BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia menetapkan kebijakan nasional mengenai pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia sehat 2010 yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 1999). Keadaan sehat bukanlah merupakan keadaan statis, tetapi merupakan keadaan yang dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat melaksanakan kehidupannya secara optimal. Keadaan dinamis dari sehat tersebut dapat berubah dipengaruhi oleh umur, psikis dan keadaan lingkungan sosial individu. Banyak kejadian yang dapat menimbulkan seseorang dikatakan tidak sehat menurut pandangan fisioterapi yaitu disaat sudah mulai adanya gangguan yang dirasakan terhadap gerak dan fungsi tubuh. (Depkes RI, 1999). Dalam praktek fisioterapi sering dijumpai pasien yang mengalami keterbatasan gerak yang sangat beragam dan sangat besar pengaruhnya terhadap gerak dan fungsi dasar tubuh terutama dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. Terbatasnya gerakan-gerakan tersebut bukan hanya pada gerakan aktif, tetapi bila dilakukan pemeriksaan pasif ditemukan hal yang sama. Salah satu penyebabnya adalah frozen shoulder. (Priyatna Heri,2002) Frozen shoulder merupakan salah satu penyebab umum keterbatasan gerak pada bahu. Sendi bahu merupakan sendi sinovial tipe ball and socked, gerakannya paling luas namun susunan osteologisnya labil. Gerakan yang terjadi pada sendi bahu 1
2
selalu berkaitan dengan
sistem dalam shoulder complex yang terdiri dari 7
persendian yaitu: glenohumeral joint, suprahumeral joint, acromioclavicular joint, sternoclavicular joint, scapulothoracal joint, intervertebral joints (cervicothoracal) dan costovertebral-transversal joint.(Louis Solomon,1995) Frozen shoulder adalah suatu syndrom atau kondisi dengan serangan nyeri dan keterbatsan gerak aktif maupun pasif dengan penyebab yang tidak pasti/idiopatik yang sering dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma. Penyebab frozen shoulder diduga karena respon auto immobilization terhadap hasil rusaknya jaringan lokal seperti pada faktor predisposisi yaitu repetitive injury, diabetes melitus, kelumpuhan, post operasi payudara atau dada dan infark miokard, dari dalam sendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis, inflamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis, angina pectoris). (Sidharta,1994). Frozen shoulder terjadi apabila faktor-faktor predisposisi diatas tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan spasme. Nyeri dan spasme menyebabkan immobilisasi pada bahu sehingga menyebabkan perlekatan intra/ekstra selular pada kapsul dan ligament, terutama pada bagian anterior dan inferior capsul. Dalam praktek klinis sehari-hari sering di jumpai pasien dengan keluhan tidak bisa mengangkat tangan keatas waktu menyisir rambut, menggosok punggung waktu mandi, mengambil sesuatu dari saku belakang dan keluhan-keluhan lain yang pada dasarnya kesulitan dalam bentuk gerakan abduksi-adduksi eksternal, abduksi-rotasi eksternal dan adduksi-rotasi eksternal. Bahkan keluhan tersebut sering disertai kekawatiran akan mengakibatkan kelumpuhan lengan. Dalam hal ini fisioterapi memegang peranan penting untuk menangani masalah gangguan gerak fungsional yang terjadi pada kasus tersebut, yang telah disebutkan
3
dalam KEPMENKES RI NOMOR 1363/MENKES/SK/XII/2001 pada BAB I pasal 1 ayat 2, fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan pada individu dan atau kelompak untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. Pada kasus fisioterapi secara umum yang datang kerumah sakit di berikan terapi menggunakan intervensi Ultrasound (US) dan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dengan program 1 (satu) paket terapi berisi 5 (lima) kali penanganan fisioterapi. Setelah di lakukan penanganan terapi selama lima kali tidak dirasakan perubahan yang baik oleh pasien sehingga pasien dianjurkan untuk kontrol ulang lagi kedokter. Berdasarkan keputusan KEPMENKES 1363 tahun 2001 pasal 12 fisioterapis memiliki wewenang untuk melakukan assessment fisioterapi
yang meliputi pemeriksaan, diagnosis fisioterapi, perencanaan
fisioterapi, intervensi fisioterapi, dan evaluasi. Banyak intervensi fisioterapi yang dapat digunakan untuk menangani problematik yang timbul pada bahu akibat frozen shoulder, yaitu dengan pemberian MWD, SWD, US, IR, TENS, Terapi Latihan, Manual Traksi dengan metoda traksi shoulder dan lain-lain. Dari uraian diatas diharapkan ada penambahan Mobilisasi rotasi internal shoulder pada Intervensi US, TENS, Manual Traksi Shoulder pada Pembatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS) pada pasien Frozen Shoulder. Uraian-uraian diatas, melatar belakangi penulis untuk mencoba memberikan intervensi pada 2 kelompok, pada kelompok pertama diberikan intervensi US dan TENS, sedangkan pada kelompok kedua diberikan penambahan traksi manual bahu
4
untuk mengetahui apakah dengan penambahan intervensi ini berpengaruh terhadap peningkatan LGS rotasi internal sendi bahu pada pasien frozen shoulder. Traksi bahu menyebabkan terjadinya peregangan atau penguluran kapsul, ligamen melalui pelepasan abnormal cross link antara serabut-serabut kolagen sampai mencapai tahap fungsional dari sendi dan dapat memelihara ekstensibilitas dan kekuatan tegangan dari sendi dan jaringan periartikuler. Dapat merangsang aktivitas biologis di dalam sendi melalui gerakan cairan sinovial. Gerakan cairan sinovial dapat meningkatkan proses pertukaran nutrisi ke permukaan kartilago sendi dan fibro kartilago yang menyebabkan cairan sinovial meningkat. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat topik diatas dalam bentuk penelitian dan memaparkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “penambahan traksi manual pada pembatasan Lingkup gerak Sendi (LGS) dengan intervensi Ultrasound (US) dan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) dapat meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS) rotasi internal pada pasien frozen shoulder”.
1.2 Rumusan Masalah Apakah pemberian terapi penambahan traksi manual pembatasan LGS, US dan TENS dapat meningkatkan LGS rotasi internal bahu pada pasien Frozen shoulder?
1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui beda terapi penambahan traksi manual pembatasan LGS, US dan TENS dengan US, TENS untuk peningkatan LGS rotasi internal pada pasien frozen soulder.
5
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Institusi Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui intervensi fisioterapi dengan menggunakan Traksi Manual Pembatasan LGS Shoulder yang dikombinasikan dengan pemberian US, TENS, untuk meningkatkan LGS Rotasi Internal Bahu pada pasien Frozen Shoulder. 1.4.2 Bagi Institusi Pelayanan Fisioterapi Dalam
pengalaman
klinik
sehari-hari
seorang
fisioterapis
mempunyai banyak alternatif metoda dan tehnik yang dapat diaplikasikan terhadap pasien kasus frozen shoulder yang mengalami keterbatasan lingkup gerak sendi bahu. Namun tidak semua metode dan teknik tersebut aman dan efektif dilakukan terhadap pasien. Dengan penelitian ini diharapkan fisioterapis dapat menerapkan tehnik manual traksi shoulder pembatasan LGS terhadap peningkatan LGS bahu pada pasien Frozen Shoulder, sehingga hasil yang diharapkan dapat lebih optimal. 1.4.3 Bagi Peneliti Bagi peneliti dengan adanya skripsi ini akan memberikan manfaat bertambahnya ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam asuhan fisioterapi pada pasien yang mengalami keterbatasan LGS bahu akibat frozen shoulder dengan menggunakan metode traksi manual pembatasan LGS yang dikombinasikan dengan pemberian US, TENS.