BAB II VALUE PROPOSITION
2.1
Karakter Fiksi & Royalti
2.1.1 Karakter Fiksi Menurut Trumble and Stevenson, Karakter Fiksi Adalah tokoh ciptaan seseorang dalam sebuah karya seni seperti novel, drama, opera, atau film. Penokohan merupakan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku (Jauhari, 2013). Karakterisasi adalah pelukisan watak tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi (Minderop, 2011).
2.1.2 Fungsi Utama Karakter Fiksi Penokohan merupakan unsur penting yang menghidupkan cerita (Jauhari, 2013). Pengarang yang berhasil menghidupkan tokoh-tokoh ceritanya, yang berhasil mengisinya dengan darah dan daging, akan sendirinya meyakinkan kebenaran ceritanya (Sumardjo, 2004).
2.1.3 Metode Penokohan Cara menentukan tokoh karakter (tokoh) dalam hal ini tokoh imajinatif dan menentukan watak dari tokoh atau karakter sangat berbeda.
16
17 Ada beberapa cara yang dipergunakan oleh pengarang untuk melukiskan rupa, watak atau pribadi para tokoh (Jauhari, 2013):. 1. Physical Description (melukiskan bentuk lahir pelakon). 2. Potrayal of thought stream or of conscious thougth (melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya). 3. Reaction to events (melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadian-kejadian). 4. Direct Author Analysis (pengarang langsung menganalisis watak pelakon). 5. Discussion of environment (pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon). 6. Reaction of other about/to character (pengarang melukiskan bagaimana pandangan pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelaku utama) 7. Conversation of other about character (pelakon-pelakon lain dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan tokoh utama).
2.1.4 Royalti Royalti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah (1) uang jasa yang dibayar oleh penerbit kepada pengarang untuk setiap buku yang diterbitkan. (2) bagian produksi atau penghasilan yang dibayarkan kepada orang yang mempunyai hak memberi izin pengusahaan (ekplorasi) minyak dan sebagainya. (3) uang jasa yang dibayarkan oleh orang (perusahaan) atas barang yang diproduksinya kepada orang (perusahaan) yang mempunyai hak paten atas barang tersebut.
18 Royalti menurut Pasal 1 (nomor 21) Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta adalah imbalan atas pemanfaatan Hak Ekonomi suatu Ciptaan atau Produk Hak Terkait yang diterima oleh pencipta dan pemilik hak terkait. Hak Ekonomi menurut Pasal 8 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan. Jenis royalti yang bisa diambil dari sebuah karya atau barang ada 3 Jenis: a. mechanical
: merupakan royalti yang diambil dari penjualan yang
dilakukan seseorang, badan atau perusahaan atas perubahan bentuk yang terjadi dari data master sebuah karya atau barang ciptaan seorang (kelompok) pencipta. b. Syncronization : merupakan royalti yang diambil dari penggunaan suatu karya atau barang ciptaan seorang (kelompok) pencipta untuk suatu kegiatan sinkronisasi terhadap suatu produk audio visual yang dilakukan oleh seseorang, badan atau perusahaan. c. Performing : royalti yang diambil dari lembaga-lembaga yang menyiarkan suatu karya atau barang ciptaan seorang (kelompok) pencipta kepada publik.
2.1.5 Proses Produksi Karakter Fiksi Dalam proses pembuatan karakter fiksi, sebenarnya tidak ada proses yang diharuskan dalam suatu pembuatan sebuah karakter fiksi. Namun dari hasil diskusi kami dengan salah kreator pencipta karakter “Si Juki”, maka kami dapatkan flow atau
19 tahapan-tahapan yang sering digunakan oleh seorang kreator dalam menciptakan sebuah karakter fiksi. Gambar dibawah ini adalah flow yang digunakan oleh kreator pencipta karakter “Si Juki”.
Gambar 2.1. Proses Pembuatan Karakter Fiksi di Indonesia Sumber : Faza Ibnu Ubaidillah (Kreator Si Juki), 2016
Keterangan proses pembuatan karakter fiksi : 1. Development Proses development adalah proses awal dimana para kreator atau pencipta sebuah karakter menentukan apa yang akan mereka ciptakan dan mereka hasilkan. Di dalam proses development sendiri terdapat 2 proses, yaitu: -
Target Market
-
Konsep Karakter
2. Design Pada proses ini para kreator-kreator menciptakan karakter-karakter mereka berdasarkan konsep yang telah mereka dapatkan pada proses sebelumnya.
20 Para kreator-kreator karakter fiksi biasanya menumpahkan segala ide mereka di dalam proses ini. Dalam pembuatan sebuah design biasanya mereka para kreator-kreator memiliki sebuah standard yang sering mereka sebut dengan Character Standard Manual (CSM), yang dimaksud dengan CSM tersebut yaitu seperti : -
Profile Character
-
Coloring
-
Visual, dan lain-lain.
3. Output Proses ini adalah proses terkahir dimana setelah mereka para kreator-kreator menciptakan sebuah karakternya masing-masing, barulah mereka dapat menentukan akan diciptakan atau di implementasikan kemana hasil karakter fiksi mereka tersebut. Ada beberapa media yang dapat meng-implementasikan beberapa karakter fiksi dari para kreator-kreator di Indonesia, seperti komik, karakter, animasi, film dan novel.
2.1.6 Perkembangan Karakter Fiksi Indonesia Perkembangan karakter dalam 5 tahun terakhir sangat pesat, hal ini dikemukakan oleh Iwan Adriansyah, salah satu karyawan divisi data base di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Iwan Mengatakan, lebih dari 1000 karakter yang terdaftar dalam 5 tahun terakhir. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Beng Rahadian, Pendiri Akademi Samali. Akademi Samali merupakan sebuah wadah
21 untuk menggodok para kreator atau calon kreator, agar karyanya layak publish. Dari Akademi Samali telah rilis belasan buku komik yang dibanderol dengan Rp. 30,000Rp. 48,000. Menurut Beng Rahadian, selain perlindungan dan pengumpulan royalti, sosialisasi secara kultural sangat dibutuhkan, sosialisasi dari jenjang sekolah tingkat menengah. Hal ini akan memotong generasi yang tidak menghargai karya dan tidak taat terhadap peraturan untuk membayar hak ekonomi para kreator.
2.2
Kelebihan Model Bisnis Bisnis yang ditawarkan oleh RKFI memiliki kelebihan utama pada adanya
kebutuhan yang ada pada target pasar RKFI. Hal ini didapat oleh RKFI melalui wawancara tatap muka dengan para kreator.
2.2.1 Collecting Royalty Management Collecting Royalty Management merupakan bidang usaha yang masih terbilang sedikit di Indonesia. Badan usaha yang mengurus royalti sudah ada di beberapa sektor, salah satunya untuk bidang musik (WAMI, KCI, dan ROI) dan percetakan (Gramedia). Tapi untuk karakter fiksi sendiri, ini merupakan sebuah hal yang baru. Maka ini akan menjadi bisnis yang menjanjikan melihat dari peluang yang sudah ada, tetapi belum ada yang mengambil.
22
2.2.2 Urgensi Setelah melakukan proses wawancara ke lebih dari 10 creator karakter fiksi. Collecting Royalty Management mempunyai urgensi yang sangat besar. Karena mereka sendiri sadar akan adanya hak-hak mereka yang belum sepenuhnya diurus dengan baik. Hal ini menjadi landasan kuat untuk kami membuat Rumah Karakter Fiksi Indonesia (RKFI). Ada customer jobs, cusmtomer pains, dan customer gains yang belum teratasi. RKFI menawarkan solusi buat hal tersebut.
2.3
Business Model Canvas (9-Building Blocks) Seiring dengan berkembangnya praktik e-commerce membuat para praktisi
bisnis mengubah total model bisnis lama menjadi model bisnis baru yang lebih sesuai. Kepopuleran bisnis dikarenakan banyaknya organisasi yang bertumbuh pesat sehingga menciptakan model bisnis yang tepat. Business Model adalah hal yang wajib dipahami oleh para pelaku bisnis untuk mengembangkan perusahaannya. Salah satu buku mengenai Business Model adalah Business Model Generation karya Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur. Buku ini menggambarkan cara atau metode yang tepat untuk menggambarkan Business Model sebuah perusahaan dengan sebuah konsep yang bernama 9 Building Blocks. Menurut Alexander Osterwalder, Business Model adalah gambaran dasar bagaimana sebuah organisasi membuat, men-deliver dan menangkap value yang ada. Business Model bersifat seperti blueprint untuk strategi yang akan diimplementasikan ke
23 seluruh organisasi, proses dan sistem. Konsep ini dibuat menjadi simple, relevan dan mudah dipahami secara intuitif. Konsep inilah yang diberi nama 9 Building Blocks. Konsep model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur berhasil mengubah konsep bisnis yang rumit menjadi lebih sederhana. Dengan pendekatan kanvas model bisnis ditampilkan dalam satu lembar kanvas yang berisi Sembilan elemen. Kelebihan dari metode kanvas ini karena bentuknya yang sederhana
dapat
mendorong
sebanyak
mungkin
karyawan
terlibat
dalam
pengembangan model bisnis organisasinya. 9 Building Block adalah konsep yang digunakan untuk mendeskripsikan secara logika bagaimana sebuah perusahaan menghasilkan pendapatan. 9 Building Block mencakup empat area utama dalam bisnis, yaitu Customers, Offer, Infrastructure dan Financial Viability. 9 Elemen dalam 9 Building Blocks adalah: 1. Customer Segments (CS) 2. Value Propositions (VP) 3. Channels (CH) 4. Customer Relationship (CR) 5. Revenue Streams (RS) 6. Key Resources (KR) 7. Key Activities (KA) 8. Key Partnership (KP) 9. Cost Structure (CS)
24 Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai 9 Building Blocks :
Gambar 2.2 Nine Building Blocks of Business Model Canvas Sumber : Business Model Generation, 2012
1.
Customer Segments (CS) Customer Segments menunjukkan sekelompok orang atau organisasi yang
ingin digapai atau dilayani perusahaan. Customer adalah inti dari semua Business Model. Tanpa (profitable) customer, perusahaan tidak akan mampu bertahan lama. Untuk lebih memuaskan customer, perusahaan perlu mengelompokkan mereka ke dalam segmen yang berbeda berdasarkan kebutuhan, behaviour atau atribut yang lain. Perusahaan harus mendefinisikan dengan jelas, mana segmen customer yang perlu dilayani, mana yang perlu dihindari. Jika menjalankan bisnis tanpa mengetahui siapa
25 yang akan menjadi target pasar / Customer segment produk yang dijual maka lambat laun bisnis tersebut akan redup bahkan mati dan pada akhirnya mendatangkan kerugian karena sama sekali tidak ada yang berminat untuk membeli apa yang dijual. Dalam dunia marketing target konsumen terbagi menjadi beberapa bagian berikut ini : I.
B2B (Business to Business) Customer segment pertama ini ialah menjadikan para pebisnis sebagai target konsumen bisnis atau singkatnya “Transaksi antar Perusahaan ke perusahaan”, ciri – ciri mereka biasanya merupakan Supplier barang mentah atau produk setengah jadi.
II.
B2C (Business to Customer) Saat menerapkan Metode ini artinya Bisnis kamu lebih menyasar kepada konsumen akhir. Dan ini biasanya langsung berhadapan dengan pelanggan.
III.
Pasar Luas (Mass Market) Model dan metode Customer segment dalam Bisnis ini tidak membedakan segmen-segmen pelanggan yang berbeda. Biasanya ditemukan dalam sektor produk elektronik.
IV.
Pasar Ceruk (Niche Market) Jika kamu memilih Model Customer Segment satu ini artinya kamu menjalankan bisnis yang hanya melayani orang – orang tertentu saja atau lebih spesifik dan Spesialisasi.
26
2.
Value Propositions (VP) Value Proposition mendeskripsikan sejumlah produk atau layanan yang
memberikan nilai (value) untuk segmen customer yang spesifik. Value Proposition adalah alasan mengapa customer berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Value Proposition memecahkan permasalahan customer atau memenuhi kebutuhannya. Value Proposition dapat bersifat inovatif serta merepresentasikan penawaran yang baru, atau bersifat sama atau sejenis dengan yang sudah ada namun dengan beberapa tambahan fitur. Value proposition membuat nilai tambah untuk segmen pasar melalui pencampuran elemen-elemen yang sesuai dengan kebutuhan segmen pasar. Nilai tambah dapat bersifat kuantitatif (Misalnya: harga, kecepatan pelayanan) dan kualitatif (Misalnya: desain, pengalaman pelanggan). Beberapa elemen yang berkontribusi pada pembentukan nilai tambah adalah:
Kebaruan (Newness)
Proposisi nilai kebaruan adalah proposisi nilai yang sebelumnya tidak pernah ditawarkan oleh perusahaan manapun karena tidak ada penawaran seperti itu.
Kinerja (Performance)
Meningkatkan kualitas produk ataupun kinerja dalam pelayanan merupakan cara yang umum untuk membuat nilai tambah
Kustomisasi (Customization)
27 Adalah produk atau jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan individual pelanggan. Sekarang dikembangkan konsep mass cuztomization yaitu bentuk penyesuaian kebutuhan individu tetapi bisa diproduksi secara massal. Dewasa ini, produk-produk mass customization dan co-creation menjadi semakin penting.
Penyelesaian Pekerjaan (Getting the Job Done)
Nilai tambah ini dapat dibuat dengan cara membantu pelanggan dalam menyelesaikan beberapa pekerjaan.
Desain (Design)
Nilai tambah desain adalah atribut yang penting namun sulit untuk diukur. Sebuah produk dapat tampak mewah karena desain yang bagus. Dalam industri fashion dan elektronik, desain adalah value proposition yang sangat penting.
Merek/Status (Brand/ Status)
Pelanggan dapat menemukan nilai tambah dalam merek dari suatu produk ataupun jasa. Nilai tambah merek ini dianggap dapat meningkatkan status sosial ekonomi pelanggan yang memakai produknya.
Harga (Price)
Ketika perusahaan menawarkan produk yang mirip dengan produk yang telah ada di pasar dan lebih murah dibanding produk lain tersebut adalah cara umum untuk memenangkan segmen pasar yang sensitif terhadap harga.
Pengurangan Biaya (Cost Reduction)
Perusahaan dapat memberikan nilai kepada pelanggan berupa pengurangan biaya dari aktivitas yang dilakukan oleh pelanggan.
28
Pengurangan Risiko (Risk Reduction)
Perusahaan dapat memberikan nilai kepada pelanggan dengan cara mengurangi risiko yang dihadapi pelanggan. Misalnya adalah garansi produk atau jasa dari sebuah perusahaaan untuk melayani keluhan pelanggan akibat produk atau jasa tersebut rusak atau tidak dapat digunakan.
Akses (Accessibility)
Cara lain untuk memberikan nilai tambah adalah membuat produk atau jasa yang dapat dijangkau oleh pelanggan dimana pelanggan sebelumnya tidak dapat menjangkau produk atau jasa tersebut. Hal ini merupakan hasil dari inovasi model bisnis, teknologi baru, maupun gabungan dari keduanya.
Kenyamanan/Kemudahan Penggunaan(Convenience/ Usability)
Perusahaan juga dapat menciptakan nilai tambah dengan cara membuat produk yang lebih nyaman dan mudah untuk digunakan.
3.
Channels (CH) Channels mendeskripsikan bagaimana perusahaan berkomunikasi dan
menggapai segmen customer mereka untuk men-deliver Value Proposition. Komunikasi, distribusi dan penjualan merupakan interface antara perusahaan dan pelanggan. Channels memainkan peran penting dalam customer experience. Channels memiliki beberapa fungsi, yaitu:
Meningkatkan awareness dari customer terhadap produk atau jasa perusahaan.
Membantu customer untuk mengevaluasi Value Proposition dari perusahaan.
29
Memudahkan customer untuk membeli produk atau jasa.
Men-deliver Value Proposition kepada customer.
Menyediakan dukungan pelanggan (after-sales).
Channels dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu Direct (tenaga penjual/sales, website, toko pribadi) dan Indirect (partner stores, wholesaler). Channels dapat dibedakan menjadi 5 fase, yaitu Awareness, Evaluation, Purchase, Delivery, After Sales. Pada fase awareness, channels berfungsi untuk mengenalkan perusahaan kepada pelanggan. Selanjutnya fase evaluation adalah fase untuk saling menilai antara perusahaan dan pelanggan. Fase selanjutnya adalah fase purchase yaitu fase pembelian dimana perusahaan dan pelanggan melakukan proses transaksi jual beli produk. Setelah proses transaksi, maka channels masuk pada fase delivery pelanggan berhak mendapatkan “janji” yang ditawarkan, dan di lain pihak, perusahaan berkewajiban memenuhi “janji” yang ditawarkan dan berhak mendapatkan penghargaan. Selanjutnya fase terakhir adalah fase after sales yang seringkali dilupakan atau tidak diperhatikan oleh perusahaan. Fase after sale adalah fase penentu apakah pelanggan melakukan transaksi ulang dengan perusahaan atau pelanggan sudah cukup sekali saja melakukan transaksi. Kemudahan pelanggan dalam menyampaikan saran maupun keluhan merupakan saat yang menentukan keberlangsungan hubungan kerjasama jangka panjang.
30
4.
Customer Relationship (CR) Customer
Relationship
mendeskripsikan jenis
relasi
yang dibangun
perusahaan dengan pelanggan. Perusahaan harus menentukan jenis relasi dengan pelanggan personal atau automated. Relasi yang dipilih akan sangat menentukan bagaimana customer experience yang akan dihasilkan. Contoh dari Customer Relationship adalah personal assistance, dedicated personal assistance, self-service, automated service, communities, co-creation.
5.
Revenue Streams (RS) Revenue Streams merepresentasikan cash yang di-generate dari tiap Customer
Segment. Perusahaan harus mengetahui value apa yang membuat Customer Segment mau membayar. Tiap-tiap Revenue Stream dapat memiliki mekanisme pricing yang berbeda, seperti fixed list, tawar-menawar, lelang, market-dependent, volumedependent dan yield management. Sebuah Business Model dapat memiliki dua jenis Revenue Stream yang berbeda, yaitu:
Revenue transaksi yang dihasilkan dari one-time customer payments.
Revenue berulang yang dihasilkan dari pembayaran terus-menerus untuk sebuah Value Proposition atau after sales customer support.
31 Beberapa cara untuk menghasilkan Revenue Stream adalah Asset sale, Usage fee,
Subscription
fee,
Lending/Renting/Leasing,
Licensing,
Brokerage
fees,
Advertising. 6.
Key Resources (KR) Key Resources mendeskripsikan aset atau sumber daya yang sangat penting
(aset kunci) yang diperlukan untuk membuat sebuah Business Model berjalan. Sumber daya ini memungkinkan perusahaan untuk membuat dan menawarkan Value Proposition, menggapai pasar, me-maintain hubungan dengan Customer Segments dan mendapatkan revenue. Tiap-tiap Business Model akan memerlukan Key Resources yang berbeda. Key Resources dapat berbentuk fisikal, finansial, intelektual atau manusia. Key Resources dapat dimiliki atau disewa oleh perusahaan atau didapatkan dari partner. Contoh dari Key Resources adalah mesin, bangunan, brand, paten, hak cipta, human resource, uang dan lain-lain.
7.
Key Activities (KA) Key Activities mendeskripsikan hal-hal penting (aktivitas) yang harus
dilakukan perusahaan agar
Business Model-nya berjalan. Key Activities dapat
dikategorikan menjadi Production, Problem Solving dan Platform/Network.
8.
Key Partnerships (KP) Key Partnership mendeskripsikan jaringan supplier atau partner yang
membuat sebuah Business Model berjalan. Perusahaan membentuk relasi dengan
32 partner untuk banyak alasan sehingga partnership menjadi hal yang sangat penting bagi banyak Business Model. Perusahaan membentuk aliansi untuk mengoptimalkan Business Model-nya, mengurangi resiko atau mendapatkan sumber daya tertentu. Partnerships dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
Strategic Alliances antara dua perusahaan yang bukan kompetitor.
Cooperation, yaitu strategic partnership antara kompetitor.
Joint Ventures untuk membangun bisnis baru.
Buyer-Supplier relationship untuk menjamin supply yang handal. Alasan dan motivasi untuk membangun partnership dapat dibedakan menjadi
3, yaitu:
9.
Optimization and economy of scale.
Reduction of risk and uncertainty.
Acquisition of particular resources and activities.
Cost Structure (CS) Cost Structure mendeskripsikan semua biaya yang muncul untuk menjalankan
sebuah Business Model. Biaya akan muncul ketika perusahaan membuat dan mendeliver value, me-maintain Customer Relationship dan lain-lain. Biaya-biaya tersebut akan mudah diidentifikasi setelah mendefinisikan Key Resources, Key Activities dan Key Partnership. Secara garis besar, perusahaan dapat memilih apakah ingin menjadi costdriven (mengutamakan penekanan biaya) atau value-driven (mengutamakan
33 keunggulan produk). Cost Structure dapat memiliki beberapa karakteristik, seperti fixed cost, variable cost, economies of scale, economies of scope.
2.4
Porter’s 5 Forces Di dalam teori persaingan ada suatu teori dari Michael Porter yang sangat
terkenal pada saat menganalisis persaingan atau competition analysis. Teori tersebut sangat terkenal dengan istilah Porter Five Forces Model. Analisis yang biasa digunakan sebuah perusahaan adalah siapa pesaing langsung perusahaan tersebut dan akhirnya mereka terjebak dalam ”competitor oriented”, sehingga tidak mempunyai visi pasar yang jelas.
Gambar 2.3. Porter’s Five Forces of Competitive Position Analysis Sumber : Business 2 Community, 2014 Dalam five forces model digambarkan bahwa kita juga bersaing dengan pesaing potensial kita, yaitu mereka yang akan masuk, para pemasok atau supplier,
34 pembeli atau konsumen, dan produsen produk-produk pengganti. Terdapat lima kekuatan yang mempengaruhi persaingan dalam industri, yaitu : 1. Ancaman dari pendatang baru (threat of new entrants). Pendatang baru dapat membahayakan perusahaan-perusahaan yang telah ada, karena menghasilkan kapasitas produksi tambahan, dimana kapasitas tambahan ini akan menekan agar biaya bagi pembeli rendah, yang mengakibatkan turunnya penjualan dan laba bagi perusahaan yang ada dalam industri tersebut. Seringkali pendatang baru memiliki sumber daya dalam jumlah besar dan memiliki kemauan yang kuat untuk memperoleh pangsa pasr. 2. Ancaman dari produk pengganti (threat of substitute products). Apabila harga yang ditawarkan produk pengganti tersebut akan lebih murah/rendah dan mutu serta kemampuan kinerja produk pengganti tersebut sama atau melebihi dari produk sebelumnya. 3. Kekuatan tawar-menawar dari pemasok (bargaining power of suppliers). Pemasok merupakan ancaman serius bagi perusahaan-perusahaan, jika berintegrasi ke depan ke arah industri pembeli. 4. Kekuatan tawar-menawar dari pembeli (bargaining power of buyers), dimana pembeli lebih suka membeli produk dengan harga serendah mungkin. Hal ini mengakibatkan industri dapat memperoleh pengembalian (laba) serendah mungkin. Pembeli akan menuntut kualitas yang lebih tinggi, pelayanan yang lebih baik serta harga yang murah, dimana hal ini mendorong persaingan antar perusahaan dalam suatu industri.
35 5. Persaingan kompetitif di antara anggota industri (rivalry among competitive firms), dimana perusahaan bersaing secara aktif satu dengan lainnya untuk mencapai daya saing strategis dan laba yang tinggi. Pencapaian hal-hal tersebut, menuntut keberhasilan yang relatif terhadap para pesaing, dengan demikian persaingan yang terjadi antara perusahaan-perusahaan tersebut distimulasi pada saat satu
atau lebih perusahaan merasakan tekanan
persaingan atau apabila mereka mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan posisi
pasar
mereka.
Karena
perusahaan-perusahaan
dalam
industri
bergantung satu sama lain, tindakan satu perusahaan seringkali mengundang reaksi dari pesaingnya.
2.5
Analisa Lingkungan Eksternal Bisnis (PESTEL) Analisis PESTEL dibagi menjadi 6 kategori: Political, Economic, Social,
Technological, Environment, dan Legal. 1. Politic Analisis pada bagian politik adalah membahas tingkatan kebijakan pemerintah, stabilitas politik atau ketidakstabilan di pasar luar negeri, kebijakan perdagangan luar negeri, kebijakan pajak, hukum ketenagakerjaan, dan lainnya berdampak pada perusahaan dan bagaimana mereka menjalani bisnis mereka. Perusahaan harus mampu menyesuaikan kebijakan pemasaran mereka sesuai dengan hukum yang berlaku.
36 Dalam era kepemimpinan Presiden Joko Widodo mengeluarkan paket kebijakan ekonomi jilid I sampai dengan jilid V, yang isinya adalah: a. Untuk paket kebijakan ekonomi jilid I berfokus pada tiga hal besar, yakni meningkatkan daya saing industri, mempercepat proyek-proyek strategis nasional, dan mendorong investasi di sektor properti. b. Untuk paket kebijakan ekonomi jilid II terdiri dari kemudahan layanan investasi 3 Jam, pengurusan tax allowance dan tax holiday lebih cepat, pemerintah tidak memungut PPN untuk alat transportasi, insentif pengurangan pajak bunga deposito, insentif fasilitas di kawasan pusat logistik berikat, dan perampingan izin sektor kehutanan. c. Untuk paket kebijakan ekonomi jilid III, yaitu pemangkasan perizinan dari hitungan bulan atau hitungan hari, dapat diselesaikan dalam hitungan jam, perluasan penerima KUR, dan penurunan harga bbm, listrik serta gas. d. Untuk paket kebijakan ekonomi jilid IV memutuskan skema kenaikan upah buruh setiap tahun dengan menggunakan formula, yakni, upah tahun berjalan, ditambah dengan inflasi, dan pertumbuhan ekonomi. Sehingga, dengan begitu pengusaha dan buruh sudah memprediksi berapa upah yang akan naik setiap tahunnya. e. Untuk paket kebijakan ekonomi jilid V akan ada pemotongan tarif Pajak Penghasilan (PPH) revaluasi baik untuk badan usaha maupun individu yang melakukan pembukuan dan instrumen investasi Real Estate Investment Trust (REIT) akan bebas dari pajak berganda.
37 2. Economic Faktor ekonomi memiliki dampak yang signifikan pada bagaimana suatu perusahaan melakukan bisnis dan juga seberapa menguntungkan bisnis tersebut. Faktor-faktor tersebut termasuk pertumbuhan ekonomi, suku bunga, nilai tukar, inflasi, pendapatan dari konsumen dan bisnis dan sebagainya. Tidak ada jaminan bahwa situasi politik di Indonesia akan stabil atau Pemerintah akan menerapkan kebijakan ekonomi yang kondusif untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi. 3. Social Membuka lapangan usaha, memberikan modal kerja dan sebagainya, faktor-faktor ini menjadi perhatian khusus karena mereka memiliki dampak langsung terhadap bagaimana perusahaan memahami pelanggan dan memberikan kembali kepada pelanggan dan masyarakat. 4. Technology Teknologi merupakan salah satu aspek penting dalam proses produksi khususnya untuk barang-barang yang menjadi konsumsi masyarakat seharihari, karena penggunaan teknologi yang tepat akan berdampak terhadap kualitas produk, serta kebersihan produk dan daya tahan produk tersebut sebelum sampai ke tangan konsumen. Bagi Konsumen sendiri penggunaan teknologi yang baik dapat meningkatkan rasa percaya terhadap merek produk tersebut. Sedangkan pemerintah menetapkan standar penggunaan teknologi bagi perusahaan sebagai wujud jaminan bagi konsumen bahwa produk buatan dalam negeri aman untuk dikonsumsi.
38 5. Environment Indonesia rentan terhadap bencana alam dan fenomena lain di luar kendali yang dapat menimbulkan ganguan serius pada bisnis dan menimbulkan permasalah produksi. Beberapa daerah operasi pemasaran rentan terhadap bencana alam, seperti banjir, petir, angin puyuh, gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, kebakaran atau peristiwa lain yang berada di luar kendali. Semua hal di atas tersebut dapat mengganggu kegiatan operasional perusahaan dan mengakibatkan kerusakan peralatan yang memberi dampak merugikan pada kinerja keuangan dan hasil operasi perusahaan. Untuk mengurangi risiko-risiko di atas perusahaan diharapkan menerapkan Business Continuity Management, Disaster Recovery Plan dan telah mengasuransikan asetnya untuk melindungi dari potensi kerugian yang diakibatkan oleh bencana alam dan peristiwa lain yang terjadi di luar kendali. 6. Law & Regulation Pemerintah merupakan regulator yang membuat, menerapkan dan menegakkan peraturan yang relevan. Pemerintah menerbitkan berbagai peraturan yang terkait dengan industri dan perdagangan seperti Hukum Perlindungan Konsumen sebagai perangkat hukum yang diciptakan untuk melindungi dan terpenuhinya hak konsumen. Berikut adalah dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan adalah:
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33
39
Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821
Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian Sengketa
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
Surat
Edaran
Dirjen
Perdagangan
Dalam
Negeri
No.
235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penanganan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota
Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795 /DJPDN/SE/12/2005
tentang
Pedoman
Pelayanan
Pengaduan
Konsumen Terdapat peraturan lainnya adalah Hukum Ketenagakerjaan yang mengatur hubungan tenaga kerja dengan perusahaan, dan menyangkut hakhak serta kewajiban yang didapat dan harus dilakukan. Ruang lingkup hukum ketenagakerjaan Indonesia telah diatur secara lengkap dalam:
UU NO 13 tahun 2003 yang terdiri dari XVIII Bab dan 193 Pasal
UU NO 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
40 Selain itu, ada UU NO 28 tahun 2014 mengenai Hak Cipta, Undangundang yang mengatur tentang pengertian hak cipta, pencipta, dan karya ciptaan.
2.6
Analisa TOWS Salah satu alat dalam pengembangan strategi yang terkenal adalah SWOT
Matrix (Strength, Weakness, Opportunities, Threat). Inilah mengapa TOWS Analysis adalah varian dari alat bisnis klasik yakni SWOT Analysis. Pola pendekatannya yang berbeda namun pada prinsipnya masih menggunakan environment eksternal dan internal.
TOWS Analysis akan lebih dominan melihat sudut pandang Eksternal
dibandingkan SWOT Analysis yang menggunakan sudut pandang Internal. Strategi bertujuan menciptakan sebuah kemenangan dalam seni berorganisasi atau berbisnis. TOWS Matrix Analysis adalah alat sederhana untuk menghasilkan pilihan strategi bagi perusahaan Anda. Dengan TOWS Matrix Anda dapat melihat secara cerdas bagaimana memanfaatkan peluang yang terbuka dan pada saat yang bersamaan dapat melindungi kelemahan dari ancaman yang ada. Berikut ini adalah cara Anda mengembangkan strategi memakai pendekatan TWOS Matrix. Kombinasi dari faktor internal dan eksternal akan menghasilkan sebuah pilihan strategi yang baik. 1. Strengths & Opportunities (SO) Bagaimana Anda dapat menggunakan Kekuatan (Strengths) untuk mengambil keuntungan dari Peluang (Opportunities) yang ada. Kekuatan adalah faktor
41 internal yang Anda miliki, baik bersifat individual ataupun kelompok. Faktor kekuatan ini dapat menjadi paramater paling krusial dalam keberhasilan strategi Anda. 2. Strengths & Threats (ST) Bagaimana Anda dapat menggunakan Kekuatan (Strength) untuk menghadapi adanya potensi dan Ancaman (Threats) yang nyata. Kekuatan juga diperlukan dalam mengatasi ancaman kompetitor, dan dalam dunia bisnis dimana perubahan atau dinamika pasar yang sangat cepat, akan membuat perubahan yang cepat pula setiap pemain.
Semisal kekuatan Anda adalah jumlah
jaringan bisnis yang tersebar luas, maka pengelolaan dan pengawasan harus semakin intensif agar kompetitor tidak memakan pangsa pasar berlebihan. 3. Weaknesses and Opportunities (WO) Bagaimana Anda dapat menggunakan Peluang (Opportunites) untuk mengatasi kelemahan (Weakness). Selain kekuatan yang bisa dikedepankan, kelemahan dalam organisasi Anda pun harus dapat diminimalkan, agar tidak menjadi mangsa bagi pesaing dan pasar.
Dengan adanya peluang yang
terbuka, maka kelemahan Anda dapat dikelola lebih baik. 4. Weaknesses and Threats (WT) Bagaimana
Anda
dapat
meminimalkan
menghindari Ancaman (Threats).
kelemahan
(Weakness)
dan
Kelemahan yang ada harus dapat
menghindari ancaman nyata atau ancaman potensi.
Kerjasama antar tim
sangat diperlukan agar kelemahan ini tidak membuat organsasi Anda sulit bersaing.
42
2.7
Marketing Mix Menurut Wilson Setiawan dan Drs. Sugiono Sugiharto M.M. dalam Jurnal
Manajemen Pemasaran Vol2,No 1 (2014) Jurnal Strategi Pemasaran. Marketing mix adalah Serangkaian dari variabel pemasaran yang dikuasai oleh pemasaran dan digunakan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran. Marketing Mix digunakan oleh pemasar agar produknya dapat memasuki pasar sasaran atau target market. Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa bauran pemasaran merupakan variable-variabel terkendali yang digabungkan untuk menghasilkan tanggapan yang diharapkan dari pasar. Terdapat 7 unsur marketing mix (Marketing Mix-7p) yaitu: Product, Price, Promotion, Place, Participant, Process, dan Physical Evidence. 1. Product (Produk) Produk merupakan elemen penting dalam sebuah program pemasaran. Strategi produk dapat mempengaruhi strategi pemasaran lainnya. Pembelian sebuah produk bukan hanya sekedar untuk memiliki produk tersebut tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. 2. Price (Harga) Harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Selain itu harga salah satu faktor penting konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak. Harga dikatakan mahal, murah atau biasa-biasa saja dari setiap individu
43 tidaklah harus sama, karena tergantung dari persepsi individu yang dilatar belakangi oleh lingkungan kehidupan dan kondisi individu. 3. Promotion (Promosi) Promosi adalah kegiatan mengkomunikasikan informasi dari penjual kepada konsumen atau pihak lain dalam saluran penjualan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku. Melalui periklanan suatu perusahaan mengarahkan komunikasi persuasif pada pembeli sasaran dan masyarakat melalui media-media yang disebut dengan media massa seperti Koran, majalah, tabloid, radio, televisi dan direct mail. 4. Place (Saluran Distribusi) Saluran distribusi suatu barang adalah keseluruhan kegiatan atau fungsi untuk memindahkan produk disertai dengan hak pemiliknya dari produsen ke konsumen akhir atau pemakai industri. Distribusi berkaitan dengan kemudahan memperoleh produk di pasar dan tersedia saat konsumen mencarinya. Distribusi memperlihatkan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menjadikan produk atau jasa diperoleh dan tersedia bagi konsumen sasaran. 5. People (Partisipan) Yang dimaksud partisipan disini adalah karyawan penyedia jasa layanan maupun penjualan, atau orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses layanan itu sendiri. 6. Process (Proses)
44 Proses adalah kegiatan yang menunjukkan bagaimana pelayanan diberikan kepada konsumen selama melakukan pembelian barang. 7. Physical Evidence (Lingkungan fisik) Lingkungan fisik adalah keadaan atau kondisi yang di dalamnya juga termasuk suasana. Karakteristik lingkungan fisik merupakan segi paling nampak dalam kaitannya dengan situasi. Yang dimaksud dengan situasi ini adalah situasi dan kondisi geografi dan lingkungan institusi, dekorasi, ruangan, suara, aroma, cahaya, cuaca, pelatakan dan layout yang nampak atau lingkungan yang penting sebagai obyek stimuli.
2.8
Segmenting, Targeting, Positioning Segmenting adalah membagi pasar menjadi segmen - segmen konsumen
yang sama jenisnya, targeting adalah memilih satu atau lebih segmen pasar dan positioning adalah penempatan produk agar tercipta kesan tertentu di ingatan konsumen. Keuntungan Segmentasi pasar : ● Sebagai dasar untuk strategi pemasaran ● Membantu menghadapi perubahan permintaan pasar ● Untuk menilai kekuatan dan kelemahan pesaing ● Memudahkan alokasi kegiatan pemasaran
Dasar - dasar segmentasi pasar : Tabel 2.1 Dasar-dasar segmentasi pasar
45 Pasar konsumen
Tanggapan
konsumen
terhadap
suatu
produk. Pasar industri
Tingkat penggunaan
Siapa
konsumen
akhir Sumber : Penulis, 2016 Persyaratan Segmenting : ● Dapat diukur ● Mendatangkan Keuntungan ● Dapat di capai dan dilayani secara efektif ● Program disusun untuk menarik dan melayani konsumen segmen tersebut. Prosedur Segmenting : 1. Tahap survey yaitu penelitian awal, untuk mengetahui motivasi sikap dan perilaku konsumen. 2. Tahap analisis untuk menganalisis dan mengeluarkan faktor - faktor yang berkorelasi tinggi. 3. Tahap profiling untuk masing - masing segmen diberi ciri yang berbeda – beda. Targeting terbagi 3 bagian yaitu :
46 ● Undifferentiated marketing : tidak ada perbedaan segmentasi seluruh pasar ingin di jangkau. ● Dufferetiated marketing : pasar di bagi beberapa segmen dan perusahaan membuat penawaran -penawaran berbeda untuk masing masing segmen. ● Concentrated marketing : konsentrasi pada satu segmen. Positioning merupakan tindakan merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat menciptakan kesan tertentu di benak konsumen. Langkah - langkah dalam positioning : 1. Mengenali keunggulan - keunggulan yang dapat di tampilkan. 2. Memilih keunggulan yang paling kuat. 3. Menyampaikan keunggulan secara efektif pada targeting.
2.9
Strategi Penetapan Harga Strategi penetapan harga menjadikan tantangan yang semakin meningkat
untuk banyak perusahaan, karena deregulasi, informasi dari pembeli, persaingan global yang ketat, pertumbuhan pasar yang lambat dan peluang perusahaan untuk meningkatkan posisi pasarnya. Harga berdampak pada kinerja keuangan dan berpengaruh penting pada nilai penempatan posisi merek di benak pelanggan. Harga juga memungkinkan menjadi sebuah perwakilan dari ukuran kualitas produk manakala pelanggan sulit mengevaluasi produk yang kompleks.
47 Di dalam proses penetapan harga jual suatu produk, perusahaan hendaknya mengikuti prosedur yang terdiri dari enam langkah pokok, yaitu memilih sasaran harga, menentukan permintaan, memperkirakan biaya, menganalisis pesaing, memilih metode harga dan memilih harga akhir. Terdapat dua strategi penetapan harga yaitu :
1) Pendekatan Market Based Pricing Pada pasar kompetitif dimana mungkin terdapat diferensiasi produk, market based pricing menyajikan rasional pricing dirancang untuk mengantar tingkatan tinggi nilai pelanggan dan profitabilitas usaha. Market based pricing dimulai dengan kebutuhan pelanggan, posisi para pesaing dan penempatan produk usaha dan bekerja mundur ke margin. Strategi ini terdiri dari : •
Penetapan Harga skim
•
Value In Use Pricing
•
Perceived Value Pricing
•
Segment Pricing
•
Strategic Account Pricing
•
Plus One Pricing
2) Pendekatan Cost Based Pricing Pendekatan cost based pricing dimulai dengan biaya produk dan target margin dan bekerja menuju harga pasar. Cost based pricing bisa mengarah kepada pricing kurang atau lebih pada pasar dimana diferensiasi mungkin ada. Akan
48 tetapi, pada pasar dimana diferensiasi minim dan pelanggan dalam situasi price sensitive, cost based pricing dapat menjadi pendekatan yang cocok untuk pricing. Pendekatan ini paling banyak dilakukan dalam bisnis dikarenakan sulitnya mencari data pelanggan dan kompetitor. Strategi cost based pricing terdiri dari: • Floor Pricing • Cost Plus Pricing • Penetration Pricing • Low Cost Leader Pricing • Competitive Bid Pricing • Harvest Pricing Sebenarnya masalah penjualan dan penetapan harga itu merupakan salah satu bagian dari rencana kerja dalam rangka persiapan penjualan barang. Tugas bagian penjualan itu meliputi pekerjaan persiapan penjualan dan pelaksanaannya. Kebijaksanaan penentuan harga jual barang yang dihasilkan itu, sesungguhnya erat sekali hubungannya dengan usaha pemasaran barang (marketing) yang sedang dilaksanakan perusahaan.
2.10 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan
49 diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan.Atau kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatankegiatan tersebut. Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user. Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan perilaku. Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu. Kesemuanya ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran masingmasing. Peran yang dilakukan tersebut adalah: (1) Initiator, adalah individu yang
50 mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu; (2) Influencer, adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi mengenai kriteria yang diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak; (3) Decider, adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya; (4) Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi pembelian sesungguhnya; (5) User, yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian terhadap suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor ekonomi, psikologis, sosiologis dan antropologis. Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran perusahaan. Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut: (1) Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain;
51 (2) Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung; (3) Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelaskelas sosial dan sebagainya. Pengertian Pemasaran menurut Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Stanton, 1997). Pengertian pemasaran menurut Kotler (2000: 8), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain. Dalam hal ini pemasaran merupakan proses pertemuan antara individu dan kelompok dimana masing-masing pihak ingin mendapatkan apa yang mereka butuhkan/inginkan melalui tahap menciptakan, menawarkan, dan pertukaran.
2.11 Teori Laporan Keuangan
52 Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”. Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen. Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank dan sebagainya. Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku perkiraan, tetapi dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi. Laporan keuangan terdiri dari: 1. Neraca Menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal perusahaan. 2. Perhitungan Laba Rugi Menginformasikan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu.
53 3. Laporan Arus Kas Menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan sebagai akibat dari kegiatan
usaha,
pembelanjaan,
dan
investasi
selama
periode
yang
bersangkutan. 4. Catatan atas Laporan Keuangan Menginformasikan kebijaksanaan akuntansi yang mempengaruhi posisi keuangan dari hasil keuangan perusahaan.
Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi perusahaan tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, akuntansi dihadapkan dengan
kemungkinan
bahaya
penyimpangan
(bias),
salah
penafsiran
dan
ketidaktepatan. Untuk meminimkan bahaya ini, profesi akuntansi telah berupaya untuk mengembangkan suatu barang tubuh teori ini. Setiap akuntansi atau perusahaan harus menyesuaikan diri terhadap praktik akuntansi dan pelaporan dari setiap perusahaan tertentu.
2.11.1 Tujuan Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
54 posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (bahasa Inggris: stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
2.11.2 Karakteristik Kualifikasi Laporan Keuangan Terdapat
empat
karateristik
kualitatif
pokok
yaitu
:
dapat
dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. 1. Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
55 ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aktiva yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi
yang
merugikan.
Informasi
yang
sama
juga
berperan
dalam memberikan penegasan (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya, tentang bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan. Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
56 komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya, nilai prediktif laporan laba rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban yang tidak biasa , abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah. 3. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut. 4. Dapat Dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
57 antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda. Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pemakai harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke periode dan dalam perusahaan yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian daya banding. Kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan dengan keseragaman semata-mata dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar akuntansi keuangan yang lebih baik. Perusahaan tidak perlu meneruskan kebijakan akuntansi yang tidak lagi selaras dengan karakteristik kualitatif
relevansi
dan
keandalan.
Perusahaan
juga
tidak
perlu
mempertahankan suatu kebijakan akuntansi kalau ada alternatif lain yang lebih relevan dan lebih andal. Berhubung pemakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan antar periode, maka
58 perusahaan perlu menyajikan informasi periode sebelumnya dalam laporan keuangan.
2.11.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan 1. Laporan Laba-Rugi (income statement) Laporan laba-rugi adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menggambarkan apakah suatu perusahaan mengalami laba atau rugi dalam satu periode akuntansi. Laporan laba-rugi (statement of income) adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Berikut kegunaan laporan laba-rugi : ● Mengevaluasi kinerja masa lalu ● Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja masa depan ● Membantu menilai resiko atau ketidakpastiaan pencapaian arus kas masa depan Bagian Laporan Laba-rugi : a. Bagian Operasi : o
Bagian penjualan/pendapatan
o
Bagian Harga pokok penjualan
o
Beban penjualan
o
Beban Administrasi atu umum
b. Bagian Non Operasi : o
Pendapatan dan keuntungan lain
59 o
Beban kerugian lain
c. Pajak Penghasilan d. Operasi yang dihentikan e. Pos-pos luar biasa f. Laba per saham
2. Laporan Perubahan Modal (statement of equity) Laporan perubahan modal adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menggambarkan bertambahnya atau berkurangnya modal suatu perusahaan akibat dari laba atau rugi yang diterima oleh perusahaan tersebut dalam satu periode akuntansi. Di dalam laporan perubahan modal terdapat beberapa komponen diantaranya : ●
Modal awal : Keseluruhan dana yang di investasikan kedalam perusahan yang digunakan untuk menunjang pengoperasian perusahan pada saat awal perusahan tersebut baru berdiri atau posisi modal awal perusahan pada awal bulan pada tahun yang bersangkutan.
●
Laba / rugi : Selisih dari bersih antara total pendapatan dengan total biaya.
●
Prive : Penarikan sejumlah dana oleh pemilik perusahan yang digunakan untuk keperluan di luar kegiatan / operasional perusahaan atau yang digunakan untuk keperluan pribadi.
60 ●
Modal akhir : Keseluruhan dana yang merupakan hasil akhir dari penambahan modal awal ditambah dengan laba ( jika mengalami keuntungan ) atau pengurangan modal awal dikurangi rugi usaha ( Jika mengalami kerugian ) kemudian dikurangi dengan total prive dan hasil merupakan modal akhir.
Jadi unsur yang termasuk di dalam laporan perubahan modal terdiri dari Investasi awal atau modal awal, laba-rugi selama periode yang bersangkutan, prive penarikan modal oleh pemilik dan modal akhir.
3. Neraca (balance sheet) Laporan neraca adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menunjukan keadaan keuangan secara sistematis dari suatu perusahaan pada saat tertentu dengan cara menyajikan daftar aktiva, utang dan modal pemilik perusahaan. Isi / komponen laporan neraca terdiri atas : ● Harta Aktiva (Asset) : Asset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan misal kas persediaan aktiva tetap aktiva yang tak terwujud dan lain-lain. Pengertian asset ini dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai berikut : Menurut Accounting Principal Board (APB) Statement (1970:132) dikemukakan bahwa : “kekayaan ekonomi perusahaan termasuk didalam pembebanan yg ditunda yg dinilai dan diakui sesuai prinsip akuntansi yg berlaku.” Selanjutnya Financial
61 Accounting Standard Board (FASB) (1985) memberikan definisi sebagai berikut : “asset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai di masa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang lalu.” Berdasarkan definisi tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa sesuatu dianggap sebagai asset jika di masa yang akan datang dapat diharapkan memberikan net cash inflow yang positif kepada perusahaan. Klasifikasi aktiva yang dimiliki perusahaan terdiri dari berbagai macam. Secara umum klasifikasi aktiva tetap terdiri atas : 1) aktiva tetap berwujud (Fixed Asset) dan 2) aktiva tetap tak berwujud (Intangible Assets). Aktiva tetap berwujud meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dipakai secara aktif dalam operasi perusahaan dan mempunyai masa kegunaan relatif permanen. Aktiva tetap berwujud yang mempunyai masa kegunaan yang terbatas harus didepresiasi selama masa kegunaan dan disajikan dalam neraca sebesar nilai buku (harga perolehan dikurangi dengan akumulasi depresiasinya). Yang termaduk dalam golongan aktiva ini adalah bangunan mesin dan alat-alat pabrik mebel dan alat-alat kantor kendaraan dan alat-alat transport alat kerja bengkel aktiva sumber alam. Sedang aktiva tetap berwujud yang mempunyai masa kegunaan tak terbatas disajikan di dalam neraca sebesar harga perolehan. Sedangkan aktiva tetap tak berwujud meliputi hak-hak preferensi (istimewa) yang dijamin
oleh
undang-undang
kontrak
perjanjian-perjanjian
mempunyai masa manfaat dalam waktu relatif permanen.
dan
62 Menurut Harnanto (1991:357) bagi manajemen operating investment (assets) meliputi seluruh mesin dan alat-alat pabrik dan lain-lain equipmen serta modal kerja yang ditempatkan untuk dikelola atau dioperasikan dalam usaha perusahaan untuk menghasilkan laba. Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa pada sudut pandang operasional investasi aktiva tetap adalah salah satu unsur penting yang perlu menjadi fokus perhatian bagi perusahaan dalam kegiatan operasional dalam kaitan dengan menghasilkan pendapatan/laba. Disamping itu untuk tujuan pemeliharaan kondisi aktiva tetap baik berwujud maupun tak berwujud tetap dalam kondisi produktif bagi perusahaan diperlukan ada depresiasi dan amortisasi sebagai proses alokasi harga perolehan aktiva tetap tersebut. ● Kewajiban/utang (Liabilities) Menurut
definisi
yang
diberikan
oleh
APB
bahwa
:
“kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang diakui dan dinilai seusuai prinsip akuntansi. Kewajiban disini termasuk juga saldo kredit yang ditunda yang bukan merupakan utang atau kewajiban.” Berdasarkan definisi di atas maka kewajiban ekonomis bagi perusahaan adalah diartikan sebagai penyerahan harta atau jasa di masa yang akan datang. Selanjutnya FASB memberikan definisi kewajiban sebagai berikut : “….kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis di masa yang akan datang yang timbul akibat kewajiban perusahaan sekarang untuk
63 memberikan harta atau memberikan jasa kepada pihak lain di masa yang akan datang sebagai akibat suatu transaksi atau kejadian yang sudah terjadi.” Definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa kewajiban memiliki 3 sifat utama yaitu ; (1) kewajiban itu benar ada (2) kewajiban itu tak dapat dihindarkan (3) kewajiban yang mewajibkan perusahaan telah terjadi. Kewajiban jika dikategorikan sesuai dengan jangka waktu maka terdapat kewajiban jangka pendek (Current liabilities) dan kewajiban jangka panjang (long-term liabilities). Menurut Harnanto (1991:59) hutang jangka panjang adalah semua hutang yang jatuh tempo pembayaran melampaui batas waktu satu tahun sejak tanggal neraca atau pembayaran tak akan dilakukan dalam periode siklus operasi perusahaan tetapi lebih panjang dari batas waktu tersebut. Hutang obligasi hutang hipoteik hutang bank (kredit investasi) merupakan contoh-contoh dari hutang jangka panjang. Dalam kegiatan operasi perusahaan hutang jangka panjang merupakan salah satu sumber permodalan yang mengandung resiko karena memiliki komitmen untuk melakukan pembayaran sesuai jumlah yang disepakati meski perusahaan dalam keadaan rugi sekalipun sehingga hutang dapat saja menanggung resiko melebihi jumlah modal sendiri. Hal ini dipertegas oleh Harnanto (1991:304) bahwa semakin besar proporsi hutang di dalam struktur permodalan perusahaan akan semakin besar pula kemungkinan terjadi ketak mampuan untuk membayar kembali hutang beserta bunga
64 pada tanggal jatuh temponya. Pernyataan tersebut berarti bahwa bagi para kreditur bahwa kemungkinan turut serta dana yang mereka tanamkan di dalam perusahaan untuk dipertaruhkan pada resiko kerugian juga semakin besar. Sedangkan bagi para pemilik khusus pemegang saham biasa adalah hutang di dalam perusahaan merupakan pula suatu resiko tersendiri terhadap kemungkinan rugi yang dihadapi dari dana yang mereka tanamkan.
Tetapi resiko itu juga diimbangi ada harapan untuk
mendapatkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi (rentabilitas) sebagai akibat penggunaan modal asing. Akan tetapi perlu diingat bahwa proporsi hutang/modal asing yg berlebihan akan berakibat pada fleksibilitas manajemen untuk beralih pada aktivitas yang profitable akan tertutup dan menghadapi banyak hambatan/tintangan. ● Modal Pemilik (Owner’s Equity) Equity adalah suatu hak yang tersisa atas aktiva suatu lembaga (entity) setelah dikurangi kewajibannya. Kategori modal bagi tiap perusahaan dapat berbeda yaitu pada perusahaan perseorangan nilai modal ini merupakan modal pemilik sendiri. Sedangkan dalam perusahaan perseroan terdiri dari modal setor dan modal dari pendapatan (retained Earnings).