dari lokasi kantor. 5) Marketing Material Beban marketing material yang berjumlah Rp 94.742.750,00
adalah
beban atas biaya-biaya yang timbul karena pembuatan spanduk, umbulumbul, papan arah, stempel dan lain-lain yang berhubungan dengan bagian marketing atas usahanya untuk memasarkan unit-unit tanah dan atau bangunan yang dijual atau disewakan. 6) Bahan bakar/bensin, Parkir, dan Tol Beban bahan bakar/bensin, parkir, dan tol yang berjumlah Rp 14.943.200,00 merupakan beban pemakaian bahan bakar/bensin, biaya parkir dan tol yang diberikan kepada karyawan bagian marketing untuk tujuan menemui klien yang akan menjual atau menyewakan unit-unit tanah dan atau bangunan. 7) Perijinan Notaris Beban perijinan notaris sebesar Rp 20.269.800,00 adalah beban yang dibayar kepada PT. ERA Indonesia pada setiap bulannya untuk biaya perijinan dalam melakukan perjanjian penjualan atau penyewaan terhadap unit-unit tanah dan atau bangunan atas jasa notaris yang telah ditunjuk oleh PT. ERA Indonesia.
65
8) Perlengkapan dan bahan Beban perlengkapan dan bahan sebesar Rp 45.704.800,00 ini timbul karena pembelian kebutuhan alat tulis kantor untuk bagian marketing, seperti pembelian alat-alat tulis kantor, kertas, amplop, dan lain-lain. 9) Pos dan Materai Beban pos dan materai sebesar Rp 6.006.000,00 ini timbul akibat adanya perjanjian jasa pemasaran yang dilakukan oleh bagian marketing karena adanya transaksi penjualan atau penyewaan atas unit-unit tanah dan atau bangunan. 10) Telepon Beban telepon sebesar Rp 18.916.820,00 merupakan biaya pemakaian pulsa telepon bagian marketing untuk mencari listingan dan memasarkan unit-unit tanah dan atau bangunan yang bertujyan untuk memenuhi target pemasaran. Pencatatan pemakaian pulsa beban telepon dibedakan antara bagian marketing dengan kegiatan operasional peerusahaan. 11) Majalah atau Koran Beban majalah atau koran yang berjumlah Rp 650.450,00 adalah beban yang timbul karena PT. ERA Griya Selaras berlangganan koran Kompas dan Business Indonesia untuk mengetahui informasi-informasi terkini mengenai properti. 12) Iklan Beban iklan yang berjumlah Rp 294.683.884,00 merupakan beban yang timbul karena adanya biaya untuk memasang iklan pada harian surat kabar
66
dan majalah-majalah properti untuk mempromosikan unit tanah dan atau bangunan yang akan dijual atau disewakan. b. Beban Administrasi dan Umum Terdiri dari ; Gaji
Rp 97.298.040,00
Tunjangan Makan
43.200.000,00
PPh Pasal 21
1.602.500,00
Training dan Pendidikan
10.598.663,00
Depresiasi Peralatan Kantor
1.028.581,00
Depresiasi Gedung Kantor dan lainnya
11.655.000,00
Service Charge
18.000.000,00
Administrasi Bank
5.302.000,00
Fotocopy dan Binding
14.044.950,00
Cetak Film dan Separasi
,00
Perlengkapan dan Bahan Kantor
4.944.650,00
Pos dan Materai
118.000,00
Listrik
8.039.790,00
Telepon
17.541.344,00
Amortisasi Franchise
Rp 10.000.000,00
Lain-lain
2.089.634,00
Jumlah Beban Administrasi dan Umum
67
Rp 98.700.271,00
Beban Administrasi dan Umum merupakan beban yang berhubungan dengan biaya operasional kantor pada umumnya. Dibawah ini adalah penjelasan dari pos-pos perkiraan beban administrasi dan umum pada laporan laba rugi PT. ERA Griya Selaras, yaitu sebagai berikut : 1) Gaji Beban gaji yang berjumlah Rp 25.459.608,00 (dua puluh lima juta empat ratus lima puluh sembilan ribu enam ratus delapan rupiah) merupakan beban atas gaji yang dibayarkan kepada karyawan PT. ERA Griya Selaras. Beban gaji dibayarkan pada setiap akhir bulan dan Tunjangan Hari Raya (THR) dibayar sekali dalam satu (1) tahun. Pajak penghasilan pasal 21 (PPh 21) atas beban gaji dibayarkan oleh perusahaan. 2) Tunjangan Makan Beban tunjangan makan yang berjumlah Rp 5.905.000,00 (lima juta sembilan ratus lima ribu rupiah) merupakan beban yang timbul karena perusahaan memberikan biaya makan karyawan pada setiap harinya. 3) PPh Pasal 21 Beban PPh pasal 21 yang berjumlah Rp 320.500,00 (tiga ratus dua puluh ribu lima ratus rupiah) adalah beban pajak penghasilan yang timbul atas beban gaji karyawan yang ditanggung oleh perusahaan. 4) Training dan Pendidikan Beban training dan pendidikan sebesar Rp 1.598.663,00 (satu juta lima ratus sembilan puluh delapan ribu enam ratus enam puluh tiga rupiah) ini timbul karena adanya
68
training dan pendidikan yang dilakukan oleh PT. ERA Indonesia yang mana setiap member broker harus mengirimkan perwakilan perusahaannya masing-masing. 5) Depresiasi Peralatan kantor Perhitungan beban depresiasi atau penyusutan peralatan kantor PT. ERA Griya Selaras menggunakan metode penyusutan garis lurus (straight line methode) dengan perkiraan masa manfaat selama lima (5) tahun dengan persentase penyusutan pertahun sebesar 20 %. Jumlah beban depresiasi peralatan kantor PT. ERA Griya Selaras adalah sebesar Rp 1.028.581,00 (satu juta dua puluh delapan ribu lima ratus delapan puluh satu rupiah). 6) Depresiasi Gedung Kantor dan Lainnya Perhitungan beban depresiasi atau penyusutan gedung kantor dan lainnya (folding gate urat kayu, terain pintu mikro) PT. ERA Griya Selaras menggunakan metode penyusutan garis lurus (straight line methode) dengan perkiraan masa manfaat selama dua puluh (20) tahun dengan persentase penyusutan pertahun sebesar 5 %. Jumlah beban depresiasi gedung kantor dan lainnya adalah sebesar Rp 11.655.000,00 (sebelas juta enam ratus lima puluh lima ribu rupiah). 7) Service Charge Beban service charge yang berjumlah Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah) merupakan biaya yang dibayar kepada pengelola gedung sebagai biaya pemeliharaan gedung kantor. 8) Administrasi Bank Beban administrasi bank yang berjumlah Rp 302.000,00 (tiga ratus dua ribu rupiah) merupakan beban yang timbul karena adanya transaksi jasa giro PT. ERA Griya
69
Selaras, seperti biaya cetak rekening koran, biaya administrasi rekening giro setiap bulannya, biaya pembuatan buku cek, dan biaya-biaya perbankan lainnya. 9) Fotocopy dan Binding Beban fotocopy dan binding yang berjumlah Rp 1.149.850,00 (satu juta seratus empat puluh sembilan ribu delapan ratus lima puluh rupiah) adalah beban yang timbul sebagai akibat dari pengeluaran biaya operasional rutin kantor yang dibedakan dengan biaya yang dikeluarkan oleh bagian marketing. 10) Cetak Film dan Separasi Beban cetak film dan separasi yang berjumlah Rp 547.651,00 (lima ratus empat puluh tujuh ribu enam ratus lima puluh satu rupiah) merupakan biaya-biaya yang timbul untuk mendukung kegiatan penjualan dan melengkapi data-data penjualan bagian marketing untuk memasarkan unit-unit tanah dan atau bangunan. 11) Perlengkapan dan Bahan Kantor Beban perlengkapan dan bahan kantor yang berjumlah sebesar Rp 4.944.650,00 (empat juta sembilan ratus empat puluh empat ribu enam ratus lima puluh rupiah) merupakan biaya yang timbul sebagai akibat dari pengeluaran biaya operasional kantor untuk mendukung pekerjaan staf kantor, seperti membeli buku kas, tinta printer, kertas, dan alat tulis lainnya. 12) Pos dan Materai Beban pos dan materai yang berjumlah Rp 118.000,00 (seratus delapan belas ribu rupiah) merupakan biaya yang timbul karena adanya biaya kirim dokumen, pembelian materai untuk pengurusan surat-surat atau kwitansi-kwitansi untuk kelancaran transaksi yang dilakukan PT. ERA Griya Selaras.
70
13) Listrik Beban listrik yang berjumlah Rp 8.039.790,00 (delapan juta tiga puluh sembilan ribu tujuh ratus sembilan puluh rupiah), merupakan beban yang timbul sebagai akibat dari pemakaian listrik oleh perusahaan. 14) Telepon Beban telepon sebesar Rp 17.541.344,00 (tujuh belas juta lima ratus empat puluh satu ribu tiga ratus empat puluh empat rupiah), merupakan biaya pemakaian pulsa telepon yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. 15) Amortisasi Franchise Beban amortisasi (penyusutan) franchise yang berjumlah Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) timbul karena PT. ERA Griya Selaras merupakan perusahaan franchise yang menggunakan brand ERA. Franchise merupakan kelompok aktiva tetap tidak berwujud dimana dikenakan penyusutan pada setiap tahunnya. 16) Lain-lain Biaya lain-lain yang berjumlah Rp 2.089.634,00 (dua juta delapan puluh sembilan ribu enam ratus tiga puluh empat rupiah) merupakan beban yang terdiri dari beban air minum, keperluan sehari-hari kantor, dan lain-lain. c. Pendapatan (Biaya) Lain-lain Terdiri dari ; Pendapatan Bunga / Jasa Giro Rp 1.165.980,00 Pendapatan Bunga Deposito 9.736.950,00
71
Pajak atas Pendapatan Bunga ( 432.450,00) lain-lain
Jumlah Pendapatan (Biaya) Rp11.335.380,00
Berikut ini merupakan penjelasan atas pos-pos perkiraan pendapatan (biaya) lain-lain dari laporan laba rugi PT. ERA Griya selaras, yaitu :
1) Pendapatan bunga atau Jasa Giro Pendapatan bunga atau jasa giro merupakan pendapatan bunga yang berasal dari rekening bank atas jasa giro yang dimiliki oleh PT. ERA Griya Selaras. 2) Pendapatan Bunga Deposito Pendapatan bunga deposito merupakan pendapatan yang didapat dari bunga atas deposito yang dimiliki PT. ERA Griya Selaras. 3) Pajak atas Pendapatan Bunga Pajak atas pendapatan bunga adalah pajak yang dikenakan atas bunga yang didapat dari pendapatan bunga atas jasa giro yang dimiliki PT. ERA Griya Selaras.
D. Rekonsiliasi Antara Laporan Keuangan Komersial Dengan Laporan Keuangan Fiskal Perbedaan pertimbangan yang mendasari penyusunan laporan keuangan komersial dengan kebijakan perpajakan menghasilkan jumlah angka laba yang berbeda (laba fiskal vs laba komersial). Deskripsi hubungan kausal antara laba fiskal dan laba
72
komersial menghasilkan perbedaan angka yang bersifat permanen atau sementara. Perbedaan tetap atau permanen (permanent differences) terjadi karena administrasi pajak menghitung laba fiskal berbeda dengan laba komersial (menurut standar akuntansi) tanpa adanya koreksi di kemudian hari. Perbedaan permanen dapat positif apabila laba komersial lebih besar dari laba fiskal dan juga dapat negatif apabila laba komersial lebih kecil dari laba fiskal. Perbedaan permanen negatif disebabkan adanya pengeluaran yang merupakan beban dalam laba komersial, tetapi tidak diakui demikian menurut fiskal (misalnya sumbangan dan kenikmatan atau natura). Perbedaan waktu (timing differences), yang bersifat sementara, terjadi karena adanya ketidaksamaan saat terjadinya pengakuan penghasilan dan beban oleh administrasi pajak dan masyarakat profesi akuntan. Perbedaan waktu positif terjadi apabila pengaturan beban untuk tujuan pajak lebih cepat daripada pengakuan beban untuk akuntansi (misalnya penyusutan) atau pengakuan penghasilan untuk tujuan pajak lebih lambat dari pengakuan penghasilan untuk tujuan akuntansi. Sebaliknya, perbedaan waktu negatif terjadi apabila ketentuan perpajakan mengakui beban lebih lambat dari pengakuan beban menurut peraturan akuntansi (misalnya persediaan) atau akuntansi mengakui penghasilan lebih dari pengakuan penghasilan menurut ketentuan perpajakan (misalnya penghasilan kumulatif beberapa tahun). Perbedaan waktu menyebabkan perhitungan pajak atas jumlah laba yang berbeda dengan jumlah laba menurut akuntansi. Namun, perbedaan tersebut akan dikoreksi secara otomatis dikemudian hari. Dengan demikian, tidak ada perbedaan alokasi beban dan penghasilan antar periode untuk tujuan fiskal dan akuntansi.
73
Laporan keuangan komersial yang berupa neraca dan laporan laba rugi disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum. Dengan diketahuinya perbedaan perlakuan antara komersial dan fiskal, maka dibuatlah rekonsiliasi laporan keuangan, sebagai sarana penyesuaian menuju penyusunan laporan keuangan fiskal. Berikut ini adalah tabel koreksi fiskal atas laporan laba rugi komersial PT. ERA Griya Selaras Tahun 2008 :
74
TABEL 4 – 4 PT. ERA GRIYA SELARAS KOREKSI FISKAL LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2008 (dalam rupiah) Nama Perkiraan
Koreksi Fiskal
ung Kantor dan Lainnya
9.818.000 18.666.000
-
Administrasi & Umum
lain
Sumber : Laporan Keuangan yang diolah oleh penulis
75
Dibawah ini merupakan penjelasan dari pos-pos perkiraan pendapatan dan beban pada laporan laba rugi komersial PT. ERA Griya Selaras yang telah dikoreksi fiskal berdasarkan pada tabel diatas, yaitu : 1. Perkiraan Pendapatan Komisi Pendapatan komisi yang didapat oleh PT. ERA Griya Selaras merupakan pendapatan atas komisi yang diterima dari penjualan atas unit tanah dan atau bangunan yang terjadi selama tahun 2008, dimana pada transaksi penjualan tersebut, baik menurut ketentuan perpajakan maupun ketentuan akuntansi tidak terdapat perbedaan perlakuan sehingga tidak mengalami koreksi fiskal.
2. Perkiraan Beban a. Tunjangan Transport Pada pos perkiraan tunjangan transport yang termasuk dalam kelompok biaya penjualan terlihat adanya koreksi fiskal positif sebesar Rp 4.160.400,00. Koreksi fiskal ini disebabkan karena jumlah tersebut merupakan biaya transportasi karyawan maupun manager yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan usaha, sehingga dapat dikategorikan sebagai kenikmatan atau natura. Berdasarkan ketentuan Undang-undang Pajak Penghasilan pasal 9 ayat (1) beban yang diberikan dalam bentuk natura dan atau kenikmatan tidak boleh diakui sebagai pengurang penghasilan. Koreksi fiskal perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda tetap. b. Majalah / Koran Pada pos perkiraan ini terdapat koreksi fiskal positif sebesar Rp 650.450,00. Koreksi fiskal ini disebabkan karena majalah / koran ini dibeli untuk keperluan manager atau
76
direktur, sehingga dapat dikategorikan sebagai kenikmatan atau natura. Berdasarkan ketentuan Undang-undang Pajak Penghasilan pasal 9 ayat (1) beban yang diberikan dalam bentuk natura dan atau kenikmatan tidak boleh diakui sebagai pengurang penghasilan. Koreksi fiskal perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda tetap. c. PPH Pasal 21 Pada pos perkiraan ini terdapat koreksi fiskal positif sebesar Rp 1.602.500,00. Koreksi fiskal ini disebabkan karena pajak penghasilan pasal 21 merupakan pajak yang dikenakan atas gaji karyawan dimana pajak tersebut telah dipotong dari gaji karyawan yang selanjutnya dibayarkan pajaknya. Berdasarkan ketentuan Undang-undang Perpajakan pasal 9 ayat (1) pajak penghasilan merupakan beban yang tidak boleh diakui sebagai pengurang penghasilan. Koreksi fiskal pada perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda tetap. d. Depresiasi Peralatan kantor Pada pos perkiraan ini terdapat koreksi fiskal negatif sebesar Rp 138.169,00 (seratus tiga puluh delapan ribu seratus enam puluh sembilan rupiah). Hal ini disebabkan karena perbedaan perhitungan penyusutan antara komersial dan fiskal, perhitungan penyusutan pada akuntansi komersial menggunakan metode garis lurus dengan masa manfaat 5 (lima) tahun dan tarif penyusutan sebesar 20 % pertahun, sedangkan pada perhitungan penyusutan menurut fiskal berdasarkan peraturan Undang-undang Pajak Penghasilan, jenis aktiva berupa peralatan kantor termasuk golongan I (satu), dengan menggunakan metode garis lurus, mempunyai masa manfaat selama 4 (empat) tahun, dan tariff penyusutannya sebesar 25 % pertahun. Koreksi fiskal pada perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda waktu.
77
e. Amortisasi Franchise Pada pos perkiraan ini terdapat koreksi fiskal positif sebesar Rp 3.750.000,00 (tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan perhitungan penyusutan antara komersial dengan fiskal. Pada perhitungan penyusutan berdasarkan komersial menggunakan metode garis lurus dengan masa manfaat 5 (lima) tahun dengan tarif penyusutan sebesar 20 % pertahun, sedangkan pada perhitungan fiskal berdasarkan peraturan Undang-undang Pajak Penghasilan, jenis aktiva tidak berwujud seperti amortisasi franchise termasuk dalam golongan II (dua), dengan menggunakan metode garis lurus, mempunyai masa manfaat selama 8 (delapan) tahun, dan tarif penyusutannya sebesar 12,5 % pertahun. Koreksi fiskal pada perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda waktu.
Pada pos perkiraan biaya lain-lain ini terdapat koreksi fiskal positif sebesar Rp 2.089.634,00. Koreksi fiskal ini disebabkan karena jumlah tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PT. ERA Griya Selaras untuk memenuhi keperluan dapur, sehingga dapat dikategorikan sebagai kenikmatan atau natura. Berdasarkan ketentuan Undang-undang Pajak Penghasilan pasal 9 ayat (1) beban yang diberikan dalam bentuk natura dan atau kenikmatan tidak boleh diakui sebagai pengurang penghasilan. Koreksi fiskal perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda tetap. 3. Perkiraan Pendapatan (Biaya) Lain-lain a. Pendapatan Bunga / Jasa Giro Pada pos perkiraan ini terlihat adanya koreksi fiskal negatif sebesar Rp 1.165.980,00. Perkiraan ini dikoreksi fiskal karena jasa giro dan pendapatan bunga merupakan objek pajak penghasilan final dengan tarif 20 %. Berdasarkan ketentuan
78
Undang-undang Perpajakan, jasa giro dan pendapatan bunga tidak boleh diakui sebagai objek pajak penghasilan karena merupakan penghasilan final, yaitu penghasilan yang telah dikenakan pajak sebelumnya. Koreksi fiskal pada perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda tetap. b. Pendapatan Bunga Deposito Pada pos perkiraan ini terlihat adanya koreksi fiskal negatif sebesar Rp 9.736.650. Perkiraan ini dikoreksi fiskal karena bunga deposito merupakan objek pajak penghasilan final dengan tarif 20 %. Berdasarkan ketentuan Undang-undang Perpajakan bunga deposito dan pendapatan bunga tidak boleh diakui sebagai objek pajak penghasilan karena merupakan penghasilan final, yaitu penghasilan yang telah dikenakan pajak sebelumnya. Koreksi fiskal pada perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda tetap. c. Pajak atas Pendapatan Bunga Pada pos perkiraan ini terlihat adanya koreksi fiskal positif sebesar Rp 432.450,00. Perkiraan ini dikoreksi fiskal karena pajak atas pendapatan bunga merupakan pajak yang langsung di potong oleh bank atas deposito. Berdasarkan ketentuan Undangundang Perpajakan pasal 9 ayat (1) pajak atas pendapatan bunga merupakan beban yang tidak boleh diakui sebagai pengurang penghasilan. Koreksi fiskal pada perkiraan ini merupakan koreksi fiskal beda tetap.
E. PAJAK PENGHASILAN (PPh) TERUTANG BADAN Setelah dilakukannya koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komersial dan telah dibuatkan laporan keuangan fiskal, maka diketahui bahwa untuk pembukuan tahun
79
pajak 2008 PT. ERA Griya Selaras mengalami keuntungan sebesar Rp 134.072.504,00. Pajak penghasilan (PPh) terutang dapat diketahui dengan mengalikan laba bersih berdasarkan tarif pajak pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan. Sehubungan dengan keuntungan yang didapat PT. ERA Griya Selaras, maka pajak penghasilan (PPh) terutang untuk tahun pajak 2008 adalah sebesar Rp 134.072.504,00. Menurut ketentuan peraturan Undang-undang Pajak Penghasilan, maka PPh Terutang PT. ERA Griya Selaras untuk tahun pajak 2008 adalah sebagai berikut : Rp 50.000.000,00
x
10 %
=
Rp 5.000.000,00
Rp 84.072.504,00
x
15 %
=
Rp 12.610.875,00 Rp 17.610.875,00
F. SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) Surat pemberitahuan (SPT) ini dapat dilaporkan pada masa bulanan maupun tahunan, PT. ERA Griya Selaras melaporkan PPh terutang tahunan pada kantor pelayanan pajak Jakarta Kebayoran Lama sebesar Rp 16.698.603,00 jumlah ini tidak sesuai dengan jumlah koreksi fiskal yang di lakukan oleh penulis, yaitu terjadi kesalahan kekurangan pencatatan pada SPT pajak penghasilan terutang tahun 2008 sebesar Rp 127.991.069,00, yang seharusnya berdasarkan hasil dari koreksi fiskal bejumlah Rp 134.072.504,00.
80
G. Rangkuman Temuan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan masalah yang telah dipaparkan dalam bab IV ini, maka penulis membuat rangkuman yang merupakan hasil temuan dari penelitian, yaitu sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian, maka diketahui bahwa PT. ERA Griya Selaras telah memungut, melaporkan, dan menyetorkan PPh ke kas negara atas penghasilan yang berasal dari pengalihan penjualan atau penyewaan hak atas unit tanah dan atau bangunan. 2. Selain telah memungut, melaporkan, dan menyetorkan PPh ke kas negara, PT. ERA Griya Selaras juga telah memungut, melaporkan, dan menyetorkan PPN atas penghasilan yang berasal dari pendapatan komisi atas penjualan atau penyewaan unit tanah dan atau bangunan. 3. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa PT. ERA Griya Selaras belum melakukan koreksi fiskal sesuai dengan ketentuan Undang-undang Perpajakan, sehingga laporan dalam surat pemberitahuan (SPT) Tahunan yang dilaporkan adalah tidak benar. Berdasarkan koreksi fiskal yang dibuat penulis yang berpedoman pada ketentuan Undang-undang Perpajakan diketahui bahwa PT. ERA Griya Selaras tidak menderita kerugian, tetapi mendapat keuntungan atau laba sebesar Rp 134.072.504,00. Dengan diperolehnya keuntungan atau laba, maka PT. ERA Griya Selaras dikenakan pajak penghasilan badan dengan tarif sebesar 10 % dan 15% jadi jumlah pajak terutang untuk tahun pajak 2008 adalah sebesar Rp 17.610.875,00.
81
4. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa kendala yang terdapat dalam penyusunan laporan keuangan PT. ERA Griya Selaras adalah pada divisi accounting, yang tidak menyajikan laporan keuangan fiskal dengan benar, hal ini dapat terlihat dari kesalahan jumlah PPh terutang yang dilaporkan pada SPT Tahunan.
Hal
ini
sangat
merugikan
perusahaan,
karena
pihak
yang
berkepentingan atas laporan keuangan tidak dapat mengetahui secara benar berapa besar jumlah pajak yang terutang. 5. Temuan akhir yang penulis dapatkan dari hasil penelitian yaitu bahwa masih terdapat biaya-biaya yang belum di kenakan pajak, seperti biaya royalty dan biaya Nmf Era Indonesia yang seharusnya dikenakan tarif pajak sebesar 15 %. Selain itu, juga terdapat biaya-biaya yang merupakan pengeluaran bagi PT. ERA Griya Selaras tetapi merupakan pendapatan bagi pihak yang menerima yaitu biaya komisi marketing seharusnya dikenakan tarif pajak sesuai dengan pasal 21 UU Pajak Penghasilan, serta biaya service charge dan biaya perizinan notaris seharusnya dikenakan tarif pajak sebesar 15 %, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 23 UU Pajak Penghasilan
82