BAB II TINJAUAN TEORI 2.1
TINJAUAN UMUM GEDUNG SENI PERTUNJUKAN
2.1.1 Pengertian Seni Pertunjukan Seni pertunjukan (performance art) adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Seni performance biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton. Meskipun seni performance bisa juga dikatakan termasuk di dalamnya kegiatankegiatan seni mainstream seperti teater, tari, musik dan sirkus, tapi biasanya kegiatankegiatan seni tersebut pada umumnya lebih dikenal dengan istilah 'seni pertunjukan' (performing arts). Seni performance adalah istilah yang biasanya mengacu pada seni konseptual atau avant garde yang tumbuh dari seni rupa.1 Adapun Seni Pertunjukan yang biasanya digunakan sebagai sarana tontonan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :2 a.
Seni Tari, merupakan ekspresi dari jiwa manusia melalui gerak-gerak ritmis yang indah (dikemukakan oleh Soedarsono dalam bukunya Jawa dan Bali, Dua Pusat Perkembangan Drama Tari di Indonesia).
b. Seni Tabuh, merupakan seni musik yang digunakan dalam mengiringi upacara keagamaan,tarian, maupun untuk pertunjukan. Adapun jenis gamelan Bali tersebut ialah: Gong Kebyar, Gong Semar Pagulingan, Pelegongan, Baleganjur, Gambang, Gong Gede, dan sebagainya. c.
Seni Drama/Teater, merupakan seni yang difungsikan sebagai sarana upacara, hiburan, sarana komunikasi, dan sebagai sarana untuk menceritakan sebuah sejarah. 2.1.2 Klasifikasi Seni Pertunjukan Seni pertunjukan diklasifikasikan berdasarkan durasi, genre, termasuk struktur
pementasan itu sendiri.3
1
Httpid.wikipedia.orgwikiSeni Panakom . Pengetahuan Seni Pertunjukan Bali. 2010 3 Robert Cohon. 1995:7 2
6
a.
Jenis pertunjukan berdasarkan durasi (panjang waktu bermain) : Panjang (standar) yaitu 2-4 jam Pendek yaitu 20 menit-1 jam
b.
Jenis pertunjukan berdasarkan genre. Merupakan kreteria-kreteria subjektif akan jenis pertunjukan seperti tragedy, komedi, melodrama tragis dll. Seni pertunjukan dibedakan berdasarkan fungsi ritual dan sosialnya, sesuai Keputusan
Seminar Seni Sakral dan Profan Bidang Tari tahun 1971 di Denpasar, secara umum seni pertunjukan Bali dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu : seni upacara atau seni wali, babali, dan seni tontonan/ hiburan atau balih-balihan.4 2.1.3 Aspek-aspek Penunjang Seni Pertunjukan Berdasarkan struktur pementasan, merupakan sebuah perjalanan proses yang mencakup: a.
Komponen pementasan Komonen pementasan merupakan unsur-unsur yang membentuk suatu cerita yaitu: Plot, yaitu alur jalannya cerita Karakter yaitu pemeranan tokoh secara personal Tema yaitu ide sentral, topic yang akan dipentaskan Diksi, yaitu cara pengucapan dialog atau gaya bicara Musik, yaitu bagian yang mengawali, mengiringi dan mengakhiri pertunjukan dimaksud agar suasana pertunjukan menjadi lebih hidup. Daya tarik visual, yaitu unsur penunjang pementasan seperti kostum, tata lampu, make up, tata panggung yang mendukung penggambaran karakter dan suasana. Konvensi, yaitu kaedah yang tak tertulis antara pemain dan penonton dimana para penonton mengerti apa yang dipentaskan melalui naskah yang ada, dari tirai yang dinaikkan kemudian pertunjukan dimulai dan tirai diturunkan menandakan pertunjukan telah usai atau berakhir.
b.
Proses berkumpulnya penonton Merupakan proses dari penyampaian informasi pertunjukan kepada khalayak hingga duduk dalam ruang, kemudian dilanjutkan dengan transisi, yaitu penonton digiring
4
Dibia, I Wayan, Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali 1999:3
7
masuk dari keadaan awal menuju pertunjukan dengan menggunakan music pengantar. Setelah itu dilanjutkan dengan eksposisi atau percakapan awal,kemudian dengan konflik yaitu permasalahan yang timbul dalam cerita. Dari konflik tersebut maka akan muncul; klimaks yaitu puncak dari persoalan. Setelah itu ada akhiran yang merupakan penyelesaian dari cerita yang dipaparkan, kemudian penutup akhir dari pertunjukan dimana pemain muncul diatas panggung mengucapkan terima kasih. 2.1.4 Fasilitas Pertunjukan 2.1.4.1 Jenis dan Bentuk Ruang Pertunjukan a.
Jenis ruang Secara umum, penataan ruang dalam sebuah gedung pertunjukan dibagi menjadi dua
elemen utama yaitu: 1.
“Depan” (front) sebagai public area. Dibagian “depan” terdiri dari dua bagian utama yaitu ruang auditorium (tempat penonton/audience menyaksikan pertunjukan) dan ruangruang penerimaan seperti pintu masuk dan lobby, pemesanan tiket, vestibule (termasuk galeri, smoking area, lounges, dll), toilet, koridor dll.
2.
“Belakang panggung” (backstage) sebagai work groups (kelompok ruang yang digunakan untuk produksi, terdiri dari ruang-ruang produksi yang mengontrol panggung, persiapan dekorasi (scenery), penyimpanan/gudang (storage), termasuk ruang rias dan pakaian, persiapan/latihan, dll.5 Disamping itu ada ruang administrasi dan pengelola gedung yang mempunyai akses langsung kedalam dua bagian area tersebut. Didalam merencanakan ruang-ruang yang ada didalam gedung, tidak ada suatu
peraturan yang baku dalam menentukan fasilitas pertunjukan terutama untuk ruang-ruang yang bersifat mendukung kegiatan utama (menyaksikan pertunjukan). Yang menjadi pertimbangan didalam merencanakan ruang-ruang pendukung yang dibutuhkan pada gedung pertunjukan yaitu jenis seni/tontonan yang akan dipertunjukan, besarnya/spektakulernya pertunjukan, lama pertunjukan tersebut, dan karakter audience/penonton dengan latar belakang social budaya dan ekonominya, sehingga pada penerapannya pada beberapa gedung-gedung pertunjukan yang ada sangat bervariatif. Ada dari beberapa gedung pertunjukan yang menyediakan fasilitas pendukung berupa tempat pameran, ruang penyimpanan khusus pakaian bagi penonton, ruang tunggu atau foyer yang berbeda-beda
5
Chiara, Joseph De. 1983 : 371 dan Neuvert, Ernst, 1996 : 124.
8
sesuai dengan kelas penonton, restoran atau kafe, perpustakaan seni, ruang persiapan seni pertunjukan yang digunakan oleh kelompok/group seni tertentu.
Gambar 2. 1Diagram Organisasi Ruang Pada Fasilitas Pertunjukan Sumber: Chiara, Joseph De. Time Sarver Standards for Building Types, 2 nd ed. 1983.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam ruang pertunjukan adalah6: Waktu tiba penonton minimum 15-30 menit sebelum pertunjukan, tetapi pulangnya bersamaan Semua pintu keluar harus terbuka keluar Tangga : 1 m tiap 90 orang. Serambi : 0,80-2,00 m2 tiap orang, dianggap bahwa 1/6 dari penonton menggunakan serambi Tempat berjalan luas : 5,50 m. lebar, 20 m panjang 1 wc untuk 75-100 orang ( 2/5 laki-laki, 3/5 wanita ). Situasi Bangunan, untuk pertunjukan umum harus ditempatkan sedemikian rupa agar penonton dapat meninggalkan ruangan lebih cepat. b. Bentuk lantai gedung pertunjukan Pada gedung pertunjukan salah-satu faktor penentu dalam kenyamanan pendengar adalah bentuk ruang dalam yang terdiri dari bentuk lantai untuk penonton, bentuk panggung dan langit-langit yang merupakan bagian yang sangat penting dari tata akustik.
6
Yapri dan Nasir, 1985 : 1-3
9
Untuk mendapatkan kenyamanan pendengar yang maksimal, bentuk ruang harus memenuhi beberapa kriteria atau persyaratan akustik ruang. Berbagai bentuk dengan ruang pertunjukan dan auditorium yang umum dipergunakan untuk teater/drama yaitu: 7 1. Bentuk Lantai Persegi Empat Lantai persegi empat adalah bentuk lantai yang historis, dengan unsur tradisi yang menonjol dan masih digunakan dengan berhasil. Contoh gedung pertunjukan yang menggunakan denah persegi empat adalah The Grosser Musikvereinssaal, Vienna dan Symphony Hall, Boston. Kebanyakan gedung pertunjukan yang menggunakan denahdenah persegi empat adalah diperuntukkan untuk pertunjukan (konser) musik.
Gambar 2. 2 Bentuk Lantai Persegi Empat Sumber: Izenour, G. C dalam Yoseph. David Egan. 1988:115, dan Leslie L. Doelle, 1990:95
2. Bentuk Lantai Tapal Kuda Bentuk tapal kuda identik dengan rumah-rumah opera (opera house), dimana bentuk yang melengkung dibawah dengan menerapkan material yang menyerap bunyi sehingga gema dan pemusatan suara dapat dikendalikan. Tuntutan untuk menghasilkan jarak pandang yang dekat dengan panggung menimbulkan konsekuensi digunakannya balkon yang mencapai 3-4 tingkat sehingga rasio volume dengan luas menjadi tinggi. Hal ini justru menghasilkan waktu dengung (RT) yang panjang yang tidak diinginkan pada ruang opera apalagi untuk pertunjukan drama. Namun adanya penyerap yang relative banyak, RT dapat dikendalikan.
Gambar 2. 3 Bentuk Lantai Tapal Kuda Sumber: Izenour, G. C dalam Yoseph. David Egan. 1988:115, dan Leslie L. Doelle, 1990:95 7
Izenour, G. C dalam Yoseph. David Egan. 1988:115, dan Leslie L. Doelle, 1990:95.
10
3.
Bentuk Lantai Kipas Bentuk kipas mempunyai keuntungan yang membawa penonton lebih dekat kesumber bunyi (panggung) dan dengan penggunaan balkon, kedekatan tersebut lebih dapat dirasakan. Dinding belakang dan bagian depan balkon yang biasanya melengkung berpotensi untuk menghasilkan pemusatan bunyi, sehingga harus ditangani secara akustik dengan melakukan penyerapan ataupun penyebaran bunyi (difusi). Elemen dinding samping yang bentuknya tidak sejajar memungkinkan adanya pemantulan suara (akustik) yang menguntungkan.
Gambar 2. 4 Bentuk Lantai Kipas Sumber: Izenour, G. C dalam Yoseph. David Egan. 1988:115, dan Leslie L. Doelle, 1990:95
4.
Bentuk-bentuk Alternative Bentuk-bentuk alternative biasanya berupa bentuk heksagonal, kipas terbalik, kombinasi dari beberapa bentuk atau bentuk yang tidak beraturan sama sekali. Bentubentuk ini banyak digunakan untuk ruang-ruang pertunjukan baru dengan mengambil berbagai kelebihan akustik, kenikmatan pandang dan artistik dari berbagai bentuk umum yang telah berkembang sebelumnya.
c.
Bentuk langit-langit ruang pertunjukan
Bentuk langit-langit dapat dianalisa secara vertikal (potongan) dengan memperhatikan garis pantul bunyi yaitu sebagai berikut:8 1. Langit-langit lurus dan lantai lurus Penonton yang terletak paling jauh dengan sumber bunyi mendapatkan intensitas bunyi paling kecil, waktu tunda yang panjang menimbulkan gema/gaung. Lantai yang lurus mengganggu garis pandang penonton. Jika langit-langit tinggi, akan menimbulkan gap yang panjang antara bunyi langsung dengan bunyi pantul untuk posisi penonton didepan/dekat panggung.
8
Izenoure, G. C dalam Yoseph 2000:72-73, dan David Egan. 1988:93-100.
11
Gambar 2. 5 Langit-langit Lurus Sumber: David Egan. 1988. Architectural Acoustics.
2. Langit-langit tidak teratur, lantai penonton miring. Langit-langit
yang
tidak
teratur
menimbulkan
pemantulan
bunyi
yang
menguntungkan dalam akustik ruang, waktu tunda yang pendek dan terhindarnya pemutusan bunyi (bunyi terdifusi dengan baik). Kemiringan langit-langit yang digunakan sebagai pemantul bisa mengarakan intensitas bunyi ke daerah bagian belakang sehingga bunyi dapat diterima secara merata pada seluruh bagian ruang. Langit miring yang disesuaikan dengan garis pandang dan pemantulan bunyi dari langit-langit menimbulkan distribusi yang merata dan menguntungkan dalam segi akustik gedung. Lantai miring semakin mendekatkan penonton dengan panggung.
Gambar 2. 6 Langit-langit Miring Sumber: David Egan. 1988. Architectural Acoustics.
2.1.4.2 Tata Panggung Bentuk Panggung. a. Teater proscenium Panggung proscenium mempunyai karakteristik, ruang yang dapat dilihat dari satu sisi saja dengan artian panggung hanya ada pada bagian depan audience. Radius pandangan penonton terbatas, ruang penonton mempunyai batas yang jelas dengan panggung. b. Teater arena Arena pementasan berada pada pusat atau ditengah-tengah penonton, sehingga dalam pementasannya penonton mengelilingi panggung. Panggung dapat berbentuk bulat ataupun berbentuk kotak. 12
c. Teater open stage Bentuk panggung ini menjorok kearah auditorium/tempat duduk penonton. Hal ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan antara penyaji/pemain dengan penonton yang sedang menikmati suatu pertunjukan. Bentuk-bentuk pengembangan panggung. d. Eksperimen theater9 Untuk memenuhi berbagai macam jenis pertunjukan, bentuk, dan kondisi dari semua bentuk pentas dalam ruang. -
Total theater, teater ini mempunyai bentuk arena proscenium ataupun open stage.
-
Izenour theater, merupakan suatu bentuk panggung teater yang mengutamakan fleksibilitas terhadap bentuk pentas, proscenium, arena dan stage.
2.1.4.3 Tempat Duduk Penonton dan Garis Pandang Jika dilihat dari jenis kursi yang akan digunakan dan jarak duduk yang disyaratkan. Terlebih dahulu ditentukan gaya kursi yang akan digunakan, kursi bergaya tradisional membutuhkan jarak minimum 84cm dan lebar 50cm, sedangkan ukuran yang umum adalah 53cm sedangkan kursi bergaya modern mempunyai ukuran bermacam-macam dapat membutuhkan jarak 140cm dan lebar 75cm. Ruang untuk tempat berdiri yang semula merupakan hal yang biasa, tetapi sekarang jarang ditemui pada gedung pertunjukan modern. Tempat duduk biasanya disusun dalam deretan lurus dan melengkung,sedangkan beberapa gedung telah dicoba dipasang susunan kursi menyerong. Di dalam pengaturan tempat duduk pada gedung pertunjukan berkaitan dengan garis pandang, kenyamanan gerak, penghawaan dan akustik. Sesuai dengan standar Neufert menurut peraturan tempat pertemuan semua tempat duduk harus dikenali dari tempat duduk yang tidak terikat, tidak dapat diubah. Dimensi dan jarak antar bangku penonton berserta sirkulasi menurut standar Neufert yaitu ≥ 90 x ≥ 50cm. Tinggi tempat duduk di ruang penonton terletak pada garis pandang. Konstruksi garis pandang berlaku untuk semua tempat duduk di ruang penonton. Orang meninggalkan teater, kemudian penonton duduk “pada tempat kosong”, dengan demikian hanya setiap baris kedua membutuhkan ketinggian pandangan secara penuh (12cm)
9
Chiara, Joseph De. 1983:357-359.
13
Gambar 2. 7 Pengaturan Tempat Duduk dan Garis Pandang Sumber: Ernst Neufert, edisi 33 jilid 2.
Sudut pandang yang dibentuk pada bidang vertikal maksimum 30º kebawah dan keatas, serta 27º antara dua penghalang didepannya pada bidang horizontal. Garis pandang dan sudut pandang ini dipakai sebagai standar kenyamanan visual pada perencanaan dan perancangan gedung pertunjukan.
Gambar 2. 8 Standar Garis Pandang Penonton Sumber: Harold D. Hauf. Architectural Graphic Standards. 1970
2.1.4.4 Tata Cahaya Pada system pencahayaan di dalam gedung dapat dibagi menjadi tiga sistem penerangan/pencahayaan yaitu10: 1.
Sistem penerangan merata, memberikan illuminasi yang tersebar secara merata dan cukup seragam di seluruh ruangan. Penerangan ini cocok bagi ruang yang tidak mempunyai tempat untuk pelaksanaan tugas-tugas visual yang khusus.
10
Hadinoto, Kusudiarso. Standar Penerangan Buatan di dalam Gedung-gedung. Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Cetakan kedua: 1985. Hal-45
14
2.
Sistem penerangan terarah, merupakan penerangan dimana seluruh ruangan memperoleh cahaya dari suatu jurusan tertentu. Penerangan terarah juga dapat dikombinasikan dengan penerangan merata, dengan maksud mengurangi efek yang menjemukan yang mungkin timbul dari penerangan merata.
3.
Sistem penerangan setempat, merupakan sistem penerangan
yang cahayanya
dikonsentrasikan pada tempat melaksanakan tugas atau tempat melaksanakan tugas visual. Pada gedung pertunjukan, ruang auditorium diberi penerangan buatan yang menciptakan suasana yang sesuai dengan suasana yang diinginkan. Sedangkan area pentas/stage diberi penerangan khusus yang berfungsi menonjolkan dan menciptakan suasana yang tepat untuk pementasan diatasnya. Illuminasi pada panggung/stage lebih tinggi dari pada area penonton/auditorium yaitu berkisar 500 lux. Selain penerangan khusus dan umum perlu juga dipasang sistem penerangan dalam keadaan bahaya yang segera harus menyala jikalau penerangan umum terganggu, untuk memungkinkan hadirin meninggalkan gedung secara cepat dan aman. Beberapa istilah lampu sesuai dengan arah dan luas sinarnya adalah : 1. Penyinaran atas (up-lighter), lampu yang menyorot ke atas, 2. Penyinaran bawah (down-lighter), lampu yang menyorot ke bawah, 3. Penyorot sempit (spot light), lampu dengan sudut sinar <30o 4. Penyorot lebar (flood light), lampu dengan sudut sinar >30o 5. Penyiram dinding (wall-wash light), lampu untuk menyiram bidang vertical dengan cahaya. Pada pencahayaan umum terdapat dua alternatif dalam peletakannya, yaitu peletakan inbow atau didalam plafon dan outbow atau diluar plafon. Instalasi dan perawatan lampu yang dipasang inbow lebih sulit dibandingkan dengan outbow akan tetapi tingkat keindahan, keawetan dan kebersihan lampu lebih baik dibanding pemasangan secara outbow. Penggunaan lampu sebagai salah satu bagian tata panggung dapat dipakai tergantung, inbow, outbow dapat bergerak turun naik dapat berputar secara periodic, dan lampu yang diatur oleh operator. Berikut beberapa jenis-jenis lampu dan peletakan lampu pada pencahayaan khusus dapat terlihat dihalaman berikut :
15
NO
TIPE
WATT
1
Epsodial Spotlight
500-3000
2
Fresnel Spotlight
500-2000
3
Foot Light
60-100 percolor
4
Border Light
75-300 percolor
5
Cyclorama Border Light and Foot Light
500-1500
6
Scenic Projector
1000-5000
Tabel 2.1 Jenis-jenis Lampu dan Pemakaian Daya Listrik Sumber: Ramsey. 1994. Architectural Graphic Standard
Gambar 2. 9 Pencahayaan Gedung Pertunjukan Sumber: Ramsey. 1994. Architectural Graphic Standard
2.1.4.5 Penghawaan Sistem penghawaan atau pengkondisian udara dalam gedung pertunjukan sangat menunjang aspek kenyamanan pelaku kegiatan dalam suatu pementasan. Sistem penghawaan dalam perancangan gedung pertunjukan memiliki dua system terpisah yaitu system sentral dimana alat pendingin (Chiller) terletak pada suatu ruang khusus yang kemudian mensuplai udara dingin (air chilled system) atau air dingin (water chilled system) ke seluruh ruang. Sistem kedua yaitu AC Unit, merupakan alat pendingin yang diletakkan pada tiap-tiap ruang, yang terdiri dari AC split. 16
Gambar 2. 10 Penghawaan Dalam Ruang Sumber: Ramsey. 1994. Architectural Graphic Standard
2.1.4.6 Struktur Gedung pertunjukan harus mewadahi sifat kegiatan pertunjukan dimana bentuk, struktur dan finising mengikuti fungsi sebagai gedung pertunjukan dengan pertimbangan akustik, kenyamanan pentas dan penikmat pertunjukan. Element atap, sebagai pelindung gedung dari cuaca dan gangguan lain harus dapat menyesuaikan dengan bentang yang lebar, pengkondisian reflector dan penggunaan material absorbsi bunyi. Bahan kayu dan rangka atap mudah didapatkan akan tetapi masif dan berat. Rangka atap fleksible untuk bentang lebar ringan akan tetapi kurang tahan api. Elemen dinding utama harus kuat, adanya kemampuan untuk merefleksikan sumber bunyi dan penyerap atau mengalami gangguan bising, gema, gaung pada bangunan. Semakin padat atau solid bahan yang digunakan semakin mudah menyalurkan getaran bunyi. 2.1.5 Tinjauan Aspek Kenyamanan Dengar Kenyamanan dengar mempunyai arti bahwa suara-suara yang dinikmati pada suatu pertunjukan tidak dipengaruhi oleh suara atau bunyi yang tidak dikehendaki, suara dapat terdistribusi secara merata dengan kekuatan yang cukup. Sistem akustik yang baik menurut Leo L. Beranek (1962 : 412-413) dan David Egan. (1988 : 155-170), yaitu: 1.
Adanya kekerasan (Loudness) yang cukup pada setiap bagian gedung pertunjukan. 17
2.
Energi bunyi yang terdistribusi (difusi) secara merata.
3.
Tercapainya waktu dengung (RT) yang optimum sesuai dengan persyaratan masingmasing jenis penggunaan.
4.
Ruang yang terbebas dari cacat akustik seperti gema, pemantulan berkepanjangan, gaung pemusatan bunyi, distorsi bayangan bunyi dan resonansi ruang.
5.
Tercapainya keintiman, balancing, kepenuhan nada dan ansamble, pada ruang pertunjukan dan adanya kehangatan dan kejelasan (clarity) pada ruang teater.
6.
Menghindari bising dan getaran yang mengganggu pementasan. Agar mendapat kondisi mendengar yang baik maka bentuk, ukuran lebar, panjang,
tinggi bangunan serta bahan yang digunakan harus diatur sesuai dengan volume dan kualitas bunyi yang dihasilkan. Beberapa pengkondisian akustik gedung pertunjukan secara umum antara lain: 1.
Penerapan material penyerapan yang cukup sehingga RT dapat dikendalikan, dan pencegahan terjadinya gema yang tidak diinginkan terutama pada dinding bagian belakang.
2.
Pengarahan intensitas bunyi ke area bagian tengah dan belakang.
3.
Menaikkan sumber bunyi, dan ruang penonton dibentuk sedemikian rupa dengan memiringkan lantai penonton agar aliran gelombang bunyi langsung dan bebas.
4.
Bidang pantul mengelilingi sumber bunyi untuk memberikan energy tambahan.
5.
Rasio antara volume dengan luas lantai bangunan arus dijaga sehingga jarak yang ditempuh bunyi langsung dan bunyi pantul relatif pendek.
6.
Penggunaan permukaan yang dapat memberikan pemerataan bunyi diseluruh ruangan.
2.1.5.1 Prilaku Bunyi Dalam Ruang
Gambar 2. 11Prilaku Bunyi Dalam Ruang Sumber: Leslie L. Doelle. Akustik Lingkungan
18
Keterangan: 1. Bunyi Langsung Bunyi langsung dapat diterima/dirasakan oleh telinga pendengar sesuai dengan suara asli dari sumber bunyi. 2. Bunyi yang ditransformasikan Bunyi yang dapat berubah bentuk/tidak sesuai dengan suara aslinya karena adanya benda lain yang menyebabkan. 3. Bunyi pantul Bunyi yang diterima oleh telinga pendengar setelah adanya pantulan dari benda lain yang dapat memantulkan bunyi. 4. Bunyi diserap Bunyi yang hilang karena adanya bahan penyerap suara/bunyi. 5. Bunyi menyebar Bunyi yang dapat menyebar karena terkena ujung benda yang cenderung runcing. 6. Bunyi yang dibelokkan Bunyi yang diarahkan dibelokkan/diarahkan kesuatu tempat karena adanya bantuan dari benda lain. 7. Bunyi yang merambat pada struktur bangunan Bunyi yang dapat merambat dengan media struktur bangunan. Jika bunyi menemui suatu bidang/material, maka bunyi tersebut akan berinteraksi sehingga sebagian gelombangnya akan dipantulkan, sebagian di serap, dan sebagian lagi diteruskan/menembus bidang tersebut. Jika bunyi menemui bidang yang bersifat memantulkan bunyi, maka bunyi tersebut akan dipantulkan dengan besar sudut datangnya, bunyi diukur dari garis tegak lurus bidang pantulnya (biasanya disebut dengan garis normal). 2.1.5.2 Aspek pemilihan bahan/material akustik Bahan akustik digunakan untuk pngendalian atau pengontrolan prilaku bunyi yang ada di dalam ruangan. 19
Bahan berpori: a. Plesteran akustik b. Karpet dan kain akustik Bahan yang berpori dapat menyerap bunyi pada semua tingkatan frekuensi dan penyerapannya tergantung pada ketebalan dari bahan yang digunakan.
Berpori-pori
Berpori-pori di permukaannya berperforasi
Tegel langit-langit dengan dasar masif
Gambar 2. 12 Bahan Berpori Sumber: Peter L. Duncan Templeton. Detail Akustik
-
Penyerap panel Penyerap panel hanya dapat menyerap suara dengan frekwensi tertentu, sesuai dengan berat panel dan ketebalan rongganya, tetapi biasanya panel ini digunakan untuk menyerap suara dengan frekwensi rendah. Penyerap panel ini dapat dibuat dari bahan non akustik, misalnya beton, tetapi dalam pembuatannya cukup sulit. Secara sederhana bahan-bahan padat yang didalamnya terdapat rongga tanpa celah/lubang merupakan penyerap panel, karena bahan yang dimiliki tahan terhadap goresan, maka sering menjadi penyerap frekwensi rendah pada bagian bawah dinding.
Gambar 2. 13Penyerap Panel Sumber: Peter L. Duncan Templeton. Detail Akustik
20
-
Resonator rongga (Efek Helmholtz) Adalah suatu alat yang digunakan untuk mengendalikan suara dalam ruangan yang dapat diatur untuk memilih tingkat frekwensi yang diinginkan.
Gambar 2. 14 Penyerap Berongga Sumber: Peter L. Duncan Templeton. Detail Akustik
2.1.5.3 Tata Suara (Sound System) Tata suara atau sound system merupakan salah satu langkah dalam memecahkan masalah akustik dalam ruang pertunjukan. Langkah ini dilakukan untuk mencapai kekerasan suara dengan jalan menggunakan peralatan tata suara/sound system berupa pengeras suara buatan (elektronik). Sedangkan jika dalam ruang pertunjukan tidak menggunakan system penguat berupa alat pengeras suara, radius bunyi maksimum hanya berkisar 20 meter. Penempatan pengeras suara sebaiknya diutamakan terletak disekitar sisi samping atas panggung, dengan perangkat pengontrol suara ditempatkan pada area sentral sekitar tempat duduk penonton. Cara lain yang lebih efektif adalah dengan menyediakan suatu ruang bagi operator terpisah dibelakang auditorium dengan arah bukaan mengarah kebagian dalam ruang, sehingga suara dapat didengar dan dikontrol oleh para operator sound system. Ada beberapa tipe penempatan loudspeaker pada sistem bunyi elektronik, namun pada dasarnya ada 4 tipe11: a. Terpusat (central cluster) yaitu sekelompok speaker yang diletakkan di atas sumber bunyi asli, setinggi 7-13m dan agak ke depan. Kumpulan speaker ini dapat disembunyikan dibalik tirai dan masing-masing speaker diarahkan ke audiens deretan
11
Satwiko, Prasasto, Fisika Bangunan 2, Yogyakarta: ANDI, 2004. Hal; 148-149
21
depan, tengah maupun belakang. Klebihannya, bunyi dari speaker sama arahnya dengan posisi sumber bunyi asli. b. Tersebar (distributed) yaitu peletakan rangkaian speaker di atas audien (pendengar). c. Tipe ini digunakan untuk ruangan yang memiliki langit-langit rendah sehingga tidak memungkinkan memakai tipe terpusat. Tipe ini mengutamakan dari segi kejelasan bunyi dan tidak terlalu mementingkan arah bunyi. Pada tipe ini peletakan speakernya umumnya diletakkan di kolom secara merata d. Terpadu dengan kursi (seat-integrated) yaitu meletakkan speaker secara terpadu di belakang kursi. Tipe ini biasa diterapkan pada gereja. Biasanya speaker diletakkan di belakang sandaran kursi, dan bunyinya akan didengan oleh orang yang duduk dibelakang kursi tersebut. e. Kombinasi dari tipe di atas. Untuk kombinasi tipe terpusat dan tersebar diperlukan alat penunda bunyi (initial time delay) agar bunyi dari speaker di deretan belakang menunggu datangnya bunyi dari speaker terpusat di depan.
Gambar 2. 15 Sistem Terpusat Sumber: Satwiko, Prasasto, Fisika Bangunan 2
Gambar 2. 16 Sistem Tersebar Sumber: Satwiko, Prasasto, Fisika Bangunan 2
22
Tata suara merupakan bagian yang terpenting dalam setiap pementasan, yang terdiri dari tiga elemen utama yaitu microphone, amplifier dan loudspeaker. Dalam suatu pertunjukan segala instrument penghasil bunyi dikordinasikan dengan menggunakan mixer sebagai pengatur keras lemahnya suara yang ditampilkan pada setiap sumber bunyi sehingga keseluruhan suara dari panggung merupakan suatu hasil kumpulan bunyi yang harmonis. Dilihat dari peletakannya, sound system terbagi menjadi tiga cara yaitu system menyebar, terpusat dan gabungan
Gambar 2. 17 Pengeras Suara Tersebar dan Terpusat Sumber: Leo L Beranek. Music, Acoustics and Architecture
Sistem loudspeker tersebar lebih cocok diterapkan pada ruang pidato, informasi dan komersial, sedangkan system yang terpusat (baik dengan satu titik diatas tengah sumber maupun dengan beberapa titik di sekeliling sumber suara) lebih cocok untuk konser musik live, teater/drama, maupun pertunjukan lain. 2.2
TINJAUAN SENI TRADISIONAL BALI
2.2.1. Pengertian Seni Tradisional Bali Seni Tradisional Bali merupakan seni yang telah ada sejak dulu, dan diturunkan oleh para seniman pendahulu yang ada di Bali. Seni tradisional di Bali memiliki beberapa jenis, diantaranya ialah seni tari yang pada jaman dahulu digunakan sebagai sarana pelengkap dalam pelaksanaan sebuah ritual, ataupun dijadikan sebuah sarana hiburan/ tontonan masyarakat. 2.2.2. Jenis-jenis Seni Tradisional Bali Jenis Seni Tradisional Bali di Bali cukup banyak dan beragam jenisnya. yaitu: Seni Tari, Seni Ukir/Patung, Seni Tabuh, Seni Drama .Seni tari, seni tabuh, dan seni drama merupakan jenis Seni Tradisional Bali yang biasanya digabungkan untuk dipentaskan kepada wisatawan selain fungsinya yang juga sebagai salah-satu sarana dalam kegiatan upacara sakral. A. Berikut adalah jumlah banyaknya kelompak/sekaa kesenian tradisional Bali yang ada di Badung menurut Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung tahun 2006 : a. Kec. Kuta selatan
: 275 sekaa 23
b. Kec. Kuta
: 99 sekaa
c. Kec. Kuta Utara
: 228 sekaa
d. Kec. Mengwi
: 654 sekaa
e. Kec. Abiansemal
: 448 sekaa
f. Kec. Petang
: 237 sekaa
g. Jumlah
: 1941 sekaa
Jadi jumlah Kelompok/sekaa kesenian tradisional Bali pada tahun 2006 yaitu 1941 sekaa. Jika pada Gedung Kesenian ini dapat menampung 5 kelompok seni dalam sehari, maka dalam setahun dapat menggunakan sekitar 1800 kelompok/sekaa prtunjukan tradisional Bali.
B. Berikut adalah jenis jenis pertunjukan Bali berdasarkan kapasitas jumlah penari dan penabuh : a. Jenis seni pertunjukan dengan jumlah personil banyak ( > 10 orang ) : Penari
Penabuh
1. Calonarang
: ± 25 orang
± 25 orang
2. Kunti Sraya
: ± 30 orang
± 25 orang
3. Kecak
: ± 70 orang
4. Sendratari Ramayana : ± 28 orang Rata rata
: ± 35 orang
±35 orang ± 28 orang
b. Jenis seni pertunjukan dengan jumlah personil sedang ( 5-10 orang) : Penari
Penabuh
1. Tari telek
: ± 7 orang
± 25 orang
2. Tari Pendet
: ± 6 orang
± 35 orang
3. Tari Panyembrama
: ± 6 orang
± 35 orang
4. Tari Gabor
: ± 6 orang
± 30 orang
5. Tari Legong Kuntul
: ± 6 orang
± 30 orang
6. Tari Satya Bhrasta
: ± 6 orang
± 35 orang
7. Tari Gopala
: ± 6 orang
± 30 orang
8. Tari Baris Wirayudha : ± 8 orang
± 35 orang 24
9. Tari Garuda Wisnu Rata rata
: ± 6 orang
± 35 orang
: ± 6 orang
± 33 orang
c. Jenis seni pertunjukan dengan jumlah personil sedikit (< 5 orang ) : Penari
2.2.3.
Penabuh
1. Tari Legong Lasem
: ± 3 orang
± 35 orang
2. Tari Oleg
: ± 2 orang
± 35 orang
3. Tari Sekar Jagat
: ± 5 orang
± 30 orang
4. Tari Makepung
: ± 5 orang
± 30 orang
5. Tari Wiranata
: ± 1 orang
± 30 orang
6. Tari Panjisemirang
: ± 1 orang
± 30 orang
7. Tari Marga Pati
: ± 1 orang
± 35 orang
8. Tari Manukrawa
: ± 5 orang
± 35 orang
9. Tari Kembang Girang
: ± 5 orang
± 30 orang
10. Tari Joged
: ± 5 orang
± 12 orang
11. Tari Puspanjali
: ± 5 orang
± 30 orang
12. Tari Jauk
: ± 1 orang
± 25 orang
13. Tari Baris Tunggal
: ± 1 orang
± 35 orang
14. Tari Cendrawasih
: ± 2 orang
± 30 orang
15. Tari Kebyar Duduk
: ± 1 orang
± 35 orang
16. Tari Kebyar Terompong : ± 1 orang
± 35 orang
17. Tari Belibis
: ± 5 orang
± 30 orang
18. Tari Kupu kupu Tarum
: ± 5 orang
± 35 orang
19. Tari Jalak Putih
: ± 5 orang
± 35 orang
20. Tari Kelinci
: ± 5 orang
± 35 orang
Rata rata
: ± 3 orang
± 31 orang
Seni Tradisional Bali Sebagai Seni Pertunjukan Seni Tradisional Bali yang dibuat selain sebagai suatu yang disacralkan, disungsung
dan diupacarai, juga merupakan sarana atau media yang dapat berfungsi lain seperti sebagai alat komunikasi, hiburan, pendidikan dan sebagainya.
25
Seni Tradisional Bali dalam peranan sebagai seni pertunjukan atau seni tari itu dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu: Seni sacral (Wali), seni bebali dan seni balih-balihan. Maka Seni Tradisional Bali dapat berfungsi di ketiga jenis tari tersebut. Dalam peninjauan Seni Tradisional Bali sebagai seni pertunjukan ini akan ditinjau dari beberapa aspek antara lain: -
Aspek bentuk pertunjukan.
-
Aspek struktur pementasan
-
Aspek lakon yang biasa dibawakan.
-
Aspek perlengkapan-perlengkapan atau sarana pementasan
-
Dan arena pementasan
2.3.
TINJAUAN PROYEK SEJENIS Dalam tinjauan proyek sejenis yang digunakan untuk mengetahui kedekatan
karakteristik Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Bali di Kabupaten Badung dengan gedunggedung pertunjukan yang lainnya, maka proyek sejenis yang digunakan untuk ditinjau adalah Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, Amphitheater Garuda Wisnu Kencana dan Boshe VVIP CLUB BALI. 2.3.1.
Gedung Natya Mandala ISI Denpasar Gedung yang berlokasi di jln. Nusa Indah, Denpasar Timur. Merupakan salah satu
fasilitas pertunjukan yang berada di areal pendidikan kampus ISI Denpasar. Merupakan satusatunya gedung teater tertutup yang ada di Denpasar, namun hanya difungsikan sebagai sarana latihan/pengajaran serta pertunjukan (In Door) bagi mahasiswa ISI Denpasar. 2.3.2.
Amphitheater Garuda Wisnu Kencana Berlokasi di Bukit, Jimbaran -Badung. Yang merupakan salah satu tempat petunjukan
outdoor yang terletak di daerah pariwisata Badung. Merupakan salah satu tempat pertunjukan yang difungsikan sebagai tempat pertunjukan Seni Tradisional Bali, maupun atraksi modern untuk dipertontonkan pada wisatawan.
26
2.3.3.
Boshe VVIP CLUB BALI. Di Kuta -Badung. Yang berdekatan dengan patung Dewa Ruci yang merupakan
landmark dari kawasan Kuta. Merupakan sebuah gedung tertutup yang fungsi utamanya sebagai tempat hiburan malam dan pertunjukan musik. Berikut adalah tabel studi banding pada proyek sejenis.
Tabel 2.2 Studi Banding Pada Proyek Sejenis Sumber: Observasi Lapangan
Objek
Kriteria
Lokasi
Fungsi
Fasilitas Gedung
Gedung Natya Mandala ISI Denpasar
Amphitheater, Garuda Wisnu Kencana
Boshe VVIP CLUB BALI
Kesimpulan
Di Jln. Nusa Indah Denpasar Timur. Merupakan salah-satu fasilitas pertunjukan yang berada di areal pendidikan kampus ISI Denpasar.
Di Bukit, Jimbaran Badung. Yang merupakan salah satu tempat petunjukan yang terletak di daerah pariwisata Badung
Di Kuta -Badung. Yang berdekatan dengan patung Dewa Ruci yang merupakan landmark dari kawasan Kuta
Bahwa lokasi sebuah tempat pertunjukan bisa terletak pada area pendidikan dan kepariwisataan
Merupakan satusatunya gedung teater tertutup, namun hanya difungsikan sebagai sarana latihan/pengajaran serta pertunjukan (In Door) bagi mahasiswa ISI Denpasar
Merupakan salah satu tempat pertunjukan yang difungsikan sebagai tempat pertunjukan tari Seni Tradisional Bali, maupun atraksi modern untuk dipertontonkan pada wisatawan.
Merupakan sebuah gedung tertutup yang fungsi utamanya sebagai tempat hiburan malam dan pertunjukan musik.
Fungsi utama sebuah gedung pertunjukan adalah sebagai tempat pertunjukan dan bisa juga sebagai fasilitas pendidikan seni
Tempat duduk audience, stage (berbentuk segi empat), layar (kanan dan kiri) serta latar yang dapat diubah-ubah sesuai yang diinginkan, r. control dan juga
Fasilitas pertunjukan berupa : Tempat duduk audience, Stage, r. Penyimpanan perlengkapannya, r. rias, tersedia juga stage dengan tempat duduk berkapasitas besar, t.
Fasilitas pertunjukan berupa : Tempat berdiri audience, Stage, r. Penyimpanan alat dan perlengkapannya, r.
Sudah memadai dari segi pertunjukan dan pelayanan bagi wisatawan, namun belum 27
didalam kegiatannya pun sudah menggunakan bantuan katrol, lighting (sebagai sarana pencahayaan dalam pertunjukan), Ruang Rias (laki-laki dan wanita), serta Toilet. Kapasit as
Penjualan makanan ringan dan minuman serta. sedangkan fasilitas penunjang berupa r. Pengelola, t. Penjualan tiket, t. Penjualan sovenir, toilet, t. Penjualan makanan dan minuman, area parkir.
Rias, area pemusik, sedangkan fasilitas penunjang berupa r. Pengelola, t. Penjualan tiket, toilet, area parkir cukup jauh dari tempat pementasan
mengkhusus ke bidang pertunjukan Seni Tradisional Bali
Kapasitas gedung Kapasitas gedung kurang Kapasitas gedung kurang lebih 500 orang lebih 800 orang kurang lebih 2000 orang Cukup baik dan cukup lengkap untuk sebuah pertunjukan untuk wisatawan, namun kondisi gedung dalam setiap pertunjukannya masih belum dapat menunjang dari segi akustik ruang dan penerangannya hanya memakai penerangan alami. Perlu ditambahkan fasilitas-fasilitas penunjang yang lainnya seperti restauran, galery dan lain sebagainya.
Kondisi
Kondisi gedung cukup baik, sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang mendekati sebuah ruang teater yang dilengkapi dengan tata lampu dan sound sistem pada setiap pertunjukannya.
Pengelol a
Pengelola yaitu civitas Pihak swasta dari akademi kampus yang bersangkutan yaitu ISI Denpasar
Cukup baik dan fasilitas lengkap, seperti sudah adanya t. Penjualan souvenir, Toilet, setiap pertunjukannya ditunjang dengan fasilitas sound sistem dan tata lampu yang spektakuler.
Masih sederhana, belum ada yang memberikan tampilan yang spektakuler dengan efekefek visual dan penggunaan sound sistem yang canggih dalam setiap pertunjukanny a.
Pihak swasta
Pihak swasta dan pemerintah
28
Bentuk Stage
Bentuk stage segi empat lengkap dengan pencahayaan lampu diatasnya dan di lengkapi dengan layar. Back ground nya dapat di sesuaikan dengan tema pertunjukan yang di gelar.
Bentuk stage kipas, tanpa pencahayaan lampu yang memadai. Back ground Pada stage ini stagenya nya berupa tebing bentuk sama yaitu segi permanen. empat dan latarnya dapat berubah sesuai event yang berlangsung
Latar ygang gelap merupakan latar dari panggung ini, Pada stage ini latar tidak permanen dan Pada Natya Mandala Latar berupa batu tebing yang dapat diubah-ubah latar panggung Panggun permanen dan tidak dapat bentuknya, untuk menggunakan tiruan memberikan kesan g diubah-ubah bentuknya. candi bentar dari layar. modern Layar tersebut dapat diganti-ganti untuk mengkondisikan suasana pannggung yang diinginkan.
Entranc e Bangun an
Entrance bangunan pada gedung ini mengadopsi dari bentuk kori dari bangunan Bali, dengan bahan paras putih, namun ornamennya tidak dibuat secara detail
Kondisi entrance Entrance bangunan pada bangunan terkesan gedung pertunjukan ini modern. Entrance berbentuk modern yang bangunannya menyerupai candi bentar. dekat dengan jalan sempadan bangunan tidak memenuhi syarat.
Bentuk panggung yang umum dipakai pada gedung pertunjukan adalah bentuk segi empat.
Latar panggung pada gedung pertunjukan di Bali pada umumnya berbentuk kori ataupun candi bentar.
Entrance bangunan gedung pertunjukan di Bali pada umumnya bercirikan tradisional Bali, seperti kori.
29
tetapi secara global.
Zoning Ruang
Kesimp ulan
2.4.
Pada gedung ini zone ruangnya terdiri dari, zone depan panggung yaitu: Entrance bangunan, toilet pengunjung pria & wanita, r. Operator, r. Oudience, area penabuh, dan stage. Zone belakang panggung terdiri dari: r. Rias pria & wanita, toilet, gudang, side entrance untuk pemain dan koridor tempat sirkulasi pemain.
Pada area yang terdapat di GWK, zone ruangnya terdiri dari, zone depan panggung yaitu: Entrance bangunan, toilet pengunjung pria & wanita, r. Tiketing dan r. Cinderamata/sovenir dan r. Pengelola, r. Operator, r. Oudience, smoking area, area penabuh, dan stage. Zone belakang panggung terdiri dari: r.Rias, dan persiapan, tempat penyimpanan
Pada gedung ini zone ruangnya terdiri dari, zone depan yaitu: Entrance bangunan, toilet pengunjung pria & wanita, r. Tiketing, r. Pengelola, r. Oudience, area penabuh, dan stage. Zone belakang terdiri dari: r.Rias, dan persiapan, tempat penyimpanan Seni Tradisional Bali .
Gedung Natya Mandala merupakan gedung pertunjukan yang berada di area pendidikan ISI Denpasar dan dikelola oleh civitas ISI Denpasar, dengan fasilitas pertunjukannya sudah memperhatikan dari akustik ruang dan tata lampu dalam setiap pertunjukannya. Namun kondisi dari gedung tersebut masih kurang memadai.
Gedung ini merupakan tempat pertunjukan khusus di pertontonkan untuk para wisatawan dan terletak pada lokasi pariwisata dan pengelolaannya dipengang oleh pihak swasta. Fasilitas pertunjukan yang modern dan memperhatikan akustik dan tata lampu karena kondisi bangunannya semi tertutup dengan stage terbuka.
Boshe merupakan tempat pertunjukan khusus pertunjukan modern, dipertunjukkan untuk wisatawan. Fasilitas yang di sediakan sangat modern.
Zone ruang umumnya terdiri dari dua zone yaitu zone depan panggung, dan zone belakang panggung, dengan bagianbagiannya.
SPESIFIKASI UMUM GEDUNG PERTUNJUKAN SENI TRADISIONAL BALI Berdasarkan data-data mengenai teori-teori tentang Gedung Pertunjukan Seni
Tradisional Bali serta tinjauan terhadap proyek sejenis diatas, maka diperoleh beberapa
30
spesifikasi umum mengenai Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Bali yang diuraikan berdasarkan fungsi, karakteristik pelaku dan kegiatan, fasilitas bangunan gedung pertunjukan Seni Tradisional Bali , dan lokasi gedung pertunjukan Seni Tradisional Bali . 2.4.1. Fungsi Sebagai wadah pertunjukan bagi para seniman Seni Tradisional Bali dalam berkreasi dan mempertunjukan hasil karyanya sehingga dapat dinikmati dengan nyaman oleh para audience. Selain itu diharapkan Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Bali ini dapat memberikan suatu informasi, obyek wisata/tempat rekreasi, dan untuk meningkatkan minat masyarakat dalam berkesenian khususnya seni Seni Tradisional Bali yang merupakan warisan nenek moyang kita, dan nantinya dapat terus diwariskan kepada generasi penerus. 2.4.2. Karakteristik Pelaku dan Kegiatan Karakteristik pelaku dan kegiatan secara umum dalam perencanaan Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Bali dikelompokkan sebagai berikut : 1. Pengelola Merupakan pihak penyelenggara dalam hal ini adalah pihak swasta dan masyarakat serta sponsor yang terkait serta monitoring dari pihak pemerintah. 2. Wisatawan Berbagai motivasi wisatawan datang ke Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Bali seperti untuk rekreasi atau dengan tujuan khusus, mencari informasi untuk mengetahui lebih dekat mengenai pementasan tari Seni Tradisional Bali . 3. Penari Merupakan pihak yang berperan untuk menampilkan adegan-adegan dalam setiap lakon yang dibawakan di depan panggung. 4. Penabuh Mengiringi penari dengan bunyi-bunyian (gong) dalam setiap penampilannya di depan panggung. 2.4.3. Fasilitas Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Bali Fasilitas Gedung Perunjukan Seni Tradisional Bali berdasarkan sintesis tinjauan teori mengenai seni pertunjukan dan tinjauan proyek sejenis adalah sebagai berikut :
31
1. Jenis ruang umumnya terbagi atas dua elemen utama yaitu: a.
Area “Depan” (font) sebagai public area.
b.
“Belakang panggung” (back stage) sebagai work groups (kelompok kerja)
2. Ruang-ruang yang akan disediakan adalah: -
Ruang Utama (panggung pertunjukan, tempat duduk penonton, tempat rias pria dan wanita, dan tempat untuk gambelan atau perlengkapan instrument dalam pementasan),
-
Ruang Pertunjukan Luar (stage outdoor)
-
Ruang pelayanan umum (lobby, counter informasi, loket karcis, souvenir, r. operator, cafetaria, keamanan, toliet pengunjung),
-
Ruang administrasi/pengelola,
-
Ruang penunjang (tempat parkir, gudang, pos satpam, ME).
2.4.4. Lokasi Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Bali Persyaratan lokasi Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Bali berdasarkan sintesis tinjuan teori mengenai pertunjukan Seni Tradisional Bali dan tinjauan proyek sejenis adalah sebagai berikut : 1. Lokasinya berada dekat dengan kegiatan pariwisata. 2. Lokasinya sesuai dengan peruntukan dari fungsi bangunan yang diwadahi. 3. Lokasi Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Bali harus strategis dan dapat mudah dicapai oleh berbagai pihak yang berkepentingan. 4. Lokasi Gedung Pertunjukan Seni Tradisional Bali harus dapat memberi kenyamanan dan keamanan bagi semua civitas yang ada didalamnya.
32