10
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Kontrasepsi 1.
Pengertian Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. (Wiknjosastro,2005,p.905)
2.
Metode Kontrasepsi a. Metode kontrasepsi sederhana Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 macam yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain : Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interuptus, metode kalender, metode lender serviks (MOB), metode suhu basal badan, dan simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lender serviks, sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida. b. Metode kontrasepsi hormonal Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesterone dan estrogen sintetik) dan hanya berisi progesteron saja.
10
11
Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/ injeksi, sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant. c. Metode kontrasepsi dengan alat kontrasepsi dalam rahim Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung hormone ( sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon. d.
Metode kontrasepsi mantap Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/ tuba fallopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma, sedangkan MOP sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.
e.
Metode kontrasepsi darurat Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu pil (pil kombinasi: neogynon, eugynon 50, ovral, microgynon 30, nordette dan pil hanya progestin: postinor-2, microlut) dan AKDR (copper-T). (Handayani, 2010,p.35-36)
12
B. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim 1. Pengertian AKDR atau IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral (lippes loop) atau berbentuk lain-lain (CuT 380 A) yang terpasang didalam rahim dengan memakai alat khusus yang dilakukan oleh dokter atau bidan. (Saifudin, 2006,pMK 63) 2. Jenis-jenis AKDR a. Lippes Loop Lippes loop, terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara biologik) ditambah barium sulfat. Ada 4 macam lippes loop yaitu: 1) Lippes loop A: panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru, satu titik pada pangkal IUD dekat benang ekor. 2) Lippes loop B: panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm, 2 benang hitam, bertitik-4. 3) Lippes loop C: panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang kuning, bertitik-3. 4) Lippes loop D: panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang putih, bertitik-2. Lippes loop ini dapat bertahan sampai menopause. (Hartanto, 2004, p.212-213) b. CuT 380A CuT 380A panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm2 kawat CU pada batang vertical, 2 selubung CU seluas masing-masing 33 mm2 pada
13
masing-masing lengan horizontal. Daya kerja 8 tahun atau sampai 10 tahun. (Hartanto, 2004, p.213) c. Nova T Nova T panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm2, luas permukaan CU dengan inti Ag di dalam kawat CU-nya. Daya tahan 5 tahun. (Hartanto, 2004, p. 214) d. AKDR dengan progestin Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah Prigestase yang mengandung Progesteron dari Mirena yang mengandung Lenovorgestrel. (Saifudin, 2006, p.MK-63) 2. Cara kerja a. Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi. b. Mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum dengan sperma. c. Menginaktifkan sperma. (Saifudin, 2004, p.MK-63) 3. Efektivitas AKDR mempunyai efektivitas yang tinggi, sangat efektif mencegah kehamilan 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). (Saifuddin, 2003, p.MK-73)
14
4. Keuntungan a. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan. b. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti). c. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat. d. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. e. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. f. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A). g. Tidak mempengaruhi kualitas ASI. h. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi). i. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir). j. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan. 5. Kerugian a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan). b. Haid lebih lama dan banyak. c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi. d. Saat haid lebih sakit. e. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/ AIDS.
15
f. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan. g. Penyakit radang panggul terjadi. h. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam waktu 1-2 hari. i. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas yang terlatih yang harus melakukannya. j. Mungkin AKDR keluar lagi dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang sesudah melahirkan). k. Tidak mecegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal. 6. Indikasi a. Usia reproduksi. b. Keadaan nullipara. c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang. d. Perempuan menyusui yang ingin menggunakan kontrasepsi. e. Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi. f. Tidak menghendaki metode hormonal. g. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari. h. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama. 7. Kontraindikasi a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil). b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
16
c. Sedang menderita infeksi alat genital. d. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri. e. Penyakit trofoblas yang ganas. f. Diketahui menderita TBC pelvic. g. Kanker alat genital. h. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm. (Handayani, 2010, p.144146) 8. Efek samping a. Nyeri pada saat pemasangan b. Kejang- rahim, terutama pada bulan-bulan pertama c. Nyeri pelvic d. Perdarahan di luar haid (spotting) e. Darah haid lebih banyak (menoragia) f. Sekret vagina lebih banyak g. Perforasi uterus h. Infeksi pelvic i. Endometritis (Wiknjosastro, 2007, p. 914) 9.
Pemasangan Langkah-langkah pemasangan AKDR adalah sebagai berikut: a. Pencegahan infeksi pada pemasangan
17
1) Tidak melakukan pemasangan pada klien dengan riwayat kesehatan maupun hasil pemeriksaan fisiknya menunjukkan adanya IMS. 2) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan. Minta klien untuk membersihkan daerah genitalianya sebelum melakukan pemeriksaan. 3) Gunakan instrumen dan sepasang sarung tangan yang telah diDTT (atau disterilisasi), atau dapat menggunakan sarung tangan periksa sekali pakai (disposable). 4) Setelah memasukkan speculum dan memeriksa serviks, usap larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum memulai tindakan. 5) Masukkan AKDR dalam kemasan sterilnya. 6) Gunakan teknik “tanpa sentuh” pada saat pemasangan AKDR untuk mengurangi kontaminasi kavum uteri. 7) Buang bahan-bahan terkontaminasi (kain kasa, kapas, dan sarung
tangan
sekali
pakai
(disposable)
dengan
benar
dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan. 8) Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan.
18
b. Peralatan pemasangan 1) Bivalve spekulum 2) Tenakulum 3) Sonde uterus 4) Forcep/korentang 5) Gunting 6) Mangkuk untuk larutan antiseptik 7) Sarung tangan (yang telah di-DTT atau disterilisasi atau sarung tangan periksa yang baru) 8) Cairan antiseptik untuk membersihkan seviks 9) Kain kasa atau kapas 10) Lampu penerang 11) Copper T 380A yang belum rusak dan terbuka c. Langkah-langkah pemasangan 1) Jelaskan
kepada
klien
apa
yang
akan
dilakukan
dan
mempersilakan klien mengajukan pertanyaan. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada waktu pemasangan. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kemihnya. 2) Periksa genetalia eksterna. Lakukan pemeriksaan speculum dengan memakai sarung tangan yang telah didekontaminasi (diDTT atau disterilisasi)
19
3) Lakukan pemeriksaan bila tersedia dan ada indikasi. Bila ada vaginitis diobati dulu sebelum AKDR dipasang. 4) Masukkan lengan AKDR di dalam kemasan sterilnya. Jangan memasukkan AKDR lebih dari 5 menit sebelum pemasangan, karena lengan AKDR tidak kembali seperti bentuk semula (lurus) setelah dipasang. 5) Memasukkan speculum dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik (2 kali atau lebih). 6) Pasang tenakulum secara hati-hati pada posisi vertical (jam 10 atau jam 2) jepit dengan pelan hanya pada satu tempat untuk mengurangi sakit. 7) Masukkan sonde uterus secara perlahan-lahan dan hati-hati dengan teknik “tanpa menyentuh” dinding vagina atau bibir spekulum. 8) Pasang AKDR dengan mengatur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman kavum uteri sampai leher biru menyentuh fundus atau sampai terasa ada tahanan. 9) Lepas lengan AKDR dengan menggunakan teknik menarik (withdrawal technique). Tarik pendorong keluar. 10) Setelah AKDR lepas, dorong secara perlahan-lahan tabung inserter ke dalam kavum uteri sampai leher biru menyentuh serviks.
20
11) Tarik keluar sebagian tabung inserter, potong benang AKDR kira-kira 3-4 cm panjangnya. 12) Buang bahan-bahan habis pakai dan bersihkan permukaan yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan. 13) Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan segera setelah selesai dipakai ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 14) Mengajarkan klien bagaimana memeriksa benang AKDR. 15) Minta klien untuk menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR untuk mengamati bila terjadi rasa sakit pada perut, mual atau muntah. (Saifuddin, 2003, 2006, p.PK 4-7) 10. Pencabutan/ pelepasan a. Pencegahan infeksi pada pencabutan AKDR 1) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah tindakan. 2) Minta klien untuk membersihkan daerah genitalianya sebelum melakukan pemeriksaan. 3) Gunakan instrumen dan pakai sepasang sarung tangan yang telah di-DTT (atau disterilisasi), atau dapat menggunakansarung tangan sekali pakai (disposable). 4) Usapkan larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum memulai tindakan.
21
5) Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang ke dalam larutan klorin 0,5%. b. Peralatan pencabutan 1) Bivalve speculum 2) Forsep/korentang 3) Mangkuk untuk larutan antiseptic 4) Sarung tangan DTT atau steril 5) Cairan antiseptik 6) Kain kasa atau kapas 7) Lampu penerang. (Saifuddin, 2003, 2006, p.PK 3-4) c. Langkah-langkah pencabutan 1) Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilakan klien untuk bertanya. 2) Memakai sarung tangan DTT atau steril. 3) Memasukkan speculum untuk melihat serviks dan benang AKDR. 4) Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali usap. 5) Mengatakan kepada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan. 6) Meminta klien untuk tenang dan nafas panjang.
22
7) Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung yang sudah di-DTT atau steril. Tarik benang dengan pelan-pelan. (Saifudin, 2003,2006, p. PK 12-13) 11. Kunjungan ulang a. Satu (1) bulan pasca pemasangan b. Tiga (3) bulan kemudian c. Setiap 6 bulan berikutnya d. Satu (1) tahun sekali e. Bila terlambat haid 1 minggu f. Bila terjadi perdarahan banyak dan tidak teratur 12. Informasi umum a. AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan b. AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan pertama. c. Kemungkinan terjadi perdarahan (spotting) beberapa hari setelah pemasangan. d. Perdarahan menstruasi biasanya lebih lama dan lebih banyak e. AKDR mungkin dilepas setiap saat atas kehendak klien 13. Efek samping dan penanganan AKDR a. Amenorea Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan
konseling
dan
selidiki
penyebab
amenoreaapabila
diketahui.Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas
23
AKDR bila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepas. Apabila dan klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan. b. Kejang Apabila klien mengalami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan metode kontrasepsi lain. c. Perdarahan pervaginam yang hebat dan tidak teratur Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. d. Benang yang hilang pastikan adanya kehamilan atau tidak. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak lepas, beriakn kondom, periksa talinya di dalam saluran endoserviks dan kavum uteri setelah masa haid berikutnya.Apabila tidak ditemukan maka rujuk ke dokter, lakukan x-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menetukan meode lain.
24
e. Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya Penyakit Radang Panggul. Pastikan pemeriksaan untuk Infeksi Menular Seksual. Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 24 jam. Apabila AKDR dikeluarkan beri metode lain sampai masalahnya teratasi. (Handayani, 2010, p. 161-162)
C. Pengetahuan (Knowledge) 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). (Notoatmodjo, 2003, p. 121) 2. Cara memperoleh pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo, 2003: 11 adalah sebagai berikut: a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan: 1) Cara coba salah (trial and error)
25
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban.Cara coba salah ini dilakukan
dengan
menggunakan
kemungkinan
dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman
pribadipun
dapat
digunakan
sebagai
upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang pernah
diperoleh
dalam
memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu. b. Cara modern memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan
26
penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah. (Wawan dan Dewi, 2010, p. 14-15) 3. Proses adopsi perilaku Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari
oleh
pengetahuan.
Penelitian
Rogers
(1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a. Awareness(kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. c. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption,
subjek
telah
berperilaku
baru
sesuai
dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 4. Tingkat pengetahuan a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
27
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain
menyatakan,
menyebutkan, menyatakan
menguraikan,
dan
sebagainya.
mendefinisikan, Contoh:
dapat
menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui,
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan yang bergizi. c. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan tumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
28
d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (syntesis) Sintesis adalah kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang formulasiformulasi yang ada. Misal: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Ini bekerja dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan criteria yang telah ditentukan. (Notoatmodjo, 2007, p. 140-142) 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang adalah sebagai berikut: a. Faktor Internal 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
29
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmojo (2003), pendidikan dapat memepengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang
akan
pola
hidup
terutama
dalam
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. (Nur Salam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. 2) Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan
banyak
tantangan.
Sedangkan
bekerja
umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Pada seseorang yang bekerja waktu untuk memperoleh informasi baru sangat terbatas karena telah dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Berbeda dengan seorang yang tidak bekerja, waktu untuk memperoleh informasi baru masih banyak sehingga mereka mempunyai kesempatan memperoleh informasi lebih banyak. (Mamik, dkk, 2008)
30
3) Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari pada orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini merupakan sebagian dari pengalaman dan kematangan jiwa. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin baik pengetahuannya. Namun semakin baik pengetahuan seseorang tidak selamanya seiring dengan bertambahnya umur, akan tetapi terdapat batasan umur dimana daya ingat mulai menurun, yaitu pada saat seseorang tersebut menginjak usia lanjut. (Mamik, dkk, 2008) b. Faktor Eksternal 1) Faktor lingkungan Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam, lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat memepengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
31
2) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. (Wawan dan Dewi, 2010, p. 16-18) 6. Kriteria tingkat pengetahuan Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: a. Baik: hasil presentase 76%-100% b. Cukup: hasil presentase 56%-75% c. Kurang: hasil presentase < 56% (Wawan dan Dewi, 2010, p. 18)
32
D. Kerangka Teori
Pendidikan Faktor internal
Pekerjaan Umur
Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS)
Lingkungan Faktor eksternal
Sosial Budaya
Gambar 2.1 Kerangka teori Sumber : Menurut modifikasi A. Wawan dan Dewi. L (2010)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)