BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Perilaku (behavior) 2.1.1. Pengertian Perilaku Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia
adalah
suatu
aktivitas
manusia
itu
sendiri
(Soekidjo,N.,1993). Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Soekidjo, N.,1993). Menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku artinya sebagian atau suatu aksi - reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada suatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu
(Notoatmodjo,S,1997).
Robert
Kwick
(1974),
sebagaimana dikutip oleh (Notoatmodjo,S, 1997), perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Secara umum, perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi induvidu dengan lingkungannya sebagai manifestasi
hayati
(Kusmiayati, 1990).
bahwa dia adalah makluk
hidup
2.1.2. Ciri - ciri perilaku manusia yang membedakan dari makluk lain Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, (1993), dalam bukunya pengantar umum psikologi, ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari makluk lain adalah kepekaan sosial, kelangsungan perilaku. Secara singkat dapat diuraikan secara berikut. a.
Kepekaan sosial Artinya kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan perilakunya sesuai pandangan dan harapan orang lain. Manusia adalah makluk sosial yang dalam hidupnya perlu kawan dan bekerja sama dengan orang lain. Perilaku manusia adalah situasional, artinya perilaku manusia akan berbeda pada situasi yang berbeda.
b.
Kelangsungan perilaku Artinya antara perilaku yang satu ada kaitannya dengan perilaku yang lain, perilaku sekarang adalah kelanjutan perilaku yang baru lalu, dan seterusnya. Dalam kata lain bahwa
perilaku
manusia
terjadi
secara
berkesinambungan bukan secara serta merta. Jadi, sebenarnya perilaku manusia tidak pernah berhenti pada suatu saat. persiapan
Perilaku pada masa lalu merupakan bagi
perilaku
dan
perilaku
kemudian
merupakan kelanjutan perilaku sebelumnya. Fase-fase perkembangan
manusia
bukanlah
suatu
fase
perkembangan yang berdiri sendiri, terlepas dari perkembangan lain dalam kehidupan manusia.
c.
Orientasi Pada Tugas Artinya bahwa setiap perilaku manusia selalu memiliki orientasi pada suatu tugas tertentu. Seorang mahasiswa yang rajin belajar menuntut ilmu, orientasinya adalah untuk dapat menguasai ilmu
pengetahuan tertentu.
Demikian juga individu yang bekerja berorientasi untuk menghasilkan sesuatu. d.
Usaha Dan Perjuangan Usaha dan perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri, serta tidak akan memperjuangkan sesuatu yang memang tidak ingin diperjuangkan. Jadi, sebenarnya manusia memiliki cita-cita (aspiration) yang ingin
diperjuangkannya,
sedangkan
hewan
hanya
berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang sudah tersedia di alam. e.
Tiap - Tiap Individu Manusia Adalah Unik Unik disini mengandung arti bahwa manusia yang satu berbeda dengan manusia yang lain dan tidak ada dua manusia yang sama persis dimuka bumi ini, walaupun ia dilahirkan kembar. Manusia mempunyai ciri-ciri sifat, watak, tabiat, kepribadian, motivasi, tersendiri yang membedakannya dari manusia lainnya. Perbedaan pengalaman yang dialami individu pada masa silam dan cita - citanya kelak di kemudian hari, menentukan perilaku individu dimasa kini yang berbeda-beda pula.
2.1.3. Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang a. Faktor genetik atau faktor endogen Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam diri individu (endogen), antara lain : 1. Jenis ras, setiap ras didunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu dengan yang lainnya. Tiga kelompok ras terbesar yaitu : a) Ras kulit putih atau ras kaukasia - ciri-ciri fisik : warna kulit putih, bermata biru, berambut pirang, perilaku yang dominan : terbuka, senang akan kemajuan, dan menjujung tinggi hak asasi manusia. b) Ras kulit hitam atau negroit - ciri-ciri fisik : berkulit hitam, berambut keriting, dan bermata hitam.
Perilaku yang dominan: tabiatnya
keras, tahan penderitaan, dan menonjol dalam kegiatan olahraga keras. c) Ras kulit kuning atau ras mongoloid - ciri-ciri fisik: berkulit kuning, berambut lurus, dan bermata
coklat.
keramah-tamahan,
Perilaku suka
yang
dominan:
bergotong
royong
tertutup dan senang dengan ucapara ritual. 2. Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari pria berperilaku atas dasar
pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pada pria disebut maskulin, sedangkan perilaku wanita disebut feminine 3. Sifat fisik, kalau kita amati perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus. 4. Sifat kepribadian. Salah satu pengertian kepribadian yang dikemukakan oleh Maramis, (1999), adalah “keseluruan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya “. Kepribadian menurut masyarakat awam adalah bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu lainnya. 5. Bakat pembawaan. Bakat menurut Notoatmodjo, (1997), yang mengutip pendapat William B Micheel, (1960), “kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut “ Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan. 6. Inteligensi, Menurut Terman intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak (Sukardi,1997), Sedangkan ebbing - harus mendefinisikan intelegensi adalah “kemampuan untuk membuat kombinasi“
(Notoatmodjo, 1997), Dari batasan tersebut dapat dikatakan bahwa inteligensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu, kita kenal ada individu yang inteligen, yaitu individu dalam mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat, dan mudah. sebaliknya bagi individu yang memiliki inteligensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat. b. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu 1. Faktor lingkungan. Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial. Ternyata lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku individu karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku. 2. Pendidikan. Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan sehingga liang lahat, berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok. Kegiatan
pendidikan
formal
maupun
informal
berfokus pada proses belajar mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan dari tidak dapat menjadi dapat.
3. Agama, merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau penghabisan. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi kepribadaian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan berperilaku individu.
Seorang
yang
mengerti
dan
rajin
melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan, akan berperilaku dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran agama yang di yakininya. 4.
Sosial
ekonomi,
Khusus
menyangkut
sosial
ekonominya, sebagai contoh keluarga yang status ekonominya
berkecukupan,
akan
mampu
menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini yang berpengaruh terhadap perilaku individu-individu yang ada di dalam keluarga tersebut. Sebaliknya, keluarga yang sosial ekonominya
rendah, akan
mengalami kesulitan didalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, keluarga tersebut akan berusaha memenuhinya dengan berbagai cara, misalnya: mengadaikan barang, meminjam uang, bon ke toko didekat rumahnya dan lain - lain. 5. Kebudayaan, Menurut Mac Iver sebagaimana di kutip oleh Soerjono Soekanto, (2001).” Ekspresi jiwa terwujud dalam cara - cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi dan hiburan.”
Koentjoroningrat,
(1990),
memberi
batasan
kebudayaan adalah “Keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya manusia akan memengaruhi perilaku manusia itu sendiri. c.
Faktor- faktor lain 1.
Susunan saraf pusat memengang peranan penting karena merupakan saran untuk memindahkan energi yang berasal dari stimulus melalui neuron ke saraf tepi yang seterusnya akan merubah menjadi perilaku. Impus-impus
saraf indra pendengaran,
penglihatan, pembau, pengecap, dan peraba, yang disalurkan dari tempat masuknya stimulus melalui implus - implus saraf ke susunan saraf pusat, yaitu otak setelah sadari melalui persepsi maka individu akan berperilaku. 2.
Persepsi merupakan proses diterimanya rangsangan melalui pancaindra, yang didahului oleh perhatian (Attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada didalam maupun diluar dirinya. Melalui persepsi
dapat
diketahui
perubahan
perilaku
seseorang. Setiap individu kadang -kadang memiliki persepsi yang berbeda walaupun mengamati objek yang sama. 3. Emosi, menurut Maramis, (1999), menyebutkan bahwa emosi adalah” manifestasi perasaan atau efek keluar disertai banyak komponen fisiologi, dan biasanya berlangsung tidak lama” perilaku individu dapat dipengaruhi emosi. Aspek psikologi yang
memengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani. Perilaku individu yang sedang marah, kelihatan mukanya merah. 2.1.4 Prosedur pembentukan perilaku Menurut Skinner, perilaku merupakan interaksi antara perangsang dengan tanggapan. Sebelum di uraikan tentang prosedur pembentukan perilaku terlebih dahulu akan di uraikan tentang macam - macam tanggapan. Menurut Notoatmodjo, (1997). ada dua macam tanggapan yaitu : a. Reponden respon (refleksi atau perilaku responden) Responden
respon
merupakan
tanggapan
yang
di
sebabkan oleh adanya rangsangan (stimulus) tertentu atau electing stimulus yang menimbulkan
tanggapan yang
relatif tetap. Termasuk ke dalam responden respon adalah respon emosi yang timbul karena hal - hal yang tidak mengenakan. b. Operant response atau instrumental behavior Tanggapan ini timbul dan diikuti oleh perangsang tertentu atau penguat dan memperkuat tanggapan dan perilaku tertentu
yang
telah
dilakukan.
Operant
response
merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia yang kemungkinan memodifikasinya tidak terbatas. Untuk membentuk jenis tanggapan atau perilaku perlu di ciptakan
kondisi
tertentu
yang
disebut
operant
condisioning. Prosedur pembentukan perilaku operant condisioning, menurut Notoatmodjo, (1997), yang di ambil dari pendapat Skinner sebagai berikut.
1. Langkah
pertama: melakukan pengenalan terhadap
suatu yang merupakan penguat, yaitu berupa hadiah. 2. Langkah kedua: melakukan analisis, dipergunakan untuk mengenal bagian - bagian kecil
pembentuk
perilaku sesuai yang diingikan. Selajutnya bagian bagian tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menunjukan
pada
terbentuknya
perilaku
yang
diinginkan. 3. Langkah ketiga: menggunakan bagian-bagian kecil perilaku, yaitu: a) Bagian - bagian perilaku ini tersusun secara urut dan dipakai untuk tujuan sementara. b) Mengenal penguat atau hadiah untuk masing-masing bagian tadi. c) Membentuk perilaku dengan bagian-bagian yang telah tersusun tersebut. d) Apabila bagian perilaku pertama telah dilakukan hanya akan diberikan, yang mengakibatkan tindakan tersebut akan sering dilakukan. e) Akhirnya akan dibentuk perilaku kedua
dan
seterusnya sampai terbentuk perilaku yang di harapakan. 2.1.5
Bentuk perilaku Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu tersebut terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar berbentuk perilaku ada dua macam, yaitu: a. Perilaku pasif (respons internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi didalam diri individu
dan tidak dapat diamati
secara langsung.
Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan
yang
nyata.
b. Perilaku aktif ( respon eksternal ) Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati langsung. Berupa tindakan yang nyata. 2.1.6
Perilaku kesehatan Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Respon atau reaksi organisme dapat berbentuk pasif (respon yang masih tertutup) dan aktif (respon terbuka, tindakan yang nyata atau practice/ psychomotor). Menurut Notoatmodjo, (1997), rangsangan yang terkait dengan perilaku kesehatan terdiri dari 4 unsur, yaitu : sakit dan penyakit, sistem pelayanan, makanan, dan lingkungan. Penjelasan secara rinci sebagai berikut. a. Perilaku terhadap sakit dan penyakit Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan penyakit yang bersifat respon internal (berasal dari dalam dirinya) maupun eksternal (dari luar dirinya), baik respon pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun aktif (praktik) yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit.
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit sesuai dengan tingkat-tingkat pemberian pelayanan kesehatan yang menyeluruh atau sesuai dengan tingkat pencegahan penyakit, yaitu : a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior) b. Perilaku pencegahan penyakit ( health prevelention behavior) c. Perilaku pencaharian pengobatan (health seeking behavior) d. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior) b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan Perilaku ini adalah respon dari individu terhadap sistem pelayanan
kesehatan
modern
maupun
tradisional,
meliputi : 1. Respon terhadap fasilitas pelayanan kesehatan 2. Respon terhadap cara pelayanan kesehatan 3. Respon terhadap petugas kesehatan 4. Respon terhadap pemberian obat-obatan Respon
tersebut
terwujud
dalam
pengetahuan,
persepsi, sikap, dan pengunaan fasilitas, petugas maupun pemberian penggunaan obat-obatan. c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior ) Perilaku adalah respon individu terhadap makanan. perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik
terhadap
makanan
dan
unsur-unsur
yang
terkandung didalamnya (gizi, vitamin) dan pengelolaan makanan sehubungan kebutuhan tubuh kita. d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (Environmental Behavior) Perilaku lingkungan kesehatan
ini
adalah
sebagai manusia.
respon
determint Lingkup
individu (faktor
terhadap penentuan)
perilaku
ini
sesuai
lingkungan, yaitu : a. Perilaku sehubungan perilaku terhadap air bersih, meliputi manfaat dan pengunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan. b. Perilaku dengan pembuangan air kotor atau kotoran. Disini menyangkut pula hygiene, pemeliharaan, teknik, dan pengunaannya. c. Perilaku sehubungan dengan pembuangan limbah, baik limbah cair maupun padat. Dalam hal ini termasuk sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat dan dampak pembuangan limbah yang tidak baik. d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, rumah
yang
sehat
menyangkut
ventilasi,
pencahayaan, lantai, dan sebagiannya. e. Perilaku terhadap pembersihan sarang - sarang vektor. 2.1.7
Klasifikasi perilaku kesehatan Menurut
Becker,(1979),
Sebagaimana
dikutip
oleh
Notoatmodjo, (1997), bahwa klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan adalah :
Perilaku kesehatan (health behavior ), yaitu perilaku individu yang ada kaitannya dengan health promotion, healt prevention, personal hygiene, memilih makanan dan sanitasi. Perilaku sakit (Illness Behavior), yaitu semua aktivitas yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit untuk menganjal
keadaan
kesehatan
atau
rasa
sakitnya,
pengetahuan dan kemampuan individu untuk mengenal penyakit, pengetahuan dan kemampuan individu tentang penyebab penyakit dan usaha - usaha untuk mencegah penyakit. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yaitu segala aktivitas induvidu yang sedang menderita sakit untuk memperoleh kesembuhan. 2.1.8
Perilaku orang sakit dan perilaku orang sehat Menurut Sorlito Wirawan Sarwaono, (1993),
yang
dimaksud dengan perilaku sakit dan perilaku sehat sebagai berikut. Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Perilaku sakit menurut Suchman adalah tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu. Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk
memelihara
dan
meningkatkan
kesehatannya,
termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.
a. Penyebab perilaku sakit. Menurut mekanik sebagaimana diuraikan oleh Sorlito Wirawan Sarwono, (1993), bahwa penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut. a) Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan normal. b) Anggapan
adanya
gejala
serius
yang
dapat
menimbulkan bahaya. c) Gejala penyakit dapat dirasakan akan menimbulkan dampak
terhadap
hubungan
dengan
keluarga,
hubungan kerja dan kegiatan masyarakat. d) Frekuensi dari persistem (terus-menerus menetap) tanda dan gejala yang dapat di lihat. e) Kemungkinan individu untuk terserang penyakit. f) Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya tentang penyakit. g) Adanya perbedaan antara interprestasi tentang gejala penyakit. h) Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit. i) Tersedianya berbagai saran pelayanan kesehatan, seperti : fasilitas, tenaga obat - obatan, biaya,dan transportasi. Menurut Sri Kusmiyati dan Desmaniarti, (1990), terhadap 7 perilaku orang sakit yang dapat diamati yaitu: Fearfulness (merasa ketakutan), umumnya individu yang sedang
sakit
memiliki
perasaan
takut.
Bentuk
ketakutannya, takut penyakit tidak sembuh, takut mati, takut mengalami kecacatan, dan takut tidak mendapat
pengakuan dari lingkungan sehingga merasa diisolasi. Regresi, salah satu perasaan yang timbul pada orang sakit adalah asietas (kecemasan). Untuk mengatasi kecemasan tersebut, salah satu caranya adalah dengan regresi (menarik diri) dari lingkunganya. Egosentris, mengandung arti bahwa perilaku individu yang sakit banyak mempersoalkan tentang dirinya sendiri. perilaku egoisentris ditandai dengan hal-hal berikut. a. Hanya ingin menceritakan penyakit yang sedang diderita. b. Tidak ingin mendengarkan persoalan orang lain. c. Hanya memikirkan penyakitnya sendiri. d. Senang mengisolasi dirinya baik dari keluarga, lingkungan maupun kegiatan. Terlalu memperhatikan persoalan kecil, yaitu perilaku individu yang sakit dengan melebih - lebihkan persoalan kecil. Akibatnya pasien menjadi cerewet, banyak menuntut dan banyak mengeluh tentang masalah sepele. Reaksi emosional tinggi, yaitu perilaku individu yang sakit ditandai dengan sangat sensitif terhadap hal-hal remeh sehingga mengakibatkan reaksi emosional tinggi. Perubahan persepsi terhadap orang lain karena faktor diatas, seorang penderita sering mengalami perubahan persepsi terhadap orang lain. Berkurangnya minat, individu yang menderita sakit di samping memiliki rasa cemas juga kadang-kadang timbul stress. Faktor psikologis inilah salah satu sebab
berkurangnya minat sehingga ia tidak mempunyai perhatian
terhadap
segala
sesuatu
yang
ada
di
lingkungannya. Berkurangnya minat terutama kurangnya perhatian terhadap sesuatu yang dalam keadaan normal ia tertarik atau berminat terhadap sesuatu. b. Perubahan perilaku pada orang sehat Konflik adalah suatu keadaan yang timbul sebagai akibat adanya dua atau lebih keinginan,kondisi atau dorongan yang tidak harmonis terhadap tiga jenis konflik,yaitu. a. Approach – approach conflik, adalah konflik yang terjadi apabila keinginan, kondisi atau dorongan yang sama - sama dikehendaki dan akibatnya positif. b. Avoidance-avvidance conflik, adalah konflik yang terjadi apabila semua keinginan, kondisi, dan dorong yang ada sama-sama tidak kehendaki, dan bersifat negatif. Peribahasa mengatakan ibarat makan buah simalakama. c. Approacn – avoidance conflik, adalah konflik yang terjadi apabila keinginan, kondisi, dan dorongan yang dikehendaki mengandung resiko positif dan negatif yang seimbang. Frustasi adalah suatu keadaan yang terjadi akibat konflik berkepanjangan atau tidak terselesaikan atau ada perasaan kecewa berat karena tujuan yang dicitacitakan tidak tercapai. Marah, apabila frustasi yang dialami oleh seorang individu tidak dapat di kelola dengan baik, akan timbul perilaku mudah marah.
Terbentuknya perilaku baru, khususnya pada orang dewasa dapat dijelaskan sebagai berikut. Diawali dari cognitive domain, yaitu individu tahu terlebih dahulu terhadap stimulus berupa objek sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada individu. Affective domain, yaitu timbul respons batin dalam bentuk sikap dari individu terhadap objek yang diketahuinya. Berakhir pada psychomotor domain, yaitu objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya yang ahirnya menimbulkan respon berupa tindakan. Cognitive domain
→
affective domain
→
psychomotor domain Dalam kenyataannya, stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan, tanpa mengetahui makna stimulus yang diterima. Singkatnya, tindakan
seseorang
tidak
harus
didasari
oleh
pengetahuan maupun sikap. Selanjutnya akan diuraikan secara ringkas ketiga domain tersebut. 2.1.9
Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi menjadi proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk
terbentuknya
perilaku
terbuka
(overt
behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng. Proses adopsi perilaku, menurut Notoatmodjo S., (1977) yang mengutip pendapat Rangers, (1974), sebelumnya
seseorang mengadopsi perilaku, didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan (akronim AIETA), yaitu: a. Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus. b. Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus. c. Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbangnimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik lagi. d. Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus. Menurut Rongers, adopsi perilaku tidak selalu melewati tahap AIETA sehingga umumnya perilaku baru tersebut tidak langgeng. Sebaliknya, perilaku yang memulai proses AIETA akan bersifat langgeng. Tingkatan
pengetahuan
didalam
domain
kognitif,
mencangkup 6 tingkatan, yaitu: a) Tahu merupakan tingkatan pengetahuan paling rendah. tahu artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. b) Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan mengiterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui seseorang yang telah paham tentang sesuatu
harus
dapat
menjelaskan,
memberi
contoh,
dan
menyimpulkan. c) Penerapan, yaitu kemampuam untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi
nyata atau dapat menggunakan hukum – hukum, rumus, metode dalam situasi nyata. d) Analisa, artinya kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian - bagian lebih kecil, tetapi masih didalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain ukuran kemampuan adalah ia dapat mengambarkan, membuat bagan, membedahkan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologi dengan fisiologi. e) Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi - formulasi yang ada. Ukuran kemampuan ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan menyesuaikan satu teori atau rumusan yang telah ada. f) Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau di susun sendiri. 2.2 Persepsi Kehidupan individu sejak dilahirkan tidak lepas dari interaksi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Dalam interaksi ini, individu menerima rangsang atau stimulus dari luar dirinya.
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali
oleh
proses
pengindraan,
yaitu
proses
diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. 2.2.1 Pengertian a.
Persepsi
adalah
penginterprestasian
proses terhadap
pengorganisasian, rangsangan
yang
diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatau yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu (Bimo Walgito, 2001). mengetahui, atau mengartikan setelah pancaindranya mendapat rangsang (Maramis, 1999) b. Persepsi ialah daya mengenalan barang, kualitas atau hubungan dan perbedaan antara hal ini
melalui
proses mengamati. Dengan demikian, persepsi dapat diartikan sebagai
proses
diterimanya
rangsang
melalui
pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun yang ada di dalam diri individu.
2.2.2 Macam - macam persepsi Ada dua macam persepsi yaitu : a. External perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu. b. Self-perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi obyek adalah dirinya sendiri. 2.2.3 Gangguan persepsi (Dispersepsi) Dispersepsi adalah kesalahan atau gangguan persepsi Penyebab Gangguan otak, keracunan, obat
halusianogenik, gangguan
jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi, psikosis yang dapat mengakibatkan halusinasi, dan pengaruh lingkungan sosial - budaya, sosial budaya yang berbeda menimbulkan persepsi berbeda atau yang berasal dari sosialbudaya yang berbeda. 2.2.4 Macam - macam gangguan persepsi Menurut Maramis, (1999), terdapat tujuh gangguan persepsi yaitu : halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi, gangguan sematensorik pada reaksi konversi, gangguan psikologi
dan
agnosia 2.2.5
Halusinasi atau maya Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apapun pada pancaindra seorang, yang terjadi pada keadaan sadar/bangun dasarnya memungkinkan organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1990). Oleh karena itu, secara singkat halusinasi adalah persepsi atau pengamatan palsu :
A. Jenis- jenis penglihatan : a. Halusinasi penglihatan (halusinasi optik): 1. Apa yang dilihat seolah-olah berbentuk: orang, bintang, barang atau benda. 2. Apa yang dilihat seolah-olah tidak berbentuk: sinar, kilatan, atau pola cahaya. 3. Apa yang dilihat seolah- olah berwarna atau tidak berwarna. b.
Halusinasi auditif/ halusinasi akustik – halusinasi yang seolah - olah mendengar suara manusia, suara hewan, suara barang, suara mesin, suara musik, dan suara kejadian alami.
c.
Halusinasi
olfaktorik
(halusinasi
penciuman)
-
halusinasi yang seolah - olah mencium suatu bau tertentu. d. Halusinasi gustatorik (halusinasi pengecap) – halusinasi yang seolah – olah mengecap suatu zar atau rasa tentang sesuatu yang dimakan. e.
Halusinasi taktil (halusinasi peraba) halusinasi yang seolah - olah merasa diraba-raba, disentuh, dicolekcolek, ditiup, dirambatin ulat, dan disinari.
f. Halusinasi kinestik (halusinasi gerak) halusinasi yang seolah – olah badanya gerak dengan sendirinya. g. Halusinasi viseral halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah - olah ada perasaan tertentu yang timbul ditubuh bagian dalam (mis. Lambung seperti ditusuktusuk jarum).
h. Halusinasi hipnogogik – persepsi sensorik berkerja yang salah yang terdapat pada orang normal, terjadi tepat sebelum bangun tidur. i.
Halusinasi hipnopompik – persepsi sensorik berkerja yang salah pada orang normal, terjadi tepat sebelum orang bangun tidur.
j. Halusinasi histerik – halusinasi yang timbul pada neurosis histerik karena konflik emosional. 2.2.6
Isi halusinasi Isi halusinasi adalah tema halusinasi dan interprestasi pasien
tentang
menyalahkan,
halusinasinya, keagamaan,
seperti
menghinakan,
mengancam, kebesaran,
seksual, membesarkan hati, membujuk atau hal-hal yang baik. Hal-hal yang dapat menimbulkan halusinasi adalah skizofrenia, psikosis fungsional, sindrom otak organik (SOO), epilepsi, neurosis histerik, interkosta atropin atau kecubung, dan zat halusinogenik. 2.2.7
Ilusi Ilusi adalah interprestasi yang salah atau menyimpang tentang penyerapan (persepsi) yang sebenarnya sesungguhsungguh terjadi karena adanya rangsang pada pancaindra. Secara singkat ilusi adalah persepsi atau pengamatan yang menyimpang. Contoh: a. Bayangan daun pisang dilihatnya seperti seorang penjahat.
b. Bunyi angin terdengar seperti ada seseorang memanggil namanya. c. Suara bintang disemak- semak, terdengar seperti ada tangisan bayi. 2.2.8 Depersonalisasi Depersonalisasi ialah perasaan yang aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasa lagi, tidak menurut kenyataan atau kondisi patologis yang seorang merasa bahwa dirinya atau tubuhnya sebagai tidak nyata. Contoh : a. Perasaan bahwa dirinya seperti sudah diluar badannya b. Perasaan bahwa kaki kanannya bukan kepunyaanya lagi. 2.2.9
Derealisasi Derealisasi ialah perasaan aneh tentang lingkungan di sekitar dan tidak menurut kenyataan sebenarnya (mis. Segala sesuatu dirasakan dalam mimpi).
2.2.10 Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, Secara harfiah soma artinya tubuh, dan sensorik artinya mekanisme
neuroligis
yang
terlibat
dalam
proses
pengindraan dan perasaan. Jadi, sematosensorik adalah suatu keadaan
menyangkut
tubuh
yang
secara
simbolik
menggambarkan adanya suatu konflik emosional. Contoh : a. Anestesis, yaitu kehilangan sebagian atau keseluruhan kepekaan indra peraba pada kulit.
b. Parasetesia, yaitu perubahan pada indra peraba, seperti ditusuk – tusuk jarum dibadannya ada semut berjalan, kulitnya terasa panas, atau kulitnya terasa tebal . c. Ganggun penglihatan atau pendengaran. d. Makropsia (mengalopsia), yaitu melihat benda lebih besar dari keadaan sebenarnya bahkan kadang –kadang terlalu besar sehingga menakutkan e. Mikropsia, yaitu melihat benda yang lebih kecil dari sebenarnya. 2.2.11 Gangguan psikofisiologi Gangguan psikofisiologi ialah gangguan pada tubuh yang disaraf oleh susunan saraf yang berhubungan dengan kehidupan (nervus vegitatif) dan disebabkan oleh gangguan emosi. Contoh : Gangguan ini mungkin terjadi pada : a. Kulit radang kulit (dermatitis), biduran (urtikarian), gatal - gatal (pruritis), dan banyak cairan pada kulit (hiperhidrosis). b. Otot dan tulang : otot tegang sampai kaku (tensio headache), otot tegang dan kaku dipunggung (low back pain ). c. Alat pernapasaan : sindrom hiperventilasi (bernapas berlebihan yang mengakibatkan rasa pusing, kepala enteng, parestesia pada tangan dan sekitar mulut, merasa berat di dada, napas pendek, perut gembung, tetani, dan athma bronchiale).
d. Jantung dan pembuluh darah : debaran jantung yang cepat (palpitasi), TD meningkat (hipertensi), dan vaskular headache. e. Alat pencernaan : lambung perih, mual, dan muntah, kembung (meteorsme), sembelit (konstipasi), dan mencret (diare). f. Alat kemih dan alat kelamin : sering berkemih, ngompol (enuresis), memancarkan air mani secara dini (evacuation precox), hubungan seksual yang sakit pada wanita
(dispareunia),
sakit
waktu
menstruasi
(dismenore), tidak mampu menikmati rangsangan seksual pada wanita (frigiditas), dan impoten. g. Mata : mata berkunang – kunang dan telinga berdenging (tinitus). 2.2.12 Agnosia Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi, baik sebagian maupun total sebagai akibat kerusakan otak. 2.2.13 Syarat agar individu dapat mengadakan persepsi Dengan persepsi individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang keadaan diri individu yang bersangkutan (self perseption). Alat penghubung antara individu dengan dunia luar adalah alat indra. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului pengindraan, yaitu dengan diterimanya stimulus oleh reseptor, diteruskan ke otak atau pusat saraf yang diorganisasikan dan diinterprestasikan sebagai proses
psikologis. Akhirnya individu menyadari tentang apa yang dilihat dan didengar. 2.2.14 Syarat terjadinya persepsi : a. Adanya objek : objek → stimulus → alat indra (reseptor). Stimulus berasal dari luar individu (langsung mengenai alat indra/ resepstor). b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi. c. Adanya alat indra sebagai resepstor penerima stimulus. d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat kesadaraan). Dari otak dibawa melalui saraf motorik sebagai alat untuk mengadakan respons. 2.2.15
Proses terjadinya persepsi Persepsi melewati tiga proses, yaitu : a. Proses fisik (kealaman) - objek → stimulus → reseptor atau alat indra. b. Proses fisiologi - stimulus → saraf sensorik → otak. c. Proses psikologis – proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang di terima. Jadi, syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik, fisiologis, dan psikologis. Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut
Objek →
→ Stimulus
Reseptor
↓ → Otak ↓ Saraf sensorik
↓ Persepsi
Gambar 5.1 proses terjadinya persepsi
2.3 Pengobatan sambung tulang tradisional dan modern. 2.3.1 Pengertian Pengobatan sambung Tradisional. Pengobatan sambung tulang tradisional adalah pengobatan yang menyambung tulang dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasihat untuk mengatasi berbagai macam penyakit secara alami. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya secara lebih efektif dan efisien karena lebih mudah dijangkau oleh masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karenamenurut
beberapa penelitian
tidak terlalu menyebabkan efek samping, karna masih bisa dicerna oleh tubuh (Anonim, 2010). Pengertian obat tradisional sendiri berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 pasal 1 menyebutkan bahwa, obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan - bahan tersebut, yang
secara tradisional telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman dan juga telah lama dikenal dan digunakan oleh semua lapisan masyarakat di Indonesia untuk tujuan pengobatan maupun perawatan kesehatan. Jika ada anggota keluarga atau masyarakat yang sedang
menderita
suatu
penyakit,
bagi
masyarakat
berinisiatif untuk memanfaatkan tanaman obat yang terdapat disekitar lingkungannya untuk mereka gunakan dalam pengobatan (Hendri Wasito, 2011).
Obat tradisional adalah obat yang terbuat dari bahan alami terutama tumbuhan merupakan warisan budaya bangsa dan telah digunakan turun - temurun secara empirik. Secara umum didalam tumbuhan obat (rimpang, akar, batang, daun, bunga, dan buah ) terdapat senyawa aktif seperti alcohol, fenolik, tripenoid, minyak atsiri, glikosida dan sebagianya yang bersifat antiviral, anti bakteri serta imunomodulator. Komponen senyawa aktif tersebut berguna untuk menjaga kesegaran tubuh serta memperlancar peredaraan darah. Bahan ramuan tumbuhan obat (empon - empon) dibuat sesuai kepentingan dan fungsinya yang bisa dipilih dari satu jenis tumbuhan obat yaitu kunyit, lengkuas, jahe, temulawak, kencur dan lainnya dibuat menjadi ramuan yang biasa disebut “jamu” tumbuhan obat bagi manusia maupun hewan adalah untuk meningkatan
daya
tahan (sebagai imunomoduator),
pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. Keuntungan obat tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah mudah diperoleh dan bahan bakunya dapat ditanam dipekarangan sendiri, murah
dan
dapat
diramu
sendiri
di
rumah
(soedibvo,1992). A. Obat Herbal Definisi obat herbal didefinisikan sebagai obat alami seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Selain itu, obat herbal juga bisa terdiri dari obat yang berasal dari sumber hewani, mineral atau gabungan antara ketiganya (Mangan, 2003).
Sebanyak 150,000 daripada 250,000 spesies tumbuhan yang diketahui di dunia adalah berasal dari kawasan tropika. Di Malaysia saja, kira-kira 1,230 jenis spesies tumbuhan telah lama digunakan di dalam rawatan tradisional
(Dharmaraj,
1998).
Kaum
Melayu
misalnya sering menggunakan akar susun kelapa (Tabernaemontana divaricata), akar melur (Jasminum sambac), bunga raya (hibisus rosa sinensis) dan ubi memban (marantha arundinacea) untuk rawatan kanser (Dharmaraj, 1998). Dalam pengobatan tradisional ini, memang masih kurang data-data laboratorium tentang khasiat serta manfaat tanaman-tanaman tersebut. Oleh sebab itu, dikalangan
ahli
dokter
moderan
menganggap
pengobatan alternatif ini kurang ilmiah karena tidak didukung dengan data klinis yang valid. Para ahli pengobatan tradisional ini pada dasarnya melihat kesehatan sebagai satu pendekatan holistik dimana jika adanya berlaku gangguan pada salah satu organ tubuh maka ini akan menyebabkan ketidakseimbangan pada organ tubuh yang lainnya. Tujuan utama pengobatan ini dilakukan lebih kepada penyembuhan dengan menyeimbangkan kondisi organ - organ ini dan bukan hanya untuk menghilangkan gejala saja (Mursito, 2002). B. Keuntungaan pengunaan obat herbal Keuntungan utama dalam mengunakan obat herbal ini adalah biayanya yang murah (Moh, 1998), Ini karna
mudahnya dapat bahan baku ini termasuklah biasa ditanam sendiri dihalaman rumah sebagai bekalan. Kebanyakan tumbuhan ini mudah membesar dan tidak memerlukan kost penjagaan yang tinggi jika ditanam sendiri. Selain itu efek samping yang di timbulkannya relatif kecil sehingga lebih aman digunakan dari pada obat - obatan modern yang banyak efek sampingnya walaupun
sebenarnya
dalam
setiap
tumbuhan
memiliki bahan kimia cuma dalam dosis yang lumanyan kecil sengga tidak memberikan efek yang besar pada penggunanya (Mangan, 2003). C. Simplisia Obat ini biasanya disediakan dalam bentuk eksrak bahan baku dari tanaman herbal yang ada atau nama lainnya adalah simplisia. Bahan bakunya bisa terdiri dari sebagian dari tumbuhan tersebut seperti bagian batang, daun, akar, kulit, serta buah, maupun seluruh bagian tumbuhan tersebut. Simplisia ini juga bisa diolah dalam bentuk segar ataupun kering. Untuk simplisia bentuk segar, ini harus segera digunakan selagi dalam keadaan baik dan juga dikhawatirkan akan tumbuh jamur atau mikroba lainnya. Jika untuk penggunaan yang lama, biasanya akan digunakan simplisia bentuk kering supaya dapat mempertahankan kandungan metabolit - metabolit yang penting dalam mengobati pasien. Kandungan metabolit ini terbagi dua yaitu metabolik primer dan metabolit sekunder. Metabolik sekunder inilah yang memainkan peranan
dalam bidang pengobatan. Beberapa contoh senyawa metabolik yang ada dalam obat herbal ini adalah senyawa golongan alkaloida, glukosida, politenol, flavonoida, antosian, seskuiterpen dan saponin. Jumlah metabolit sekunder dalam satu simplisia amat dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor
yaitu
faktor
lingkungan, umur tanaman sewaktu dipanen, waktu panen serta kegiatan pasca panen. Waktu panen sangat berhubungan
dengan
pembentukan
metabolik
sekunder, dimana yang terbaik adalah pada saat penghasilan
metabolik
sekunder
pada
kadar
maksimum. Sebagai contoh, tanaman poko (mentha piperita) akan menghasilkan mentol tertinggi dalam daun mudanya saat tanaman itu berbunga. 2.3.2
Jenis - jenis pengobatan dan cara pengobatan tradisional Menurut Asmino, (1995), pengobatan tradisional ini terbagi
menjadi
dua
yaitu
cara
penyembuhan
tradisional atau traditional healing yang terdiri dari pada pijatan, kompres, akupuntur dan sebagainya serta obat
tradisional
atau
traditional
drugs
yaitu
menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia dari alam sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Obat tradisional ini terdiri dari tiga jenis yaitu pertama dari sumber nabati yang diambil dari bagian-bagian tumbuhan seperti buah, daun, kulit batang dan sebagainya. Kedua, obat yang diambil dari sumber hewani seperti bagian kelenjar - kelenjar, tulang-
tulang maupun dagingnya dan yang ketiga adalah dari sumber
mineral
atau
garam-garam
yang
bisa
didapatkan dari mata air yang keluar dari tanah contohnya, air mata air zam-zam yang terletak di Mekah Mukarramah. A. Pijat Tradisional a. Pengertian Pijat adalah sebuah perlakuan ”hands-on”, dimana terapis memanipulasi otot dan jaringan lunak lain dari tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Berbagai jenis pijat dari lembut membelai hingga teknik manual yang lebih dalam untuk memijat otot serta jaringan lunak lainnya. Pijat ini telah dipraktikkan sebagai terapi penyembuhan selama berabad - abad yang hampir ada dalam setiap kebudayaan diseluruh dunia. Ini dapat
membantu
meringankan
ketegangan
otot,
mengurangi stres, dan membangkitkan rasa ketenangan. Meskipun pijat mempengaruhi tubuh secara keseluruhan, hal
itu
terutama
mempengaruhi
aktivitas,
sistem
muskuloskeletal, peredaran darah, limfatik, dan juga saraf. b. Jenis Pijatan Ada hampir 100 pijat tubuh yang berbeda - beda tekniknya. Setiap teknik unik dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Jenis yang paling umum diterapkan di Amerika Serikat dan semakin berkembang di negaranegara lain meliputi:
1) Pijatan Aromaterapi: Minyak essensial dari tanaman dipijat diatas kulit untuk meningkatkan penyembuhan dan efek relaksasi dari pijatan itu. Minyak essensial ini diyakini memiliki pengaruh kuat pada suasana hati dengan merangsang dua struktur jauh didalam otak yaitu sistem limbik dan hipokampus yang merupakan penyimpan emosi dan memori. 2) Pijatan Craniosakral: tekanan lembut diterapkan pada kepala dan tulang belakang untuk memperbaiki ketidakseimbangan dan memulihkan aliran cairan serebrospinal di daerah - daerah tersebut. 3) Pijatan Limfatik: Pijatan yang lembut dan berirama digunakan untuk meningkatkan aliran getah bening (cairan berwarna yang membantu melawan infeksi dan penyakit) ke seluruh tubuh. Salah satu bentuk yang paling populer dalam pijat limfatik, drainase limfatik manual
(MLD), berfokus
pengeringan
kelebihan getah bening. MLD biasanya di gunakan setelah operasi (seperti mastektomi untuk kanker payudara) untuk mengurangi bengkak. 4) Pijatan miofasial: tekanan lembut dan memposisi tubuh digunakan untuk relaksasi dan peregangan otototot, fasia (jaringan ikat), dan struktur terkait. Biasanya terapis fisik dan terapis pijat yang terlatih menggunakan teknik ini. 5) Terapi Polaritas: Suatu bentuk energi penyembuhan, terapi polaritas menstimulasi dan menyeimbangkan
aliran energi dalam tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. 6) Refleksi: teknik khusus menggunakan ibu jari dan jari diterapkan pada tangan dan kaki. Refleksologis percaya bahwa daerah ini mengandung "titik refleks," atau koneksi langsung ke organ tertentu dan struktur pada seluruh tubuh. 7) Rolfing: Tekanan diterapkan pada fasia (jaringan ikat) untuk
meregangkan,
memperpanjang,
dan
membuatnya lebih fleksibel. Tujuan dari teknik ini adalah
untuk
menyelaraskan
tubuh
sehingga
menghemat energi, melepaskan ketegangan, dan fungsi yang lebih baik. 8) Shiatsu: tekanan lembut jari tangan diterapkan terhadap
titik-titik
tertentu
pada
tubuh
untuk
menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan aliran energi (dikenal sebagai chi) melalui jalur energi tubuh (disebut meridian). 9) Pijatan Olahraga: Sering digunakan pada atlet profesional dan individu aktif lainnya, pijatan olahraga dapat meningkatkan kinerja dan mencegah serta mengobati cedera yang berhubungan dengan olahraga. 10) Pijatan Swedia: Berbagai stroke dan teknik tekanan yang digunakan untuk meningkatkan aliran darah ke jantung, menghilangkan hasil metabolisme dari jaringan, meregangkan ligamen dan tendon, serta meredakan ketegangan fisik dan emosional.
11) Pijatan ’Trigger Poin’: Tekanan diterapkan untuk "memicu poin" (daerah lembut dimana otot-otot telah rusak) untuk mengurangi kejang otot dan sakit. 12) Sentuhan Integratif: Suatu bentuk terapi pijat lembut yang menggunakan teknik non-sirkulasi. Hal ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasien yang dirawat dirumah sakit atau dalam perawatan hospis. 13) Sentuhan Pengasih: Menggabungkan satu - satu fokus perhatian, sentuhan yang disengaja, dan pijatan sensitif dengan komunikasi untuk meningkatkan kualitas hidup untuk pasien usia lanjut, sakit, atau pasien kritis (ADAM, 2010). 2.3.3 Pengobatan Sambung Tulang Modern a) Pengertian pengobatan sambung tulang modern adalah menyambung tulang dengan mengunakan obat -
obatan
kimia
dan
alat-alat
canggih
untuk
menyambung tulang yang telah patah perbuatan atau cara
yang
dilakukan
manusia
dalam
upaya
penyembuhan, pencegahan, dan pemulihan berbagai penyakit salah satu yaitu sambung tulang dengan mengunakan produk, alat dan perlengkapan yang canggih dan modern yang dipercaya memberikan suatu kemudahan, efesisensi dan efektivitas dalam mempermudah pengobatan. Berbagai penelitian di Negara
-
negara
berkembang
maupun
maju
menunjukan bahwa tindakan pertama untuk mengatasi sakit ialah berobat sendiri (self medication) (patel, 1987), Adapun ahli lain, sarwono (1992), melihat
bahwa di negara - negara berkembang seperti Indonesia masih ada satu tahap lagi yang dilewati banyak penderita sebelum mereka datang ke petugas kesehatan yaitu dengan pergi berobat ke dukun atau ahli pengobatan tradisional. Patel, (1987), juga melihat bahwa makin parah keadaan penderita jika akhirnya meminta pertolongan seorang dokter dalam keadaan yang sudah sangat parah. b) Pengobatan sambung tulang secara modern dengan mengunakan alat - alat yang canggi seperti rontgen sinar pada bagian yang sakit merupakan perangkat diagnostik
definisif
yang
digunakan
untuk
menentukan letak sehingga mudah disambung dengan benar dan juga mengunakan sinar x pada awalnya sehingga akan membutuhkan evaluasi radiografi pada hari berikutnya untuk mendeteksi bentuk callus. Jika di curigai adanya perdarahaan maka dilakukan pemeriksaan Complete Blood Count (CBC) untuk menilai banyaknya darah yang hilang. Lebih lanjut, perawat akan menilai komplikasi yang mungkin terjadi dan menentukan beberapa faktor resiko terhadap komplikasi dimasa depan (Revees, Roux, Lochart, 2001). c) Penatalaksanaan Pengobatan sambung tulang secara modern menurut Long, (1996), ada beberapa terapi yang digunakan untuk pada pasien sambung tulang antara lain :
1. Debridemen luka untuk membuang kotoran, benda asing, jaringan yang rusak dan yang nekrose. 2. Memberikan toksoid tetanus. 3. Membiakkan jaringan. 4. Pengobatan dengan antibiotik. 5. Memantau gejala osteomyelitis, tetanus, gangrene gas. 6. Menutup luka bila tidak ada gejala infeksi. 7. Reduksi fraktur. 8. Imobilisasi fraktur. 9. Kompres
dingin
boleh
dilaksanakan
mencegah perdarahan, edema, dan nyeri. 10. Obat penawar nyeri.
untuk