BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH
Pada dasarnya pasar modal adalah sarana pembiayaan usaha. Pasar modal menyediakan berbagai sarana pembiayaan usaha jangka panjang di mana perusahaan dapat menerbitkan surat hutang, penawaran umum, right issue, dan lain-lain. Fungsi pasar modal sebagai sarana pendanaan usaha semakin signifikan mengingat keterbatasan pendanaan yang disediakan jalur perbankan. Kalau dilihat data-data dalam beberapa tahun terakhir, terlihat bahwa peran pasar modal semakin besar. Jika pada tahun 2006 total dana yang diserap sebesar Rp. 24,22 trilyun, maka pada tahun 2007 terjadi peningkatan 216,87 %. Pada tahun 2007 total dana publik yang diraih mencapai Rp 76,745 trilyun. Sehingga program sosialisasi tentang manfaat yang didapat dari IPO harus terus dilakukan sehingga iklim usaha semakin bergairah. Umumnya perbankan memang masih menjadi sarana utama pendanaan perusahaan, namun demikian apabila dilihat angka trend ke depan pendanaan melalui pasar modal mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun., sebagaimana tergambar dalam grafik dibawah ini.
49
50
Gambar 4.1 Perbandingan pendanaan kredit bank dan pasar modal Catatan : Data sampai dengan November 2006 Emisi Efek terdiri dari emisi efek bersifat ekuitas dan utang Kredit Bank hanya terdiri kredit investasi dan kredit modal kerja, tidak termasuk kredit konsumsi (per Nov 2006)
Grafik menunjukkan bahwa peranan pasar modal sebagai sarana pembiayaan usaha terus mengalami peningkatan. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan keberadaan suku bunga (BI rate) yang rendah, maka pasar modal menjadi andalan banyak perusahaan dalam hal pendanaan usaha. Dengan suku bunga rendah, maka biaya penerbitan (cost of fund) menjadi rendah pula sehingga banyak perusahaan berlomba menerbitkan obligasi yang sebagian digunakan sebagai sarana refinancing yaitu menerbitkan obligasi baru dengan bunga rendah dan membeli kembali obligasi sebelumnya yang berbunga lebih tinggi. Jika tahun 2005 penerbitan obligasi hanya sebesar Rp. 8,25 trilyun, tahun 2006 meningkat menjadi Rp. 114,45 trilyun dan lompatan nilai terjadi pada tahun 2007 dengan nilai sekitar Rp. 30 trilyun. Hal yang sama terjadi pada saham, jika pada tahun 2005 dan 2006 nilai penerbitan
51
saham hanya berkisar Rp. 3 trilyun, tahun 2007 terjadi lonjakan sekitar 6 kali lipat yaitu Rp. 18,11 trilyun. Secara total tahun 2007 dana publik yang mengalir ke pasar modal juga mengalami peningkatan pesat dari sekitar Rp. 24 trilyun pda tahun 2006 menjadi Rp. 76 trilyun pada tahun 2007.
Tabel 4.1 Perolehan Dana Emiten melalui pasar modal 2002-2007
Maju ke pasar modal dengan cara go public merupakan idaman banyak perusahaan. Dengan go public maka perusahaan akan berada pada dataran elit perusahaan terkemuka serta memiliki akses yang lebih luas dalam hal pendanaan. Go public memiliki banyak kelebihan sebagai sarana pendanaan perusahaan serta mendorong manajemen untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang saham. Selain itu, dengan go public maka perusahaan memiliki peluang untuk lebih profesional dengan pola manajerial yang lebih transparan dan menjalankan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
4.1. Keterangan singkat mengenai PT. Elnusa PT. Elnusa merupakan sebuah perusahaan induk (holding company) dengan bisnis inti (core business) dalam bidang penyediaan jasa hulu Migas terpadu (integrated upstream oil and gas services) dan jasa penunjang hulu Migas. PT.
52
Elnusa juga memiliki aktivitas dalam bidang jasa hilir Migas, jasa telekomunikasi dan tehnologi informatika (telematika) terutama untuk menunjang kegiatan Migas. Perseroan juga memiliki aktivitas dalam bidang pengelolaan lapangan Migas yang pada saat ini masih dalam tahapan eksplorasi dan beberapa penyertaan saham di beberapa perusahaan asosiasi. Pada tanggal 31 Oktober 2007, perusahaan melakukan penggabungan usaha dengan beberapa anak perusahaannya (Penggabungan Vertikal) yang bergerak dalam jasa hulu Migas, yaitu PT. Elnusa Geosains, PT. EWS Oilfield Services, PT. Elnusa Drilling Services dan PT. Sinar Riau Drillindo. Dalam penggabungan tersebut, PT. Elnusa menjadi penerima penggabungan. Selain itu pada tanggal 1 Nopember 2007, anak perusahaan yang bergerak dalam bidang telematika, yaitu PT. Elnusa Telematika dan PT. Elnusa Rentrakom melakukan penggabungan usaha ke dalam PT. Sigma Cipta Utama, yang juga merupakan anak perusahaan PT. Elnusa (Penggabungan Horizontal). Setelah terjadi penggabungan vertikal dan horizontal, perusahaan memiliki 6 (enam) anak perusahaan dengan kepemilikan lebih dari 50% dan 5 (lima) perusahaan asosiasi di mana perusahaan memiliki penyertaan saham secara langsung antara 25 % sampai
53
dengan 50 %. Berikut adalah anak perusahaan dengan kepemilikan 50 % :
Tabel 4.2. Anak Perusahaan dengan kepemilikan 50%
Berikut adalah beberapa perusahaan asosiasi yang kepemilikan antara 20 % sampai dengan 50 % pada tiap perusahaan.
Tabel 4.3. Anak Perusahaan dengan kepemilikan 20% - 50%
54
Secara diagram struktur korporasi PT. Elnusa Tbk. Dan Anak Perusahaan sebelum dan sesudah penggabungan adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2. Struktur Korporasi PT. Elnusa dan Anak Perusahaan sebelum penggabungan
Gambar 4.3. Struktur Korporasi PT. Elnusa dan Anak Perusahaan setelah penggabungan
55
Beberapa manfaat atas dilakukannya penggabungan vertikal adalah : 1. Perusahaan
menjadi sebuah operating holding yang mengintegrasikan
seluruh kegiatan operasional dari perusahaan yang menggabungkan diri ke dalam PT. Elnusa. 2. Sinergitas lebih dimungkinkan dalam upaya untuk menghasilkan aktivitas operasi yang lebih efisien dan meningkatkan daya saing. 3. Struktur permodalan perusahaan yang menggabungkan diri akan menjadi lebih besar sehingga menambah akses yang lebih luas kepada sumber-sumber pendanaan untuk mendukung pertumbuhan perseroan. 4. Struktur perpajakan menjadi lebih efisien 5. Sebagai operating holding, perseroan menjadi lebih menarik bagi investor maupun kreditor. 6. Memperjelas fokus bisnis perusahaan sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa hulu Migas.
Sedangkan manfaat yang diperoleh dari penggabungan horizontal adalah : 1. Terbentuknya suatu perusahaan yang lebih besar sehingga lebih memiliki daya saing. 2. Mempermudah dalam hal pembinaan dan pengawasan anak perusahaan. 3. Sinergitas untuk mendapatkan aktivitas operasi yang lebih efisien sangat dimungkinkan.
56
Secara diagram perkembangan PT. Elnusa dari awal sampai dengan saat dilakukan IPO adalah sebagai berikut :
Gambar 4.4. Perkembangan PT. Elnusa
4.2. Mengapa PT. Elnusa melakukan IPO Banyak alasan yang mendasari mengapa PT. Elnusa melakukan IPO. Salah satu hal mendasar yang ingin dilakukan oleh Elnusa pada tahunn 2008 dan seterusnya adalah melakukan pengembangan usaha seperti Marine Seismic Acquisition, Deep Well Drilling activities dan Testing Barge yang mana membutuhkan peralatan yang sangat besar. Kompetensi PT. Elnusa dan banyaknya anak perusahaan yang harus dikontrol keberhasilannya membuat keputusan IPO merupakan keputusan yang tidak dapat ditunda lagi. Sangat sulit bagi Elnusa untuk mengembangkan core business
57
dengan modal yang sangat terbatas. Sumber pendanaan dari bank yang selama ini sudah digunkan oleh PT. Elnusa masih belum bisa memenuhi kebutuhan pengembangan usaha ke depan.
Gambar 4.5. Aktivitas Bisnis PT. Elnusa
Gambar 4.6. Core Business PT. Elnusa
58
Diagram di atas menunjukkan bahwa seluruh bisnis yang dikembangkan oleh Elnusa hampir sempuanya berbasis tehnologi. Artinya kesuksesan bisnis yang ada di Elnusa sangat tergantung dengan kemampuan Elnusa mengadopsi tehnologi yang ada. Tidak dapat dipungkiri bahwa tehnologi sangat berkaitan dengan investasi. Kecepatan perkembangan tehnologi menuntuk Elnusa untuk selalu bisa meng-update tehnologinya sehingga tidak ketinggalan dengan kompetitor dan sesuai dengan kebutuhan customer. Ini terbukti dengan data yang ada bahwa selama 7 (tujuh) bulan yang berakhir pada tanggal 31 Juli 2007 data tahun-tahun sebelumnya perusahaan telah melakukan investasi dalam rangka pengembangan usaha yang cukup besar masing-masing Rp. 155,9 milyar untuk 2007; Rp. 161,1 milyar untuk tahun 2006; Rp. 118,8 milyar untuk tahun 2005; dan 75,9 milyar untuk tahun 2004. Di mana selama ini sumber pembiayaan berasal dari internal perusahaan, pinjaman bank, sewa guna usaha dan pembiayaan dari pihak pemasok. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa salah satu alasan utama dilakukannya pendanaan IPO adalah kebutuhan untuk pengembangan usaha yaitu investasi peralatan dan tehnologi untuk menunjuang pertumbuhan perusahaan. Fokus perhatian investasi yang akan dicapai oleh perusahaan adalah upstream services. Rencana investasi PT. Elnusa sampai dengan tahun 2008 adalah sebagai berikut :
59
Gambar 4.7. Rencana Investasi PT. Elnusa
Investasi yang direncanakan oleh PT. Elnusa terhadap peralatan upstream services umumnya telah mempunyai calon customer yang sudah jelas untuk menghasilkan pendapatan bagi Elnusa. Hal ini menguatkan bahwa pihak Elnusa harus secepatnya melakukan investasi terhadap peralatan tersebut sehingga market yang sudah ada tidak diambil oleh pesaing apabila peralatan yang dibutuhkan untuk project tersebut belum siap sesuai dengan persyaratan konsumen. Rincian rencana investasi yang akan dilakukan oleh PT. Elnusa adalah sebagai berikut : Untuk merealisasikan rencana tersebut maka penambahan dana melalui IPO merupakan syarat yang tidak boleh ditunda lagi mengingat IPO merupakan salah satu jalan untuk merealisasika rencana Elnusa mengembangkan pasar yang ada.
60
4.3. Mengapa pendanaan melalui Saham bukan Obligasi Ada beberapa pertanyaan yang muncul dalam benak sebagian orang mengapa PT. Elnusa melakukan pembiayaan dengan IPO, bukan menerbitkan obligasi. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa PT. Elnusa memilih melakukan IPO saham daripada obligasi. Sebelum kita mengamati lebih dalam kita lihat kondisi laporan keuangan PT. Elnusa yang ada.
4.3.1. Solvabilitas Tingkat solvabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dan anak perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar dan tidak lancarnya yang diukur dengan perbandingan antara jumlah kewajiban terhadap aktiva (debt to asset ratio = DAR) atau perbandingan antara jumlah kewajiban terhadap jumlah ekuitas (debt to equity ratio = DER), semakin rendah tingkat solvabilitas maka kemampuan perusahaan semakin baik, demikian pula sebaliknya.
Tabel 4.2. Solvabilitas
61
Apabila diperhatikan dalam tabel di atas, tingkat sovabilitas perusahaan pada tahun 2007 semakin meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan perkembangan perusahaan yang melakukan investasi (aset) sejalan dengan pertumbuhan perusahaan. Apabila dilihat secara menyeluruh kondisi aktiva, kewajiban dan ekuitas perusahaan dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 4.9. Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas Dapat dilihat bahwa jumlah kewajiban semakin mendekati ekuitas yang ada sehingga pembiayaan melalui kewajiban sudah sangat sulit dilakukan. Di samping itu dari total ekuitas sebesar Rp. 899 milyar pada Juli tahun 2007 yang dimiliki oleh perusahaan tidak likuid karena sebagain besar penyertaan berupa aktiva tetap (tanah dan bangunan). Aktiva tersebut misalnya tanah dan bangunan di Batam (Rp. 130,9 milyar), tanah di Graha Elnusa (Rp. 93,5 milyar), tanah dan bangunan di Jl. S. Parman (Rp. 15,7 milyar), Merak (Rp. 5,2 milyar) dan Masalembo (Rp. 3,6 milyar).
62
Di samping itu Rp. 262 milyar atau sekitar 29,9 % merupakan selisih dari penilaian kembali aktiva tetap yang dilakukan pada tahun 1999. Dengan kondisi tersebut tentunya pembiayaan melalui surat utang (obligasi) sudah sangat sulit bagi Elnusa. Ditambah beberapa anak perusahaan nilai Debt to Equity-nya ada yang mendekati 2. Demikian pula 3 (tiga) bakcbone PT. Elnusa juga mempunyai ekuitas yang sangat terbatas (Geosains USD 8,6 juta; EWS USD 7,1 juta dan EDS USD 4,7 juta). Hal ini jelas akan sangat menyulitkan perusahaan dalam melakukan pengembangan dan investasi. Memang dengan adanya IPO yang mana dipastikan Modal Saham meningkat akan terjadi ROE ( Return on Equity) yang menurun dibandingkan dengan ROE sebelum diadakannya IPO. Namun sebagaimana dicantumkan dalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) PT. Elnusa tahun 2008 dan 2009 diperkirakan dengan adanya suntikan dana IPO return/profit perusahaan akan mengalami kenaikan 2 x lipat. Dari NPAT Rp. 100 milyard pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp. 200 milyard pada tahun 2009. Hal ini tentunya membuat stakeholder PT. Elnusa merasa yakin bahwa PT. Elnusa dengan adanya IPO akan meningkatakan profitabilitas yang pada akhirnya meningkatkan ROE perusahaan. Hal ini juga terbukti bahwa dengan adanya IPO, Bank Sindikasi (BCA, Mizuho Bank, China Trust, Rabobank, BII) merasa yakin dengan kinerja Elnusa, sehingga berani memberikan pinjaman kredit investasi sampai dengan USD 95 juta. Hal ini akan lain apabila IPO tidak dilakukan, di mana nilai kewajiban PT. Elnusa yang sudah di atas ekuitas membuat kalangan perbankan “keberatan” memberikan pinjamannya dikarenakan nilai kewajiban yang saat ini ada sudah sangat besar melebihi kemampuannya.
63
4.3.2. Debt to EBITDA Pada tahun 2006 PT. Elnusa secara konsolidasi mencatat EBITDA sebesar Rp. ± 200 milyar. Dengan asumsi Debt to EBITDA rasio maksimum adalah 3.5 maka maksimum kemampuan borrowing perusahaan adalah Rp. 700 milyar. Dengan total pinjaman per 31 Desember 2006 sebesar
Rp. 675 milyar, maka ruang bagi
perusahaan untuk mendapatkan pinjaman menjadi sangat kecil. Hal ini ditambah dengan keinginan Pertamina, selaku mayoritas pemegang saham, untuk mendapatkan deviden 30 % dari laba bersih semakin mengurangi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan tambahan pinjaman. Hal ini sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan investasi PT. Elnusa pada tahun 2007 sebesar USD 40 juta. Perkembangan Kewajiban sampai dengan Juli 2007 adalah sebagai berikut :
64
Tabel 4.3. Kewajiban PT. Elnusa s.d. tahun 2007
4.4. Penentuan Harga Penawaran Pada Pasar Perdana Harga penawaran untuk saham PT. Elnusa ditentukan berdasarkan hasil kesepakatan dan negosiasi pemegang saham (Pemerintah), PT. Elnusa dan Penjamin Emisi Efek. Penetapan harga penawaran sebesar Rp. 400 (empar ratus rupiah) juga mempertimbangkan hasil bookbuilding yang telah dilakukan oleh para penjamin emisi efek dengan melakukan kegiatan penjajakan kepada para investor di pasar domestik dan di pasar internasional dan dengan dengan pertimbangan berbagai faktor sebagai berikut : 1. Kondisi pasar pada saat bookbuilding dilakukan. 2. Permintaan investor global (domestik dan international). 3. Permintaan dari calon investor yang berkualitas. 4. Kinerja keuangan perusahaan. 5. Data dan informasi mengenai perusahaan, kinerja perusahaan, sejarah singkat, prospek usaha dan keterangan mengenai industri Migas di Indonesia.
65
6. Status dari perkembangan terakhir perusahaan. 7. Faktor-faktor di atas dengan kaitannya dengan penentuan nilai pasar dan berbagai metode penilaian beberapa perusahaan yang bergerak di bidang yang sejenis dengan perusahaan. 8. Penilaian berdasarkan rasio perbandingan PER dari beberapa perusahaan publik yang tercatat dalam bursa efek regional yang dapat dijadikan perbandingan. 9. Mempertimbangkan kinerja saham di pasar sekunder.
Dalam perencanaan yang dilakukan oleh Tim Elnusa dan Underwiter mempunyai dasar-dasar sebagai berikut : Net income 200 & (estimate)
Rp. 100 Milyar
P/E multiple
10 X
Valuation berdasarkan P/E multiple
Rp. 1000 Milyar
Elnusa Bangkanai (50.01%)
Rp. 100 Milyar
Total Valuation Elnusa
Rp.1.100 Milyar
Beberapa hal yang mendasari adalah faktor-faktor sebagai berikut : 1. Rata-rata P/E multiple perusahaan di Jakarta Stock Exchange adalah 11. 2. Untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jasa, umumnya memiliki P/E multiple lebih rendah.
66
3. Valuation Bangkanai berdasarkan transaksi pembelian 15% working interest (USD 3.75 juta) oleh Medco dari Mitra Energi Bangkanai 20% diskon diterapkan untuk low end valuation. 4. Valuation berdasarkan income approach. Meskipun dengan beberapa acuan harga tersebut, namun dari hasil musyawarah dan pertimbangan terhadap faktor-faktor di atas, maka ditetapkan harga saham perdana adalah Rp. 400.
4.5. Rencana dan Realisasi penggunaan Dana IPO IPO yang dilakukan oleh elnusa melepas sejumlah 1.460.000.000 (satu milyar empat ratus enam puluh juta) saham biasa atas nama, dengan nilai nominal Rp. 100 (seratus rupiah) setiap saham, yang ditawarkan kepada masyarakat dengan harga penawaran Rp. 400 (empat ratus rupiah) setiap saham. Saham-saham yang ditawarkan dalam rangka Penawaran Umum Perdana ini seluruhnya adalah saham baru yang dikeluarkan dari portepel perusahaan, dan akan memberikan kepada pemegangnya hak yang sama dan sederajat dalam segala hal dengan saham lainnya dari perusahaan yang telah ditenpatkan dan disetor penuh, termasuk hak atas dividen dan suara. Dengan dilakukannya Penawaran Perdana saham maka struktur permodalan PT. Elnusa yang semula :
67
menjadi :
Dana yang diperoleh dari Penawaran Umum Perdana setelah dikurangi seluruh biayabiaya emisi saham, akan digunakan sebagai berikut : 1. Sekitar 25 % akan dialokasikan sebagai modal kerja perseroan yang sebagian besar untuk biaya overhead, pembelian bahan baku langsung, biaya tenaga kerja dan pembayaran kepada pemasok.
68
2. Sekitar 15 % akan dialokasikan untuk membiayai pengembangan dan perluasan aktivitas utama Anak Perusahaan dengan kepemilikan perseroan lebih dari 99 %, melalui pinjaman dengan tingkat bunga wajar, yaitu kepada : a. Elnusa Bangkanai - sekitar 35 % dari alokasi biaya tersebut yang selanjutnya digunakan untuk biaya ekplorasi dan ekploitasi di ladang gas Bangkanai, Kalimantan Tengah. b. Elnusa Petrofin - sekitar 28 % dari alokasi tersebut untuk modal kerja yang mendukung operasi SPBU dan bisnis transportasi BBM. c. Sigma Cipta Utama - sekitar 25 % dari alokasi tersebut untuk perluasan storage yang mendukung bisnis SCU. d. Sigma Cipta Utama - sekitar 12 % dari alokasi dana tersebut digunakan untuk investasi peralatan radio Trunking. 3. Sekitar 7 % akan dialokasikan untuk membayar sebagian hutang pemasok utama peralatan ekplorasi salah satu divisi PT. Elnusa, yaitu :
69
4. Sekitar 53 % akan dialokasikan untuk membiayai pembelian barang modal yang mendukung bisnis utama perusahaan diantaranya adalah : a. Peralatan survey seismic (Geoscience Services) sekitar 30 % dari alokasi pembiayaan tersebut. b. Peralatan pemboran (Drilling Services) sekitar 50 % dari alokasi pembiayaan tersebut. c. Peralatan Oilfield Services sekitar 20 % dari alokasi pembiayaan tersebut.
Dari proses IPO maka rencana pemakaian dana hasil IPO tersebut per 15 Juli 2008 adalah sebagai berikut : Tanggal efektif
: 25 Januari 2008
Jumlah Hasil Penawaran Umum
: Rp. 584.000.000.000
Biaya penawaran Umum
: Rp. 17.576.000.000 ---------------------------: Rp. 566.424.000.000
Hasil Bersih Digunakan untuk :
70
Modal Kerja Perseroan
: Rp. 141.576.000.000 (25%)
Pinjaman Pengembangan Anak Perusahaan
: Rp. 84.946.000.000 (15%)
Pembayaran sebagian hutang
: Rp. 39.641.000.000 (7%)
Pembelian Barang Modal
: Rp. 300.142.000.000 (53%) ---------------------------------: Rp. 566.305.000.000 (100%)
Total
Sedangkan realisasi atas penggunaan dana menurut prospektus adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4. Rincian Penggunaan Ekpansi Anak Perusahaan (11 %) per 30 Juni 2008 per 30 Juni 2008
71
Tabel 4.5.Realisasi penggunaan dana IPO untuk pembayaran sebagian hutang (7 %) per 30 Juni 2008
Tabel 4.6. Realiasi penggunaan dana IPO untk pembelian barang modal (39%). Dalam realisasi masih lebih rendah dari yang direncanakan dikarenakan pembelian masih dalam proses. Sedangkan yang dipergunakan untuk modal kerja perusahaan sebesar 25 % atau Rp. 143.962.000.000. Dari keempat penggunaan tersebut sisa dana IPO masih Rp. 99.569.000.000.
4.6 Tahapan-Tahapan IPO Elnusa Dalam melakukan IPO tahapan yang harus dilalui memang cukup panjang. Meskipun ada beberapa kendala yang dialami namun akhirnya Elnusa dapat mencapai target tanggal efektif : 25 Januari 2008, masa penawaran 29-31 Januari 2008, tanggal penjatahan 4 Pebruari 2008, tanggal pengembalian uang pemesanan 5
72
Pebruari 2008, tanggal distribusi saham 5 Pebruari 2008 dan tanggal pencataan di BEJ tanggal 6 Pebruari 2008. Rincian tahapan tersebut sebagai berikut :
4.7 Kendala yang dihadapi dalam IPO Elnusa Meskipun sukses dalam proses IPO, namun dalam perjalanannya terdapat beberapa hambatan yang ditemui baik sebelum IPO maupun permasalahan pasca IPO. Beberapa kendala tersebut antara lain : a. Merger Untuk memberikan nilai tambah bagi Elnusa, maka tantangan bagi manajemen untuk melakukan terobosan bisnis yang ada. Menghadapi hal ini manajmen Elnusa memutuskan untuk melakukan konsetrasi terhadap bisnis hulu serta mereposisi beberapa anak perusahaan yang ada. Dengan konsentrasi terhadap sektor hulu diharapkan masa depan Elnusa menjadi lebih jelas dan menarik
73
investor. Konsentrasi pada sektor hulu membawa implikasi mergernya seluruh anak perusahaan yang bergerak pada sektor hulu yaitu Geosains, Drilling dan Workover. Sehingga merger atas tidak anak perusahaan hulu tersebut merupakan salah satu konsekuensi dari keputusan IPO yang sangat terasa dampaknya. Keputusan ini otomatis berdampak pada struktur organisasi dan job description pada masing-masing fungsi yang ada. Tuntutan struktur organisasi yang dibuat lebih ramping daripada sebelumnya menjadi kendala yang besar dalam proses IPO. Dari 3 (tiga) anak perusahaan besar yang sebelumnya mempunyai 3 Direktur (Direktur Utama, Direktur Operasi dan Direktur Keuangan) dirampingkan menjadi hanya 1 Deputy Direktur, pengurangan level Senior Manager, dan rotasi jabatan manager merupakan permasalahan yang harus dipecahkan sebelum IPO dilakukan. Permasalahan lain yang cukup penting adanya adanya kegundahan dari karyawan, bahwa IPO dan merger identik dengan masalah pengurangan pegawai. Manajemen dalam menghadapi hal tersebut melakukan beberapa langkah yaitu : i.
Direksi PT. Elnusa memberikan surat jaminan bahwa tidak ada terjadi pengurangan pegawai dan pengurangan penghasilan dibandingkan dengan sebelum IPO dilakukan. Jaminan ini dilakukan segera setelah manajemen PT. Elnusa melihat adanya kegundahan dikalangan karyawan tentang rencana IPO, merger dan permasalahan Sumber Daya Manusia.
ii.
Dalam menyusun struktur organisasi yang baru PT. Elnusa meminta konsultan yang cukup berpangalaman dalam hal organisasi yaitu AB Susanto. Dengan bantuan konsultan dan pemikiran dari internal maka dibuatkan struktur organisasi yang baru. Organisasi ini menyerap seluruh
74
kepentingan yang ada, baik kepentingan karyawan,kepentingan perusahaan dan kepentingan share holder yang ada. iii.
Pihak manajemen selelu melakukan sosialisasi secara insentif kepada seluruh karyawan. Direksi PT. Elnusa bahkan melakukan roadshow kepada seluruh anak perusahaan dan mendengarkan aspirasi yang berkembang, sehingga bisa dijadikan bahan evaluasi dalam memutuskan keputusan yang sangat penting.
b. Permasalahan Legal Kendala lain yang harus diselesaikan adalah masalah hukum. Sebelum IPO PT. Elnusa mempunyai 3 anak perusahaan inti, yaitu PT. Elnusa Geosains, PT. Elnusa Drilling Services dan PT EWS Oilfield Services. Dengan proses IPO, maka tiga perusahaan itu lebur menjadi PT. Elnusa. Permasalahan yang muncul misalnya hampir seluruh kontrak yang sedang jalan masih memakai nama lama dan akan mengalami hambatan pada saaat proses invoicing berlangsung. Tidak dapat dihindarkan seluruh tim legal melakuka perubahan dan penjelasan kepada pelanggan yang ada tentang perubahan status tersebut. Dampak yang ditimbulkan adalah kontrak sebagai produk hukum berjalannya sebuah poerasi harus diganti dan memakan waktu yang cukup lama sehingga sempat membuat operasional berhenti. Proses penagihan yang biasanya berjalan maksimal 3 (tiga) bulan harus mundur sampai dengan 7 (tujuh) bulan. Untuk menghadapi masalah ini dibentuklah tim Adhoc yang bekerja untuk memonitor damapak merger baik di kalangan karyawan maupun pelanggan. Tim ini juga secara terus menerus bekerjasama dengan Tim Konsultan Hukum. untuk
75
melakukan langkah-langah hukum strategis, sehingga keputusan yang dihasilkan mempunyai kekuatan legal dan demi kepentingan bersama. c. Permasalahan Perubahan Budaya sebagai perusahaan terbuka Salah satu hal yang dituntut setelah proses IPO adalah berubahnya budaya dari perusahaan yang tertutup menjadi perusahaan terbuka. Dengan go public, perusahaan diwajibakan melaksanakan fungsi GCG dengan baik. Fungsi ini bukan hanya bersifat simbolik namun harus benar-benar diimplementasikan. Adanya anggapan bahwa GCG hanya manambah panjangnya birokrasi terus dievaluasi sehingga efeknya justru mempersingkat bisnis proses namun menjamin seluruh kegiatan lebih singkat dan lebih transparan. Sebagai perusahaan yang dulunya dimiliki Negara, perubahan ini juga menjadi tantangan yang cukup berat. Sehingga seluruh bisnis proses yang ada harus disempurnakan sesuai dengan keinginan pemegang saham dan tuntutan kemajuan perusahaan dimasa yang akan datang. Salah satu hal penting lainnya yang harus diantisipasi adalah kesiapan perusahaan dalam menghadapai gejolak pasar internasional yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pasar Indonesia. Tidak dapat dihindari bahwa krisis yang terjadi secara global akan membawa dampak bagi Elnusa. Nilai saham Elnusa sangat ditentukan oleh pasar nasional dan regional. Krisi global yang terjadi juga berpengaruh terhadap nilai saham elnusa pada akhir tahun 2009. Hal ini juga menjadi tantangan sekaligus permasalah besar yang harus disiapkan oleh Elnusa ketika memutuskan melakukan go public melalui IPO.
76
d. Permasalahan Perpajakan Pajak juga menjadi salah satu kendala yang dialami dalam proses IPO. Dari masalah administrasi nomor NPWP yang sebelumnya ada 3 setelah IPO diubah menjadi 1 (satu) nomor. Dan hal ini harus didahului dengan pemeriksaan oleh kantor pajak terhadap seluruh perpajakan yang ada. Tidak dapat dihindari apabila ada salah satu anak perusahaan mempunyai permasalahan dalam perpajakan harus segera diselesaikan. Sehingga PT. Elnusa harus melunasi seluruh tunggakan pajak yang terjadi di anak perusahaan. Berubahnya nomor ini juga membawa dampak bagi proses administrasi dari mulai faktur pajak, proses penagihan, penjelasan ke seluruh vendor Elnusa dan perubahan sistem akuntasi perpajakan. Semua hal itu membutuhkan kerja keras tim dalam mengejar proses IPO tersebut. Pada tahap permula tim keuangan dan Tim Konsultan Pajak MUC melakukan penelaahan dan tax review internal sebelum melaporkan kepada knator pajak. Dalam tax review seluruh permasalahan yang muncul diidentifikasi dan dimitigasi oleh tim (seluruh tax manager anak) selanjutanya dilakukan langkah strategis untuk mengimplementasikannya.