BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori 1. Pil Oral Kombinasi a. Definisi Pil oral kombinasi (POK) merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron (Handayani, 2010, p.99). Estrogen bekerja primer untuk membantu pengaturan hormon releasing factors di hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja primer menekan dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini/prematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2004, p.104). Dasar dari pil kombinasi adalah meniru proses-proses alamiah. Pil akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pil akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi (Hartanto, 2004, p.104). 6
7
b. Jenis Terdapat 3 jenis pil kombinasi, yaitu: 1) Monofasik Pil jenis ini adalah jenis pil yang paling banyak digunakan (Everett, 2008, p.121). Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif (Prawirohardjo, 2006, pp.MK-28). 2) Bifasik Pil
yang
tersedia
dalam
kemasan
21
tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan 2 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif (Prawirohardjo, 2006, pp.MK-28). Biasanya pil ini diberi kode dengan warna yang berbeda, misalnya BiNovum (Everett, 2008, p.121). 3) Trifasik Pil
yang
tersedia
dalam
kemasan
21
tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan tiga
8
dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif (Prawirohardjo, 2006, pp.MK-29).
Selain ke-tiga jenis pil diatas, terdapat 2 jenis POK, yaitu (Everett, 2008, p.126): 1) Pil ED (every day) Yaitu pil monofasik atau trifasik tetapi merupakan pil 28 hari. 21 pil berisi estrogen dan progesteron, dan tujuh pil lainnya adalah pil tidak aktif yang tidak berisi hormon. 2) Tricycling Tricycling bermakna tiga siklus pil monofasik diminum dalam satu urutan tanpa terputus. Minggu bebas pil adalah pada akhir bulan ke-3, yang kemudian diikuti oleh 3 paket pil berikutnya. Tipe ini mengurangi jumlah minggu bebas pil yang dimiliki wanita, sehingga jika memiliki kelainan pada minggu bebas pil (misalnya sakit kepala), tipe ini akan mengurangi jumlah sakit kepala yang dialami dalam satu tahun. Namun, tipe ini bukan praktik yang rutin dilakukan dan biasanya diresepkan pada situasi tertentu.
9
c. Cara kerja Cara kerja POK antara lain adalah sebagai berikut: 1) Menekan ovulasi (Arum & Sujiyatini, 2009, p.98) POK dapat menekan ovulasi, oleh sebab itu POK harus diminum setiap hari agar efektif karena dimetabolisir dalam 24 jam. Bila akseptor lupa minum 1 atau 2 tablet, maka terjadi peninggian hormon-hormon alamiah, yang selanjutnya mengakibatkan ovum menjadi matang lalu dilepaskan (Hartanto, 2004, p.104). 2) Mencegah Implantasi (Arum & Sujiyatini, 2009, p.98) Kadar estrogen dan progesteron yang berlebihan atau kurang/inadekuat atau keseimbangan estrogen-progesteron yang tidak tepat, menyebabkan pola endometrium yang tidak normal sehingga menjadi tidak baik untuk implantasi (Hartanto, 2004, p.98). 3) Lendir serviks mengental (Arum & Sujiyatini, 2009, p.98) Preparat hormon steroid menyediakan mekanisme kontraseptif
sekunder
yang
dapat
melindungi
terhadap
kehamilan meskipun terjadi ovulasi, misalnya lendir serviks menjadi lebih kental dan seluler, sehingga merupakan barier fisik terhadap penetrasi spermatozoa. Pada saat yang bersamaan,
10
perubahan-perubahan kelenjar dalam endometrium timbul lebih awal dan dengan intensitas lebih besar, sehingga endometrium tidak berada dalam fase yang sesuai dengan ovulasi dan kurang dapat mendukung ovum yang mungkin dilepaskan dan mengalami fertilisasi (Hartanto, 2004, p.104). 4) Pergerakan tuba terganggu (Arum & Sujiyatini, 2009, p.98) Kombinasi antara hormon estrogen dan progesteron dapat
menjadikan
pergerakan
tuba
terganggu,
sehingga
transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula (Prawirohardjo, 2006, p.MK-29). d. Efektivitas Efektivitas
tinggi,
hampir
menyerupai
efektivitas
tubektomi (Arum & Sujiyatini, 2009, p.98). Bila digunakan setiap hari, efektivitasnya 1 kehamilan/1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan (Handayani, 2010, p.99). Pada pemakaian yang saksama, POK mencegah kehamilan sebesar 99%. Namun, pada pemakaian kurang saksama, efektivitasnya masih mencapai 93% (Everett, 2008, p.119). Menurut Hartanto (2004, p.141), angka kegagalan teoritis sebesar 0,1% dan angka kegagalan pada prakteknya sebesar 0,7-7%. e. Keuntungan
11
1) Keuntungan kontrasepsi (Arum & Sujiyatini, 2009, pp.98-99) a) Tidak mengganggu hubungan seksual. b) Mudah dihentikan setiap saat. c) Jangka panjang. d) Kesuburan
segera
kembali
setelah
penggunaan
pil
dihentikan. e) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat 2) Keuntungan nonkontrasepsi a) Masalah yang berhubungan dengan haid, dimana POK (Hartanto, 2004, pp.142-143): (1) Mengurangi jumlah perdarahan. (2) Mengurangi lama/hari perdarahan haid. (3) Mengurangi rasa nyeri selama haid (dismenore). Sebab POK diduga menghambat produksi prostaglandin. (4) Menyebabkan siklus haid lebih teratur. (5) Meniadakan mittelschmerz (sakit yang timbul saat ovulasi). (6) Mengurangi anemia (fe defisiensi).
12
(7) Kadang-kadang mengurangi ketegangan pra haid (gelisah, mudah tersinggung, emosi yang tidak stabil dan depresi) yang terjadi 7-10 hari sebelum haid yang akan datang. b) Perlindungan terhadap PID (Pelvic Inflamatory Disease) akut (Hartanto, 2004, p.143). Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa POK mempunyai efek proteksi terhadap timbulnya PID, yang merupakan faktor utama dari infertilitas pada wanita. Mekanisme POK mengurangi risiko timbulnya PID akut adalah sebagai berikut: (1) POK menyebabkan pengurangan drastis jumlah ratarata darah haid, sehingga mengurangi jumlah media yang tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme. (2) POK menyebabkan lendir serviks menjadi sedikit, kental dan sulit ditembus, sehingga mengurangi masuknya mikroorganisme patogen dari vagina ke dalam cavum uteri. (3) POK
menyebabkan
canalis
cervikalis
kurang
melebar/dilatasi pada 2 saat dari siklus haid, yaitu pada pertengahan siklus haid dan pada saat haid.
13
(4) Pada pertangahan siklus haid, berkurangnya dilatasi canalis
cervikalis
kurang
terhambatnya/inhibisi
dari
berdilatasi puncak
karena
estrogen
pra
ovulatoir. (5) Pada saat haid, canalis cervikalis kurang berdilatasi karena volume darah haid yang lebih sedikit/berkurang. (6) POK menyebabkan berkurangnya kekuatan kontraksi uterus,
sehingga
mengurangi
juga
kemungkinan
penyebaran infeksi dari cavum uteri ke dalam tuba falllopi. Tetapi efek proteksi terhadap semua bentuk PID tidak sama, karena dari penelitian-penelitian menemukan bahwa POK justru meninggikan kejadian infeksi traktus genitalia bagian bawah oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
c) Perlindungan terhadap karsinoma ovarium dan karsinoma endometrium Bukti-bukti kuat menunjukkan bahwa POK memberi perlindungan terhadap karsinoma ovarium dan karsinoma
endometrium.
Semakin
lama
akseptor
menggunakan POK, semakin bertambah besar proteksi
14
terhadap kedua karsinoma tersebut (Hartanto, 2004, pp.143144). Supresi sekresi gonadotropin hypophyse dan ovulais diduga sebagai mekanisme efek protektif terhadap karsinoma epitelial ovarium. Karena POK juga menekan kedua hal tersebut, maka POK juga mempunyai efek protektif terhadap karsinoma epitelial ovarium, dimana terjadi pengurangan risiko sebesar 40% terhadap karsinoma epitelial ovarium. Efek protektif POK sudah tampak setelah pemakaian pil oral selama 3-6 bulan, dan akan berlanjut untuk sekurang-kurangnya 15 tahun setelah pemakaian POK dihentikan (Hartanto, 2004, pp.144). Terhadap karsinoma endometrium, didapatkan pengurangan risiko sebesar 40% pada wanita yang sudah memakai POK selama minimal 12 bulan, dan efek produktif ini masih berlanjut untuk sekurang-kurangnya 15 tahun setelah penghentian POK. Efek protektif POK ditemukan terhadap
ke-3
tipe
karsinoma
endometrium
yaitu
adenokarsinoma, adenoacanthoma dan adenoskuamous karsinoma. Mekanisme dari efek protektif ini belum diketahui dengan pasti. Diduga mekanisme efek protektif POK terhadap karsinoma endometrium disebabkan karena perubahan
irreversibel
dalam
kerentanan
sel-sel
15
endometrium
terhadap
karsinogen
atau
transformasi
maligna, modifikasi DNA seluler dan berkurangnya jumlah sel-sel endometrium yang rentan terhadap karsinogen (Hartanto, 2004, pp.144). d) Keuntungan non kontrasepsi lain (Hartanto, 2004, pp.144146) (1) Mengurangi insiden dari kista ovarium fungsional Paling epidemis
sedikit
menunjukkan
mengurangi
risiko
terdapat bahwa
timbulnya
3
penelitian
kontrasepsi kista
oral
ovarium
fungsional, termasuk kista folikuler, granulosa lutein dan theca lutein. (2) Mengurangi kejadian penyakit payudara jinak POK menyababkan berkurangnya risiko sebesar 30% terhadap penyakit payudara fibrokistik, 60% terhadap fibroadenoma mammae, 40% terhadap massa/benjolan
payudara
yang
tidak
dibiopsi.
Pengurangan risiko hanya terjadi pada wanita yang minimal memakai POK selama 2 tahun, dan risiko yang berkurang terhadap penyakit payudara jinak tidak akan menetap pada akseptor POK yang telah menghentikan pemakaian POK lebih dari 1 tahun.
16
(3) Mengurangi risiko timbulnya kehamilan ektopik Karena mencegah
POK
kehamilan
sangat primer
efektif
karena
dalam
mencegah
ovulasi, maka pil oral juga sangat mengurangi risiko timbulnya kehamilan ektopik. (4) Karena POK mencegah ovulasi, maka POK juga melindungi terhadap penyakit trofoblastik, termasuk mola hydatidosa dan chorio-karsinoma. (5) Mengurangi jerawat (6) Pertambahan berat badan pada beberapa wanita (7) Payudara membesar (8) Periode
haid
dapat
ditangguhkan/dimundurkan,
dengan cara minum POK tambahan. (9) POK dipakai untuk mengobati endometriosis dan Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP). (10) Mengobati perdarahan uterus disfungsional Bila
POK
dipakai
untuk
mengobati
perdarahan uterus disfungsional, maka diperlukan dosis lebih tinggi dari progestin yang kuat dalam POK untuk menimbulkan hemostasis yang cepat dan atropi
17
dari endometrium. Misalnya Dl-norgestrel 0,5 mg + EE 0,05 mg atau Norethindrone asetat 2,5 mg + EE 0.05 mg dengan dosis 1 tablet 2 kali per hari selama 10 hari. (11) Kejadian Rheumatoid arthritis mungkin berkurang (12) Myoma uteri f. Keterbatasan/kekurangan Menurut Prawirohardjo (2006, p.MK-30), kekurangan POK antara lain: 1) Mahal dan membosankan karena digunakan setiap hari. 2) Mual, terutama pada 3 bulan pertama. 3) Perdarahan atau perdarahan bercak, pada 3 bulan pertama. 4) Pusing. 5) Nyeri payudara. 6) Kenaikan berat badan. 7) Tidak boleh diberikan pada wanita menyusui, karena dapat mengurangi ASI.
18
8) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seks berkurang. 9) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga risiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit menigkat. Pada perempuan usia >35 tahun dan merokok perlu hati-hati. 10) Tidak mencegah PMS (penyakit menular seksual). Everett (2008, p.119) menambahkan kerugian POK yaitu POK dapat meningkatkan risiko adenoma hati, ikterus kolestatik, batu ginjal. Selain itu, POK juga mempunyai efek pada COC kanker payudara. g. Indikasi/yang boleh menggunakan Pada prinsipnya semua ibu boleh menggunakan pil kombinasi, seperti (Prawirohardjo, 2006, pp.MK-30-MK-31): 1) Usia reproduksi 2) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak 3) Gemuk atau kurus 4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi 5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
19
6) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut 7) Pasca keguguran 8) Anemia karena haid berlebihan 9) Nyeri haid hebat 10) Siklus haid tidak teratur 11) Riwayat kehamilan ektopik 12) Kelainan payudara jinak 13) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf 14) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium jinak. 15) Menderita tuberkulosis, kecuali yang sedang menggunakan rifampisin 16) Varises vena h. Kontra indikasi/yang tidak boleh menggunakan (Hartanto, 2004, pp.106-107) 1) Kontra indikasi absolut
20
a) Trombophlebitis,
penyakit-penyakit
tromboembolik,
penyakit serebrovaskuler (pernah/sedang), oklusi koroner atau riwayat pernah menderita penyakit-penyakit tertentu. b) Gangguan fungsi hepar c) Jantung iskemik/arteri koroner d) Karsinoma payudara atau diduga menderita karsinoma payudara e) Neoplasma yang estrogen-dependen atau diduga menderita neoplasma yang estrogen-dependen. f) Perdarahan genetalia abnormal yang tidak diketahui penyebabnya g) Kehamilan atau diduga hamil h) Ikterus obstruktif dalam kehamilan i) Hiperlipidema kongenital/familial 2) Kontra indikasi relatif kuat a) Sakit kepala hebat, terutama yang vaskuler atau migraine b) Hipertensi, bila pada 3 kunjungan atau lebih ditemukan diastolik (istirahat) ≥90 mmHg, sistolik (istirahat) ≥140 mmHg atau diastolik ≥110 mmHg pada kunjungan pertama.
21
c) Diabetes mellitus d) Penyakit kandung empedu yang aktif e) Fase akut mononucleosis f) Penyakit sickle cell atau penyakit sickle C g) Rencana operasi besar elektif dalam 4 minggu mendatang atau operasi besar yang memerlukan immobilisasi. h) Tungkai bawah yang di-gips untuk waktu lama atau ruda paksa pada tungkai bawah i) Umur ≥40 tahun, diiringi dengan faktor risiko lain untuk terkena penyakit kardiovaskuler j) Umur ≥35 tahun dan perokok berat (≥15 batang rokok per hari).
3) Kontra indikasi relatif lain a) Dapat menjadi kontra-indikasi untuk: (1) Pre-diabetes atau riwayat keluarga dengan diabetes yang kuat. (2) Cholestasis selama kehamilan, hiper-bilirubinemia kongenital (Gilbert’s disease).
22
(3) Saat ini memperlihatkan fungsi hepar yang terganggu. (4) Umur ≥45 tahun. (5) Post partum (aterm) 10-14 hari. (6) Bertambah berat badan 5 kg atau lebih selama minum pil oral. (7) Kegagalan mendapat siklus haid yang teratur. (8) Penyakit jantung atau penyakit ginjal. (9) Keadaan dimana akseptor tidak dapat dipercaya untuk menuruti aturan pemakaian POK, misalnya mental retardasi, kelainan psikiatrik berat, alkoholisme dan lain-lain. (10) Laktasi (11) Pengobatan dengan Rifampisin. b) Dapat diberikan POK pada wanita dengan persoalan di bawah ini, asal diawasi dengan ketat. Adakah bertambah buruk atau baik persoalan tersebut (1) Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang meninggal karena miokard-infarksebelum usia 50 tahun. Miokardinfark pada ibu atau saudara sangat berarti/bermakna
23
dan menunjukkan perlunya evaluasi kadar lemak darah (kolesterol sebagai risiko koroner). (2) Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia. (3) Depresi (4) Chloasma atau rambut yang rontok, yang berhubungan dengan kehamilan. (5) Asma bronkial. (6) Epilepsi Sebabnya retensi air (karena pil oral) dapat memicu aktivitas serangan pada penderita epilepsi. (7) Varises Sebabnya pil oral diperkirakan mengurangi kecepatan aliran darah dan menambah koagulabilitas, sehingga risiko mendapatkan trombophlebitis pada wanita dengan varises. i. Cara mengkonsumsi (Prawirohardjo, 2006, p.MK-31-32) Pil sebaiknya dikonsumsi setiapp hari, lebih baik pada saat yang sama setiap hari. Pil yang pertama dimulai pada hari yang pertama
sampai
hari
ke-7
siklus
penggunaannya pada hari pertama haid.
haid.
Sangat
dianjurkan
24
Pada paket 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai dengan hari yang ada pada paket. Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil habis, sebaiknya mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21 habis, sebaiknya tunggu 1 minggu baru kemudian mulai pil dari paket yang baru. Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambil pil yang lain. Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 24 jam, maka bila keadaan memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan, pil dapat diteruskan. Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara penggunaan pil mengikuti cara penggunaan pil lupa. Bila lupa minum 1 pil (hari 1-21), segera minum pil setelah ingat. Boleh minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih (hari 1-21), sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai sesuai jadual yang ditetapkan. Juga sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket pil tersebut. Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan.
25
j. Waktu mulai menggunakan pil kombinasi (Prawirohardjo, 2006, p.MK-31) Pil kombinasi dapat digunakan setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan perempuan itu tidak hamil. Pil diminum pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid. Boleh menggunakan pada hari ke-8, tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke-8 sampai hari ke-14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket pil tersebut. Pil kombinasi dapat digunakan setelah melahirkan, yaitu setelah 6 bulan pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif, setelah 3 bulan dan tidak menyusui, dan setelah keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari). k. Efek samping Menurut Hartanto (2004, p.127), efek samping POK dapat dibagi dalam 2 kelompok: 1) Gejala-gejala “pseudo-pregnancy”: a) Disebabkan oleh estrogen yang berlebihan (1) Muntah (2) Pusing/sakit kepala (3) Payudara membesar dan terasa lebih nyeri
26
(4) Oedema atau retensi cairen tubuh b) Disebabkan progestin yang berlebihan (1) Nafsu makan yang bertambah besar (2) Rasa lelah (3) Depresi (4) Penambahan berat badan 2) Gejala-gejala yang berhubungan langsung dengan siklus haid Umunya pil oaral mempunyai efek menguntungkan pada aspek haid seperti: a) Siklus haid menjadi lebih teratur b) Lamanya haid menjadi lebih singkat c) Jumlah darah haid berkurang d) Berkurangnya gejala sakit perut e) Hilangnya atau kurangnya ketegangan pra haid l. Komplikasi (Hartanto, 2004, pp.128-140) 1) Acne/kulit berminyak 2) Amenore 3) Perdarahan bercak dan perdarahan menyerupai haid
27
4) Payudara terasa nyeri 5) Depresi 6) Gangguan penglihatan (Buram/hilangnya penglihatan subjektif) 7) Sakit kepala 8) Hipertensi
9) Mual 10) Berat badan bertambah m. Risiko pemakian POK (Hartanto, 2004, pp.115-125) 1) Komplikasi kardio-vaskuler Risiko paling serius dari POK adalah efek samping kardio-vaskuler. Penelitian di Inggris dan Amerika Serikat menemukan bahwa serangan jantung dan stroke lebih sering terjadi pada wanita yang memakai POK dibandingkan wanita yang tidak memakainya. Tetapi efek samping kardio-vaskuler jarang terjadi dan hanya terjadi pada sekelompok kecil wanita pemakai POK. Wanita yang mempunyai risiko untuk terjadinya efek samping kardio-vaskuler adalah wanita yang mempunyai karakteristik
28
tertentu yang dapat menambah risikonya, misalnya wanita yang merokok, wanita berusia >35 tahun, wanita dengan penyakit hipertensi, diabetes, adanya riwayat penyakit jantung atau penyakit vaskuler, serta wanita dengan riwayat keluarga diabetes atau serangan jantung pada usia >50 tahun (terutama serangan jantung pada anggota keluarga wanita) 2) Karsinoma ovarium dan karsinoma endometrium Sedikitnya
sembilan
penelitian
menunjukkkan
berkurangnya risiko relatif terjadinya karsinoma ovarium dan karsinoma endometrium pada akseptor POK. Risiko yang berkurang tersebut tetap dipertahankan untuk sekurangkurangnya 15 tahun setelah POK dihentikan. 3) Karsinoma serviks Penelitian epidemiologis dari pemakaian POK dan karsinoma serviks belum memberikan hasil/jawaban yang meyakinkan. Meskipun HPV (Human Papilloma Virus) yang disebarkan
melalui
hubungan
seks
mungkin
merupakan
pemrakarsa utama dari karsinoma serviks, POK mungkin memegang peranan kedua. 4) Karsinoma kulit
29
Hubungan antara POK dan melanoma maligna belum jelas. Ada penelitian yang menunjukkan risiko yang meninggi, ada pula penelitian yang menunjukkan kejadian tidak bertambah besar. 5) Tumor hepar Pemakian POK dengan potensi hormon yang tinggi pada usia 30 tahun dan untuk jangka waktu lama, menyebabkan bertambahnya risiko unutk mendapatkan Hepatoseluler adenoma dengan akibat kapsel hepar dapat robek dan terjadi perdarahan yang hebat. Kejadiannya yaitu 3-4 per 100.000 pemakai per tahun. 6) Kista ovarium POK melindungi terhadap kista ovarium fungsional (corpus luteum dan folikuler), dan risiko pada akseptor POK kurang lebih 1/2 dari bukan akseptor POK. 7) Penyakit payudara jinak Pemakaian
POK
menurunkan
risiko
terhadap
fibroadenoma dan penyakit payudara fibrokistik sampai 3/106/10. Perlindungan terhadap penyakit payudara jinak mungkin tergantung pada progestin di dalam POK, makin banyak/tinggi kadar progestinnya makin besar perlindungannya. Di samping
30
itu, perlindungan juga bertambah dengan pemakaian POK yang makin lama. 8) Infeksi saluran kemih (ISK) Akseptor POK mempunyai kemungkinan 25-50% lebih besar untuk mendapatkan ISK dibandingkan
bukan
akseptor POK. Sebabnya adalah dilatasi ureter oleh pengaruh progestin, sehingga timbul stasis dan berkurangnya waktu pengosongan kandung kencing karena relaksasi otot. 9) Leukore/flour albus Flour albus meningkat kira-kira 50% dibandingkan bukan pemakai POK dan flour albus makin sering timbul dengan semakin lamanya pemakaian POK dan juga dengan kadar estrogen yang lebih tinggi. Sebabnya Lactobacillus memecah glikogen menjadi asam laktat, sehingga menyebabkan lingkungan yang asam di mana Candida albicans tumbuh dengan subur.
10) Penyakit kandung empedu Penelitian-penelitian
telah
menemukan
adanya
hubungan antara kontrasepsi oral dengan penyakit kandung empedu seperti batu kandung empedu atau infeksi dari kandung
31
empedu. Akseptor POK mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk mendapatkan penyakit kandung empedu dibandingkan bukan akseptor POK. 11) Rheumatoid Arthritis Akseptor POK tampaknya lebih terlindung terhadap kemungkinan
timbulnya
penyakit
Rheumatoid
arthrisis
(risikonya 50% dibandingkan bukan akseptor POK). 12) Nutrisi/gizi Peneitian-penelitian
di
negara-negara
maju
menemukan bahwa POK menyebabkan perubahan-perubahan dalam metabolisme vitamin dan mineral, banyak diantaranya mempunyai efek negatif. n. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan POK 1) Faktor internal a) Pendidikan Pendidikan dianggap sebagai salah satu hal yang dapat mempengaruhi seorang calon akseptor untuk memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang menerima
informasi
sehingga
semakin
banyak
pula
32
pengetahuan yang dimilikinya dan semakin mudah pula seseorang untuk dapat memutuskan apa yang terbaik (Nursalam, 2001, p.133). b) Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian, terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007, p.140). Dengan modal pengetahuan tentang alat kontrasepsi, maka seorang calon akseptor dapat mengambil keputusan menggunakan alat kontrasepsi sesuai dengan kebutuhannya. c) Umur Umur dapat mempengaruhi akseptor KB memilih kontrasepsi pil. Perempuan berusia lebih dari 35 tahun memerlukan kontrasepsi yang aman dan efektif karena kelompok ini akan mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas jika mereka hamil (Prawirohardjo, 2006, p.U-29). d) Paritas
33
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan >500 grm/lebih, yang pernah dilahirkan, hidup/mati. Bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Ketersediaan dan aksebilitas pelayanan KB memungkinkan wanita mengatur jumlah kelahiran, sehingga mereka dapat memilih melahirkan anak pada saat mereka mampu merawat dan membesarkan anak. Wanita menentukan kontrasepsi karena besarnya keluarga yang diinginkan (Prawirohardjo, 2007, p.180). 2) Faktor internal a) Petugas kesehatan Peran bidan dalam pelayanan KB sangat penting terutama dalam memberikan informasi tentang kontrasepsi yang dapat dipergunakan oleh klien dengan memberi beberapa alternatif sehingga klien dapat memilih sesuai pengetahuan dan keyakinan (Mochtar, 1998, p.64). b) Keluarga (suami/istri) Memberikan pengaruh dan pengambil keputusan akhir untuk memberi jasa suami atau mertua. Hal ini sudah menjadi
tradisi,
yaitu
segala
sesuatu
harus
dengan
persetujuan suami atau yang berkuasa di rumah, sehingga hal
34
ini dapat mempengarui seorang ibu untuk menjadi seorang akseptor (Mochtar, 1998, p.65).
c) Fasilitas Untuk mendukung program pemerintah dalam mengatasi masalah kependudukan, pemerintah mngadakan program KB. Namun hal tersebut tidak bisa berjalan dengan sendirinya tanpa adanya fasilitas yang memadai. Di antaranya dengan melakukan KIE, mendirikan tempat-tempat pelayanan yang mudah dijangkau oleh masyarakat, petugas pelayanan kesehatan yang terampil, serta persediaan obat yang cukup (Mochtar, 1998, p.65). 2. Pendidikan a. Pengertian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (UU No.20 tahun 2003).
35
Suryo (2001, p.46) mengatakan bahwa pendidikan pada dirinya adalah penanaman pengetahuan serta pengembangan mental maupun ketrampilan yang berlangsung dalam jangkauan waktu tertentu, sejak mulai pelaksanaannya, sebaiknya juga diawali dari analisis kebutuhan sampai dengan studi penerapan pendidikan tersebut di tempat diharapkannya peserta didik dapat bekerja, dan tidak berhenti sampai pada evaluasi hasil pendidikan saja. b. Jenjang pendidikan UU No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang akan dikembangkan. Pendidikan di Indonesia mengenal empat jenjang pendidikan, yaitu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendididikan tinggi. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang jenjang pendidikan adalah sebagai berikut: 1) Pendidikan anak usia dini Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendiddikan untuk membantu pertumbuhan dan
36
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 2) Pendidikan dasar Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtida’iyyah (MI) atau sekolah lain yang sederajat, serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. 3) Pendidikan menengah Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan menengah merupakan lanjutan Pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah
umum
dan
pendidikan
menengah
kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. 4) Pendidikan tinggi
37
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan
setelah
jenjang
pendidikan
menengah
yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselengggarakan oleh perguruan tinngi. Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.
c. Fungsi pendidikan Menurut Ihsan (2001, p.11), fungsi pendidikan terbagi menjadi dua yaitu: 1) Fungsi pendidikan secara mikro (sempit) ialah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. 2) Fungsi pendidikan secara makro (luas) ialah sebagai alat: a) Pengembangan pribadi b) Pengembangan warga Negara c) Pengembangan kebudayaan d) Pengembangan bangsa
38
d. Tujuan Pendidikan Menurut Notoadmodjo (2007, p.127), tujuan pendidikan diantaranya: 1) Mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat, dan konsepkonsep 2) Mengubah sikap dan persepsi 3) Menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pendidikan Menurut Notoadmodjo (2007, p.109), 38actor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan, diantara lain: 1) Masukan (Input) Menyangkut sasaran belajar (sasaran didik). Yaitu
individu, kelompok, atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya. 2) Proses (Process) Mekanisme
dan
interaksi
terjadinya
perubahan
kemampuan (perilaku) pada subjek belajar tersebut. Dalam proses ini terjadi pengaruh 38actor38 balik antara berbagai 38actor, antara lain yaitu subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator), metode, dan teknik belajar, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari. 3) Keluaran (OutPut)
39
Hasil belajar itu sendiri, yaitu beberapa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar. f. Jenis pendidikan Jenis
pendidikan
adalah
suatu
pendidikan
yang
dikelompokkan sesuai dengan sifat dan tujuannya. Jenis pendidikan dalam sistem pendidikan nasional terdiri dari pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah (Ihsan, 2001 pp.20-22). 1) Pendidikan sekolah Jenis pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang berjenjang, berstuktur dan berkesinambungan sampai dengan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan sekolah mencakup pendidikan umum, kejuruan, kedinasan, keagamaan dan angkatan bersenjata republik Indonesia. 2) Pendidikan luar sekolah Pendidikan luar sekolah adalah jenis pendidikan yang tidak selalu terikat oleh jenjang dan struktur persekolahan tetapi dapat berkesinambungan.pendidikan luar sekolah menyediakan program
pendidikan
yang
memungkinkan
terjadinya
perkembangan peserta didik dalam bidang sosial, keagamaan, budaya, keterampilan, dan keahlian. 3. Pengetahuan a. Pengertian
40
Plato (dalam Keraf & Dua, 2005, p.44), mengemukakan pengetahuan adalah pengenalan kembali akan hal yang sudah diketahui dalam ide abadi. Pengetahuan merupakan kumpulan ingatan terpendam, dalam benak manusia. Dengan demikian untuk mengetahui sesuatu, untuk menyelidiki sesuatu dan berarti untuk pada pengetahuan sejati, kita hanya mengandalkan akal budi. Sedangkan menurut Locke (dalam Keraf & Dua, 2005, p.44) semua konsep
atau
ide
mengungkapkan
pengetahuan
manusia
sesungguhnya berasal dari pengalaman manusia. Konsep atau ide-ide ini diperoleh dari panca indera atau dari refleksi atas apa yang diberikan oleh panca indera. Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan
kepercayaan
(beliefs),
takhayul
(superstitions),
dan
penerangan-penerangan yang keliru (misinformations) (Soekanto, 2006, p.6). Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa (Notoatmodjo, 2007, p.139). b. Tingkatan Pengetahuan
41
Notoatmodjo
(2007,
p.140)
mengatakan
bahwa
pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebaginya. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang aspek yang diketahui dan dapat mengnterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya. 3) Aplikasi (aplication) Aplikasi
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
42
kondidi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan sebaginya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (memuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Kata lainnya adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya. 6) Evaluasi (evaluation)
43
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. c. Pengukuran pengetahuan Pengukuran
pengetahuan
dapat
dilakukan
dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan
tingkatan-tingkatan
pengetahuan
di
atas
(Notoatmodjo, 2003, p. 124). Dikategoriakan baik, cukup dan kurang. Pengetahuan baik bila presentase antara 76-100%, cukup bila presentase 56-75%, dan kurang bila <56% (Arikunto, 2006, p.241). d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Wawan & Dewi (2010, pp.16-18), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: 1) Faktor internal (a) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju
44
kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan
mengisi
kehidupan
untuk
mencapai
keselamatan dan kebahagiaan.Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. (b) Pekerjaan Bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. (c) Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. 2) Faktor eksternal (a) Faktor lingkungan Menurut Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia
dan
pengaruhnya
yang
dapat
45
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
(b) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. 4. Hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan dan pemilihan kontrasepsi pil oral kombinasi Menurut Koentjoroningrat (1997, dalam Nursalam, 2001, p.133), makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah seorang itu menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan. Pendidikan menuntut manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan (pemilihan jenis metode kontrasepsi yang digunakan), sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
46
B. Kerangka Teori
Faktor internal: 1. Pendidikan 2. Pengetahuan 3. Umur 4. Paritas
Pemilihan
kontrasepsi
pil oral kombinasi
Faktor ekasternal: 1. Petugas kesehatan 2. Keluarga 3. Fasilitas
47
Gambar 2.1. Kerangka Teori Sumber: Nursalam (2001, p.133), Prawirohardjo, (2006, p.U-29), Notoatmodjo (2007, p.140), Mochtar (1998, pp.64-65)
C. Kerangka Konsep Tingkat pendidikan Pemilihan
kontrasepsi
pil oral kombinasi Pengetahuan Gambar 2.2. Kerangka Konsep
D. Hipotesis Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi pil oral kombinasi pada akseptor kontrasepsi oral di desa Medalem kecamatan Kradenan kabupaten Blora. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi pil oral kombinasi pada akseptor kontrasepsi oral di desa Medalem kecamatan Kradenan kabupaten Blora.