BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori 1. Menopause a. Pengertian Menopause Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata men yang berarti bulan dan peuseis yang berarti ‘penghentian sementara’. Sebenarnya, secara linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti ‘masa berhentinya menstruasi’. Dalam pandangan medis, menopause didefinisikan sebagai masa penghentian haid untuk selamanya. Biasanya menopause terjadi pada wanita mulai usia 45-55 tahun. Masa menopause ini tidak bisa serta merta diketahui, tetapi biasanya akan diketahui setelah setahun berlalu (Dita Andira, 2010, p.60). Siklus mentruasi dikontrol oleh dua hormon yng diproduksi di kelenjar hipofisis yang ada di otak yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinising Hormone (LH), dan dua hormon lagi yang dihasilkan oleh ovarium (estrogen dan progesteron). Saat wanita berada pada masa menjelang menopause, FSH dan LH terus diproduksi oleh kelenjar hipofisis secara normal. Akan tetapi karena ovarium semakin tua maka kedua ovarium kita tidak dapat merespon FSH dan LH sebagaimana yang seharusnya. Akibatnya estrogen dan progesteron
9
10
yang diproduksi juga semakin berkurang. Menopause terjadi ketika kedua ovarium tidak lagi dapat menghasilkan hormon-hormon tersebut dalam jumlah yang cukup untuk bisa mempertahankan siklus mentruasi. Kesimpulannya, ketika wanita memasuki menopause kadar estrogen dan progesteron turun dengan dramatis karena ovarium berhenti merespon FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang ada di otak. Sebagai usaha agar kedua ovarium dapat berfungsi dengan baik, otak sebenarnya telah mengeluarkan FSH dan LH lebih banyak namun kedua ovarium tidak dapat berfungsi dengan normal. Akan tetapi kecenderungan otak untuk memproduksi lebih banyak FSH memberikan satu keuntungan yaitu kadar FSH yang tinggi dapat dideteksi dalam darah atau urine, dan dapat digunakan sebagai tes sederhana untuk mendeteksi menopause (Dr Rebecca and Dr Pam, 2007, p.18-19). b. Periode Menopause Menurut Sarwono P (2007, p.128-130) ada tiga periode menopause, yaitu: 1) Klimakterium Periode klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pra menopause. Klimakterium mulai kira-kira 6 tahun sebelum menopause dan berakhir kira-kira 6-7 tahun sesudah
11
menopause. Dengan demikian lama klimakterium lebih kurang 13 tahun. Masa ini terjadi antara usia 40-65 tahun. Klimakterium terdiri dari beberapa fase (Dita Andira, 2010, p.61-62) yaitu : a) Pra-menopause Masa 4-5 tahun sebelum menopause biasanya pada umur 35-45 tahun. Pada fase ini terdapat berbagai keluhan klimakterik (masa peralihan sebelum menopause) terjadi, seperti perdarahan yang tidak teratur, suasana hati berubah-ubah, gejolak panas selama waktu haid (Nirmala, 2003, p.11) b) Menopause Masa
berhentinya
menstruasi
secara
permanen.
Diagnosis ini dibuat bila telah terdapat amenorea sekurangkurangnya satu tahun. Pada umumnya menopause terjadi pada usia 45-50 tahun. Kadar FSH serum lebih dari 30 i.u/l digunakan sebagai diagnosis menopause (Aqila, 2010, p.21) c) Pasca Menopause Masa yang terjadi 3 hingga 5 tahun setelah menopause atau tahap dimana sebagian besar penderitaan akibat menopause telah menghilang d) Ooforopause Masa ketika ovarium kehilangan sama sekali fungsi hormonalnya.
12
2) Menopause Yaitu masa berhentinya menstruasi terakhir atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis ini dibuat setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya satu tahun. 3) Senium Periode sesudah pascamenopause, yaitu ketika individu telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik. Yang mencolok dalam masa ini ialah kemunduran alat-alat tubuh dan kemampuan fisik, sebagai proses menjadi tua. Dalam masa senium terjadi pula osteoporosis dengan intensitas berbeda pada masing-masing wanita. Walaupun sebabnya belum jelas betul, namun berkurangnya aktivitas osteoblast memegang peranan dalam hal ini (Sarwono, 2007, p.130-131). c. Jenis Menopause Ada dua jenis menopause (Nadine, 2009, p. 15) yaitu : 1) Menopause alami Menopause
yang
disebabkan
menurunnya
produksi
hormon kelamin wanita, estrogen dan progesteron oleh ovarium. Ini adalah proses perlahan lahan yang biasanya terjadi selama beberapa tahun. Rata-rata wanita untuk mencapai menopause alami atau berhentinya haid adalah 50 tahun (Nirmala, 2003, p.17)
13
2) Menopause karena sebab tertentu Menopause yang disebabkan intervensi medis tertentu. Misalnya bedah pengangkatan kedua ovarium karena abnormalitas dalam struktur dan fungsinya sebelum usia menopause alami, menyebabkan menopause karena pembedahan. Demikian pula obatobat tertentu, radiasi dan kemoterapi (penggunaan agen kimiawi untuk merawat berbagai jenis penyakit, khususnya kanker) bisa juga menyebabkan menopause karena sebab tertentu. Menopause karena sebab tertentu tidak lazim terjadi pada wanita yang mengalami histerektomi setelah usia menopause alami. Histerektomi adalah istilah yang digunakan untuk pengangkatan rahim dengan pembedahan. Karena ovarium tidak diangkat pada pembedahan tersebut, mereka bisa terus memproduksi hormon wanita. Tapi bila syaraf, dan suplai darah ke ovarium rusak ketika melakukan histerektomi, bisa terjadi menopause karena sebab tertentu. d. Kelainan Jadwal Menopause Menurut Sarwono P (2007, p. 241) ada dua jenis kelainan pada jadwal menopause, yaitu : 1) Menopause prematur Menopause prematur disebut juga dengan menopause dini. Seperti yang telah diuraikan, umumnya batas terendah terjadinya menopause ialah umur 44 tahun. Menopause yang terjadi sebelum
14
usia 40 tahun dapat dikatakan menopause prematur, biasanya pada umur 35-40 tahun sudah berhenti haid, ditandai rasa sakit di kepala, haid tidak teratur, dan kemudian berhenti sama sekali kondisi ini dinamakan “perimenopause”. Faktor-faktor yang menyebabkan menopause prematur ialah herediter, gangguan gizi yang cukup berat, penyakit-penyakit menahun, dan penyakit- penyakit yang merusak jaringan kedua ovarium. Selain itu bisa disebabkan karena polusi lingkungan seperti gas kendaraan bermotor, asap rokok, asap limbah industri (radikal bebas) (Sri Kumalaningsih, 2008, p.8). Penelitian terakhir menunjukkan wanita kembar (dizigot) memiliki peluang empat kali lebih besar daripada wanita pada umumnya untuk mengalami menopause dini. Mungkin terjadi pada salah satu atau kedua wanita kembar (Aqila, 2010, p.42). 2) Menopause terlambat Batas terjadinya menopause umumnya ialah umur 52 tahun. Apabila seorang wanita mendapat haid di atas umur 52 tahun, maka hal ini merupakan indikasi untuk penyelidikan lebih lanjut. Sebab-sebab yang dapat dihubungkan dengan menopause terlambat ialah konstitusional, fibrimioma uteri, dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen. Menurut Novak, wanita dengan karsinoma endometrium
sering
dalam
anamnesis
mengemukakan
menopausenya terlambat. Wanita yang mempunyai kelebihan berat badan (obesitas) kemungkinan mengalami keterlambatan menopause
15
karena sebagian besar estrogen dibuat di dalam ovarium, tetapi sebagian kecil dibuat di bagian tubuh lain termasuk sel-sel lemak (Dr Rebecca and Dr Pam, 2007, p.46) e. Faktor- faktor yang mempengaruhi usia Menopause Kebanyakan wanita mengalami menopause antara 45-55 tahun. Faktor - faktor yang mempengaruhi usia menopause (Nadine, 2009, p.16) diantaranya : 1) Kebiasaan merokok Wanita yang merokok atau pernah menjadi perokok kemungkinan mengalami menopause sekitar satu setengah hingga dua tahun lebih awal. 2) Status gizi Wanita dengan status gizi yang buruk kemungkinan dapat mengalami menopause dini yaitu menopause yang terjadi di bawah usia 50 tahun biasanya pada usia 35-40 tahun. 3) Lemak tubuh Produksi estrogen dipengaruhi oleh lemak tubuh. Karena itulah wanita yang kurus mengalami menopause lebih awal dibandingkan wanita yang kegemukan. 4) Turunan Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu dan anak perempuannya cenderung mengalami menopause pada usia yang
16
sama. Tapi diperlukan beberapa penelitian untuk mengatahui apakah genetika menjadi faktor kunci dalam menentukan usia menopause 5) Dataran tinggi Wanita yang tinggal di dataran tinggi >4000 m lebih mungkin mengalami menopause lebih awal. 6) Usia menarche Menarche adalah usia pertama kali menstruasi. Makin dini menarche terjadi, makin lambat menopause timbul. Sebaliknya makin lambat menarche terjadi, makin cepat menopause timbul. Pada abad ini umumnya nampak bahwa menarche makin dini timbul dan menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang (Sarwono, 2007, p.130). f. Tanda dan Gejala Menopause Menopause merupakan bagian dari perkembangan manusia (wanita) yang tentu saja melibatkan berbagai macam aspek termasuk di dalamnya fisiologis manusia. Tentu saja menghadirkan tanda dan gejala tersendiri. Tanda dan gejala dilihat dari aspek fisik dan psikologisnya (Aqila, 2010, p.21-25). 1) Gejala Fisik a) Perdarahan Perdarahan yng terjadi pada saat menopause tidak seperti menopause. Siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Perdarahan ini terjadi terutama di awal menopause.
17
Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala peralihan. b) Rasa panas (hot flush) dan keringat malam Gejala klasik yang dirasakan oleh wanita menopause. Hot flush adalah suatu kondisi ketika tubuh mengalami rasa panas yang menyebar dari wajah hingga seluruh tubuh. Rasa panas ini terutama terjadi pada dada, wajah, dan kepala. Rasa panas ini sering diikuti oleh timbulnya warna kemerahan pada kulit dan keluarnya keringat. Rasa ini terjadi selama 30 detik sampai beberapa menit. Gejala ini biasanya akan menghilang dalam 5 tahun, tetapi beberapa wanita mengalaminya hingga 10 tahun. Keluhan ini diduga berasal dari hipotalamus dan terkait dengan pelepasan LH. Dimungkinkan disebabkan adanya fluktuasi hormon estrogen, seperti diketahui pada masa menopause kadar hormon estrogen dalam darah menurun drastis sehingga mempengaruhi beberapa fungsi tubuh. Beberapa hal lain yang biasanya muncul berhubungan dengan panas, seperti cuaca panas, lembab, ruang sempit, kafein, alkohol, atau makanan pedas. Keluhan hot flush mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan kadar estrogen yang rendah. Meskipun demikian, sekitar 25% penderita masih mengeluhkan hal ini lebih dari 5 tahun. Pemberian estrogen
18
eksogen dalam bentuk terapi efektif dalam meredakan keluhan hot flush pada 90% kasus. c) Vagina menjadi kering dan kurang elastis Penurunan kadar estrogen menyebabkan vagina menjadi kering dan kurang elastis. Oleh karena itu sebagian wanita menopause akan merasakan sakit saat berhubungan seksual. Biasanya wanita menopause juga akan merasakan gatal pada daerah vagina. Kondisi tersebut menyebabkan wanita menopause rentan terhadap infeksi vagina. d) Saluran uretra mengering, menipis, dan kurang elastis Uretra merupakan saluran yang menyalurkan air seni dari kandung kemih ke luar tubuh. Pada saat menopause saluran uretra juga akan mengering, menipis, dan berkurang keelastisannya akibat
penurunan
kadar
estrogen.
Perubahan
ini
akan
menyebabkan wanita menopause rentan terkena infeksi saluran kencing yang terkadang ditampakkan dengan rasa selalu ingin kencing dan ngompol yang biasa disebut dengan inkontinensia. e) Perubahan fisik (lebih gemuk) Memasuki masa menopause tubuh wanita juga terjadi perubahan distribusi lemak. Lemak tubuh akan menumpuk pada bagian pinggul dan perut. Tekstur kulitpun mengalami perubahan. Kulit menjadi berkerut dan terkadang disertai dengan jerawat. Perubahan fisik ini diperburuk dengan pola hidup yang tidak
19
sehat. Seperti olahraga tidak teratur, makan sembarangan dengan porsi berlebih membuat kegemukan sangat mungkin terjadi. f) Kurang tidur (Insomnia) Mengalami insomnia merupakan hal yang wajar pada saat menopause. Kemungkinan ini sejalan dengan rasa tegang yang dialami wanita akibat berkeringat di malam hari, rasa panas, wajah memerah, hal ini menjadikan tidur terasa tidak nyaman. Maka akan timbul rasa cemas dan detak jantung yang lebih cepat. Oleh karena itu, biasanya beberapa wanita menopause mengalami kurang tidur. g) Gangguan punggung dan tulang Rendahnya kadar estrogen menjadi menjadi salah satu penyebab
proses
osteoporosis
pada
wanita
menopause.
Osteoporosis adalah kerapuhan tulang dan penyakit tulang kerangka yang paling umum. Kadar estrogen yang berkurang pada saat menopause, akan diikuti dengan penurunan penyerapan kalsium yang terdapat pada makanan. Tubuh mengatasi masalah ini dengan menyerap kembali kalsium yang terdapat dalam tulang. Akibatnya, tulang menjadi keropos dan rapuh. h) Linu dan nyeri sendi Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause berkaitan dengan pembahasan kurangnya penyerapan kalsium. Berdasarkan literatur yang ada diketahui bahwa kita kehilangan sekitar 1 %
20
tulang dalam setahun akibat proses penuaan. Tetapi setelah menopause, terkadang wanita akan kehilangan 2% pertahun. i)Perubahan pada indera perasa Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan kepekaan pada indera pengecapnya. Gigi dan gusi juga akan cepat tanggal, terutama pada wanita yang memiliki penyakit gigi maupun gusi. j)Gejala lain Selain gejala fisik tersebut, wanita menopause juga akan mengalami gangguan-gangguan lain seperti gangguan vasomotoris berupa penyempitan atau pelebaran pembuluh darah. Terkadang juga akan merasakan pusing dan sakit kepala terus menerus, bahkan ada yang menderita neuralgia yaitu gangguan atau sakit syaraf. Wanita menopause kemungkinan juga akan mengalami sembelit. Selain itu, akibat dari kadar estrogen yang menurun, payudara kehilangan bentuknya dan mulai kendur. 2) Gejala psikologis Gejala ini merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek psikologis maupun kognitif wanita (Dita Andira, 2010, p.66) diantaranya : a) Perubahan Emosi Perubahan emosi disini tampak pada kelelahan mental, menjadi lekas marah, dan perubahan suasana hati yang begitu
21
cepat. Biasanya perubahan yang terjadi tidak disadari oleh wanita tersebut. Tak jarang orang disekitarnya dibuat bingung akan perubahan ini. Maka diperlukan pendekatan khusus seperti obrolan ringan dengan sahabat atu siapa saja yang pernah mengalami hal yang sama seringkali dapat menjadi dukungan emosi terbaik. b) Perubahan kognitif Memasuki masa menopause daya ingat wanita menurun. Terkadang, sesuatu yang harus dia ingat, harus diulang-ulang terlebih dahulu. Selain itu, kemampuan berpikirnya pun mengalami penurunan. c) Depresi Tidak sekadar perubahan suasana hati atau emosional yang berlangsung drastis, tetapi si wanita juga merasa tertekan, terpuruk, dan merasa hidupnya sudah tidak berguna lagi. Pada masa menopause ini, anak-anaknya yang sudah tumbuh dewasa biasanya mereka cenderung sibuk dengan urusan masing-masing. Pada saat itulah si wanita benar-benar merasa kehilangan perannya. Gejala depresi diantaranya murung atau letih, sulit tidur pulas terutama menjelang dini hari, lelah terus-menerus, sulit membuat keputusan, rasa bersalah, rasa sedih dan dorongan untuk menangis, terkadang penderita depresi cenderung suka makan,
22
minum, merokok, dan terkadang bisa pula kehilangan nafsu makan (Nirmala, 2003, p.51) g. Cara Mengatasi Masa Menopause Masalah rasa bahagia atau derita yang dihadapi pada masa menopause, sebenarnya kembali pada pribadi masing-masing wanita yang menjalani. Tidak semua wanita menopause mengalami kehidupan yang suram. Yang dibutuhkan hanyalah manajemen wanita tersebut (Dita Andira, 2010, p.68). Gaya hidup yang sehat akan membantu wanita beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang timbul saat menopause. (Dr Rebecca and Dr Pam, 2007, p.88-96), gaya hidup sehat tersebut diantara lain : 1) Menerapkan Pola makan yang sehat Terdapat sejumlah nutrisi yang sangat penting saat wanita yang mengalami menopause, diantara lain: a) Kalsium Penting untuk kekuatan tulang agar tetap kuat dan sehat berhubungan dengan meningkatnya risiko wanita menopause mengalami osteoporosis. Sumber kalsium yang baik antara lain dari produk susu, misalnya susu, keju, yogurt, kuning telur b) Vitamin D Diperlukan untuk kesehatan tulang dan gigi serta membantu menyerap kalsium dari makanan. Sebagian besar
23
vitamin D diperoleh dari kulit kita yang terpapar sinar matahari, tetapi dalam jumlah kecil akan diperoleh dari makanan yang kita peroleh. Sumber vitamin D yang baik antara lain minyak ikan, ikan sardin, ikan makarel, hati, dan telur. c) Vitamin E Melindungi wanita menopause masalah jantung dan juga dapat mengatasi hot flush (rasa panas) dan berkeringat di malam hari. Dapat diperoleh dari makanan seperti kacangkacangan, biji-bijian, minyak sayur, dan sereal. d) Fitoestrogen Fitoestrogen memiliki efek menyerupai estrogen alami yang dapat menurunkan risiko penyakit pada masa menopause. Sumber fitoestrogen dapat diperoleh dari beras merah, wijen, biji labu kuning, buah-buahan seperti stroberi, kismis, anggur, ceri, jeruk, melon, bengkuang, serta sayuran seperti kacang panjang, buncis, brokoli, paprika, seledri, daun bawang, bawang putih, bawang bombay (Nirmala, 2003, p.36). Isoflavon merupakan salah satu fitoestrogen yang banyak diteliti. Sumber isoflavon dapat diperoleh misalnya kacang merah, kecambah, atau kedelai (olahan kedelai seperti susu, tahu, tempe). Kedelai dapat memperbaiki lipoprotein dalam darah dan dapat menurunkan kadar kolesterol jahat. (Aqila, 2010, p. 106)
24
e) Royal jelly Royal jelly adalah bahan makanan yang dihasilkan oleh lebah. Kandungan vitamin royal jelly yang utama adalah B1, B2, B6, C, niasin, dan asam pantotenat. Komponen inilah yang umumnya terkait dengan penggunaan royal jelly dalam pengobatan dan pencegahan penyakit. Para ahli menyatakan bahwa madu maupun royal jelly berkhasiat untuk memelihara kesehatan reproduksi dan memperpanjang usia (Aqila, 2010, p.107-108). f) Mengkonsumsi makanan yang mengandung serat Serat penting karena menyerap air dan meningkatkan bakteria yang bermanfaat dalam usus. Proses ini akan membentuk kotoran dalam jumlah besar, dan membuat usus bekerja dengan baik, serta mengurangi resiko penyakit usus besar. Demikian yang terdapat dalam sayuran segar seperti bayam, kentang, kol, dan kacang-kacangan (Nirmala, 2003, p.59) g) Hindari makanan berlemak Makanan berlemak sering dikaitkan dengan berbagai penyakit, seperti kolesterol, stroke. Seperti daging, sosis, ham, kulit ayam, krim, karena mengandung lemak jenuh hewani. Pilihlah makanan yang rendah lemak seperti sayur-sayuran dan buah-buahan (Nirmala, 2003, p.56).
25
h) Batasi Konsumsi Kafein, konsumsi alkohol, konsumsi garam, konsumsi gula Konsumsi atau minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh, cola secara berlebihan terbukti dapat meningkatkan pengeluaran kalsium melalui air seni dan tinja (Sri Kumalaningsih, 2008, p.75). Kafein juga meningkatkan potensi hot flushes (Dita Andira, 2010, p.69). Minuman alkohol yang dikonsumsi secara teratur dalam jumlah yang lebih (misalnya, segelas per hari), maka akan meningkatkan tekanan darah dan mengganggu obat tekanan darah (Aqila, 2010, p.94). Kurangi asupan garam karena dapat meningkatkan tekanan darah pada sebagian orang yang tekanan darahnya sudah tinggi. Konsumsi garam juga meningkatkan 25% pada orang yang tekanan darahnya masih normal (Aqila, 2010, p.94) serta konsumsi garam yang berlebih dapat meningkatkan sekresi kalsium dari tulang sehingga meningkatkan osteoporosis (Aqila, 2010, p.29). Kurangi asupan gula baik dalam makanan atau minuman
dalam
bentuk
permen,
kue,
minuman
untuk
menghindari kencing manis atau diabetes (Nirmala, 2003, p.57).
26
2) Olah raga secara teratur Alasan penting untuk melakukan olah raga secara teratur adalah menjaga jantung tetap sehat dan meminimalkan risiko terkena penyakit kardiovaskuler. Latihan aerobik ringan seperti jalan kaki, bersepeda, dan berenang dapat menjadi pilihan. Lakukan olah raga ini sedikitnya 30 menit per hari (Aqila, 2010, p. 103) 3) Berhenti merokok Wanita menopause memiliki risiko osteoporosis dan penyakit kardiovaskuler, dan kedua risiko itu akan meningkat lebih tinggi lagi bila wanita tersebut merokok. Berdasarkan penelitian dokter dari Universitas Oslo wanita yang aktif merokok lebih mungkin mengalami menopause dini dibandingkan dengan yang tidak merokok (Aqila, 2010, p.46) 4) Jangan ragu konsultasi ke dokter Jika mengalami gejala menopause yang sangat mengganggu, dapat mempertimbangkan terapi sulih hormon (TSH) atau Hormon Replacement Theraphy (HRT). Peran HRT secara sederhana adalah mengembalikan kadar estrogen. Sayangnya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa terapi hormonal bisa meningkatkan terjadinya kanker payudara dan tingginya kejadian stroke. Oleh karena itu pemberian terapi hormonal ini dilakukan pada wanita yang tidak memiliki kanker payudara, dan gangguan darah. Sebelum melakukan terapi sulih hormon biasanya harus menjalani pemeriksaan fisik,
27
tekanan darah, pemeriksaan pap smear, mammografi, pemeriksaan gula darah, fungsi lever serta kolesterol (Dita Andira, 2010, p.71). 5) Akupuntur untuk Menopause Terapi pengobatan Cina yang merupakan salah satu alternatif yang telah mendapatkan pengakuan dari dunia medis adalah akupuntur dan akupresur. Keduanya telah dipraktekkan secara resmi dirumah-rumah
sakit.
Ahli
akupuntur
akan
mencoba
dan
mengidentifikasi dan menusukkan jarum ke tubuh pada titik tertentu sesuai dengan keluhan yang dirasakan. Secara ilmiah akupuntur dan akupresur telah terbukti meningkatkan kadar hormon endorfin. Hormon ini bekerja seperti heroin sehingga mampu mengurangi rasa sakit, menenangkan saraf, memberikan rasa bugar. Khususnya bagi wanita menopause dapat mengurangi gejolak panas, mengatasi depresi, uring-uringan, dan rasa cemas (Nirmala, 2003, p.35). 6) Lakukan Hipno-menopause Metode hipno-menopause banyak dikembangkan oleh pakar psikologi, maupun tenaga medis, terapis, dan sebagainya. Terapi ini bertujuan membuka kesadaran wanita yang sudah mengalami masa menopause. Hipno-menopause terbukti dapat membantu menangani masalah-masalah yang dialami wanita masa menopause. Maka tidak ada salahnya bagi wanita untuk datang ke hipnoterapis yang terpercaya yang berguna untuk relaksasi sehingga mengurangi ketegangan dan mengarahkan pada ketenangan (Aqila, 2010, p.97).
28
7) Ikuti berbagai macam aktivitas (organisasi) yang ada. Tak ada salahnya jika menjadi aktivis menopause. Selain mengurangi kebosanan dirumah, juga akan mengikuti kelompok atau organisasi para menopause (Dita Andira, 2010, p.70). Diantara organisasi-organisasi yang ada seperti International Menopause Society (IMS), Asia Pacific Menopause Federation (APMF), Persatuan Menopause Indonesia (PERMI). (Aqila, 2010, p.109)
2. Perilaku a. Pengertian Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003, p.114). b. Macam-macam perilaku Menurut Notoadmodjo (2003, p.115) di lihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Perilaku tertutup (cover behavior) Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap, yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum diamati.
29
2) Perilaku terbuka (over behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi perilaku. (Menurut Green dalam Notoatmodjo, 2003, p.164-165. yaitu : 1) Faktor predisposisi (Predisposing factors) yang terwujud dalam pendidikan, pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilainilai,dan sebagainya 2) Faktor pendukung (Enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
polindes,
obat-obatan,
dan
sebagainya.
Untuk
berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana prasarana pendukung. 3) Faktor pendorong (Reinforcing Factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Pada penelitian ini peneliti hanya akan meneliti dua faktor yang diduga mempengaruhi pengetahuan ibu tentang menopause.
30
Untuk itu dari bab ini peneliti akan menguraikan teori mengenai tingkat pendidikan, pengetahuan ibu tentang menopause. 3. Pendidikan a. Definisi Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa. Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok, atau masyarakat tidak lepas dari kegiatan belajar. Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Kegiatan belajar mempunyai ciri-ciri: belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua dari hasil belajar bahwa perubahan tersebut di dapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri yang ketiga adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha, dan didasari bukan karena kebetulan (Notoadmodjo, 2007, p. 108). b. Fungsi Pendidikan Menurut Fuad Ichsan (2001, p. 11) fungsi pendidikan terbagi menjadi dua yaitu: 1) Fungsi pendidikan secara mikro (sempit) ialah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik.
31
2) Fungsi pendidikan secara makro (luas) ialah sebagai alat pengembangan
pribadi,
pengembangan
warga
negara,
pengembangan kebudayaan, pengembangan bangsa. c. Tujuan Pendidikan Menurut Notoadmodjo (2007, p.127) tujuan pendidikan diantaranya : 1) Mengubah pengetahuan/ pengertian, pendapat, dan konsep-konsep 2) Mengubah sikap dan persepsi 3) Menanamkan tingkah laku/ kebiasaan yang baru. d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pendidikan Menurut Notoadmodjo (2007, p.109) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan, diantara lain : 1) Masukan (Input) Menyangkut sasaran belajar (sasaran didik). Yaitu individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya. 2) Proses (Process) Mekanisme
dan
interaksi
terjadinya
perubahan
kemampuan (perilaku) pada subjek belajar tersebut. Dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain : subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator), metode, dan teknik belajar, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari.
32
3) Keluaran (OutPut) Hasil belajar itu sendiri, yaitu beberapa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar. e. Jenis Pendidikan Jenis
pendidikan
adalah
satuan
pendidikan
yang
dikelompokkan sesuai dengan sifat dan tujuannya. Menurut Fuad Ihsan (2001, p.20-22) Jenis pendidikan dalam sistem pendidikan nasional terdiri dari : 1)
Pendidikan Sekolah Jenis pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang berjenjang, berstruktur dan berkesinambungan, sampai dengan pendidikan tinggi, mencakup: Pendidikan umum, pendidikan kejuruan,
pendidikan
kedinasan,
pendidikan
keagamaan,
pendidikan angkatan bersenjata republik Indonesia. 2)
Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan luar sekolah adalah jenis pendidikan yang tidak selalu terikat oleh jenjang dan struktur persekolahan, tetapi dapat berkesinambungan, mencakup: Pendidikan ketrampilan, pendidikan perluasan wawasan, pendidikan keluarga
f. Jenjang Pendidikan Jenjang
pendidikan
adalah
tahapan
pendidikan
yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
33
Jenjang pendidikan formal menurut UU RI tentang Pendidikan No. 20 tahun 2003 diantara lain : 1) Pendidikan dasar Jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Contohnya: Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) 2) Pendidikan menengah Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri dari pendidikan menengah kejuruan. Contohnya: Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. 3) Pendidikan tinggi Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program
sarjana,
magister,
dokter,
dan
spesialis
yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, Institut, Universitas Pendidikan juga dapat dikategorikan menjadi pendidikan rendah : tamat SLTP ke bawah dan pendidikan tinggi yaitu : tamat SLTA ke atas (Riskesdas, 2007).
34
4. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia
diperoleh
melalui
mata
dan
telinga
(Notoadmodjo, 2007, p.143). b. Cara memperoleh pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2010, p.10) cara memperoleh pengetahuan dikelompokkan menjadi dua, antara lain : 1. Cara tradisional atau non ilmiah yaitu tanpa melakukan penelitian ilmiah. Terbagi menjadi : a) Cara Coba Salah (Trial and Error) Dilakukan
dengan
menggunakan
beberapa
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan b) Secara Keseluruhan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan
35
c) Cara Kekuasaan atau Otoritas Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yaitu orang yang mempunyai wibawa/ kekuasaan, baik secara tradisi, otoritas, pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli pengetahuan atau ilmuwan. d) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Dilakukan
dengan
cara
mengulang
kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di pada masa lalu e) Cara Akal Sehat (Common Sense) Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Pemberian hadiah/ hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan. f) Kebenaran Melalui Wahyu Ajaran atau dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh para pengikutnya. Terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. g) Kebenaran secara Intuitif Diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran, dan tanpa melalui proses penalaran/
36
berfikir.
Kebenaran
ini
diperoleh
seseorang
hanya
berdasarkan intuisi atau bisikan hati saja. h) Melalui Jalan Pikiran Dalam
memperoleh
kebenaran
pengetahuan
manusia telah menggunakan jalan pikirannya. Melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. i) Induksi Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan
berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris
yang ditangkap oleh indra. Karena proses berfikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata. j) Deduksi Deduksi
adalah
pembutan
kesimpulan
dari
pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Proses berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.
37
2. Cara modern atau cara ilmiah yaitu melalui proses penelitian. Cara ini disebut juga metode penelitian ilmiah (scientific research method), atau lebih populer disebut metodelogi penelitian. c. Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat (Notoadmodjo, 2007, p.144-146) antara lain : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehension) Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).
38
4) Analisis (Analysis) Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (Synthesis) Suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyelesaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu: 1) Faktor internal a) Jasmani Faktor
jasmani
seseorang
diantaranya
adalah
kesehatan
indera
39
b) Rohani Faktor
rohani
diantaranya
adalah
kesehatan
psikis,
intelektual, psikomotor, kondisi afektif, serta kognitif individu 2) Faktor Eksternal a) Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. b) Paparan media massa Melalui
berbagai
media,
baik
cetak
maupun
elektronik, berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidalk pernah terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
40
c) Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. d) Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. e) Pengalaman Pengalaman individu tentang berbagai hal biasa yang diperoleh
dari
tingkat
kehidupan
dalam
proses
perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan yang mendidik misal seminar. e. Pengukuran pengetahuan Pengukuran
pengetahuan
dapat
dilakukan
dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
41
yang kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkattingkat tersebut. (Notoadmodjo, 2010, p.146). Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat bantu kuesioner, cara menilainya dengan dikategorikan baik, dan kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila 76-100% pertanyaan dijawab benar, kurang bila ≤75% pertanyaan di jawab benar.
5. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan tentang menopause Menurut Koentjoroningrat (1997, dalam Nursalam, 2001, p.133), makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah seorang itu menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan. Pendidikan menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan yaitu pengetahuan ibu tentang menopause.
42
B. Kerangka Teori Berdasarkan uraian teori di atas, maka kerangka teori penelitian ini adalah sebagai berikut :
Faktor Predisposisi : Predisposing Factors : a. Pengetahuan b. Sikap c. Kepercayaan d. Keyakinan
Pendidikan Kesehatan
Faktor Pendukung : Enabling Factors : a. Lingkungan fisik b. Ketersediaan sarana dan prasarana sumber/ fasilitas kesehatan
Faktor Penguat : Reinforcing Factors : a. Sikap dan perilaku petugas kesehatan. b. Sikap dan perilaku tokoh masyarakat
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Perilaku kesehatan tentang menopause
43
Sumber: Lawrence Green dalam Notoatmodjo 2005 Keterangan : Cetak Tebal yang diteliti
C. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010, p.83).
Variabel Independent se Tingkat Pendidikan
Variabel Dependent Pengetahuan tentang menopause pada ibu usia 45-55 tahun
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
D. HIPOTESIS Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas, dan variabel terikat. Hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pertanyaan yang harus dibuktikan. (Notoatmodjo, 2010, 84). Hipotesis alternatif (Ha) :
44
Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan tentang menopause pada ibu usia 45-55 tahun di RW 2 Kelurahan Tlogosari Wetan Kecamatan Pedurungan Semarang.