BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan kepada peningkatan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai umur lanjut (GBHN, 1999). Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan terhadap sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang penduduknya hidup sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Sasaran pembangunan kesehatan adalah peningkatan jumlah dan mutu tenaga kesehatan agar mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang terus berkembang (Depkes RI, 1999). Salah satu upaya pembangunan kesehatan adalah peningkatan mutu, cakupan dan efisiensi melalui perilaku penerapan
dan penyempurnaan
standar pelayanan, standar tenaga, standar peralatan, standar profesi dan peningkatan manajemen rumah sakit (Depkes RI, 1998). Standar merupakan pedoman yang sangat penting artinya sebagai salah satu alat yang efektif dan efisien guna menggerakkan organisasi dalam
1
2
meningkatkan dan menjamin mutu sehingga dapat meningkatkan daya saing demi melindungi kosumen, tenaga kerja dan masyarakat dalam proses pelayanan kesehatan (Djoko Wijono, 1999) Sedangkan standarisasi bagi organisasi pelayanan kesehatan dapat diterapkan oleh instansi yang berwenang ataupun disusun sendiri, disepakati bersama dengan staf medik dan tenaga kesehatan dari unit pemberi jasa pelayanan. Penyusunan standar dapat dilakukan dengan pendekatan normatif, menurut kepustakaan atau berdasarkan pengalaman para ahli. Standar bersifat dinamis sesuai dengan kondisi dan situasi serta waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dan juga berkembang sesuai dengan keadaan yang bersifat non-kesehatan seperti etika, hukum dan norma atau nilai masyarakat (Djoko Wijono, 1999). Selanjutnya berbicara mengenai mutu pelayanan kesehatan suatu organisasi pelayanan kesehatan dapat diukur dengan memperhatikan atau memantau dan menilai indikator, kriteria dan standar yang diasumsikan relevan dan berlaku sesuai dengan aspek-aspek dan struktur, proses dan out come dari organisasi pelayanan kesehatan tersebut (Djoko Wijono, 1999). Rumah sakit sebagai salah satu pelayanan kesehatan membutuhkan suatu standarisasi untuk menjamin mutu pelayanan yang diberikan, sehingga pelayanan yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan sebagaimana mestinya. Standarisasi
pada
pelayanan
kesehatan
rumah
sakit
perlu
diperhatikan berbagai aspek yang mampu mendorong ke pelayanan prima.
3
Standarisasi pelayanan kesehatan rumah sakit dimaksudkan untuk memberi kejelasan arti dan strategi bagi rumah sakit dalam rangka pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan secara menyeluruh sehingga rumah sakit dapat dimanfaatkan secara berdaya guna dan berhasil guna. Standarisasi pelayanan tersebut berisi kriteria-kriteria penting mengenai jenis pelayanan yang mulai dari input dan proses. Apabila kriteria tersebut terpenuhi maka mutu rumah sakit dapat dipertanggung jawabkan. Adapun salah satu dari kriteria tersebut adalah pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan atas ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko sosial yang komprehensif dan ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat serta mencakup seluruh proses kehidupan manusia sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pelayanan
keperawatan
mempunyai
peranan
penting
dalam
menentukan keberhasilan pelayanan rumah sakit secara keseluruhan karena tenaga keperawatan merupakan sub sistem terbesar yang bertugas memberikan asuhan atau pelayanan yang merupakan fungsi inti pelayanan di rumah sakit dan berada di jajaran pelayanan terdepan yang merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya citra rumah sakit. Dalam memberikan pelayanan keperawatan harus sesuai dengan standar pelayanan keperawatan yang telah ditetapkan yang meliputi prosedur asuhan
keperawatan,
ketenagaan,
peralatan,
cara
penanggulangan
4
kedaruratan di tiap unit pelayanan yang dipahami oleh semua pelaksana keperawatan. Dengan memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar pelayanan keperawatan, maka perawat sebagai salah satu profesi yang bergerak di bidang kesehatan dapat memberikan pelayanan yang bermutu kepada pasien di rumah sakit. Namun sangat disayangkan apabila asuhan keperawatan yang diberikan perawat pada pasien belum optimal dan tidak sesuai dengan standar. Hal ini akan mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. Efektivitas pelaksanaan asuhan keperawatan melalui perilaku penerapan
proses keperawatan tergantung pada kinerja perawat. Untuk
memperoleh asuhan keperawatan yang berkualitas diperlukan perawat yang kompeten secara intelektual, tekhnikal dan interpersonal (Wilkinson, 1996). Sedangkan menurut Ilyas (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja diantaranya adalah karakteristik individu, organisasi, dan keluarga Menurut hasil penelitian yang dilakukan di RSABHK Jakarta oleh mahasiswi
S2
Fakultas
Ilmu
Keperawatan
Universitas
Indonesia,
pelaksanaan asuhan keperawatan menurut persepsi perawat pelaksana adalah baik, namun bila dibandingkan dengan perilaku penerapan
asuhan
keperawatan yang di rekomendasikan oleh Depkes belum optimal. Pada penelitian di RSUD Ambarawa (2001) tentang Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Yang Dilakukan Oleh Perawat Pelaksana adalah 22,62% mempunyai pengetahuan
5
yang cukup tentang standar pelayanan keperawatan, 30,51% mempunyai keterampilan yang baik, 50,85% perawat mempunyai motivasi yang cukup sedangkan
perawat
pelaksana
tidak
menggunakan
standar
asuhan
keperawatan sebanyak 59,32% dikarenakan pengawasan yang kurang dari kepala ruangan (dikutip dari Tety Rohmawati, 2006). Di rumah sakit, banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf rumah sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kejadian yang berkaitan dengan
kelalaian
perawat
(http://www.Irckesehatan.net/
artikel_disp_detail.asp?isi=17). Salah satunya yaitu Infeksi Nosokomial yang indikatornya adalah plebitis (infeksi jarum infus), infeksi luka operasi, infeksi saluran kemih (kateter), dan dekubitus. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat seseorang selama ia dirawat di rumah sakit (Depkes, 1999). Kejadian infeksi nosokomial bagi pasien di rumah sakit merupakan masalah yang serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung kematian pasien. Hal ini
banyak
disebabkan
karena
kelalaian
dalam
pelaksanaan
atau
penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur keperawatan sehingga tidak sesuai dengan Standar Operating Prosedure pelaksanaan tindakan. Di negara berkembang didapatkan angka prevalensi kejadian infeksi nosokomial sebesar 12,7% di negara tetangga Malaysia, Taiwan 13,8% dan Nigeria sebesar 7,5%. Di Indonesia sendiri data infeksi nosokomial belum jelas karena penelitian yang masih kurang dan tidak lengkap. Laporan hasil
6
surveilans tim pengendalian infeksi nosokomial, angka insidens infeksi nasokomial di RSPAD Gatot Subroto bulan Januari sampai Desember 2003 yaitu Infeksi Nosokomial luka operasi 0,04%, Infeksi Nosokomial saluran kemih 0%, Infeksi Nosokomial saluran cerna 0,72%, Infeksi Nosokomial plebitis 5,51%, IADN CVP (infeksi aliran darah) 0,86%, Infeksi Nosokomial kulit 1,97%, dan dekubitus 1,28%. Sedangkan angka infeksi nosokomial di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati bulan Januari sampai Desember 2007 yang tertinggi yaitu angka dekubitus 4,57% dan angka infeksi jarum infus (plebitis) sebesar 6,51% (Rekap Indikator Mutu Keperawatan Di Ruang Rawat Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S Sukanto, 2008). Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto merupakan rumah sakit rujukan kepolisian terbesar di Indonesia. Rumah sakit ini sudah melaksanakan Akreditasi Tingkat Lanjut (Djoko Wijono, 1999) yaitu akreditasi 12 (dua belas) pelayanan. Terdiri dari 21 ruang rawat inap, dan 9 ruangan untuk rawat jalan dimana jumlah perawatnya adalah 400 orang yang berasal dari berbagai tingkat pendidikan, mulai dari SPK sampai S2 keperawatan. Menurut pengalaman dan pengamatan surveyor keperawatan di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto, setelah dilakukan pengamatan selama akreditasi berlangsung dapat diketahui bahwa standar asuhan keperawatan belum dilaksanakan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan, fasilitas dan peralatan belum sesuai standar, belum
7
lengkapnya SOP untuk melaksanakan pelayanan keperawatan serta evaluasi dan pengendalian mutu belum dilaksanakan secara optimal. Berdasarkan hal-hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengetahuan dan kinerja perawat yang dalam hal ini adalah perilaku penerapan Standar Operating Prosedur dalam memberikan asuhan keperawatan.
1.2. Rumusan Masalah Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang bergerak di bidang pemberi pelayanan keperawatan, merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam
mencapai
tujuan
pembangunan
kesehatan.
Dimana
Pembangunan kesehatan diarahkan kepada peningkatan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai umur lanjut (GBHN, 1999). Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan terhadap sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang penduduknya hidup sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Salah satu sasaran pembangunan kesehatan adalah peningkatan jumlah dan
8
mutu tenaga kesehatan agar mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang terus berkembang (Depkes RI, 1999). Untuk itu diperlukan tenaga perawat yang profesional serta menjalankan tugas sesuai dengan standar pelayanan keperawatan yang telah ditetapkan di rumah sakit. Sehingga kejadian akibat kelalaian perawat seperti infeksi nosokomial di rumah sakit dapat dihindari. Karena selama ini kejadian infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung kematian pada pasien. Laporan hasil surveilans tim pengendalian infeksi nasokomial, angka insidens infeksi nasokomial di RSPAD Gatot Subroto bulan Januari sampai Desember 2003 yaitu Infeksi Nosokomial luka operasi 0,04%, Infeksi Nosokomial saluran kemih 0%, Infeksi Nosokomial saluran cerna 0,72%, Infeksi Nosokomial plebitis 5,51%, IADN CVP (infeksi aliran darah) 0,86%, Infeksi Nosokomial kulit 1,97%, dan dekubitus 1,28%. Sedangkan angka infeksi nosokomial di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat jati bulan Januari sampai Desember 2007 yang tertinggi yaitu angka dekubitus 4,57% dan angka infeksi jarum infus (plebitis) sebesar 6,51% (Rekap Indikator Mutu Keperawatan Di Ruang Rawat Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S Sukanto, 2008) Pada penelitian di RSUD Ambarawa (2001) tentang Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan Yang Dilakukan Oleh Perawat Pelaksana adalah 22,62% mempunyai pengetahuan yang cukup tentang standar pelayanan keperawatan, 30,51%
9
mempunyai keterampilan yang baik, 50,85% perawat mempunyai motivasi yang cukup sedangkan perawat pelaksana tidak menggunakan standar asuhan keperawatan sebanyak 59,32% dikarenakan pengawasan yang kurang dari kepala ruangan. Dengan demikian dalam memberikan pelayanan keperawatan harus sesuai dengan standar yang meliputi prosedur asuhan keperawatan, ketenagaan, cara penanggulangan kedaruratan di tiap unit pelayanan, yang dipahami oleh semua pelaksana keperawatan. Atas dasar uraian tersebut serta terbatasnya penelitian keperawatan yang meneliti tentang hal ini, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul ”Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Perawat Dengan Perilaku Penerapan
Standard Operating procedure (SOP) dalam
Memberikan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit”. Dimana karakteristik individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang. Dalam penelitian ini peneliti mengambil objek penelitian di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati Jakarta. Pertanyaan Penelitian : 1. Bagaimana gambaran karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan jabatan), pengetahuan perawat tentang SOP Asuhan keperawatan dan perilaku penerapan SOP dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati Jakarta?
10
2. Bagaimana hubungan antara karakteristik perawat terhadap perilaku penerapan
Standar Operating Prosedure (SOP) dalam memberikan
asuhan keperawatan di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati Jakarta? 3. Bagaimana hubungan antara pengetahuan perawat terhadap perilaku penerapan
Standar Operating Prosedure (SOP) dalam memberikan
asuhan keperawatan di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati Jakarta?
1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan dari penyusunan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan perawat terhadap perilaku penerapan SOP dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati Jakarta. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran karakteristik perawat (umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan jabatan), pengetahuan perawat tentang SOP Asuhan keperawatan dan perilaku penerapan SOP dalam memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati Jakarta.
11
2. Mengetahui hubungan antara pengetahuan perawat terhadap perilaku
penerapan
SOP
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati Jakarta 3. Mengidentifikasi hubungan antara umur terhadap perilaku penerapan
SOP dalam memberikan asuhan keperawatan di
Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati Jakarta 4. Mengidentifikasi hubungan antara jenis kelamin terhadap perilaku
penerapan
SOP
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati Jakarta 5. Mengidentifikasi hubungan antara pendidikan terakhir terhadap perilaku
penerapan
SOP
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati Jakarta 6. Mengidentifikasi hubungan antara jabatan terhadap perilaku penerapan
SOP dalam memberikan asuhan keperawatan di
Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati Jakarta
12
1.4. Manfaat 1.4.1. Bagi Peneliti Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah dapat memperkaya ilmu keperawatan terutama dalam hal manajemen keperawatan dan manajemen rumah sakit. Sehingga nantinya dapat dimanfaatkan setelah berada di lapangan pekerjaan. 1.4.2. Bagi Perawat Dapat menjadi bahan koreksi bagi tim perawat sehingga dapat berguna di dalam membenahi mutu pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat, khususnya pada pasien. 1.4.3. Bagi Anggota Tim Kesehatan Lain Sebagai perbandingan bagi tim kesehatan lain dalam penyempurnaan kualitas pemberian pelayanan kesehatan kepada klien. 1.4.4. Bagi Rumah Sakit Sebagai media evaluasi atas kinerja perawat sehingga dapat merumuskan kebijakan demi peningkatan sumber daya perawat. 1.4.5. Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya demi kemajuan tenaga kesehatan di masa yang akan datang terutama dalam bidang keperawatan. 1.4.6. Bagi Masyarakat Memberikan pengetahuan baru mengenai tim kesehatan dan manajemen rumah sakit.
13
1.5. Ruang Lingkup Penelitian yang berjudul “Hubungan Karakteristik Dan Pengetahuan Perawat Terhadap Perilaku penerapan SOP ( Standar Operating Prosedure) Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Kramat Jati Jakarta” ini dibatasi ruang lingkup penelitiannya dimana pada karakteristik perawat hanya diteliti pada konteks umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir serta jabatan perawat yang diduduki pada saat penelitian berlangsung. Sedangkan pengetahuan perawat hanya meliputi pengetahuan tentang Standar Operating Prosedure (SOP) asuhan keperawatan.
1.6. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan, yang membahas tentang : 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penulisan 1.4. Manfaat Penelitian 1.5. Ruang Lingkup Penulisan 1.6. Sistematika Penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka, yang membahas tentang : 2.1. Konsep Terkait 2.2. Penelitian Terkait 2.3. Kerangka Teori
14
BAB III Kerangka Konsep Penelitian, yang membahas tentang : 3.1. Kerangka Konsep 3.2. Hipotesa 3.3. Definisi Operasional BAB IV Metodelogi Penelitian, yang membahas tentang : 4.1. Rancangan Penelitian 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3. Populasi dan Sampel 4.4. Cara Pengumpulan Data 4.5. Instrumen Penelitian 4.6. Pengolahan Data 4.7. Validitas dan Reliabilitas 4.8. Tekhnik Analisis Data. BAB V Hasil Penelitan 5.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian 5.2. Hasil Penelitian BAB VI Pembahasan 6.1. Keterbatasan Penelitian 6.2.
Pembahasan Hasil Penelitian
BAB VII Penutup 7.1. Simpulan 7.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
15