BAB II VALUE PROPOSITION
Value Proposition menggambarkan bagaimana pelanggan dapat beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain melalui produk atau layanan yang ditawarkan oleh perusahaan berbeda dengan para kompetitornya, dan bagaimana perusahaan menawarkan produknya kemasyarakat, serta posisi produk yang akan dipasarkan.
2.1
Telur Asin & R.A.W Telur asin adalah salah satu makanan khas Indonesia.Biasanya telur yang dipakai untuk membuat telur asin adalah telur itik. Meskipun tidak menutup kemungkinan untuk telur – telur yang lain seperti telur ayam, karena telur itik memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam, dan memiliki cangkang yang lebih kuat sehingga dalam proses pengasinan mengurangi terjadinya retak dan pecah Keuntungan telur yang diasinkan yaitu ;
Rasa amis pada telur akan berkurang dan tidak berbau busuk.
Masa simpan telur lebih lama sampai dengan 6 minggu. Semakin lama waktu pengasinan akan semakin tahan lama masa simpan telur.
Kandungan gizi pun meningkat.
14
15
Tabel 2.1 Kandungan gizi pada telur ayam, telur itik dan telur asin .
Sumber:http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/piwp/telu r_asin.pdf Telur asin bukan suatu makanan yang baru di Indonesia, namun, selama ini produk telur asin tidak memiliki variasi rasa selain rasa asin. Melihat kondisi tersebut maka PT. Rasa Indonesia akan membuat inovasi pada produk telur asin yang sudah beredar di pasaran luas. R.A.W merupakan brand dari produk telur asin dengan pilihan rasa yang belum pernah ada . R.A.W yang diciptakan dari insial nama dan juga dari bahasa Inggris “Raw” yang memiliki arti “mentah”. Arti raw atau mentah disini merupakan produk yang dapat konsumen pilih cara penyajiannya, direbus layaknya telur asin pada umumnya atau dapat dipadukan dengan masakan lainnya. Slogan “The Journey of Salty Eggs” memiliki makna bahwa rasa dari produk yang ditawarkan adalah sebagai perwakilan dari cita rasa yang mewakili dunia. Rasa pedas atau Spicy yang mewakili rasa dari Thai dan Mexico, Oregano yang merupakan rempah yang digunakan dalam masakan Italy dan Greek mewakili rasa benua Eropa dan Barbecue yang merupakan bumbu yang digunakan pada makanan asal Amerika yang berasal dari North Carolina. Dengan mengkonsumsi produk R.A.W konsumen diharapkan akan merasakan seperti berkeliling dunia tanpa
16
menghilangkan keaslian rasa Indonesia dari telur asin tersebut. Tentunya seiring berjalannya waktu PT. Rasa Indonesia akan menambahkan inovasi rasa atau aroma sebagai kreasi terbaru.
Gambar 2.1 Barbecue sebagai rasa Amerika (Sumber: Jurnal, Americans At The Table; Reflections On Food and Culture, 2004: 33)
17
Gambar 2.2 Oregano dan Chilies sebagai rasa Italia, Thai, Mexican dan Greek (Sumber: The Foodfight Resource Book Was Conceived & Developed By The Co-Founders of Foodfight, 2015: 23) 2.2 Retail Ritel meliputi semua kegiatan dalam menjual barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi. Perusahaan menjual ke konsumen akhir seperti produsen, grosir atau pengecer. (Kotler dan Keller, 2012: 447). Pada saat ini masyarakat mengenal pasar swalayan sebagai tempat untuk membeli kebutuhan sehari-hari, disamping lebih bebas memilih, produk yang ditawarkan juga lebih bervariasi. Adapun pengertian pasar swalayan
18
disini adalah pasar modern dimana pelayanan dilakukan sendiri oleh konsumen karena toko tidak menyediakan pramuniaga. Sedangkan di pasar tradisional, konsumen masih dilayani oleh pemilik. Pasar modern, adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan sebagai penyediaan barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik ke konsumen. Selain menyediakan barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehinga barang yang rijek atau yang tidak memenuhi persyaratan kualifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti. Menurut Reardon dan Hopkins (2006) pasar modern dengan pasar konvensional memiliki potensi konflik, diantaranya: a. Supermarket menawarkan harga yang lebih murah (price war), terkait adanya difusi pasar, tipe produk, dan sistem pengadaan modern. b. Supermarket menawarkan tingkat kenyamanan yang lebih baik (convenience war), yang terlihat dengan adanya efesiensi biaya transaksi (search, transport, purchase) dalam pembelian sejumlah komoditas di pasar modern. c. Supermarket menawarkan jaminan kualitas dan keamanan produk (quality and safety war) yang didukung oleh manajemen rantai pasok yang handal dan penampilan produk yang dipasarkan.
19
Kotler & Keller (2012: 449), membagi tipe-tipe pedagang eceran menjadi tiga bagian besar, yaitu; a. Speciality store, lini produk yang khusus b. Deparment store, berbagai produk lini c. Supermarket, lokasi yang luas, margin yang rendah, volume yang besar, self-service untuk menemukan kebutuhan untuk produk makanan dan kebutuhan rumah tangga d. Convenience Store, bentuk toko yang kecil di area perumahan, buka selama 24/7, pilihan produk yang terbatas e. Drug Store, menjual obat-obatan dan menerima resep dokter dan personal care lainnya f. Discount Store, menjual barang khusus atau umum dengan harga yang rendah, margin yang rendah dengan toko yang tersebar luas g. Extreme value or hard-discount store, menjual produk yang terbatas dibandingkan dengan discount store namun dengan harga yang lebih rendah h. Off-price retailer, barang sisa yang dijual dengan harga diluar harga toko pada awalnya i. Superstore, lokasi yang lebih luas dibandingkan dengan supermarket, menjual makanan dan kebutuhan rumah tangga, ditambah dengan servis lainnya j. Catalog showroom, pilihan yang luas dengan markup tinggi, fast-moving, barang dengan brand ternama yang dijual dengan diskon.
20
2.2.1
Jenis Pelayanan Retail a. Self-service, pelanggan bersedia untuk mencari barang keperluannya dengan memandingkan satu pilihan dengan pilihan lain dengan tujuan untuk menghemat uangnya. b. Self-Selection, pelanggan menemukan barang mereka sendiri walaupun dengan sedikit bantuan dari pelayan. c. Limited Service, pengecer menyediakan barang dan layanan kredit dan pelanggan bisa mendapatkan merchandise atau keuntungan, maka pelanggan membutuhkan informasi dan bantuan lebih lanjut. d. Full-Service, Wiraniaga membantu dalam setiap fase pelanggan mencari, membandingkan, memilih barang. Pelanggan cenderung bersedia untuk berlama-lama dalam tipe retail ini.
2.3
Analisa Market dan Industri
2.3.1
Analisa Lingkungan Makro dalam Industri Kreatif Kuliner Kreatif Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan pasar internasional. Studi dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi selengkap mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar
21
internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis. Untuk dapat lebih mengetahui lingkungan makro dalam industri kreatif kuliner di Indonesia dapat menggunakan PESTEL Analysis (Thompson, Pateraf, Gamble, dan Strickland III, 2014) karena dengan menggunakan cara analisa ini kita dapat mengetahui lingkungan makro yang mempengaruhi bisnis yang akan dijalankan. PESTEL Analysis itu sendiri terdiri dari faktor Political, Economic, Social, Technological, Environmental and Legal. Berikut analisa lingkungan makro dari berbagai faktor yang mempengaruhi industri kreatif kuliner khususnya di Indonesia. a. Political Berdasarkan informasi yang didapat dari kementrian perindustrian Republik Indonesia bahwa beban industri makanan dan minuman (mamin) makin berat di tahun ini. Kenaikkan harga berbagai komponen bahan baku yang ramai terjadi saat ini seperti bawang merah dan bawang putih. Selain itu, menyusul kenaikkan upah buruh dan energi yang harus ditanggung. Kenaikkan upah buruh dan energi sejak awal 2013. Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengatakan bahwa beberapa pelaku industri mamin yang menahan kenaikkan harga. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari turunnya
22
permintaan di pasar. Langkah ini dipastikan akan mengurangi margin keuntungan perusahaan. Menurutnya, di Jakarta.margin keuntungan para produsen disebut bervariasi mulai dari 5% hingga 12%. Kenaikkan harga mamin sudah terjadi di tingkat retail sekira 5% hingga 10%. Sedangkan menurut Sekjen Gapmmi Franky kenaikan upah yang melebihi 20% juga menjadi faktor penekan pertumbuhan industri. Franky menilai kenaikkan upah sebesar 10-15% masih layak tetapi jika lebih dari 20% akan mengganggu daya saing. Sementara itu, Kementerian Industri optimistis industri makanan, minuman, dan tembakau mampu tumbuh 9,25% pada tahun ini dan 9,43% pada 2013. Dari sisi investasi, penanaman modal dalam negeri (PMDN) di industri makanan selama priode Januari September tergolong tinggi, yakni mencapai Rp7,7 triliun atau tumbuh 24,3% dibandingkan dengan periode yang 2012 (Kemenperin.go.id). Dengan demikian industri kuliner masih memiliki masa depan yang baik, karena semua manusia masih membutuhkan makanan yang dikonsumsi setiap harinya. b. Economic Pada tahun 2010 kenaikan impor produk makanan dan minuman mencapai USD 2.439,6 juta atau tumbuh tinggi yaitu 78,4% dibandingkan dengan tahun 2009 senilai USD 1.367,3 juta. Para pengusaha di sektor industri makanan dan minuman pun juga mengkhawatirkan arus barang impor ilegal yang marak beberapa tahun belakangan ini. Menurut GAPMMI, impor ilegal pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 10 – 15%
23
dari total produk barang yang beredar di pasaran (Bank Mandiri, 2011). Secara statistik ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang naik, selain angka pertumbuhan yang berkisar di angka 6,3% per tahun, pendapatan per kapita pun mengalami peningkatan (Data Strategis BPS, 2012).
Menteri
Keuangan
Bambang
Brodjonegoro
menjelaskan
pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini mengalami perbaikan dan sudah melewati situasi ketidakpastian di tengah kondisi pelemahan ekonomi global (News.merahputih.com). Perekonomian Indonesia 2014 yang diukur berdasarkan produk domestik bruto (PDB) atas harga dasar yang berlaku mencapai Rp 10.542,7 triliun, sementara PDB per kapita mencapai Rp 41,8 juta atau 3.631,5 dollar AS. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 10,02 persen (Bisniskeuangan.kompas.com). c. Social
24
Gambar 2.3 Rata-rata Pengeluaran pe Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang (diolah) Sumber : Badan Statistik Indonesia 2014, Dok.Pri Sesuai dengan yang berita yang beredar di Kompasiana.com perekonomian Indonesia tampaknya terus mengalami peningkatan dan perkembangan.
Meningkat
dalam
artian
bahwa
perekonomian
Indonesia tampak hidup dan terus bergerak. Lihat saja kenyataannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia naik secara positif nyaris mencapai angka pertumbuhan 6 persen dalam beberapa tahun terakhir. Berkembang dalam artian, roda ekonomi Indonesia terus mengalami perluasan dan perbaikan. Perluasan yang dimaksud secara mikro dapat ditengarai oleh variasi produk entah dalam bentuk barang entah jasa yang semakin banyak dihasilkan. Sedangkan perbaikan lebih terlihat dari meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat sebagai pelaku utama dalam menyumbang "kue ekonomi" atau Produk Domestik Bruto (PDB) dari segi pengeluaran untuk konsumsi. Bila membicarakan mengenai pola konsumsi dan taraf pendapatan atau taraf pengeluaran sesorang dalam waktu sebulan kita dapat melihat teori yang dikemukankan oleh Engel (1821-1896) yaitu pada saat pendapatan masyarakat seseorang meningkat, maka proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk membeli makanan semakin berkurang, bahkan jika pengeluaran aktual untuk makanan itu sendiri meningkat. Maksud dari hukum Engel, proporsi pengeluaran masyarakat untuk produk makanan (dalam persen) meningkat, tetapi lebih
25
kecil daripada peningkatan pendapatan. Ke depannya, Teori Engel tampaknya akan terbukti terhadap pola konsumsi masyarakat di Indonesia (Kompasiana.com). Hal tersebut telah terdeteksi dalam beberapa tahun terkahir ini. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa semakin besar pendapatan masyarakat Indonesia maka akan semakin meningkat pula kebutuhan ataupun jumlah konsumsi makanan terutama untuk makanan yang memiliki ciri khas ataupun memiliki keunikan yang sebelumnya belum pernah dirasakan masyarakat Indonesia.
d. Technological Pada saat ini, kita hidup di zaman globalisasi atau bisa juga disebut zaman modernisasi. Modernisasi sendiri dalam ilmu sosial merujuk pada bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan kehidupan masyarakat akan menjadi lebih baik. Modernisasi mencakup banyak bidang, contohnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Kompasiana.com). Kebutuhan manusia akan teknologi juga didukung dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi berkembang secara drastis dan terus berevolusi hingga sekarang dan semakin mendunia. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi dan penemuan yang sederhana hingga sangat rumit. Bahkan, kurang dari 10 tahun terakhir, teknologi handphone yang awalnya hanya sebuah alat komunikasi nirkabel berkembang menjadi alat
26
komunikasi yang dapat mengambil foto, merekam video, mendengarkan musik, dan mengakses internet dalam hitungan detik (Kompasiana.com). Serta perkembangan masyarakat untuk menggunakan teknologi ataupun ponsel pintar semakin meningkat karena semakin banyaknya aplikasi yang dapat menfasilitasi masyarakat dalam mendapatkan informasi dengan cepat, dan dari perkembangan itu pula menjadi peluang peluang bisnis yang dilihat oleh pelaku bisnis untuk membuat bisnisnya semakin berkembang kearah yang lebih baik lagi.
e. Environmental Faktor ini termasuk ekologi dan kekuatan lingkungan seperti cuaca, iklim, perubahan iklim dan kekeringan. Faktor ini secara langsung mempengaruhi industry seperti asuransi, pertanian, produksi energy dan tentunya peternakan. Telur itik atau bebek merupakan produk inti dalam bisnis R.A.W. Iklim mempunyai pengaruh yang besar terhadap ternak, yaitu dapat membantu atau menganggu kelangsungan hidup dari ternak (geografimun4.blogspot.co.id). Iklim sendiri meliputi: -
Curah hujan Dengan curah hujan penyediaan air minum dan kelangsungan pengadaan makanan ternak sepanjang tahun dan sebaiknya peternak mengetahui peta hujan.Curah hujan ini sangat berguna, karena dengan begitu para peternak bisa merencanakan dan memanajemen dengan baik masa birahi.
27
-
Temperatur Dengan mengetahuinya temperatur suatu daerah para peternak dapat menempatkan jenis ternak apa yang sesuai dengan tempat yang dipilih. Karena
temperatur
yang
panas
atau
terlalu
dingin
sangat
mempengaruhi produktififtas ternak.Ternak lokal dapat bertahan dengan suhu yang panas, sedangkan ternak yang berasal dari subtropics yang telah disilangkan dengan ternak lokal dapat bertahan ditempat yang bersuhu sedang. -
Kelembaban udara Kelembaban udara yang terlalu tinggi sangat mempengaruhi kesehatan ternak, baik itu pada pernafasannya, pertumbuhan parasit pada ternak, ataupun penyakit lainnya yang merugikan.Kelembaban ini berbanding terbalik dengan temperatur.
-
Kecepatan angin Dengan kecepatan udara yang normal sangat baik untuk kesegaran ternak dan kecepatan angin dapat juga digunakan untuk kincir angin yang dapat digunakan untuk kebutuhan manusia dalam sumber listrik juga pengadaan air untuk daerah yang kecepatan angin juga membantu ternak dalam melepaskan panas temperatur tubuhnnya. Intinya iklim yang meliputi curah hujan, temperatur, kelembaban udara, radiasi matahari, kecepatan angin, dan pH harus kita pelajari dan harus bisa mengaplikasikannya karena berpengaruh besar terhadap kehidupan dan produksi ternak. Telur yang baik mempengaruhi hasil
28
akhir yang menentukan kualitas untuk produk R.A.W sehingga penentuan terhadap pemilihan supplier dengan pengetahuan yang baik di atas perlu diperhatikan demi didapatkannya kualitas telur yang baik. f. Legal Pada industri Kuliner khususnya untuk industri kreatif kuliner yang berfokus pada menyediakan makanan olahan maka diatur pada peraturan pemerintah Dalam Pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 dijelaskan tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Penetapan mengenai keamanan pangan yang meliputi sanitasi, bahan tambahan pangan, pangan produk rekayasa genetika, Iradiasi pangan, kemasan pangan, jaminan mutu pangan dan pemeriksaan laboratorium, pangan tercemar. Mutu dan gizi pangan meliputi mutu pangan, sertifikasi mutu pangan, dan gizi pangan. Pemasukan dan pengeluaran pangan ke dalam dan dari wilayah Indonesia, pengawasan dan pembinaan, peran serta masyarakat. Untuk Memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi pangan tersebut maka perlu diwujudkan suatu sistem pengaturan, pembinaan, pengawasan, yang efektif dibidang Keamanan, Mutu dan Gizi pangan. Sebelumnya perlu diketahui pengertian tentang pangan, pengertian ini diatur dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dan Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi pangan (eprints.walisongo.ac.id). Maka dari itu untuk pendirian usaha khsusnya yang memproduksi makanan olahan sangat diperhatikan
29
oleh pemerintah karena berkaitan dengan gizi dan asupan yang akan dikonsumsi oleh masyarakat luas dan harus tetap terkontrol penuh oleh pemerintah. Pada produk R.A.W ini, PT. Rasa Indonesia akan menjaga kandungan protein, gizi, dan segala elemen yang ada didalam telur itik yang akan diolah yang nantinya akan menjadi produk yang telah ditambahkan kreasi rasa tambahan. Berdasarkan penjelasan dari masing masing poin yang dijabarkan diatas dengan menggunakan alat analisa PESTEL maka dapat melihat bagaimana posisi produk R.A.W ini dipasar dan bagaimana lingkungan makro berpengaruh pada produk R.A.W ini :
Produk R.A.W masih memiliki kesempatan yang besar didalam pasar karena sebelumnya tidak ada produk yang seperti ini yang berbahan dasar telur asin di pasaran.
Masih banyaknya kesempatan investasi ataupun kesempatan untuk berbagai bisnis untuk berkembang karena Indonesia termasuk negara yang masih berkembang dan perkembangan kenaikan upah masyarakat makin menuju arah yang lebih baik seperti yang telah di sebutkan pada poin sosial yang menjelaskan makin meningkatnya pendapatan masyarakat maka makin memiliki kesempatan yang baik untuk produk baru dipasar karena makin bertambahnya kebutuhan masyarakat.
30
Karena Indonesia adalah sebuah negara yang banyak memiliki industri perternakan maka sangat membantu untuk menyediakan bahan baku dari produk R.A.W dalam hal penyediaan telur itik.
Produk R.A.W ini akan sangat mudah dalam penyediaan bahan baku dan bahan untuk proses pembuatan telur asin yang memiliki rasa beragam karena bahan yang diperlukan masih mudah didapat di Indonesia.
Produk R.A.W ini akan menjadi sebuah produk alternatif ataupun produk pilihan masyarakat yang sudah jenuh mengkonsumsi telur asin dengan rasa yang biasa mereka makan, karena produk ini memberikan cita rasa yang belum pernah ada sebelumnya.
Produk R.A.W memiliki kesempatan besar untuk berkembang dan bersaing dipasar Indonesia karena produk ini memiliki tingkat inovasi, dan produk R.A.W ini juga memiliki protein, nutrisi, dan gizi yang didapat dari telur asin yang dibutuhkan tubuh manusia yang mengkonsumsinya.
2.3.2
Porter’s Five Forces Analysis dalam Industri Kreatif Kuliner Model Porter 5 Forces dikembangkan pertama kali oleh (Porter, 1986). Porter 5 Forces adalah alat yang digunakan untuk menganalisis
bagaimana
lingkungan
yang
kompetitif
akan
berpengaruh terhadap pemasaran suatu produk. Alat ini sederhana tetapi mempunyai kekuatan untuk mengerti situasi dari bisnis yang
31
sedang dijalankan. Selain itu juga membantu dalam mengetahui keunggulan posisi kompetisi saat ini dan yang akan dihadapi kemudian. Sehingga suatu perusahaan dapat meningkatkan kekuatan, mengantisipasi kelemahan dan akan menghindari perusahaan dalam mengambil keputusan yang salah. Porter 5 Forces secara konvensional juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah suatu produk baru, layanan atau produk baru yang akan dijual dapat menghasilkan suatu keuntungan bagi perusahaan. Dan juga sangat membantu untuk mengerti keseimbangan terhadap situasi bisnis yang sedang dihadapi. Untuk menganalisa lebih dalam mengenai industry telur asin akan menggunakan Porter’s Five Forces Analysis. Di bawah ini adalah gambar Porter’s Five Forces Model:
32
Gambar 2.4 Porter Five Forces Analysis Sumber :Porter, M.E. (1986) "Competition in Global Industries", Harvard Business School Press, Boston, 1986 Analisa dari industri kuliner sebagai berikut:
Kekuatan tawar menawar pembeli Meningkatnya industri kuliner di Indonesia menjadikan pembeli dapat memilih sendiri keinginan nya dalam memilih suatu produk kuliner yang ditawarkan. Selama produk yang ditawarkan memiliki differentiation yang lebih baik dari kompetitor nya dapat menjadikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Keunikan yang ditawarkan dalam suatu produk
33
kuliner menjadikan suatu pengalaman berbeda bagi penikmat kuliner di Indonesia. Dan juga menjadi daya tarik bagi penikmatnya. Berdasarkan analisa ini, dapat disimpulkan bahwa kekuatan tawar menawar pembeli dalam bisnis ini adalah High.
Kekuatan tawar menawar pemasok Supplier yang memasok telur itik cukup mudah didapatkan, banyak supplier yang dapat memasok telur asin secara berkala. Dalam produk telur asin ini, PT. Rasa Indonesia menjual telur asin yang baik yang terjaga kualitasnya, namun harga telur itik yang mudah berubah membuat PT. Rasa Indonesia harus tetap melakukan tawar menawar yang tepat kepada setiap pemasok telur itik. Sehingga PT. Rasa Indonesia harus memilih supplier yang tepat. Berdasarkan analisa ini, dapat disimpulkan bahwa kekuatan Supplier dalam bisnis ini adalah High.
Ancaman pendatang baru Industri kuliner di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya, yang menjadikan persaingan dalam industri kuliner di Indonesia sangat kompetitif. Produk kuliner baru yang memiliki keunikan serta cita rasa yang nikmat dapat menjadikan keuntungan bagi perusahaan, tetapi jika produk yang dijual dapat atau mudah ditiru merupakan ancaman juga
34
bagi perusahaan. Berdasarkan analisa ini ancaman dari new entrants dalam bisnis ini adalah High.
Ancaman produk pengganti atau produk subtitusi Subtitusi dari produk telur asin aneka rasa yang PT. Rasa Indonesia tawarkan adalah produk telur pitan, yaitu telur yang memiliki proses pembuatan yang hampir sama dengan telur asin tetapi memiliki cita rasa dan tekstur yang berbeda. Berdasarkan analisa ini Subtitutive Product dalam industri ini adalah High.
Ancaman Pesaing Dalam industri kuliner di Indonesia tidak sedikit pesaing yang menjual telur asin. Konsumen biasanya membeli telur asin di Supermarket, Hipermarket, Pasar Tradisional dan juga ada yang membeli langsung ke toko yang khusus menjual telur asin. Banyak produk telur asin dipasaran tetapi dengan rasa yang hanya cuma berasa asin saja. Berdasarkan hasil analisa ini Competitive Rivaly dalam bisnis ini adalah Moderate. Berdasarkan teori Model Porter 5 Forces untuk menganalisa
daya saing produk R.A.W sebagai berikut :
Produk R.A.W merupakan inovasi baru dalam industri kuliner di Indonesia. Telur asin diolah dengan penambahan rasa - rasa didalamnya. Spicy, Oregano dan Barbecue yang merupakan
35
perwakilan dari rasa - rasa di dunia.
Produk R.A.W tidak kesulitan dalam mendapatkan pasokan bahan baku telur itik, karena pemasok atau supplier cukup mudah didapatkan dikarenakan banyaknya peternak
itik di
Indonesia.
Produk R.A.W selalu memberi layanan dan kualitas terbaik kepada pelanggannya.
2.3.4
SWOT Analysis Menurut Keller, Kotler. (2012) Evaluasi keseluruhan dari threats, opportunities, strengths, weaknesses, perusahaan disebut SWOT Analysis. Ini adalah cara untuk memantau
lingkungan
pemasaran secara eksternal dan internal. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threats). Tabel 2.2 SWOT Analysis R.A.W SWOT Analysis Strengths (S)
Weakness (W)
S1. R.A.W adalah produk telur asin yang diberikan rasa tambahan yang unik dan
W1. Pemilihan rasa tambahan pada telur asin
pertama diIndonesia
belum tentu sesuai dengan lidah konsumen W2. Harga bahan baku (Telur itik) yang
36
S2. Produk tahan Lama
relatif tidak menentu
S3. Kualitas rasa dan tekstur produk yang
W3. Bahan Baku Mudah rusak / pecah
terjamin (berbeda dengan produk telur asin
W4. Dibutuhkanwaktu yang cukup lama
yang lain)
untuk pembuatan telur asin
S4. Tempat Jual yang mudah dikunjungi konsumen S5. Sumber Protein, nutrisi, dan gizi yang dibutuhkan manusia Opportunities (O)
Threats (T)
O1. Peluang Pasar yang mendapatkan
T1. Harga Bahan Utama Telur itik yang
konsumen yang menjanjikan
relatif tidak menentu
O2. Pertumbuhan pasar yang semakin
T2. Mewabahnya virus yang menyerang itik
meningkat
sehingga berpengaruh terhadap telur itik yang dihasilkan
O3. Kebutuhan masyarakat akan produk
T3. Munculnya pesaing baru
yang memiliki kreasi berbeda meningkat T4. Banyaknya variasi makanan baru yang O4. Meningkatnya pendapatan masyarakat
ditawarkan kepada konsumen
O5. Peningkatan jumlah Supermarket,
T5. Selera konsumen sering berubah ubah
Hipermart dan e-Marketplace di Indonesia
lebih mengikuti tren yang sedang marak dipasar
37
Dari penjelasan analisa masing-masing poin yang ada di analisa SWOT maka didapat matrix SWOT sebagai berikut : Tabel 2.3 SWOT Matrix SWOT Matrix Opportunities (O)
Threats (T)
O1 O2 O3 O4 O5 T1 T2 T3 T4 T5
Strengths (S)
S1
v
x
v
x
x
v
x
v
v
v
S2
x
v
x
x
v
v
x
x
v
x
S3
v
x
x
v
x
v
v
x
x
x
S4
v
x
v
v
v
x
x
x
x
x
S5
x
x
x
v
x
x
x
x
v
x
W1
v
x
v
x
x
x
x
v
x
x
W2
x
v
x
x
x
v
x
x
x
x
W3
x
x
x
x
v
x
x
x
x
x
W4
x
x
v
x
x
x
x
x
x
x
Weakness (W)
Berdasarkan tabel diatas maka yang dapat dilakukan R.A.W dalam menghadapi peluang dan ancaman yang ada dipasar sebagai berikut sesuai dengan hubungan yang disebutkan di matrix diatas :
Strengths dan Opportunities (SO) -
S1, dan O1: Untuk mendapatkan peluang pasar yang mendapatkan konsumen yang menjanjikan sangat besar dikarenakan R.A.W
38
memiliki kekuatan produk dimana R.A.W adalah suatu produk yang memiliki keunikan dan memiliki tingkat inovasi yang tinggi yaitu produk yang menjadikan telur asin yang sudah biasa dikonsumsi masyarakat menjadi suatu produk ataupun makanan yang berbeda dari biasanya yaitu dengan menambahkan rasa-rasa tambahan didalam telur asin itu sendiri, dan produk ini masih produk yang pertama di Indonesia. -
S1, dan O3: Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang suka dengan hal – hal baru yang belum pernah ada sebelumnya, karena adanya kebutuhan masyarakat yang membutuhkan produk yang memiliki tingkat kreasi yang tinggi dan R.A.W mampu memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut karena produk ini memiliki keunikan tersendiri.
-
S2, dan O2: Peluang pasar yang semakin meningkat dikarenakan adanya kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat pula, banyak konsumen pada masa sekarang ini yang lebih untuk memilih kemudahan dalam masa penggunaan suatu produk dan produk yang dapat memiliki ketahanan yang relatif lama karena konsumen dapat menyimpan produk R.A.W ini dalam kurun waktu yang relatif lam karena produk ini tidak mudah busuk.
-
S2, dan O5: Di Indonesia banyak masyarakat yang melakukan pembelanjaan kebutuhan sehari – hari mereka di supermarket, ataupun hipermarket, maka dari itu produk yang ada di supermarket dan
39
hipermarket adalah produk yang memiliki ketahanan pemakaian yang relatif lama dan produk R.A.W sangat memenuhi peluang ini karena produk R.A.W adalah produk yang tahan lama, dan sesuai untuk dijual di supermarket dan hipermarket. Memasuki e-Marketplace yang menjadi pilihan konsumen untuk membeli suatu kebutuhan karena waktu yang terbatas dan lebih praktis. -
S3, dan O1: Peluang untuk mendapatkan konsumen yang tepat tentunya tidak dapat terpenuhi apabila produk yang dijual tidak memiliki kualitas yang baik pula. Konsumen pasti akan membeli atau menggunakan produk yang memiliki kualitas yang bagus, maka dari itu produk R.A.W mampu memenuhi peluang ini karena produk ini memiliki kualitas rasa, dan tekstur produk yang terjamin baik dan sesuai untuk dipilih oleh konsumennya.
-
S3, dan O4 : Dengan adanya kenaikan pendapatan masyarakat maka produk yang memiliki kualitas yang bagus akan banyak menjadi pilihan konsumen karena masyarakat tidak melihat lagi dari sisi harga melainkan melihat dari sisi kualitas yang ditawarkan suatu produk, dan produk R.A.W ini memiliki kualitas yang baik yang sangat cocok menjadi pilihan konsumsi masyarakat di Indonesia.
-
S4, dan O1: Banyak konsumen sekarang ini memilih melakukan pembelian dikarenakan tempat mereka membeli suatu produk mudah dijangkau dan mudah dikunjungi, maka dari itu R.A.W akan menjual produk mereka ketempat perbelanjaan yang mudah dijangkau oleh
40
masyarakat, dan dengan sendirinya peluang untuk mendapatkan konsumen yang menjanjikan dapat diraih oleh R.A.W ini karena dari segi tempat penjualan R.A.W ini. -
S4, dan O3: Peluang dimana masyarakat membutuhkan produk yang memiliki kreasi dan keunikan berbeda dari produk lain selain itu salah satu faktor yang membuat masyarakat untuk mengambil keputusan membeli suatu produk adalah karena tempat penjualan produk tersebut yang mudah dijangkau, untuk produk R.A.W ini memiliki tempat penjualan yang mudah dijangkau oleh masyarakat yakni di supermarket dan hipermarket yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya pada awalnya, lalu pulau-pulau di Indonesia dan distribusi ke Asia Tenggara.
-
S4, dan O4: Meningkatnya pendapatan masyarakat menjadi peluang yang sangat besar karena dengan begitu masyarakat akan lebih sering datang ke supermarket dan hipermarket, produk R.A.W akan dijual di supermarket dan hipermarket yang mudah dijangkau oleh masyarakat, maka dari itu peluang produk ini untuk dipilih masyarakat sangat besar.
-
S4, dan O5: Produk R.A.W ini akan dijual ditempat yang sangat mudah dijangkau masyarakat yaitu tempat tempat yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya, yakni di supermarket dan hipermarket yang tersebar diseluruh daerah Jakarta dan sekitarnya yang sekarang ini
41
jumlahnya sedang meningkat dikarenakan perkembangan ekonomi yang semakin baik pula. -
S5, dan O4: Dengan adanya kenaikan pendapatan masyarakat maka produk yang memiliki sumber protein, nutrisi, dan gizi yang baik untuk tubuh konsumen itu sendiri banyak menjadi pilihan konsumen karena masyarakat tidak melihat lagi dari sisi harga melainkan melihat dari sisi kandungan asupan didalamnya yang ditawarkan sebuah produk, dan produk R.A.W ini memiliki asupan gizi, protein, dan nutrisi yang dibutuhkan manusia dan sangat cocok menjadi pilihan konsumsi masyarakat di Indonesia.
Weakness dan Opportunities (WO) -
W1, dan O1: Peluang pasar yang mendapatkan konsumen yang menjanjikan tentunya menjadi peluang yang sangat baik untuk suatu bisnis akan tetapi semua bisnis yang dijalankan pasti memiliki kelemahannya sendiri, tetapi bagaimana cara untuk meminimalisir kelemahan yang ada demi tercapainya suatu peluang, untuk kelemahan R.A.W yang memiliki rasa tambahan yang belum tentu disukai oleh lidah konsumen maka R.A.W akan melakukan promosi dan publikasi yang membuat konsumen penasaran dan ingin mencobanya, dan rasa yang ditambahkan ke dalam telur asin itupun akan disesuaikan dengan selera yang ada di masyarakat Indonesia.
-
W1, dan O3: Terkadang perubahan ataupun suatu hal yang baru belum tentu dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat akan tetapi
42
semuanya dapat dikendalikan dengan cara yang tepat pula, peluang kebutuhan masyarakat akan produk yang memiliki kreasi yang berbeda semakin meningkat maka dari itu R.A.W dapat meminimalisir kelemahannya yang rasa tambahan pada telur belum tentu disukai oleh lidah masyarakat yaitu dengan melakukan perubahan pola pikir masyarakat sedikit demi sedikit, dan banyak melakukan promosi dan pemberitahuan akan produk ini serta pemberitahuan akan kandungan yang terkandung dalam telur asin produksi dari R.A.W ini sendiri. -
W2, dan O2: Pertumbuhan pasar yang semakin meningkat berarti permintaan pasar yang semakin meningkat pula, maka dari itu apabila permintaan semakin meningkat maka akan berpengaruh pada harga bahan baku karena dibutuhkannya persediaan dengan kurun waktu yang relatif cepat, yang dapat dilakukan R.A.W adalah dengan menjalin hubungan yang baik dengan pemasok dan menjadikan pemasok tersebut menjadi pemasok tetap untuk mendistribusikan bahan baku R.A.W itu sendiri, dan melakukannya dengan cara berkesinambungan.
-
W3, dan O5: Dengan peningkatan jumlah supermarket dan hipermarket yang ada di Jakarta dan sekitarnya membuat sistem distribusi dari R.A.W harus meningkat pula, akan tetapi mengingat produk R.A.W ini adalah produk yang mudah rusak maka R.A.W akan melakukan penjagaan kondisi telur dengan ketat, dan pembuatan kemasan yang kokoh yang akan melindungi telur asin ini agar tidak
43
mudah rusak sampai ke tempat penjualan yaitu supermarket dan hipermarket. -
W4, dan O3: Masyarakat Indonesia pada dasarnya adalah masyarakat yang selalu ingin tahu dan masyarakat yang selalu ingin mencoba sesuatu yang baru maka dari itu munculkan peluang kebutuhan masyarakat akan produk yang memiliki tingkat kreasi yang berbeda itu meningkat, dan kebanyakan konsumen tidak suka menunggu terlalu lama untuk mendapatkan produk yang mereka inginkan, maka dari itu R.A.W akan melakukan produksi dalam skala menengah untuk menjadikan hasil produksi tersebut sebagai persediaan, jadi apabila ada konsumen yang melakukan request maka R.A.W hanya butuh waktu tidak terlalu lama untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut.
Strengths dan Threats (ST) -
S1, dan T1:
Dengan adanya ancaman harga telur itik yang tidak
menentu maka yang dapat dilakukan R.A.W adalah dengan menjalin hubungan yang baik dengan pemasok dan menjadikan pemasok tersebut menjadi pemasok tetap untuk mendistribusikan bahan baku R.A.W itu sendiri, dan melakukannya dengan cara berkesinambungan, agar kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi, dan konsumen dapat tetap merasakan rasa tambahan didalam telur itiknya. Serta R.A.W tetap menjadi pilihan konsumen dalam segi makanan telur asin yang memiliki beberapa varian rasa.
44
-
S1, dan T3: Dengan munculnya pesaing baru menjadi suatu ancaman besar yang dihadapi R.A.W akan tetapi dengan tetap memberikan rasa tambahan yang selalu menjadi yang pertama akan membuat R.A.W dapat tetap bertahan dipasaran, dengan mengeluarkan varian rasa terbaru yang pesaing tidak mengeluarkan varian rasa, serta menjaga kualitas produk agar tetap menjadi produk pilihan konsumen.
-
S1, dan T4: Resiko munculnya jenis makanan baru yang memiliki keunikan yang beragam dapat diatasi dengan produk R.A.W yang selalu memberikan produk dengan rasa yang terbaik dan kualitas yang terbaik, dan dapat selalu bersaing dengan pesaing yang berada dikelasnya sendiri.
-
S1, dan T5: Dengan selera konsumen yang berubah ubah menjadikan resiko yang cukup mempengaruhi R.A.W nantinya, akan tetapi dapat dikendalikan dengan R.A.W mengikuti acara acara kuliner yang sering dilaksanakan di Jakarta, yang nantinya akan membuat produk R.A.W tetap eksis ditengan masyarakat, dan tentunya dengan selalu menawarkan rasa rasa tambahan didalam telur asin yang dijual.
-
S2, dan T1: Harga bahan utama telur itik yang relatif berubah ubah dapat diatasi dengan cara membeli bahan baku dalam jumlah yang banyak yaitu untuk persediaan bahan baku yang siap diolah, karena telur itik adalah suatu bahan baku yang memiliki ketahanan yang relatif lama.
45
-
S2, dan T4: Banyaknya variasi makanan baru yang ditawarkan kepada konsumen menjadi salah satu resiko, akan tetapi makanan yang memiliki ketahanan yang relatif lama itu tidak banyak, maka dari itu produk R.A.W memiliki faktor ketahanan pemakaian yang relatif lama.
-
S3, dan T1: Melakukan penawaran kepada pemasok dan menjadikan pemasok tersebut menjadi pemasok tetap R.A.W agar kualitas telur asin yang dihasilkan tetap dan tidak berubah ubah, dan selalu mendapatkan bahan baku dengan harga terbaik.
-
S3 dan T2: Meningkatkan pemantauan dan kebersihan terhadap telur itik yang didapat dari pemasok serta lebih silektif dan dengan menentukan standar kualitas yang baik untuk menghindari dari telur asin yang terkontaminasi virus yang bersumber dari itik.
-
S5, dan T4: Dengan bermunculannya makanan dengan jenis dan varian terbaru membuat produk lama menjadi goyang diposisi pasarnya, akan tetapi dapat diatasi dengan selalu menawarkan kepada konsumen bahwa kandungan yang ada pada produk R.A.W terjamin lebih baik dibanding produk lainnya, yaitu kandungan nutrisi, gizi, dan protein yang ada ditelur asin dan penambahan rasa pada R.A.W itu sendiri.
Weakness dan Threats (WT) -
W1, dan T3: Dengan adanya resiko akan munculnya pesaing baru maka yang dapat dilakukan R.A.W adalah selalu memastikan apakah
46
rasa tambahan yang dibuat pada produk telur asin sudah sesuai dengan selera konsumen atau tidak dengan seringnya melakukan survey dan seringnya melakukan testimoni dari konsumen setia R.A.W ini sendiri, apabila sudah sesuai maka R.A.W dapat mempertahankan rasa yang sudah ada dan dapat pula menambah varian rasa yang baru. -
W2, dan T1: Yang dapat dilakukan R.A.W adalah dengan menjalin hubungan yang baik dengan pemasok dan menjadikan pemasok tersebut menjadi pemasok tetap untuk mendistribusikan bahan baku R.A.W itu sendiri, dan melakukannya dengan cara berkesinambungan agar harga bahan baku dapat dikendalikan dengan benar.
2.4
Business Model Canvas Menurut (Osterwalder, 2010) bisnis model menjelaskan pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi menciptakan, menyampaikan dan menangkap suatu nilai. Di dalam kanvas model bisnis ini terdapat 9 bagian penting, yaitu :
47
Gambar 2.5 9Building Blocks Sumber : “Business model generation, ” by Osterwalder, Alexander, Pigneur, Yves, & Clark, Tim, 2010, Business model generation : a handbook for visionaries, game changers, and challengers, P44. Copyright © 2010 by Alexander Osterwalder.
1. Customer Segments Customer Segment Building Block menjelaskan mengenai bagaimana kita menjangkau berbagai kelompok orang ataupun organisasi perusahaan, dengan tujuan agar mampu melayani dan memberikan value kepada mereka. Berbagai jenis Customer Segment yang digunakan dalam business model tersebut adalah :
48
a.
Mass Market Business
Model
yang
menggunakan
model
yang
tidak
membedakan antara segmen pelanggan yang berbeda.
b.
Niche Market Business Model yang menggunakan model Niche Market menyasar segmen pelanggan yang spesifik dan terspesialisasi. Value
Proposition,
Distribution
Channels, dan
Customer
Relationship dibuat khusus untuk kebutuhan Niche Market. c. Segmented Market Business Model yang menggunakan model Segmented Market membedakan segmen pasar dari kebutuhan dan masalahnya masing-masing. 2. Value Proposition Value Proposition Building Block menggambarkan gabungan antara produk dan layanan yang menciptakan nilai untuk Customer Segments. Value Proposition adalah alasan yang membuat pelanggan beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Value Proposition dapat memecahkan masalah pelanggan atau memuaskan kebutuhan pelanggan. Berbagai jenis Customer Segment yang digunakan dalam business model tersebut adalah :
49
a.
Newness Beberapa Value Proposition memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan yang belum pernah mereka terima sebelumnya. Hal ini biasa terkait dengan teknologi, tetapi tidak selalu, misalnya telepon seluler yang menciptakan industri baru di seputar bisnis telekomunikasi.
b.
Customization Menyesuaikan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan seacara individu atau segmen pelanggan yang juga menciptakan value. Pendekatan ini memungkinkan untuk menyesuaikan produk dan jasa dengan tetap meraih keunggulan skala ekonomi.
c.
Brand / Status Pelanggan dapat menemukan value dalam sebuah tindakan yang sederhana karena menggunakan atau memasang merek tertentu. Misalnya, memakai
jam
tangan
Rolex
yang
menunjukkan prestise / kekayaan. d.
Price Menawarkan value yang sama pada harga yang lebih rendah sering dilakukan untuk memuaskan kebutuhan segmen pelanggan yang sensitif terhadap harga. Akan tetapi, proposisi Value Proposition harga murah memberi implikasi penting bagi seluruh model bisnis.
50
e.
Cost Reduction Membantu pelanggan mengurangi biaya sebagai upaya untuk menciptakan value.
f.
Risk Reduction Pelanggan menghargai pengurangan risiko yang muncul ketika mereka membeli suatu produk atau jasa.
g.
Accessibility Menyediakan produk atau jasa bagi pelanggan yang sebelumnya sulit mengakses produk atau jasa sebagai upaya untuk menciptakan value.
3.
Channels Channels Building Block menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi dengan Customer Segment dan menjangkau mereka untuk memberikan Value Proposition. Channels adalah titik sentuh pelanggan yang sangat berperan dalam setiap kejadian yang mereka alami. Channel memiliki beberapa tahap atau fase, yaitu : a.
Awareness Memperkenalkan produk atau servis yang dimiiki oleh perusahaan kepada calon pelanggan.
b.
Evaluation Membantu pelanggan mengevaluasi value yang dimiliki oleh perusahaan.
51
c.
Purchase Memperkenankan pelanggan agar dapat membeli produk atau servis spesifik yang diinginkan oleh pelanggan.
d.
Delivery Menyampaikan value yang dimiliki perusahaan kepada pelanggan.
e.
After Sales Memberikan layanan pendukung pasca pembeluan kepada pelanggan.
4.
Customer Relationship Customer
Relationship
Building
Block
menggambarkan
berbagai jenis hubungan yang dibangun perusahaan bersama segmen pelanggan yang spesifik. Relationship dapat bervariasi mulai dari yang bersifat pribadi sampai otomatis. Customer Relationship dapat didorong oleh motivasi berikut : a.
Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition)
b.
Retensi Pelanggan (Customer Retention)
c.
Meningkatkan Penjualan (Boosting Sales / Upselling)
Beberapa kategori dalam membangun relasi dengan konsumen adalah:
Personal Assistance Merupakan
cara
membangun
komunikasi
antara
pelanggan dengan petugas pelayanan pelanggan agar
52
proses pembelian atau pembelian dapat terealisasikan secara baik.
Dedicated Personal Assistance Membangun
relasi
memberikan
servis
kepada khusus
pelanggan dibandingkan
dengan dengan
pelanggan lainnya.
Self-Service Tidak adanya interaksi secara langsung antara pelanggan dan perusahaan, namun perusahaan sudah memberikan kebutuhan yang dibutuhkan oleh pelanggan untuk membantu diri mereka sendiri.
Automated Service Gabungan proses self-service dan automated service.Tipe ini dapat mengenal karakter dan kebutuhan setiap individu dari pelanggan untuk dapat memberikan informasi yang sesuai dengan karakter pelanggan.
Communities Perusahaan
membangun
hubungan
antar
sesama
pelanggan dengan membetuk suatu komunitas untuk saling bertukar pikiran dalam mengetahui keinginan dari para pelanggan.
53
Co-creation Membangun
kesempatan
bagi
pelanggan
untuk
menciptakan nilai proporsisi baru bagi perusahaan. 5.
Revenue Stream Menjelaskan mengenai arus pendapatan yang menampilkan keadaan dari keuangan perusahaan yang diperoleh dari uang tunai dari setiap segmen konsumen. Perusahaan harus mengetahui berapa uang yang rela dikeluarkan setiap segmen untuk mendapatkan suatu value. Model bisnis menjalankan dua jenis revenue stream:
a.
Transaction
Revenue
yang
dihasilkan
dari
satu
kali
pembayaran pelanggan. b.
Recurring
Revenue
yang
dihasilkan
dari
pembayaran
berkelanjutan baik untuk memberikan value proposition kepada pelanggan maupun menyediakan dukungan pelanggan pasca-pembelian. Ada beberapa cara untuk membangun revenue stream : a.
Asset Sale Pengertian revenue stream yang paling luas berasal dari penjualan hak kepemilikan atas produk fisik.
54
b.
Usage Fee Revenue stream dihasilkan dari penggunaan jasa tertentu, semakin sering layanan tersebut digunakan maka semakin banyak pula pelanggan yang membayar.
c.
Brokerage Fee Revenue stream ini bersumber dari layanan perantara yang di lakukan atas nama dua pihak atau lebih.
d.
Advertising Revenue stream ini dihasilkan dari biaya untuk mengiklankan produk, servis, atau merek tertentu.
6.
Key Resources Key Resources Building Block menggambarkan aset-aset terpenting yang diperlukan agar sebuah business model dapat berfungsi. Setiap business model memerlukan key resources, dimana resources memungkinkan perusahaan menciptakan dan menawarkan value proposition, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan dengan Customer Segment, dan memperoleh pendapatan / keuntungan. Kebutuhan key resources berbeda-beda sesuai jenis business model, sumber daya utama dapat dikategorikan sebagai berikut: a.
Physical: Kategori ini meliputi semua bentuk aset fisik seperti fasilitas pabrik, bangunan, kendaraan, mesin, sistem, sistem titik penjualan, dan jaringan distribusi.
55
b.
Intellectual: Intellectual resources seperti merek (brand), pengetahuan yang di lindungi paten dan hak cipta, kemitraan, serta database pelanggan merupakan komponen-komponen yang semakin penting dalam business model yang kuat. Intellectual resources sulit di kembangkan, tetapi jika berhasil akan memberikan nilai yang sangat berarti.
c.
Human: Setiap perusahaan memerlukan Human resources, tetapi orang-orang akan menonjol dalam model bisnis tertentu.
d.
Financial: Beberapa business model membutuhkan sumber daya finansial dan atau jaminan finansial, seperti uang tunai, kredit, atau opsi saham untuk merekrut karyawan andalan.
7.
Key Activities Key
Activities
Building
Block
menggambarkan
hal-hal
terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar dapat beroperasi dengan sukses. Seperti halnya key resources, key activities juga diperlukan untuk menciptakan dan memberikan value proposition, menjangkau pasar, mempertahankan customer relationship, dan memperoleh revenue. Seperti key resources, key activities juga akan berbeda-beda sesuai dengan business model yang digunakannya. Key activities dikategorikan sebagai berikut : a.
Problem Solving Key Activities jenis ini terkait dengan penawaran solusi baru untuk
masalah-masalah
pelanggan
individu.
Kegiatan
56
konsultan, rumah sakit, dan organisasi jasa lain biasanya di dominasi aktivitas pemecahan masalah. b.
Production Aktivitas yang berhubungan dengan perancangan, pembuatan dan pengiriman produk dalam kuantitas tertentu dengan kualitas terbaik
c.
Platform / Network Aktivitas yang berhubungan dengan jaringan atau saran sebagai pendukung berjalannya bisnis model. Sebagian besar adalah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi
8.
Key Partnership Key Partnership Building Block menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja. Perusahaan membentuk kemitraan dengan berbagai alasan, dan kemitraan menjadi landasan dari berbagai business model. Perusahaan menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan business model, mengurangi risiko, atau memperoleh resources dari kemitraan tersebut. Kita dapat membedakan empat jenis kemitraan yang berbeda : a.
Strategic alliances antara non-kompetitor.
b.
Coopetition kemitraan strategis antar pesaing.
c.
Joint ventures untuk mengembangkan bisnis baru.
d.
Hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin pasokan yang dapat diandalkan.
57
Agar bermanfaat, maka di bedakan tiga motivasi dalam membangun kemitraan : a.
Optimisasi dan skala ekonomi : Bentuk paling mendasar dari kemitraan atau hubungan antara pembeli-pemasok dirancang untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya dan aktivitas. Tidak efisien dan tidak logis bagi sebuah perusahaan untuk memiliki
semua
resources
atau
mengerjakan
semua
aktivitasnya sendiri. Optimisasi dan skala ekonomi kemitraan biasanya dibuat untuk mengurangi biaya, dimana sering kali melibatkan
outsourcing
atau
pemanfaatan
infrastruktur
bersama. b.
Pengurangan risiko dan ketidakpastian : Kemitraan dapat membantu mengurangi risiko dalam lingkungan kompetitif yang bercirikan ketidakpastian. Bukan sesuatu yang tidak biasa bagi pesaing untuk membentuk aliansi strategis dalam satu area walaupun tetap bersaing di area lainnya.
c.
Akuisisi resources dan aktivitas tertentu : Hanya sedikit perusahaan yang memiliki semua sumber daya atau melakukan semua aktivitas yang di gambarkan oleh business model perusahaan
tersebut.
Kebanyakan
mereka
lebih
suka
memperluas kemampuan dengan mengandalkan perusahaan lain untuk melengkapi sumber dayanya atau melaksanakan aktivitas-aktivitas tertentu. Kemitraan semacam ini muncul
58
karena adanya kebutuhan untuk memperoleh pengetahuan, lisensi, atau akses kepada pelanggan. 9.
Cost Structure Cost Structure Building Block menggambarkan semua biaya yang di keluarkan untuk mengoperasikan business model. Blok bangunan ini menjelaskan biaya terpenting yang muncul
ketika
Menciptakan customer
mengoperasikan
dan
memberikan
relationship,
dan
model
bisnis
value,
mempertahankan
menghasilkan
tertentu.
revenue,
menyebabkan timbulnya biaya. Perhitungan biaya semacam ini relatif lebih mudah setelah key resources, key activities, dan key
partnership
ditentukan.
Business
model
harus
meminimalkan biaya, Akan tetapi cost structure yang rendah lebih penting bagi beberapa model bisnis daripada model bisnis lainnya. Oleh karena itu cost structure di bedakan dalam dua kelas, yaitu cost driven dan value driven. a. Cost Driven Business Model Cost Driven berfokus pada peminimalan biaya. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan cost structure seramping mungkin, menggunakan value proposition dengan harga rendah. b. Value Driven
59
Tidak
semua
perusahaan
memfokuskan
strateginya
terhadap implikasi biaya pada desain model bisnis tertentu, fokus strategi difokuskan pada penciptaan nilai. Premium value proposition dan layanan personalisasi biasanya menjadi ciri bisnis model dengan strategi value driven. Cost structure dapat memiliki karakteristik berikut : a. Fixed Cost Biaya-biaya yang tetap sama meskipun volume barang atau jasa yang dihasilkan berbeda-beda. b. Variable Cost Biaya-biaya yang bervariasi secara proporsional dengan volume barang atau jasa yang dihasilkan. c. Economic of Scale Keunggulan biaya yang dinikmati suatu bisnis ketika produksinya berkembang. d. Economic of Scope Keunggulan biaya yang dinikmati bisnis terkait dengan lingkup operasional yang lebih besar.
2.5
Idea Generation Sekarang ini industri kuliner di Indonesia cukup meningkat tajam seiring dengan inovasi - inovasi dalam industri kuliner. Sekarang ini juga hampir setiap bulan terdapat acara - acara yang bertemakan wisata kuliner,
60
sebagai contoh: Market Museum, Jakarta Cullinary Passport, Brightspot, Culinnary Festival, dan lain - lainnya. Dalam acara - acara tersebut banyak berbagai kuliner dengan inovasi baru yang sebelumnya jarang ditemui. Hal ini menyebabkan berubahnya perilaku konsumen atau consumer behaviour di Indonesia. Masyarakat Indonesia suka dengan sesuatu yang baru dan inovatif. Maka dari itu PT. Rasa Indonesia mencoba membuat sebuah produk kuliner yang berasal dari telur itik yang diberi nama R.A.W, yang merupakan kembangan dari sebuah produk telur asin yang diberikan cita rasa yang belum pernah dirasakan kosumen telur asin sebelumnya. PT. Rasa Indonesia dengan produk R.A.W ingin memanjakan penikmatnya dengan memberikan cita rasa, PT. Rasa Indonesia memberikan 3 pilihan rasa dalam produk R.A.W, yaitu rasa spicy, rasa oregano, rasa barbercue. PT. Rasa Indonesia memberikan rasa - rasa tersebut dengan maksud agar memberikan pengalaman baru bagi penikmat telur asin di Indonesia serta kedepannya dapat diterima tidak hanya oleh pasar Indonesia, tetapi juga dapat dinikmati oleh pasar Internasional. PT. Rasa Indonesia memberikan solusi kepada penikmat telur asin yang bosan dengan rasa telur yang hanya berasa asin saja. PT. Rasa Indonesia akan beroperasi di area Jakarta dan sekitarnya untuk pertama kali nya. Karena Jakarta merupakan market terbaik di Indonesia. PT. Rasa Indonesia dengan produk R.A.W ini tidak menjual sembarang telur asin melainkan telur asin dengan kualitas baik. Berdasarkan data statistik menunjukan bahwa adanya kenaikan terhadap industi kuliner di Indonesia, serta data kenaikan taraf pendapatan
61
masyarakat Indonesia tersebut dapat disimpulkan bisnis kuliner Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan, hal ini menjadikan peluang bagi bisnis baru dalam bidang kuliner. Masyarakat Indonesia cenderung ingin mencoba sesuatu yang baru yang sebelumnya belum pernah ada atau belum terpikirkan sebelumnya. Produk R.A.W adalah suatu produk kuliner yang sejak lama sudah ada di Indonesia tetapi belum ada inovasi di dalamnya. PT. Rasa Indonesia ingin memperkenalkan produk R.A.W ke pasar Indonesia dengan menganalisa dari teori – teori yang sudah ada yaitu PESTELAnalysis, SWOT Analysis, dan Porter Five Forces. PT. Rasa Indonesia berharap dengan menganalisa pasar masyarakat Indonesia, dapat menjadikan produk R.A.W diterima dan dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia dan nantinya oleh masyarakat internasional.