BAB II
VALUE PROPOSITION 2.1 ANALISA INDUSTRI 2.1.1 Industri Bisnis Karya Seni di Indonesia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan bahwa bisnis bidang seni rupa memiliki prospek cerah namun sekarang belum tergarap optimal, baik di pasar domestik maupun global. "Peluang bisnis di bidang seni rupa belum dieksplorasi dan bahkan belum digarap secara lebih optimal," kata Direktur Seni Rupa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Watie Moerany di Jakarta Jumat dalam rangkaian acara Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2012 yang digelar 21-25 November 2012 di Epiwalk Kuningan, Jakarta. Menurut Watie Moerany, perlu ada upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya terhadap karya seni rupa sebagai salah satu subsektor dalam industri kreatif. Diharapkan produk karya seni itu bisa memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat. Jika telah ada apresiasi yang besar dari masyarakat maka secara otomatis pasar akan mulai menggeliat dan merespons produk kreatif seni rupa.
Banyak pihak yang menilai seni rupa Indonesia memiliki potensi besar dan berperan penting karena banyak perupa asal Indonesia yang telah berhasil
15
16
menorehkan prestasi di forum-forum internasional. Seni rupa Indonesia dianggap memiliki ciri khas dan dinamika yang unik yang tidak dimiliki perupa dari negara mana pun di dunia.
2.1.2 Industri brand Apple di Indonesia GM Device Bundling and Customization Telkomsel Basuki Ebtayani (2015) menyatakan, pertumbuhan pengguna iPhone di Indonesia dan khususnya di jaringan Telkomsel
alami
pertumbuhan
yang signifikan. "Di
Telkomsel
pertumbuhan pengguna iPhone mencapai 100% year on year (yoy)," katanya selepas peluncuran iPhone 6 dan iPhone 6 Plus Dia optimistis, tahun ini jumlah pelanggan iPhone juga bakal tumbuh sama seperti tahun lalu. Basuki bilang, saat ini jika dibandingkan dengan pengguna Android ataupun Blackberry, jumlah pengguna bersistem operasi iOS alias iPhone masih mini. "Tercatat di Telkomsel ada 1,5 juta pelanggan iPhone dari 140 juta pelanggan kami," ungkapnya.
17
2.2 FIVE FORCE PORTER ANALYSIS
Gambar 2.1 Five Force Porter Dalam perencanaan dan perumusan strategi itu, bisnis ini dapat menggunakan pendekatan Lima Kekuatan Kompetitif (Five Competitive Forces) yang dicetuskan oleh Michael E. Porter dari Harvard Business School (1979). Model lima kekuatan kompetitif ini akan membantu bisnis ini, dalam menilai di mana letak kekuatan perusahaan media dari bisnis ini, dalam sebuah situasi bisnis.
Model Porter ini sebenarnya adalah alat strategic dalam bisnis, yang membantu bisnis ini dalam menilai intensitas persaingan dan dengan demikian menganalisis daya tarik sebuah struktur industri. Khususnya, industri media (media cetak, media siar, media online, dan lain-lain). Ini memungkinkan bisnis ini untuk menilai kekuatan posisi kompetitif bisnis sekarang, serta kekuatan posisi bisnis yang direncanakan untuk bisnis ini capai nantinya
18
Rivalry Among Competitor (High) Persaingan konvensional terjadi di mana setiap perusahaan selalu berusaha sekeras mungkin untuk merebut pangsa pasar perusahaan lain. Konsumen merupakan obyek persaingan dari perusahaan sejenis yang bermain di pasar. Perusahaan yang dapat memikat hati konsumen akan dapat memenangkan persaingan. Untuk dapat memikat konsumen, berbagai cara dilakukan, mulai dari memberikan fasilitas khusus, pemberian kredit dengan syarat ringan, harga murah, atau diskon.
Dalam pengimplikasian teori rivalry among competitor dalam industri ini, persaingan aksesoris gadget terhitung tinggi, dikarenakan variasi dari aksesoris gadget sangat beragam dan pengguna gadget di Indonesia terhitung berjumlah besar sehingga peluang konsumen untuk menggunakan aksesoris gadget sangat besar.
Threat of Subtitutes (High) Produk pengganti secara fungsional mempunyai manfaat yang serupa dengan produk utama (asli), namun memiliki kualitas produk dan harga yang lebih rendah. Umumnya, produk pengganti disenangi oleh orang yang berpenghasilan rendah, tetapi ingin tampil dengan status lebih tinggi dari keadaan sebenarnya. Misalnya, untuk tampil gaya, seseorang tidak perlu membeli arloji Rolex asli buatan Swiss, yang harganya sangat mahal. Sebagai gantinya, orang itu bisa membeli produk Rolex imitasi buatan China, yang jauh lebih murah tetapi sangat mirip dengan Rolex asli.
19
Ancaman dari produk-produk pengganti yang dimaksud di sini adalah seberapa mudah pelanggan/konsumen produk dari bisnis ini dapat berpindah ke produk pengganti. pengertian produk pengganti itu bisa berbeda dari jenis produk bisnis ini, tetapi memenuhi kebutuhan yang sama di pihak pengguna/konsumen.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, dalam industri ini yang dapat menjadi ancaman substitute dari produk bisnis ini adalah jenis produk yang sama persis, hanya saja teknik produksi yang digunakan yang membedakannya dengan produk lain dengan grafis atau ilustrasi yang lebih menarik mata calon konsumen.
Bargaining Power of Customer (High) Pembeli akan selalu berusaha mendapatkan produk dengan kualitas yang baik dan harga murah. Sikap pembeli semacam ini berlaku universal dan memainkan peran yang cukup menentukan bagi perusahaan. Jika harga suatu produk dinilai jauh lebih tinggi dari kualitasnya (harganya tidak mencerminkan kualitas yang sepantasnya) maka pembeli atau konsumen tidak akan membeli produk perusahaan kita.
Kekuatan tawar pihak pembeli berarti seberapa besar kekuatan kontrol yang dimiliki pihak pembeli, untuk menekan harga produk dari bisnis ini sehingga jadi lebih murah. Apakah mereka bisa bekerja bersama untuk memesan produk dalam jumlah besar. Pihak pembeli memiliki kekuatan tawar yang besar, ketika:
20
o Jumlah pembeli sedikit, tetapi barang yang tersedia banyak
o Pembeli membeli dalam kuantitas yang besar
o Produk-produk tidak terdiferensiasi
o Biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak pembeli untuk beralih ke produk kompetitor adalah rendah
o Biaya pembelanjaan (shopping cost) rendah
o Pihak pembeli sensitif terhadap harga
Dalam industri aksesoris gadget daya tawar konsumen tinggi karena dalam industri ini produk yang ditawarkan sudah cukup banyak dan konsumen menjadi sangat selektif dengan produk-produk yang ditawarkan di pasar.
Bargaining Power of Supplier (Low) Kekuatan tawar pihak pemasok berarti seberapa kuat posisi seorang penjual. Seberapa besar pemasok bisnis terebut memiliki kontrol terhadap peningkatan harga pasokan. Para pemasok akan lebih kuat, ketika:
. Para pemasok terkonsentrasi dan terorganisasi dengan baik . Hanya sedikit pengganti yang tersedia terhadap pasokan
21
. Produk mereka adalah yang paling efektif atau unik . Biaya untuk berpindah produk (switching cost), dari satu pemasok ke pemasok yang lain adalah tinggi Ketika pemasok memiliki lebih banyak kontrol terhadap pasokan dan harganya, maka segmen pasar ini menjadi kurang menarik. Cara terbaik adalah untuk membuat hubungan menang-menang (win-win relation) dengan pemasok. Adalah ide yang baik untuk bisnis ini dalam memiliki banyak sumber pasokan, sehingga mengurangi ketergantungan pada pemasok tertentu.
Dalam industri aksesoris gadget khusunya casing, supplier memiliki bargaining power yang rendah karena bisnis ini dapat menemukan banyak supplier yang memasok bahan baku dengan kualitas yang serupa .
Threat of New Entrance (High) Pendatang baru yang dimaksud di sini adalah perusahaan yang memasuki industri, dengan membawa kapasitas baru dan ingin memperoleh pangsa pasar yang baik dan keuntungan. Masuknya pesaing baru ke pasar juga akan melemahkan kekuatan dari bisnis ini. Namun ancaman dari pendatang baru ini tergantung pada hambatan untuk masuk (entry barriers) atau keluar (exit barriers) dari industri bersangkutan. Hambatan masuk itu, misalnya, perizinan, hak paten, investasi yang mahal, teknologi yang canggih, sulitnya memperoleh sumberdaya manusia yang andal, dan sebagainya.
22
Dalam industri aksesoris gadget, pemain baru sangat mudah untuk ikut bersaing dalam industri ini karena dari modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar, dan bahan baku yang mudah didapatkan, dengan potensi pasar yang masih banyak.
Jadi dari hasil analisa five force porter yang telah disaring ini, muncul sebuah konklusi bahwa dalam bisnis ini harus memiliki product differentiation yang sangat kuat, hal ini dikarenakan telah banyak produk serupa.
2.3 IDEA GENERATION Setelah mengobservasi seni ukir Bali beserta sejarah dan nilai filosofis yang tertuang didalamnya hingga peluang bisnis karya seni yang masih cerah dalam pasar domestik. maka muncullah sebuah ide bisnis untuk mencampurkan keindahan budaya seni ukir Bali dan perkembangan teknologi sekarang dengan menawarkan produk ke konsumen berupa sebuah karya seni murni hasil perpaduan seni ukir budaya Bali yang diadaptasikan dalam wujud produk modern yang dalam kesehariannya konsumen produk yang ditargetkan sudah sangat familiar. Dalam pengadaptasiannya, bisnis ini menggunakan aksesoris gadget sebagai produk yang terbaik untuk mengexpresikan keindahan seni ukir Bali dengan perkembangan teknologi untuk sekarang.
Tujuan dibalik bisnis ini diciptakan adalah untuk mengajak konsumen untuk melihat dan mengapresiasi sebuah hasil karya yang telah turun temurun dibawa oleh
23
nenek moyangnya yang memiliki nilai estetika yang tinggi dengan nilai moral yang terkandung didalam masing-masing karya yang diciptakan dan diukir langsung oleh pengukir yang telah lama menggelut di dunia seni ukir Bali.
Bisnis ini juga mengajak konsumen untuk menyadari bahwa ini hanyalah satu dari beraneka ragam karya seni tradisional milik Indonesia yang telah ada jauh sebelum mereka lahir. Maka itu bisnis ini diharapkan dapat membuka mata konsumen atas keindahan dari seni tradisional secara keseluruhan dan diharapkan agar seni tradisional dapat dilestarikan dan diceritakan ke anak cucunya tentang indahnya karya seni tradisional dari kampung halamannya.
2.4 VALUE PROPOSITION Value Proposition dari bisnis ini berawal dari Seni ukir Bali yang memiliki sebuah nilai estetika yang sangat tinggi dengan hasil presentasi karya yang memiliki kualitas tinggi. Pola atau corak hiasan dari masing-masing karya yang diukir oleh pengrajin seni ukir Bali memiliki makna sebagai suatu pola atau corak hiasan yang terungkap sebagai ekspresi jiwa manusia terhadap keindahan atau pemenuhan kebutuhan lain yang bersifat estetik. Hal ini diwujudkan dalam kehidupan masyarakat tradisi maupun modern. Oleh karena itu Value Proposition dari bisnis ini adalah setiap desain yang terdapat dalam produk yang diproduksi memiliki makna dan cerita mengandung nilai-nilai kehidupan, seperti kebenaran, cinta kasih, kebijaksanaan, kesetiaan dan keharmonisan.
24
2.4.1 Points of differentiation POD adalah atribut-atribut atau keunggulan yang diasosiasikan dengan kuat oleh konsumen dengan brand yang bisnis ini kelola, dievaluasi secara positif, dan dipercaya para konsumen bahwa mereka sulit atau bahkan tidak dapat menemukan POD yang sama dalam penawaran dari merek-merek kompetitor. Karenanya, POD harus bersifat favorit, unik, dan kuat. Sebagai contohnya Lexus (kualitas), Nike (performa), dan Volvo (keamanan). Dalam pengaplikasiannya kedalam bisnis ini, points of difference dari produk yang ditawarkan bisnis ini berangkat dari value proposition dari bisnis ini, yaitu setiap desain yang terdapat dalam produk yang diproduksi memiliki makna dan cerita mengandung nilai-nilai kehidupan, seperti kebenaran, cinta kasih, kebijaksanaan, kesetiaan dan keharmonisan yang sesuai dengan ciri khas seni ukir tradisional budaya Bali
2.4.2 Points of parity POP adalah asosiasi-asosiasi terhadap merek yang tidak bersifat sangat penting atau unik, namun sama-sama dimiliki oleh merek-merek lain yang menjadi kompetitor dari bisnis ini. POP biasanya tidak menjadi alasan konsumen untuk memilih merek, namun absennya POP dapat menjadi alasan kuat yang menurunkan nilai merek. Secara umum, kategori-kategori POP dapat berubah seiring waktu karena faktor kemajuan teknologi, peraturan pemerintah, atau tren konsumen, namun bisa
25
dipastikan bahwa kehadiran POP adalah wajib jika merek yang bisnis ini kelola ingin tetap eksis di dalam pasar. Dalam pengaplikasiannya terhadap bisnis ini, produk yang ditawarkan dari bisnis ini pada dasarnya memiliki fungsi yang sama sebagai sebuah casing gadget, yaitu tak lain adalah dengan melindungi dan menambah nilai estetika dari gadget yang dimiliki masing-masing konsumen.
2.5 TEORI PENDUKUNG Demi kelancaran berjalannya Business Model ini, maka dibutuhkan teori-teori dasar pemasaran yang sesuai dengan bisnis ini sebagai pedoman untuk mendirikan bisnis ini, berikut adalah teori-teori yang digunakan untuk mendukung kelancaran pembuatan bisnis ini
26
2.5.1 TEORI BUSINESS MODEL CANVAS
Gambar 2.1. Bisnis Model Kanvas Bisnis Model Kanvas adalah sebuah konsep bisnis yang terintegrasi, konsep dari bisnis ini dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur, Bisnis Model Kanvas berhasil mengubah konsep bisnis yang rumit menjadi sederharna. Dengan pendekatan kanvas, model bisnis ditampilkan dalam satu lembar kanvas, berisi peta 9 elemen (kotak). Karena kesederharnaannya, metode kanvas dapat mendorong sebanyak mungkin karyawan terlibat dalam pengembangan model bisnis organisasinya.
Elemen dalam bisnis model kanvas mencakup customer segment, value propositions, channel, customer relationship, revenue stream, key resource, key
27
activity, key partnership, dan cost structure . Untuk menyusun model bisnis menggunakan pendekatan ini dimulai dari customer segment, value propositions, channel, customer relationship, revenue stream, key resource, key activity, key partnership, dan cost structure.
Customer Segments Hal pertama yang ada dalam Bisnis Model Kanvas adalah Customer Segment. Dalam menjalankan roda bisnisnya, pertama-tama organisasi harus menetapkan siapa yang ahrus dilayani. Organisasi dapat menetapkan untuk melayani satu atau lebih segment. Penetapan segment ini akan menentukan komponen-komponen lain dalam model bisnis.
Value Propositions Elemen kedua dari bisnis model kanvas adalah value propositions. Value propositions adalah manfaat yang ditawarkan organisasi kepada segment pasar yang dilayani. Value propositions akan menentukan segment pelanggan yang dipilih atau sebaliknya. Value proposition juga akan mempengaruhi komponen lain seperti channel dan customer relationship.
28
Channel Elemen ketiga dari bisnis model kanvas adalah channel. Channel merupakan sarana bagi organisasi untuk menyampaikan value propositions kepada customer segement yang dilayani. Channel berfungsi dalam beberapa tahapan mulai dari kesadaran pelanggan, sampai ke pelayanan purna jual. Dua elemen lain yang diperhitungkan secara cermat dalam membuat model channel adalah value propositions dan customer segment.
Revenue Stream Elemen keempat dari bisnis model kanvas adalah revenue stream. Revenue Stream merupakan komponen yang dianggap paling vital. Umumnya organisasi memperoleh pendapatan dari pelanggan. Meskipun demikian, banyak organisasi bisa membuka aliran masuk pendapatan dari “kantong”, bukan pelanggan langsung.
Customer Relationship Elemen kelima dari bisnis model kanvas adalah customer relationship. Customer Relationship merupakan cara organisasi menjalin ikatan dengan pelanggannya. Contoh dari customer relationship. Customer relationship penting untuk meningkatkan loyalitas dari pelanggan agar mereka tetap mau membeli produk atau menggunakan jasa bisnis ini.
29
Key Activities Elemen keenam dari bisnis model kanvas adalah key activities. Key Activities adalah kegiatan utama organisasi untuk dapat menciptakan value propositions.
Key Resources Elemen ketujuh dari bisnis model kanvas adalah key resources. Key Resources merupakan sumber daya milik organisasi yang digunakan untuk mewujudkan value propositions. Sumber daya umumnya berwujud manusia, teknologi, peralatan, channel, maupun brand.
Key Partnership Elemen kedelapan dari bisnis model kanvas adalah key partnership. Key partnership merupakan sumber daya yang diperlukan oleh organisasi untuk mewujudkan value proposition, tetapi tidak dimiliki oleh organisasi tersebut. Pemanfaatan key partnership oleh perusahaan dapat berbentuk outsourcing, joint venture, joint operation, atau aliansi stratergis
Cost Structure Elemen terakhir dari bisnis model kanvas adalah cost structure. Cost Structure adalah komposisi biaya untuk mengoperasikan organisasi. Mewujudkan
30
value proposition yang diberikan kepada pelanggan. Cost structure yang effisien, menjadi kunci besarnya laba yang diperoleh oleh organisasi. (sumber: Manajemen, Tim PPM, 2012)
2.5.2 MARKETING MIX (4P) Marketing Mix menurut Armstrong dan Kotler (2000:37) merupakan logika pemasaran yang dimana dalam harapannya dari segi bisnis mampu meraih tujuannya di dalam industri pemasaran. Dalam Industri produk terapat empat elemen yang dapat mewakilkan pembauran dari pemasaran, Pembauran tersebut dijabarkan dalam gambar ini
Gambar 2.2. Marketing Strategy 4P
31
Strategi Pengembangan Produk (Product)
Gambar 2.3 Product Category Menurut Kotler dalam dalam Strategi pemasaran produk/ merk dapat dilakukan dengan cara: 1.
New brands
adalah
strategi
mengenalkan
produk
dengan
cara
menggunakan merk baru untuk kategori produk lama.
2. Line extension adalah sebuah strategi mengenalkan sebuah produk baru melalui ataudibawah naungan suatu produk yang memiliki merek atau brand yang telah ada sebelumnya. Product Line Extension terjadi pada saat perusahaan memperkenalkan barang tambahan didalam kategori produk yang sama dibaw ah nama merek yang sama, biasanya dengan ciri yang baru, seperti rasa baru, bentuk, warna, bahan sebagainya.
– bahan yang ditambah, ukuran kemasan dan
32
3.Brand extension adalah mengembangkan sebuah produk dengan kategori baru tetapitetap merek yang sama.
4. Multi brands
strategi
mengenalkan
sebuah
produk
dengan
cara
menggunakan brand baru untuk kategori produk lama. Dalam pendekatan ini, produk sama s aja dengan yang sebelumnya, tetapi merknya dibuat berbeda. Dengan demikian, sebuah perusahaan bisa memiliki beberapa merk untuk produk yang sama
Strategi Penetapan Harga (Price)
Gambar 2.4 Pricing Category
33
Strategi penetapan harga produk baru, yaitu: 1. Premium Strategy dapat digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan produk bermutu tinggi dan memasang harga tinggi pula.
2. Good-value Strategy merupakan stratergi penetapan harga yang bertujuan untuk menyerang pemasang harga premium dengan memproduksi jenis produk yang sama namun dengan harga dibawah pesaingnya yang berada dalam kelas premium
3. Overcharging Strategy merupakan strategi pemasangan harga tinggi, tetapi kualitas produknya tidak sebanding dengan harga yang ditawarkan.
4. Economy Strategy menghasilkan produk bermutu rendah dan memasang harga rendah. Strategi ini dapat bersama-sama ada di pasar yang sama sepanjang pasar terdiri paling sedikit dua kelompok pembeli, yang mencari mutu dan yang mencari harga rendah.
34
Strategi Pemasaran Distribusi (Place) Distribusi (place) merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan agar produk dapat diperoleh dengan mudah tersedia bagi konsumen sasaran sebagaian besar produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produk. Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibutuhkan strategi distribusi yang tepat untuk menyalurkan barang atau jasa dagangannya ke tangan konsumen. Berikut ini adalah metode distribusi yang dapat dipilih oleh suatu perusahaan bisnis untuk memaksimalkan laba : 1.Strategi Distribusi Intensif Strategi distribusi yang menempatkan produk dagangannya
pada
banyak retailer atau pengecer serta distributor di berbagai tempat. Teknik ini sangat cocok digunakan untuk produk atau barang kebutuhan pokok seharihari yang memiliki permintaan dan tingkat konsumsi yang tinggi. Contoh seperti sembako, rokok, sikat gigi, odol, sabun, deterjen, dan lain sebagainya.
2.Strategi Distribusi Selektif Metode distribusi yang menyalurkan produk barang atau jasa pada daerah pemasaran tertentu dengan memilih beberapa distributor atau pengecer saja pada suatu daerah. Di antara distributor atau pengecer akan terdapat suatu persaingan untuk merebut konsumen dengan cara, teknik dan strategi masing-masing. Contoh saluran distribusi selektif adalah produk
35
elektronik, produk kendaraan
bermotor, sepeda, pakaian, buku, dan lain
sebagainya.
3.Strategi Distribusi Eksklusif Memberikan hak distribusi suatu produk pada satu dua distributor atau pengecer saja pada suatu area daerah. barang atau jasa yang ditawarkan oleh jenis distribusi eksklusif adalah barang-barang dengan kualitas dan harga yang tinggi dengan jumlah konsumen yang terbatas. Contoh distribusi ekslusif adalah seperti showroom mobil, factory outlet, restoran waralaba, multi level marketing / pasif income, mini market, supermarket, hipermarket, dan lainlain.
Strategi Pemasaran Promosi (Promotion) Strategi promosi menurut Moekijat (2000 : 443) : “strategi promosi adalah kegiatan perusahaan untuk mendorong penjualan dengan mengarahkan komunikasikomunikasi yang meyakinkan kepada para pembeli. Menurut Lamb, Hair, McDaniel (2001 : 146) :“ Strategi promosi adalah rencana untuk penggunaan yang optimal dari elemen-elemen promosi : periklanan, hubungan masyarakat, penjualan pribadi dan promosi penjualan”.
36
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa strategi promosi merupakan kegiatan yang direncanakan dengan maksud membujuk, merangsang konsumen agar mau membeli produk perusahaan sehingga tujuan untuk meningkatkan penjualan diharapkan dapat tercapai.
Menurut Kotler & Armstrong (2002:656) variabel-variabel yang ada di dalam promotional mix ada lima unsur, yaitu: a. Periklanan (Advertising ) Segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi non pribadi dalam bentuk gagasan, barang atau jasa.
b. Penjualan Personal ( Personal Selling ) Presentasi
pribadi
oleh
para
wiraniaga
perusahaan
dalam
rangka
mensukseskan penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan.
c. Promosi penjualan ( Sales Promotion) Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa.
d. Hubungan masyarakat ( Public Relation) Membangun hubungan baik dengan publik terkait untuk memperoleh dukungan, membangun "citra perusahaan" yang baik dan menangani atau menyingkirkan gosip, cerita dan peristiwa yang dapat merugikan.
37
e. Pemasaran langsung (Direct Marketing ) Komunikasi langsung dengan pelanggan yang diincar secara khusus untuk memperoleh tanggapan langsung
2.5.3 NEW PRODUCT DEVELOPMENT Menurut Crawford dalam bukunya yang berjudul New Products Management. Kata New Product dapa memiliki beragam makna bagi beberapa orang. Istilah New Product sendiri memiliki beragam jenisnya. Dimana terdapat 6 jenis kategori yang termasuk dalam istilah New Product, yaitu : 1. New-to –the world Products : Jenis produk ini diciptakan untuk menciptakan pasar baru, seperti contoh : Polaroid Camera, Sony Walkman, Palm Pilot, HP’s Laser Printer, dan Rollerblade inline skates
2. New to the Firm Products / New Product Lines : Jenis produk ini sebenarnya tidak baru di pasaran, namun terhitung baru bagi beberapa perusahaan tertentu, contoh : Hallmark Gift Items, Canon’s Laser Printer.
3. Additions to Existing Product Lines : Jenis produk ini merupakan penambahan dari jenis lini produk yang sebelumnya pernah dirilis di pasaran. Produk ini dirancang untuk diperbaharui atau diadapatasikan agar sesuai
38
dengan target pasar yang dipilih perusahaan tersebut, contoh : Apple iMac, dan HP’s Laser Jet Printer 7p (dirancang untuk penggunaan didalam rumah)
4. Improvements and Revisions to Existing Products : Produk ini sebenarnya sudah dirilis di pasaran sebelumnya oleh brand yang bersangkutan, hanya saja dilakukan sedikit pembaruan, contoh : Deterjen Tide yang di revisi sekian kalinya
5. Repositioning : Jenis produk ini sebenarnya sudah ada di pasaran sebelumnya, hanya saja produk ini ditargetkan ulang untuk digunakan sebagai produk dengan peran penggunaan yang berbeda dari sebelumnya, contoh : Aspirin yang sebelumnya digunakan sebagai obat sakit kepala, kini digunakan sebagai safeguard dari serangan jantung
6. Cost Reductions : Jenis produk ini sudah ada di pasaran dengan peran yang sama, hanya saja terdapat pengurangan/potongan dari harga dari produk tersebut.
2.5.4 SEGMENTASI PSIKOGRAFIS Menurut Kotler (2010) Variabel geografis dan demografi secara tradisional menjadi variabel utama dalam segmentasi pasar. Meskipun demikian, harus juga dipertimbangkan faktor psikografis (kelas sosial, personalitas, dan gaya hidup ) yang
39
membedakan setiap orang dalam kelompok geografis atau demografi . Dalam segmentasi psikografi, pasar dibagi dalam sejumlah kelas sosial, karakteristik personal, dan atau gaya hidup
Kelas Sosial Karakteristik yang berbeda dan keinginan orang-orang dalam kelas yang berbeda untuk membuat sebuah kelas sosial berbasiskan segmentasi pasar seperti untuk minuman, perabotan, layanan keuangan, mobil, pakaian, hotel, aktivitas hiburan, dll. Para penjual seringkali menggunakan kelas sosial dalam melakukan segmentasi pasar mereka. Departemen store yang mewah, misalnya, yang melayani kelas atas saat toko diskon yang murah melayani pasar keluarga dan kelas yang dibawahnya.
Personalitas Ketika para pemasar mencoba segmen pasar berdasarkan variabel personalitas, mereka mencoba untuk menawarkan brand yang menggambarkan (atau “personalitas brand”) yang akan terlihat khusus bagi konsumen . Hal ini bisa dijabarkan meliputi kompulsif, kompetitif, ektrovet, ramah, otoriter, ambisius, dan agresif .
Gaya Hidup Segmentasi berdasarkan gaya hidup adalah metode terbaru dalam mengenali aspek dalam kehidupan orang-orang dalam melakukan pembelian.
40
2.5.6 PRICING STRATEGY terdapat tujuh metode penetapan harga yang termasuk dalam metode penetapan harga berbasis permintaan, yaitu:
Skimming Pricing Strategi ini diterapkan dengan jalan menetapkan harga yang tinggi bagi suatu produk baru atau inovasi dalam tahap perkenalan, kemudian menurunkan harga tersebut pada saat persaingan mulai ketat. Strategi ini baru bisa berjalan baik jika konsumen tidak sensitif terhadap harga, tetapi lebih menekankan pertimbanganpertimbangan kualitas, inovasi, dan kemampuan produk tersebut dalam memuaskan kebutuhan.
Penetration Pricing Dalam Strategi ini perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk baru dengan harga rendah dengan harapan akan dapat memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu relatif singkat. Tujuan dari strategi ini untuk mencapai skala ekonomis dan mengurangi biaya per unit. Pada saat bersamaan strategi penetrasi juga dapat mengurangi minat dan kemampuan pesaing karena harga yang rendah menyebabkan marjin yang diperoleh setiap peusahaan menjadi terbatas.
41
Prestige Pricing Merupakan strategi menetapkan tingkat harga yang tinggi sehingga konsumen yang sangat peduli dengan statusnya akan tertarik dengan produk tersebut, dan kemudian membelinya. Sedangkan apabila harga diturunkan sampai tingkat tertentu, maka permintaan terhadap barang atau jasa tersebut akan turun. Produk-produk yang sering dikaitkan dengan prestige pricing antara lain adalah permata, berlian, mobil mewah, dan sebagainya.
Price Lining Lebih banyak digunakan pada tingkat pengecer. Di sini, penjual menentukan beberapa tingkatan harga pada semua barang yang dijual. Sebagai contoh: sebuah toko yang menjual berbagai macam sepatu dengan model, ukuran dan kualitas yang berbeda, menentukan 3 tingkatan harga yaitu Rp. 30.000,-; Rp. 50.000,-; dan Rp. 100.000, -. Hal ini akan memudahkan dalam pengambilan keputusan bagi konsumen untuk membeli dengan harga yang sesuai kemampuan keuangan mereka.
Odd-Even Pricing Metode penetapan harga ini sering digunakan untuk penjualan barang pada tingkat pengecer. Dalam metode ini, harga yang ditetapkan dengan angka ganjil atau harga yang besarnya mendekati jumlah genap tertentu. Misalnya harga Rp. 2.975 bagi
42
sekelompok konsumen tertentu masih beranggapan harga tersebut masih berada dalam kisaran harga Rp 2.000-an.
Demand-Backward Pricing Adalah penetapan harga dimana melalui proses berjalan ke belakang, maksudnya perusahaan memperkirakan suatu tingkat harga yang bersedia dibayar konsumen, kemudian perusahaan menentukan margin yang harus dibayarkan kepada wholesaler dan retailer. Setelah itu baru harga jualnya dapat ditentukan.
Bundle Pricing Merupakan strategi pemasaran dua atau lebih produk dalam satu harga paket. Metode ini didasarkan pada pandangan bahwa konsumen lebih menghargai nilai suatu paket tertentu secara keseluruhan daripada nilai masing-masing item secara individual. Misalnya travel agency, menawarkan paket liburan yang mencakup transportasi, akomodasi, dan konsumsi. Metode ini memberikan manfat besar bagi pembeli dan penjual. Pembeli dapat menghemat biaya total, sedangkan penjual dapat menekan biaya pemasarannya.
43
2.5.7 SWOT ANALYSIS Menurut Kotler dalam bukunya yang berjudul Marketing Management, SWOT merupakan evaluasi secara keseluruhan dari keunggulan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari sebuah perusahaan. SWOT adalah sebuah cara untuk mengawasi ruang lingkup luar dan dalam dari lingkungan pemasaran.
Internal Environment (Strength & Weakness) merupakan cara untuk menentukan peluang yang atraktif dari perusahaan ini namun dapat digunakan juga sebagai cara untuk mengalahkan perusahaan itu. Masing-masing
bisnis
harus
mengevaluasi
kekuatan
dan
kelemahan
dari
perusahaannya.
External Environment (Opportunities & Threats) Sebuah
bisnis
diharuskan
untuk
memantau
kunci
dari
kekuatan
Macroenvironment dan factor microenvironment secara signifikan yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk mendapatkan keuntungan . Produk yang ditawarkan harus di pasangkan system intelijen pemasaran untuk merekam trend dan perkembanngan penting, hingga memantau peluang dan ancaman dari perusahaannya.
44
2.5.8 CUSTOMER BASED BRAND EQUITY Menurut Kotler, Customer Based Brand Equity atau CBBE merupakan efek pembeda dari pengetahuan brand yang dimiliki oleh konsumen saat merespon pada proses marketing dari brand tersebut. Sebuah brand memiliki CBBE yang positif pada saat konsumen menanggapi produk tersebut lebih pada penggunaannya dan bagaimana produk tersebut dipasarkan pada saat brand tersebut diidentifikasikan daripada saat tidak dipasarkan. 3 kunci utama dari definisi CBBE adalah efek pembeda, pengetahuan brand, dan respon konsumen terhadap pemasaran