43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi perkembangan variabel 1.
Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia
Negara yang menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar adalah negara Jepang, nilai ekspor barang non migas ke Negara tersebut sekitar 16% pertahun dari total ekspor nonmigas Indonesia ke semua negara yang menjadi negara tujuan ekspor Indonesia. Diposisi kedua adalah negara Amerika dengan rata-rata 9% pertahun dari total ekspor Indonesia. Rata-rata pertumbuhan ekspor nonmigas indonesia dengan negara tujuan Amerika berada pada nilai 12,5% pertahunnya, kenaikan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1985 yakni mencapai 108,29% dari tahun sebelumnya. Sedangkan rata-rata pertumbuhan nilai ekspor nonmigas Indonesia dengan tujuan Jepang adalah 11,18% pertahunnya, dan pertumbuhan paling tinggi juga terjadi pada tahun 1985 yakni 92,06% dari tahun sebelumnya.
Selain Amerika dan Jepang, negara tetangga Indonesia yakni Malaysia juga termasuk dalam sepuluh negara tujuan utama ekspor Indonesia. Sejak tahun 1980 hingga tahun 2010 total nilai ekspor nonmigas Indonesia dengan negara tujuan Malaysia adalah 51.867 juta dollar/$
dengan
rata-rata
pertumbuhan
43
19,61%
pertahunnya.
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
Pertumbuhan ekspor nonmigas tujuan Malaysia tertinggi terjadi pada tahun 1988 dengan nilai 96,16%.
Negara yang menjadi tujuan ekspor Indonesia dengan nilai terbesar ketiga adalah Singapura. Pada tahun 2010 nilai ekspor dengan tujuan Singapura sekitar 8,70% dari total ekspor Indonesia. Pertumbuhan ekspor ke negara Singapura sekitar 10,60% pertahunnya, dengan nilai pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1987 yakni 45,64% dari tahun sebelumnya.
Negara yang terakhir adalah negara Thailand. Meskipun nilai ekspor nonmigas Indonesia dengan negara tujuan Thailand termasuk yang paling rendah dibandingkan dengan Amerika, Jepang, Malaysia, dan Singapura, namun persentase pertumbuhan nilai ekspor nonmigas negara tersebut menujukan angka yang paling tinggi. Sejak tahun 1980 sampai tahun 2010 rata-rata pertumbuhannya berada pada nilai 24,05% pertahunnya. Nilai pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1985 yakni 150,66% dari tahun sebelumnya. Hal tersebut perlu lebih diperhatikan pemerintah agar kedepan pertumbuhan ekspor nonmigas Indonesia dengan tujuan Thailand terus meningkat.
Tabel 4.1 Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia ke Negara Tujuan Utama Ekspor (Amerika, Jepang, Malaysia) Tahun 1980-2010 (dalam juta dollar/$) Amerika Jepang Malaysia pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan tahun nilai (%) nilai (%) nilai (%) 1980 731,3 1.758,70 59,9 1981 565,3 -22,7 1.104,90 -37,18 74,9 25,04 Bersambung ke halaman berikutnya
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id Lanjutan tabel 4.1
tahun 1982
Amerika pertumbuhan nilai (%) 584,9 3,47
Jepang pertumbuhan nilai (%) 905,7 -18,03
Malaysia pertumbuhan nilai (%) 59,1 -21,09
1983 1984
871,9 566,8
49,07 -34,99
1.038,50 551,6
14,66 -46,88
58 49,7
-1,86 -14,31
1985
1.180,60
108,29
1.059,40
92,06
76,6
54,12
1986 1987
1.295,90 1.660,80
9,77 28,16
1.253,40 1.882,30
18,31 50,18
82,3 93,8
7,44 13,97
1988 1989
1.842,10 2.032,10
10,92 10,31
2.645,40 3.775,30
40,54 42,71
184 225,8
96,16 22,72
1990 1991
2.387,20 2.732,60
17,47 14,47
3.061,00 3.613,20
-18,92 18,04
253,2 341,8
12,13 34,99
1992 1993
3.856,70 4.622,20
41,14 19,85
3.917,80 5.144,60
8,43 31,31
487,5 586
42,63 20,21
1994
5.190,20
12,29
5.493,90
6,79
738,5
26,02
1995 1996 1997 1998 1999
5.720,70 6.278,70 6.701,50 6.741,20 6.420,70
10,22 9,75 6,73 0,59 -4,75
6.706,50 7.018,90 6.939,80 5.338,40 5.697,60
22,07 4,66 -1,13 -23,08 6,73
986,6 1.109,70 1.357,20 1.358,50 1.335,90
33,6 12,48 22,3 0,1 -1,66
2000 2001
8.042,30 7.341,60
25,26 -8,71
7.398,90 6.705,50
29,86 -9,37
1.971,80 1.778,60
47,6 -9,8
2002 2003
7.168,10 6.957,10
-2,36 -2,94
6.428,70 6.830,40
-4,13 6,25
2.029,90 2.363,80
14,13 16,45
2004
8.272,30
18,9
8.383,50
22,74
3.016,00
27,59
2005 2006 2007 2008 2009 2010
9.507,90 10.682,60 11.311,30 12.531,20 10.470,00 13.326,40
14,94 12,35 5,89 10,78 -16,45 27,28
9.561,70 12.198,50 13.092,80 13.795,40 11.979,00 16.496,50
14,05 27,58 7,33 5,37 -13,17 37,71
3.431,30 3.789,60 4.593,20 5.984,60 5.636,30 7.753,50
13,77 10,44 21,21 30,29 -5,82 37,56
Sumber : BPS “Statistik Indonesia” berbagai edisi, data diolah.
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2 Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia ke Negara Tujuan Utama Ekspor (Singapura, Thailand) Tahun 1980-2010 (dalam juta dollar/$) Singapura Thailand pertumbuhan pertumbuhan nilai nilai tahun (%) (%) 1980 1.112,00 23,70 1981 963,80 -13,33 33,50 41,35 1982 817,10 -15,22 25,60 -23,58 1983 1.094,70 33,97 45,60 78,13 1984 603,90 -44,83 30,20 -33,77 1985 815,70 35,07 75,70 150,66 1986 773,90 -5,12 81,40 7,53 1987 1.127,10 45,64 85,30 4,79 1988 1.559,70 38,38 147,60 73,04 1989 1.642,80 5,33 248,00 68,02 1990 1.631,40 -0,69 184,00 -25,81 1991 2.268,30 39,04 265,10 44,08 1992 3.160,50 39,33 352,80 33,08 1993 3.197,30 1,16 467,70 32,57 1994 3.547,60 10,96 401,50 -14,15 1995 3.141,70 -11,44 702,90 75,07 1996 3.832,50 21,99 822,60 17,03 1997 4.823,70 25,86 848,40 3,14 1998 5.315,30 10,19 942,50 11,09 1999 4.446,80 -16,34 812,70 -13,77 2000 5.686,30 27,87 1.026,50 26,31 2001 4.569,90 -19,63 1.063,60 3,61 2002 4.691,50 2,66 1.227,40 15,40 2003 4.777,00 1,82 1.392,60 13,46 2004 5.394,00 12,92 1.976,20 41,91 2005 7.069,80 31,07 2.246,50 13,68 2006 7.831,60 10,78 2.054,00 -8,57 2007 8.990,30 14,80 2.646,90 28,87 2008 10.104,50 12,39 3.214,50 21,44 2009 9.102,00 -9,92 2.598,40 -19,17 2010 12.135,50 33,33 4.054,40 56,03 Sumber : BPS “Statistik Indonesia” berbagai edisi, data diolah.
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Perkembangan Gross Domestik Product (GDP) a. Amerika Nilai Gross domestik product (GDP) Amerika pada tahun 1980 berada pada nilai 2.788 milyar dollar, nilai tersebut terus bertambah dari tahun ketahun. Hingga tahun 2008 rata – rata pertumbuhan sebesar 6.0% pertahunnya, kemudian pada tahun 2009 sempat terjadi penurunan nilai GDP sebesar -2.5% namun ditahun berikutnya nilai pertumbuhan GDP Amerika Serikat kembali naik sebesar 4.2% menjadi 14.527 milyar dollar.
Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan GDP Amerika 1980-2010
Sumber: International Financial Statistics (IFS)
b. Jepang Nilai Gross Domestik Product (GDP) Jepang pada tahun 1980 berada pada nilai 242.839 milyar dollar, selama tahun 1980 sampai tahun 1997 pertumbuhannya terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 1998 pertumbuhannya menurun sebesar 2,1% dari nilai pada tahun sebelumnya yakni 515.644. Rata-rata pertahun Jepang mengalami pertumbuhan GDP sebesar 2,4%.
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.2 Grafik Pertumbuhan GDP Jepang 1980-2010
Sumber: International Financial Statistics (IFS)
c. Malaysia Rata-rata petumbuhan Gross Domestik Product (GDP) malaysia cukup besar yakni sekitar 9,5% pertahunnya. Pada tahun 1980 n ilai GDP Malaysia berada pada nilai 53.308 milyar dollar, GDP Malaysia terus meningkat dari tahun ketahun hingga pada tahun 2010 nilai tersebut bertambah menjadi 765.965 milyar dollar. Nilai tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai GDP Amerika dan Jepang. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi negara Malaysia sangat pesat.
Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan GDP Malaysia 1980-2010
Sumber: International Financial Statistics (IFS)
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Singapura Singapura mengalami pertumbuhan Gross Domestik Product (GDP) rata-rata 8,9% pertahunnya. Pada tahun 1980 nilai GDP Singapura berada pada nilai 25.091 milyar dollar, nilai tersebut terus mengalami fluktuasi hingga tahun 2010 nilai GDP Singapura sebesar 303.652 milyar dollar.
Gambar 4.4 Grafik Pertumbuhan GDP Singapura1980-2010
Sumber: International Financial Statistics (IFS)
e. Thailand Thailand mengalami pertumbuhan GDP rata-rata pertahun sebesar 9,6% pertahunnya, nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan GDP Malaysia. Meskipun demikian nilai GDP Thailand masih lebih kecil dibandingkan dengan keempat negara lain (Amerika, Jepang, Malaysia, Singapura) yakni sebesar 10.105 milyar dollar pada tahun 2010. Dengan pertumbuhan GDP sebesar 9,6% Thailand merupakan negara dengan pertumbuhan GDP terbesar dibandingkan empat negara lain (Amerika, Jepang, Malaysia, Singapura).
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.5 Grafik Pertumbuhan GDP Thailand 1980-2010
Sumber: International Financial Statistics (IFS)
3.
Inflasi a. Amerika Serikat Kondisi inflasi negara Amerika pada tahun 1980 merupakan kondisi inflasi tertinggi yang dialami Amerika sejak tahun 1980 sampai 2010. Pada tahun 1980 inflasi Amerika berada pada posisi 13,5% mulai menurun ditahun berikutnya pada nilai 10,3 %. Kemudian pada tahun tahun berikutnya nilai inflasi Amerika mulai menunjukan nilai yang stabil dengan nilai 3,1% pertahunnya. Amerika sempat mengalami deflasi sebesar -0,4% pada tahun 2009. Inflasi Amerika sejak tahun menunjukan rata-rata pertumbuhan sebesar 21,25% nilai tersebut termasuk dalam golongan inflasi sedang.
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.6 Grafik Pertumbuhan Inflasi Amerika1980-2010
Sumber : www.worldbank.org
b. Jepang Nilai inflasi Jepang pada tahun 1980 berada pada posisi 7,8%, nilai tersebut juga merupakan nilai inflasi terbesar yang dialami oleh Jepang sejak tahun 1980 hingga tahun 2010. Pada tahun berikutnya nilai inflasi Jepang turun -37,10% pada nilai 4,9% dan menunjukan fluktuasi yang stabil hingga tahun 1994. Mulai tahun 1995 sampai 2010 nilai inflasi Jepang menunjukan kecenderungan deflasi rata-rata 0,1% pertahunnya dan deflasi tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 1,3
Gambar 4.7 Grafik Pertumbuhan Inflasi Jepang 1980-2010
Sumber : www.worldbank.org
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Malaysia Malaysia merupakan negara yang tidak pernah mengalami deflasi mulai tahun 1980 sampai 2010. Nilai inflasi tertinggi yang pernah dialami malaysia berada pada tahun 1981 yaitu sebesar 9,7%. Rata-rata nilai inflasi pertahunnya pada posisi 3,1% dengan pertumbuhan sekitar 37,47% pertahunnya yang tergolong inflasi berat.
Gambar 4.8 Grafik Pertumbuhan Inflasi Malaysia 1980-2010
Sumber : www.worldbank.org
d. Singapura Kondisi inflasi tertinggi dialami oleh singapura pada tahun 1980 yakni berada pada posisi 8,5% dan dari tahun 1982 nilai inflasi Singapura menunjukan nilai yang stabil dengan nilai rata-rata 1,7% pertahunnya hingga tahun 2010. Singapura merupakan negara yang jarang mengalami deflasi, tercatat hanya tiga kali Singapura mengalami deflasi yaitu pada tahun 1986, 1998, 2002 dan deflasi terbesar pada tahun 1986 sebesar -1,4%.
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.9 Grafik Pertumbuhan Inflasi Singapura1980-2010
Sumber : www.worldbank.org
e. Thailand Selain Singapura dan Amerika negara tujuan ekspor Indonesia yang jarang mengalami deflasi dari tahun 1980 hingga tahun 2010 adalah Thailand. Thailand hanya sekali mengalami deflasi yakni pada tahun 2009 dengan nilai 0,9%. Nilai inflasi tertinggi Thailand juga berada pada tahun 1980 yakni sebesar 19,7%. Inflasi Thailand termasuk pada golongan inflasi ringan karena ratarata pertumbuhan pertahunnya sebesar 7,34%.
Gambar 4.10 Grafik Pertumbuhan Inflasi Thailand 1980-2010
Sumber : www.worldbank.org
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Kurs
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah sangat mempengaruhi perkembangan kurs suatu negara selain itu kondisi ekonomi dalam dan luar negeri juga berperan dalam perkembangan kurs. Nilai tukar mata uang suatu negara mengalami apresiasi ketika nilai uangnya meningkat relatif terhadap nilai mata uang negara lain. Perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap kelima mata uang negara tujuan ekspor Indonesia terus mengalami fluktuasi pada tiap tahunnya. Fluktuasi tersebut menujukan bahwa ada hubungan antara kelima negara tersebut dengan negara Indonesia.
a. Amerika Serikat
Posisi Rupiah terhadap USD pada tahun 1980 berada pada nilai 626 Rp/USD. Nilai tersebut terus mengalami perubahan hingga pada tahun 1998 nilai rupiah jatuh hingga 244.18% dari tahun sebelumnya yakni 10013.60 Rp/USD. Hal tersebut dialami ketika indonesia sedang berada pada krisis tahun 1998. Ditahun berikutnya nilai rupiah mulai terapresiasi 21% dan mulai stabil di posisi 9335Rp/USD.
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.11 Grafik Pertumbuhan Kurs Rp/USD 1980-2010
Sumber: International Financial Statistics (IFS), data diolah.
b. Jepang
Nilai rupiah terhadap yen pada tahun 1980 berada pada nilai 2.77Rp/Yen, pertumbuhan nilai rupiah terhadap yen mulai tahun 1980 cukup besar yakni sekitar 15,02% pertahunnya, dan terjadi depresiasi yang besar pada tahun 1998 sebesar 218,10% dari tahun sebelumnya. Ditahun berikutnya rupiah terhadap yen mulai terapresiasi dan nilai apresiasi terbesar terjadi pada tahun 2002 sebesar 12,05% dari tahun sebelumnya.
Gambar 4.12 Grafik Pertumbuhan Kurs Rp/Yen 1980-2010
Sumber: International Financial Statistics (IFS), data diolah.
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Malaysia
Mata uang rupiah terhadap ringgit pada tahun 1980 senilai 287Rp/Ringgit, ditahun berikutnya nilai rupiah terapresiasi 4,50% menjadi 274Rp/Ringgit. Angka pertumbuhan nilai rupiah/ringgit sampai tahun 1997 sekitar 9,2% pertahunnya dan jatuh pada tahun 1998 sebesar 146,7% dari tahun sebelumnya. Kemudian ditahun beikutnya sampai tahun 2010 nilai rupiah stabil dengan rata-rata 2536Rp/Ringgit.
Gambar 4.13 Grafik Pertumbuhan Kurs Rp/Ringgit 1980-2010
Sumber: International Financial Statistics (IFS), data diolah.
d. Singapura
Nilai rupiah terhadap dollar singapura (SGD) berada pada posisi 292.99Rp/SGD. Pertumbuhan nilai tukar Rp/SGD terus mengalami fluktuasi, hingga pada tahun 1998 mengalami depresiasi sebesar 205.02%. kemudian ditahun berikutnya menguat sebesar 22.48% menjadi 4648Rp/SGD dari sebelumnya 5996Rp/SGD. Nilai
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut terus mengalami fluktuasi hingga pada tahun 2010 berada pada posisi 6684Rp/SGD.
Gambar 4.14 Grafik Pertumbuhan Kurs Rp/SGD 1980-2010
Sumber: International Financial Statistics (IFS), data diolah.
e. Thailand
pertumbuhan nilai rupiah terhadap baht dari tahun 1980 sampai 1998 sekitar 7,28% pertahun, nilai pada tahun 1980 adalah 30Rp/Baht hingga pada tahun 1998 jatuh hingga mencapai 242Rp/Baht atau
160.97% dari tahun sebelumnya. Ditahun
berikutnya mulai terjadi apresiasi rupiah sebesar -14,19% menjadi 207. Nilai tersebut terus berfluktuasi hingga pada tahun 2010 nilai rupiah terhadap baht sebesar 286,85rupiah/baht.
Gambar 4.15 Grafik Pertumbuhan Kurs Rp/Baht 1980-2010
Sumber: International Financial Statistics (IFS), data diolah.
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dapat disimpulkan bahwa krisis ekonomi Indonesia tahun 1998 sangat mempengaruhi posisi rupiah terhadap mata uang negara lain. Dari kelima negara (Amerika, Jepang, Malaysia, Singapura, Thailand) tersebut nilai rupiah mengalami depresiasi lebih dari 100% dari tahun sebelumnya.
B. Analisis Data dan Pembahasan 1. Pemilihan Model Pendekatan a. Uji Chow Pengujian ini bertujuan untuk menentukan apakah Common effect atau Fixed effect yang akan digunakan dalam mengestimasi data. Hasil uji Chow dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Pool: POOL01 Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Cross-section F 16.832.342 -4,147 Cross-section Chi-square 58.447.610 4
Prob. 0.0000 0.0000
Sumber : Hasil Olahan E-views 6.0, 2013
Pada tabel diatas terlihat nilai Chi statistik adalah 58.447.610, sedangkan untuk chi-square diperoleh hasil sebesar 7,77. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model yang cocok digunakan adalah model Fixed karena chi-statistik > chi-square.
effect
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Hausman Test Pengujian ini bertujuan untuk menentukan apakah fixed effect atau random effect yang digunakan untk mengestimasi data. Hasil Hausman Test dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Hausman Test Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: POOL01 Test cross-section random effects Chi-Sq. Chi-Sq. Test Summary Statistic d.f. Cross-section random 0.747663 3
Prob. 0.8619
Sumber : Hasil Olahan E-views 6.0, 2013
Pada tabel diatas terlihat nilai Chi statistik adalah 0.747663, sedangkan untuk chi-square diperoleh hasil sebesar 6,25. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model yang cocok digunakan adalah model Random effect karena chi-statistik < chi-square.
c. Hasil Estimasi
Tabel 4.5 Estimasi Random Effect Variable C GDP?
Coefficient Std. Error 8.217.676 1.104.521 0.00971 0.0015
t-Statistic 0.744003 6.473.857
Prob. 0.458 0.000
INFLASI?
-1.181.440
6.515.088
-1.813.390
0.0718
KURS?
0.772215
0.08247
9.363.599
0.000
AMERIKA-C JEPANG-C
Random Effects (Cross) 1.183.595 8.831.304 Bersambung ke halaman berikutnya.
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lanjutan Tabel 4.5
MALAYSIA-C
-2.568.931
SINGAPURA-C
-4.046.147
THAILAND-C
5.062.508
Sumber : Hasil Olahan E-views 6.0, 2013
Interpretasi dari persamaan diatas adalah sebagai berikut :
a. Koefisien regresi variabel nilai GDP bertanda positif sebesar 0.009710 yang berarti jika nilai GDP naik 1 dollar maka Nilai ekspor nonmigas Indonesia akan mengalami peningkatan sebesar 0.009710 dollar dengan asumsi variabel inflasi dan kurs dianggap konstan. b. Koefisien regresi variabel inflasi bertanda negatif sebesar -118.1440 yang berarti jika inflasi naik 1% maka Nilai ekspor nonmigas Indonesia akan mengalami penurunan sebesar -118.1440 dollar dengan asumsi variabel GDP dan Kurs dianggap konstan. c. Koefisien regresi variabel kurs bertanda positif sebesar 0.772215 yang berarti jika kurs naik sebesar 1 Rupiah maka Nilai ekspor nonmigas Indonesia akan mengalami penurunan sebesar 0.772215 dollar dengan asumsi variabel GDP dan Inflasi dianggap konstan.
2. Uji Statistik a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji parsial (uji t) adalah uji secara indifidual dari semua koefisien regresi untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat sebagai berikut :
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Variabel GDP Inflasi Kurs
Tabel 4.6 Hasil Uji Signifikansi Parsial t-statistik Probabilitas Keterangan 6.473857 0.0000<0,10 Signifikan pada -1.813390 0.0718<0,10 Signifikan pada 9.363599 0.0000<0,10 Signifikan pada
= 10% = 10% = 10%
Sumber : Hasil Olahan E-views 6.0, 2013
T statistik dari variabel GDP sebesar
6.473857 dengan
probabilitas 0.0000 sign ifikan dan positif pada tingkat sign ifikansi 10%, artinya variabel GDP secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen Nilai ekspor Indonesia pada tingkat sign ifikansi 10%.
T statistik dari variabel Inflasi sebesar
-1.813390 dengan
probabilitas 0.0718 tidak signifikan dan negatif pada tingkat signifikansi 10%, artinya variabel Inflasi secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Nilai ekspor Indonesia pada tingkat signifikansi 10%.
T statistik dari variabel Kurs sebesar
9.363599 dengan
probabilitas 0.0000 sign ifikan dan positif pada tingkat sign ifikansi 10%, artinya variabel Kurs secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen Nilai ekspor Indonesia pada tingkat sign ifikansi 10%.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji simultan F adalah uji secara bersama-sama dari semua koefisien regresi untuk mengetahui signifikan atau tidaknya variabel independen terhadap variabel dependen.
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil mengolahan data, diperoleh nilai probabilitas
GDP, Inflasi dan Kurs secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Nilai ekspor nonmigas Indonesia. c. Koefisien Determinasi (R2 ) Uji determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan variabel-veriabel independen dapat dijelaskan oleh variasi variabel dependen.
Berdasarkan hasil estimasi awal, menunjukan bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0.578638 yang berarti 57,86% variabel Nilai ekspor dapat dijelaskan oleh variabel GDP, Inflasi dan Kurs. Sedangkan sisanya sebesar 42.14% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Variabel
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas r2 R2 Keterangan
GDP
0.298473 < 0.578638
Bebas Multikolinearitas
Inflasi
0.097823 < 0.578638
Bebas Multikolinearitas
Kurs
0.449220 < 0.578638
Bebas Multikolinearitas
Sumber : Hasil Olahan E-views 5.0, 2013
Berdasarkan hasil olah data menunjukan bahwa dalam persamaan
regresi
yang
digunakan
tidak
terjadi
masalah
multikolinearitas. Hal in i ditunjukan dengan nilai r2 semua variabel independen lebih kecil dari nilai R2. b. Uji Heterokedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi perbedaan varian dari residual pengamatan yang satu ke residual pengamatan
yang
lain.
Dalam
penelitian
ini
pengujian
heterokedastisitas dilakukan dengan membandingkan
hitung
dibandingkan dengan
hitung
tabel. Dalam model ini dieroleh
sebesar 66,54 yang didapat dari rumus:
hitung = n x
Kemudian dengan n = 115 dan k = 36, maka diperoleh df = 79 dibandingkan dengan
tabel sebesar 96,58. Apabila hitung, maka nilai
hitung 66,54 <
tabel
96,58, sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan tersebut bebas dari gejala heterokedastisitas.
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Interpretasi Ekonomi Berdasarkan hasil pengolahan regresi linear berganda, dapat dijelaskan hubungan antara
variabel independen terhadap variabel
dependen sebagai berikut.
a. Hasil Hausman test menggunakan pendekatan Random Effect.
Hasil pengujian panel data menggunakan pendekatan random effect diperoleh nilai konstanta (C) secara umum dan secara khusus per-negara, nilai konstanta umum sebesar 821.7676 yang berarti apabila variabel GDP, Inflasi, Kurs bernilai 0 maka nilai konstan dari variabel Nilai Ekspor adalah 821.7676, sedangkan konstanta secara khusus per-negara secara berurutan adalah:
1. Amerika 1183.595, yang berarti apabila variabel GDP, Inflasi, Kurs bernilai 0 maka nilai konstan dari variabel Nilai Ekspor adalah 1183.595. 2. Jepang 883.1304, yang berarti apabila variabel GDP, Inflasi, Kurs bernilai 0 maka nilai konstan dari variabel Nilai Ekspor adalah 883.1304. 3. Thailand 506.2508, yang berarti apabila variabel GDP, Inflasi, Kurs bernilai 0 maka nilai konstan dari variabel Nilai Ekspor adalah 506.2508. 4. Singapura -4.046147, yang berarti apabila variabel GDP, Inflasi, Kurs bernilai 0 maka nilai konstan dari variabel Nilai
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ekspor adalah -4.046147. Dengan kata lain Indonesia justru akan melakukan impor sebesar 4.046147. 5. Malaysia -2568.931, yang berarti apabila variabel GDP, Inflasi, Kurs bernilai 0 maka nilai konstan dari variabel Nilai Ekspor adalah -2568.931. Den gan kata lain Indonesia justru akan melakukan impor sebesar 2568.931.
b. Pengaruh GDP negara tujuan ekspor terhadap nilai ekspor nonmigas Indonesia.
variabel nilai GDP bertanda positif sebesar 0.009710 dengan probabilitas 0.0000 yang signifikan terha variabel inflasi dan kurs dianggap konstan. Nilai tersebut berarti jika nilai GDP naik 1 dollar maka Nilai ekspor nonmigas Indonesia akan mengalami peningkatan sebesar 0.009710 dollar. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis awal bahwa terbukti ada pengaruh yang signifikan dari GDP negara tujuan ekspor terhadap nilai ekspor nonmigas Indonesia ke lima negara tujuan utama ekpor.
Nilai GDP negara mitra yang mempengaruhi nilai ekspor nonmigas Indonesia juga sesuai teori, bahwa terdapat hubungan yang positif antara peningkatan GDP negara lain dengan ekspor dalam negeri. pertumbuhan ekonomi negara lain yang semaikin tinggi akan menyebabkan permintaan barang dan jasa meningkat. Hal tersebut
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga sesuai dengan hasil penelitian Savitri (2007) yang menunjukan adanya pengaruh PDB terhadap nilai ekspor Indonesia.
c. Pengaruh inflasi negara tujuan ekspor terhadap nilai ekspor nonmigas Indonesia
Variabel inflasi bertanda negatif sebesar -118.1440 dengan
menunjukan bahwa variabel inflasi negara tujuan ekspor berpengaruh terhadap nilai ekspor nonmigas Indonesia. Dengan demikian hipotesis awal sesuai dengan hasil estimasi yang menunjukan ada pengaruh yang signifikan antara variabel Inflasi terhadap nilai ekspor nonmigas Indonesia ke lima negara tujuan utama ekpor.
Hasil estimasi menunjukan bahwa nilai inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor non migas Indonesia, hal tersebut sesuai dengan teori bahwa tingginya nilai inflasi yang terjadi negara tujuan ekspor suatu negara akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat dinegara tersebut. Jika inflasi naik maka daya beli masyarakat akan menurun, yang berarti permintaan akan barang ekspor dari yang menjadi negara mitra dagangnya juga akan menurun.
d. Pengaruh kurs terhadap nilai ekspor nonmigas Indonesia.
Variabel kurs bertanda positif sebesar 0.772215 dengan probabilitas 0.0000 yang signifi nilai rupiah terhadap mata uang lain turun sebesar 1 Rupiah maka Nilai
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ekspor nonmigas Indonesia akan mengalami kenaikan sebesar 0.772215 dollar, sebaliknya apabila rupiah ter-apresiasi 1 rupiah maka akan menurunkan nilai ekspor sebesar 0.772215 dollar dengan asumsi variabel GDP dan Inflasi dianggap konstan. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang terbukti bahwa ada pengaruh negatif nilai tukar (kurs) terhadap nilai ekspor nonmigas Indonesia ke lima negara tujuan utama ekspor.
Hasil yang berbeda ditemukan oleh marbun (2006) dalam penelitiannya menunjukan bahwa nilai tukar (Kurs) berpengaruh positif terhadap nilai ekspor. Menurut marbun (2006) depresiasi akan meningkatkan resiko kerugian bagi eksportir dan meningkatkan biaya produksi, terutama sektor non migas dan manufaktur.