BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1
Investasi
2.1.1.1 Definisi Investasi Investasi adalah suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang dengan harapan untuk dapat menghasilkan arus dana masa datang jumlah yang lebih besar dari
dana
yang
dilepaskan
pada
saat
investasi
awal
(initial
investment).(Moeljadi,2006:121) Menurut Lukviarman (2006:185) investasi adalah suatu pengorbanan dari beberapa nilai sekarang (certain present value) untuk menilai masa datang (future value) yang belum bisa dijamin kepastiannya (possible ancertain).Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa investasi menyangkut 2 (dua) dimensi waktu yaitu waktu sekarang dan waktu dimasa yang akan datang. Pengertian yang dimaksud sebenarnya didasari oleh konsep nilai waktu dari uang (the time value of money concept) yang melibatkan unsur ketidakpastian. 2.1.1.2 Tujuan Investasi Dan Resiko Investasi Tujuan investasi pada saham menurut Sunariyah (2004:48-49) yaitu: 1.
Mendapatkan dividen
Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan
7
8
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham. 2.
Mendapatkan capital gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual suatu saham. Sedangkan resiko investasi menurut Sunariyah (2004:49-50) yaitu: 1.
Tidak mendapat dividen
Perusahaan
akan
membagikan
deviden
jika
operasi
perusahaan
menghasilkan keuntungan. 2.
Capital loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang pemodal mengalami capital loss. 3.
Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Jika suatu perusahaan bangkrut maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist. 4.
Saham didelist dari bursa (delisting)
Resiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa efek atau didelst. Suatu saham perusahaan di delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk
9
misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lain sesuai peraturan pencatatan bursa efek. 2.1.2
Saham
2.1.2.1 Definisi saham Saham didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan.(Anoraga dan Pakarti,2003:58). Sedangkan menurut Darmadji & Hendy (2001:5) saham (stock) merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Menurut Samsul (2006:45) saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham.
2.1.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Return Saham faktor-faktor yang mempengaruhi adalah: 1. Faktor fundamental Faktor fundamental adalah faktor yang menggambarkan keadaan suatu perusahaan dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan tersebut. Antara lain: prospek perusahaan,
prospek
pemasaran,
kemempuan
menghasilkan
10
keuntungan,
manfaat
terhadap
perekonomian,
kebijakan
pemerintah, hak-hak investor.
2. Faktor teknis Faktor teknis ini merupakan informasi yang merupakan pasaran suatu efek baik secara individu maupun kelompok, antara lain: perkembangan kurs, keadaan pasar, volume dan frekuensi transaksi, kekuatan pasar. 3. Faktor-faktor lingkungan sosial, ekonomi dan politik Faktor ini merupakan faktor diluar faktor fundamental dan teknis. Antara lain: tingkat inflasi, kebijaksanaan moneter, neraca pembayaran dan APBN, kondisi ekonomi, dan keadaan politik. 2.1.2.3 Jenis-jenis Saham Menurut Darmadji & Hendy (2001:6) jenis-jenis saham dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain: 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham dibagi atas: a. Saham biasa (common stock) merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuiditas. b. Sahan preferen (preferred stock) yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena
11
bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. 2. Dilihat dari cara pemeliharaannya saham dapat dibedakan atas: a. Saham atas unjuk (bearer stocks) artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari investor ke investor lainnya. b. Saham atas nama (registered stocks) merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 3. Ditinjau dari kinerja perdagangan maka saham dapat dikategorikan atas: a. Blue-chip stocks yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai leader diindustri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. b. Income stocks yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemempuan membayar dividen lebih tinggi dari rat-rata dividen yang dibayar pada tahun sebelumya. c. Growth stocks yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader diindustri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
12
d. Speculative stocks yaitu saham yang tidak berpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. 2.1.2.4 Pendekatan Harga Saham Menurut Sunariyah (2004:168-179) ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk menilai harga suatu saham tetapi 2 (dua) pendekatan yang dikenal yaitu: 1. Pendekatan tradisional a. Analisis teknikal Yaitu suatu teknik analisis yang menggunakan data atau penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta sektor-sektor lain yang bersifat teknis. b. Analisis fundamental Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap perusahaan memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para pemodal atau analisis. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabelvariabel perusahaan yang kombinasi untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Ada 2 (dua) pendekatan fundamental yang umum digunakan untuk melakukan penilaian saham yaitu:
13
a. Penilaian saham berdasarkan pada pendekatan laba (price-earning ratio approach) Pendekatan ini didasarkan hasil yang diharapkan pada perkiraan laba persaham dimasa yang akan datang sehingga dapat diketahui berapa lama investasi saham akan kembali. b. Pendekatan nilai sekarang (present value) Dalam pendekatan ini nilai suatu saham diestimasikan pendekatan,
dengan oleh
cara
sebab
itu
mengkapitalisasi maka
disebut
capitalization income method. Nilai sekarang suatu saham adalah sama dengan nilai sekarang dengan arus kas dimasa yang akan datang yang pemodal harapkan diterima dari investasi pada saham tersebut. Dalam metode ini dividen digunakan sebagai dasar modal analisis, oleh karena itu modal ini disebut Dividend Discount Model (DDM). DDM dikembangkan menjadi 3 (tiga) model yaitu: a) Model pertumbuhan tetap (the constant growth model)
14
Model
ini
mengasumsikan
bahwa
pertumbuhan laba pada tingkat pertumbuhan tetap dari tahun ke tahun. b) Model tanpa pertumbuhan (the zero-growth model) Model ini mengasumsikan bahwa laba perusahaan tiap-tiap tahun menghasilkan jumlah laba yang sama. c) Model
dengan
beberapa
pertumbuhan
(multiple growth model) Model ini menggunakan dua atau lebih tingkat pertumbuhan dividen. 2. Pendekatan portopolio modern Pendekatan ini menekankan pada aspek psikologi bursa dengan asumsi hipotesis mengenal bursa yaitu hipotesis pasar efisien . bila seorang pemodal atau analisis ingin menggunakan pendekatan analis secara cermat maka dia memerlukan kerangka kerja. Kerangka kerja tersebut berupa tahapan analisis yang harus dilakukan secara sistematik. Tahapan analisis diantaranya yaitu: a. Analisis ekonomik Analisis ini bertujuan untuk mengetahui jenis serta prospek bisnis suatu perusahaan. b. Analisis industri
15
Dalam analisis ini perlu diketahui kelemahan dan kekuatan jenis industri perusahaan yang bersangkutan. c. Analisis perusahaan Analisis ini digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan. Para penanam modal memerlukan informasi tentang perusahaan yang relevan sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. 2.1.2.5 Tujuan Investasi Pada Saham Setiap investor yang melakukan investasi saham memiliki tujuan yang sama, yaitu mendapatkan capital gain yaitu selisih positif antara harga jual dan harga beli saham dan dividen tunai yang diterima dari emiten karena perusahaan memperoleh keuntungan (Samsul,2006:160). 2.1.2.6 Karakteristik Saham Karakteristik saham biasa menurut Darmadji & Hendy (2001:7-8) yaitu: 1. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba 2. Memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 3. Memiliki hak terakhir atau junior dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi 4. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya. Karakteristik saham preferen menurut Darmadji & Hendy (2001:8) yaitu: 1. Memiliki hak lebih dahulu memperoleh dividen
16
2. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus perusahaan 3. Memiliki hak pembayaran maksimal sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditor apabila perusahaan tersebut dilikuidasi 4. Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan disamping penghasilan yang diterima secara tetap 5. Dalam hal perusahaan dilikuidasi, memiliki hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan diatas pemegang saham biasa setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. 2.1.2.7 Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (1998: 109), return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). 1. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. 2. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan
17
diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high return, low risk low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu
current income (pendapatan lancar) dan capital
gain/capital loss (keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan secara cepat. Misalnya dividen saham yaitu dibayarkan dalam bentuk saham yang bisa dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang diterimanya, sedangkan Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya 2.1.3 Manajemen Keuangan 2.1.3.1 Definsi Manajemen Keuangan Sedangkan menurut Sutrisno (2009:4) manajemen keuangan adalah semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana
18
perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. 2.1.3.2 Fungsi Dan Tujuan Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan terdiri dari 3 (tiga) keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen. 1. Keputusan investasi Yaitu
masalah
bagaimana
manajer
keuangan
harus
mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang. 2. Keputusan pendanaan Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumbersumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3. Keputusan dividen Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan: a. Besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend b. Stabilitas dividen yang dibagikan c. Dividen saham (stock dividend)
19
d. Pemecahan stock (stock split) e. Penarikan saham kembali yang beredar, yang semuanya ditujukan
untuk
menngkatkan
kemakmuran
para
pemegang saham.
2.1.4
Laporan Keuangan
2.1.4.1 Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan sarana yang penting bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan secara periodik. Semakin cepat emiten menerbitkan laporan keuangan secara periodik, baik sesudah diaudit oleh kantor akuntan publik ataupun belum diaudit semakin berguna bagi investor (Samsul,2006:128). Sedangkan menurut Lukviarman (2006:13) laporan keuangan merupakan sumber informasi keuangan yang dihasilkan melalui suatu proses akuntansi untuk suatu periode atau tanggal tertentu. 2.1.4.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut Lukviarman (2006:13) tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2.1.4.3 Pemakai Laporan Keuangan Menurut Lukviarman (2006:19) pemakai laporan keuangan terdiri dari berbagai pihak yang berbeda untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang
20
berbeda. Diantara berbagai pihak yang menggunakan informasi dari laporan keuangan adalah: 1. Investor Berkepentingan
dengan
resiko
yang
melekat
serta
hasil
pengembangan investasi yang dilakukan. 2. Karyawan Berkepentingan
pada
informasi
mengenai
stabilitas
dan
profitabilitas perusahaan. 3. Pemberi pinjaman Berkepentingan pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar perusahaan pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya Berkepentingan terhadap informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 5. Pelanggan Berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah dengan berbagai lembaga yang berada dibawahnya Berkepentingan terhadap alokasi sumber daya dan aktivitas perusahaan lainnya.
21
7. Masyarakat Berkepentingan
terhadap
kontribusi
perusahaan
pada
perekonomian nasional. 2.1.4.4 Neraca Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan nilai aktiva perusahaan dan sumber pembiayaan dari sejumlah aktiva tersebut (klaim dari aktiva).(Lukviarman,2006:14) 2.1.4.5 Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan kinerja (performance) perusahaan selama suatu periode akuntansi.(Lukviarman,2006:15)
2.1.5
Analisis Rasio Keuangan
2.1.5.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak digunakan. Rasio ini merupakan alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar dan
menggambarkan
simpton
(gejala-gejala)
yang
tampak
suatu
keadaan.(prastowo & Juliaty,2005:80) Analisis rasio keuangan adalah alat yang paling bermanfaat untuk menentukan bagaimana aktivitas usaha dijalankan.(Luviarman,2006:20) Kinerja keuangan emiten berpengaruh terhadap kinerja pasar modal. Dalam hal ini kinerja keuangan emiten mempengaruhi permintaan dan penawaran investor terhadap
saham suatu
perusahaan.
Para pemegang
22
saham
merupakan
pemilik perusahaan sehingga sangat
berkepentingan
terhadap jalannya perusahaan, kinerja perusahaan dan pengembangan usaha perusahaan. Pemegang saham menginginkan dana
yang diinvestasikan
menghasilkan keuntungan. Akan tetapi pemegang saham tidak dapat langsung terlibat dalam pengelolaan perusahaan, sehingga tidak dapat memonitor secara langsung kegiatan perusahaan. Oleh karena itu pihak investor membutuhkan informasi keuangan suatu perusahaan sebagai pedoman pengambilan keputusan apakah mereka akan melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Dalam menentukan apakah seorang investor akan melakukan transaksi di pasar modal, maka ia akan mendasarkan keputusannya pada berbagai informasi yang dimilikinya, termasuk diantaranya informasi akuntansi. Informasi akuntansi merupakan sumber informasi intern bagi investor atau masyarakat
yang didapat dari laporan keuangan suatu perusahaan.
Menurut Munawir (1998: 4) menyatakan bahwa para investor berkepentingan pada laporan keuangan
suatu
perusahaan
dalam
rangka
penentuan
kebijaksanaan penanaman modalnya, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan atau rate of return yang cukup baik. Jadi dalam mengambil keputusan investasi, para investor harus memutuskan untuk membeli atau menjual sekuritas laporan keuangan
berdasarkan
analisis
23
2.1.5.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan Menurut Sutrisno (2009:215-216) rasio keuangan diperoleh dengan cara menghubungkan elemen-elemen laporan keuangan. Ada 2 (dua) pengelompokan jenis-jenis rasio keuangan: 1.
Menurut sumber dari mana rasio dibuat a. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios) Merupakan rasio yang bias menhubungkan elemen-elemen yang ada pada neraca saja. Seperti Current Ratio, Cash Ratio, Debt to Equity Ratio dan lain sebagainya. b. rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios) yaitu rasio yang menghubungkan elemen-elemen yang ada pada laporan laba rugi saja, seperti profit margin, operating ratio, dan lain-lain. c. rasio-rasio antar laporan (inter statement ratios) yaitu rasio yang menghubungkan elemen-elemen yang ada pada 2 (dua) laporan yaitu neraca dan laporan laba rugi seperti Return on Investment, Return on Equity, Asset Turnover dan lain-lain.
2.
Menurut tujuan penggunaan rasio yang bersangkutan a. Rasio liquiditas atau liquidity ratios Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan pendeknya.
dalam
membayar
hutang-hutang
jangka
24
b. Rasio leverage atau leverage ratios Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. c. Rasio aktivitas atau activity ratios Yaitu rasio-rasio untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. d. Rasio keuntungan atau profitability ratios Merupakan
rasio
yang
digunakan
untuk
mengukur
efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. e. Rasio penilaian atau valuation ratios Rasio-rasio untuk mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya.
2.1.6 Faktor Fundamental Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut (Murtanto dan Harkivent,
2000). Kinerja keuangan
perusahaan dituangkan dalam bentuk laporan keuangan dan diukur dengan alat ukur dalam bentuk rasio. Menurut Jones (2004), faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi nilai intrinsik saham dapat berasal dari dalam perusahaan, industri maupun keadaan perekonomian makro
25
1. Debt to Equity Ratio Yaitu imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Untuk menghitung Debt to Equity Ratio bisa menggunakan rumus sebagai berikut: Total Hutang Debt to Equity Ratio = Modal Return On Asset Yaitu ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT. Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
EBIT Return On Asset =
X 100% Total Aktiva
2. Return On Equity Yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau EAT. Dengan demikian rumus yang digunakan adalah:
26
EAT Return On Equity =
X 100% Modal Sendiri
3. Earning Per Share Yaitu ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar pemilik. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba bagi pemilik atau EAT. Rumus yang digunakan adalah: EAT Earning Per Share = Jumlah Lembar Saham 4. Price Earning Ratio (PER) Rasio ini mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perushaan dengan keuntungan yang akan diperoleh oleh para pemegang saham . Price Earning Ratio =
Harga Pasar Saham Harga Per Lembar Saham
5. Book Value Ratio Rasio ini untuk mengetahui seberapa besar harga saham yang ada dipasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya.semakin tinggi Rasio ini menunjukkan Perushaan semakin dipercaya,artinya nilai perusahaan menjadi lebih tinggi
27
=
BV Ratio
Harga Pasar Saham Nilai Buku Saham
2.1.7 Resiko sistematik Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima
dengan return
yang
diharapkan.Semakinbesar
kemungkinan perbedaannya, maka akan semakin besar pula risiko investasi tersebut. Ada beberapa sumber risiko
yang bisa mempengaruhi besarnya
risiko suatu investasi. Sumber- sumber tersebut antara lain adalah, risiko suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang dan risiko negara (Tandelilin, 2001). Menurut Siamat (1995:456) suku bunga adalah jumlah uang yang dibayarkan sebagai imbalan atas penggunaan uang yang dipinjam tersebut.Bunga yaitu harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus bibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).(Kasmir,2002:121)
dalam kegiatan perbankan ada 2 (dua) macam
bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu: 1. Bunga simpanan Yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. 2. Bunga pinjaman Yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank.
28
inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggirendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan
persediaan uang yang
kadangkala
dilihat
sebagai
penyebab
meningkatnya harga 2.2 Penelitian terdahulu Penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat dipakai sebagai bahan pengkajian yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh: 1. Noer Sasaongko dan Nila Wulandari (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2008) dalam jurnal mengenai pengaruh EVA dan rasio-rasio profitabilitas terhadap return saham . Permasalahan dalam jurnal ROA,ROE,ROS,EPS,BEP dan EVA berpengaruh
terhadap return saham, Sedangkan Hipotesis dalam
jurnal yaitu diduga ROA , ROE,ROS EPS,BEP dan EVA mempunyai
29
pengaruh yang signifikan terhadap return saham di BEJ. Kesimpulan dalam jurnal ini adalah bahwa terdapat pengaruh secara parsial EPS terhadap return saham dan tidak terdapat pengaruh secara parsial antara ROA , ROE, ROS,BEP dan EVA terhadap return saham tetapi secara simultan semua variable memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham dengan periode penelitian mulai tahun 2006 sampai dengan 2010 dan perusahaan yang di teliti adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI 2. Gede Priana Dwipratma (Universitas Gunadarma 2009) yang meneliti tentang pengaruh PBV,DER,EPS DPR dan ROA terhadap Return Saham (Studi Empiris pada perusahaan Food and beverage yang terdaftar di BEI) dengan sampel 14 perusahaan pada sector industry Food dan Beverage yang Listing di BEI pada tahu n 2003-2007 menyimpulkan bahwa pada uji regresi secara parsial hanya vaiabel EPS yang memiliki Pengaruh positif terhadap return saham sedangkan pada uji regresi secara simultan diketahui bahwa semua variable berpengaruh secara signifikan terhadap return saham 3. Almas Hijriyah (Sekolah Pasca Srajana Universitas Sumatera Utara Medan 2008 ) yang meneliti tentang “Analisi Faktor Fundamental dan Resiko Sistematis Terhadap return saham” Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang go public di Bursa Efek Jakarta menyimpulkan bahwa Secara empiris terbukti bahwa faktor fundamental (ROA,ROE,BV,DER,r) dan risiko sistematik (beta)
30
mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap return saham perusahaan properti secara bersama-sama.Secara empiris terbukti bahwa hanya variabel book value yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan properti secara parsial 2.3
Kerangka Pemikiran
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Faktor Fundamental Return of Asset Return on Equity Debt Equity Ratio Price Earning Rati Earing Per Share Book Value
Harga Saham
Resiko Sistematis Tingkat Suku Bunga Tingkat Inflasi
31
2.4 Perumusan Hipotesis 2.4.1 Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Menurut penelitian Noer Sasaongko dan Nila Wulandari (2008) Return On Assets (ROA) yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio terpenting diantara rasio rentabilitas/profitabilitas yang lainnya. Indikator ROA merupakan salah satu indikator keuangan yang sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Semakin besar ROA, maka kinerja perusahaan tersebut semakin baik, dan return saham semakin meningkat sehingga ROA mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan return saham. Earning per share (EPS) merupakan jumlah laba yang menjadi hak untuk setiap pemegang satu lembar saham biasa. EPS hanya dihitung untuk saham biasa tergantung dari struktur modal perusahaan.(Prastowo
& Rifka,2005:99)
Perbandingan antara jumlah earning (dalam hal ini laba bersih yang siap dibagikan bagi para pemegang saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan akan memperoleh komponen earning per share (EPS) bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling dasar dan berguna karena
bisa
menggambarkan
prospek
earning
perusahaan
dimasa
depan.(Tandelilin,2001:232-233).Jika nilai EPS meningkat, investor akan menganggap perusahaan mempunyai prospek yang cerah dimasa yang akan datang sehingga nilai perusahaan naik dan tercermin pada return saham perusahaan yang dihargai lebih tinggi oleh pasar sehingga return saham akan
32
semakin besar. Demikian juga sebaliknya, jika EPS turun maka investor akan menganggap perusahaan telah kehilangan kemampuan menghasilkan keuntungan sehingga nilai perusahaan menjadi turun dan return saham menjadi turun juga. Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio antara harga saham dengan pendapatan setiap lembar saham, dan merupakan indikator perkembangan atau pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (prospects of the firm). Semakin tinggi rasio PER, semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan oleh pemodal Rasio ini menunjukkan seberapa tinggi suatu saham dibeli oleh investor dibandingkan dengan laba per lembar saham. Price earning ratio memiliki hubungan positif dengan return saham, sehingga jika price earning ratio meningkat maka return saham juga akan semakin besar.(Prastowo & Rifka,2005:103) Dengan mengetahui besarnya nilai Earning Per Share Investor dapat memprediksi hasil yang diterimanya apabila berivestasi pada perusahaan tersebut dengan demikian EPS mencerminkan pendapatan di masa yang akan datang dan Informasi mengenai laba per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan yang dapat mempengaruhi return saham Return On Equity menunjukkan tingkat pengembalian yang akan diterima pemegang saham menurut sutrisno (2009:223) ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri, sehingga
33
Investor akan sangat tertarik untuk mengetahui berapa besar tingkat pengembalian yang akan diterima dari perusahaan atas ekuitas yang dimilikinya Debt To Equity Ratio mengidentifikasi sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditur dari prepektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya dalam penelitian Gede Priana Dwipratma (2009) DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham Secara sederhana Book Value bisa dihitung dengan cara membagi selisih antara total aktiva dengan total utang dengan jumlah saham yang beredar.BV tidak menghitung nilai pasar dari suatu perusahaan secara keseluruhan karena didasarkan pada data historis yang ada di dalam perusahaan tetapi BV dapat digunakan sebagai titik permulaan untuk dibandingkan dengan analisa yang lain .(Prastowo & Rifka,2005:106) H1 : Faktor fundamental memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga saham
2.4.2 Pengaruh Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Menurut penelitian Almas Hijriyah (2008)Resiko Sistematik yaitu tingkat suku bunga dan nilai inflasi yang Meningkat akan mengurangi minat investor untuk berinvestasi. Risiko yang relevan dalam perhitungan risiko suatu saham adalah risiko sistematik , maka sebagai akibatnya tingkat keuntungan diharapkan dari suatu saham haruslah dihubungkan dengan risiko
34
sistematiknya dan bukan risiko totalnya. Dengan demikian, semakin besar nilai tingkat suku bunga dan tingkat Inflasi maka semakin beresiko pula saham tersebutdan harga saham akan semakin menurun . Dengan kata lain semakin berisiko suatu investasi semakin rendah pula return sahamnya H2: Risiko sistematik (tingkat suku bunga, nilai inflasi) memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham