BAB II VALUE PROPOSITION
2.1 E-Business
2.1.1 Pengertian E-Business
Menurut Harisno dan Pujadi (2009: 67), “E-Business merupakan kegiatan berbisnis di internet, yang tidak saja pembelian, penjualan dan jasa, tapi juga pelayanan pelanggan dan kerja sama dengan rekan bisnis (baik individual maupun instansi).” Menurut Jelassi & Enders (2008: 4), menyatakan bahwa “E-Business sebagai penggunaan sarana elektronik untuk melakukan bisnis di suatu organisasi baik internal maupun eksternal organisasi.” Menurut Tawfik dan Albrecht (2008), E–Business dapat didefinisikan sebagai penggunaan sarana elektronik untuk melakukan bisnis organissasi internal dan / atau juga eksternal. Kegiatan internal berupa menghubungkan antar karyawan dengan menggunakan intranet,
20
21
E-Business juga dapat mendukung pelayanan purna jual dan mengkolaborasikan perusahaan dengan perusahaan rekan bisnisnya.
2.2 E-Commerce
2.2.1 Pengertian E-Commerce
Menurut Harisno dan Pujadi (2009: 67), “E-Commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik, dan perdagangan barang, pelayanan, dan informasi yang dilakukan secara elektronik.” Menurut Laudon dan Traver (2009: 10), e-commerce adalah transaksi bisnis secara digital baik antar individu maupun organisasi dengan menggunakan internet dan website sebagai media penghubung. Menurut Jony Wong (2010 : 33) pengertian dari electronic commerce adalah pembelian, penjualan dan pemasaran barang serta jasa melalui sistem elektronik. Seperti radio, televisi dan jaringan computer atau internet.
22
2.2.2 Keuntungan E-Commerce
Menurut Harisno dan Pujadi (2009: 68), keuntungan dari ecommerce adalah sebagai berikut: 1.
Revenue stream (aliran pendapatan) baru yang mungkin lebih menjanjikan, yang tidak bisa ditemui di sistem transaksi tradisional. Karena dalam penggunaan teknologi ini sifatnya real time dan tidak memperdulikan lagi batas jarak, ruang dan waktu, maka secara cepat kita dapat menerima informasiinformasi perusahaan
yang berguna sehingga
bagi
mampu
peningkatan secara
cepat
pendapatan dan
tepat
mengambil langkah-langkah strategis dalam era persaingan pasar global dan bebas sekarang ini. 2.
Dapat meningkatkan market exposure (pangsa pasar). Dengan menggunakan internet, kita dapat menjumpai orang-orang dari berbagai daerah. Karena kita tidak terpatok pada satu daerah saja, maka orang-orang dapat dengan mudah menemukan kita tanpa harus ke suatu daerah tertentu saja.
3. Menurunkan biaya operasional (operating cost). Dengan adanya fasilitas teknologi E-Bisnis maupun E-Commerce biaya terutama untuk operasional bisnis menjadi semakin
23
murah seperti pengadaan kertas transaksi, buku pencatatan serta rak penyimpanan berkas, dan lain-lain. 4. Melebarkan jangkauan (global reach). Seperti yang dijelaskan di atas, karena tidak mengenal konsep ruang dan waktu, maka jangkauan untuk mendapatkan pangsa pasar baru pun menjadi semakin terbuka. 5. Meningkatkan customer loyality. Dalam penerapan teknologi ini, kita dapat menggunakan sarana website. Dalam web tersebut, kita dapat meng-customize pelanggan kita sehingga kita akan lebih memahami pelanggan kita. Selain itu, interaksi yang mudah, tanpa harus menunggu antrian, ataupun harus datang langsung ke outlet-outlet perusahaan kita akan menambah loyalitas pelanggan terhadap perusahaan kita. Dalam
waktu
dewasa
ini,
banyak
perusahaan
yang
menggunakan layanan seperti customer care, customer online, dan lain lain, yang notabene adalah untuk menarik simpati pelanggan ataupun loyalitas customer mereka. Kalau tujuan itu telah tercapai, maka mereka akan mendapat rekomendasi dari pelanggan mereka kepada pelanggan baru. Ini bisa disebut juga sebagai soft marketing.
24
6. Meningkatkan
supplier
management.
Dengan
adanya
komunikasi yang terarah serta cepat dan tepat, waktu penyaluran barang pun akan menjadi semakin cepat. 7. Memperpendek waktu produksi. Seperti yang telah dijelaskan di depan, komunikasi yang real time akan meningkatkan kecepatan serta efektifitas kinerja karyawan dalam perusahaan sehingga proses produksi pun akan menjadi semakin pendek dan akan semakin meningkat, baik kuantitas maupun kualitasnya serta sesuai dengan pangsa pasar unggulan. 8. Meningkatkan value chain (mata rantai pendapatan).
2.3
Business Model Canvas (9-Building Blocks)
Seiring dengan berkembangnya praktik e-commerce membuat para praktisi bisnis mengubah total model bisnis lama menjadi model bisnis baru yang lebih sesuai. Kepopuleran bisnis dikarenakan banyaknya organisasi yang bertumbuh pesat sehingga menciptakan model bisnis yang tepat. Business Model adalah hal yang wajib dipahami oleh para pelaku bisnis untuk mengembangkan perusahaannya. Salah satu buku mengenai Business Model adalah Business Model Generation karya Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur (2010). Buku ini menggambarkan cara atau
25
metode yang tepat untuk menggambarkan Business Model sebuah perusahaan dengan sebuah konsep yang bernama 9 Building Blocks. Menurut Alexander Osterwalder (2010), Business Model adalah gambaran dasar bagaimana sebuah organisasi membuat, men-deliver dan menangkap value yang ada. Business Model bersifat seperti blueprint untuk strategi yang akan diimplementasikan ke seluruh organisasi, proses dan sistem. Konsep ini dibuat menjadi simple, relevan dan mudah dipahami secara intuitif. Konsep inilah yang diberi nama 9 Building Blocks. Konsep model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur berhasil mengubah konsep bisnis yang rumit menjadi lebih sederhana. Dengan pendekatan kanvas model bisnis ditampilkan dalam satu lembar kanvas yang berisi Sembilan elemen. Kelebihan dari metode kanvas ini karena bentuknya yang sederhana dapat mendorong sebanyak mungkin karyawan terlibat dalam pengembangan model bisnis organisasinya. 9 Building Blocks adalah konsep yang digunakan untuk mendeskripsikan secara logika bagaimana sebuah perusahaan menghasilkan pendapatan. 9 Building Blocks mencakup empat area utama dalam bisnis, yaitu Customers, Offer, Infrastructure dan Financial Viability. 9 Elemen dalam 9 Building Blocks adalah: 1. Customer Segments (CS) 2. Value Propositions (VP)
26
3. Channels (CH) 4. Customer Relationship (CR) 5. Revenue Streams (RS) 6. Key Resources (KR) 7. Key Activities (KA) 8. Key Partnership (KP) 9. Cost Structure (CS) Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai 9 Building Blocks :
Gambar 2.1 Nine Building Blocks of Business Model Canvas Sumber : Business Model Generation, 2012 1.
Customer Segments (CS) Customer Segments menunjukkan sekelompok orang atau organisasi
yang ingin digapai atau dilayani perusahaan. Customer adalah inti dari semua Business Model. Tanpa (profitable) customer, perusahaan tidak akan mampu
27
bertahan lama. Untuk lebih memuaskan customer, perusahaan perlu mengelompokkan mereka ke dalam segmen yang berbeda berdasarkan kebutuhan, behaviour atau atribut yang lain. Perusahaan harus mendefinisikan dengan jelas, mana segmen customer yang perlu dilayani, mana yang perlu dihindari. Jika menjalankan bisnis tanpa mengetahui siapa yang akan menjadi target pasar / Customer segment produk yang dijual maka lambat laun bisnis tersebut akan redup bahkan mati dan pada akhirnya mendatangkan kerugian karena sama sekali tidak ada yang berminat untuk membeli apa yang dijual. Dalam dunia marketing target konsumen terbagi menjadi beberapa bagian berikut ini: 1.1. Business to Business (B2B) Customer segment pertama ini ialah menjadikan para pembisnis sebagai target konsumen bisnis atau singkatnya “Transaksi antar Perusahaan ke perusahaan”, ciri – ciri mereka biasanya merupakan Supplier barang mentah atau produk setengah jadi. 1.2. Business to Customer (B2C) Saat menerapkan Metode ini artinya model bisnis yang dirancang akan lebih menyasar kepada konsumen akhir. Dan ini biasanya langsung berhadapan dengan pelanggan.
28
1.3. Pasar Luas (Mass Market) Model dan metode Customer segment dalam Bisnis ini tidak membedakan segmen-segmen pelanggan yang berbeda. Biasanya ditemukan dalam sektor produk elektronik. 1.4. Pasar Ceruk (Niche Market) Model bisnis dengan Customer Segment ini akan berfokus pada orang – orang tertentu saja atau lebih spesifik dan spesialisasi. 2.
Value Propositions (VP) Value Proposition mendeskripsikan sejumlah produk atau layanan
yang memberikan nilai (value) untuk segmen customer yang spesifik. Value Proposition adalah alasan mengapa customer berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Value Proposition memecahkan permasalahan customer atau memenuhi kebutuhannya. Value Proposition dapat bersifat inovatif serta merepresentasikan penawaran yang baru, atau bersifat sama atau sejenis dengan yang sudah ada namun dengan beberapa tambahan fitur. Value proposition membuat nilai tambah untuk segmen pasar melalui pencampuran elemen-elemen yang sesuai dengan kebutuhan segmen pasar. Nilai tambah dapat bersifat kuantitatif (Misalnya: harga, kecepatan pelayanan) dan kualitatif (Misalnya: desain, pengalaman pelanggan). Beberapa elemen yang berkontribusi pada pembentukan nilai tambah adalah:
29
Kebaruan (Newness) Proposisi nilai kebaruan adalah proposisi nilai yang sebelumnya tidak pernah ditawarkan oleh perusahaan manapun karena tidak ada penawaran seperti itu.
Kinerja (Performance) Meningkatkan kualitas produk ataupun kinerja dalam pelayanan merupakan cara yang umum untuk membuat nilai tambah.
Kustomisasi (Customization) Adalah produk atau jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan individual
pelanggan.
Sekarang
dikembangkan
konsep
mass
cuztomization yaitu bentuk penyesuaian kebutuhan individu tetapi bisa diproduksi
secara
massal.
Dewasa
ini,
produk-produk
mass
customization dan co-creation menjadi semakin penting.
Penyelesaian Pekerjaan (Getting the Job Done) Nilai tambah ini dapat dibuat dengan cara membantu pelanggan dalam menyelesaikan beberapa pekerjaan.
Desain (Design) Nilai tambah desain adalah atribut yang penting namun sulit untuk diukur. Sebuah produk dapat tampak mewah karena desain yang
30
bagus. Dalam industri fashion dan elektronik, desain adalah value proposition yang sangat penting.
Merek/Status (Brand/ Status) Pelanggan dapat menemukan nilai tambah dalam merek dari suatu produk ataupun jasa. Nilai tambah merek ini dianggap dapat meningkatkan status sosial ekonomi pelanggan yang memakai produknya.
Harga (Price) Ketika perusahaan menawarkan produk yang mirip dengan produk yang telah ada di pasar dan lebih murah dibanding produk lain tersebut adalah cara umum untuk memenangkan segmen pasar yang sensitif terhadap harga.
Pengurangan Biaya (Cost Reduction) Perusahaan dapat memberikan nilai kepada pelanggan berupa pengurangan biaya dari aktivitas yang dilakukan oleh pelanggan.
Pengurangan Risiko (Risk Reduction) Perusahaan dapat memberikan nilai kepada pelanggan dengan cara mengurangi risiko yang dihadapi pelanggan. Misalnya adalah garansi produk atau jasa dari sebuah perusahaaan untuk melayani keluhan pelanggan akibat produk atau jasa tersebut rusak atau tidak dapat digunakan.
31
Akses (Accessibility) Cara lain untuk memberikan nilai tambah adalah membuat produk atau jasa yang dapat dijangkau oleh pelanggan dimana pelanggan sebelumnya tidak dapat menjangkau produk atau jasa tersebut. Hal ini merupakan hasil dari inovasi model bisnis, teknologi baru, maupun gabungan dari keduanya.
Kenyamanan/Kemudahan Penggunaan (Convenience/ Usability) Perusahaan juga dapat menciptakan nilai tambah dengan cara membuat produk yang lebih nyaman dan mudah untuk digunakan.
3.
Channels (CH) Channels mendeskripsikan bagaimana perusahaan berkomunikasi dan
menggapai segmen customer mereka untuk men-deliver Value Proposition. Komunikasi, distribusi dan penjualan merupakan interface antara perusahaan dan pelanggan. Channels memainkan peran penting dalam customer experience. Channels memiliki beberapa fungsi, yaitu:
Meningkatkan awareness dari customer terhadap produk atau jasa perusahaan.
Membantu customer untuk mengevaluasi Value Proposition dari perusahaan.
32
Memudahkan customer untuk membeli produk atau jasa.
Men-deliver Value Proposition kepada customer.
Menyediakan dukungan pelanggan (after-sales).
Channels dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu Direct (tenaga penjual/sales, website, toko pribadi) dan Indirect (partner stores, wholesaler). Channels dapat dibedakan menjadi 5 fase, yaitu Awareness, Evaluation, Purchase, Delivery, dan After Sales. Pada fase awareness, channels berfungsi untuk mengenalkan perusahaan kepada pelanggan. Selanjutnya fase evaluation adalah fase untuk saling menilai antara perusahaan dan pelanggan. Fase selanjutnya adalah fase purchase yaitu fase pembelian dimana perusahaan dan pelanggan melakukan proses transaksi jual beli produk. Setelah proses transaksi, maka channels masuk pada fase delivery pelanggan berhak mendapatkan “janji” yang ditawarkan, dan di lain pihak, perusahaan berkewajiban memenuhi “janji” yang ditawarkan dan berhak mendapatkan penghargaan. Selanjutnya fase terakhir adalah fase after sales yang seringkali dilupakan atau tidak diperhatikan oleh perusahaan. Fase after sale adalah fase penentu apakah pelanggan melakukan transaksi ulang dengan perusahaan atau pelanggan sudah cukup sekali saja melakukan transaksi. Kemudahan pelanggan dalam menyampaikan saran maupun keluhan merupakan saat yang menentukan keberlangsungan hubungan kerjasama jangka panjang.
33
4.
Customer Relationship (CR) Customer Relationship mendeskripsikan jenis relasi yang dibangun
perusahaan dengan pelanggan. Perusahaan harus menentukan jenis relasi dengan pelanggan personal atau automated. Relasi yang dipilih akan sangat menentukan bagaimana customer experience yang akan dihasilkan. Contoh dari Customer Relationship adalah personal assistance, dedicated personal assistance, self-service, automated service, communities, co-creation. 5.
Revenue Streams (RS) Revenue Streams merepresentasikan cash yang di-generate dari tiap
Customer Segment. Perusahaan harus mengetahui value apa yang membuat Customer Segment mau membayar. Tiap-tiap Revenue Stream dapat memiliki mekanisme pricing yang berbeda, seperti fixed list, tawar-menawar, lelang, market-dependent, volume-dependent dan yield management. Sebuah Business Model dapat memiliki dua jenis Revenue Stream yang berbeda, yaitu:
Revenue transaksi yang dihasilkan dari one-time customer payments.
Revenue berulang yang dihasilkan dari pembayaran terus-menerus untuk sebuah Value Proposition atau after sales customer support.
34
Beberapa cara untuk menghasilkan Revenue Stream adalah Asset sale, Usage fee, Subscription fee, Lending/Renting/Leasing, Licensing, Brokerage fees, Advertising. 6.
Key Resources (KR) Key Resources mendeskripsikan aset atau sumber daya yang sangat
penting (aset kunci) yang diperlukan untuk membuat sebuah Business Model berjalan. Sumber daya ini memungkinkan perusahaan untuk membuat dan menawarkan Value Proposition, menggapai pasar, menjaga hubungan dengan Customer Segments dan mendapatkan revenue. Tiap-tiap Business Model akan memerlukan Key Resources yang berbeda. Key Resources dapat berbentuk fisik, finansial, intelektual atau manusia. Key Resources dapat dimiliki atau disewa oleh perusahaan atau didapatkan dari partner. Contoh dari Key Resources adalah mesin, bangunan, brand, paten, hak cipta, human resource, uang dan lain-lain. 7.
Key Activities (KA) Key Activities mendeskripsikan hal-hal penting (aktivitas) yang harus
dilakukan perusahaan agar Business Model-nya berjalan. Key Activities dapat dikategorikan menjadi Production, Problem Solving,dan Platform/Network.
35
8.
Key Partnerships (KP) Key Partnership mendeskripsikan jaringan supplier atau partner yang
membuat sebuah Business Model berjalan. Perusahaan membentuk relasi dengan partner untuk banyak alasan sehingga partnership menjadi hal yang sangat penting bagi banyak Business Model. Perusahaan membentuk aliansi untuk mengoptimalkan Business Model-nya, mengurangi risiko atau mendapatkan sumber daya tertentu. Partnerships dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
Strategic Alliances antara dua perusahaan yang bukan kompetitor.
Cooperation, yaitu strategic partnership antara kompetitor.
Joint Ventures untuk membangun bisnis baru.
Buyer-Supplier relationship untuk menjamin supply yang handal. Alasan dan motivasi untuk membangun partnership dapat dibedakan
menjadi 3, yaitu:
Optimization and economy of scale.
Reduction of risk and uncertainty.
Acquisition of particular resources and activities.
36
9.
Cost Structure (CS) Cost Structure mendeskripsikan semua biaya yang muncul untuk
menjalankan sebuah Business Model. Biaya akan muncul ketika perusahaan membuat dan men-deliver value, menjaga Customer Relationship dan lainlain. Biaya-biaya tersebut akan mudah diidentifikasi setelah mendefinisikan Key Resources, Key Activities dan Key Partnership. Secara garis besar, perusahaan dapat memilih apakah ingin menjadi cost-driven
(mengutamakan
penekanan
biaya)
atau
value-driven
(mengutamakan keunggulan produk). Cost Structure dapat memiliki beberapa karakteristik, seperti fixed cost, variable cost, economies of scale, economies of scope.
2.4
Five Forces Porter’s Analysis
Menurut Michael E. Porter, 2008 didalam bukunya yang berjudul “Five Forces Framework”, berisi tentang metode untuk menganalisis industri dan pengembangan strategi suatu bisnis. Teori tersebut sangat terkenal dengan istilah Porter Five Forces Model. Analisis yang biasa digunakan sebuah perusahaan adalah siapa pesaing langsung perusahaan tersebut dan akhirnya
37
mereka terjebak dalam ”competitor oriented”, sehingga tidak mempunyai visi pasar yang jelas.
Gambar 2.2 Five Forces Model Sumber :Business 2 Community, 2014 Dalam five forces model digambarkan bahwa kita juga bersaing dengan pesaing potensial kita, yaitu mereka yang akan masuk, para pemasok atau supplier, pembeli atau konsumen, dan produsen produk-produk pengganti. Terdapat lima kekuatan yang mempengaruhi persaingan dalam industri, yaitu : 1. Ancaman dari pendatang baru (threat of new entrants). Pendatang baru dapat membahayakan perusahaan-perusahaan yang telah ada, karena menghasilkan kapasitas produksi tambahan, dimana kapasitas tambahan ini akan menekan agar biaya bagi pembeli rendah, yang mengakibatkan
38
turunnya penjualan dan laba bagi perusahaan yang ada dalam industri tersebut. Seringkali pendatang baru memiliki sumber daya dalam jumlah besar dan memiliki kemauan yang kuat untuk memperoleh pangsa pasar. 2. Ancaman dari produk pengganti (threat of substitute products). Apabila harga yang ditawarkan produk pengganti tersebut akan lebih murah/rendah dan mutu serta kemampuan kinerja produk pengganti tersebut sama atau melebihi dari produk sebelumnya. 3. Kekuatan tawar-menawar dari pemasok suppliers).
Pemasok
merupakan
ancaman
(bargaining power of serius
bagi
perusahaan-
perusahaan, jika berintegrasi ke depan ke arah industri pembeli. 4. Kekuatan tawar-menawar dari pembeli (bargaining power of buyers), dimana pembeli lebih suka membeli produk dengan harga serendah mungkin. Hal ini mengakibatkan industri dapat memperoleh pengembalian (laba) serendah mungkin. Pembeli akan menuntut kualitas yang lebih tinggi, pelayanan yang lebih baik serta harga yang murah, dimana hal ini mendorong persaingan antar perusahaan dalam suatu industri. 5. Persaingan kompetitif di antara anggota industri (rivalry among competitive firms), dimana perusahaan bersaing secara aktif satu dengan lainnya untuk mencapai daya saing strategis dan laba yang tinggi. Pencapaian hal-hal tersebut, menuntut keberhasilan yang relatif terhadap para pesaing, dengan demikian persaingan yang terjadi antara perusahaanperusahaan tersebut distimulasi pada saat satu atau lebih perusahaan
39
merasakan tekanan persaingan atau apabila mereka mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan posisi pasar mereka. Karena perusahaan-perusahaan dalam industri bergantung satu sama lain, tindakan satu perusahaan seringkali mengundang reaksi dari pesaingnya.
2.5
Analisis TOWS
Menurut Jogiyanto (2005), salah satu alat dalam pengembangan strategi
yang terkenal
adalah
SWOT
Matrix
(Strength,
Weakness,
Opportunities, Threat).Inilah mengapa TOWS Analysis adalah varian dari alat bisnis klasik yakni SWOT Analysis. Pola pendekatannya yang berbeda namun pada prinsipnya masih menggunakan environment eksternal dan internal. TOWS Analysis akan lebih dominan melihat sudut pandang Eksternal dibandingkan SWOT Analysis yang menggunakan sudut pandang Internal. Strategi bertujuan menciptakan sebuah kemenangan dalam seni berorganisasi atau berbisnis. TOWS Matrix Analysis adalah alat sederhana untuk menghasilkan pilihan strategi bagi perusahaan Anda. Dengan TOWS Matrix Anda dapat melihat secara cerdas bagaimana memanfaatkan peluang yang terbuka dan pada saat yang bersamaan dapat melindungi kelemahan dari ancaman yang ada.
40
Berikut ini adalah cara Anda mengembangkan strategi memakai pendekatan TWOS Matrix. Kombinasi dari faktor internal dan eksternal akan menghasilkan sebuah pilihan strategi yang baik. 1. Strengths & Opportunities (SO) Bagaimana Anda dapat menggunakan Kekuatan (Strengths) untuk mengambil keuntungan dari Peluang (Opportunities) yang ada. Kekuatan adalah faktor internal yang Anda miliki, baik bersifat individual ataupun kelompok. Faktor kekuatan ini dapat menjadi paramater paling krusial dalam keberhasilan strategi Anda. 2. Strengths & Threats (ST) Bagaimana Anda dapat menggunakan Kekuatan (Strength) untuk menghadapi adanya potensi dan Ancaman (Threats) yang nyata. Kekuatan juga diperlukan dalam mengatasi ancaman kompetitor, dan dalam dunia bisnis dimana perubahan atau dinamika pasar yang sangat cepat, akan membuat perubahan yang cepat pula setiap pemain. Misal kekuatan Anda adalah jumlah jaringan bisnis yang tersebar luas, maka pengelolaan dan pengawasan harus semakin intensif agar kompetitor tidak memakan pangsa pasar berlebihan. 3. Weaknesses and Opportunities (WO) Bagaimana Anda dapat menggunakan Peluang (Opportunites) untuk mengatasi kelemahan (Weakness). Selain kekuatan yang dapat
41
ditonjolkan, kelemahan dalam organisasi Anda pun harus dapat diminimalkan, agar tidak menjadi mangsa bagi pesaing dan pasar. Dengan adanya peluang yang terbuka, maka kelemahan Anda dapat dikelola lebih baik. 4. Weaknesses and Threats (WT) Bagaimana Anda dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan menghindari Ancaman (Threats). Kelemahan yang ada harus dapat menghindari ancaman nyata atau ancaman potensi. Kerjasama antar tim sangat diperlukan agar kelemahan ini tidak membuat organsasi Anda sulit bersaing.
2.6
Marketing Mix
Menurut Wilson Setiawan dan Drs. Sugiono Sugiharto M.M. dalam Jurnal Manajemen Pemasaran Vol 2, No 1 (2014) Jurnal Strategi Pemasaran. Marketing mix adalah Serangkaian dari variabel pemasaran yang dikuasai oleh pemasaran dan digunakan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran. Marketing Mix digunakan oleh pemasar agar produknya dapat memasuki pasar sasaran atau target market.
42
Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa bauran pemasaran merupakan
variable-variabel
terkendali
yang
digabungkan
untuk
menghasilkan tanggapan yang diharapkan dari pasar. Terdapat 7 unsur marketing mix (Marketing Mix-7p) yaitu: Product, Price, Promotion, Place, Participant, Process, dan Physical Evidence. 1. Product (Produk) Produk merupakan elemen penting dalam sebuah program pemasaran. Strategi produk dapat mempengaruhi strategi pemasaran lainnya. Pembelian sebuah produk bukan hanya sekedar untuk memiliki produk tersebut tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. 2. Price (Harga) Harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Selain itu harga salah satu faktor penting konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak. Harga dikatakan mahal, murah atau biasa-biasa saja dari setiap individu tidaklah harus sama, karena tergantung dari persepsi individu yang dilatar belakangi oleh lingkungan kehidupan dan kondisi individu.
43
3. Promotion (Promosi) Promosi adalah kegiatan mengkomunikasikan informasi dari penjual kepada konsumen atau pihak lain dalam saluran penjualan untuk mempengaruhi
sikap dan perilaku. Melalui
periklanan suatu
perusahaan mengarahkan komunikasi persuasif pada pembeli sasaran dan masyarakat melalui media-media yang disebut dengan media massa seperti Koran, majalah, tabloid, radio, televisi dan direct mail. 4. Place (Saluran Distribusi) Saluran distribusi suatu barang adalah keseluruhan kegiatan atau fungsi untuk memindahkan produk disertai dengan hak pemiliknya dari produsen ke konsumen akhir atau pemakai industri. Distribusi berkaitan dengan kemudahan memperoleh produk di pasar dan tersedia saat konsumen mencarinya. Distribusi memperlihatkan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menjadikan produk atau jasa diperoleh dan tersedia bagi konsumen sasaran. 5. People (Partisipan) Yang dimaksud partisipan disini adalah karyawan penyedia jasa layanan maupun penjualan, atau orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses layanan itu sendiri.
44
6. Process (Proses) Proses adalah kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelayanan diberikan kepada konsumen selama melakukan pembelian barang. 7. Physical Evidence (Lingkungan fisik) Lingkungan fisik adalah keadaan atau kondisi yang di dalamnya juga termasuk suasana. Karakteristik lingkungan fisik merupakan segi paling nampak dalam kaitannya dengan situasi. Yang dimaksud dengan situasi ini adalah situasi dan kondisi geografi dan lingkungan institusi, dekorasi, ruangan, suara, aroma, cahaya, cuaca, pelatakan dan layout yang nampak atau lingkungan yang penting sebagai obyek stimuli.
2.7
Segmenting, Targeting, Positioning
Menurut Solomon dan Elnora (2003), Segmenting adalah membagi pasar menjadi segmen - segmen konsumen yang sama jenisnya, targeting adalah memilih satu atau lebih segmen pasar dan positioning adalah penempatan produk agar tercipta kesan tertentu di ingatan konsumen. Keuntungan Segmentasi pasar : ● Sebagai dasar untuk strategi pemasaran ● Membantu menghadapi perubahan permintaan pasar
45
● Untuk menilai kekuatan dan kelemahan pesaing ● Memudahkan alokasi kegiatan pemasaran
Dasar - dasar segmentasi pasar : Pasar konsumen
Tanggapan konsumen terhadap suatu produk.
Pasar industry
Tingkat penggunaan
siapa konsumen akhir
Persyaratan Segmenting : ● Dapat diukur ● Mendatangkan Keuntungan ● Dapat dicapai dan dilayani secara efektif ● Program disusun untuk menarik dan melayani konsumen segmen tersebut. Prosedur Segmenting : 1. Tahap survey yaitu penelitian awal, untuk mengetahui motivasi sikap dan perilaku konsumen. 2. Tahap analisis untuk menganalisis dan mengeluarkan faktor - faktor yang berkorelasi tinggi. 3. Tahap profiling untuk masing - masing segmen diberi ciri yang berbeda – beda.
46
Kotler & Amstrong (2008), Mendefinisikan targeting sebagai sekelompok pembeli (buyers) yang memiliki kebutuhan atau karakteristik yang sama yang menjadi tujuan promosi perusahaan. Targeting terbagi 3 bagian yaitu : ● Undifferentiated marketing : tidak ada perbedaan segmentasi seluruh pasar ingin di jangkau. ● Differentiated marketing : pasar dibagi beberapa segmen dan perusahaan membuat penawaran -penawaran berbeda untuk masing - masing segmen. ● Concentrated marketing : konsentrasi pada satu segmen. Menurut Kotler dan Keller dalam bukunya Marketing Management 15th edition (2013), Positioning merupakan tindakan merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat menciptakan kesan tertentu di benak konsumen. Langkah - langkah dalam positioning: 1. Mengenali keunggulan - keunggulan yang dapat di tampilkan. 2. Memilih keunggulan yang paling kuat. 3. Menyampaikan keunggulan secara efektif pada targeting.
2.7.1 Social Economic Status Indonesia
Socio
Economic
mengklasifikasikan
Status
konsumen
(SES)
merupakan
berdasarkan
cara
kemampuan
untuk ekonomi
ataupun status sosialnya. Di Indonesia, yang mengadakan pengukuran
47
SES ini salah satunya adalah Nielsen. SES bisa diukur dengan beberapa variabel seperti income, household expenditure, education, occupation, dan lainnya. Nielsen
telah
membagi
kelompok
masyarakat
Indonesia
berdasarkan tingkat pengeluaran rata-rata per bulan. Berdasarkan pengelompokkan Nielsen, masyarakat Indonesia pengelompokkannya ialah sebagai berikut : Tabel 2.1 Indonesia Socio Economic Status
Sumber : Nielsen Indonesia, 2013
Meningkat daya beli konsumen ternyata diikuti juga dengan tuntutan konsumen yang semakin tinggi. Sekarang ini, keluarga Indonesia menginginkan pilihan lebih banyak, kualitas tinggi, harga terjangkau dan hiburan. Dari hasil survei Nielson Shoppertrend, sebanyak 58% pembelanja biasanya berbelanja bersama keluarga.
48
Mereka memilih format yang lebih besar yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
2.8
Strategi Penetapan Harga
Menurut Kotler (2013), Strategi penetapan harga menjadikan tantangan yang semakin meningkat untuk banyak perusahaan, karena deregulasi, informasi dari pembeli, persaingan global yang ketat, pertumbuhan pasar yang lambat dan peluang perusahaan untuk meningkatkan posisi pasarnya. Harga berdampak pada kinerja keuangan dan berpengaruh penting pada nilai penempatan posisi merek di benak pelanggan. Harga juga memungkinkan menjadi sebuah perwakilan dari ukuran kualitas produk manakala pelanggan sulit mengevaluasi produk yang kompleks. Di dalam proses penetapan harga jual suatu produk, perusahaan hendaknya mengikuti prosedur yang terdiri dari enam langkah pokok, yaitu memilih sasaran harga, menentukan permintaan, memperkirakan biaya, menganalisis pesaing, memilih metode harga dan memilih harga akhir. Terdapat dua strategi penetapan harga yaitu :
1) Pendekatan Market Based Pricing Pada pasar kompetitif dimana mungkin terdapat diferensiasi produk, market based pricing menyajikan rasional pricing dirancang untuk mengantar tingkatan tinggi nilai pelanggan dan profitabilitas usaha. Market based pricing
49
dimulai dengan kebutuhan pelanggan, posisi para pesaing dan penempatan produk usaha dan bekerja mundur ke margin. Strategi ini terdiri dari : •
Penetapan Harga skim
•
Value In Use Pricing
•
Perceived Value Pricing
•
Segment Pricing
•
Strategic Account Pricing
•
Plus One Pricing
2) Pendekatan Cost Based Pricing Pendekatan cost based pricing dimulai dengan biaya produk dan target margin dan bekerja menuju harga pasar. Cost-based pricing bisa mengarah kepada harga kurang atau lebih pada pasar dimana perbedaan mungkin ada. Akan tetapi, pada pasar dimana memiliki perbedaan yang minim dan pelanggan dalam situasi harga yang sesnsitif, cost-based pricing dapat menjadi pendekatan yang cocok untuk harga. Pendekatan ini paling banyak dilakukan dalam bisnis dikarenakan sulitnya mencari data pelanggan dan kompetitor. Strategi cost based pricing terdiri dari: • Floor Pricing • Cost Plus Pricing • Penetration Pricing • Low Cost Leader Pricing • Competitive Bid Pricing
50
• Harvest Pricing Sebenarnya masalah penjualan dan penetapan harga itu merupakan salah satu bagian dari rencana kerja dalam rangka persiapan penjualan barang. Tugas bagian penjualan itu meliputi pekerjaan persiapan penjualan dan pelaksanaannya. Kebijaksanaan penentuan harga jual barang yang dihasilkan itu, sesungguhnya erat sekali hubungannya dengan usaha pemasaran barang (marketing) yang sedang dilaksanakan perusahaan.
2.9
Teori Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.
51
Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen. Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank dan sebagainya. Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku perkiraan, tetapi dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi. Laporan keuangan terdiri dari: 1. Neraca Menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal perusahaan. 2. Perhitungan Laba Rugi Menginformasikan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. 3. Laporan Arus Kas Menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan sebagai akibat dari kegiatan
usaha,
pembelanjaan,
dan
investasi
selama
periode
yang
bersangkutan. 4. Catatan atas Laporan Keuangan Menginformasikan kebijaksanaan akuntansi yang mempengaruhi posisi keuangan dari hasil keuangan perusahaan.
52
Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi perusahaan tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, akuntansi dihadapkan dengan
kemungkinan
bahaya
penyimpangan
(bias),
salah
penafsiran
dan
ketidaktepatan. Untuk meminimkan bahaya ini, profesi akuntansi telah berupaya untuk mengembangkan suatu barang tubuh teori ini. Setiap akuntansi atau perusahaan harus menyesuaikan diri terhadap praktik akuntansi dan pelaporan dari setiap perusahaan tertentu.
2.9.1 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan
tidak
menyediakan
semua
informasi
yang
mungkin
dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
53
Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (bahasa Inggris: stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
2.9.2 Karakteristik Kualifikasi Laporan Keuangan
Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. 1. Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya
54
atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aktiva yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang
sama
juga
berperan
dalam
memberikan
penegasan
(confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya, tentang bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan. Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan
55
kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya, nilai prediktif laporan laba rugi dapat ditingkatkan bila pos-pos penghasilan atau beban yang tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah. 3. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki
kualitas
andal
jika
bebas
dari
pengertian
yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum
masih
dipersengketakan,
mungkin
tidak
tepat
bagi
perusahaan untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.
56
4. Dapat Dibandingkan Pemakai
harus
dapat
memperbandingkan
laporan
keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda. Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pemakai
harus
dimungkinkan
untuk
dapat
mengidentifikasi
perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke periode dan dalam perusahaan yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian daya banding. Kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan dengan keseragaman semata-mata dan tidak seharusnya menjadi
57
hambatan dalam memperkenalkan standar akuntansi keuangan yang lebih baik. Perusahaan tidak perlu meneruskan kebijakan akuntansi yang tidak lagi selaras dengan karakteristik kualitatif relevansi dan keandalan. Perusahaan juga tidak perlu mempertahankan suatu kebijakan akuntansi kalau ada alternatif lain yang lebih relevan dan lebih andal. Berhubung pemakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan antar periode, maka perusahaan perlu menyajikan informasi periode sebelumnya dalam laporan keuangan.
2.9.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan
1. Laporan Laba-Rugi (income statement) Laporan laba-rugi adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menggambarkan apakah suatu perusahaan mengalami laba atau rugi dalam satu periode akuntansi. Laporan laba-rugi (statement of income) adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Berikut kegunaan laporan laba-rugi : ● Mengevaluasi kinerja masa lalu. ● Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja masa depan. ● Membantu menilai risiko atau ketidakpastiaan pencapaian arus kas masa depan.
58
Bagian Laporan Laba-rugi : a. Bagian Operasi : o
Bagian penjualan/pendapatan
o
Bagian Harga pokok penjualan
o
Beban penjualan
o
Beban Administrasi dan umum
b. Bagian Non opoerasi : o o
Pendapatan dan keuntungan lain Beban kerugian lain
c. Pajak Penghasilan d. Operasi yang dihentikan e. Pos-pos luar biasa f. Laba per saham
2. Laporan Perubahan Modal (statement of equity) Laporan perubahan modal adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menggambarkan bertambahnya atau berkurangnya modal suatu perusahaan akibat dari laba atau rugi yang diterima oleh perusahaan tersebut dalam satu periode akuntansi. Di dalam laporan perubahan modal terdapat beberapa komponen diantaranya :
59
●
Modal awal : Keseluruhan dana yang di investasikan kedalam
perusahan yang digunakan untuk menunjang pengoperasian perusahan pada saat awal perusahan tersebut baru berdiri atau posisi modal awal perusahan pada awal bulan pada tahun yang bersangkutan. ●
Laba / rugi : Selisih dari bersih antara total pendapatan dengan total
biaya. ●
Prive : Penarikan sejumlah dana oleh pemilik perusahan yang
digunakan untuk keperluan di luar kegiatan / operasional perusahaan atau yang digunakan untuk keperluan pribadi. ●
Modal akhir : Keseluruhan dana yang merupakan hasil akhir dari
penambahan modal awal ditambah dengan laba (jika mengalami keuntungan) atau pengurangan modal awal dikurangi rugi usaha (Jika mengalami kerugian) kemudian dikurangi dengan total prive dan hasil merupakan modal akhir. Jadi unsur yang termasuk di dalam laporan perubahan modal terdiri dari Investasi awal atau modal awal, laba-rugi selama periode yang bersangkutan, prive penarikan modal oleh pemilik dan modal akhir. 3. Neraca (balance sheet) Laporan neraca adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menunjukan keadaan keuangan secara sistematis dari suatu perusahaan pada saat tertentu dengan cara menyajikan daftar aktiva,
60
utang dan modal pemilik perusahaan. Isi / komponen laporan neraca terdiri atas : ● Harta Aktiva (Asset) : Asset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan misal kas persediaan aktiva tetap aktiva yang tak terwujud dan lain-lain. Pengertian asset ini dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai berikut : Menurut Accounting Principal Board (APB) Statement dikemukakan bahwa : “kekayaan ekonomi perusahaan termasuk didalam pembebanan yg ditunda yg dinilai dan diakui sesuai prinsip akuntansi yg berlaku.” Selanjutnya Financial Accounting Standard Board (FASB) memberikan definisi sebagai berikut: “asset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai di masa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang lalu.” Berdasarkan definisi tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa sesuatu dianggap sebagai asset jika di masa yang akan datang dapat diharapkan memberikan net cash inflow yang positif kepada perusahaan. Klasifikasi aktiva yang dimiliki perusahaan terdiri dari berbagai macam. Secara umum klasifikasi aktiva tetap terdiri atas : 1) aktiva tetap berwujud (Fixed Asset). 2) aktiva tetap tak berwujud (Intangible Assets). Aktiva tetap berwujud meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dipakai secara aktif dalam operasi perusahaan dan
61
mempunyai masa kegunaan relatif permanen.Aktiva tetap berwujud yang mempunyai masa kegunaan yang terbatas harus didepresiasi selama masa kegunaan dan disajikan dalam neraca sebesar nilai buku (harga perolehan dikurangi dengan akumulasi depresiasinya). Yang termasuk dalam golongan aktiva ini adalah bangunan mesin dan alat-alat pabrik mebel dan alat-alat kantor kendaraan dan alat-alat transport alat kerja bengkel aktiva sumber alam. Sedang aktiva tetap berwujud yang mempunyai masa kegunaan tak terbatas disajikan di dalam neraca sebesar harga perolehan.Sedangkan aktiva tetap tak berwujud meliputi hak-hak preferensi (istimewa) yang dijamin oleh undang-undang kontrak perjanjian-perjanjian dan mempunyai masa manfaat dalam waktu relatif permanen. Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa pada sudut pandang operasional investasi aktiva tetap adalah salah satu unsur penting yang perlu menjadi fokus perhatian bagi perusahaan dalam kegiatan operasional dalam kaitan dengan menghasilkan pendapatan/laba. Disamping itu untuk tujuan pemeliharaan kondisi aktiva tetap baik berwujud maupun tak berwujud tetap dalam kondisi produktif bagi perusahaan diperlukan ada depresiasi dan amortisasi sebagai proses alokasi harga perolehan aktiva tetap tersebut.
62
● Kewajiban / utang (Liabilities) Menurut
definisi
yang
diberikan
oleh
APB
bahwa
:
“kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang diakui dan dinilai seusuai prinsip akuntansi. Kewajiban disini termasuk juga saldo kredit yang ditunda yang bukan merupakan utang atau kewajiban.” Berdasarkan definisi di atas maka kewajiban ekonomis bagi perusahaan adalah diartikan sebagai penyerahan harta atau jasa di masa yang akan datang. Modal Pemilik (Owner’s Equity) Equity adalah suatu hak yang tersisa atas aktiva suatu lembaga setelah dikurangi kewajibannya. Kategori modal bagi tiap perusahaan dapat berbeda yaitu pada perusahaan perseorangan nilai modal ini merupakan modal pemilik sendiri. Sedangkan dalam perusahaan perseroan terdiri dari modal setor dan laba ditahan (Retained Earnings).
2.9.4 Rasio Keuangan
Menurut Fahmi (2011), rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk menganalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunakan alat analisis berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran
63
kepada analisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya. Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap
suatu
perusahaan
tertentu.
Analisis
rasio
keuangan
memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur serta dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan dana. (Zaki Baridwan, 2008).
Berikut merupakan rasio – rasio yang akan digunakan : 1. NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah di diskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang akan yang di diskontokan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi dan pemeliharaan
serta
perkiraan
manfaat
dari
proyek
yang
direncanakan. 2. Payback period adalah periode waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi pada proyek.
64
3. Internal Rate of Return atau IRR adalah suatu tingkat diskonto (discount rate) yang menyamakan present value cash inflows dengan present value cash outflows atau tingkat diskonto yang membuat NPV = 0. IRR juga diartikan sebaga “tingkat keuntungan yang diperkirakan akan dihasilkan oleh proyek” atau “expected rate return”. 4. Rasio Return on Investment atau ROI digunakan untuk mengukur kemampuan efektifitas perusahaan dalam memberikan penghasilan bagi setiap investasi dalam bentuk ekuitas yang ditanamkan oleh pemegang saham. Itu sebabnya rasio ini sering disebut “Rate on Investment”
(ROI).
Pengukuran
dilakukan
dengan
cara
membandingkan antara Laba Bersih yang dihasilkan pada suatu periode dengan saldo rata-rata Ekuitas Pemilik pada Neraca. Formulanya : Laba Bersih / Rata-Rata Ekuitas.
5. Break Even Point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan. BEP terjadi pada saat besarnya pendapatan sama dengan total pengeluaran, total pendapatan sama dengan harga dan jumlah produk yang sudah dihasilkan, dan saat total pengeluaran sama dengan biaya tetap.
65
6. Laporan arus kas (cash flow statement) adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan. Laporan Arus Kas merupakan penerimaan kas dan pembayaran kas (pengeluaran kas). Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas dan pengeluaran kas yang digolongkan sesuai dengan
kegiatan
utama
entitas
:
operasi
investasi,
dan
pembelanjaan. Laporan tersebut melaporkan arus masuk kas bersih atau keluar kas bersih dari setiap kegiatan dan untuk semua kegiatan usaha.