59
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pengolahan Data IV.1.1 Alat Ukur Kuesioner Data-data yang diperoleh dari kuesioner yang kembali telah diisi dengan lengkap dan benar oleh responden, selanjutnya dilakukan proses pengolahan data. Pengolahan data bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan analisis data. Salah satu metode pengolahan data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode statistic “product moment” Pearson. Dalam melakukan analisis data ada beberapa tahapan analisis yaitu sebagai berikut:
Pertama, melakukan penyekoran terhadap data yang sudah masuk sebagai berikut, tiap-tiap pertanyaan terdiri dari satu sampai lima pilihan jawaban. Nilai satu berarti jawaban sangat tidak setuju dan nilai lima berarti jawaban sangat setuju atau memiliki fungsi yang paling efektif. Atas dasar itu setiap butir mempunyai nilai sebagai berikut: Nilai 1
: sangat tidak setuju
Nilai 2
: tidak setuju
Nilai 3
: ragu-ragu
Nilai 4
: setuju
Nilai 5
: sangat setuju
Kemudian masing-masing butir dijumlahkan skornya, dengan demikian setiap subyek mempunyai nilai untuk masing-masing butir mengenai kepemimpinan, kebijakan dan strategi, komitmen, manajemen sumber daya manusia (MSDM), manajemen sumber daya, manajemen proses, quality awareness, kerjasama, komunikasi, kapasitas untuk berubah dan pembelajaran. Hasil penyekoran
atau
tabulasi
jawaban
responden
untuk
masing-masing
pertanyaaan pada perusahaan kontraktor kecil dapat dilihat pada lampiran B.
Kedua, data yang diperoleh dianalisis dengan metode statistic “product moment” Pearson, dihitung nilai korelasi tiap-tiap butir pertanyaan terhadap skor total.
Ketiga, untuk setiap variabel dicari persentase distribusinya, mean dan serta standar deviasinya.
Keempat, melakukan pengujian kesahihan (validitas) butir terhadap pertanyaan-pertanyaan didalam kuesioner.
Kelima, menguji keandalan (reliabilitas) kuesioner.
Keenam, setelah diperoleh butir yang sahih dan andal dilakukan analisis korelasi product moment untuk melihat hubungan antara pervariable pertanyaan dengan teknik korelasi product moment Pearson.
IV.1.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kuesioner a. Validitas Survei Tjokrowinoto (1981) menyatakan bahwa validitas merupakan suatu built in control mechanism didalam metode penelitian yang menggunakan instrumennya secara eksplisit seperti penilaian, survey, desain, eksperimental. Validitas mempersoalkan apakah instrument yang digunakan untuk mengukur suatu atribut, betul–betul mengukur atribut yang diukur.
Dengan demikian validitas
menunjukkan apakah instrument itu berguna atau tidak. Cara yang paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas suatu alat pengukur ialah dengan cara mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masingmasing butir (pertanyaan atau pernyataan) dengan skor total. Skor total ialah nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan semua skor butir. Korelasi antara skor butir dengan skor total haruslah signifikan. Bila sekiranya skor semua pertanyaan atau pernyataan yang disusun berdasarkan dimensi konsep berkorelasi dengan skor total, maka dapat dikatakan alat pengukur mempunyai validitas. Validitas yang seperti ini disebut dengan validitas konstruk (construct validity). Bila alat pengukur telah mempunyai validitas konstruk berarti semua butir yang ada dalam alat pengukur itu mengukur konsep yang ingin diukur (Singarimbun, 1987). Kuesioner yang baik memiliki dua ciri utama yang harus dipenuhi yaitu : Valid dan Reliabel. Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan
60
61
suatu alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya. Validitas data akan ditentukan oleh keadaan responden sewaktu diwawancara. Bila dalam menjawab pertanyaan reponden merasa bebas dan tanpa ada rasa takut maka data yang diperoleh akan valid dan reliabel. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment dengan dasar pengambilan keputusannya: jika r positif, serta r 30 maka item pertanyaan tersebut valid namun jika r tidak positif, serta r 0,30 maka item pertanyaan tersebut tidak valid. Rumus korelasi product moment : r=
n XY X Y
n X
2
X n Y Y 2
2
2
(Singarimbun, 1989)
Dimana:
r = korelasi product moment
X = jumlah skor jawaban responden untuk keseluruhan intrument Y = jumlah total skor jawaban X jumlah jawaban responden untuk keseluruhan yang dikuadratkan Y = jumlah kuadrat total skor jawaban XY =jumlah perkalian 2
2
b. Pengujian Reliabilitas Survei Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun, 1989:140). Realibilitas juga menunjukkan sejauhmana tingkat kekonsisten pengukuran dari suatu responden ke responden lain atau dengan kata lain sejauhmana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman
pertanyaan tersebut. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, penulis menggunakan reliabilitas Alpha Cronbach, yaitu : 2 k S j 1 k 1 S x 2
Keterangan: k = Banyaknya item pertanyaan.
S j 2 Varians item j; j = 1,2, … k
S x 2 Varians skor total. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel-variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari sama dengan 0,70 (Robert M Kaplan dan Dennis Saccuzo, 1993 : 126) Dasar pengambilan keputusan:
Jika ri positif, serta r ≥ 0, 70 maka varabel tersebut reliabel.
Jika ri negatif, serta r < 0, 70 maka varabel tersebut tidak reliabel.
Berdasarkan perhitungan validitas dan realibiltas diatas, maka dapat dihitung hasil validitas survey. Perhitungan validitas dan realibilitas dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4. 1 Data pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner Faktor-Faktor TQM Kepemimpinan
Kebijakan dan Strategi
Komitmen
MSDM
Manajemen Sumber Daya
No Pertanyaan
Koefisien Validitas
Titik Kritis
1
0,812
0,3
Valid
2
0,939
0,3
Valid
3
0,710
0,3
valid
4
0,633
0,3
Valid
5
0,710
0,3
Valid
6
0,577
0,3
valid
7
0,870
0,3
Valid
8
0,442
0,3
Valid
9
0,570
0,3
valid
10
0,709
0,3
Valid
11
0,321
0,3
Valid
12
0,634
0,3
valid
13
0,693
0,3
Valid
62
Kesimpulan
Koefisien realiabilitas
Titik Kritis
Kesimpulan
0,783
0,7
Reliabel
63 14
0,437
0,3
Valid
15
0,615
0,3
valid
16
0,901
0,3
Valid
17
0,508
0,3
Valid
18
0,738
0,3
valid
19
0,836
0,3
Valid
Quality Awareness Kerjasama
20
1,000
0,3
Valid
21
1,000
0,3
valid
Komunikasi
22
0,707
0,3
Valid
23
0,707
0,3
Valid
24
0,840
0,3
valid
25
0,316
0,3
Valid
26
0,705
0,3
Valid
27
0,811
0,3
valid
28
0,726
0,3
Valid
Manajemen Proses
Kapasitas untuk berubah Pembelajaran
IV.2. Analisis Data Analisa data yang akan disajikan dari hasil penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data yang diperoleh dilapangan. Hasil survey ini akan melihat sebaran jawaban yang diberikan oleh para responden terhadap faktor-faktor penting penerapan mutu berbasiskan total quality management (TQM). Analisis data dari masing-masing faktor TQM pada kuesioner ini ditunjukkan dengan menampilkan total skor minimum, total skor maksimum, interval kelas yang akan dikelompokkan kedalam 3 kelas yaitu penerapan baik, cukup dan kurang. Untuk masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut:
A. Kepemimpinan Kepemimpinan memiliki peranan yang sangat penting dalam menerapkan sistem mutu pada pelaksanaan pekerjaan/proyek konstruksi. Pemimpin harus mampu merencanakan pekerjaan sebaik mungkin untuk menghindari terjadinya resikoresiko yang akan terjadi selama pelaksanaan pekerjaan. Kemampuan kontraktor dalam mengatur dan mengendalikan pekerjaan/ proyek konstruksi sangat
dibutuhkaan. Kemamppuan kontraaktor dalam m mengatur dan mengeendalikan prroyek dapat dilihhat pada gam mbar 4.1. Kemampuan kkontraktor dalaam mengatur dan mengendaliikan masih h terbatas
43.7 75%
5 50%
6.25%
Sangat tidak setuju
Tidak setuju u
Ragu‐ragu
Setuju
S Sangat Setuju
Gambar 4. 1 Kemampuan kontrakttor dalam meengatur dan mengendalik m kan proyek
Berdasarkkan hasil kuesioner, dari ressponden dapat d disim mpulkan bahwa b kemampuan kontrakttor kecil dallam mengatu ur dan mengendalikan pekerjaan masih m terbatas, hal h ini ditunnjukkan darii 50% respo onden setujuu dengan peendapat terssebut, 6,25% raagu-ragu dann 43,75% tiidak setuju dengan penndapat terseebut. Kontrraktor yang menj njawab tidakk setuju denngan pernyaataan tersebbut dapat disebabkan karena k proyek-proyek yang dikerjakan masih relattif sederhanna atau peruusahaannya telah memiliki pengalaman p n yang banyyak terhadap pekerjaann-pekerjaan yang dikerj rjakan sehingga tidak mennemukan keesulitan-kessulitan dalaam mengerj rjakan pekeerjaan tersebut. m dan menggendalikan proyek, untuk u Selain kemampuan dalam mengatur menerapkan mutu yaang diinginkkan oleh peengguna jasa (owner), kontraktor harus mampu menjamin m peengguna jassa bahwa peekerjaan yanng dilakukaan sesuai deengan spesifikasi. Untuk memenuhi kebutuhan spesifikasii tersebut, kontraktor kecil harus mennggunakan material-material yang g tercantum m didalam sspesifikasi teknis t yang telahh ditetapkaan tersebut..
Kontrakttor menjam min pengguuna jasa (ow wner)
bahwa maaterial yang digunakannnya bermutu u dapat dilihhat pada gam mbar 4.2.
64
65
Kon ntraktor menjaamin pengguna jasa bahwa se emua material yang digunakan berrmutu baik den ngan syarat bilaa pengguna jasaa bersedia mem mbayar dengan n biaya yang leb bih tinggi.
1.25% 31 6.25% 6.25%
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
31.25%
25.00%
Ragu‐ragu
S Setuju
Sangatt Setuju
. Gambar 4. 2 Kontrakttor menjamin n pengguna ja asa bahwa seemua materiaal yang digun nakan bermutu baik. b
Dari hasill kuesioner,, menunjukkkan 31,25% % respondeen sangat tidak setuju, 25% respondenn tidak setuuju dan 6,225% respon nden ragu-ragu bila kkontraktor harus meminta bayaran leebih kepadda penggun na jasa (ow wner) inginn material yang digunakann bermutu, hal ini dissebabkan kontraktor k m menganggap p material yang bermutu itu i adalah material yaang sama dengan d yanng ada didaalam spesiffikasi, sehingga sudah seeharusnya kontraktorr memenuhhi syarat-ssyarat terssebut. Respondenn yang seetuju sebannyak 6,25% % dan 31,225% sangatt setuju deengan pernyataann bahwa owner o haruus membay yar lebih terhadap m material-maaterial bermutu yang diguunakan oleeh kontrakttor, karenaa kontraktoor mengan nggap material-m material yaang digunaakannya melebihi m apaa yang diitetapkan dalam d spesifikasi teknis. m kepemimpin k nan, dilakukkan dengan n cara Gambarann secara keseluruhan mengenai semua responden dikkategori dengan langkah h-langkah sebagai berikkut: Jawaban diberi d skor 5 untuk kaategori jawaaban tertingggi hingga 1 untuk kattegori jawaban terendah. t
Jumlahkann semua sk kor pertanyaan dari 2 jawaban untuk u
masing-m masing respoonden. Kem mudian dicarri nilai makksimum, nilai minimum m dan interval keelas. Untukk masing-maasing nilai dapat d dilihaat pada Tabeel 4.2.
Tabel 4. 2 Deskripsi Data Kepemimpinan
Nilai maksimum = (jumlah pertanyaan x skor tertinggi) Nilai minimum = (jumlah pertanyaan x skor terrendah)
Interval kelas untuk masing-masing kategori Sub variabel Kepemimpinan
Kategori Baik Cukup Kurang
Baik Cukup Kurang Frekuensi 6 5 5
10 2 2.67 2 – 4,67 4,67 – 7,34 7,34 - 10 Persentase (%) 37,5 31,25 31,25
Dari Tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dalam menerapkan sistem mutu pada kontraktor kecil cukup baik, hal ini dibuktikan dengan 37.5% responden.
B. Kebijakan dan Strategi Kebijakan dalam pencapaian mutu dapat diartikan sebagai suatu cara intregrasi prinsip-prinsip mutu kedalam proses perencanaan, sedangkan strategi adalah bagaimana perencanaan tersebut dikomunikasikan dan disebarkan kepada pihakpihak yang terkait. Kebijakan dan strategi perusahaan mengenai mutu hendaknya menyangkut mengenai komitmen perusahaan untuk masa yang akan datang, strategi-strategi dalam mencapai mutu yang diharapkan dan melakukan komunikasi kepada seluruh pihak yang terlibat didalam perusahaan. Untuk mencapai mutu yang diharapkan, hendaknya perusahaan dalam melakukan setiap pekerjaan mengikuti standar-standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau perusahaan dengan membuat suatu panduan pekerjaan. Gambaran mengenai setiap kegiatan pekerjaan dibuat suatu manual atau menggunakan standar yang telah dibuat oleh Pemerintah dapat dilihat pada gambar 4.3.
66
67
Setiap pekerjaan jarang mengikuti manual yang dibuat oleh Pemerintah
6,25% 6,25%
87,5%
sangat tidak setuju
tidak setuju
ragu‐ragu
setuju
sangat setuju
Gambar 4. 3 Setiap kegiatan pekerjaan jarang manual atau menggunakan standar yang telah dibuat oleh pemerintah.
Dari hasil kuesioner, sebanyak 6,25% responden menyatakan sangat setuju, sebanyak 87,5% responden menyatakan tidak setuju dan sebanyak 6,25% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Para
responden menganggap untuk medapatkan hasil yang diharapkan, setiap pekerjaan harus memiliki standar-standar sehingga pekerjaan yang dikatakan bermutu memiliki pengertian yang sama dengan perusahaan yang lain. Kontraktor kecil pada umumnya masih menggunakan standar-standar yang ditetapkan oleh pemerintah melalui SNI. Masih jarang ditemukan kontraktor kecil yang membuat sendiri panduan/manual pekerjaan untuk setiap pekerjaan. Sedangkan kontraktor yang tidak setuju dengan pernyataan bahwa setiap pekerjaan harus memiliki manual atau menggunakan standar yang dibuat oleh pemerintah karena kontraktor tersebut menggangap pekerjaan yang dilakukannya sudah sering dikerjakan sehingga pengalaman yang lebih diunggulkan. Selain mengikuti standar-standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, untuk mencapai mutu yang diharapkan, kontarktor kecil juga harus mampu memperhitungkan resiko-resiko yang mungkin terjadi dan selalu mempersiapkan penyelesaian bila resiko tersebut terjadi.
Kontraktor yang memperhitungkan
resiko yang mungkin terjadi selama masa pelaksanaan dapat dilihat pada gambar 4.4.
SSetiap tahapan pekerjaan selaalu memperhitungkan resiko yang akan terrjadi dan dibuaat solusi permasalahannya.
18.75%
81.25 5%
Saangat tidak setu uju
Tidak setu uju
Ragu‐ragu
Setuju
Sangat setuju
Gambar 4. 4 Setiap tah hapan pekerjaaan selalu meemperhitungk kan resiko yaang akan terjadi dan selalu u dipersiapkaan penyelesain nnya.
Dari hasil kuesioner, sebanyak 81,25% 8 resp ponden mennyatakan seetuju dan 18 8,75% s deng gan pernyattaan setiap pekerjaan harus respondenn menyatakkan sangat setuju memperhiitungankan resiko-resikko yang mu ungkin terjaadi. Kontraaktor kecil harus mampu memprediksi m i resiko-resiiko yang mu umgkin terjadi, karena bila hal terrsebut tidak diperhitungkan,, dapat mennyebabkan kerugian k baggi kontraktoor. Hambatann untuk mennerapkan mutu m tidak haanya ada dii kontraktorr kecil, peng gguna jasa (ownner) dalam hal ini pem merintah, karena k konttraktor keciil masih baanyak bergantunng dari proyyek yang diadakan d oleh pemerinntah juga m memiliki peranan yang sanggat penting dalam mem mbantu kon ntraktor keciil dalam meenerapkan mutu. m Kenyataannnya, proyeek-proyek pemerintah p memiliki birokrasi yyang rumit yang membutuhhkan
angggaran
tiddak
sedik kit
pada
saat
m mendapatkaannya,
melaksanaakannya, daan mengakhhiri pekerjaaan, sehinggga diperlukan alokasi biaya dari biaya langsung prroyek tertentu yaang tidak menutup m kem mungkinan mengambil m yang menggakibatkan mutu konsttruksi berku urang. Gam mbaran menggenai perny yataan tersebut daapat dilihat pada gambbar 4.5.
68
69
Birokrasi Pem merintah dapatt menurunkan mutu konstrukksi
5% 6.25 1 18.75%
31.25%
Sanngat tidak setujju
Tidak setuj uju
25.00 0% 1 18.75%
Ragu-raguu
Setuju
Saangat setuju
Gambar 4. 5 Birokrasi pemerintah membutuhka an anggaran yang besar, d dapat mengakib batkan penurunan mutu konstruksi k
Dari hasiil kuesionerr, sebanyakk 6,25% responden r m menyatakan n sangat setuju, 18,75% reesponden menyatakan m setuju, seb banyak 31,225% responnden menyaatakan ragu-ragu dengan pernyataann bahwa proyek-proy p yek pemerrintah mem miliki birorkasi yang rumit sehinggaa diperlukaan anggaraan yang beesar yang tidak menutup kemungkinnan diambil dari biayaa langsung proyek. Seebanyak 18 8,75% respondenn menyatakkan tidak seetuju dan sebanyak s 25% respondden menyaatakan sangat tiddak setuju dengan d perrnyataan terrsebut, dengan alasan untuk biro orkasi pemerintaah, sebagiann kontraktorr telah meny yiapkan danna khusus unntuk itu sehingga tidak mennggangu biayya langsungg proyek. Gambarann keseluruhaan dari kebbijakan dan strategi, dillakukan denngan cara semua s respondenn dikategori berdasarkaan langkah-llangkah sebbagai berikuut: Jawaban diberi d skor 5 untuk kaategori jawaaban tertingggi hingga 1 untuk kattegori jawaban terendah. t
Jumlahkann semua sk kor pertanyaan dari 2 jawaban untuk u
masing-m masing respoonden. Kem mudian dicarri nilai makksimum, nilai minimum m dan interval keelas. Untukk masing-maasing nilai dapat d dilihaat pada Tabeel 4.3.
Tabel 4. 3 Deskripsi Data Kebijakan dan Strategi
Nilai maksimum = (jumlah pertanyaan x skor tertinggi) Nilai minimum = (jumlah pertanyaan x skor terrendah)
Interval kelas untuk masing-masing kategori Sub variabel Kebijakan dan Strategi
Kategori Baik Cukup Kurang
Baik Cukup Kurang Frekuensi 4 10 2
15 3 4 3–7 7 – 11 11 – 15 Persentase (%) 25 62,5 12,5
Dari tabel diatas, dapat dikatakan bahwa kebijakan dan strategi dalam menerapkan sistem mutu dikontraktor kecil sudah cukup, hal ini terbukti dengan 62,5% responden termasuk dalam kategori cukup.
C. Komitmen Komitmen merupakan faktor penting yang harus ditetapkan dalam menerapkan sistem mutu di perusahaan kontraktor kecil. Tanpa adanya komitmen maka kemungkinan untuk menerapkan sistem mutu di perusahaan kecil kemungkinan tercapai dengan baik. Pimpinan perusahaan dalam membuktikan komitmennya dapat dibuktikan dengan menyusun dan mengimplementasikan sistem mutu serta melakukan perbaikan secara terus menerus. Salah satu cara untuk membuktikan bahwa perusahaan kontraktor kecil memiliki komitmen terhadap penerapan sistem mutu di perusahaannya adalah dengan cara selalu melakukan perencanaan kegiatan yang mencakup perencanaan waktu, biaya, metoda dan peralatan yang dibutuhkan selama pelaksanaan pekerjaan. Gambaran mengenai kontraktor yang melakukan perencanaan untuk setiap pelaksanaan proyeknya dapat dilihat pada gambar 4.8.
70
71
Setiap pekerjaan tidak dibuat perencanaan
31,25%
68,75%
sangat tidak setuju
tidak setuju
ragu‐ragu
setuju
sangat setuju
Gambar 4. 6 Setiap pekerjaan proyek tidak dibuat perencanaan pelaksanaan.
Berdasarkan hasil kuesioner, sebanyak 31.25% responden menyatakan tidak setuju dan sebanyak 68.75% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa dalam setiap pelaksaaan tidak dibuat perencanaan. Dari hasil survey dapat diketahui bahwa para responden berusaha sebaik mungkin dalam menerapkan sistem mutu di perusahaannya. Komitmen dalam menerapkan mutu ini mencakup perencanaan waktu, biaya, metode dan peralatan yang dibutuhkan. Selain itu kontraktor kecil juga harus berupaua untuk memenuhi spesifikasi teknis yang diminta oleh pengguna jasa. Kontraktor tidak berusaha untuk memenuhi spesifikasi teknis
6,25% 43,75% 50%
sangat tidak setuju
tidak setuju
ragu‐ragu
setuju
sangat setuju
Gambar 4. 7 Kontraktor tidak berusaha untuk memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa (owner)
Berdasarkan hasil kuesioner, sebanyak 6.25% responden menyatakan setuju bila spesifikasi teknis tidak perlu selalu dipatuhi oleh kontraktor kecil, sebanyak 50% responden menyatakan tidak setuju, dan sebanyak 43.75% responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa kontraktor tidak perlu berusaha untuk memenuhi spesifikasi teknis dan waktu yang telah ditetapkan oleh
pengguna jasa.
Kontraktor kecil yang sadar bahwa pelaksanaan pekerjaan
konstruksi harus selalu mematuhi spesifikasi yang ditetapkan oleh pengguna jasa (owner). Gambaran keseluruhan mengenai komitmen, dilakukan dengan cara melakukan pengkategorian pada jawaban yang diberikan oleh semua responden dengan langkah-langkah sebagai berikut: Jawaban diberi skor 5 untuk kategori jawaban tertinggi hingga 1 untuk kategori jawaban terendah.
Jumlahkan semua skor pertanyaan dari 2 jawaban untuk
masing-masing responden. Kemudian dicari nilai maksimum, nilai minimum dan interval kelas. Untuk masing-masing nilai dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4. 4 Deskripsi Data Komitmen
Nilai maksimum = (jumlah pertanyaan x skor tertinggi) Nilai minimum = (jumlah pertanyaan x skor terrendah)
Interval kelas untuk masing-masing kategori Sub variabel Komitmen
Kategori Baik Cukup Kurang
Baik Cukup Kurang Frekuensi 15 1 0
10 2 2.67 2 – 4.67 4.67 – 7.34 7.34 – 10 Persentase (%) 93.75 6.25 0
Dari tabel diatas, dapat dikatakan bahwa komitmen perusahaan dalam menerapkan sistem mutu dikontraktor kecil sudah baik, hal ni terbukti dengan 93.75% responden termasuk dalam kategori baik.
D. Manajemen Sumber Daya Manusia Industri konstruksi adalah industri jasa yang tidak bisa terlepas dari mutu sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena sifat dari produk jasa yaitu bersifat tidak dapat dipisahkan (inseparable), yang berarti bahwa jasa umumnya dihasilkan dan dikonsumsikan pada saat bersamaan, dengan partisipasi pelanggan dalam proses tersebut. Mutu sumber daya manusia sangat mempengaruhi mutu yang dihasilkan. (Indramanik, 2004). Oleh sebab itu manajemen sumber daya manusia merupakan elemen yang paling penting dalam mendukung perusahaan untuk menerapkan mutu yang diinginkan.
72
73
Untuk menerapkan sistem mutu di perusahaan kontraktor kecil adalah dengan melakukan komunikasi dengan pihak-pihak yang terlibat didalamnya khususnya tenaga kerja. Untuk menerapkan mutu, pimpinan harus mengatakan kepada tenaga kerjanya apa yang akan dikerjakan dan memberikan bimbingan dalam melakukan tugasnya. Pimpinan perusahaan memberikan bimbingan kepada para pekerjanya 6,25%
50% 43,75%
sangat tidak setuju
tidak setuju
ragu‐ragu
setuju
sangat setuju
Gambar 4. 8 Kontraktor memberikan bimbingan kepada tenaga kerja.
Berdasarkan hasil kuesioner sebanyak 6,25% responden menyatakan ragu-ragu dengan pernyataan tersebut, 43,75% responden menyatakan setuju dan 50% responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa kontraktor mengatakan kepada tenaga kerjanya apa yang harus dikerjakan dan memberikan bimbingan dalam melakukan tugasnya. Dalam memberikan bimbingan kepada tenaga kerja terkadang ditemui kesulitan dalam memberikan instruksi, hal ini disebabkan rendahnya pendidikan yang dimiliki tenaga kerja. Rendahnya pendidikan ini memberikan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan dengan mutu yang diharapkan. Kesulitan dalam melakukan komunikasi atau penyampaian instruksi dari tenaga ahli dapat dilihat pada gambar 4.9.
Re endahnya tingkkat pendidikan tukang membe erikan kesulitaan dalam penyampaian instruksi
6.25%
25..00%
50.00% %
Sangat tidak setuju
18.75%
Tidak setuju
Ragu‐ragu u
Setuju
Sangat setuju u
Gambar 4. 9 Rendahnyya tingkat pen ndidikan tukang memberiikan kesulitaan dalam penyamapaian instrukssi.
Berdasarkkan hasil kuuesioner, seebanyak 25% % respondeen menyatakkan sangat tidak setuju, seebanyak 18.75% respoonden meny yatakan tiddak setuju, 50% respo onden menyatakaan setuju dan d sebanyyak 6.25% responden menyatakaan sangat setuju s dengan peertanyaan baahwa rendahhnya tingkaat pendidikaan tenaga keerja lepas/tu ukang memberikkan kesulitaan dalam berkomunika b asi atau meenyampaikaan instruksii dari tenaga ahhli. Responnden yang tidak setuju dengan pernyataann ini disebaabkan karena tennaga kerja leepas/tukangg tersebut su udah memilliki pengalaaman kerja sesuai s dengan keeterampilann yang dibuutuhkan dan n mengerti apa yang hharus dikerj rjakan termasuk dalam d melaakukan kom munikasi den ngan tenagaa ahli (menjaalankan insttruksi dari tenaga ahli). ga keja lepaas/tukang juuga membeerikan Selain tinggkat pendiddikan, rekruutment tenag pengaruh terhadap mutu m yang akan dicap pai. Kontraaktor kecil biasanya dalam d merekrut tenaga kerj rja lepas/tukkang dilaku ukan dengaan cara sisttem kontrak k per proyek. Rekrutment R t tenaga kerja k lepass/tukang deengan sisteem kontrak k ini dilaksanakkan sebagaai langkah efisiensi perusahaann karena pada umumnya perolehan proyek koontraktor keecil berflukttuasi dari waktu w ke w waktu. Pergaantian s kegiaatan akan mempengaru m uhi metode kerja tenaga kerrja lepas/tukkang pada setiap dan hasil pekerjaan. p H ini dapaat dilihat pada gambar 4.10. Hal 4
74
75
Pergantian tukang pada setiap pelaksaan proyek mengakibatkan terjadinya penurunan mutu 6,25% 25%
68,75%
sangat tidak setuju
tidak setuju
ragu‐ragu
setuju
sangat setuju
Gambar 4. 10 Pergantian tukang pada setiap pelaksanaan proyek mengakibatkan terjadinya penurunan mutu.
Berdasarkan hasil kuesioner, sebanyak 25% responden menyatakan setuju bila pergantian tukang pada setiap pelaksanaan proyek mengakibatkan terjadinya penurunan mutu ini diakibatkan karena kontraktor kecil harus melakukan adaptasi lagi dari awal terhadap tenaga kerja yang dipekerjakannya karena tidak setiap kelompok tenaga kerja memiliki metode yang sama dengan yang telah diterapkan oleh kontraktor. Sedangkan sebanyka 6,25% menyatakan sangat tidak setuju dan 68,75% menyatakan tidak setuju bila pergantian tukang pada setiap pelaksanaan proyek mengakibatkan penurunan mutu, hal ini disebabkan karena para responden beranggapan bahwa tukang hanya menjalankan apa yang diperintahkan oleh pimpinan dan staf kontraktor kecil. Sehingga yang paling tepat memberikan kontribusi terhadap penerapan mutu adalah kontraktor kecil bukan tukang. Sikap kerja yang baik, displin dari tenaga kerja untuk menerapkan mutu baik di perusahaan maupun di proyek juga sangat dibutuhkan. Berdasarkan hasil kuesioner, sebanyak 6,25% responden menyatakan tidak setuju, 68,75% responden menyatakan setuju dan sebanyak 25% responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan masih banyak ditemui sikap kerja yang kurang baik, tidak displin dan tidak bertanggung jawab di perusahaan maupun diproyek. Gambaran mengenai sikap kerja ini dapat dilihat pada gambar 4.11.
SSikap kurang diisplin, kurang b baik dan tidak b bertanggung jaawab m masih banyak di itemui diperusaahaan
25.00%
6.25%
5% 68.75
Sangat tidak setuju u
Tidak setuju
Ragu‐ragu
Setuju
Sangat setuju
Gambar 4. 11 1 Sikap kura ang displin, kurang k baik dan d tidak berrtanggung jaw wab masih ba anyak
ditemui dip perusahaan.
Untuk mengatasi m sikap kerjaa yang kurrang baik, tidak dissplin dan tidak bertangguung jawab dari tenagaa kerja dibutuhkan peengawasan yang ketatt dari pimpinan perusahaann maupun dari d konsulttan pengaw was terhadapp kinerja teenaga kerja terseebut. Untuk meencapai muutu yang diiharapkan, diperlukan d pengembanngan diri teenaga kerja dalam menganttisipasi kom mpleksnya persoalan-peersoalan yanng akan dih hadapi dilapangann. Pengem mbangan diri tenaga kerja dapaat dilakukaan dengan cara mengikutii pelatihan-ppelatihan keepada tenag ga kerja. Koontraktor yaang menyed diakan pelatihan bagi b tenagaa kerja dapatt dilihat pad da gambar 4.12. 4 Men nyediakan pelattihan bagi tenaaga kerja
6.25% 43.75% 50.00%
Sangat tidak setuju u
Tidak setuju
Ragu‐ragu
Setuju
Sangat setuju
Gambar 4. 12 Menyediaakan pelatihaan bagi tenag ga kerja dalam m meningkattkan kemamp puan.
Dari hasill kuesionerr, sebanyak 6,25% ressponden meenyatakan ssetuju, sebaanyak 50% respponden
m menyatakan tidak setuj uju dan sebbanyak 43..75% respo onden
76
77
menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa perusahaan kontraktor kecil harus menyediakan pelatihan bagi tenaga kerjanya dalam meningkatkan kemampuannya. Banyaknya kontraktor yang tidak menyetujui untuk menyediakan pelatihan kepada tenaga kerja disebabkan karena tenaga kerja tersebut bukan merupakan tenaga kerja tetap didalam perusahaan, selain itu untuk mengikuti suatu pelatihan membutuhkan biaya yang cukup besar. Gambaran secara keseluruhan mengenai manajemen sumber daya manusia, dilakukan pengkategorian untuk semua responden dengan langkah-langkah sebagai berikut: Jawaban diberi skor 5 untuk kategori jawaban tertinggi hingga 1 untuk kategori jawaban terendah.
Jumlahkan semua skor pertanyaan dari 2 jawaban untuk
masing-masing responden. Kemudian dicari nilai maksimum, nilai minimum dan interval kelas. Untuk masing-masing nilai dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4. 5 Deskripsi Data Manajemen Sumber Daya Manusia
Nilai maksimum = (jumlah pertanyaan x skor tertinggi) Nilai minimum = (jumlah pertanyaan x skor terrendah)
Interval kelas untuk masing-masing kategori Sub variabel Manajemen sumber daya manusia
Kategori Baik Cukup Kurang
Baik Cukup Kurang Frekuensi 0 11 5
25 5 6,67 5 – 11,67 11,67 – 18,34 18,34 – 25 Persentase (%) 0 68.75 31,25
Dari tabel diatas, dapat dikatakan bahwa manajemen sumber daya manusia pada perusahaan kontraktor kecil dalam menerapkan sistem mutu dikontraktor kecil sudah cukup, hal ni terbukti dengan 50% responden termasuk dalam kategori cukup.
E. Manajemen Sumber Daya Manajemen sumber daya adalah bagaimana sumber daya yang terlibat didalam suatu proyek dapat diaplikasi secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi dikelompokkan dalam 5M (manpower, material, mechines, money and method).
Jasa konsttruksi tidak lepas dari peralatan p yaang harus diikelola dan harus memenuhi spesifikasi teknis yaang ditetapkkan. Penyediaan peraalatan haruus sesuai deengan kemampuan efektif dari d peralataan yang digu unakan untuuk menjamiin bahwa prroyek dapat diseelesaikan tepat waktuu sesuai deengan kriteeria mutu yyang ditetaapkan. Kontraktoor kecil padda umumnnya masih mengerjaka m an pekerjaaan yang beersifat sederhanaa, oleh kareena itu bannyak yang menganggaap peralatann dan tekn nologi konvensioonal masih layak l untukk digunakan n. Tetapi tidak sedikit kontraktor yang mengangggap peralataan dan teknnologi konvensional meemberikan hambatan dalam d pelaksanaan pekerjaaan. Kontraaktor yang menganggaap peralataan dan tekn nologi konvensioonal membeerikan ham mbatan dalam m pelaksannaan kegiattan dapat dilihat d pada gambbar 4.13. Peralatan dan tekknologi konven nsional membe erikan hambataan dalam pelaaksanaan
% 6.25%
25.00%
6 68.75%
Sangaat tidak setuju
Tidak setuju
Ragu‐ragu
Setuju
Sanggat setuju
Gambar 4. 13 Peralatan n dan teknoloogi konvensia al memberikaan hambatan n dalam melak kukan pekerjaaan.
Dari hasil survei, seebanyak 255% respond den menyaatakan tidakk setuju deengan mbatan pernyataann bahwa peeralatan dann teknologii konvensioonal membeerikan ham dalam pellaksanaan kegiatan, k inni dikarenaakan pekerjjaan yang dikerjakan oleh kontraktorr tersebut masih m bersifaat sederhanaa sehingga tidak t memeerlukan peraalatan yang moddern selain menggunakkan peralattan modern lebih banyyak memerlukan dana dan membutuhhkan seoranng tenaga ahli a dalam mengoperaasikan peraalatan tersebut. Sebanyak S 6 68.75% respponden meenyatakan setuju s dan ssebanyak 6.25% 6 respondenn menyatakkan sangatt setuju baahwa perallatan dan teknologi yang konvensioonal dapat memberikkan hambattan dalam melaksanaakan pekerrjaan. Hambatann yang terrjadi dalam m penyeleesaian proyyek dapat mengakib batkan kontraktorr terlambatt menyelessaikan pek kerjaan sessuai dengaan jadwal yang
78
79
direncanakkan yang akan menngakibatkan kontraktor harus m membayar denda d keterlambbatan dan peembayaranppun terlambaat. m banyyak yang menggunakkan modal sendiri dalam d Kontraktoor kecil masih melaksanaakan kegiataan proyek. Sehingga pembayaran p n yang dilakkukan oleh owner o sangat memberikan m pengaruh terhadap pelaksanaan p n kegiatan.. Keterlam mbatan pembayaran dapat memberikan m kesulitan bagi b kontraaktor dalam m mengendaalikan keuangan perusahaaannya.
K Keterlambat tan pembaayaran dappat membeerikan
kesulitan dalam d pelakksanaan keggiatan dalam m dilihat padda gambar 44.14. Keterlambatan pemb bayaran dapat memberikan kkesulitan dalam m pelaksanaaaan
25 5.00%
6.25%
68.75%
Sangat ttidak setuju
TTidak setuju
Ragu‐ragu
Seetuju
Sangatt setuju
Gambar 4. 14 Keterlam mbatan pemb bayaran dapat memberik kan kesulitan dalam melak kukan pelaksaanaan kegiataan.
Dari hasill survey didapat, sebaanyak 6.25% % respondeen menyatakan tidak setuju s dengan pernyataan bila b pembaayaran term myin terlam mbat dicairkkan pelaksaanaan a tergannggu hal inii disebabkan n perusahaaan kontrakttor tersebut telah kegiatan akan memiliki perencanaaan awal daan persiapan n cadangann finansial yang lebih h bila pembayaran termyinn dari ownner terlamb bat dicairkaan, dan seebanyak 68 8.75% respondenn menyatakkan setuju dan 25% responden menyatakaan sangat setuju s dengan bila b keterlaambatan dalam pemb bayaran teermyin dappat membeerikan kesulitan dalam d pelakksanaan pekkerjaan, hall ini disebabbkan oleh kkeadaan finaansial perusahaaan kontraktoor yang minnim dan san ngat terganttung dari pembayaran yang dilakukan oleh owneer. Kontrakktor kecil sulit s masih menemui aadanya kesu ulitan akses dalaam mengajuukan pinjam man dana kep pada Bank (Farid, ( 20055).
Kontraktoor kecil haruus mampu menyediakan m n semua jennis material yang memenuhi spesifikasi teknis. Peengadaan material m mem mberikan anndil besar ddalam penerapan mutu. Apabila A terj rjadi penyiimpangan atas spessifikasi, koontraktor harus mengupayyakan denggan materiaal lainnya yang mem mpunyai keemampuan yang setara. Daari semuau kontraktor kecil yang disurvey, seluruhnya s m menjawab setuju s dan sangaat setuju bahhwa materiaal dan alat yang y digunaakan harus selalu dievaaluasi agar pelakksanaan keggiatan dapatt menghasilk kan mutu yang y diharappkan. Gamb baran mengenai kontraktor yang setujuu dengan peernyataan inni dapat diliihat pada gaambar 4.15. Material dan A Alat yang digun nakan jarang diievaluasi
12,5% 37,5%
12,5%
3 37,5%
Sangat tidak setuju
TTidak setuju
R Ragu‐ragu
Seetuju
Sangatt setuju
Gambar 4. 15 Material dan d alat yangg digunakan jarang dievaluasi
Permasalaahan yang dihadapi kontraktor saat ini adalah maasih terbataasnya informasi bisnis dan network kerja, k hal in ni dapat memberikan ddampak terh hadap keberlangsungan konntraktor keccil. Salah satu keruggian keterbaatasan informasi bisnis dann network kerja adalaah sulitnya kontraktorr kecil untuuk mendap patkan harga maaterial yangg kompetitiff dari paraa supplier ditengah persaingan pasar. p Padahal bila b kontrakktor kecil dapat mengendalikan supplier ((pemasok) maka dapat kessesuaian speesifikasi teeknis yang ditetapkan oleh penggguna jasa dapat terjamin.
Keterbaatasan infoormasi bisn nsi dan kurangnya k network kerja
memberikkan kesulitaan untuk meendapatkan harga material yang kkompetitif dapat dilihat padda gambar 4.16. 4
80
81
Keterbatasan informasi bisnis dan kurangnyaa network kerjaa mberikan kesulitan untuk me endapatkan harrga material yaang mem komp petitif
12.50%
12.50% 25.0 00%
50 0.00%
Sangaat tidak setuju
Tidak setuju
Ragu‐ragu
Setuju
Sanggat setuju
Gambar 4. 16 Keterbattasan informaasi bisnis dan n network keerja memberiikan kesulitan n untuk meendapatkan harga h materiial yang komp petitif.
Berdasarkkan hasil suurvey, sebaanyak 12.5% % respondeen menyatakkan tidak setuju s dan 25% % respondeen menyattakan ragu u-ragu bila keterbattasan inforrmasi memberikkan kesulitann untuk meendapatkan harga h materrial yang koompetitif, karena k pekerjaan konstruksi yang dilakuukan oleh para p respondden selalu bberpindah-pindah tempat seehingga unttuk mendappatkan matterial tidakk perlu terffokus padaa satu pemasok (supplier) ( saja. Sedanggkan sebany yak 50% reesponden menyatakan setuju s dan 12,5% % respondenn menyatakaan sangat seetuju bila keeterbatasan informasi bisnsi b dan netwoork kerja meemberikan kesulitan un ntuk mendaapatkan hargga material yang kompetitiff karena denngan adanyya network kerja yang besar, paraa responden n akan memiliki informasi mengenai harga yan ng kompettitif sehinggga membeerikan tambahan profit untuuk para respponden, selaain itu bila terjadi kelaangkaan maaterial di pasarann para responden tidak perlu p merassakan takut pekerjaan aakan terham mbat. Gambarann secara keeseluruhan mengenai manajemenn sumber daya, dilak kukan dengan caara semua reesponden deengan langk kah-langkahh sebagai beerikut: Jawaban diberi d skor 5 untuk kaategori jawaaban tertingggi hingga 1 untuk kattegori jawaban terendah. t
Jumlahkann semua sk kor pertanyaan dari 2 jawaban untuk u
masing-m masing respoonden. Kem mudian dicarri nilai makksimum, nilai minimum m dan interval keelas. Untukk masing-maasing nilai dapat d dilihaat pada Tabeel 4.6.
Tabel 4. 6 Deskripsi Data Manajemen Sumber Daya
Nilai maksimum = (jumlah pertanyaan x skor tertinggi) Nilai minimum = (jumlah pertanyaan x skor terrendah)
Interval kelas untuk masing-masing kategori Sub variabel Manajemen sumber daya
Kategori Baik Cukup Kurang
Baik Cukup Kurang Frekuensi 2 8 6
20 4 5.33 4 – 9.33 9.33 – 14.67 14.67 - 20 Persentase (%) 12,5 50 37,5
Dari tabel diatas, dapat dikatakan bahwa manajemen sumber daya pada perusahaan dalam menerapkan sistem mutu dikontraktor kecil sudah cukup, hal ni terbukti dengan 50% responden termasuk dalam kategori cukup.
F. Manajemen Proses Manajemen proses merupakan salah satu elemen penting dalam mengembangkan praktek-praktek manajemen. Proses merupakan gabungan kegiatan-kegiatan perusahaan yang menghasilkan nilai tambah. Kontraktor kecil berusaha keras dalam memahami, mengendalikan dan memperbaiki proses kegiatan mereka. Perusahaan kontraktor berusaha menunjukkan bagaimana suatu kegiatan dilakukan dan bagaimana mengendalikannya, mengambil pelajaran dari setiap kegiatan dan menggunakan hasilnya untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Untuk mengendalikan proses kegiatan konstruksi, kontraktor kecil perlu selalu mengendalikan sumber daya yang diperlukan. Sumber daya yang akan digunakan hendaknya selalu diperiksa kesediaannya sehingga tidak memberikan hambatan dalam pelaksanaan. Berdasarkan hasil survey, rata-rata kontraktor kecil sangat setuju dan setuju bila sumber daya yang akan digunkan perlu dikendalikan secara efektif dan efiesien. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.17.
82
83
Penyediaan sumber daya tidak dikendalikan dan dilakukan secara efektif dan efisien.
18,75%
25%
56,25%
sangat tidak setuju
tidak setuju
ragu‐ragu
setuju
sangat setuju
Gambar 4. 17 Pengendalian dan penyediaan sumber daya dilakukan secara efektif dan efisien.
Tidak hanya sumber daya yang perlu dikendalikan secara efektif dan efisien, setiap kegiatan pun perlu dilakukan evaluasi agar dapat meminimalisasikan terjadinya suatu kesalahan. Seluruh kontraktor yang disurvey setuju bila setiap kegiatan perlu dilakukan evaluasi, hal ini terbukti hampir semua responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa pelaksanaan pekerjaan konstruksi tidak perlu dievaluasi. Hal ini terlihat pada gambar 4.18. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi tidak perlu dievaluasi
18,75%
18,75%
56,25%
sangat tidak setuju
tidak setuju
ragu‐ragu
setuju
sangat setuju
Gambar 4. 18 Evaluasi pekerjaan selalu dilakukan
Selain sumber daya yang perlu dikendalikan dan dievaluasi, waktu penyelesaian proyek juga harus dikendalikan karena kekurangan waktu dalam penyelesaian proyek dapat mengakibatkan penurunan mutu. Kekurangan waktu penyelesaian ini dapat disebabkan oleh banyak hal seperti keterlambatan kedatangan material atau peralatan konstruksi, atau tenga kerja melakukan kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan sehingga perlu dilakukan pengulangan. Kekurangan waktu
ini dapat membuat kontraktor k m melupakan mutu m konsttruksi, hal iini disetujuii oleh d dilihaat pada gam mbar 4.19. hampir selluruh responden yang dapat Kurrangnya waktu u penyelesaian pekerjaan men ngakibatkan pekerjaan tidak m memuaskan
6 6.25%
18.75%
75.00%
Sangat tiidak setuju
T Tidak setuju
Ragu‐ragu R
Seetuju
Sangat ssetuju
Gambar 4. 19 Kurangn nya waktu pen nyelesaian peekerjaan men ngakibatkan mutu pekerja aan tidak memuaskan.
Gambarann
secara
keseluruhaan
mengen nai
manajjemen
prooses,
dilak kukan
pengkateggorian untukk semua respponden den ngan langkaah-langkah ssebagai beriikut: Jawaban diberi d skor 5 untuk kaategori jawaaban tertingggi hingga 1 untuk kattegori jawaban terendah. t
Jumlahkann semua sk kor pertanyaan dari 2 jawaban untuk u
masing-m masing respoonden. Kem mudian dicarri nilai makksimum, nilai minimum m dan interval keelas. Untukk masing-maasing nilai dapat d dilihaat pada Tabeel 4.7. Tabel 4. 7 Deskripsi Data a Manajemen n Proses
Nilai maksimum m = (jumlah peertanyaan x skor s tertinggii) Nilai minimum m = (jumlah peertanyaan x skor terrendahh)
Intervaal kelas untuuk masing-maasing kateggori Sub vaariabel
Kategori Baik Manajeemen Proses Cukup Kurang
Baik k Cuku up Kuraang Frekuensii 6 10 0
15 3 4 3–7 7 – 11 11 – 15 Persentasee (%) 37,5 62,5 0
Dari tabel diatas, daapat dikataakan bahwaa manajemeen proses ppada perusaahaan dalam meenerapkan sistem s mutuu dikontrak ktor kecil suudah cukupp, hal ni terrbukti dengan 622,5% responnden termassuk dalam kategori k cukkup.
84
85
G. Qualitty Awareneess Kesadarann akan penttingnya peraanan mutu sebagai baggian yang ttidak terpisaahkan dari kegiaatan konstruuksi sangatlaah penting, karena denngan tercapaainya mutu yang diharapkann dapat meemberikan kepuasan k keepada penggguna jasa. U Untuk itu sistem s mutu yangg diinginkann oleh penggguna jasa harus h bener--benar dimeengerti dan dapat diterapkann, tetapi terrkadang peenerapan mutu m sering membutuhhkan biaya yang lebih besaar. Berdasarrkan hasil survey, s sebaanyak 50% responden tidak setuju u bila sistem muutu yang diterapkan d oleh pengg guna jasa sulit s untuk dimengertii dan membutuhhkan biaya yang lebih besar, seedangkan sebanyak s 6,25% respo onden menyatakaan ragu-raagu, 31,25% % respond den menyaatakan setuuju dan 12,5% 1 respondenn rmenyatakkan sangat setuju s bila terkadang t siistem mutu yang diinginkan oleh penggguna jasa suulit dimengerti dan membutuhkann biaya yangg lebih besarr. Hal ini dapat disebabkann oleh umuur perusahaan yang baru b sehinggga pengallaman dibidang yang y dikerjaakan masihh kurang. Gaambaran meengenai hall ini dapat dilihat d pada gambbar 4.20. Sistem mutu yan ng diinginkan o oleh pengguna jjasa sering menimbulkan kesulitan
12.50% 50.00% % 31.25% 6.25%
Sangat tiidak setuju
T Tidak setuju
Ragu‐ragu R
Seetuju
Sangat ssetuju
Gambar 4. 20 Sistem mutu m yang diin nginkan oleh h pengguna jaasa sering meenimbulkan kesulitan n.
Gambarann
secara
keseluruhaan
mengenai
qualitty
awarenness,
dilak kukan
pengkateggorian untukk semua respponden den ngan langkaah-langkah ssebagai beriikut: Jawaban diberi d skor 5 untuk kaategori jawaaban tertingggi hingga 1 untuk kattegori jawaban terendah. t
Jumlahkann semua sk kor pertanyaan dari 2 jawaban untuk u
masing-m masing respoonden. Kem mudian dicarri nilai makksimum, nilai minimum m dan interval keelas. Untukk masing-maasing nilai dapat d dilihaat pada Tabeel 4.8.
Tabel 4. 8 Deskripsi D Data Quality Awareness
Nilai maksimum m = (jumlah peertanyaan x skor s tertinggii) Nilai minimum m = (jumlah peertanyaan x skor terrendahh)
Intervaal kelas untuuk masing-maasing kateggori Sub vaariabel Qualityy awareness
Kategori Baik Cukup Kurang
5 1 1.33
Baik k Cuku up Kuraang Frekuensii 8 1 7
1 – 2.33 2.33 – 3.67 7 3.67 – 5 Persentasee (%) 50 6.25 43.75
Dari tabel diatas, daapat dikataakan bahwaa quality awareness ppada perusaahaan dalam meenerapkan siistem mutuu dikontraktor kecil tergolong baikk hal ini terrbukti 43.75% reesponden beerada difrekkuensi baik.
H. Kerjaasama Kerjasamaa akan mem mbentuk linngkungan diimana pekeerja dapat m menumbukan n dan menggunaakan semuaa sumber daya secarra efektif dan efisienn dalam raangka perbaikan yang berkkelanjutan (Oakland, ( 1994). 1 Konntraktor keccil masih ku urang dalam mengembang m gkan teknoologi dan peralatan konstrukssi seperti yang digunakann oleh konttraktor besaar dan men nengah, untuuk berkembbang lebih besar konraktor kecil perrlu melakuukan hubun ngan denggan kontrakktor besar dan menengahh. Berdasarkkan hasil suurvey hubun ngan kerjasaama anataraa kontraktorr kecil dengan koontraktor besar b dan menengah m masih m dirasakan kuranng, hal ini dapat dilihat padda gambar 4.21. 4 Kerrjasama dengan kontraktor besar dan mene engah masih kurangg
25% 12.50% 6.2 % 25.00%
56.2 25%
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
R Ragu‐ragu
Setuju
Sangat ssetuju
Gambar 4. 21 Kerjasam ma dengan koontraktor bessar dan meneengah masih k kurang sehin ngga jarang teerjadi transfer of technolog gy dan transffer of manageement.
86
87
Gambaran secara keseluruhan mengenai kerjasama, dilakukan pengkategorian untuk semua responden dengan langkah-langkah sebagai berikut: Jawaban diberi skor 5 untuk kategori jawaban tertinggi hingga 1 untuk kategori jawaban terendah.
Jumlahkan semua skor pertanyaan dari 2 jawaban untuk
masing-masing responden. Kemudian dicari nilai maksimum, nilai minimum dan interval kelas. Untuk masing-masing nilai dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4. 9 Deskripsi Data Kerjasama
Nilai maksimum = (jumlah pertanyaan x skor tertinggi) Nilai minimum = (jumlah pertanyaan x skor terrendah)
Interval kelas untuk masing-masing kategori Sub variabel Kerjasama
Kategori Baik Cukup Kurang
5 1 1.33
Baik Cukup Kurang Frekuensi 1 4 11
1 – 2.33 2.33 – 3.67 3.67 – 5 Persentase (%) 6.25 25 68.75
Dari tabel diatas, dapat dikatakan bahwa kerjasama pada perusahaan dalam menerapkan sistem mutu dikontraktor kecil cukup baik, hal ni terbukti dengan 68.75% termasuk dalam kategori kurang.
I. Komunikasi Metode TQM akan mengubah secara signifikan cara perusahaan beroperasi dan menjalankan bisnis. Perubahan-perubahan tersebut membutuhkan komunikasi yang langsung dan jelas dari manajemen puncak kepada semua pekerja yang ada didalam perusahaannya. Pimpinan perusahaan tidak berusaha untuk menciptakan kondisi kerja yang kondusif
25%
75%
sangat tidak setuju
tidak setuju
ragu‐ragu
setuju
sangat setuju
Gambar 4. 22 Pimpinan perusahaan tidak berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.
Dari hasil survey dapat diketahui bahwa pimpinan perusahaan berusaha untuk menciptakan suatu lingkungan kerja yang kondusif dan serasi dengan melibatkan semua tenaga kerja untuk mencapai sasaran mutu. Pimpinan perusahaan tidak mau menerima pendapat dan usulan dari bawahan
25%
75%
sangat tidak setuju
tidak setuju
ragu‐ragu
setuju
sangat setuju
Gambar 4. 23 Pimpinan perusahaan tidak mau menerima usulan-usulan dari para bawahan yang bersifat positif untuk memperbaiki sistem mutu.
Dari hasil survey diketahui bahwa para responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa pimpinan perusahaan tidak mau menerima pendapat dan usulan dari para bawahan yang bersifat positif untuk memperbaiki sistem mutu. Ini menyatakan bahwa pimpinan perusahaan berusaha untuk melakukan komunikasi dengan baik dengan melibatkan para pekerjanya dalam menerapkan sistem mutu. Pimpinan perusahaan tidak malu untuk mendengarkan usulan atau masukan dari para bawahannya. Gambaran secara keseluruhan mengenai komunikasi, dilakukan pengkategorian untuk semua responden dengan langkah-langkah sebagai berikut: Jawaban diberi skor 5 untuk kategori jawaban tertinggi hingga 1 untuk kategori jawaban terendah.
Jumlahkan semua skor pertanyaan dari 2 jawaban untuk
masing-masing responden. Kemudian dicari nilai maksimum, nilai minimum dan interval kelas. Untuk masing-masing nilai dapat dilihat pada Tabel 4.10.
88
89 Tabel 4. 10 Deskripsi Data Komunikasi
Nilai maksimum = (jumlah pertanyaan x skor tertinggi) Nilai minimum = (jumlah pertanyaan x skor terrendah)
Interval kelas untuk masing-masing kategori Sub variabel komunikasi
Kategori Baik Cukup Kurang
10 2 2.67
Baik Cukup Kurang Frekuensi 16 0 0
2 – 4.67 4.67 – 7.34 7.34 – 10 Persentase (%) 100 0 0
Dari tabel diatas, dapat dikatakan bahwa komunikasi pada perusahaan dalam menerapkan sistem mutu dikontraktor kecil tergolong baik, hal ni terbukti dengan 100% responden dalam kategori baik.
J. Kapasitas untuk berubah Implementasi TQM akan mempengaruhi perusahaan dan orang-orang yang terlibat didalamnya. Implementasi TQM memerlukan serangkaian proses perubahan perusahaan, baik perubahan yang strategis maupun yang antisipatoris. Perubahan keseluruhan
strategis termasuk
berhubungan perubahan
dengan
perubahan
strateginya.
perusahaan
Perubahan
secara
antisipatoris
berhubungan dengan cara pembelajaran dan berubah dengan alasan-alasan eksternal, dimana perubahan dapat berupa respon terhadap peluang eksternal atau sebagai antisipasi terhadap tantangan yang mungkin timbul di kemudian hari. Perubahan terhadap peluang-peluang yang ada dapat dilakukan dengan cara melakukan inovasi-inovasi dan pengembangan metode dan teknologi konstruksi. Tetapi untuk saat ini kontraktor kecil masih jarang yang melakukan inovasi dan pengembangan metode dan teknologi konstruksi. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.24.
Perusahaan jaran ng melakukan inovasi dalam m metode dan nstruksi teknologi kon
12.50%
6.25%
81.25%
Sangat tiidak setuju
T Tidak setuju
Ragu‐ragu R
Seetuju
Sangat ssetuju
Gambar 4. 24 Perusahaaan jarang melakukan m ino ovasi dalam metode m dan teeknologi konstruk ksi.
Berdasarkkan hasil suurvey dapat dilihat, seb banyak 81.225% responnden menyaatakan setuju bilaa kontraktorr kecil jaranng melakukaan inovasi dan d pengem mbangan terh hadap metode dan d teknoloogi konstruuksi, hal ini disebabbkan proyek-proyek yang dikerjakann masih berrskala kecill sehingga dirasakan belum b mem merlukan in novasi dan pengeembangan dalam d metoode dan tekn nologi konsstruksi, dim mana kebany yakan pekerjaan masih mennggunakan peralatan yang y ditentuukan oleh oowner. Sebaanyak 6.25% ressponden daan 12.5% reesponden menyatakan m ragu-ragu dan tidak setuju s bila kontrraktor kecil jarang melakukan m inovasi i dallam metodee dan tekn nologi konstruksii, karena responden r menggangaap perusahhaannya seering melak kukan inovasi daan pengembbangan dalam m metode dan d peralataan konstrukksi. Dalam meenerapkan sistem s mutuu yang baik, selain denngan melakuukan inovassi dan pengembaangan dalam m metode dan teknollogi konstruuksi, kontraaktor kecil juga perlu meeningkatkann pengetahhuannya mengenai m siistem mutuu dengan cara mengikutii pelatihan-ppelatihan attau kursus-k kursus yangg terkait diddalam bidan ngnya untuk menningkatkan efektifitas pencapaian n tujuan perrbaikan kinnerja perusaahaan. Setiap pekkerja yang yang melaaksanakan pekerjaannyya yang akkan membeerikan pengaruh terhadap mutu m harus diseleksi d seesuai dengaan kompetennsinya, sehingga n yang sesuuai dengan kompetenssinya. perusahaaan dapat meengusahakaan pelatihan Perlunya kontraktor untuk meeningkatkan n pengetahuuan mengeenai mutu dapat dilihat padda gambar 4.25 4
90
91
Kontrraktor jarang m meningkatkan p pengetahuan m mengenai mutu melalui pelatihan atau kursus
18.75%
81.25%
Sangat ttidak setuju
T Tidak setuju
Ragu‐ragu
Seetuju
Sangat setuju
Gambar 4. 25 Kontrakttor jarang meningkatkan pengetahuan n mengenai siistem mutu melalui pelatihan p atau u kursus.
Berdasarkkan hasil survey, s maasih banyak k respondeen yang jaarang meng gikuti pelatihan atau kursuss-kursus meengenai muttu, hal ini disebabkan d untuk meng gikuti suatu pelaatihan atau kursus k terkaadang memeerlukan biayya yang cukkup besar. Gambarann secara kesseluruhan mengenai m peerubahan, diilakukan denngan cara semua s respondenn dengan lanngkah-langkkah sebagai berikut: Jawaban diberi d skor 5 untuk kaategori jawaaban tertingggi hingga 1 untuk kattegori jawaban terendah. t
Jumlahkann semua sk kor pertanyaan dari 2 jawaban untuk u
masing-m masing respoonden. Kem mudian dicarri nilai makksimum, nilai minimum m dan interval keelas. Untukk masing-maasing nilai dapat d dilihaat pada Tabeel 4.11 Tab bel 4. 11 Desk kripsi Data Kapasitas K untu uk berubah
Nilai maksimum m = (jumlah peertanyaan x skor s tertinggii) Nilai minimum m = (jumlah peertanyaan x skor terrendahh)
Intervaal kelas untuuk masing-maasing kateggori Sub vaariabel Kapasitas untuk berubah
Kategori Baik Cukup Kurang
Baik k Cuku up Kuraang Frekuensii 0 3 13
10 2 2.67 2 – 4.67 4.67 – 7.34 4 7.34 – 10 Persentasee (%) 0 18,75 81,25
Dari tabel diatas, dappat dikatakann bahwa kaapasitas untuuk berubah pada perusaahaan dalam meenerapkan sistem mutuu dikontrakttor kecil sanngat kurangg, hal ni terrbukti dengan 811.25% respoonden dalam m kategori kurang k
K. Pembelajaran Pembelajaaran meruppakan bagiian kritis dari keberrhasilan perusahaan dalam d implemenntasi konsepp-konsep mutu m dan perbaikan berkelanjuutan (contin nuous improvement). Induustri konstruuksi harus mampu meelakukan peembelajaran n dan tumbuh jiika ingin menghasilka m an dan mem manfaatkan teknologi ddan proses kerja yang inovvatif, sehinggga mampuu memimpin n persaingaan. Kemauan untuk belajar menjadi ellemen pentiing dalam pengembang p gan fleksibilitas yang ddibutuhkan untuk u merespon dan mengggunakan peluuang perubahan lingkuungan perussahaan. Perkembaangan teknoologi inform masi membaawa dampaak yang lebbih fleksibeel dan dinamis teerhadap linggkungan peerusahaan. Teknologi informasi i seperti komp puter, internet, telekomunik t kasi dan otomasi o kan ntor meruppakan alat-aalat yang dapat digunakann oleh peruusahan untuuk memban ntu melakuukan operasional bisn nisnya yang berkkaitan denngan pencaatatan, pem mrosesan, penarikan, p pengiriman n dan pengirimaan informassi. (Mcleodd, 1993). Penempatan P n teknologi informasi yang sesuai
d dengan
keebutuhannyaa
mampu
menempatkan
perrusahaan
untuk u
memenanggkan persaaingan, selaain itu jugaa dapat meembantu peerusahaan untuk u meningkattkan mutu barang/jasaa yang dilak kukan oleh perusahaann karena deengan perkembanngan teknoologi inform masi, suatu u perusahaaan dapat melakukan cost savings daan memperrbaiki mutu perusahaan nnya.
Kem majuan teknnologi informasi
memberikkan kemudahhan kepadaa pekerja dalam berkerja dapat diliihat pada gaambar 4.26 Tekn nologi informassi memberikan kemudahan ke epada pekerja dalam berkkerja
6.25%
12.50%
18.75%
6 62.50%
Sangat ttidak setuju
T Tidak setuju
Ragu‐ragu
Setuju
Sangatt setuju
Gambar 4. 26 Teknologgi informasi memberikan m kemudahan kepada pekerja dalam berkerja
92
93
Dari hasil survey, diketahui sebanyak 12,5% responden menyatakan sangat setuju dan 62,5% responden menyatakan setuju bila perkembangan teknologi informasi memberikan kemudahan dalam berkerja. Kemudahan yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi informasi ini adalah kemudahan untuk mengali informasi mengenai perencanaan yang akan dilakukan dan keputusan-keputusan yang akan diambil, selain itu kemajuan teknologi informasi juga diharapkan dapat membantu memperbaiki metode kerja sehingga dapat menciptakan kondisi kerja yang efektif dan efisien. Sebanyak 18,75% responden menyatakan ragu-ragu dan
6,25%
menyatakan tidak setuju dengan pernyataan kemajuan teknologi informasi memberikan kemudahan dalam berkerja, hal ini disebabkan menurut para responden pengalaman kerja lebih mampu memberikan pembelajaran dan gambaran mengenai perencanaan dan keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu kegiatan pelaksanaan konstruksi. Pembelajaran juga dapat dilakukan dengan melakukan rekaman atau catatan. Rekaman adalah bukti kerja yang harus dapat ditunjukkan setiap diperlukan. Semua bentuk rekaman yang timbul dari setiap kegiatan harus dilakukan dengan baik, ini dilakukan untuk membuktikan bahwa kontraktor kecil menerapkan sistem mutu di perusahaannya. Setiap pelaksanaan konstruksi dibuat rekaman atau catatan di kontraktor kecil dapat dilihat pada gambar 4.27. Setiap pelaksanaan konstruksi dibuat catatan atau rekaman (database)
18,75% 12,5% 68,75%
sangat tidak setuju
tidak setuju
ragu‐ragu
setuju
sangat setuju
Gambar 4. 27 Setiap pelaksanaan konstruksi dibuat catatan atau rekaman (database).
Dari hasil survey dapat diketahui bahwa rekaman atau catatan masih jarang dilakukan oleh para responden ini terbukti dengan 68,75% responden tidak setuju untuk melakukan catatan atau rekaman. Padahal bila rekaman atau catatan dibuat
kita mampu mengevaluasi setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan dan bila terjadi penyimpangan-penyimpangan dapat dicari solusi pemecahannya, selain itu dengan adanya catatan atau rekaman (database) diharapkan kontraktor kecil memperbaiki sistem kerjanya dengan tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang sama di masa lalu. Teknologi informasi dan catatan atau rekaman (database) tidak akan memberikan pengaruh
banyak
terhadap
proses
perbaikan
berkelanjutan
(continuous
improvement) bila para pekerja yang terlibat dalam suatu kegiatan tidak belajar dari kesalahan-kesalahan dimasa lalu. Gambaran mengenai pembelajaran dari kesalahan-kesalahan masa lalu dapat dilihat gambar 4.28. Semua pekerja dipaksa untuk belajar dari masa lalu dan memperbaiki sistem kerja secara terus menerus 18,75%
25%
56,25%
sangat tidak setuju
tidak setuju
ragu‐ragu
setuju
sangat setuju
Gambar 4. 28 Semua pekerja dipaksa untuk belajar dari masa lalu dan memperbaiki sistem kerja secara terus menerus.
Hasil survey didapat, sebanyak 56,25% responden menyatakan tidak setuju dan 18,75% menyatakan ragu-ragu bila pekerja dipaksa untuk belajar dari masa lalu dan memperbaiki sistem kerja secara terus menerus, hal ini disebabkan pekerja merasa untuk melakukan suatu perubahan tidak bisa lewat suatu paksaan tetapi harus timbul dari diri sendiri. Sebanyak 25% responden setuju bila pekerja perlu dipaksa untuk belajar dari masa lalu dan memperbaiki sistem kerja secara terus menerus. Pembelajaran dari masa lalu yang dilakukan lewat rekamanan atau catatan dapat memperbaiki sistem kerja karena dapat mengetahui kesalahankesalahan atau kekurangan-kekurangan apa yang terjadi di masa lalu sehingga tidak akan terulang di kemudian hari.
94
95
Gambaran secara keseluruhan mengenai pembelajaran, dilakukan dengan cara untuk semua responden dengan langkah-langkah sebagai berikut: Jawaban diberi skor 5 untuk kategori jawaban tertinggi hingga 1 untuk kategori jawaban terendah.
Jumlahkan semua skor pertanyaan dari 2 jawaban untuk
masing-masing responden. Kemudian dicari nilai maksimum, nilai minimum dan interval kelas. Untuk masing-masing nilai dapat dilihat pada Tabel 4.12. Tabel 4. 12 Deskripsi Data Pembelajaran
Nilai maksimum = (jumlah pertanyaan x skor tertinggi) Nilai minimum = (jumlah pertanyaan x skor terrendah)
Interval kelas untuk masing-masing kategori Sub variabel Pembelajaran
Kategori Baik Cukup Kurang
Baik Cukup Kurang Frekuensi 5 8 3
15 3 4 3–7 7 – 11 11 – 15 Persentase (%) 31.25 50 18.75
Dari tabel diatas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran pada perusahaan dalam menerapkan sistem mutu dikontraktor kecil cukup, hal ini terbukti dengan 50% responden termasuk dalam kategori cukup.
IV.3 Impelementasi Sistem Mutu di Kontraktor Kecil Berbasiskan Total Quality Management (TQM) Mutu pekerjaan konstruksi dipengaruhi oleh mutu dari setiap tahapan pekerjaan konstruksi yang dilakukan, jika mutu pekerjaan dalam satu tahapan pekerjaan konstruksi tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka secara keseluruhan akan mempengaruhi mutu pekerjaan tersebut. (Girianna & Atmowidjoo, 2006) Keberhasilan penerapan sistem mutu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor penting yang terdapat didalam TQM. Alur keberhasilan penerapan mutu dari awal perencanaan sampai dengan akhir pelaksanaan dengan menggunakan faktor-faktor TQM dapat dilihat pada Gambar 4.29.
Gambar 4. 29 Alur Penerapan Sistem Mutu dengan Prinsip TQM
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa pada saat merencanakan pekerjaan konstruksi dibutuhkan perencanaan baik dari segi manajemen sumber daya (peralatan, material, manusia, keuangan dan metode), perencanaan mutu yang akan dicapai, kebijakan dan strategi dari pihak manajemen kontraktor kecil. Sedangkan pada saat melakukan proses konstruksi perlu dilakukan pengendalian mutu agar pekerjaan tetap terkendali dan sesuai dengan rencana. Adapun faktorfaktor TQM yang perlu untuk dikendalikan adalah manajemen proses, komunikasi dan kerjasama baik didalam internal ataupun eksternal. Ketiga faktor ini harus selalu dikendalikan agar proses pelaksanaan konstruksi dapat berjalan sesuai dengan rencana. Pada akhir pelaksanaan konstruksi, hasil dari pekerjaan konstruksi perlu dijamin mutunya agar pengguna jasa (owner) puas terhadap hasil kerja kontraktor kecil. Setelah pekerjaan konstruksi berakhir, kontraktor kecil sebaiknya melakukan koreksi terhadap proses pekerjaan konstruksi yang dilakukannya, tindak koreksi ini merupakan bagian dari faktor pembelajaran. Hendaknya kontraktor kecil dapat terus belajar dari setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan sehingga kesalahan yang sama tidak terjadi di kemudian hari. Proses pembelajaran juga membutuhkan
96
97
kemauan dan kemampuan untuk berubah dari kontraktor kecil. Hal lain yang memberikan pengaruh terhadap keberhasilan penerapan sistem mutu di kontraktor kecil adalah sikap kepemimpinan dan komitmen dari pihak manajemen perusahaan untuk selalu menjamin agar mutu yang direncanakan dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan pada gambar 4.29 mengenai alur penerapan sistem mutu dengan menggunakan prinsip TQM dapat diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan konstruksi terdiri dari 3 tahapan yaitu tahap input pekerjaan, proses pelaksanaan pekarjaan dan output pekerjaan. Seperti pada pembahasan sebelumnya, tahap input pekerjaan konstruksi perlu untuk direncanakan penerapan mutunya (quality planning) yaitu sumber dayanya (manusia, material, keuangan, finansial dan metode), kebijakan dan strategi dalam menerapkan mutu pekerjaan. Hasil penelitian didapat bahwa perencanaan input pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor kecil telah cukup baik dilakukan. Pada saat proses pelaksanaan konstruksi perlu dilakukan pengontrolan mutu (quality control) agar mutu yang ingin dicapai dari pelaksanaan konstruksi dapat terus dikendalikan dan sesuai dengan yang direncanakan. Hal-hal yang perlu dikontrol adalah proses dari pelaksanaan itu sendiri, komunikasi dan kerjasama. Komunikasi yang terjadi didalam perusahaan kontraktor kecil sudah berjalan dengan sangat baik, ini tergambar dari usaha pimpinan perusahaan terus berusaha untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dan serasi sehingga para pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan nyaman. Manajemen proses sudah dikelola dengan cukup baik, kontraktor kecil menyadari bahwa untuk selalu bekerja sesuai dengan rencanam maka proses pelaksanaan harus terus dikendalikan. Adapun yang dikendalikan oleh kontraktor kecil pada proses pelaksanaan konstruksi adalah sumber daya manusia, peralatan, metode, material dan finansial. Tetapi kontraktor kecil masih kurang mengelola dengan baik hubungan kerjasamanya. Kerjasama yang dilakukan oleh kontraktor kecil masih yang bersifat internal belum sampai dengan kerjasama eksternal (melakukan hubungan kerjasama dengan kontraktor menengah/besar). Padahal didalam PP No.44 tahun 1997
tentang kemitraan menyatakan bahwa salah satu cara kontraktor kecil untuk tumbuh dan berkembang adalah dengan melakukan hubungan kerjasama dengan kontraktor besar/menengah. Tahap terakhir pekerjaan konstruksi adalah hasil akhir (output) pekerjaan konstruksi, pada tahap ini kepuasan pengguna jasa sangat diharapkan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor. Hendaknya dengan kepuasan yang dirasakan oleh pengguna jasa dapat terus menjaga hubungan baik dimasa yang akan datang. Setelah melakukan penyerahan hasil pekerjaan konstruksi, kontraktor hendaknya melakukan tindakan umpan balik (sistem feedback) yaitu melalui pembelajaran dan kapasitas untuk berubah. Kontraktor kecil harus selalu melakukan pembelajaran dari setiap tahapan pekerjaan konstruksi sehingga pekerjaan yang kurang sempurna dapat dikoreksi sehingga tidak terjadi lagi dikemudian hari. Pada penelitian ini, pembelajaran telah dikelola dengan cukup baik oleh kontraktor kecil, tetapi masih banyak kontraktor kecil yang belum melakukan sistem pembelajaran ini. Padahal bila kontraktor telah melakukan proses pembelajaran salah satunya dengan melakukan pendokumentasian setiap tahapan pekerjaan konstruksi, dapat membantu melakukan pengkoreksian pekerjaan yang masih dikerjakan yang menyimpang dari rencana. Selain itu dengan melakukan pendokumentasian yang baik hendaknya kontraktor kecil tidak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari. Pembelajaran tidak akan berhasil bila kontraktor kecil tidak memiliki kapasita untuk berubah. Perubahan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan penerapan sistem mutu berbasis TQM. Pada penelitian ini kapasitas untuk berubah dari kontarktor kecil masih kurang dikelola. Kontraktor kecil masih terpaku terhadap cara kerja mereka selama ini. Jarang sekali dilakukan inovasi-inovasi dalam metode pekerjaan atau peralatan yang digunakan.
98
99
Tetapi hal yang paling penting dalam keberhasilan penerapan sistem mutu berbasis TQM ini adalah sikap kepemimpinan dan komitmen dari manajemen perusahaan untuk terus berupaya untuk menghasilkan pekerjaan yang bermutu. Pada penelitian ini, kepemimpinan masih kurang dikelola dengan baik, padahal sikap kepemimpinan memiliki peranan yang sangat penting dalam keberhasilan penerapan sistem mutu. Bila pimpinan perusahaan kontraktor kecil tidak memiliki sikap kepemimpinan, maka akan sulit untuk mengarahkan bagian-bagian penting perusahaan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Selain itu pimpinan perusahaan juga harus mampu merencanakan kebutuhan akan sumber daya yang efektif dan efisien sehingga sesuai dengan perencanaan dan tidak terjadi pemborosan. Selain itu untuk komitmen dari manajemen perusahaan juga sangat dibutuhkan untuk menghasilkan pekerjaan yang bermutu. Pada penelitian ini, kontraktor kecil telah mengkelola komitmen penerapan sistem mutu dengan baik. Tetapi walaupun kontraktor kecil telah berusaha untuk terus berkomitmen menerapkan pekerjaan yang bermutu, bila perencanaan dan pengontrolan pekerjaan konstruksi tidak sesuai dengan yang diharapkan, mutu yang ingin dicapai tetap sulit untuk dihasilkan. IV.4 Faktor-Faktor Penerapan Sistem Mutu berbasiskan TQM dan Rekomendasi untuk Meningkatkan Mutu di Kontraktor Kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar faktor-faktor TQM telah dikelola dengan baik oleh responden, tetapi ada juga faktor-faktor TQM yang masih dirasakan kurang dikelola oleh sebagian responden. Rangkuman kategori TQM berdasarkan faktor penyusunnya dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4. 13 Rekapitulasi pengkelompokkan faktor-faktor TQM
Faktor-faktor TQM Komunikasi Komitmen Quality Awareness Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Proses Kebijakan dan Strategi Pembelajaran Manajemen Sumber Daya
Baik 100,00% 93,75% 50,00% 0,00% 37,50% 25,00% 31,25% 12,50%
Cukup 0,00% 6,25% 6,25% 68,75% 62,50% 62,50% 50,00% 50,00%
Kurang 0,00% 0,00% 43,75% 31,35% 0,00% 0,00% 18,75% 37,50%
Kepemimpinan Kerjasama Kapasitas untuk berubah
37,50% 6,25% 0,00%
31,25% 25,00% 18,75%
31,25% 68,75% 81,25%
Dari tabel diatas, dapat dilihat kelompok kategori baik, cukup dan kurang untuk masing-masing faktor. Komunikasi, komitmen, quality awareness masuk kedalam kategori baik, faktor-faktor ini perlu terus untuk dipertahankan agar tetap terjaga dengan baik di masa yang akan datang.
Manajemen proses, Kebijakan dan
strategi, pembelajaran dan manajemen sumber daya telah dikeloa dengan cukup baik, walaupun penerapan sudah cukup tetapi perlu untuk ditingkatkan agar menjadi baik. Sedangkan kepemimpinan, manajemen sumber daya manusa, kerjasama, kapasitas untuk berubah masih kurang dikelola dengan baik. Sehingga perlu untuk ditingkatkan penerapannya. Gambar mengenai penerapan faktorgakfaktor TQM di kontraktor kecil berdasarkan kategori baik, cukup dan kurang dapat dilihat pada Gambar 4.30.
Kapasitas untuk berubah Kerjasama Kepemimpinan Manajemen Sumber Daya Pembelajaran Baik Kebijakan dan Strategi
Cukup
Manajemen Proses
Kurang
Manajemen Sumber Daya Manusia Quality Awareness Komitmen Komunikasi 0%
20%
40%
60%
80%
100%
Gambar 4. 30 Prinsip-prinsip TQM berdasarkan kategori penerapannya.
100
101
Penjabaran analisis mengenai kondisi yang ada dan usulan tindakan untuk peningkatan masing-masing variabel akan dijabarkan dibawah ini berdasarkan kelompok kategori baik, cukup dan kurang. A. Faktor-Faktor TQM Kurang Dikelola Dengan Baik a) Kepemimpinan Sikap kepemimpinan yang dimiliki responden pada penelitian ini masih kurang, padahal kepemimpinan merupakan kemampuan suatu individu atau kelompok untuk mengakomodasi dan mengarahkan bagian-bagian penting dari perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu kepemimpinan haruslah dikelola dengan baik karena bila kepemimpinan saja tidak mampu dikendalikan secara baik maka sulit untuk kontraktor mengakomodasi dan mengarahkan bagian-bagian penting dalam perusahaan untuk mencapai tujuan dimasa yang akan datang. Kepemimpinan didalam manajemen mutu bertujuan untuk meningkatkan kinerja manusia dan alat, memperbaiki mutu yang ada, meningkatkan output dan produktifitas serta secara simultan mampu menciptakan kebanggaan kerja bagi pekerjanya. Kepemimpinan juga memerlukan dukungan dari perusahaan yang akan mampu mempengaruhi kinerja, melalui rencana kerja yang disesuaikan dengan kemampuan kelompoknya serta kemampuan dari atasan dalam medelegasikan wewenang terhadap bawahannya. Bila melihat hasil survey, maka dapat dikatakan kepemimpinan pada responden masih kurang sehingga perlu ditingkatkan dan diperbaiki.
Adapun untuk
meningkatkan gaya kepemimpinan didalam perusahaan dapat dilakukan dengan cara seperti: -
Mengembangkan visi serta menetapkan arah dan strategi perusahaan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang dibutuhkan agar mencapai visi.
-
Menetapkan rencana dan mengalokasikan sumber daya yang ada untuk mewujudkan rencana.
- Mengkomunikasikan tujuan yang diingin dicapai melalui pernyataan dan perbuatan (tindakan) kepada siapa saja yang mungkin diperlukan untuk memberikan pengaruhnya bagi pembentukan tim yang memahami visi dan strategi perusahaan, serta menerima kebenarannya.
- Memberikan motivasi bagi orang-orang untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam perubahan menuju perbaikan.
- Memantau hasil-hasil, kemudian dibandingkan dengan rencana, dan mengidentifkasi
penyimpangan-penyimpangan
yang
terjadi,
kemudian
membuat perencanaan dan pengorganisasian untuk menyelesaikan masalahmasalah yang ada.
- Mencipatkan suatu perubahan yang telah direncanakan untuk tetap menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa/owner.
b) Kerjasama Kerjasama merupakan variabel yang kurang diperhatikan oleh responden. Hal ini menggambarkan bahwa responden kurang menganggap penting kerjasama eksternal dengan perusahaan lain, responden hanya menganggap penting kerjasama tim dalam perusahaan merupakan komponen yang penting dari implementasi total quality management (TQM), karena kerjasama akan membangun rasa saling percaya (trust), memperbaiki komunikasi dan mengembangkan sikap saling ketergantungan, saling bertukar pikiran (ide), pengetahuan, data dan informasi. Kerjasama tim akan membentuk lingkungan dimana pekerja dapat menumbuhkan dan menggunakan sumber daya secara efektif dan effisien dalam rangka perbaikan secara terus menerus (Oakland,1994). Saat ini, kerjasama tim didalam kontraktor kecil sudah berjalan dengan baik, karena perkerja yang ada dikontraktor kecil tidak sekompleks di perusahaan kontraktor besar sehingga sikap kepercayaan dan komunikasi dapat terciptakan dengan mudah, tetapi tidak dengan hubungan kerjasama eksternal dengan perusahaan kontraktor dengan skala yang lebih besar. Kontraktor kecil masih jarang
melakukan
hubungan
kerjasama
sehingga
jarang
terjadi
proses
pembelajaran kontraktor kecil dari kontraktor dengan skala yang lebih besar. 102
103
Responden menganggap bahwa proyek-proyek skala kecil yang mereka kerjakan belum membutuhkan pengembangan teknologi, dimana teknologi yang akan digunakan masih ditentukan oleh owner. Untuk meningkatkan kerjasama eksternal antara kontraktor kecil dengan kontraktor skala besar dan menengah dapat dilakukan berpartisipasi dalam proyek skala besar dengan menjadi subkontraktor dari kontraktor skala besar dan menengah. Dengan ikut berpartisipasi dalam proyek besar, kontraktor kecil dapat mengembangkan ilmu dan teknologi termuktahir. Sedangkan untuk meningkatkan kerjasama internal didalam perusahaan kontraktor kecil dapat dilakukan dengan melibatkan semua pekerja dalam memecahkan permasalahan dan memberikan kebebasan kepada pekerja untuk memberikan masukan kepada pimpian perusahaan dalam melakukan pengambilan keputusan.
c) Kapasitas untuk berubah Kapasitas untuk berubah masih sangat kurang dikelola dengan baik oleh para responden ini terbukti dengan 81.25% kurang. Implementasi TQM membutuhkan suatu rangkaian proses perubahan (changes) dari perusahaan. Perubahan ini dapat berbentuk perubahan strategis maupun perubahan yang bersifat antisipatoris. Perubahan antisiporis ini berhubungan dengan cara pembelajaran dan berubah karena alasan-alasan eksternal, dimana perubahan tersebut dapat berupa respon terhadap peluang eksternal atau sebagai antisipasi terhadap tantangan yang mungkin timbul di kemudian hari. Tetapi dalam melakukan perubahan tidaklah mudah, hambatan yang paling besar dalam melakukan perubahan adalah resistensi terhadap perubahan yang ada didalam perusahaan dalam melaksanakan perbaikan. Kondisi saat ini, kontraktor kecil masih jarang yang melakukan perubahan didalam perusahaannya. Hal ini dikarenakan kontraktor kecil merasa ruang lingkup pekerjaannya masih sederhana dan belum begitu membutuhkan perubahan yang signifikan. Sebagai contoh kontraktor kecil masih menggunakan teknologi dan metode yang sederhana dalam setiap pelaksanaan pekerjaannya. Selain itu kontraktor kecil juga masih jarang mengikuti pelatihan atau kursus-
kursus yang berkaitan dengan mutu. Padahal perubahan sangatlah diperlukan untuk menuju perbaikan dan pengembangan perusahaan. Untuk meningkatkan faktor kapasitas untuk perubahan didalam perusahaan kontraktor kecil dapat dilakukan dengan: -
Pimpinan perusahaan kontraktor kecil berusaha untuk menciptakan sikap yang terbuka kepada para pekerjanya dan memberikan motivasi kepada para pekerjanya untuk mengembangkan dirinya dengan mengali informasi sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan kemampuan sistem kerjanya.
-
Pimpinan perusahaan memberikan penghargaan (reward) kepada para pekerja yang bekerja lebih baik dan lebih bemutu sebagai salah satu bagian dari motivasi.
B. Faktor-faktor TQM Cukup Dikelola Baik. a) Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia cukup dikelola dengan baik ini terbukti dengan nilai persentase sebesar 68,75% cukup. Manajemen sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam melakukan proses atau pelaksanaan konstruksi. Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa masih banyak pekerja dengan pendidikan yang rendah sehingga memberikan kesulitan bagi responden untuk melakukan komunikasi atau menyampaikan instruksi kerja, para pekerja tersebut lebih banyak mengandalkan pengalaman. Selain itu karena ketidakpastian responden untuk terus mendapatkan proyek dimasa yang akan datang menyebabkan mereka tidak memiliki tenaga kerja lepas/tukang yang tetap, sehingga setiap kali melakukan pekerjaan yang baru, tukang yang digunakan pun selalu berbeda, perbedaan ini dapat menyebabkan metode yang digunakan juga berbeda-beda sehingga mutu pekerjaan pun tidak sama.
Selain itu kontraktor
kecil juga masih jarang yang mengikuti para pekerjanya untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tenaga kerja, padahal untuk terus mampu bertahan di persaingan industri konstruksi, para pekerja dituntut agar mampu berkerja dengan efektif dan efisien sehingga mutu yang ingin tercapai akan terwujud. Pekerja yang ada di kontraktor kecil dituntut untuk mampu memiliki kemampuan 104
105
manajemen proyek yang baik agar hasil akhir dari pekerjaaan yang dilakukan sesuai dengan rencana awal. Pencapaian mutu akan berhasil dicapai apabila sumber daya manusia yang berkerja didalam perusahaan tersebut memiliki kompetensi yang sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Untuk mendapatkan pekerja yang bermutu, perusahaan hendaknya melakukan: -
Pelatihan terhadap pekerja sehingga dapat memperbaiki kinerja dan displin dari pekerja tersebut.
-
Pelatihan-pelatihan manajemen proyek yang meliputi penyusunan penawaran, menyusun rencana kerja dan pelatihan perencanaan pengendaliaan proyek.
-
Pengawasan yang ketat dari pihak kontraktor maupun konsultan pengawas terhadap kinerja para pekerja.
-
Pelatihan pelaporan/monitoring dan pelatihan metode kerja
-
Pelatihan organisasi dilapangan/lokasi proyek
-
Melakukan training terhadap tukang yang bekerja.
b) Manajemen Proses Manajemen proses dikelola dengan cukup baik ini terbukti dengan persentasi 62,5% cukup. Persentase ini didapat karena responden menyadari bahwa manajemen proses memiliki peran sentral dalam pengembangan penerapan mutu didalam perusahaan. Proses merupakan gabungan dari semua aktivitas yang akan menghasilkan nilai tambah, oleh karena itu suatu perusahaan sebisa mungkin dapat memahami, mengendalikan dan memperbaiki proses bisnis mereka. Didalam manajemen proses, kontraktor kecil menunjukkan bagaimana suatu kegiatan dilakukan dan bagaimana proses pelaksanaannya dan pengendaliaannya. Saat ini kontraktor kecil telah berusaha untuk mengendalikan penyediaan sumber daya secara efektif dan efisien. Hal ini dilakukan agar sumber daya yang digunakan sesuai dengan kebutuhannya dan tidak terjadi pemborosan sumber daya yang berakibatan pemborosan biaya. Selain sumber daya yang dikelola secara efektif dan efisien, setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi juga
perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi pekerjaan ini dilakukan untuk dapat mengetahui bila terjadi penyimpangan-penyimpangan selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penyimpangan yang terjadi harus dicarikan solusi pemecahannya agar tidak terjadi lagi di masa yang datang. Untuk menerapkan mutu yang baik selain perlunya pengendalian sumber daya dan evaluasi pekerjaan, waktu akhir penyelesaian pekerjaan juga memberikan peranan penting dalam penerapan mutu.
Waktu akhir penyelesaian yang tidak cukup dapat
mempengaruhi mutu hasil produk (barang/jasa).
Oleh karena itu sangatlah
dibutuhkan perencanaan yang tepat mengenai jadwal pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang tepat sehingga menghasilkan pekerjaan yang bermutu sesuai dengan rencana. Untuk meningkatkan manajemen proses dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti dibawah ini: -
Meningkatkan kemampuan untuk memfokuskan diri pada aspek-aspek seperti sumber daya manusia, metode, teknologi, peralatan dan material yang akan meningkatkan aktivitas-aktivitas pokok dari perusahaan kontraktor kecil.
-
Mengidentifikasi proses-proses yang diperlukan dan menetapkan tahapan dan interaksi dari proses-proses yang akan dilakukan.
-
Menetapkan kriteria dan metoda untuk menjamin operasi dan pengendalian dan menjamin ketersediaan dari sumber daya dan informasi.
-
Memonitor,
mengukur
dan
menganalisa
proses-proses
yang
sedang
berlangsung. -
Meningkatkan kemampuan mengevaluasi risiko, konsekuensi dan dampak dari aktivitas-aktivitas pokok dari pengguna jasa (owner), pemasok (supplier) dan pihak-pihak yang berkepentingan.
c) Kebijakan dan Strategi Kebijakan dan strategi telah dikelola dengan cukup baik, ini terbukti dengan persentase 62,5% cukup. Persentase ini menggambarkan bila responden menyadari bahwa kebijakan dan strategi memiliki hubungan yang kuat dengan mutu, kebijakan dapat didefinisikan sebagai cara dimana prinsip-prinsip mutu
106
107
yang diintegrasikan kedalam proses perencanaan perusahaan, sementara strategi adalah cara dimana perencanaan dikomunikasikan dan disebarkan ke seluruh pihak-pihak yang terlibat. Kontraktor kecil diharapkan dalam melakukan setiap kegiatan konstruksi menggunakan manual yang telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui SNI, atau membuat sendiri manual pekerjaan untuk setiap tahapan pekerjaan konstruksi agar pekerjaan yang dilakukan memiliki standar. Kontraktor kecil juga harus mampu memperhitungkan risiko-risiko yang akan terjadi di masa yang akan datang, agar dapat melakukan antisipasi. Salah satu hal yang harus diantisipasi oleh kontraktor kecil adalah birokrasi yang ada di Pemerintah. Birokrasi pemerintah membutuhkan anggaran yang besar, sedangkan modal yang dimiliki oleh kontraktor kecil terbatas, sehingga tidak jarang para kontraktor kecil mengambil dana dari biaya langsung proyek. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan mutu konstruksi. Oleh karena itu sangat dibutuhkan strategi-strategi oleh kontraktor kecil untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh kontraktor kecil sehingga penerapan sistem mutu dapat diterapkan dengan baik. Kebijakan dan strategi mutu dapat ditingkatkan dengan cara menyelaraskan visi dan misi perusahan antara lain: - Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah (SNI) atau perusahaan membuat standar pelaksanaan kegiatan sendiri. - Kebijakan dan strategi yang dibuat selalu dikomunikasikan kepada seluruh pekerja yang terlibat didalam perusahaan. - Komitmen dari pimpinan dan para pekerja sangat dibutuhkan dalam menjalankan kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. - Menciptakan tempat bekerja yang aman dan nyaman, baik untuk asset maupun pekerja dan lingkungan.
d) Pembelajaran Pembelajaran mendapatkan persentase 50% cukup. Pembelajaran sangat penting dalam perusahaan, dengan pembelajaran perusahaan kontraktor kecil dapat terus bertahan dalam persaingan.
Dalam melakukan pembelajaran, permasalahan
penting yang dihadapi adalah bukanlah mengenai apa yang akan diubah (what to change) tetapi lebih kepada apa dan bagaimana melakukan pembelajaran (what and how to learn). Menurut Snyder (1994), kapasitas pembelajaran merupakan bagian kritis dari keberhasilan suatu perusahaan dalam rangka implementasi sistem mutu dan perbaikan terus menerus.
Sebuah perusahaan yang mampu
melaksanakan pembelajaran dan tumbuh jika ingin menghasilkan dan memanfaatkan teknologi dan proses kerja yang inovatif, sehingga mampu memimpin persaingan. Saat ini perkembangan teknologi informasi memberikan kemudahan kepada pekerja dalam bekerja. Teknologi informasi seperti komputer, internet, telekomunikasi sangat membantu pekerja dalam melakukan operasional bisnisnya yang berkaitan dengan pencatatan, pemrosesan, penarikan dan pengiriman. Dengan kemajuan teknologi tersebut kontraktor kecil juga dapat mengali informasi sebanyak-banyaknya mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan sehingga
sangat
membantu
kontraktor
kecil
dalam
meningkatkan
dan
memperbaiki metode kerjanya sehingga dapat menciptakan kondisi kerja yang efektif dan efisien sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan mutu perusahaannya.
Selain perkembangan teknologi informasi, pembelajaran juga
dapat dilakukan dengan cara melakukan pencatatan atau rekaman kegiatan yang dilakukan (database perusahaan). Catatan atau rekaman kegiatan ini membantu perusahaan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan konstruksi dan mengurangi terjadinya kesalahan-kesalahan dimasa yang akan datang, karena dengan mengetahui kesalahan-kesalahan dimasa lalu, kontraktor kecil dapat melakukan perbaikan-perbaikan untuk menuju kesempurnaan. Tetapi pebelajaran tidak akan berhasil bila para pekerja tidak melakukannya atas dasar kemauan sendiri.
108
109
Untuk meningkatkan pembelajaran dalam penerapan sistem mutu dapat dilakukan dengan: -
Melakukan dokumentasi meliputi catatan atau rekaman (database) selama proses kegiatan konstruksi berlangsung, bila terjadi penyimpangan segera dilakukan tindakan perbaikan atau tindakan pencegahan.
-
Para pekerja harus mampu belajar dari kesalahan-kesalahan dimasa lalu sehingag tidak terjadi lagi dimasa yang akan datang dan secara terus menerus melakukan perbaikan sistem kerjanya.
-
Komitmen dari semua pihak sangat dibutuhkan dalam melakukan proses pembelajaran dengan menjamin ketersediaan dan sumber daya yang mendukung didalam perusahaan.
e) Manajemen Sumber daya Manajemen sumber daya sudah cukup dikelola dengan baik oleh responden ini terbukti dengan 50% cukup. Responden sangat menyadari bawa jasa konstruksi sangat tergantung dengan sumber daya. Sumber daya konstruksi meliputi peralatan, material, manusia, modal dan metode. Kelima unsur sumber daya tersebut harus dikelola dengan baik untuk mendukung proses pelaksanaan kegiatan konstruksi. Sumber daya yang digunakan selama waktu kegiatan konstruksi harus memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan didalam kontrak. Manajemen sumber daya dapat dilakukan dengan menetapkan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk menerapkan, menjaga dan meningkatkan efektifitas penerapan mutu dan meningkatkan kepuasan pengguna jasa/owner dengan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pengguna jasa/owner. Berdasarkan hasil survey, diketahui bahwa para responden masih banyak yang mengalami hambatan dalam penyelesaian pelaksanaan kegiatan karena peralatan yang digunakan masih banyak yang bersifat sederhana, karena untuk menggunakan peralatan yang lebih mutakhir membutuhkan biaya yang lebih besar, tetapi para respoden selalu mengadakan pengendalian terhadap peralatan yang digunakan dan material yang cacat. Tidak hanya peralatan dan material yang bisa memberikan hambatan dalam penyelesaian pelaksanaan kegiatan tetapi
terbatasnya network kerja dan informasi bisnis juga memberikan hambatan kepada kontraktor kecil dalam menyelesaikan pekerjaannya. Salah satu kesulitan yang timbul akibat terbatasnya network kerja adalah bila terjadi kelangkaan material dipasaran yang mengakibatkan pekerjaan tertunda dan membutuhka biaya overhead yang besar, sedangkan modal yang dimiliki oleh kontraktor kecil masih terbatas. Dengan keterbatasan modal ini, kontraktor kecil sangat berharap pembayaran termyin proyek oleh Pemerintah tidak mengalami keterlambatan pembayaran agar cash flow perusahaan tidak terganggu. Oleh karena itu agar terus mampu bertahan di persaingan pasar industri konstruksi kontraktor kecil sangat dituntut untuk mampu mengelola dengan baik sumber daya yang berhubungan dengan konstruksi seperti sumber daya manusianya (pekerja dan para tukang), sarana dan prasarana (peralatan), material dan finansial perusahaan. Untuk meningkatkan pengelolaan faktor sumber daya dapat dilakukan dengan cara: 1. Pengelolaan finansial Finansial merupakan sumber daya utama yang diperlukan selama pelaksanaan proyek, mulai dari persiapan pekerjaan sampai dengan penyerahan produk. Pengelolaan finansial dilakukan dengan merencanakan pendapatan perusahaan melalui pinjaman modal kerja dan penerimaan termyin proyek. Pengelolaan finansial yang baik dapat memberikan keuntungan untuk perusahaan kontraktor kecil. 2. Penyediaan sarana dan prasarana Pelaksanaan proyek memerlukan sarana dan prasarana yang sesuai dengan fungsi pekerjaannya. Perusahaan harus senantiasa mencakupi kebutuhan sarana dan prasarana bagi pelaksanaan proyek. Jasa konstruksi tidak lepas dari peralatan yang harus dikelola dan harus memenuhi spesifikasi teknis yang ditetapkan. Penyediaan peralatan harus sesuai dengan kemampuan efektif dari peralatan yang digunakan untuk menjamin bahwa proyek dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan kriteria mutu yang ditetapkan.
110
111
3. Penyediaan material Perusahaan kontraktor kecil juga harus dapat menyediakan semua jenis material yang memenuhi spesifikasi teknis. Apabila terjadi penyimpangan atas spesifikasi harus diupayakan dengan material lainnya yang mempunyai kemampuan yang setara. Kontraktor kecil harus menetapkan segala tindakan penggunaan material atas persetujuan pengguna jasa dalam proyek karena pengadaan material member andil besar terhadap mutu.
Kontraktor kecil
harus mengendalikan pemasok material untuk menjamin kesesuai spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. 4. Kesehatan dan keselamatan kerja. Pelaksanaan proyek konstruksi yang berpindah-pindah lokasi dan banyak memakai tenaga lapangan dengan pendidikan rendah, rawan terhadap kecelakaan kerja, memerlukan penanganan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja yang terus menerus dan terpadu dengan Departemen Tenaga Kerja. 5. Pemeliharaan lingkungan kerja Pemeliharaan lingkungan kerja harus mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan proyek, lingkungan kerja bukan saja tempat kerja pelaksanaan proyek, seperti kantor proyek, gudang dan barak pekerja, tetapi juga lingkungan proyek seperti penduduk sekitar proyek tidak boleh terganggu, terpolusi dan bebas kebisingan proyek.
C. Faktor-Faktor TQM Yang Dikelola Dengan Baik a) Komunikasi Dari tabel diatas, variabel komunikasi menempati urutan pertama dengan persentase 100%. Penilaian 100% ini disebabkan semua responden setuju dalam menerapkan mutu, komunikasi memiliki peranan yang sangat penting karena untuk melakukan suatu perbaikan secara terus menerus diperlukan komunikasi yang langsung dan baik dari semua pihak yang terlibat didalam perusahaan. Berdasarkan hasil survey dapat diketahui bahwa pimpinan perusahaan untuk menciptakan kondisi kerja yang kondusif dan serasi sehingga para pekerja merasa nyaman bekerja didalam lingkungannya dan pimpinan perusahaan juga harus
mampu melaksanakan komunikasi secara terbuka dengan cara menerima masukan dan kritikan dari bawahannya. Komunikasi yang baik ini harus dipertahankan karena dengan komunikasi yang baik maka kerjasama yang dilakukan oleh perusahaan akan berjalan dengan baik dan lancar. Untuk mempertahankan komunikasi didalam perusahaan agar tetap terjaga dengan baik dapat dilakukan dengan cara pimpinan perusahaan kontraktor kecil memjamin bahwa semua tenaga kerja yang ada didalam perusahaannya mengetahui apa yang sedang berlangsung didalam perusahaannya, sehingga para tenaga kerja tersebut tidak merasa ditinggalkan dan percaya bahwa mereka merupakan bagian dari perusahaan itu sendiri. Semua orang didalam perusahaan haruslah melakukan komunikasi secara terbuka sehingga tercipta suasana kerja yang kondusif. Responden-responden yang disurvey mengaku bahwa mereka melakukan komunikasi dengan tenaga kerja yang berkerja diperusahaannya secara intensif melalui rapat-rapat harian dan mingguan. Pada saat rapat tersebut para tenaga kerja dapat mengeluarkan pendapat-pendapat mereka demi kemajuan pekerjaan yang dilakukan.
b) Komitmen Komitmen telah dikelola dengan baik oleh responden, ini terbukti dengan nilai persentase 93.75% baik. Sistem manajemen mutu diterapkan untuk efektifitas pekerjaan dan menghasilkan produk yang bermutu serta mampu memberikan kepuasan kepada pengguna jasa/owner. Setiap kontraktor kecil berharap agar pekerjaan yang dilakukannya dapat diterima oleh pengguna jasa/owner dan memperoleh keuntungan yang layak dari pekerjaan tersebut. Untuk itu dibutuhkan suatu komitmen dari perusahaan. Komitmen adalah kekuatan yang utama untuk menggerakkan mesin manajemen dalam menerapkan sistem mutu diperusahaan. Komitmen sangat penting untuk dilaksanakan oleh kontraktor kecil, semakin bulat dan kuat komitmen yang ditunjukkan oleh pimpinan semakin menunjukkan kemajuan pencapaian tujuan dari perusahaan, dan sebaliknya komitmen yang amburadul akan menghasilkan pekerjaan yang mengecewakan oleh pengguna
112
113
jasa/owner. Komitmen harus selalu dikomunikasikan kepada semua pekerja didalam perusahaan agar mereka memahami dan mampu menjalankan komitmen secara konsisten selama melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Semua pekerja harus mengetahui peran yang harus mereka jalankan dan bagaimana proses perbaikan dapat terus dilakukan. Alat yang paling efektif dalam membangun komitmen adalah menjamin bahwa semua pekerja mengetahui apa yang sedang berlangsung dan terjadi didalam perusahaan. Untuk itu dibutuhkan beberapa informasi yang terjadi secara terus menerus mengenai kapan dan bagaimana setiap orang yang dilibatkan, apa yang dibutuhkan dalam proses pekerjaan dan keberhasilan serta manfaat apa yang diperoleh. Selain itu pimpinan perusahaan juga harus mampu memastikan sumber daya yang dibutuhkan tersedia dengan cukup dan mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pengguna jasa. Komitmen terhadap penerapan mutu dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, yaitu: -
Mengkomunikasikan kepada seluruh tenaga kerja yang ada di perusahaan mengenai pentingnya memenuhi persyaratan yang diajukan oleh pengguna jasa/Owner.
-
Mengkomunikasikan kepada seluruh tenaga kerja mengenai pentingnya mengikuti persyaratan peraturan dan perundangan yang berlaku.
-
Menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu.
-
Melaksanakan tinjauan manajemen.
-
Menyediakan sumberdaya yang diperlukan
c) Quality Awareness Quality awareness telah dikelola dengan cukup baik, ini terbukti dengan persentasi 50% baik. Kontraktor kecil yang dijadikan responden untuk penelitian ini cukup menyadari bahwa mutu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pekerjaan. Tetapi pada penerapannya kontraktor kecil belum konsisten dalam menerapkan mutu yang ingin dicapai (mendapatkan material yang bermutu,
pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis). Padahal konsistensi dalam menerapkan mutu sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan usaha kontraktor kecil dimasa datang. Kontraktor kecil harus mampu terus menerapkan dan memelihara sistem mutu sesuai dengan yang diinginkan oleh pengguna jasa (owner).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan pemahaman akan mutu
(Quality awareness) dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan mutu dan dibutuhkan pemahaman dan pengertian akan konsep mutu yang ingin dicapai oleh seluruh pekerja didalam perusahaan kontraktor kecil.
IV. 5 Pengaruh Penerapan TQM untuk Mengatasi Permasalahan di Kontraktor Kecil. Kontraktor merupakan salah satu industri konstruksi yang mempunyai ciri-ciri khusus yaitu produk yang dihasilkan bersifat unik, investasi yang ditanamkan pada proyek konstruksi bersifat langsung, dan tenaga kerja konstruksi umumnya merupakan tenaga kerja yang bersifat entry point,artinya seorang buruh yang belum berpengalaman bekerja pada suatu proyek konstruksi dan setelah proyek selesai, buruh tersebut dapat mencari pekerjaan lain dengan pengalaman yang telah diperolehnya dan pada saat pelaksanaan konstruksi masih dijumpai adanya perubahan-perubahan dari pihak pemilik proyek. Permasalahan yang dihadapi saat ini oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak didalam industri konstruksi baik kontraktor skala kecil, menengah dan besar adalah bagaimana mengatasi karakteristik proyek konstruksi yang bergerak secara dinamis dan melibatkan banyak pihak dari berbagai latar belakang yang berbeda. Hal ini dapat diatasi bila perusahaan kontraktor tersebut memiliki seseorang pemimpin perusahaan dengan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan prinsipprinsip yang ada di TQM.
114
115
Gaya kepemimpinan yang ada di TQM adalah seseorang yang mampu mengembangkan visi, arah dan strategi perusahaan dimasa yang akan datang, mampu mengalokasikan sumber daya yang dibutuhkan, melakukan komunikasi dan kerjasama dengan pihak eksternal maupun internal, mampu memotivasi seluruh pekerja yang bekerja didalam perusahaan, dan memiliki kemampuan manajerial yang baik. Dengan memilki gaya kepemimpinan tersebut diharapkan perusahaan kontraktor kecil dapat terus memperbaiki kinerja perusahaannya baik segi kualitas maupun kuantitas proyek sehingga perusahaan kontarktor kecil dapat terus bertahan didalam kelasnya dan secara bertahap mampu meningkatkan skala usaha perusahaannya. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh kontraktor kecil saat ini adalah keterbatasan kemampuan manajerial. Permasalahan yang ditimbulkan oleh keterbatasan kemampuan manajerial adalah belum memiliki perencanaan jangka panjang, tingkat efisiensi pelaksanaan pekerjaan konstruksi masih rendah, belum memiliki hubungan kerjasama dengan kontraktor besar/menengah dalam hal transfer ilmu dan teknologi. Dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang ada di TQM, permasalahan-permasalahan yang tersebut, dapat sedikit demi sedikit direduksi sehingga kontraktor kecil dapat mampu terus bertahan didalam persaingan industri konstruksi. Kepemimpinan juga mampu membantu meningkatkan penerapan faktor-faktor TQM yang lainnya seperti komitmen, kebijakan dan strategi, kerjasama, komunikasi, karena struktur organisasi kontraktor kecil masih sederhana, sehingga seorang kepala perusahaan dengan gaya kepemimpinan yang ada didalam TQM mampu mendukung penerapan prinsip-prinsip yang lainnya. Kontraktor kecil saat ini telah melakukan komitmen terhadap penerapan mutu konstruksi, tetapi komitmen itu masih dalam tahap baru ingin menerapkan belum sampai dengan prosesnya. Karena penerapan mutu konstruksi tidak hanya ditentukan dari komitmen tapi dari seluruh proses kegiatan konstruksi yang ditentukan oleh faktor-faktor TQM lainnya.
Permasalahan yang dihadapi oleh kontraktor kecil saat ini selain kemampuan manajerial yang terbatas adalah keterbatasan sumber daya (manusia, peralatan dan material, metode dan finansial). Didalam menerapkan TQM, keterbatasan ini bisa diminimalisasikan dengan menerapkan manajemen sumber daya, manajemen sumber daya manusia dan manajemen proses. Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, kontraktor kecil akan mampu mengatasi permasalahan keterbatasan sumber daya, terutama keterbatasan di bidang sumber daya manusia. Prinsip manajemen sumber daya manusia dapat memberikan peningkatan mutu kepada hasil kerja konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor kecil. Hal ini disebabkan, staf engineer kontraktor kecil harus benar-benar melakukan pengawasan yang ketat terhadap hasil kerja dari tenaga kerja lepas/tukang sehingga mutu yang diinginkan dapat tercapai. Selain itu dengan menerapkan prinsip manajemen proses, kontraktor kecil akan lebih terfokus terhadap kemampuan dari aspekaspek metode konstruksi, teknologi, peralatan dan material yang akan digunakan yang dapat membantu meningkatkan kegiatan-kegiatan pokok dari pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan mampu meningkatkan kemampuan mengevaluasi risiko, konsekuensi dan dampak-dampak dari kegiatan yang dilakukan sehingga terjadinya kesalahan di masa yang akan datang dapat diminimalisasikan. Untuk meningkatkan kemampuan dalam mengevaluasi risiko, konsekuensi dan dampak-dampak dari kegiatan yang dilakukan, kontraktor kecil perlu menerapkan prinsip pembelajaran yang ada didalam TQM. Pembelajaran ini perlu selalu dilakukan oleh kontraktor kecil bila ingin masalah-masalah yang dihadapi berkurang, karena dengan pembelajaran kontraktor kecil akan belajar dari proyekproyek sebelumnya melalui catatan atau dokumentasi yang dibuat selama proses kegiatan konstruksi berlangsung. Dengan selalu melakukan pencatatan proses kegiatan konstruksi, kontraktor dapat lebih mengetahui kesalahan yang telah dibuat dan berusaha untuk tidak mengulangi lagi dimasa yang akan datang. Untuk terus mampu bertahan didalam kelasnya, kontraktor kecil perlu untuk melakukan perubahan, baik secara lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Dari lingkungan internal, kontraktor kecil perlu menciptakan sikap
116
117
saling keterbuka terhadap semua staf perusahaanya, saling memberikan motivasi untuk mengembangkan dirinya untuk meningkatkan kemampuan kinerjanya. Dari lingkunga eksternal, kontraktor kecil perlu melakukan hubungan kerjasama dan komunikasi kepada kontraktor dengan kelas yang sama atau kelas yang lebih besar (menengah/besar) untuk saling tukar informasi, sehingga kontraktor kecil dapat terus mengetahui perkembangan-perkembangan terbaru yang terjadi di industri konstruksi.