BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1
Pengertian Laporan Keuangan Pada dasarnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat pengujian saja
tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan suatu perusahaan. Dengan analisis tersebut dapat membantu pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan. Jadi untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan tersbut perlu adanya laporan keuangan perusahaan. Sofyan Syafri Harahap (2004:105) Laporan keuangan adalah media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan dan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode tertentu. Menurut Munawir (2004:2) mengemukakan pengertian laporan keuangan sebagai berikut: “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari perusahaan tersebut.” Riyanto (2001:327) mendefinisikan : bahwa laporan financial (finansial statement) memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial dimana neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu
9
10
saat tertentu dan laporan rugi laba (income statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama satu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun dengan maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode dapat diketahui. Menurut Baridwan (2010:17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang bersangkutan.
2.1.1.1 Tujuan Laporan Keuangan Menurut Zaki Baridwan (2000:4), tujuan laporan keuangan secara umum adalah sebagai berikut: 1. Untuk memnerikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan sumber-sumber ekonomi netto (sumber dikurangi kewajian) suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Memberi informasi penting lainnya mengenai perubahan sumber-sumber ekonomi & kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan penanaman.
11
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijaksanaan akuntansi yang dianut perusahaan. 2.1.1.2 Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi keuangan (2002:12), laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: 1. Neraca Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca minimal mencakup pos-pos sebagai berikut : aktiva berwujud, aktiva tak berwujud, aktiva keuangan, investasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas, persediaan, piutang usaha dan hutang lainnya, kewajiban yang diestimasi, kewajiban berbunga jangka panjang, hak minoritas, modal saham dan pos ekuitas. 2. Laporan laba rugi Laporan
laba-rugi
perusahaan
disajikan
sedemikian
rupa
yang
menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan, bagi penyajian secara wajar. Laporan laba-rugi minimal mencakup pos-pos berikut: pendapatan, laba-rugi perusahaan, beban pinjaman, bagian dari laba
atau
rugi
perusahaan
afilitas
dan
asosiasiyang
diperlukan
menggunkan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas
12
normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, laba rugi bersih dan periode berjalan. 3. Laporan perubahan ekuitas Perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran yang dianut. 4. Laporan arus kas Laporan arus kas melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas selama periode tertentu. Arus kas diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. 5. Catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan negatif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban komitmen.
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya dilakukan untuk melihat prospek dan resiko perusahaan. Prospek untuk mengetahui
tingkat
keuntungan
(profitabilitas)
sedangkan
resiko
untuk
mengetahui perusahaan tersebut sedang mengalami kesulitan keuangan atau tidak. Harahap (2004:189) analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat
13
hubungannya yang berifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Alwi (2001:106) memberikan definisi terhadap analisis laporan finansial (financial statement analysis) khusus mencurahkan perhatian kepada perhitungan rasio agar dapat mengevaluasi keadaan finansial pada masa yang lalu, sekarang dan memproyeksi hasil yang akan datang. Hanafi dan Abdul Halim (2005:5) mengemukakan bahwa untuk menganalisis laporan keuangan, seorang analis keuangan harus melakukan beberapa hal: 1. Menentukan tujuan dari analisis keuangan 2. Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan dari laporan keuangan tersebut. 3. Memahami kondisi ekonomi dan bisnis yang mempengaruhi usaha perusahaan tersebut.
2.1.2.1 Tujuan Analisis Laporan Keungan Alwi (2001:107) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu manajer finansial memahami apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan berdasarkan informasi yang tersedia yang sifatnya terbatas berasal dari finansial statement. Menurut Munawir (2010:31), tujuan analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi
14
keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai. Data keuangan tersebut akan lebih berarti
bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan
apabila
data
tersebut
diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga akan dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil.
2.1.3 Analisis Rasio Keuangan Riyanto
(2001:18)
analisis
rasio
keuangan
adalah
analisis
yang
menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan. Dennis (2006) dalam penelitian Hapsari (2007) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan metode yang paling baik digunakan untuk memperoleh gambaran kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Menurut
Munawir
(2004:238)
analisis
rasio
adalah
rasio
yang
menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan suatu pos atau kelompok pos dengan pos atau kelompok pos yang lain, baik yang tercantum dalam neraca maupun dalam laporan rugi laba.
15
2.1.3.1 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan Menurut Harahap (2004:298) adapun keterbatasan analisis rasio keuangan itu adalah: 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 3. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron. 4. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang di pakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
2.1.4
Jenis-Jenis Rasio Keuangan Menurut Alwi (2001:39) yang perlu diperhatikan dalam penggunaan rasio-
rasio antara lain: 1. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secra bersama-sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan. 2. Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis atau pada saat yang sama.
16
3. Sebaiknya perhitungan rasio financial didasarkan pada data laporan keuangan yang sudah diaudit. Laporan keuangan yang belum diaudit, masih diragukan kebenarannya sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat. 4. Sangat penting diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama. Jumlah angka-angka rasio dapat digolongkan menjadi dua golongan pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang dibedakan menjadi rasio-rasio neraca, rasio-rasio laporan rugi-laba, dan rasio-rasio antar laporan keuangan, golongan kedua berdasarkan tujuannya rasio keuangan dibedakan menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio pertumbuhan. Dari rasio-rasio tersebut yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis kinerja perusahaan dalam penelitian ini meliputi: 1. Rasio Likuiditas Hanafi dan Halim (2003:79) rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Meskipun rasio ini tidak bicara masalah solvabilitas (kewajiaban jangka panjang), dan biasanya relatif tidak penting dibandingkan rasio
17
solvabilitas, tetapi rasio likuiditas yang jelek dalam jangka panjang juga akan mempengaruhi solvabilitas perusahaan. a. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Berikut ini perhitungan rasio lancar untuk perusahaan ABC. Current Ratio =
Aset Lancar Kewajiban Lancar
x100%
Rasio lancar untuk perusahaan yang normal berkisar pada angka 2, meskipun tidak ada standar yang pasti untuk penentuan rasio lancar yang seharusnya. Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap.
2. Rasio Solvabilitas Harahap (2004:303) Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat
18
dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang. a. Rasio hutang atas total asset (Debt to asset ratio) Rasio ini digunakan untuk menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva lebih besar rasionya lebih aman (solvable). Bisa juga dibaca berapa porsi hutang dibanding dengan aktiva. Supaya aman porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil. Rasio Hutang atas Asset =
Total Hutang Total Asset.
3. Rasio Aktivitas Hanafi dan Halim (2003:80) Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset. Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semkain besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
19
a. Total Asset Turnover Rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran modalnya (investasi). Total Asset Turnover =
Penjualan Total Aktiva
4. Rasio Profitabilitas Hanafi dan Halim (2003:85) Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitabilitas). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan yaitu: a. Margin Keuntungan (Profit Margin) Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat secara langsung pada analisis common-size untuk laporan rugi-laba (baris paling akhir). Profit Margin =
Laba Bersih Penjualan
x100%
Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk
20
tingkat biaya yang tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. 5. Rasio Pasar Hanafi dan Halim (2003:87) Rasio yang terakhir adalah rasio pasar yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. a. Dividend Pay-out Ratio Rasio yang terakhir adalah rasio pembayaran dividen ( Dividend payout ratio). rasio ini melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Dividend pay-out Ratio =
2.1.5
Dividend perlembar Earning perlembar
x100%
Kebijakan Dividen Kebijakan dividen bagi seorang manajer di sebuah perusahaan merupakan
salah satu fungsi utama dalam membuat suatu kebijakan mengenai keputusan keuangan perusahaan. Kebijakan dividen merupakan hal yang pentig karena bukan hanya meyangkut kepentingan perusahaan, namun juga menyangkut kepentingan pemegang saham.
21
Menurut Sudana (2011:167) kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnya dividend payout ratio, yaitu besarnya persentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Menurut Riyanto (2001:265) kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan didalam perusahaan.
2.1.5.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Bambang Riyanto (2001:267) dalam menentukan keputusan bahwa perusahaan akan membayar dividen dan tidak menahan laba dapat dipengaruhi oleh bebrapa faktor sebagai berikut: a. Posisi Likuiditas Perusahaan Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. b. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau earning yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividen
22
payout ratio yang rendah. Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. c. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah “dividend payout ratio”-nya. d. Pengawasan Terhadap Perusahaan Variabel penting lainnya adalah “control” atau pengawasan terhadap perusahaan. Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber intern saja.
2.1.5.2 Indikator Kebijakan Dividen Menurut Warsono (2003:275), indikator untuk mengukur kebijakan dividen yang secara luas digunakan ada dua macam, yaitu: 1. Hasil Dividen (Dividend Yield) Dividend Yield adalah suatu rasio yang menghubungkan dividen yang dibayar dengan harga saham biasa. Dividend Yield menyediakan suatu ukuran komponen pengembalian total yang dihasilkan dividen, dengan menambahkan apresiasi harga yang ada. Beberapa investor menggunakan dividend yield sebagai suatu ukuran risiko dan sebagai suatu penyaring investasi, yaitu mereka akan berusaha menginvestasikan dananya dalam saham yang menghasilkan dividend yield yang tinggi.
23
2. Rasio Pembayaran Dividen (Divident Payout Ratio) Dividend Payout Ratio merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa. DPR banyak digunakan dalam penilaian sebagai cara pengestimasian dividen untuk periode yang kan datang, sedangkan kebanyakan analis mengestimasikan pertumbuhan dengan menggunakan laba ditahan lebih baik daripada dividen.
2.1.6 Pertumbuhan Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul, dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Menurut Harahap (2005:263) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan. Sangat pentignya laba bagi perusahaan mempuyai pengaruh yang signifikan dalam kemajuan perusahaan. Pertumbuhan laba yang positif mencerminkan bahwa perusahaan telah dapat mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan laba serta menunjukan baiknya kinerja keuangan
24
perusahaan, dan begitu juga sebaliknya. Maka dari itu dibutuhkannya analisa laporan keuangan yaitu rasio keuangan yang dihitung dari laporan keuangan. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000). Pertumbuhan Laba =
Laba bersih tahun t – Laba bersih tahun t-1 Laba bersih tahun t-1
x100%
Keterangan : Laba bersih tahunt = laba bersih tahun berjalan Laba bersih tahunt-1 = laba bersih tahun sebelumnya
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba telah banyak dilakukan oleh beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya adalah : 1. Penelitian yang dilakukan adalah Evy Melinda (2010) adalah “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan atas pengaruh rasio keuangan variabel yang digunakan (Debt Ratio, Net Profit Margin, Inventory Turnover, dan Return On Equity) terhadap
25
pertumbuhan laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian secara simultan menunjukkan debt ratio, net profit margin, inventory turnover, dan return on equity berpengaruh terhadap pertumbuhan laba dan secara parsial hanya hanya debt ratio yang berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. 2. Nur Ari Widiasih (2006) menguji “Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ”. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan atas pengaruh rasio keuanagn varibel yang digunakan (gross profit margin, leverage, earning per share, price earning ratio, perputaran
aktiva
tetap
dan
perputaran
persediaan)
terhadap
pertumbuhan laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Hasil penelitian secara simultan menunjukan seluruh variabel berpengaruh dalam memprediksi perubahan laba dan secara parsial yang berpengaruh hanya variabel gross provit margin dan leverage. Sedangkan
keempat
rasio
lainnya
tidak
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba. 3. Indah Widya Ningsih (2010) menguji "Pengaruh rasio keuangan Terhadap
Pertumbuhan
Laba
Perusahaan
Manufaktur
Industri
Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia”. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan atas pengaruh rasio keuanagan variabel yang digunakan (current ratio, debt to equity
26
ratio, debt to asset ratio, total asset turnover, return on assets, return on equity) terhadap pertumbuhan laba pada Perusahaan Manufaktur Industri Makanan Dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian secara simultan menunjukkan current ratio, debt to asset ratio, debt to asset ratio, total asset turnover, return on asset, return on equity, gross profit margin dan inventory turnover berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba dan secara persial hanya current ratio, total asset turnover dan inventory turnover yang berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
2.3 Rerangka Pemikiran Rerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut : Likuiditas
Current Ratio
Solvabilitas
Debt To Asset Ratio
Aktivitas
Total Asset Turnover
Profitabilitas
Profit Margin
Kebijakan Dividen
Dividend Payout Ratio
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
Pertumbuhan Laba
27
Rasio keuangan dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen terdiri dari likuiditas dengan menggunakan current ratio (CR), solvabilitas dengan menggunakan debt to asset ratio (DAR), aktivitas dengan menggunakan total asset turnover, profitabilitas dengan menggunakan profit margin, kebijakan dividen dengan menggunakan dividend payout ratio. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba.
Pengaruh Current Ratio terhadap Pertumbuhan Laba Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi current ratio, maka perusahaan semakin likuid dan akan semakin mudah memperoleh pendanaan dari kreditor maupun investor untuk memperlancar kegiatan operasionalnya sehingga laba juga dapat meningkat. Dalam penelitian Sitorus (2010) dari profitabilitas, nilai current ratio yang tinggi belum tentu baik walaupun dari segi likuiditas menunjukkan resiko yang rendah. Namun, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar hutang. Hal ini didukung dengan penelitian (Indah Widya, 2010) yang menyimpulkan bahwa current ratio berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Pengaruh Debt to Asset Ratio terhadap Pertumbuhan Laba Semakin tinggi debt to asset ratio, maka perusahaan semakin rendah tingkat pendanaan yang disediakan oleh pemilik sehingga akan sulit memperoleh pendanaan dari kreditor untuk mendukung kegiatan operasionalnya
28
yang dapat berakibat pada penurunan laba perusahaan, jika rasio semakin rendah, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Dalam penelitian (Evy, 2010) Kemampuan Debt to Asset Ratio dalam mempengaruhi pertumbuhan laba dapat disebabkan oleh pendanaan yang diperoleh dari pihak ketiga (kreditor) yang akan digunakan untuk mendanai aktiva yang akan digunakan dalam kegiatan operasional untuk menghasilkan keuntungan . Pengaruh rasio debt to asset ratio terhadap pertumbuhan laba telah diteliti oleh Evy (2010), hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to asset ratio berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Pengaruh Total Asset Turnover terhadap Pertumbuhan Laba. Semakin tinggi total asset turnover maka perusahaan semakin efisien dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan dan laba perusahaan juga dapat meningkat. Dalam penelitian Ranitauli (2012) total assets turnover merupakan perbandingan antara volume usaha dengan jumlah aktiva, yaitu kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Tingginya total assets turnover menunjukkan efektivitas penggunaan dana. Dengan demikian tinggi rendahnya total assets turnover akan mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan laba. Hanafi dan Halim (2003) dalam Zafira (2013) Pengaruh total asset turnover terhadap pertumbuhan laba bersih perusahaan adalah semakin cepat
29
tingkat perputaran aktivanya maka laba bersih yang dihasilkan akan semakin meningkat, karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan aktiva tersebut untuk meningkatkan penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan. Kenaikan pendapatan dapat menaikkan laba bersih perusahaan. Dalam penelitian Widya (2010) menunjukkan bahwa total asset turnover berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Pengaruh Profit Margin terhadap Pertumbuhan Laba Net Profit Margin menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan, Harahap (2004:304). Semakin tinggi profit margin maka semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Menurut Riyanto (2001:39) untuk mempertinggi Net Profit margin dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Dengan menambah biaya usaha sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan volume usaha yang sebesar-besarnya, atau dengan kata lain tambahan volume usaha harus lebih besar daripada tambahan biaya usaha. 2. Dengan mengrangi pendapatan dari volume usaha sampai tingkat tertentu diusahakan adanya pengurangan biaya usaha yang sebesar-besarnya, atau dengan kata lain berkurangnya biaya usaha harus lebih besar daripada berkurangnya pendapatan dari volume usaha.
30
Dalalm penelitian Melinda (2010) menyatakan Profit Margin tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Pertumbuhan Laba Jusriani (2013) Dividen adalah pembagian laba kepada para pemegang saham oleh perusahaan. Dividen harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan maupun kebutuhan para pemegang saham. Pada saat perusahaan mengalami pertumbuhan, dividen mungkin kecil karena lebih memusatkan kegiatan menumpuk dana, akan tetapi pada saat sudah berada pada masa maturity (penerimaan yang diperoleh sudah cukup besar), sementara kebutuhan pemupukan dana tidak begitu besar, maka dividen yang dibayarkan dapat diperbesar. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan investor (para pemegang saham) tetapi internal financial perusahaan akan semakin kuat. Yunita (2011) Pembayaran dividen merupakan sinyal positif bagi investor. Selain meningkatkan kemakmuran investor, dividen yang tinggi mencerminkan baiknya kinerja manajer perusahaan. Kenaikan pembayaran dividen merupakan indikasi adanya kelebihan laba bersih yang digunakan untuk investasi. Dalam penelitian Margareta (2010) menyatakan Kebijakan Dividen tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Semakin kecil nilai dividend payout ratio yang dibayarkan oleh perusahaan maka semakin menunjukkan pertumbuhan laba yang baik.
31
Dengan demikian, secara simultan rasio keuangan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, dan secara parsial current ratio, debt to asset ratio, total asset turnover, profit margin, dan dividend payout ratio berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
2.4 Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2006 : 51) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris. Berdasarkan perumusan masalah dan rerangka pemikiran, maka hipotesis dari penelitian ini adalah : H1 : Current ratio berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H2 : Debt to asset ratio berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H3 : Total asset turnover berpengaruh terhadap pertumbuhan laba H4 : Profit margin berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. H5 : Dividend payout ratio berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.