ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Lansia 2.1.1
Pengertian Lanjut usia adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun
atau lebih, baik yang secara fisik masih mampu maupun tidak lagi mampu berperan secara aktif dalam pembangunan (Depkes RI, 2001). Menurut UndangUndang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan fisik, psikologis, kejiwaan dan sosial, sedangkan menurut Hurlock (2007), lansia merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang penuh manfaat, yang dimulai pada usia 60 tahun. Mengacu pada beberapa pengertian di atas, maka lansia dapat diartikan seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang mengalami perubahan fisik, psikologis, kejiwaan dan sosial, sehingga perubahan tersebut akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan.
2.1.2 Batasan Usia Lanjut Penentuan seseorang dikatakan sebagai lanjut usia sulit dijawab, sehingga ada beberapa pendapat mengenai batasan umur usia lanjut, yaitu: 12 TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
1. Batasan usia menurut WHO meliputi: usia pertengahan (middle age) yaitu usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun. 2. Menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1965 pasal 1, seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. 3. Menurut Wirakusuma (2000), lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, yang dapat dibagi menjadi empat fase, meliputi: fase iuventus yaitu usia 25-40 tahun, fase virilitas yaitu usia 40-50 tahun, fase prasenium yaitu usia 55-65 tahun dan fase senium yaitu usia 65 tahun sampai tutup usia.
2.1.3 Proses Menua Menurut
Nugroho
(2000),
proses
menua
adalah
suatu
proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita. Proses menua merupakan proses yang berlanjut secara ilmiah, dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua mahluk hidup. Sedangkan menurut Depkes RI (2000), penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan, yang hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar 6 kali masa bayi
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
sampai dewasa atau 6 x 20 tahun, yang disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Stanley (2006), mendefinisikan bahwa penuaan adalah proses yang normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem, yang terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup sempit dan proses tersebut tidak tertandingi, sedangkan menurut Lumbantobing (2006), penuaan (aging) didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang terjadi pada individu ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu, yang merupakan fenomena universal, namun lajunya berbeda-beda antar individu, yang sebagian disebabkan oleh faktor keturunan, faktor nutrisi, gaya hidup dan lingkungan.
2.1.4 Teori-Teori Proses Menua Ada beberapa teori tentang proses menua antara lain: 1. Teori biologi Menurut Stanley (2006), teori biologi mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan selular dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
Secara keturunan dan mutasi (Somatic Mutatie Theory) setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi pada sel-sel kelamin, dan pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul atau DNA (Deoxyribonucleic Acid). 2. Teori genetika Teori sebab-akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetika, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. Teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel, sehingga molekul DNA menjadi saling bersilangan (crosslink) dengan unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik (Nugroho, 2000). 3. Teori wear and tear (dipakai dan dirusak) Menurut Wirakusuma (2000), teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas adalah molekul dengan elektron tidak berpasangan, yang bersifat sangat reaktif sebagai hasil metabolisme. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi normal, namun ada beberapa yang berhasil lolos, sehingga akan berakumulasi dalam struktur biologis saat terjadi kerusakan
organ.
Dugaan
adanya
kaitan
laju
metabolisme
dengan
pembentukan radikal bebas inilah yang dijadikan dasar hubungan produksi radikal bebas dengan waktu rentang hidup (Stanley, 2006). 4. Teori riwayat lingkungan Stanley (2006), menyatakan bahwa faktor-faktor di dalam lingkungan, misalnya karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan. 5. Teori imunitas Teori imunitas mengggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
Seiring dengan berkurangnya fungsi imun, terjadilah peningkatan dalam proses autoimun tubuh (Wirakusuma, 2000). 6. Teori neuroendokrin Teori ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf, yang di tunjukkan oleh kelenjar hipofisis, thyroid, adrenal dan reproduksi. Menurut Stanley (2006), salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses dan bereaksi terhadap perintah, yang di interpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian atau kurangnya pengetahuan. 7. Teori psikososiologis Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi
pada
kerusakan
anatomis,
dimana
perubahan
sosiologis
di
kombinasikan dengan perubahan psikologis (Nugroho, 2000). Menurut Bassuk et al, (1999), menjelaskan bahwa kelompok lansia yang secara aktif berpartisipasi dan melakukan interaksi sosial dengan baik seperti kontak mata dan mempunyai keterikatan emosional dengan teman dekat, atau ikut serta dalam memberikan respon terhadap suatu situasi dengan santai tanpa stres, akan tetap mempunyai status mental yang baik. Sedangkan lansia yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan sosial (mal adaptif), akan menimbulkan reaksi stres dimulai dengan meningkatnya produksi
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
glukocorticoid dan ini berimplikasi terhadap hipokampus dan secara perlahan mempengaruhi status mentalnya. 8. Teori kepribadian Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori ini mengembangkan teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert dan introvert. Keseimbangan antara kedua hal tersebut penting bagi kesehatan. Dengan menurunnya tanggung jawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial yang sering terjadi pada lansia, maka orang tersebut menjadi lebih introvert (Wirakusuma, 2000). Menurut Stanley (2006), pada tahap akhir kehidupan seseorang akan menginventarisasi kehidupan mereka, yaitu waktu untuk lebih melihat ke belakang daripada melihat ke depan. Selama proses refleksi ini, lansia harus menghadapi
kenyataan
hidupnya
secara
retrospektif.
Lansia
sering
menemukan bahwa hidup telah memberikan saru rangkaian pilihan yang sekali dipilih, akan membawa orang tersebut pada suatu arah yang tidak bisa diubah. 9. Teori tugas perkembangan Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap spesifik dalam kehidupannya untuk mencapai penuaan yang sukses. Menurut Erickson (cit. Stanley, 2006), tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
yang dijalani dengan integritas. Jika tidak tercapai untuk menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut beresiko mengalami rasa penyesalan atau putus asa. 10. Teori disengagement (pemutusan hubungan) Teori ini menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Proses ini dapat diprediksi, sistematis dan tidak dapat dihindari serta penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia, apabila kontak sosial berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi muda. Manfaat pengurangan kontak sosial adalah agar lansia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan generasi tua kepada generasi muda (Wirakusuma, 2000). Pengunduran diri dari kegiatan dan interaksi sosial mengakibatkan sedikit mempunyai jaringan sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Bennett et al, (2006), menyatakan bahwa dampak jaringan sosial yang meliputi: jumlah pertemuan dengan anak-anak dalam satu bulan, jumlah teman dekat dan jumlah orang yang ditemui dalam satu bulan, dapat memprediksikan bagaimana jaringan sosial seorang lansia. Efek jaringan sosial ini dipengaruhi oleh status mental yang dapat berpengaruh pada beberapa faktor yaitu: aktivitas fisik, aktivitas sosial, aktivitas stimulasi kognitif, adanya gejalagejala depresi dan beberapa penyakit kronik.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
11. Teori aktivitas Teori ini merupakan lawan langsung dari teori disengagement. Menurut Wirakusuma (2000), teori aktivitas adalah jalan menuju penuaan yang sukses dengan cara tetap aktif. Teori ini menyebutkan bahwa pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat dan untuk memvalidasi hubungan positif antara interaksi, kesejahteraan fisik dan kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup dan pentingnya aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia. Penelitian kohort yang dilakukan Atkinson, et al, (2005), menunjukkan bahwa skor status mental lansia tetap baik bila secara teratur melakukan aktivitas berjalan dan bergerak sekeliling setiap hari. Disamping itu, hubungan sosial yang kurang dan sedikitnya partisipasi pada aktivitas sosial serta tidak adanya keterikatan sosial memprediksikan adanya penurunan status mental pada lansia (Zunzunegui, et al, 2003). 12. Teori kontinuitas Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaiakan diri terhadap perubahan akibat penuaan. Menurut Stanley (2006), ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak akan berubah walaupun usianya telah lanjut. Seseorang yang menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus menimati gaya
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
hidupnya ini sampai usianya lanjut, sedangkan seseorang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas, mungkin akan menemukan kepuasan dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi dalam interaksi interpersonal
mereka
selama
masa
mudanya
tidak
akan
tiba-tiba
mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda di dalam masa akhir kehidupannya. 13. Teori sosial Teori ini adalah yang berkaitan dengan teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengagement theory), teori aktivitas, teori kesinambungan, teori perkembangan (development theory) dan teori stratifikasi usia. 14. Teori Interaksi sosial Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada situasi tertentu, yaitu atas dasat berbagai hal yang dihargai masyarakat, Homans (1964), mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar lain, Simmons (1981), mengemukakan bahwa kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnyua atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar menukar. Menurut Dowd (1980), interaksi antara pribadi dan kelompok merupakan upaya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian hingga sedikit mungkin.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
Kekuasaan akan timbul apabila seseorang atau kelompok mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau kelompok lainnya. 15. Teori penarikan diri Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1966). Menurutnya derajad kesehatan mengakibatkan seseorang lanjut usia secara berlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya. Pada usia lanjut terjadi kehilangan ganda (drescription of contac triple loss), kehilangan peran (loos of role), hambatan kontak sosial (tsanrelationship), berkurangnya komitmen (reduced commitment to social moralres). Pokok pokok teorinya adalah : Pada pria, kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa pensiun. Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa serta meninggalkan rumah untuk belajar atau menikah. Lanjut usia mampu mengambil manfaat dari hal ini, karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas. Tiga aspek utama dalam teori ini adalah proses menarik diri yang terjadi sepanjang hidup. Proses ini tidka dapat dihindari serta harus diterima oleh usia lanjut dan masyarakat.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
16. Teori stratifikasi usia Wiley (1971), menyusun stratifikasi usia berdasarkan usia kronologis yang membentuk adanya perbedaan kapasitas, peran, kewajiban dan haknya berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model ini adalah: Bagaimanakah peran dan harapan menurut penggolongan usia, bagaimana penilaian strata itu sendiri dan strata lainnya. Bagimanakah terjadinya penyebaran peran dan kekuasaan yang tidak merata pada beberapa strata, yang didasarkan pada pengalaman dan kebijakan lanjut usia. Bagaimanakah menyesuaikan kedudukan seseorang dengan peran yang ada, bagaimanakah cara mengatur transisi peran secara berurutan dan terus menerus. Pokok – pokok dari teori ini adalah : Arti usia dan posisi kelompok usia dan masyarakat. Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok. Terjadinya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk. 17. Teori spiritual Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. James Fowler dan Wong, et, al, (1999), menungkapkan tujuh tahap perkembangan kepercayaan, juga meyakini bahwa kepercayaan atau demensia spiritual adalah suatu kekuatan yang member arti bagi kehidupan seseorang
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
dan menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena timbale balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan suatu kepercayaan, cinta kasih dan harapan. Diyakini bahwa perkembangan spiritual pada lanjut usia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan.
2.1.5 Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia Perubahan yang terjadi pada lansia adalah perubahan fisik, perubahan mental, perubahan psikologis dan perkembangan spiritual. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Perubahan-perubahan umum dalam penampilan lansia Bagaian kepala, bentuk mulut berubah akibat kehilangan gigi atau karena harus memakai gigi palsu, penglihatan agak kabur, mata tidak bercahaya atau sering mengeluarkan cairan, dagu mengendur, tampak berlipat, pipi berkerut, kulit berkerut dan kering, bintik hitam pada kulit tampak lebih banyak, rambut menipis dan berubah menjadi putih atau abu-abu. Bagian tubuh, bahu membungkuk dan tampak mengecil, perut membesar dan tampak membuncit, pinggul tampak mengendur dan lebih lebar dibandingkan dengan sebelumnya, garis pinggang melebar menjadikan badan tampak seperti terhisap, serta payudara bagi wanita menjadi kendur. Bagian persendian, pangkal tangan menjadi kendur dan terasa berat, sedangkan ujung tangan mengkerut. Kaki menjadi kendur dan pembulu dara
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
balik menonjol terutama pada sekitar pergelangan kaki. Tangan menjadi kurus kering dan pembulu darah vena di sepanjang bagian belakang tangan menonjol. Kaki membesar akibat otot-otot mengendur, timbul beberapa benjolan serta ibu jari membengkak dan bisa meradang serta timbul kelosis. Kuku tangan dan jari menebal, mengeras dan mengapur. 2. Perubahan fisik Perubahan fisik yang terjadi pada lansia, menurut Nugroho (2000), adalah gangguan pendengaran berupa presbiakusis, gangguan penglihatan: sfingter pupil terjadi sklerosis, kornea berbentuk sferis, lensa mata lebih suram atau keruh. Hal ini menyebabkan hilangnya respon terhadap sinar, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang dan menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala. Gangguan penglihatan yang sering terjadi pada lansia antara lain katarak, glaukoma, degenerasi retina, dan retinopati diabetik. Disamping itu, pada lansia juga terjadi perubahan pernafasan, yaitu terjadi kehilangan kekuatan otot pernafasan dan terjadi kekakuan. Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun. Hal ini menyebabkan fleksibilitas paru menurun dan terjadi penurunan pertukaran volume, serta menyebabkan kesulitan bernafas saat melakukan aktivitas yang berhubungan dengan penurunan pertukaran gas.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
Perubahan sensori yang terjadi pada lansia menurut Depkes RI (2000), adalah penurunan fungsi pengecapan, yaitu lebih sensitif terhadap rasa manis dan asam, penurunan penciuman karena atropi organ olfaktori dan peningkatan rambut rongga hidung, serta terjadi perubahan pada kulit, berupa penurunan lemak subkutan yang menyebabkan hilangnya elastisitas kulit, sehingga memungkinkan keriput membentuk kantung kulit. Stratum korneum menipis dan melekat sehingga permeabilitas meningkat yang memungkinkan terjadinya penetrasi zat kimia. Hasil penelitian Aartsen, et al, (2002), menyatakan bahwa pengaruh aktivitas fisik termasuk interaksi sosial lansia terhadap beberapa komponen pemeriksaan status mental, ditemukan bahwa aktivitas fisik yang teratur dapat berpengaruh secara timbal balik terhadap status mental terutama kecepatan memproses informasi yang diterima. 3. Perubahan fungsi pengindraan pada lansia System penglihatan, ada penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk melihat obyek pada tingkat penerangan yang rendah serta menurunya sensitivitas terhadap warna. Orang berusia lanjut pada umumnya menderita presbiopi atau tidak dapat melihat jarak jauh dengan jelas yang terjadi karena elastisitas lensa mata berkurang. Sistem
pendengaran
orang
berusia
lanjut
berupa
kehilangan
kemampuan mendengar bunyi dengan nada sangat tinggi sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan syaraf dan berakhirnya pertumbuhan organ basal yang mengakibatkan matinya rumah siput di dalam telinga.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
Sistem perasa, perubahan penting dalam alat perasa pada lansia adalah sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan tunas perasa yang terletak di lidah dan di permukaan bagian dalam pipi. Selain itu terjadi penurunan sensitivitas papil-papil pengecap terutama terhadap rasa manis dan asin. Sistem penciuman, daya penciuman menjadi berkurang ketajamannya sejalan dengan bertambahnya usia, sebagian karena pertumbuhan sel di dalam hidung berhenti dan sebagian lagi karena semakin lebatnya bulu rambut di dalam lubang hidung. Sistem peraba, kulit menjadi semakin kering dan keras, maka indra peraba kulit semakin peka. Sensitivitas terhadap rasa sakit dapat terjadi akibat penurunan ketahanan terhadap rasa sakit. Dalam kehidupan sosial di masyarakat, lansia mengalami perubahan peran sosial. Akibat berkurangnya fungsi indra pendengaran, penglihatan, gerak fisik, maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat kurang, penglihatan kabur sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal ini sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas selama yang bersangkutan masih sanggup. Karena jika keterasingan terjadi, maka akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang yang tidak berguna serta menangis bila bertemu dengan orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil (Stanley and Beare, 2007).
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
Perubahan lain pada lansia adalah penurunan fungsi dan potensi seksual yang diakibatkan karena perubahan system metabolism (diabetes mellitus), vaginitis, setelah operasi prostatektomi. Pada wanita mungkin ada kaitannya dengan masa menopause, yang berarti fungsi seksual mengalami penurunan karena sudah tidak produktif lagi walaupun sebenarnya tidak harus begitu, karena kebutuhan biologis selama orang masih sehat dan masih memerlukan tidak ada salahnya bila dujalankan terus secara wajar dan teratur tanpa gangguan kesehatan. Faktor ppsikologis yang menyertai lansia berkaitan dengan seksualitas, antara lain seperti rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada usia lanjut. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat tradisi dan budaya yang kurang mendukung (Kuntjoro, 2002). 4. Perubahan motorik Kekuatan motorik, penurunan kekuatan yang paling nyata adalah pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh. Lansia labih cepat merasa lelah dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk memulihkan diri adri keletihan. Kecepatan motorik, penurunan kecepatan dalam bergerak bagi lansia dapat dilihat dari tes terhadap waktu, reaksi dan ketrampilan dalam bergerak seperti dalam menulis.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
Belajar ketrampilan baru, lansia percaya bahwa belajar ketrampilan baru akan menguntungkan bagi mereka. Tetapi mereka lebih lambat dalam belajar dan hasilnya kurang memuaskan. Kekakuan motorik, lansia cenderung menjadi canggung dan kaku. Hal ini menyebabkan sesuatu yang dipegangnya terjatuh. Lansia melakukan sesuatu dengan tidak hati-hati dan dikerjakan secara tidak teratur. Kerusakan dalam ketrampilan motorik terjadi dengan susunan terbalik terhadap berbagain ketrampilan yang telah dipelajari. 5. Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada lansia adalah perubahan fisik khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan. Perubahan kepribadian drastis jarang terjadi, tetapi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan dan kekakuan, yang mungkin karena faktor penyakit (Depkes RI, 2000). Menurut Nugroho (2000), pada lansia terjadi perubahan kenangan (memory) yaitu pada memori jangka panjang, sehingga membutuhkan waktu berjam-jam sampai berhari-hari mencakup beberapa perubahan, sedangkan pada memori jangka pendek, membutuhkan waktu 0-10 menit untuk mengingat peristiwa atau kenangan buruk. Pada IQ (Intellgentia Quantion), tidak berubah dengan informasi matamatika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, seperti: terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
6. Perubahan kognitif Lansia mengalami perubahan dengan informasi matematika (analisis, linier) dan perkataan verbal. Tetapi persepsi dan daya membayangkan (fantasi) menurun. Walaupun mengalami kontroversi, tes intelegensi kurang memperlihatkan adanya penurunankecerdasan pada lansia (Cockbum and Smith, 1991 dikutip oleh Lumbantobing, 2006). Hal ini terutama dalam bidang vokabular (kosa kata), ketrampilan praktis dan pengetahuan umum. Fungsi intelektual yang stabil ini disebut sebagai crystallized intelligent. Sedangkan fungsi intelektual yang mengalami kemunduran adalah fluid intelligent seperti mengingat daftar, memori bentuk geometri, kecepatan menemukan kata, menyelesaikan masalah, kecepatan merespon dan perhatian yang cepat teralih (Wonder and Donovan, 1984, dikutip Kusumoputro dan Sidiarto, 2006). Menurut Darmojo dan Martono (2004), lanjut usia yang sehat dan tidak mengalami demensia masih memiliki kemampuan belajar yang baik, bahkan di Negara industri maju didirikan University of the third age. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup (life long learning), bahwa manusia memiliki kemampuan untuk belajar sejak lahir sampai akhir hayat. Oleh karena itu, sudah seyogyanya jika mereka tetap diberikan kesempatan untuk mengembangkan wawasan berdasarkan pengalaman (learning by experience). Implikasi praktis dalam pelayanan kesehatan jiwa (mental health) lanjut usia baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative adalah untuk
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
memberikan kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar yang sudah disesuaikan dengan kondisi masing – masing lansia yang dilayani. Kemampuan pemahaman (comprehension) atau menangkap pengertian pada lansia mengalami penurunan (Kuntjoro, 2002). Hal ini juga dipengaruhi oleh konsentrasi dan fungsi pendengaran lansia yang telah mengalami penurunan. Dalam layanan terhadap lansia agar tidak timbul salah paham, sebaiknya dalam berkomunikasi dilakukan kontak mata (saling memandang). Dengan kontak mata, mereka akan dapat membaca bibir lawan bicaranya, sehingga meski mengalami penurunan pendengarannya lansia dapat dengan mudah memahami maksud orang lain. Sikap
yang hangat dalam
berkomunikasi akan menimbulkan rasa aman dan diterima, sehingga mereka akan merasa lebih tenang, lebih senang dan merasa dihormati. Pada lansia beberapa maslah yang dihadapi tentu semakin banyak. Banyak hal yang dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi terhambat karena terjadi penurunan fungsi indra pada lansia. Hambatan yang lain dapat berasal dari penurunan daya ingat, pemahaman dan lain lain yang berakibat pemecahan masalah (probel solving)
menjadi lebih lama.
Pengambilan keputusan (decision making) yang termasuk dalam pemecaham masalah pada usia lanjut juga mengalami perubahan. Pengambilan keputusan pada umumnya berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dianalisa, dipertimbangkan dan dipilih alternatif yang dinilai poditif (menguntungkan), kemudian baru diambil suatu keputusan. Pengambilan keputusan pada lansiasering lambat atau seolah olah terjadi penundaan. Oleh sebab itu, mereka
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
membutuhkan petugas atau pendamping yang dengan sabar sering mengingatkan mereka. Keputusan yang diambil tanpa dibicarakan dengan mereka, akan menimbulkan kekecewaan dan mungkin dapat memperburuk kondidinya. Oleh karena itu dalam mengambil keputusan, kaum tua tetap dalam posisi dihormati (Ebersole and Hess, 2001). Menurut Kuntjoro (2002), pada lansia semakin bijaksana dalam menghadapi suatu permasalahan. Bijaksana (wisdom)
adalah aspek
kepribadian (personality) dan kombinasi dari aspek kognitif. Kebijaksanaan menggambarkan sifat dan sikap individu yang mampu mempertimbangkan antara baik dan buruk serta untung ruginya sehingga dapat bertindak secara adil dan bijaksana. Kebijaksanaan sangat tergantung dari tingkat kematangan kepribadian seseorang dan pengalaman hidup yang dijalani. Atas dasar tersebut, dalam melayani lansia harus dengan penuh bijaksana sehingga kebijaksanaan yang ada pada masing masing individu yang dilayani tetap terpelihara. Pada lansia memang akan terjadi kinerja (performance)
baik
secara kuantitatif. Perubahan kinerja yang membutuhkan kecepatan dan waktu mengalami penurunan secara signifikan (Lumbantobing, 2006). Menurut Stanley and Beare (2007), hasil pemeruksaan psikometri fungsi kognitif pada lansia menunjukkan keadaan sebagai berikut: 1) Adanya korelasi yang kuat antara tingkat kinerja intelektual dengan tingkat survival lansia. 2) Fungsi kognitif menunjukkan sedikit penurunan sampai usia lanjut. 3) Penyakit dan proses penuaan patologis mengurangi fungsi kognitif.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
4) Kemampuan intelektual, harapan hidup menunjukkan korelasi positif. 5) Dengan bertambahnya usia, didapatkan penurunan berlanjut dalam kecepatan belajar, memproses informasi baru dan bereaksi terhadap stimulus sederhana atau kompleks. Faktor yang mempengaruhi perubahan kognitif meliputi perubahan fisik, organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2002). 7. Perubahan psikososial Terjadi perubahan psikososial, yaitu saat pensiun nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun, ia akan mengalami kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman, kenalan atau relasi serta kehilangan pekerjaan atau kegiatan (Stanley, 2006). Pada lansia selalu merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality), perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih sempit, ekonomi menurun akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation) dan meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit dan bertambahnya biaya pengobatan (Wirakusuma, 2000). Disamping itu, menurut Nugroho (2000), lansia akan banyak mengalami penyakit kronis dan ketidakmampuan, yang dimanifestasikan pada gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian, gangguan gizi, rangkaian kehilangan, yang dimulai dari kehilangan hubungan dengan teman
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
dan keluarga, kehilangan kekuatan dan ketegapan fisik, seperti perubahan pada konsep diri dan gambaran diri. Perubahan psikologis yang lain adalah frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan. Perubahan sosial yang dialami oleh lansia antara lain pensiun, terjadi perubahan kepribadian, perubahan dalam peran sosial di masyarakat, penurunan fungsi dan potensi seksual. Pensiun sering dikatakan secara salah dengan kepasifan dan pengasingan. Dalam kenyataannya pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan peran yang menyebabkan stress spikososial. Usia wajib pensiun bervariasi, contohnya Pegawai Negeri Sipil pada usia 58 tahun, sedangkan industry swasta hak pensiun biasanya antara usia 62 tahun sampai 70 tahun dan juga mungkin pada usia 55 tahun (Potter dan Perry, 2004). 8. Perkembangan spritual Lansia mengalami perkembangan spiritual, yaitu lebih taat dan terintegrasi dalam menjalankan kehidupan beragama atau kepercayaannya. Hal ini terlihat dari cara berpikir dan cara bertindak dalam kehidupan seharihari dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan cara memberikan keadilan pada orang lain yang disebut universalizing (Nugroho, 2000). Spiritualitas pada lansia bersifat universal, intrinsic dan merupakan proses individual yang berkembang sepanjang masa kehidupannya. Lansia yang telah mempelajari cara menghadapi perubahan hidup memalui
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
mekanisme keimanan, akhirnya dihadapkan pada tantangan akhir yaitu kematian. Harapan memungkinkan individu dengan keimanan, spiritual atau religious untuk bersiap menghadapi krisis kehilangan dalam hidup sampai kematian. Hal ini menunjukkan bahwa lansia cenderung tidak terlalu takut terhadap konsep dan realitas kematian. Pada tahap perkembangan usia lanjut merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality).
2.1.6 Tipe Lansia (Wahyudi Nugroho, 2008) 1.
Tipe Arif Bijaksana Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2.
Tipe Mandiri Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
3.
Tipe Tidak Puas Lanjut usia yang selalu mengalami konfliklahir batin, menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
4.
Tipe Pasrah Lanjut usia yang selalu menerina dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis “habis gelap terbitlah terang”, mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
5.
Tipe Bingung Lanjut usia yang kagetan, kehilangan lepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
2.1.7 Mitos Lansia dan Realitanya (Wahit Iqbal dkk, 2010) 1.
Mitos Kedamaian dan Ketenangan Pada usia lanjut, lansia dapat santai sambil menikmati hasil kerja dan jerih payahnya pada usia muda. Badai dan berbagai cobaankehidupan seakanakan sudah dilewati. Kenyataan malah sebaliknya, lansia penuh dengan stress kemiskinan, berbagai keluhan, dan penderitaan karena penyakit.
2.
Mitos Konservatisme dan Kemunduran Pandangan Usia lanjut pada umumnya bersifat konservatif, tidak kreatif, menolak inovasi, beroriantasi ke masa silam, ketinggalan zaman, merindukan masa lalu, kembali ke masa anak-anak, sulit berubah, keras kepala, dan bawel. Kenyataannya tidak semua lansia bersifat dan berperilaku demikian. Sebagian tetap segar, berpandangan ke depan, inovatif, serta kratif.
3.
Mitos Berpenyakitan Lansia dipandang sebagai masa degeneratif biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat berbagai proses penyakit. Kenyataannya memang
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh serta metabolisme, sehingga rawan terhadap penyakit, tetapi masa sekarang banyak penyakit yang dapat dikontrol dan diobati. 4.
Mitos Senilitas Usia lanjut dipandang sebagai masa demensia (pikun) yang disebabkan oleh kerusakan bagian tertentu dari otak. Kenyataannya, tidak semua lansia dalam proses penuaan mengalami kerusakan otak. Mereka masih tetap sehat, segar, dan banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
5.
Mitos Ketidakproduktifan Usia lanjut dipandang sebagai usia yang tidak produktif. Kenyataannya tidak demikian, masih banyak lansia yang mencapai kematangan dan produktivitas mental dan materialnya yang tinggi.
6.
Mitos Tidak Jatuh Cinta Adanya anggapan bahwa para lansia sudah tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis. Kenyataannya, perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa serta perasaan cinta tidak berhenti hanya kerana menjadi tua.
7.
Mitos Aseksualitas Adanya anggapan bahwa pada lansia hubungan seks menurun, minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang. Kenyataannya, kehidupan seks para lansia normal-normal saja dan tetap bergairah, hal ini
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
dibuktikan dengan banyaknya lansia yang ditinggal mati oleh pasangannya, namun masih ada rencana ingin menikah lagi.
2.1.8 Gangguan Kesehatan Mental pada Usia Lanjut (S. Tamher dan Noorkasiani, 2009) 1.
Delirium Merupakan Sindrom Otak Organik (SOO), faktor penyebabnya antara lain adalah stroke, tumor otak, pneumonia, infeksi saluran kemih, dehidrasi, diare, hiperglikemia, hipoksia, dan putus obat. Gejala-gejala yang tampak berupa kurang perhatian, gelisah, gangguan pola tidur, murung, perubahan kesadaran, disorientasi, halusinasi, sulit konsentrasi, sangat mudah lupa, hipoaktif, dan hiperaktif.
2.
Depresi Merupakan sindrom kompleks yang manifestasinya beragam, yang paling sering adalah berupa keluhan vegetatif
(insomnia), mengurus,
konstipasi, serta dibarengi dengan penurunan kondisi kesehatan, bahkan memikirkan ajal. 3.
Demensia Demensia mempunyai karakteristik : gangguan daya ingat jangka pendek dan panjang, gangguan proses pikir abstrak, gangguan dalam judgment, gangguan berbahasa, gangguan aktivitas motorik, gangguan identifikasi objek-objek, perubahan kepribadian, aktivitas sosial terganggu, tidak dalam keadaan delirium.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
2.1.9 Tugas Perkembangan Lansia Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik, serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang disekitarnya, maka di usia lanjut dia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa dia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olah raga, mengembangkan hobi, bercocok tanam dan lain lain. Adapun tugas perkembangan lanjut usia adalah: 1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun. 2) Mempersiapkan diri untuk pensiun. 3) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya. 4) Mempersiapkan kehidupan baru. Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus. Hal ini didiskripsikan oleh Burnside (1979), Duvali (1977) dan Havighurst (1953) dikutip oleh potter and Perry (2005). Tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi : 1.
Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan Lanjut usia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu dan oleh karena itu mungkin perlu untuk menyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya peran bekerja. Bagaimanapun juga, karena pensiun itu dapat diantisipasi, seseorang dapat berencana kedepan untuk berpartisipasi dalam konsultasi atau aktivitas suka rela, mencari minat dan hobi baru dan
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
melanjutkan pendidikannya. Meskipun kebanyakan lansia diatas garis kemiskinan sumber financial secara jelas mempengaruhi permasalahan dalam masa pensiun. Sekarang ini banyak orang yang pensiun akan mempunyai ketergantungan sosial, financial, selain itu juga kehilangan prestise, kewibawaan, peran-peran sosial dan sebaginya yang akan merupakan sumber stres bagi lansia, yaitu mengadakan pensiun secara bertahap apa yang disebut “stepwise employment plan” (Nishio, 1977, dikutip oleh Darmojo dan Martono, 2004). Ini dikerjakan secara bertahap mengurangi jam dinas sambil memberikan persiapan-persiapan pengaturan kearah macam pekerjaan yang akan dijalankan sesudah pensiun. Hal ini dapat membantu lansia untuk beradaptasi dan menyesuaikan terhadap masa pensiun relative lebih mudah. Lansia harus menyesuaikan terhadap perubahan fisik seiring dengan terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal. Bagaimana meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan pola hidup sehat. 2.
Menyesuaikan terhadap kematian pasangan Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman dan kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat berarti bagi dirinya. Dengan membantu lansia melalui proses berduka, dapat membantu mereka menyesuaikan diri terhadap kehilangan.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
3.
Menerima diri sendiri sebagai individu lanjut usia Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil mereka nenek / kakek atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang besar.
4.
Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup Lanjut usia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya, kerusakan fisik dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri. Beberapa masalah kesehatan lain mungkin mengharuskan lansia untuk tinggal dengan keluarga atau temannya. Perubahan rencana kehidupan bagi lansia mungkin membutuhkan periode penyesuaian yang lama selama lansia memerlukan bantuan dan dukungan professional perawatan kesehatan dan keluarga.
5.
Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup Lansia
harus
belajar
menerima
aktivitas
dan
minat
baru
untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relative mudah untuk bertemu orang baru dan mendapatkan minat baru. 6.
Mendefinifikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anakanaknya yang sudah dewasa. Masalah keterbalikan peran, ketergantungan konflik, perasaan bersalah dan kehilangan memerlukan pengenalan dan relusi.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
2.1.10 Peran Anggota Keluarga dalam Perawatan Lansia (R. Siti Maryam dkk, 2008) Keluarga
merupakan
support
system
utama
bagi
lansia
dalam
mempertahankan kesehatannya. Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap lansia, yaitu : melakukan pembicaraan terarah; mempertahankan kehangatan keluarga; membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia; membantu dalam hal transportasi; membantu memenuhi sumber-sumber keuangan; memberikan kasih sayang; menghormati dan menghargai; bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia; menyediakan waktu serta perhatian; jangan menganggapnya sebagai beban; memberikan kesempatan untuk tinggal bersama; mintalah nasihatnya dalam peristiwa-peristtiwa penting; mengajaknya dalam acara-acara keluarga; memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatankegiatan diluar rumah termasuk pengembangan hobi; memeriksakan kesehatan secara teratur; memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat; mencegah terjadinya kecelakaan, baik di dalam, maupun di luar rumah.
2.2. Konsep Dasar Depresi 2.2.1 Pengertian Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuhan,
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, dan putus asa. (Dadang Hawari, 2001). Depresi adalah gangguan mood yang ditandai oleh penurunan mood yang meresap disertai dengan gejala psikososial dan biologis. (Allison Hibbert, 2009). Depresi adalah gangguan alam perasan yang ditandai dengan perasan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga, merasa kosong, putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, tidak berminat terhadap ADL sampai ada ide bunuh diri. (Iyus Yosep, 2010).
2.2.2 Proses Terjadinya Depresi Negative Perception to Problem
Maladaptive Coping
Accumulation of Stressor
Stressor
Potential Self Destruction
Helplessness Depression
Gambar 2.1. Skema Proses Terjadinya Masalah pada klien Depresi.
Klien yang mengalami depresi biasanya diawali dari persepsinya yang negatif terhadap stressor. Klien menganggap masalah sebagaio sesuatu yang seratus persen buruk. Tidak ada hikmah dari kebaikan di balik semua masalah yang diterimanya. Hampir semua masalah yang muncul dianggap negatif. Karena persepsi yang salah tersebut maka akan menuntun klien untuk berfikir dan bertindak salah. Kondisi ini diperburuk oleh dengan tidak adanya support system yang adekuat seperi keluarga, sahabat, ibu, tetangga, adanya tabungan, terutama
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
keyakinannya pada yang maha kuasa. Muncullah fase akumulasi stressor dimana stressor yang lain turut memperburuk keadaan klien. Klien akan merasa tidak berdaya dan akhirnya ada niat untuk mencederai diri dan mengakhiri hidup. (Iyus Yosep, 2010).
2.2.3 Penyebab Depresi Menurut Read (2000), beberapa kemungkinan penyebab depresi adalah : 1.
Sakit Fisik Sejumlah peyakit melibatkan depresi sebagai gejala skunder, seperti influenza dan demam dapat menyebabkan kelelahan dan depresi. Depresi mungkin merupakan bagian dari gangguan teroid dan merupakan masalah yang dihadapi orang yang mengidap penyakit kronis seperti sklerosisi multiple atau arthritis rematoid dan penyakit kronis lain yang berlangsung lama.
2.
Respon wajar terhadap peristiwa yang menegangkan Akibat sebuah peristiwa meneganggkan seperti kematian orang yang dicintai, perceraian, kesulitan keuangan, konflik pribadi atau hubungan kerja, kegagalan untuk mencapai tujuan pribadi dan sebagainya. Depresi jenis ini biasanya hanya bersifat sementara dan akan hilang seiring berlalunya waktu.
3.
Gangguan yang berkaitan dengan depresi Gangguan pada depresi merupakan gejala yang sangat menyengsarakan dan menyakitkan, bahkan terkadang membahayakan hidup, jika ada kadang tinbul adanya pemikiran bunuh diri.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
4.
Ganggaun psikiatri Penderita gangguan jiwa seperti skizofrenia, obsessif conpulsif disorder dan gangguan prikiatri lainnya juga bisa menderita depresi yang berat.
5.
Obat-obatan Salah satu efek samping pada obat-obat tertensu adalah depresi. Sebagai conto adalah obat-obatan penurun darah tinggi, obat untuk anti influenza yang digunakan untuk menanggulangi gangguan pada otot dan persendian serta obat kontrasepsi oral.
2.2.4 Faktor Predisposisi 1.
Faktor Biologis 1) Genetik Transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan. Frekwensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigot dibandingkan dizigot walaupun diasuh secara terpisah. 2) Neurotransmiter (1) Katekolamin, penurunan dari katekolamin otak atau aktivitas system katekolamin menyebabkan timbulnya depresi. (2) Asetilkolin, peningkatan asetilkolin dapat menjadi factor penyebab depresi. (3) Serotonin, deficit serotonin dapat merupakan penyebab depresi.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
3) Endokrin Depersi berkaitan dengan gangguan hormone seperti pada hypoteroidism dan Hyperteroideims, terapi estrogen eksogen dan post partum. 2.
Faktor lingkungan 1) Kehilangan orang yang dicintai 2) Rasa permusuhan, kemarahan, kekecewaan yang ditunjukkan pada suatu obyek atau pada diri sendiri. 3) Sumber koping yang tidak adekuat
3.
Faktor pencetus depresi Stuart dan Sundeen (1998) menjelaskan empat sumber utama stressor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan : 1) Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi pasien merupakan hal yang sangat penting. 2) Peristiwa besar dalam kehidupan sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah. 3) Peran
dan
ketegangan
peran
telah
dilaporkan
mempengaruhi
perkembangan depresi, terutama pada wanita. 4) Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik,
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
dapat mencetuskan gangguan alam perasaan. Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga sering disertai dengan depresi.
2.2.5 Tanda dan Gejala Gejala-gejala depresi dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama (triad depresif) oleh Stanley dan Beare (2006), yaitu : 1.
Gangguan Alam Perasaan Pervasif Meliputi kesedihan, kehilangan semangat, menangis, ansietas, semangat panik, murung, iritabilitas, paranola.
2.
Gangguan Persepsi Diri, Lingkungan, Masa depan Meliputi : menarik diri dari aktivitas-aktivitas biasa, penurunan gairah seks,
ketidakmampuan
mengekspresikan
kesenangan,
perasaan
tidak
berharga, ketakutan yang tidak beralasan, pendekatan diri kembali pada kegagalan kecil, delusi, halusinasi (durasi singkat), kritik yang ditujukan pada diri sendiri dan orang lain, pasif. 3.
Vegetatif Meliputi : peningkatan atau penurunan gerakan tubuh, mondarmandir, meremas-remas tangan, menarik atau mengusap rambut, sulit tidur, terbangun diri hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, keletihan, terpaku pada kesehatan fisik, ketakutan terhadap kanker, ketidakmampuan berkonsentrasi, tidak mampu berfikir jernih, tidak mampu mengambil keputusan, bicara lambat, penurunan jumlah bicara, bicara rendah
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
atau monoton, berfikir tentang kematian, bunuh diri atau upaya bunuh diri, konstipasi, takikardi. 4.
Gangguan tidur, insomnia (sukar tidur) Gangguan ini seringkali disertai dengan mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi ketemu dengan orang yang telah meninggal Menurut PPDGJ III (Maslim, 2007), tingkat depresi dibagi menjadi 3
berdasarkan gejala yang timbul: 1.
Depresi ringan 1) Kehilangan minat dan kegembiraan 2) Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan meurunya aktivitas. 3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang 4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang 5) Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu 6) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.
2.
Depresi sedang 1) Kehilangan minat dan kegembiraan 2) Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan meurunya aktivitas. 3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang 4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang 5) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
6) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis 7) Lamanya gejala tersebut minimal berlangsung selama 2 minggu 8) Mengalami kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan rumah tangga 3.
Depresi berat 1) Mood depretion 2) Kehilangan minat dan kegembiraan 3) Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan lelah dan menurunnya aktivitas 4) Konsentrasi dan perhatian yang kurang 5) Adanya rasa bersalah dan tidak berguna 6) Adanya keinginan yang membahayakan dirinya atau bunuh diri 7) Adanya waham dan halusinasi 8) Lamanya gejala minimal selama 2 minggu
2.2.6 Depresi pada Lansia Depresi pada lansia menjadi masalah kesehatan mental yang serius, meskipun pemahaman tentang penyebab depresi dan perkembangan pengobatan farmakologi dan psikoterapeutik sudah semakin maju. Gejala depresi pada lansia sering kali berhubungan dengan penyesuaian yang terlambat terhadap kehilangan pasangan hidup dan stressor lainnya. Stressor pencetus seperti kematian pasangan, kemunduran kemampuan dan kekuatan fisik, kedudukan sosial yang berubah, keuangan yang menyusut, kondisi rumah tangga dan penghasilan yang berkurang
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
sehingga mempengaruhi rasa aman dan nyaman lansia yang bisa menyebabkan depresi (Friedman, 1998). Seringkali gejala yang muncul pada lansia yang mengalami depresi dianggap sebagai proses penuaan fisiologis. Tugas perkembangan psikososial lansia menurut Erikcson adalah integritas versus keputusasaan dan isolasi. Pada fase ini tugas lansia untuk melihat perjalanan hidupnya. Jika pada fase sebelumnya berhasil, maka lansia akan dapat menerima siklus dan perjalanan kehidupannya dan akan bisa mencapai integritas. Sebaliknya jika pada siklus sebelumnya lansia gagal mencapai integritasnya maka akan terjadi keputusasaan, kehilangan integritas, kehilangan dukungan sosial dan ketidak mampuan mempertahankan harga diri hingga bisa menimbulkan depresi (Notosoedirjo, Latipun, 2005). Menurut Kaplan et all (1997), kira kira 25 % komunitas lanjut usia yang ada di rumah perawatan ditemukan adanya gejala depresi. Depresi menyerang 10-15 % lanjut usia 65 tahun keatas yang tinggal di keluarga dan angka depresi meningkat secara drastis pada lansia yang tinggal di institusi, dengan sekitar 5075 % penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi dari tingkatan ringan sampai sedang (Stanley & Beare, 2007). Pada lansia yang terpaksa harus tinggal di institusi atau panti wredha maka bisa berakibat lansia merasa kesepian dan kesendirian bahkan kemerosotan kesehatan dan depresi.
Hal
ini
dimungkinkan karena berpisah dengan kenangan lama dan pertalian persahabatan dengan teman lama yang telah memberikan perasaan aman dan stabilitas.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
Kejadian depresi meningkat secara drastis diantara lansia yang berada di institusi, dengan sekitar 50-75 % penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. Dari jumlah itu, angka yang signifikan dari orang dewasa yang tidak terganggu secara kognitif 10-20 % mengalami gejalagejala yang cukup parah untuk memenuhi kriteria diagnostik depresi klinis. Oleh karena itu, depresi merupakan gangguan psikiatrik yang paling banyak terjadi pada lansia. (Stanley dan Beare, 2006).
2.2.7 Karakteristik Depresi pada Lansia Ada fakta bahwa depresi pada lansia dapat disamarkan atau tersamarkan oleh gangguan fisik lainnya. Selain itu isolasi sosial, sikap anggota keluarga, penyangkalan, pengabaian terhadap proses penuaan normal menyebabkan tidak terdeteksi dan tidak tertanganinya gangguan ini (Stanley & Beare, 2006). Depresi pada lansia dimanifestasikan dengan keluhan merasa tidak bahagia, sedih yang berlebihan, murung tidak bersemangat, merasa kosong, tidak ada harapan. Menuduh diri sendiri, munculnya ide bunuh diri kurang memelihara diri dan bahkan penelantaran diri (Wash, 1997). Gejala-gejala depresi pada lansia dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Psikomotor Gejala spikomotor pada lansia yang mengalami depresi yang dominan adalah retardasi mental. Sering duduk dengan terkulai dan tatapan kosong tanpa ekspresi, berbicara sedikit dengan kalimat datar dan sering
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
menghentikan pembicaraan karena tidak memiliki tenaga atau minat yang cukup untuk menyelesaikan kalimat. Menurut Sadavoy (2004), gejala depresi dirangkum dalam SIGECAPS yaitu : 1) Gangguan tidur (sleep): pada lansia gangguan tidur dapat berupa sulit tidur, mimpi buruk dan bangun dini dan tidak bisa tidur kembali. 2) Menurunya minat dan aktivitas (interest) 3) Rasa bersalah dan menyalahkan diri (guilty) 4) Merasa cepat lelah dan tidak mempunyai tenaga (energy) 5) Menurunnya konsentrasi dan proses pikir (concentration) 6) Nafsu makan yang menurun (appetite) 7) Gerakan lambat dan sering duduk terkulai (psychomotor) 8) Penelantaran diri (suicidal) 2. Kognitif Beberapa proses kognitif pada lanjut usia yang menunjukkan gejala depresi antara lain: 1) Individu yang mengalami depresi memiliki harga diri yang sangat rendah, berpikiran tidak adekuat, merasa tidak mampu, merasa tidak berarti, merasa rendah diri dan merasa bersalah terhadap kegagalan yang dialami. 2) Lansia merasa pesimis dalam menghadapi masalah dan segala sesuatu yang dijalaninya menjadi buruk dan kepercayaan dirinya menjadi tidak adekuat.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
3) Memiliki motivasi yang kurang, selalu minta bantuan dan melihat semuanya gagal dan sia-sia sehingga merasa tidak ada gunanya untuk berusaha. 4) Membesar-besarkan masalah dan selalu pesimistik menghadapi masalah. 5) Generalisasi dari gejala depresi, harga diri rendah, pesimisme dan kurangnya motivasi. 3. Afektif Lansia mengalami depresi merasa tertekan, murung, sedih, putus asa, kehilangan semangat dan muram. Sering merasa terisolasi, ditolak dan meras tidak dicintai. Lansia yang mengalami depresi menggambarkan dirinya seperti berada dalam lubang gelap yang tidak bisa keluar dari sama. 4. Somatik Lansia yang mengalami depresi umumnya mengalami masalah somatic seperti pola tidur yang terganggu (insomnia). Gangguan pola makan dan dorongan seksual yang berkurang. Lansia lebih rentan terhadap penyakit karena system kekebalan tubuhnya yang menurun, selain itu karena proses penuaan lansia yang mengalami depresi menghasilakn sel darah putih (Samiun, 2006).
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
2.2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya Depresi pada Lansia 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi pada Lansia di rumah 1) Pengetahuan Keluarga Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melaului mata dan telinga. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan keluarga sangat berpengaruh terhadap proses perawatan lansia yang mengalami depresi. Makin tinggi pengetahuan seseorang, makin mudah pula
seseorang
tersebut
mencerna
informasi
sehingga
mudah
dimanifestasikan sebagai dasar untuk merawat lansia. 2) Peran Keluarga Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. (Wahit Iqbal dkk, 2010). Keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam perawatan lansia karena lansia adalah sesepuh yang patut dihargai, dihormati, dan dimintai nasihat atau doa restu. Keluarga seharusnya menyediakan fasilitas-fasilitas kebutuhan harian, menjaga privasi, dan menciptakan suasana yang menyenangkan. Sehingga jika tidak ada keluarga yang bisa memenuhi semua kebutuhan tersebut, tingkat depresi lansia bisa terjadi.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
3) Status Ekonomi Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi tingkat depresi seseorang. 4) Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Lansia yang tidak bekerja lebih banyak menderita depresi karena sudah tidak dapat memperoleh penghasilan sendiri sehingga harus menggantungkan kehidupannya dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari pada anak maupun cucu-cucunya. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi pada lansia di panti Ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya depresi pada lansia yang tinggal dalam institusi seperti tinggal dip anti wreda antara lain: 1) Faktor Psikologi Motivasi masuk panti wreda sangat penting bagi lansia untuk menentukan tujuan hidup apa yang ingin dicapainya dalam kehidupan dip anti. Tempat dan situasi baru, orang yang belum dikenal, aturan dan nilai-nilai yang berbeda serta keterasingan merupakan stressor bagi lansia yang membutuhkan penyesuaian diri. Adanya keinginan dan motivasi lansia untuk tinggal dip anti akan membuatnya bersemangat meningkatkan toleransi dan kemampuan adaptasi terhadap situasi baru. Permaslahan yang menarik pada lansia adalah kurangnya kemampuan dalam beradaptasi secara psikologis terhadap perubahan stress lingkungan
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
yang dapat menimbulkan depresi. Hubungan stress dan depresi seringkali melibatkan dukungan sosial yang tersedia dan digunakan oleh lansia dalam menghadapi stressor yang datang (Maramis, 2005). Pada individu yang memiliki teman akrab dan dukungan emosional yang cukup, kurang mengalami depresi bila dihadapkan dengan stres (Billings, 2006). Rasa kurang percaya diri atau tidak berdaya dan selalu menganggap bahwa hidupnya telah gagal karena harus menghabiskan hidupnya jauh dari orang-orang yang dicintai. Bisa mengakibatkan lansia selalu menyesali hidupnya dan kesulitan dlam beradaptasi dengan kondisi dip anti. 2) Faktor psikososial Berkurangnya interaksi sosial dan dukungan sosial mengakibatkan penyesuaian diri yang negative pada lansia. Menurunnya kapasitas dan keakraban hubungan sosial dengan keluarga dan sekitarnya, berkurangnya interaksi sosial dengan orang yang dicintai dapat menimbulkan perasaan tidak berguna, merasa disingkirkan, tidak dibutuhkan lagi dan kondisi ini daoat menimbulkan depresi pada lansia. Tinggal di panti dapat menimbulkan konflik bagi lansia dalam teori perkembangan ada konflik antara integritas pemuasan hidup dan keputus asaan karena berkurangnya dukungan sosial yang mengakibatkan ketidakmampuan mempertahankan dan memelihara kepuasan hidup hal ini akan mempermudah lansia untuk depresi. Kemampuan adaptasi dan lamanya tinggal di panti mempengaruhi terjadinya depresi. Sulit bagi lansia meninggalkan tempat tinggalnya yang
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
lama. Pada lansia yang harus meninggalkan rumahnya yang lama dan harus tinggal di panti dan harus berpisah dengan kenangan lamanya serta meninggalkan pertalian persahabatan dengan teman sebayanya maka mempermudah terjadinya depresi (Friedman, 1998). Pekerjaan yang hilang pada lansia dan harus tinggal di panti akan menghilangkan gairah hidup, kepuasan dan pengharggan diri yang kurang pada lansia. Lansia yang dulu bekerja dan dan memiliki peran aktif dalam pekerjaannya, kemudian berhenti bekerja mengalami kesulitan penyesuaian diri dengan peran barunya sehingga seringkali kepercayaan diri dan harga dirinya rendah (Rini, 2014). 3) Faktor budaya Perubahan sosial ekonomi dan nilai sosial masyarakat, mengakibatkan kecenderungan lansia tersisih dan terbengkalai, tidak mendapat perawatan dan banyak yang memilih untuk tinggal di panti (Darmojo Martono, 2004). Budaya industrialisasi dengan sifat mandiri dan individualism menganggap lansia sebagai pembuat kesalahan dan menjadi beban keluarga, sehingga langkah terbaik adalah dititipkan dip anti. Akibatnya bagi lansia akan memperburuk psikologisnya dan akan mempengaruhi kesehatan fisiknya. Tinggal di panti harusnya menjadi alternative yang terakhir bagi lansia, karena tinggal di keluarga adalah yang terbaik bagi lansia. Sesuai dengan tugas perkembangan keluarga yang memiliki lansia untuk mempertahankan
pengaturan hidup
yang memuaskan
dan
mempertahankan ikatan keluarga antar generasi (Freadman, 1998).
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
2.2.9 Skala Depresi Salah satu langkah awal yang penting dalam penatalaksanaan depresi adalah mendeteksi atau mengidentifikasi. Sampai saat ini belum ada suatu konsensus atau prosedur khusus untuk penapisan / skrining depresi pada populasi usia lanjut. Salah satu instrumen yang dapat membantu adalah Geriatric Depression Scale (GDS) yang terdiri atas 30 pertanyaan yang harus dijawab oleh pasien sendiri. GDS ini dapat dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan saja. Bilamana ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada depresi, harus dilakukan lagi pemeriksaan yang lebih rinci sebagai berikut : 1. Riwayat klinik / anamnesis 1) riwayat keluarga 2) gangguan psikiatri yang lampau 3) kepribadian 4) riwayat sosial 5) ide / percobaan bunuh diri 6) gangguan-gangguan somatik 7) perkembangan gejala-gejala depresi 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pada pasien depresi sangat penting karena gejala-gejala depresi sering disertai dengan penyakit fisik. 3. Pemeriksaan kognitif Pada umumnya setelah memasuki lansia maka seseorang mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Fungsi kognitif pada lansia bisa dinilai dengan menggunakan alat ukur SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionare) dan Mini Mental State Examination (MMSE) pada usia lanjut yang menunjukkan gejala depresi bermanfaat dalam tindak lanjut penatalaksanaan pasien. Perbaikan pada MMSE setelah dilakukan terapi terhadap depresi, menunjukkan bahwa pasien dengan depresi mengalami masalah konsentrasi dan memori yang mempengaruhi fungsi kognitifnya. 4. Pemeriksaan status mental 1) Penampilan dan perilaku 2) Mood / suasana perasaan hati 3) Pembicaraan 4) Isi pikiran 5) Gejala ansietas 6) Gejala hipokondriakal 5. Pemeriksaan lainnya Mengingat pasien usia lanjut rentan terhadap gangguan metabolik sekunder akibat penyakit depresi yang berat, seperti tidak adekuatnya asupan cairan, maka perlu dipertimbangkan pemeriksaan sebagai berikut : 1) ureum dan elektrolit
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
2) darah lengkap dan hitung jenis 3) Vitamin B12 dan Folat 4) Tes fungsi Tiroid 5) Foto dada 6) Lain-lain : serum sifilis,Electro Cardio Graphy ( ECG),Electro Encephalo Graphy ( EEG), CT-scan dst.
2.2.10 Penatalaksanaan Depresi 1. Terapi fisik 1) Obat Secara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya. Pemilihan jenis antidepresan ditentukan oleh pengalaman klinikus dan pengenalan terhadap berbagai jenis antidepresan. Biasanya pengobatan dimulai dengan dosis separuh dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala. 2) Terapi Elektrokonvulsif (ECT) Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh diri atau retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif dan aman. ECT diberikan 1- 2 kali seminggu pada pasien rawat nginap, unilateral untuk mengurangi confusion/memory problem. Terapi ECT diberikan sampai ada perbaikan mood (sekitar 5 - 10 kali), dilanjutkan dengan anti depresan untuk mencegah kekambuhan.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
2. Terapi Psikologik 1) Psikoterapi Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan bersama-sama
dengan
pemberian
psikodinamik
maupun
kognitif
antidepresan. behaviour
sama
Baik
pendekatan
keberhasilannya.
Meskipun mekanisme psikoterapi tidak sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan terapis dalam proses terapeutik akan meredakan gejala dan membuat pasien lebih nyaman, lebih mampu mengatasi persoalannya serta lebih percaya diri. 2) Terapi kognitif Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mampu dan sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut dengan depresi dapat menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas tertentu terapi kognitif bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir. 3) Terapi keluarga Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada orang usia lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan frustasi dan putus
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
asa, mengubah dan memperbaiki sikap / struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien. 4) Penanganan Ansietas (Relaksasi) Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik secara langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tapee recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari.
2.3. Konsep Panti Werdha 2.3.1 Batasan Menurut Departeman Sosial RI (1994) panti wredha adalah unit pelaksana teknis di bidang pembinaan kesejahteraan sosial lansia yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia berupa pemberian penampungan, jaminan hidup, seperti pakaian,pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial mental serta agama sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin
2.3.2 Tujuan Panti Wredha Tujuan pelayanan Panti Wreda adalah tercapainya kwalitas hidup dan kesejahteraan para lansia yang layak dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai luhur budaya bangsa sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan ketentraman lahir dan bathin. Indikator keberhasilan penyelenggaraan panti sosial tresna werdha :
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
1. Bagi usia lanjut : 1) Terpenuhinya kebutuhan jasmani lansia yaitu kebutuhan sandang, pangan papan dan kesehatan. 2) Terpenuhinya kebutuhan rohaniah lansia yaitu kebutuhan akan kasih sayang baik dari keluarga maupun masyarakat sekitarnya dan peningkatan gairah hidup serta kehidupan beragama sehingga lansia dapat menikmati sisa hidupnya. 3) Meningkatnya rasa percaya diri kemandirian semangat hidup dan produktifitas para lansia. 4) Meningkatkan hubungan antara lansia dengan generasi muda yang selaras dan serasi baik dilingkungan keluarga maupun dilingkungan masyarakat. 2. Bagi keluarga dan masyarakat : 1) Terlestarikannya dan makin kuatnya nilai sosial budaya masyarakat yang menghargai, menghormati dan membela para lansia sehingga makin meningkatkan jumlah keluarga dan masyarakat yang dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab memelihara dan membahagiakan orang tuannya yang telah lansia serta makin banyaknya keluarga dan masyarakat yang memberikan santunan kepada lansia. 2) Meningkatnya kemauan dan kemampuan keluarga untuk memperhatikan kebutuhan lansia seperti : (1) Kebutuhan pangan, papan, sandang, rekreasi dan kasih sayang serta tanggap terhadap permasalahan lansia yang berada dilingkungannya.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
(2) Meningkatnya jumlah anggota masyarakat yang mampu dan mau menyantuni para lansia. (3) Semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanan kesejahteraan sosial lansia dengan meluasnya penyediaan dan meningkatnya mutu sarana dan fasilitas khusus bagi para lansia.
2.3.3 Pelayanan lansia dalam Panti Wredha. 1. Sasaran pelayanan : Sasaran pelayanan kesejahteraan sosial lansia melalui panti sosial tresna werdha adalah : 1) Berusia lanjut (1) Berusia 60 tahun keatas (2) Tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk kelangsungan hidupnya (3) Tidak mempunyai keluarga dan atau memiliki keluarga tapi tidak mampu memelihara orang tuanya yang lansia 2) Keluarga, yaitu keluarga yang karena sesuatu hal tidak dapat memelihara orang tua yang telah lansia. 3) Masyarakat yaitu masyarakat yang mau dan mampu untuk berpartisipasi dalam pembinaan kesejahteraan sosial lansia. 4) Instansi terkait seperti Dep. Agama. Dinkes, Pemda. dll.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
2. Jenis pelayanan Panti Werdha sebagai lembaga pengganti keluarga memberikan pelayanan kesejahteraan sosial lansia tidak hanya di tujukan kepada lansia tetapi juga kepada keluarga lansia dan juga masyarakat. Jenis pelayanan yang di berikan meliputi : 1) Pelayanan kepada lanjut usia : (1) Pelayanan kebutuhan makan dengan pengaturan menu, kebutuhan gizi lansia. Pemberian makanan oleh petugas panti kepada lansia menurut jadwal yang telah ditetapkan. (2) Pemeliharaan kesehatan dan kebersihan melalui pemeriksaan rutin, pengobatan saat menderita sakit. (3) Pemberian bimbingan rohani berupa bimbingan mental keagamaan dan bimbingan kemasyarakatan oleh petugas panti atau petugas instansi terkait. (4) Pemberian bimbingan ketrampilan untuk mengisi waktu luang oleh tenaga instruktur di bantu petugas panti 2) Pelayanan kepada keluarga dan masyarakat (1) Pemberian bimbingan dan penyuluhan. Agar keluarga asuh lansia mau menerima kehadiran lansia kedalam lingkungan keluarga dan memberi kesempatan menikmati hari tuanya dengan penuh ketentraman lahir bathin.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
(2) Pemberian pelatihan Dalam upaya peningkatan kondisi ekonomi keluarga lansia maka perlu di selenggarakan pelatihan sehingga dapat memenuhi kebutuhan lansia secara layak. (3) Penyajian data dan imformasi Penyajian data dan informasi mengenai sistem dan mekanisme pelayanan dan panti, kebijaksanaan dan tingkat keberhasilan yang telah di capai Panti Wreda. 3) Proses Pelayanan Pelayanan kesejahteraan sosial pada lansia di Panti Wreda melalui tiga tahapan, yaitu : tahap pendekatan awal, tahap pelaksanaan dalam panti, dan tahap resosialisasi. (1) Tahap pendekatan awal. Untuk memperkenalkan dan mempermudah pelaksanaan program pelayanan kesejahteraan sosial lansia kepada instansi terkait organisasi sosial dan masyarakat dilakukan melalui tiga kegiatan 1) Orientasi dan konsultasi mengenai berbagai hal tentang lansia, dengan instansi terkait, organisasi sosial dan masyarakat untuk mempermudah pelaksanaan program kesejahteraan lansia. 2) Identifikasi terhadap lansia yang akan menerima pelayanan untuk kesediaannya ikut dalam program pelaksanaan kesejahteraan sosial lanjut usia.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
3) Seleksi atau penetapan lanjut usia sebagai penerima pelayanan kesejahteraan sosial dalam panti, dilakukan oleh petugas panti. Adapun persyaratan bagi calon penerima pelayanan adalah :
Lansia berusia 60 th keatas
Lansia tidak lagi memiliki atau tidak di ketahui sanak saudaranya.
Lanjut usia yang nyata-nyata tidak diurus sebagai mana layaknya lansia yang lain.
Lanjut usia yang tidak mau hidup dilingkungan keluarga.
(2) Tahap pelaksanaan pelayanan Tahap
mulai
di
laksanakan
kegiatan
pemberian
pelayanan
kesejahteraan sosial usia lanjut oleh Panti Wreda. Penerimaan lanju usia yang sudah di tetapkan atau di seleksi menjadi penerima pelayanan panti dengan cara : 1) Pencatatan atau registrasi yaitu pencatatan dalam buku induk, pengisi formulir kesehatan, penerimaan surat keterangan lansia dari instansi terkait. 2) Penelaahan dan pengungkapan masalah tentang kondisi, kemauan kemampuan lansia menerima pelayanan disesuaikan dalam perolehan pelayanan panti. 3) Penempatan pada program pelayanan Panti Wreda dengan memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, perawatan kesehatan dan berbagai kegiatan untuk mengisi waktu luang.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68
Pemberian bimbingan ( fisik mental, sosial serta ketrampilan ) berdasarkan pada : 1) Penelaahan kemampuan dan kemauan lansia 2) Upaya pencegahan serta penyesuaian diri lansia dengan lingkungan fisik dan sosialnya. (3) Tahap Resosialisasi. Yaitu tahap persiapan akhir dari suatu proses pelayanan bagi para lanjut usia yang akan diambil keluarganya seperti : o Upaya mempersiapkan lanjut usia kembali kepada keluarga / keluarga asuh. o Upaya mempertahankan kondisi lanjut usia setelah berada di luar Panti Wreda. o Pemberian kepastian berakhirnya pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia dari Panti Wreda berdasarkan pertimbangan keberadaan / kondisi terakhir lanjut usia.
2.3.4 Ketenagaan Panti Wredha Kebutuhan tenaga di Panti Wreda sebaiknya berimbang antara tenaga pelaksana pelayanan dengan penerima pelayanan. Tenaga pelaksana yang memenuhi persyaratan pendidikan sesuai dengan bidang tenaga, secara umum ketenagaan dibagi dalam dua bidang yaitu tenaga administrasi dan tenaga teknis.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69
2.3.5 Peralatan pelayanan Peralatan yang diperlukan oleh lanjut usia meliputi : 1. Peralatan penginapan 2. Peralatan makan 3. Peralatan ketrampilan 4. Peralatan pembinaan mental spiritual 5. Peralatan olah raga 6. Peralatan terapi 7. Peralatan hiburan 8. Peralatan pelayanan kesehatan
2.3.6 Mekanisme pelayanan 1. Hubungan dengan instansi terkait Masyarakat lanjut usia mencakup aspek fisik psikologis dan sosial, oleh karenanya pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia memerlukan pelayanan secara terpadu dengan beberapa instansi terkait, antara lain : 1) Kerjasama dengan dinas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang memerlukan. 2) Kerjasama dengan departemen agama dalam memberikan pelayanan pendidikan mental agama yang diselenggarakan dengan para petugas kantor agama setempat.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70
3) Kerjasama dengan dinas perindustrian dalam kerja sama pelaksanaan kegiatan ketrampilan untuk mengisi waktu luang sesuai dengan ketrampilan yang dibutuhkan para lanjut usia. 4) Kerjasama dengan pemerintah daerah setempat dalam hal yang berkaitan dengan pemakaman. 2. Hubungan dengan panti lain termasuk pelimpahan Untuk meningkatkan kualitas pelayanan panti maka perlu dijalin hubungan kerja sama dengan panti lain yang antara lain dalam hal : 1) Saling tukar menukar pengalaman dan pengetahuan dalam pengelolaan panti-panti, pemberian pelayanan kesejahteraan sosial pada lanjut usia. 2) Melaksanakan reveral pada sosial lain apabila lanjut usia mempunyai kasus-kasus yang membutuhkan penanganan oleh panti sosial lain. 3) Melaksanakan kerja sama dalam pelaksanaan seleksi untuk menjamin hasil yang optimal 4) Hubungan dalam rangka proses penyaluran dan proses pelayanan
2.3.7 Pembiayaan dan Pendanaan Panti Panti atau “nursing homes”
di Negara berkembang sudah menjadi
industry yang dikelola swasta dan bukan lagi oleh pemerintah. Pembiayaan panti swsta secara mandiri oleh lansia atau oleh keluarga penghuni panti. Mereka membayar untuk mendapatkan semua pelayanan dip anti. Panti yang dikelolah pemerintah dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah sebagai bagian dari pelayanan sosial dan kesehatan bagi warga negaranya (Moneyham, 1997).
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71
Di Indonesia pembiayaan panti yang dikelola oleh pemerintah dibiayai oleh Departemen Sosial atau dalam skala yang lebih regional dibiayai oleh Dinas Sosial dari pemerintah Provinsi atau kabupaten / kota. Dana ini diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Karena sifatnya sosial, lembaga pelayanan sosial lansia ini juga (membuka diri) menerima bantuan / sumbangan sosial dari pihak ketiga, bisa perorangan maupun organisasi.
2.4. Konsep Terapi Aktivitas Kelompok 2.4.1 Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. TAK sosialisasi adalah suatu bagian dari terapi modalitas yang berupaya meningkatkan psikoterapi terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama, yang mempunyai masalah hubungan sosial sehingga memperluas hubungan dengan orang lain (Hawari, 2001).
2.4.2 Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok Menurut (Iyus Yosep, 2009) tujuan terapi aktivitas kelompok adalah : 1. Tujuan Umum meliputi : 1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing) 2) Membentuk sosialisasi
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72
3) Meningkatkan fungsi psikologis 4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif. 2. Tujuan Khusus meliputi : 1)
Melatih pemahaman identitas diri
2)
Penyaluran emosi
3)
Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan seharihari
4)
Bersifat rehabilitatif : Pasien-pasien rehabilitatif adalah mereka yang telah sembuh secara medis, tetapi perlu disiapkan fungsi dan kemampuan untuk persiapan mandiri dan sosial di tengah masyarakat.
2.4.3 Komponen Kelompok Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Stuart & Laraia, 2001) : 1.
Struktur Kelompok Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan keputusan, dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73
2.
Besar Kelompok Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut Stuart & Laraia, 2001 adalah 7-10 orang. Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan intraksi yang terjadi.
3.
Lamanya Sesi Waktu optimal untuk sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia, 2001). Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali per minggu ; atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
4.
Komunikasi Salah satu tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan menganalisis pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi. Pemimpin kelompok dapat mengkaji hambtan dalam kelompok, konflik interpersonal, tingkat kompetisi, dan seberapa jauh anggota kelompok mengerti serta melaksanakan kegiatan yang dilaksanakan.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
5.
Peran Kelompok Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga peran dan fungsi kelompok, yaitu 1) Maintnance roles, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok, 2) Task roles, yaitu fokus pada penyelesaian tugas, 3) Individual roles, self-centered dan distraksi pada kelompok.
6.
Kekuatan Kelompok Kekuatan adalah kemampuan anggota kelompok dalam mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak mendengar, dan siapa yang membuat keputusan dalam kelompok.
7.
Norma Kelompok Pemahaman
tentang
norma
kelompok
berguna
untuk
mengetahui
pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian perilaku anggota kelompok dengan norma kelompok, penting dalam menerima anggota kelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap pemberontak dan itolak angota kelompok lain. 8.
Kekohesifan Kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas terhadap kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan kelompok dapat dipertahankan.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
2.4.4 Pembagian Terapi Aktivitas Kelompok (Budi Anna Keliat, 2004) Terapi Aktivitas Kelompok dibagi menjadi empat, yaitu : 1.
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif atau Persepsi Klien dilatih mempersiapkan stimulus yang disediakan atau yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respons klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
2.
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensoris Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian diobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Aktivitas yang digunakan sebagai stimulus adalah : musik, seni, menyanyi, menari.
3.
Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada di sekitar klien, yaitu diri sendiri, orang lain yang ada di sekeliling klien, dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien. Aktivitas dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada di sekitar, dan semua kondisi nyata.
4.
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang baik ada di sekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
2.4.5 Tahap-tahap dalam terapi aktivitas kelompok Menurut (Budi Anna Keliat, 2004), fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut : 1.
Pre Kelompok Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan kelompok, jika memungkinkan biaya dan keuangan.
2.
Fase Awal Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan. 1) Orientasi Anggota mulai mengembangkan system sosial masing-masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota. 2) Konflik Anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi. 3) Kebersamaan Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
3.
Fase Kerja Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan negatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerja sama untuk mencapai tujuan yang disepakati, kelompok lebih stabil dan realistis, penyelesaian masalah yang kreatif.
4.
Fase Terminasi Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
2.4.6 Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terapi
Aktivitas
Kelompok
Sosialisasi
(TAKS)
adalah
upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. 2.4.6.1 Tujuan Aktivitas Kelompok Sosialisasi Tujuan umum TAKS adalah klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sementara tujuan khususnya adalah : 1. Klien mampu memperkenalkan diri 2. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok 3. Klien mampu bercakap cakap dengan anggota kelompok 4. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan 5. Klien menyampaikan dan membicarakan maslah pribadi pada orang lain 6. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78
7. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan 2.4.6.2 Pembagian Sesi dalam Aktivitas Kelompok Sosialisasi 1. Sesi 1 Tujuan : Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebut nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi. 2. Sesi 2 Tujuan : Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok 1) Memperkenalkan diri sendiri: nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi. 2) Menanyakan diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi. 3. Sesi 3 Tujuan : Klien mampu bercakap cakap dengan anggota kelompok 1) Menanyakan kehidupan pribadi kepada satu anggota kelompok. 2) Menjawab tentang pertanyaan kehidupan pribadi 4. Sesi 4 Tujuan : Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok 1) Menyampaikan topik yang akan dibicarakan 2) Memilih topik yang akan dibicarakan 3) Memberi pendapat tentang topik yang dipilih
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79
5. Sesi 5 Tujuan : klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain. 1) Menyampaikan masalah pribadi 2) Memilih masalah untuk dibicarakan 3) Memberi pendapat tentang maslah yang dipilih 6. Sesi 6 Tujuan : Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi 1) Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain 2) Menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan permintaan 7. Sesi 7 Tujuan : Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan
2.5. Konsep Interaksi Sosial 2.5.1 Pengertian Menurut Soekanto (2007), interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Sunaryo (2004) mendefinisikan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan yang bersifat dinamis dan saling mempengaruhi, yang menyangkut
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80
hubungan antara individu dan individu, individu dan kelompok serta kelompok dan kelompok, dalam bentuk kerjasama serta persaingan atau pertikaian. Sedangkan menurut Bungin (2008), interaksi sosial adalah proses sosial dimana individu, kelompok dan masyarakat bertemu, berinteraksi dan berkomunikasi sehingga melahirkan sistem-sistem sosial dan pranata sosial serta semua aspek kebudayaan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan komunikasi yang bersifat dinamis dan saling mempengaruhi antara individu, kelompok dan masyarakat, yang terjadi baik secara langsung maupun secara tidak langsung sehingga melahirkan sistem-sistem sosial.
2.5.2 Faktor-Faktor yang Mendasari Terjadinya Interaksi Sosial Ada 4 faktor penting yang mendasari dan perlu diperhatikan dalam interaksi sosial, yaitu : 1. Imitasi (Peniruan) Menurut Sunaryo (2004), imitasi adalah proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Imitasi dapat dibedakan dari sifatnya, yaitu: 1) Imitasi positif, yaitu imitasi yang mendorong individu untuk mematuhi kaidah, nilai dan norma yang belaku. 2) Imitasi negatif, yaitu imitasi yang mendorong individu untuk mencontoh perilaku yang menyimpang, tidak sesuai norma, etika dan moral sosial.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81
2. Sugesti Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang atau suatu proses interaksi sosial ketika individu menerima suatu pandangan atau pedoman perilaku dari individu lain tanpa kritik terlebih dahulu (Sunaryo, 2004). Menurut Bungin (2008), sugesti akan lebih berhasil dan tepat bila yang memberi sugesti adalah orang yang berwibawa, berpengaruh, berkuasa atau yang memiliki tipe otoriter. 3. Identifikasi Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (Sunaryo, 2004). Menurut Bungin (2008), identifikasi adalah menirukan dirinya menjadi sama dengan orang yang ditirunya, sehingga proses identifikasi dapat berlangsung secara sengaja maupun tidak sengaja karena memerlukan orang-orang yang memiliki tipe ideal dalam hidupnya. 4. Simpati Menurut Bungin (2008), simpati adalah proses kejiwaan, dimana seorang individu merasa tertarik kepada seseorang atau kelompok orang, karena sikap, penampilan, kewibawaan atau perbuatannya yang sedemikian rupa, sedangkan Sunaryo (2004), mendefinisikan simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah-olah berada dalam
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82
keadaan yang lain. Jadi simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada perasaan pihak lain, tanpa logika.
2.5.3 Proses Interaksi Sosial Supaya dapat terjadi interaksi sosial, ada 2 syarat yaitu : 1. Kontak sosial Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh, jadi secara harfiah, kontak sosial artinya bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti dengan cara berbicara. Namun dengan berkembangnya teknologi, dalam berhubungan seseorang tidak harus berhubungan badaniah, bahkan sekarang ini dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak (Soekanto, 2007). Secara sosiologi kontak tidak harus bersentuhan secara fisik, tetapi juga tanpa sentuhan fisik, misalnya : telepon, surat dan sebagainya. Kontak sosial adalah aksi individu atau kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi pelaku dan penerima membalas aksi itu dengan reaksi (Sunaryo, 2004). Dalam kehidupan sehari-hari, menurut Bungin (2008), jenis kontak sosial dapat dibedakan menjadi:
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83
1) Kontak
sosial
yang
dilakukan
menurut
cara
pihak-pihak
yang
berkomunikasi. Cara kontak sosial itu ada 2 macam yaitu: (1) Kontak langsung: pihak komunikator menyampaikan pesannya secara langsung kepada pihak komunikan, misalnya langsung berbicara, tersenyum dan bahasa isyarat. (2) Kontak tidak langsung: pihak komunikator menyampaikan pesannya kepada pihak komunikan melalui perantara pihak ketiga, misalnya kontak melalui surat, media masa dan media elektronika. 2) Kontak sosial yang dilakukan menurut terjadinya proses komunikasi. Ada 2 macam kontak sosial, yaitu: (1) Kontak primer, terjadi apabila individu mengadakan hubungan langsung bertemu dan bertatap muka, contohnya: berjabat tangan dan saling senyum (2) Kontak sekunder, kontak yang memerlukan perantara atau media, misalnya: bertelepon, menyurati dan menelegram 3) Kontak sosial yang dilakukan menurut sifat terjadinya. Cara kontak sosial tersebut ada 2 macam yaitu: (1) Kontak positif, contohnya: seorang pedagang melayani pelanggannya dengan baik agar pelanggan puas (2) Kontak negatif, ini mengarah pada suatu pertentangan, misalnya: tawuran pelajar.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84
2. Komunikasi Komunikasi adalah sebuah proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik atau sikap, perilaku dan perasaanperasaan, sehingga seseorang membuat reaksi-reaksi terhadap informasi, sikap dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dia alami. Fenomena komunikasi dipengaruhi pula oleh media yang digunakan, sehingga media kadang kala juga ikut mempengaruhi isi informasi dan penafsiran (Bungin, 2008). Dikatakan ada komunikasi, jika seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dalam komunikasi ada tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media) dan penerima informasi (audience). Sumber informasi adalah seseorang atau institusi yang memiliki bahan informasi untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Saluran adalah media yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh sumber berita, berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka maupun media massa yang digunakan untuk khalayak umum. Sedangkan audience adalah perorangan, kelompok atau masyarakat yang menjadi sasaran informasi atau yang menerima informasi (Soekanto, 2007).
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85
Selain unsur-unsur dalam komunikasi, hal terpenting dalam komunikasi menurut Bungin (2008), adalah aktivitas memaknai informasi yang disampaikan oleh sumber informasi dan pemaknaan yang dibuat oleh audience terhadap informasi yang diterimanya. Pemaknaan terhadap informasi bersifat subyektif dan kontekstual. Subyektif, artinya masing-masing pihak memiliki kapasitas untuk memaknai informasi yang diterimanya berdasarkan apa yang dirasakan, diyakini dan dimengerti, berdasarkan tingkat pengetahuan kedua pihak. Sedangkan sifat kontekstual adalah pemaknaan berkaitan erat dengan kondisi waktu dan tempat dimana informasi itu ada dan dimana kedua pihak tersebut berada, yang berarti konteks sosial budaya ikut mewarnai pemaknaan informasi yang disebarkan dan yang diterima.
2.5.4 Jenis Interaksi Sosial Menurut Sunaryo (2004), ada tiga jenis interaksi sosial, yaitu: 1. Interaksi antara individu dan individu Interaksi ini terjadi pada saat dua individu bertemu, walaupun bisa juga pertemuan tersebut tanpa tindakan apa-apa. Disini yang penting individu sadar bahwa ada pihak lain yang menimbulkan perubahan pada dirinya, yang mungkin karena faktor-faktor tertentu, misalnya parfum yang menyengat, bau keringat dan bunyi sepatu yang dipakai individu. 2. Interaksi antara individu dan kelompok Interaksi ini bentuknya berbeda-beda sesuai keadaan. Interaksi jenis ini mencolok bila terjadi benturan antara kepentingan perorangan dengan
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86
kepentingan kelompok. Contohnya, adanya tradisi dalam perkawinan, bahwa pihak laki-laki harus memberikan mas kawin pada pihak perempuan. Dalam hal ini, laki-laki sebagai individu berinteraksi dengan keluarga perempuan sebagai kelompok. 3. Interaksi antara kelompok dan kelompok Kelompok
sebagai
suatu
kesatuan
bukan
pribadi,
misalnya
pertandingan sepak bola antar kesebelasan. Ciri-ciri kelompok tersebut adalah: 1) Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu, 2) Ada komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol, 3) Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa datang) yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung, dan 4) Ada tujuan tertentu.
2.5.5 Faktor yang Menentukan Berlangsungnya Interaksi Sosial Menurut Bungin (2008), cara individu melakukan interaksi sosial adalah dengan menggunakan komunikasi antar individu atau komunikasi interpersonal yang baik. Adapun faktor-faktor untuk menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik adalah sebagai berikut: 1. Adanya rasa percaya Percaya adalah mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko. Faktor percaya merupakan hal yang penting pengaruhnya
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87
terhadap komunikasi interpersonal, yaitu sejak tahap pertama atau perkenalan sampai tahap kedua atau peneguhan adalah percaya (Damaiyanti, 2008). 2. Sikap sportif Sikap sportif adalah sikap yang konsisten dan konskuen terhadap hasil yang dicapai dalam komunikasi yang terjadi dalam interaksi sosial (Bungin, 2008), sedangkan menurut Damaiyanti (2008), sikap sportif merupakan sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur dan tidak empati. Sikap tersebut akan dapat menggagalkan komunikasi interpersonal, karena akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman daripada memahami pesan orang lain. 3. Sikap terbuka Sikap terbuka adalah sikap menerima dan toleran serta menghargai terhadap orang lain dalam interaksi sosial (Bungin, 2008). Sikap terbuka atau open mindedness sangat berpengaruh besar dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif, karena dengan sikap terbuka seseorang akan lebih memperhatikan isi pesan dari orang lain (Damaiyanti, 2008).
2.5.6 Bentuk Interaksi Sosial Menurut Soekanto (2007), ada 4 bentuk interaksi sosial, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88
1. Kerjasama (cooperation) Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang utama. Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorang atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Timbulnya kerjasama karena kesadaran adanya kepentingan bersama. Kerjasama bertambah kuat apabila ada musuh bersama atau ancaman bersama. Kerjasama juga dapat bersifat agresif apabila kelompok mengalami kekecewaan dan perasaan tidak puas. Bentuk kerjasama ditinjau dari pelaksanaannya, ada lima bentuk kerjasama, yaitu: 1) Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong 2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barangbarang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. 3) Kooptasi (cooptation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. 4) Koalisi (coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisasi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut, kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89
5) Joint ventrue, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya: pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan dan sebagainya. 2. Persaingan (competition) Persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.. Persaingan mempunyai dua tipe umum, yaitu: persaingan yang bersifat pribadi (rivalry) dan bersifat tidak pribadi. Bentuk persaingan, antara lain: persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, serta persaingan ras. Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi, yaitu: untuk menyalurkan keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif, sebagai jalan agar keinginan, kepentingan dan nilainilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian dapat tersalurkan dengan baik, sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial serta sebagai alat penyaring para warga golongan fungsional. Hasil suatu persaingan terkait erat dengan berbagai faktor, diantaranya adalah: perubahan kepribadian seseorang, kemajuan, solidaritas kelompok dan disorganisasi.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90
3. Pertentangan (pertikaian atau conflict) Pertentangan atau pertikaian (conflict) adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Penyebab terjadinya pertentangan adalah: perbedaan individuindividu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan dan perubahan sosial. Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai atau kepentingan bersifat positif, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial didalam struktur sosial tertentu. Masyarakat biasanya mempunyai alat-alat tertentu untuk menyalurkan benih-benih permusuhan, alat tersebut disebut safety-valve institutions yang menyediakan obyek-obyek tertentu yang dapat mengalihkan perhatian pihak-pihak yang bertikai ke arah lain. Bentuk-bentuk
pertentangan
antara
lain:
pertentangan
pribadi,
pertentangan rasial, pertentangan antar kelas sosial karena adanya perbedaan kepentingan,
pertentangan
politik
dan
pertentangan
yang
bersifat
internasional. Akibat adanya bentuk-bentuk pertentangan yang terjadi adalah: tambahnya solidaritas in-group, goyah atau retaknya persatuan kelompok, perubahan kepribadian serta akomodasi, dominasi dan takluknya salah satu pihak.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91
4. Akomodasi atau penyesuaian diri (accomodation) Akomodasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan atau mengurangi pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadian. Akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu : untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi untuk menunjuk pada suatu keadaan, berarti kenyataan adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara individu dan kelompok sehubungan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku didalam masyarakat. Sedangkan akomodasi yang menunjuk pada suatu proses adalah
suatu
proses
usaha-usaha
manusia
untuk
meredakan
suatu
pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapainya, yaitu : untuk mengurangi pertentangan sebagai akibat perbedaan paham yang bertujuan menghasilkan pola baru, mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu, untuk memungkinkan terjadinya kerjasama antar kelompok sosial sebagai akibat faktor-faktor psikologis dan kebudayaan serta mengusahakan peleburan antar kelompok sosial yang terpisah. Bentuk-bentuk akomodasi, ada beberapa macam yaitu: 1) Coercion, yaitu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena ada paksaan
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92
2) Compromise, yaitu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada 3) Arbitration, yaitu suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihakpihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri 4) Mediation, hampir menyerupai arbitration, dimana dalam penyelesaian diundang pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. 5) Conciliation, yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginankeinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama 6) Tolerantion atau tolerant-participation, yaitu suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya 7) Stalemate, yaitu suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya 8) Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan Hasil yang diperoleh dari proses akomodasi adalah: akomodasi dan integrasi masyarakat, menekan oposisi, koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda, perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan yang berubah, perubahan-perubahan dalam kedudukan serta akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi.
TESIS
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS .....
ALI SAIROZI