BAB II TINJAUAN TEORI
A. PERSALINAN 1. Pengertian Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Yanti, 2010, p.3). 2. Tanda dan gejala persalinan a. Tanda dan gejala permulaan persalinan 1) Kepala
turun
memasuki
pintu
atas
panggul.
Pada
primigravida terjadi menjelang minggu ke-36. 2) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun. 3) Perasaan sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. 4) Sakit di pinggang dan di perut. 5) Servik mulai lembek dan mendatar. b. Tanda – tanda persalinan inpartu 1) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan. 2) Pengeluaran lendir bercampur darah. 3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
10
4) Hasil pemeriksaan dalam (PD) menunjukkan terjadinya perlukaan, pendataran, dan pembukaan servik. 3. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan: a. Faktor Power (Kekuatan mengejan) Power adalah kekuatan dari ibu untuk mendorong janin keluar dari jalan lahir. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna. Berdasarkan hasil penelitian Fajar Afifah
2007
didapatkan hasil bahwa rata-rata 90% responden memiliki faktor power yang baik. Hal ini didasari bahwa didapatkan tanda persalinan pada responden his yang kuat sehingga persalinan atau lama kala II berlangsung cepat dimana untuk responden primipara mampu mengeluarkan janin kurang dari 2 jam dan pada multipara kurang dari 1 jam. Demikian pula dari 10% responden yang memiliki power buruk ditandai dengan kekuatan kontraksi yang kurang mengakibatkan persalinan lama atau kala II berlangsung lama. b. Faktor Passage (Jalan Lahir) Faktor jalan lahir dibagi atas : bagian keras : tulangtulang panggul, bagian lunak : otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligament-ligamen.
Berdasarkan hasil penelitian Fajar Afifah
2007
didapatkan hasil 95% memiliki kriteria faktor passage yang baik dan 5% responden memiliki faktor passage buruk. Jadi bila ada kesempitan ukuran panggul maupun kelainan bentuk panggul, maka bayi tidak dapat lahir secara normal melalui jalan lahir dan harus dilakukan oprasi Caesar. c. Faktor Passanger (Janin) Faktor
lain yang berpengaruh terhadap persalinan
adalah faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi, bagian bawah, dan posisi janin. Berdasarkan hasil penelitian Fajar Afifah
2007
didapatkan mayoritas responden memiliki faktor passanger baik 90% dan 10% responden yamg memiliki passanger buruk. Hal ini disebabkan adanya responden yang mempunyai ukuran panggul yang tidak genekoid dan responden yang memiliki power yang lemah. d. Faktor Psikis Ibu Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya diliputi perasaan takut, khawatir, ataupun cemas, terutama pada ibu primipara. Perasaan takut bisa meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang, dan ibu menjadi cepat lelah, sehingga
keadaan
(Asrinah, 2010, p.25).
ibu
mempengaruhi
proses
persalinan
Menurut hasil penelitian Dr. Roberto Sosa (2001) yang dikutip dari Musbikin tentang pendamping atau kehadiran orang kedua dalam proses persalinan, yaitu menemukan bahwa para ibu yang didampingi seorang sahabat atau keluarga dekat (khususnya suami) selama proses persalinan berlangsung, memiliki resiko lebih kecil mengalami komplikasi yang memerlukan tindakan medis daripada mereka yang tanpa pendampingan. Ibu-Ibu dengan pendamping dalam menjalani persalinan, berlangsung lebih cepat dan lebih mudah. Dalam penelitian tersebut, ditemukan pula bahwa kehadiran suami atau kerabat dekat akan membawa ketenangan dan menjauhkan sang ibu dari stress dan kecemasan yang dapat mempersulit proses kelahiran dan persalinan, kehadiran suami akan membawa pengaruh positif secara psikologis, dan berdampak positif pula pada kesiapan ibu secara fisik (Musbikin, 2005). Berdasarkan
hasil
penelitian
menyatakan bahwa ada pengaruh
Susianawati
(2009)
yang signifikan dari
pendampingan suami terhadap tingkat kecemasan ibu selama proses persalinan normal. Partisipasi suami yang cukup tinggi dalam
pendampingan
menyadari
akan
peran
istri
menunjukkan
yang
bisa
bahwa
suami
dilakukannya
dalam
memberikan dukungan fisik dan dorongan moral kepada istri
yang sedang melahirkan. Sehingga diperlukan dukungan suami selama proses persalinan istrinya. e. Faktor Penolong Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu adalah kemampuan dan ketrampilan penolong persalinan. Pada tahun 2006, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih sekitar 76%, yang artinya masih banyak pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi dengan cara tradisional yang dapat membahayakan keselamatan ibu. Disini bidan dapat memberikan asuhan yang mendukung yang bersifat aktif dan turut serta dalam kegitan yang berlangsung, bidan harus tetap memastikan ada seorang pendukung yang hadir dan membantu perempuan selama persalinan. Memberikan dukungan selama persalinan juga merupakan bentuk asuhan sayang ibu antara lain adalah memberikan dukungan emosional, membantu pengaturan posisi, memberikan cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk kebutuhan eliminasi dan pencegahan infeksi. (Yanti, 2010, p.39 & Asrinah, 2010, p.57).
4. Tahap – tahap Persalinan a. Kala I Kala I atau Kala Pembukaan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya), hingga servik membuka lengkap (10 cm). Tanda-tanda Kala I adalah His belum begitu kuat, datangnya setiap 10-15 menit dan tidak seberapa mengganggu ibu masih dapat berjalan. Lambat laun his bertambah kuat : interval lebih pendek. Kontraksi lebih kuat dan lebih lama. Lendir darah bertambah banyak. Lama kala I untuk primi 12 jam dan untuk multi 8 jam. Pedoman untuk mengetahui kemajuan kala I adalah : “ Kemajuan pembukaan 1 cm sejam bagi primipara dan 2 cm sejam bagi multipara” (Yanti, 2010, p.6). b. Kala II Kala II atau Kala Pengeluaran adalah periode persalinan yang dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Tandatanda Kala II, His menjadi lebih kuat cepat dan lebih lama, kontraksinya selama 50-100 detik, datangnya tiap 2-3 menit. Ketuban biasanya pecah pada kala ini. Ada rasa ingin mengejan, muncul tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengejan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti
seluruh badan janin. Lama kala II pada primi berlangsung 1 ½ sampai 2 jam dan pada multi ½ sampai 1 jam (Asrinah, 2010, p.76) c. Kala III Kala III atau Kala Uri adalah periode persalinan yang dimulai dari lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta. Setelah anak lahir his berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa menit timbul his lagi. Uterus teraba keras, fundus uteri setinggi pusat. Lamanya kala uri tidak lebih dari 30 menit d. Kala IV Kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Dalam klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya kala IV persalinan meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa dimulainya masa nifas, mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan.
B. PENDAMPINGAN 1. Pengertian Pendampingan adalah perilaku kehadiran seorang atau teman senantiasa memberikan suatu dukungan fisik maupun psikis secara aktif terus menerus dan berkesinambungan dalam mengikuti seluruh proses persalinan dari mulai kala I sampai Kala IV terutama pendampinga suami ketika istri melahirkan.
Saat ini kehadiran suami dianggap penting pada saat persalinan karena seorang suami adalah orang terdekat yang menyebabkan kehamilan. Kehadiran suami akan menambah pengalaman emosi positif pada istri. Ibu-ibu lebih sering mengatakan, kelahiran bagaikan suatu pengalaman puncak baginya jika saja suami hadir pada peristiwa itu (Entwilsle dan Doering, dalam Dagun 2002). 2. Tujuan utama pendampingan persalinan Untuk memberi dukungan secara fisik emosional dan psikologi sehingga proses persalinan mempunyai makna yang positif baik bagi ibu, suami, anak dan keluarga. 3. Manfaat
Pendampingan
mendampingi
istrinya
bagi selama
suami
yang
proses
siap
persalinan
mental dapat
memberikan manfaat antara lain adalah : a.
Memberi rasa tenang dan penguat psikis pada istri Suami adalah orang terdekat yang dapat memberikan rasa aman dan tenang yang diharapkan istri selama proses persalinan. Ditengah kondisi yang tidak nyaman, istri memerlukan pegangan, dukungan, dan semangat untuk mengurangi kecemasan dan ketakutannya.
b.
Selalu ada bila dibutuhkan Dengan berada disamping istri, suami siap membantu apa saja yang dibutuhkan istri
c.
Kedekatan emosi suami-istri bertambah Suami akan melihat sendiri perjuangan hidup dan mati sang istri saat melahirkan anak sehingga membuatnya semakin sayang kepada istrinya.
d.
Menumbuhkan naluri kebapakan
e.
Suami akan lebih menghargai istri Melihat pengorbanan istri saat persalinan suami akan dapat lebih menghargai istrinya dan menjaga perilakunya. Karena dia akan mengingat bagaimana besarnya pengorbanan istrinya.
4. Dukungan suami selama mendampingi proses persalinan Pendampingan tidak bisa lepas dari dukungan sosial suami. Dukungan sosial dapat berupa dukungan internal dan eksternal. Dukungan sosial internal seperti dari suami/ayah, istri/ibu, atau dukungan saudara kandung. Dukungan sosial eksterna adalah dukungan dari luar keluarga (Friedman, 1998, p.196). Menurut Caplan (1976) dalam Friedman (1998, p.197) ada 4 dukungan sosial suami yaitu : a.
Dukungan emosional Dukungan emosional dari suami akan membuat istri merasa berharga, nyaman, aman, terjamin dan disayangi. Sumber utama dukungan pria adalah pasangannya. Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspekaspek dari dukungan emosional meliputi adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. b.
Dukungan informasional Keluarga
berfungsi
sebagai
sebuah
penyebar
informasi tentang dunia. Keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. c.
Dukungan Instrumental Adalah dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk materi dan waktu yang bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membutuhkan orang lain untuk memenuhinya. Suami harus mengetahui jika istri dapat bergantung padanya jika istri memerlukan bantuan. Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya : kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan instrumental adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang sifatnya materi atau tenaga.
d.
Dukungan Penghargaan (Penilaian) Adalah dukungan yang terjadi lewat ungkapan hormat/penghargaan positif untuk orang lain, contohnya : pujian, persetujuan orang lain. Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan memberikan support, penghargaan, perhatian. Dukungan dari profesional kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku individu dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari individu, dan secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi individu (Niven, 2002, p.198). Hal-hal tersebut dibutuhkan dalam pendampingan, ibu dalam melahirkan mempunyai 4 keinginan dasar yaitu ditemani oleh orang lain, mendapat pengurangan rasa sakit, mendapatkan jaminan tujuan yang aman baik bagi dirinya maupun bagi bayinya, juga mendapatkan perhatian yang menerima sikap pribadinya dan perilakunya selama persalinan (Lesser dan Kean dalam Hamilton,1995).
5.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendampingan persalinan menurut Hamilton tahun 1995. a.
Sosial Manusia adalah mahluk sosial, dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain, individu yang dapat berinteraksi kontinyu akan lebih besar terpapar informasi, sementara
faktor
hubungan
sosial
juga mempengaruhi
hubungan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut komunikasi media. Dengan demikian hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal. b.
Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibandingkan dengan keluarga status ekonomi lemah.Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
c.
Budaya Diberbagai wilayah di Indonesia terutama di dalam masyarakat yang masih tradisional menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat
dengan kaum pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misal: kualitas dan kuantitas makanan yang lebih baik dibanding istri maupun anak karena menganggap suamilah yang mencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga. d.
Lingkungan Adanya kesadaran, sikap, peraktik pelastiran lingkungan intern keluarga, lingkungan ekstern keluarga, pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
e.
Pengetahuan Bila seorang suami mempunyai pengetahuan baik maka akan dapat mengindra suatu keadaan dimana kehadirannya sangat diperlukan dalam pendampingan proses persalinan.
f.
Sikap Bila seorang suami mempunyai sikap yang positif maka akan dapat melakukan pendampingan persalinan dengan baik.
g.
Umur Umur merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Semakin tinggi umur seseorang maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan seseorang.
h.
Pendidikan Tingkat
pendidikan
akan
mempengaruhi
wawasan
dan
pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif. 6.
Peran pendamping persalinan Menurut Hamilton (1995) menyatakan peran pendamping selama proses persalinan yaitu : a.
Mengatur posisi ibu, dengan membantu ibu tidur miring atau sesuai dengan keinginan ibu disela-sela kontraksi dan mendukung posisi ini agar dapat mengedan secara efektif saat relaksasi.
b.
Mengatur nafas ibu, dengan cara membimbing ibu mengatur nafas saat kontraksi dan beristirahat saat relaksasi.
c.
Memberikan asuhan tubuh dengan menghapuskan keringat ibu, memegang tangan, memberikan pijatan, mengelus perut ibu dengan lembut
d.
Memberi informasi kepada ibu tentang kemajuan persalinan.
e.
Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman
f.
Membantu ibu ke kamar mandi
g.
Memberikan cairan dan nutrisi sesuai keinginan ibu
h.
Memberikan dorongan spiritual dengan ikut berdoa
i.
Memberi dorongan semangat mengedan saat kontraksi serta memberikan pujian atas kemampuan ibu saat mengedan. Dari wawancara yang dilakukan oleh Robert Foin
terhadap sejumlah ayah setelah kelahiran anaknya yang dikutip (Dagun, 2002, pp.30-31) menyampaikan bahwa sang ayah mendorong istrinya dengan cara : a.
Suami mengukur lamanya kontraksi, bernafas seirama dengan istrinya, membantu menopang istrinya pada detik-detik kontraksi, menijat-mijat punggung istrinya, menyuguhkan minuman, menyampaikan pesan istrinya kepada perawat dan dokter, memberi perhatian yang terus menerus dan mendorong semangat.
b.
Suami dengan sabar dan setia mendampingi istrinya yang tengah menghadapi situasi kritis, menghibur, dan memberikan harapan, menguatkan hati, dan mengatakan “ Sabarlah sayang kesulitan ini akan segera berlalu”.
7.
Keuntungan Pendampingan persalinan Ada beberapa keuntungan dari pendampingan persalinan yaitu memperlihatkan efektifnya dukungan fisik seperti memijatmijat punggung ibu yang sakit, menghapuskan keringat ibu, emosional dan psikologi (memberikan dukungan dan semangat) selama persalinan dan kelahiran. Memperlihatkan bahwa kehadiran
seorang pendamping secara terus menerus selama persalinan dan kelahiran akan menghasilkan: a.
Berkurangnya kelahiran dengan tindakan (forsep, vakum maupun seksio sesaria).
a.
APGAR Score < 7 lebih sedikit.
b.
Lama persalinan menjadi semakin pendek.
c.
Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman melahirkan mereka (Yanti, 2010, p.51).
8.
Orang yang dapat melakukan pendampingan persalinan Orang yang dapat melakukan pendampingan persalinan antara lain adalah suami, keluarga (biasanya ibu sendiri), teman, dan seorang wanita yang pernah melahirkan dan membesarkan anak yang bekerjanya adalah membantu wanita lain yang sedang melahirkan dan mengajarkan cara mengasuh bayi. Dahulu calon ibu yang akan melahirkan selalu ditemani oleh wanita lain yang mendukungnya (ibunya, saudarinya, teman dan lain-lain). Wanita bersalin sebaiknya didukung oleh pemberi pelayanan formal seperti bidan, serta pemberi perawatan informal, seperti keluarganya. Persalinan adalah suatu peristiwa dimana ibu masih bisa memilih untuk ditemani oleh seorang yang sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari ibu, yang ibu kenal dengan baik dan sepenuhnya mendukung ibu. Pendamping kelahiran akan membantu ibu untuk rileks dan menikmati kelahiran
bayi. Seorang pendukung kelahiran dapat mempengaruhi peristiwa persalinan itu sendiri dan perasaan seorang ibu terhadap persalinannya. Para wanita yang mendapatkan dukungan selama persalinan akan lebih sedikit campur tangan medis dan melahirkan bayi yang lebih kuat. Setelah kelahiran bayinya wanita juga akan merasa lebih baik. 9.
Persiapan sebagai seorang pendamping persalinan Pendamping persalinan perlu menjaga dirinya sendiri mengenakan pakaian yang nyaman agar tidak kepanasan, merasa pusing dan tidak merepotkan calon ibu serta bidan jika pingsan. Makan dan minum yang cukup agar tidak lelah karena lapar. Sama seperti calon ibu, perlu tahu dan mengerti apa yang sedang terjadi selama persalinan juga mengalami pengalaman emosional seperti pasangannya. Pendamping mempersiapkan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan, akan merencanakan dengan baik disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat.
10. Situasi atau kondisi dimana suami tidak bisa mendampingi selama proses persalinan Ada beberapa suami yang tidak dapat menemani istrinya selama proses persalinan karena suatu alasan tertentu, tetapi kebanyakan dari mereka merasa senang bisa berpartisipasi
didalamnya. Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan pria tidak dapat secara aktif ikut ambil bagian dalam membantu persalinan, mereka hanya melihat dan menyaksikan proses persalinan istrinya. Alasan lain suami tidak dapat melakukan pendampingan persalinan adalah a.
Tidak semua orang mengetahui tentang proses persalinan, apalagi peristiwa tersebut baru pertama kali dia lihat.
b.
Ada sebagian istri yang tidak menginginkan kehadiran suaminya disana
c.
Mungkin ia takut dan tertekan oleh nyeri yang diderita calon ibu
d.
Mungkin ia tidak senang melihat calon ibu bertingkah laku seperti biasanya
e.
Mungkin ia merasa ngeri dengan banyaknya darah yang keluar dari tubuh wanita
f.
Bagi beberapa pria, melihat tubuh pasangannya dilihat oleh dokter pria adalah hal yang sangat tidak menyenangkan
g.
Menyaksikan pasangannya kesakitan dan organ seks wanita rusak selama melahirkan bisa menimbulkan perasaan bersalah dan berdampak jangka panjang pada kehidupan seks mereka.
h.
Perasaan bersalah karena mereka menganggap dirinya sebagai penyebab dari penderitaan istrinya sering muncul dibenak calon ayah, dan bagi pria pengalaman hadir selama persalinan
adalah sesuatu yang tidak ingin mereka ingat kembali. Akan sulit untuk menjadi pendukung yang total bagi orang lain, jika ia sendiri sedang kacau (Nolan, 2010, pp.179-180). Dan jika seorang pria tidak setuju untuk hadir selama persalinan padahal sebenarnya dia tidak ingin hadir, hal ini jelas sangat tidak membantu. Keputusan akan kehadirannya
harus
merupakan suatu keputusan bersama. Dan mungkin seorang pasangan memutuskan bahwa ayah tidak akan hadir, ia bias membantu dalam bidang lain (misalnya mengurus anak yang lebih besar) (Nolan, 2010, p.180). Menurut Lutfiatus Sholihah, 2004, p.35 suami yang tidak dapat melakukan pendampingan persalinan adalah a.
Suami tidak siap mental Umumnya suami tidak tega, lekas panik, saat melihat istri kesakitan atau tidak tahan bila melihat darah yang keluar saat persalinan. Tipe suami seperti ini bukanlah orang yang tepat menjadi pendamping diruang bersalin.
b.
Tidak diizinkan pihak rumah sakit Beberapa
rumah
sakit
tidak
mengizinkan
kehadiran
pendamping selain petugas medis bagi ibu yang menjalani proses persalinan, baik normal maupun cesar. Beberapa alasan yang
diajukan
mengganggu
adalah
konsentrasi
kehadiran petugas
pendamping medis
yang
dapat tengah
membantu proses persalinan, tempat yang tidak luas dan kesterilan ruang oprasi menjadi berkurang dengan hadirnya orang luar. c.
Suami sedang dinas Apabila suami sedang dinas ke tempat yang jauh sehingga tidak memungkinkan pulang untuk menemani istri bersalin tentu istri harus memahami kondisi ini. Walaupun tidak ada suami masih ada anggota keluarga lain seperti ibu yang dapat menemani. Momen persalinan pun dapat difilmkan dalam kamera video, sehingga saat kembali dari dinas suami dapat melihat kelahiran buah hatinya.
C. PENGETAHUAN 1.
Pengertian Menurut Notoatmodjo, pengetahuan merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, sedangkan tindakan nyata seseorang yang belum otomatis terwujud sebagai respons terhadap stimulus merupakan overt behaviour. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003, pp.121-123). Pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan,
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang akan semakin luas pengetahuannya (Dewi & Wawan, 2010, p.11). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni: a.
Tahu (know), adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
b.
Memahami
(comprehension),
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c.
Aplikasi
(application),
adalah
kemampuan
untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. d.
Analisis
(analysis),
adalah
suatu
kemampuan
untuk
menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam satu organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e.
Sintesis (synthesis), adalah kemampuan untuk melakukan formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f.
Evaluasi (evaluation), adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.
Cara memperoleh pengetahuan Cara
memperoleh
pengetahuan
yang
Notoadmojo,2003:11 adalah sebagai berikut :
dikutip
dari
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan 1) Cara coba salah Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradapan. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpinpemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyaiyang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta maupun penalaran sendiri. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodelogi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah. 2.
Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan sekala yang bersifat kualitatif :
3.
a. Baik
: Hasil presentase 76%-100%
b. Cukup
: Hasil presentase 60%-75%
c. Kurang
: Hasil presentase < 60%
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan (Wawan & Dewi. 2010, pp. 16-18), yakni a.
Faktor Internal 1) Pendidikan Pendidikan berarti segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat
sehingga
mereka
melakukan
apa
yang
diharapkan oleh pelaku pendidik (Notoadmodjo, 2003). Berdasarkan hasil penelitian Dini Ayu Septyani 2010 bahwa ada hubungan pendidikan terhadap pelaksanaan
pendampingan persalinan oleh suami pada ibu primipara. Ketidaktahuan dapat disebabkan karena tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima kesan atau informasi yang disampaikan. Pendidikan suami mempengaruhi dalam pendampingan proses persalinan tentang penerimaan informasi yang berkaitan dengan hal-hal yang harus dilakukan suami pada saat mendampingi persalinan. 2) Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh nursalam 2003, pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian sumarsini 2007 banyak responden yang memiliki pekerjaan pada instansi swasta 38%, wiraswasta 18%, petani 16%, pedagang 16% dan buruh 12%. Pekerjaan itu tidak terlalu mengikat, sehingga suami
dapat
mendampingi
istrinya
saat
persalinan,
pekerjaan suami yang tidak mengikat dapat mendampingi dan tidak meninggalkan istri untuk bekerja saat istri melahirkan. 3) Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai
berulang
tahun
(Nursalam,2003).
Menurut Hunclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai bentuk dari pengalaman dan kematangan jiwa. Berdasarkan
hasil
penelitian
Sumarsini
2007
dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden yang berumur 20-35 tahun sebanyak 42%. Usia tersebut adalah usia reproduksi sebagai masa yang paling baik untuk pasangan usia subur. b.
Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 2) Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
D. SIKAP 1.
Definisi 1.
Sikap adalah keteraturan perasaan dan pikiran seseorang, dan kecenderungan bertindak terhadap aspek lingkungan ( Milton, 1981).
2.
New comb, salah satu seorang ahli psikososial, menyatakan bahwa sikap itu adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2003).
3.
Menurut Robert Kwiek (1974) sikap adalah kecenderungan untuk mengadadakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut (Notoatmodjo, 2003).
2.
Ciri-ciri sikap Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto, 1998 dalam A. Wawan dan Dewi M, 2010, p. 34) a.
Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya.
b.
Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaankeadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
c.
Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d.
Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapankecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. 3.
Tingkatan sikap Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan (Soekidjo Notoadmodjo, 2007, p. 144) yaitu : a.
Menerima Menerima
diartikan
bahwa
orang
(subyek)
mau
dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b.
Merespon Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
c.
Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah adalah suatu indikasi sikap. d.
Bertanggung jawab Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
4.
Sifat sikap Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Heri Purwanto,1998 dalam A. Wawan dan Dewi M, 2010, p. 34) a.
Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu.
b.
Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.
5.
Komponen sikap Struktur sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang (Azwar S, 2000 dalam Wawan & Dewi, 2010, pp. 31-32) yaitu a.
Komponen kognitif merupakan keyakinan dan pendapat seseorang. Komponen ini berkaitan dengan proses berfikir yang menekankan pada rasionalitas dan logika. Dimiliki seseorang diwujudkan dalam bentuk kesan baik atau tidak baik terhadap lingkungan.
b.
Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya
berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. c.
Komponen konatif merupakan aspek berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
6.
Faktor yang mempengaruhi sikap (Azwar, 2005 dalam A. Wawan dan Dewi M, 2010, pp.35-36). a.
Pengalaman pribadi Seseorang harus mempunyai pengalaman, dimana bentuk penghayatan bisa sikap positif atau negatif. Bila seseorang tidak mempunyai pengalaman sama sekali terhadap obyek maka akan cenderung membentuk sikap yang negatif terhadap obyek tersebut.
b.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang yang dianggap penting yaitu yang datang diharapkan dan diminta persetujuannya bagi tindakan atau pendapat.
c.
Pengaruh kebudayaan Kebudayaan telah menjadi corak pengalaman individuindividu yang menjadi anggota masyarakat tersebut, sehingga akan ikut mewarnai sikap anggota masyarakat.
d.
Pengaruh media masa Ada pesan-pesan yang bersifat sugestif dalam suatu media masa, apabila pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut cukup kuat, maka akan memberikan dasar yang efektif dalam menilai sesuatu, sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e.
Pengaruh pendidikan dan agama Lembaga pendidikan dan agama telah meletakkan dasar pengertian dan konsep dalam diri individu, sehingga menjadi factor penting yang mempengaruhi terbentuknya sikap.
f.
Pengaruh emosional Suatu sikap didasari oleh fakta emosi sebagai fungsi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego dimana sikap ini ada yang bersifat sementara dan segera hilang atau sikap yang lebih tahan lama.
7.
Cara pengukuran sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu mengenai objek sikap yang
hendak
diungkap.
Pernyataan
sikap
mungkin
berisi
atau
mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimat yang bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap (favourable). Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi halhal negatif mengenai objek sikap yang bersikap tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap (tidak favourable).(Azwar, 2005 dalam A. Wawan & Dewi M, 2010, p.37) Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003 dalam A. Wawan & Dewi M, 2010, p.37) 8.
Pengukuran sikap a.
Skala Thurstone (Method of Equel-Appearring Intervals) Metode ini menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorabel hingga sangat favorabel terhadap suatu objek sikap.
b.
Skala Likert (Method of Summateds Ratings) Menurut Likert dalam buku Azwar S (2011, p. 139), sikap dapat diukur dengan metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings). Metode ini merupakan metode
penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala setiap pernyataan tidak ditentukan oleh derajat favourable nya masing-masing akan tetapi ditentukan oleh distribusi respons setuju dan tidak setuju dari sekelompok responden yang bertindak sebagai kelompok uji coba (pilot study). Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh 2 asumsi (Azwar S, 2011, p 139), yaitu: 1) Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favourable. 2) Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai pernyataan negatif. Suatu cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam skala rating yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata atau mean skor kelompok di mana responden itu termasuk (Azwar S, 2011, p.155). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala model Likert adalah skor-T, yaitu:
Keterangan:
ܺ െ ܺത ܶ ൌ ͷͲ ͳͲቈ ݏ
X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T ܺത = Mean skor kelompok
= ݏDeviasi standar skor kelompok
Perlu pula diingat bahwa perhitungan harga ܺത dan s
tidak dilakukan pada distribusi skor total keseluruhan responden, yaitu skor sikap para responden untuk keseluruhan pernyataan (Azwar S, 2011, p.156). Skor sikap yaitu skor X perlu diubah ke dalam skor T agar dapat diinterpretasikan. Skor T tidak tergantung pada banyaknya pernyataan, akan tetapi tergantung pada mean dan deviasi standar pada skor kelompok. Jika skor T yang didapat lebih besar dari nilai mean maka mempunyai sikap cenderung lebih favourable atau positif. Sebaliknya jika skor T yang didapat lebih kecil dari nilai mean maka mempunyai sikap cenderung tidak favourable atau negatif (Azwar S, 2011, p. 157). c.
Unobstrusive Measures Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat
aspek-aspek
perilakunya
berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.
sendiri
atau
yang
d.
Multidimensional Scalling Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan
dengan
pengukuran
sikap
yang
bersifat
unidimensional. e.
Pengukuran Involuntary Behavior (pengukuran terselubung) 1) Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden. 2) Dalam
banyak
situasi,
ukuran
pengukuran
sikap
dipengaruhi oleh kerelaan responden. 3) Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan. 4) Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari facial reaction, voice tone, body gesture, keringat, dilatasi pupil mata dan beberapa aspek fisiologis lainnnya.
E. Determinan perilaku kesehatan Menurut Lawrence Green (1980) dalam buku Notoadmodjo (2003, p.164) perilaku manusia dari tingkat kesehatan terbentuk dari 3 faktor yaitu : 1.
Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) yang terdiri dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai.
2.
Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terdiri dari lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana.
3.
Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terdiri dari sikap dan perilaku petugas kesehatan, tokoh agama serta tokoh masyarakat.
Menurut WHO (1984) dalam buku Notoadmodjo (2003, p. 167) perilaku tertentu seseorang dipengaruhi oleh 4 alasan pokok yaitu : 1.
Pengetahuan Pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
2.
Kepercayaan Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
3.
Sikap Sikap menggambarkan suka dan tidak suka terhadap obyek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain yang paling dekat. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata.
4.
Orang penting sebagai referensi Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka
apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. Orangorang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group) antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, dan sebagainya.
F. Hubungan pengetahuan dan sikap tentang pendampingan selama proses persalinan Ada kecendrungan apabila pengetahuan seseorang baik terhadap suatu subyek maka akan mempengaruhi sikap yang positif terhadap obyek tertentu (Notoatmodjo,1993) Teori
yang
dikemukakan
oleh
Allport
(1954)
dalam
Notoatmodjo (2003) yang menjelaskan ketiga komponen yang ditentukan oleh peranan pengetahuan, perasaan, emosional. Hal ini ditunjukkan bahwa ternyata tingkat pengetahuan baik selalu diikuti sikap yang positif.
G. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori penelitian dalam penelitian ini adalah Faktor predisposisi (predisposing factor): - Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan - Tradisi - Pendidikan - Sosial ekonomi - Umur - Lingkungan
Faktor pendukung (enabling factor) - Sarana prasarana - Ketersediaan pelayanan kesehatan
Pendampingan Selama Proses Persalinan
Faktor Pendorong (reinforcing factor): - Sikap dan perilaku petugas kesehatan - Tokoh masyarakat - Tokoh agama
Keterangan : : Yang diteliti : Tidak diteliti Gambar. 2.1 Kerangka Teori Modifikasi Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2003)
H. Kerangka Konsep
Variabel independen
Variabel dependen
Pengetahuan Suami tentang pendampingan persalinan Pendampingan Selama proses persalinan Sikap Suami terhadap pendampingan persalinan
I.
Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini diantaranya : 1.
Ada hubungan antara pengetahuan suami dengan pendampingan selama proses persalinan.
2.
Ada hubungan antara sikap suami dengan pendampingan selama proses persalinan.