BAB II TINJAUAN TEORI
A. ASI (Air Susu ibu) 1. Pengertian ASI (Air susu Ibu) adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi. Air susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupan, hal ini tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi karena ASI mengandung zat imunologik yang melindumgi bayi dari infeksi praktek menyusui dinegara berkembang telah berhasil menyelamatkan sekitar
1,5
juta
bayi
pertahun,
atas
dasar
tersebut
WHO
merekomendasikan hanya untuk memberikan ASI sampai bayi berusia 4 sampai 5 bulan ( Depkes RI, 2005 p. 1). 2. Proses terbentuknya ASI Proses terbentukya ASI dipengaruhi 2 reflek yaitu: a. Reflek Prolaktin Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam aliran darah. Prolaktin memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI. Makin sering bayi menghisap makin banyak prolaktin dilepas oleh hipofise, makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel kelenjar.
8
9
b. Reflek Aliran (Let Down Reflek) Adalah pancaran ASI dari payudara oleh karena pengaruh hormon oksitosin yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofise yang dirangsang oleh hisapan bayi yang membuat kontraksi otot (Depkes RI,2005 p.17). 3. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam : a. Kolostrum Adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (2-4 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150-300 ml/hari. Berwarna kuning keemasan atau krem (creamy). Lebih kental dibandingkan dengan cairan susu tahap berikutnya. Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi protein, vitamin yang terlarut dalam lemak, mineral-mineral dan imunoglobin. Imunoglobin ini merupakan antibodi dari ibu untuk bayi yang juga berfungsi sebagai imunitas pasif untuk bayi. Imunitas pasif akan melindungi bayi dengan berbagai virus dan bakteri yang merugiakan. Kolostrum juga merupakan pembersih usus bayi yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. b. ASI peralihan Adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari) dimana kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tingg dan kadar
10
protein, mineral lebih rendah, serta megandung lebih banyak kalori daripada kolostrum. c. ASI matur Adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi yaitu 300-850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. 90% adalah air karbohidrat, protein dan lemak yang diperlukan untuk kebutuhan hidup dan perkembangan bayi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuiakan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400-700 ml/ 24 jam, tahun kedua 200-400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200 ml/24 jam. Ada 2 tipe ASI matur: 1) Foremilk: jenis ini dihasikan selama awal menyusui dan mengandung air, vitamin-vitamin dan protein. 2) Hind-milk: jenis ini dihasilkan setelah pemberian awal saat menyusui dan mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat diperlukan untuk pertambahan berat badan bayi. Kedua jenis tersebut diatas adalah sangat dibutuhkan ketika ibu menyusui yang akan menjamin nutrisi bayi secara adekuat yang diperlukan sesuai tumbuh kembang bayi (Atikah, 2010 p.29).
11
4. Hal- hal yang mempengaruhi produksi ASI a. Makanan Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI. b. Ketenangan Jiwa dan fikiran Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. c. Penggunaan alat kontrasepsi Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena pamakaina kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI. d. Perawatan payudara Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan hormon oxytocin. e. Fisiologi Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolsktin ini merupakan
hormon
laktogenik
yang
menentukan
pengadaan dan mempertahnkan sekresi air susu.
dalamhal
12
f. Faktor istirahat Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang. g. Faktor isapan anak Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang (Weni, 2009 p. 13). 5. Volume Produksi ASI Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak bayi lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100ml/ hari. Jumlahnya pun meningkat hingga 500ml pada minggu kedua. Dan, produksi ASI semakin efektif dan terus menerus meningkat pada 10-14 hari setelah melahirkan. Kondisi tersebut berlangsung hingga beberapa bulan kedepan. Bayi yang sehat mengkonsumsi 700-800ml ASI setiap hari setelah memasuki masa 6 bulan volume pengeluaran air susu mulai menurun. Sejak saat itu, kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI, dan harus mendapatkan makanan tambahan. Secara fisiologis, ukuran payudara tidak mempengaruhi volume air susu yang diproduksi. Artinya, jumlah ASI yang diproduksi tidak tergantung pada besar atau kecilnya payudara. Jumlah produksi ASI
13
bervariasi setiap hari, karena dipengaruhi oleh kandungan nutrisi ibu. ASI yang dibutuhkan oleh bayi sesuai tingkat pertumbuhan dan perkebangannya. Semakin sehat bayi, semakin banyak ASI yang harus dikonsumsinya. Menurut Deddy Volume ASI yang diproduksi dipengaruhi oleh kondisi psikis seorang ibu dan makanan yang dikonsumsinya. Oleh karena itu, ibu tidak boleh merasa stress dan gelisah secara berlebihan. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap volume ASI pada minggu pertama menyusui bayi (Deddy Muchtadi :31) Jumlah air susu pada ibu yang kekurangan gizi sekitar 500700ml setiap hari selama 6 bulan pertama, 400-600ml pada 6 bulan kedua, serta 300-500ml pada tahun kedua kehidupan bayi. Kekurangan gizi dikarenakan cadangan lemak yang tersimpan dalam tubuh ibu pada masa kehamilan ttidak mencukupi kebutuhan, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sumber energi selama menyusui. Meskipun begitu, peningkatan konsumsi makanan pada ibu hamil belum tentu meningkatkan maningkatkan produksi air susunya. Sebenarnya, gizi dalam makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil itulah yang menjadi faktor dominan yang berpengaruh terhadap volume produksi ASI. Pada beberapa kasus, jumlah produksi ASI pada ibu yang kekurangan gizi sering kali menurun, dan akhirnya berhenti sama sekali. Didaerah-daerah yang banyak ditemui ibu yang sangat
14
kekurangan gizi, dapat dicermati adanya marasmus pada bayi –bayi yang berumur enam bulan, yang hanya diberi ASI (Dwi Sunar, 2009 p. 102). 6. Kualitas fisik ASI yang baik Sebenarnya, tampilan ASI berbeda setiap saat lantaran kandungannya berubah-ubah, termasuk kandungan lemak dan warna ASI. Hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu adalah: a. Jumlah lemak dalam ASI akan berfluktuatif dari hari kehar. ASI yang keluar pada menit-menit pertama setelah persalinan akan berbeda warnanya dengan ASI yang keluar dihari berikutnya. b. ASI yang baru saja diperas mengandung banyak protein dan terlihat lebih encer ketimbang ASI yang dikeluarkan pada menit-menit berikutnya. c. warna ASI tidak tergantung pada makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh ibu. d. Pewarna makanan, minuman soda, jus buah dan hidangan penutup yang mengandung gelatin tidak mengubah warna ASI menjadi pink atau oranye. e. ASI berwarna pink mengindikasikan adanya darah dalam ASI. Hal ini dikarenakan puting payudara lecet. f. dalam kondisi normal ASI segar, berbau dan beraroma manis. g. Jika ASI perasan berbau asam, pahit, dan anyir mungkin ASI telah basi ( Dwi, 2009 p. 52).
15
7. Komposisi zat gizi dalam ASI adalah sebagai berikut: a. Karbohidrat Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang jumlahnya tidak terlalu bervariasi setiap hari, dan jumlahnya lebih banyak ketimbang dalam PASI. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalh 7:4, sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum MPASI. Dengan demikian, pemberian ASI semakin berhasil. Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi penting yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf otak, serta pemberian energi untuk kerja sel-sel sel-sel saraf. Di dalam usus, sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri yang berbahaya, serta membantu penyerapan kalsium dan mineral-mineral lain. b. Protein Protein dalam ASI lebih rendah bila dibandingkan dengan PASI. Meskipun begitu, “whey” dalam protein ASI hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini dikarenakan “whey” ASI lebih lunak dan mudah dicerna ketimbang “whey” PASI. Kasein yang tinggi dengan dengan perbandingan 1 dan 0,2 akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Itulah yang menyebabkan bayi yang diberi PASI sering menderita susah buang
16
air (sembelit), bahkan diare dan defekasi dengan feses berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap oleh bayi yang diberi PASI. c. Lemak Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak yang lenih mudah dicerna dan diserap oleh bayi ketimbang PASI. Hal ini dikarenakan ASI lebih banyak mengandung enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak dalam ASI para ibu bervariasi satu sama lain, dan berbeda-beda dari satu fase menyusui ke fase berikutnya. Pada mulanya, kandungan lemak rendah, kemudian meningkat jumlahnya. Komposisi lemak pada menit-menit awal menyusui awal menyusui berbeda dengan 10 menit kemudian. Demikian halnya dengan kadar lemak pada hari pertama, kedua, dan seterusnya, yang akan terus berubah sesuai kebutuhan energi yang diperlukan dalam perkembangan tubuh bayi. Jenis lemak dalam ASI mengandung banyak omega-3, omega-6, dan DHA yang dibutuhkan dalam pembentukan sel-sel jaringan otak. Meskipun produk PASI sudah dilengkapi ketiga unsur tersebut, susu formula tetap tidak menagandung enzim, karena enzim mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi sulit menyerap lemak PASI, sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya
17
dengan PASI adalah 6:1. Asam linoleat inilah yang berfungsi memacu perkembangan sel saraf otak bayi. d. Mineral ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil, mudah diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit. Sekitar 755 dari zat yang terdapat dalam ASI dapat diserap oleh usus. Lain halnya dengan zat basi yang bisa terserap dalam PASI, yang hanya berjumlah sekitar 5-10%. ASI juga mengandung natrium, kalium, fosfor, dan klor yang lebih sedikit ketimbang PASI. Meskipun sedikit, ia tetap mencukupi kebutuhan bayi. Kandungan mineral dalam PASI cukup tinggi. Jika sebagian besar tidak dapt diserap, maka akan memperberat kerja usus
bayi,
serta
mengganggu
sistem
keseimbangan
dalam
pencernaan, yang bisa merangsang pertumbuhan bakteri yang merugikan. Inilah yang menjadikan perut bayi kembung, dan ia pun gelisah lantaran gangguan metabolisme. e. Vitamin Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, berarti semua vitamin yang diperlukan bayi selam 6 bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari Asi. Sebenarnya, hanya ada sedikit vitamin D dalm lemak susu. Terkait itu, ibu perlu mengetahui bahwa penyakit
18
polio jarang menimpa bayi yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang larut air terdapat dalam susu. Mengenai hal ini perlu diketahui bahwa vitamin tersebut bisa ditambahkan kedalam vitamin D yang larut lemak. Dan jumlah vitamin A, tiamin dan vitamin C bervariasi sesuia makanan yang dikonsumsi oleh ibu. (Dwi sunar, 2009 p. 98) Tabel 1. Komposisi Kolostrum dan ASI Setiap 100 ml No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Zat-zat Gizi Energi Protein Kasein Laktosa Lemak Vitamin A Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B12 Kalsium Zat besi Fe Fosfor
Satuan
Kolostrum
ASI
Kkal G Mg G G Ug Ug Ug Mg Mg Mg Mg
58.0 2.3 140.0 5.3 2.9 151.0 1.9 30.0 0.05 39.0 70.0 14.0
70 0.9 187.0 7.3 4.2 75.0 14.0 40.0 0.1 35.0 100.0 15.0
Sumber: (Atikah, 2010 p. 31)
8. Manfaat ASI a. Bagi bayi 1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. Bayi yang diberi ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir,
pertumbuhan
setelah
periode
mengurangi kemungkinan obesitas. 2) Mengandung antibodi 3) ASI mengandung komposisi yang tepat.
perinatal
baik,
dan
19
4) Mengurangi kejadian karies dentis. 5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi. 6) Terhindar dari alergi. 7) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi (weni K, 2009 p. 17). b. Bagi ibu 1) Aspek kontrasepsi Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung syarafsensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk keindung telur,
menekan produksi
estrogen akibatnya tiak ada ovulasi. 2) Aspek kesehatan ibu Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. 3) Aspek penurunan berat badan Ibu yang memberikan ASI eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali keberat badan semula seperti sebelum hamil. 4) Aspek psikologis Ibu yang menyusui akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia (Weni K, 2009 p. 18).
20
c. Bagi Keluarga 1) Aspek ekonomi ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. 2) Aspek psikologis Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga. 3) Aspek kemudahan Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja (weni K, 2009 p. 20). B. ASI EKSKLUSIF 1. Pengertian ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 p. 23). Sesungguhnya, yang dimaksud dengan pemberian ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa
21
tambahan makananpadat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat. Selain itu, pemberian
ASI
Eksklusifjuga
berhubungan
dengan
tindakan
memberikan ASI kepada bayi hingga usia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat ( Dwi, 2009 p. 26) ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program pemberian ASI Eksklusif tidak berlangsung secara optimal (Dwi, 2009 p. 21). Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif di pengaruhi oleh promosi produk-produk makanan tambahan dan formula. Menurut Adelia, Iklan-iklan tersebut bisa mengarahkan para ibu untuk berpikir bahwa ASI yang diberikan kepada bayi belum cukup memenuhi kebutuhan gizi bayi. Kemajuan teknologi dan canggihnya komunikasi, serta gencarnya promosi susu formula, sebagai pengganti ASI, membuat masyarakat kurang mempercayai kehebatan ASI, sehingga
akhirnya
memilih
susu
formula.
Padahal,
promosi
penambahan AA, DHA, ARA dan lain sebagainya pada susu formula, ternyata sudah terkandung dalam komposisi ASI, demikian pula dengan
22
zat kekebalan tubuh (antibodi) untuk ketahanan tubuh bayi (Dwi, 2009 p. 22). Saking pentingnya ASI bagi bayi, maka para ahli menyarankan agar ibu menyusui bayinya selama 6 bulan sejak kelahiran, yang dikenal dengan istilah ASI Eksklusif. Dalam era globalisasi, banyak ibu yang bekerja. Keadaan itu sering menjadi kendala bagi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, sehingga pemberian ASI Eksklusif tidak mengkin tercapai. Nah, supaya ibu yang bekerja juga dapat memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, maka ibu memerlukan pengetahuan dan cara pemberian ASI yang benar ( Dwi, 2009 p. 27) Dr. Dien Sanyoto Besar, Sp.A. menerangkan bahwa bayi yang baru lahir harus lanngsung diberi ASI, maksimal satu jam setelah lahir. Namun dalm kenyataanya, bayi diberi susu formula lantaran ASI belum keluar. Berdasarkan survei yan dilakukan Hellen Keller Internasional pada tahun 2002 di Indonesia, diketahui bahwa rata-rata bayi indonesia hanya mendapat Asi eksklusif selama 1,7 bulan. Padahal kajian WHO yang dituangkan dalam Kepmen No. 450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan. Turunnya angka ini terkait pengaruh sosial budaya dimasyarakat, yang menganjurkan supaya bayi diberi makanan tamban selama 6 bulan.(Dwi S, 2009 p. 25)
23
Hasil penelitian menerangkan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif selam 6 bulan mengalami infeksi telinga 40% lebih sedikit ketimbang bayi yang diberi ASI dan
makanan tambahan.
Kemungkinan terjadinya penyakit pernafasan semasa kanak-kanak dapat berkurang secara signifikan bila bayi diberi ASI eksklusif setidaknya selama 15 minggu, dan makanan tambahan tidak diberikan kepadanya ketika itu.(wilson,1998) 2. Alasan Pemberian ASI Eksklusif ASI diberikan pada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan. Diantaranya adalah menurunkan resiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pencernaan, dan infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya noninfeksi, seperti penyakit alergi, obesitas, kurang gizi dan asma. Selain itu, ASI dapat pula meningkatkan IQ dan EQ anak ( Dwi, 2009 p. 28). Menyusui anak bisa menciptakan ikatan psikologis dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Bayi merasa terlindung dalam dekapan ibunya, mendengar langsung degup jantung ibu, serta merasakan sentuhan ibu saat disusui olehnya. Hal itu tidak akan dirasakanbayi ketika minum susu lainnya selain ASI, karena ia harus menggunakan botol ( Dwi, 2009 p. 28). Pedoman Internasional yang menganjurkan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang
24
manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberikan semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan oleh bayi selama 6 bulan pertama setelah kelahirannya. Pemberian ASI Eksklusif dapat mengurangi tingkat kematian bayi yang dikarenakan berbagai penyakit yang menimpanya seperti diare dan radang paru-paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran.
Sebagian besar
pertumbuhan dan perkembangan bayi ditentukan oleh pemberian ASI Eksklusif. ASI mengandung zat gizi yang tidak terdapat dalam susu formula. Komposisi zat dalam ASI antara lain 88,1% air, 3,8% lamak, 0,9% protein, 7% laktosa , serta 0,2% zat lain yang berupa DHA, DAA, sphynogelin, dan zat gizi lainnya ( Dwi, 2009 p. 28). Sebuah analisis menerangkan bahwa memberikan ASI selama 6 bulan dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa diseluruh dunia, termasuk 22% nyawa yang melayang setelah kelahiran. Sementara itu, menurut UNICEF, ASI Eksklusif dapat menekan angka kematian bayi di Indonesia. UNICEF menyatakan bahwa 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI Eksklusif selam 6 bulan sejak sejam pertama setelah kelahirannya tanpa memberikan makanan tambahan apapun kepada bayi ( Dwi, 2009 p. 29).
25
3. Faktor yang Terkait Pemberian ASI Eksklusif ASI
memang
benar-benar
penting
bagi
pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan bayi. Mengenai hal ini, ibu perlu mengetahui berbagi aspek yang mengharuskannya untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi sejak 6 bulan pertama kelahirannya. Aspekaspek tersebut adalah adalah sebagai berikut : a. Aspek pemahaman dan pola pikir Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI. Selain itu, kebiasaan para ibu mengenai yang bekerja, terutama yang tinggal di perkotaan, juga turut mendukung rendahnya tingkat ibu menyusui. Adapun mitos yang tentang pemberian ASI bagi bayi, misalnya ibu yang menyusui anaknya dapat menurunkan kondisi fisik dirinya merupakan suatu mitos yang sulit diterima oleh akal sehat. Demikian halnya dengan kekhawatiran ibu yang menganggap bahwa produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan makanan bayi. Anggapan ini sering terjadi kendala bagi ibu, yang akhirnya mencari alternatif lain dengan memberi susu pendamping manakala bayi laper. Hal-hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dari pola dasar pemberian ASI menjadi pemberian susu formula. Bila kondisi itu terus berlanjut, maka bisa jadi bangsa Indonesia mengalami
26
kemunduran dimasa mendatang. Situasi seperti ini akan menjadi masalah yang cukup mendasar, karena bayi kehilangan kesempatan dan manfaat yang terkandung dalam ASI ( Dwi, 2009 p. 33). b. Aspek Gizi ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi hingga 6 bulan pertama kelahirannya. ASI pertama yang diberikan kepada bayi, yang sering disebut kolostrum, banyak mengandung zat kekebalan, terutama IgA yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, seperti diare. Bila kolostrum terlambat diberikan kepada bayi, maka boleh jadi sistem kekebalan bayi sedikit rapuh dan mudah terangsang penyakit ( Dwi, 2009 p. 34). c. Aspek Pendidikan Bagi sebagian ibu, menyusui bayi merupakan tindakan yang alamiah dan naluriah. Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa menyusui tidak sepenuhnya keliru, tetapi menyusui bisa menjadi masalah manakala ibu menikah dini, atau melahirkan bayi yang pertama terutama pada ibu bekerja. Kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya ASI sebagai makanan utama bayi. Mereka hanya mengetahui bahwa ASI adalah makanan yang diperlukan bayi tanpa memperhatikan aspek lainnya. Waktu yang lama bersama bayi tidak dimanfaatkan secara optimal, sehingga para ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayi
( Dwi, 2009 p. 38)
27
d. Aspek imunologik Para ahli berpendapat bahwa ASI mengandung zat anti- infeksi yang bersih dan bebas kontaminasi. Kadar immunoglobulin A( IgA) dalam kolostrum cukup tinggi. Meskipun sekretori IgA tidak diserap oleh tubuh bayi, tetapi zat ini berfungsi melumpuhkan bakteri patogen E. Coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan ( Dwi, 2009 p. 40) e. Aspek Psikologis Secara psikologis, menyusui mengandung 3 hal penting : Pertama, menyusui dapat membangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi kebutuhan bayi. Kedua, Interaksi antara ibu dan bayi melalui sentuhan kulit mampu memberikan rasa aman dan puas. Ketiga, Kontak langsung ibu dan bayi melalui sentuahn kulit mampu memberikan rasa aman dan puas. Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas menyusui bayi dapat membentuk ikatan batin yang kuat antara ibu dan bayi, menghadirkan perasaan aman dan tenag, merangsang produksi ASI, serta memperlancar ASI, sehingga bayi bisa lebih terpuaskan ( Dwi, 2009 p. 43). f. Aspek Kecerdasan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama setelah kelahiran bayi mempunyai dua dampak positif:
28
Pertama: Proses pemberian ASI yang lancar memungkinkan asupan gizi menjadi lebih maksimal. Kedua: Berdasarkan hasil penelitian di Denmark, diketahui bahwa bayi yang diberi ASI sehingga lebih dari 9 bulan akan tumbuh cerdas ( Dwi, 2009 p. 44). g. Aspek Neurologis dengan meminum ASI, koordinasi saraf pada bayi yang terkait aktivitas menelan, menghisap dan bernafas semakin sempurna. Hal ini akan mengurangi resiko gangguan sesak nafas pada bay baru lahir, atau terjadinya asma pada anak prasekolah (Dwi, 2009 p. 45). h. Aspek biaya Menyusui secara Eksklusif dapat mengurangi biaya tambahan, yang diperlukan untuk membeli susu formula beserta peralatannya (Dwi, 2009 p. 45). i. Aspek Penundaan kehamilan. Menyusui secara Eksklusif dapat menunda datang bulan dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang dikenal sebagai metode amenore laktasi (MAL) (Dwi, 2009 p. 45). 4. Penundaan Pemberian makanan padat selain ASI Pengenalan makanan tambahan dimulai pada usia 6 bulan bukan 4 bulan, hal ini dikarenakan :
29
a. Dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur 6 bulan. Namun pada kenyataanya 60% bayi bayi belum berumur 4 bulan sudah mendapatkan tambahan susu sapi (weni, 2009 p. 24) b. Bayi pada saat berumur 6 bulan sistem pencernaanya mulai matur. Jaringan pada usus halus bayi yang pada umumnya seperti saringan pasir. Pori-porinya berongga sehingga memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan menimbulkan. Pori-pori dalam usus bayi akan tertutup rapat setelah bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian, usus bayi setelah berumur 6 bulan mampumenolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk (weni, 2009 p. 24). 5. Langkah- langkah menyusui a. Posisi badan ibu dan badan bayi 1) Ibu berbaring atau duduk dengan santai 2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala. 3) Badan bayi menghadap kebadan ibu. 4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu. 5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu. 6) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.
30
7) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu. b. Posisi mulut bayi dan putting susu ibu 1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalang payudara). 2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara: a) Menyentuh pipi dengan putting susu b) Menyentuh sisi mulut putting susu. 3) Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah kebawah. 4) Dengan cepat dekatkan bayi kepayudara ibu dengan cara menekan bahu belakng bayi bukan bagian belakang kepala. 5) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapn dengan hidung bayi. 6) Kemudian masukkan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi. 7) Usahakan sebagian areola masuk kemulut bayi, sehingga putting susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras(palatum durum) dan langit-langit lunak (paltum molle).
31
8) Lidah bayi akan menekan diding bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah kalang payudara. 9) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi. 10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu. 11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengeluselus bayi (Depkes RI, 2005 p. 31). 6. Hambatan menyusui 1) Faktor Internal Faktor internal sangat mempengaruhi keberhasilan menyusui bayi. Diantaranya adalah kurangnya pengetahuan yang terkait penyusunan.
Karena tidak mempunyai pengetahuan yang
memadai, ibu tidak mengerti tentang cara menyusui bayi yang tepat, manfaat ASI berbagi dampak yang akan ditemui bila ibu tidak menyusui bayinya (Dwi sunar, 2009 p. 110). 2) Faktor eksternal Faktor eksternal terkait segala sesuatu yang tidak akan terjadi bila faktor internal dapat dipenuhioleh ibu, misalnya ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran bayi, sehingga ibu
32
berfikir untuk memberikan susu formula (prelactal feeding) kepada bayi. Pada hari pertama, bayi belum memerlukan cairan atau makanan, sehingga tidak tau belum diperlukan pemberian cairan tertentu, apalagi susu formula, sebelum ASI keluar (Dwi sunar, 2009 p. 111). C. PENGETAHUAN 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan
tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan dan dewi M, 2010 p. 11 ). Hasil penelitian yang diperoleh dikota Grobogan adalah gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif tingkat pengetahuan dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 22 orang (54,0%) gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif berdasarkan tingkat pendidikan dapat diketahui (Dwi agustin, 2009). Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oeh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana
33
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan
berarti
seseorang
yang
berpendidikan
rendah
mutlak
berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa penigkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengadung dua aspek yaitu aspek positif dan asprk negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang dketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek (A.Wawan dan dewi M, 2010 p. 12). Menurut hasil penelitian menunjukkan dikota Kudus pengetahuan ibu hamil tentang kolostrum masih rendah, ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang tentang dalam pemberian kolostrum sebanyak 17 ibu hamil TM 3(51,5%), sikap yang tidak mendukung (negatif) dalam pemberian kolostrum sebanyak 18 ibu hamil TM 3 (54,5%) (Dyah Aisah, 2009). 2. Tingkat pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalm domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:
34
a. Tahu (Know) Tahu diartiakn sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (ricall) terhadap suatau yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakn tingkat poengetahuan yang paling rendah. b. Mememahami (Comprehention) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan,menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartiakn sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
35
e. Sintesis (Syntesis) Sintesis yang diamaksud menunjukkkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu keseluruahn yang baru. Dengan kata lain sintesis adalh suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoadmojo,2005 p.50). 3. Cara memperoleh pengetahuan a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan. 1) Cara coba salah (trial and error) Cara coba salah ini dilakuakan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasila maka dicoba. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan ini dapat berupa pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
36
mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu kebenarannya. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. b. Cara modern memperoleh pengetahuan. Cara ini disebut metodologi penelitian ilmiah atau metodologi penelitian (Wawan dan Dewi M, 2010 p.14 ). 4. Proses perilaku Sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang terjadi proses yang
berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) b. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus. c. Evaluation
(menimbang-
nimbang)
individu
akan
mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal in berarti siakap responden sudah lebih baik lagi. d. Tial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru. e. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus (Wawan dan dewi M, 2010 p. 15).
37
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut : a. Faktor Internal 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya halhal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Yb Mantra yang dikutip notoadmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang yang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah meneriam informasi. 2) Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membonsankan, berulang dan banyak
38
tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. 3) Umur Menurut elizabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan samapi berulang tahun. Sedangkan menurut Huolok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. b. Faktor Eksternal 1) Faktor lingkungan Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 2) Social Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (A. Wawan dan Dewi M, 2010 p.16 ).
39
6. Cara Pengukuran Pengetahuan Cara mengukur pengetahuan seseorang menggunakan alat bantu kuesioner dengan cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup, dan kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila 76-100% pertanyaan dijawab benar, Cukup bila 56-75% pertanyaan dijawab benar dan kurang bila pertanyaan dijawab benar > 56 % (Wawan dan Dewi M, 2010 p.16 ). D. Praktik 1. Pengertian Praktik adalah semua kegiatan/aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun tidak diamati oleh pihak luar (Notoadmojo, 2003). Seorang setelah mengetahui stimulus atau objek kesehatan. Kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhdap apa yang diketahui oleh selanjutnya diharapakan ia akan melaksankan atau mempraktikan apa yang diketahui atau disikapinya (practice) kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan ( Notoadmojo,2003). 2. Tingkat-tingkat praktik Tingkat –tingkat praktik, meliputi:(notoadmojo,2003) a. Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil dalah merupakan praktik tingkat pertama.
40
b. Respon pemimpin (guide Respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. c. Mekanisme (mecanisme) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat 3. d. Adaptasi (Adaptation) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut (Notoadmojo, 2005 p. 55). 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik. Green (1980) dalam notoadmojo(2003) menjalaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau dipengaruhi oleh 3 faktor pokok yakni: faktorfaktor
predisposisi
(predisposising
factors),
faktor-faktor
yang
mendukung (enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors). Untuk lebih jelasnya akan diraikan masing-masing faktor- faktor sebagai berikut
41
a. Faktor predisposisi Termasuk faktor predisposisi antara lain: Yaitu faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang masuk dalam kelompok faktor predisposisi ini adalah: 1) Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang karena perilaku tersebut akan langgeng (long lasting) apabila didasari oleh pengetahuan, sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan akan tidak berlangsung lama (Notoadmojo, 2003) 2) Sikap Sikap itu tidak dapat dilihat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoadmojo, 2003). Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap merupakan suatau tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka (Notoadmojo, 2003).
42
3) Nilai budaya Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan sikap kita. Apabila kita dibesarkan pada lingkungan dengan budaya mengutamkan kehidupan berkelompok, maka kita akan mendukung kehidupan individu yang hanya mementingkan kehidupan sendiri. Pengaruh lingkungan termasuk kebudayaan dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian, tidak lain dari pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejaarah reinforcing yang kita alami (Notoadjmojo, 2003). d. Faktor pendukung Faktor pendukung disini adalah ketersediaan sumber-sumber atau fasilitas. Untuk memperoleh perubahan perilaku yang diharapkan secara efektif diperlukan faktor-faktor pendukung yang berupa sumber-sumber dan fasilitas tersebut sebagian harus digali dan dikembangkan dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat harus maampu untuk mengorganisasi komunitsnya sendiri untuk berperan serta dalam penyediaan fasilitas-fasilitas. Untuk memasyarakatkan produksi kesehatan baik yang berupa peralatan, fasilitas maupun jasa-jasa pelayanan perlu usaha pemasaran. Pemasaraan jasa-jasa pelayanan ini menurut istilah dunia bisnis disebut pemasaran sosial (social marketing) (Notoadmojo, 2003).
43
e. Faktor penguat /pendorong Faktor penguat /pendorong meliputi sikap dan perilaku petugas. Semua petugas kesehatan,baik dilihat dari jenis dan tingkatangnya pada dasarnya adalah pendidikan kesehatan. Ditengah-tengah masyarakat petugas kesehatan adalah menjadi tokoh panutan dibidang kesehatan. Untuk itu maka petugas kesehtan harus memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Demikian pula oetuga-petugas lain atau tokoh-tokoh masyarakat juga merupakan panutan perilaku termasuk perilaku kesehatan (Notoadmojo,2005 p. 60). 4. Cara mengukur perilaku(praktik/tindakan) Cara mengukur indikator perilaku dan memperoleh data atau informasi indikator-indikator perilaku tersebut, antara pengetahuan dan praktek agak berbeda. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan cukup dilakukan melalui wawancara sedangkan untuk memperoleh data praktek atau perilaku yang paling akurat adalah melalui wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu (Notoadmojo,2003).
44
E. KERANGKA TEORI
Faktor predisposisi 1. Pengetahuan 2. Sikap 4. Nilai budaya 3. Karakteristik a. Umur b. Pendidikan c. Pekerjaan
Faktor Pendukung 1. Fasilitas atau sarana prasarana.
Praktik pemberian ASI Eksklusif
Faktor pendorong 1. Tokoh masyarakat 2. Tokoh Agama 3. Petugas kesehatan
Sumber : Modifikasi Lawrence Green ( 1980) dikutip dari Notoatmodjo (2007 p. 18)
45
F. KERANGKA KONSEP
Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif
Praktik pemberian ASI Eksklusif
G. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesa Alternatif (Ha) Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan praktik pemberian ASI Eksklusif.