BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Bank Pengertian Bank menurut undang-undang N0. 10 tahun 1998 yang merupakan perubahan dari undang-undang N0.7 tahun 1992 tentang perbankan, menyatakan bahwa: “ Bank adalah bank usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan tarif hidup orang rakyat banyak.” Sedangkan menurut Kasmir (2003:11), bank secara sederhana dapat diartikan sebagai: “ lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.” Adapun pengertian lain bank menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam Akuntansi Perbankan, menyatakan bahwa :
“ Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan ( financial Intermediary ) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.” Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu lembaga keuangan yang memliki fungsi sebagai perantara peredaran lalu lintas uang. Meliputi kegiatan operasi yaitu menghimoun dana dari masyarakat yang kelebihan dana, kemudian menyalurkan ke masyarakat yang memerlukan dana dalam bentuk kredit, dengan tujuan untuk meningkatkan tariff hidup orang banyak. 2.1.2 Jenis dan Usaha Bank 1. Jenis Bank Jenis perbankan yang dikemukakan oleh kasmir (2003:20) ditinjau dari berbagi segi, adalah sebagai berikut : A. Dilihat dari Segi Fungsinya Berdasarkan Undang-Undang RI. Nomor 10 tahun 1998 maka jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari. 1. Bank Umum Bank Umum adalah bank yang melaksanaka kegiatan usaha secara konversional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank Umum sering disebut Bank komersil ( commercial Bank). Misalnya: 2. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara kovensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dan lalu lintas pembayaran. Artinya disini kegiatan BPR jauh lebih sempit dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum. B. Dilihat dari Segi Kepemilikannya Jenis Bank dilihat dari segi kepemillikannya adalah sebagai berikut : 1.
Bank Milik Pemerintah Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan Bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
2.
Bank Milik Swasta Nasional Merupakan Bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula.
3.
Bank Milik Asing Bank milik Asing merupakan cabag dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu Negara.
4.
Bank milik Campuran Bank milik Campuran merupakan Bank yang kepemilikan seharusnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia.
C. Dilihat dari Segi Status 1. Bank Devisa Bank yang berstatus devisa atau Bank Devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso keluar negeri, travelers cheque, pembukuan dan pembayaran letter of credit ( L/C ) dan transaksi luar negeri lainnya. Persayaratan untung menjadi Bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia setelah semua persyaratan yang ditetapkan. 2. Bank non devisa Bank dengan status non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, jadi Bank non devisa merupakan kembalikan daripada Bank devisa, di mana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas suatu Negara. Jenis Bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok yaitu : 1.
Bank berdasarkan prinsip konversional Mayoritas Bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah Bank yang berorientasi pada prinsip konversional. Hal ini disebabkan tidak
terlepasnya sejarah bangsa Indonesia di mana asal mulanya Bank di Indonesia dibawa oleh Kolonial Belanda ( barat ). Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu : a. Menetapkan bungan sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga beli untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarakan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. b. Untuk jasa-jasa Bank lainnya perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbaai biaya-biaya dalam nominal atau presentase tertentu seperti biaya adsminitrasi, biaya provisi, sewa, iuran dan biaya-biaya lainnya. Pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. 2. Bank yang berdasarkan prinsip syariah Penentuan harga Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah terhadap produknya sangat berbeda dengan
Bank berdasarkan prinsip Konversional. Bank
berdasarkan Prinsip Syariah menerapka aturan berdasarkan hokum islam antara bank dengan pihak lain dalam hal untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. 2. Usaha Bank Dalam Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, menjelaskan bahwa usaha Bank Umum meliputi ;
a.
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan / atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu ;
b.
Memberikan kredit ;
c.
Menerbitkan surat pengakuan hutang ;
d.
Membeli, menjual atau meminjam atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atau perintah nasabah.
e.
Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah ;
f.
Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjam dana kepada bank lain, baik menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel atau sarana lainnya ;
g.
Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antara pihak ketiga ;
h.
Menyediakan tempat untuk menyimpan barang atau surat berharga ;
i.
Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak ;
j.
Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek Indonesia ;
k.
Membeli melalui pelelangan guna baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajiban kepada bank, dengan ketentuan agumen yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya ;
l.
Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat;
m.
Bank Umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dapat juga melakukan usaha berdasarkan prinsip syariah.
3. Fungsi dan Tujuan Bank Menurut Kuncoro (202:67) terdapat 3 fungsi utama bank dalam pembangunan ekonomi, yaitu: a. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan. b. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit. c. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang. Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 fungsi utama Perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpunan dan penyalur dana masyarakat. Sedangkan Perbankan Indonesia bertujuan memanjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kea rah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. 4. Pengertian Laporan Keuangan Bank Bicara tentang laporan keuangan, maka akan terlintas dalam pikiran sebuah daftar yang berisikan angka-angka tentang kekayaan suatu perusahaan dan
ringkasan hasil aktivitas operasional perusahaan selama satu periode yang disusun secara sistematis oleh bagian keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari sebuah siklus akuntasi pada setiap akhir periodenya, yang dimulai dari proses pengidentifikasin dan pengukuran data yang relevan, pencatatan transaksi dengan mengklasifikasikan setiap data sampai pemprosesan data yang menghasilkan laporan keuangan sebagai informasi akuntansi. Laporan keuangan bank juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara perusahaan sebagai satu kesatuan usaha dengan para pemilik dan pihakpihak lain yang berkepentingan. Menurut ikatan akuntansi Indonesia laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan bank yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan posisi keuangan (dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau arus dana, catatan dan laporan lainnya serta materi penjelasan) yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut (IAI,1994). Neraca menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu, umumnya pada akhir tahun saat penutupan buku, dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun kalender, sehingga neraca sering disebut balance sheet. Necara tidak memberikan informasi nilai perusahaan secara langsung, tetapi informasi tersebut bisa dilihat dengan mempelajari neraca digabung dengan laporan keuangan yang lain.
Laporan laba/rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa dan biaya-biaya yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut, singkatnya laporan laba/rugi merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan dan biaya dari suatu perusahaan untuk satu periode akuntansi. Ada tiga elemen pokok dalam laporan laba/rugi: 1) pendapatan nasional 2) beban operasional dan 3) laba/rugi ( gain or loss ). Namun, perusahaan tertentu menuntaskan periode akuntansinya dibulan ini, dengan pertimbangan pada bulan tersebut perusahaan berada pada posisi terbaiknya. Swalayan besar lebih senang mengakhiri periode akuntansinya dibulan januari atau februari, karena pada bulan ini setalah konsumen liburan dan belanja akhir tahun perusahaan memiliki banyak uang dan persediaan rendah. Laporan bagian laba ditahan digunakan untuk perusahaan yang berbentuk perseroan yang menunjukan suatu perubuhan besarnya bagian laba ditahan selama jangka waktu tertentu. Untuk perusahaan perseorangan dan persekutuan menggunakaan laporan modal sendiri. Laporan ini memuat perubahan besarnya modal pemilik selama periode tertentu. Isi laporan laba/rugi biasanya mencakup elemen-elemen seperti berikut: 1. pendapatan operasional perusahaan a. penjualan (bersih) b. harga pokok penjualan c. biaya operasional d. pendapatan dan biaya lainnya e. biaya pajak yang berkaitan dengan operasional perusahaan
2. hasil dari operasi yang dihentikan a. pendapatan (rugi) dari operasi perusahaan yang dihentikan (bersih pajak) b. untung (rugi) yang berkaitan dengan pelepasan lini bisnis yang dihentikan (bersih pajak) 3. item-item luar biasa 4. efek kumulatif perubahan prinsip akuntansi 5. laba bersih 6. laba perlembar saham (hanafi & halim:2005) Sedangkan laporan perubahan posisi keuangan memperlihatkan aliran modal kerja selama periode tertentu, meliputi sumber dan penggunaan modal kerja atau alasan-alasan lain yang menyebabkan perubahan modal perusahaan selama jangka waktu tertentu (jumingan,2005). 5. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Bank Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:1.2) laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini: 1. Neraca Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca minimal mencangkap pos-pos sebagai berikut: aktiva berwujud, aktiva tak berwujud, aktiva keuangan,
investasi yang diperlukan menggunakan metode
ekuitas persediaan, piutang usaha dan hutang lainnya, kewajiban yang
diestiminasi, kewajiban berbunga jangka panjang, hak minoritas, modal saham dan pos ekuitas lainnya. 2. Laporan Laba Rugi. Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan, bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos pos berikut: pendapatan, laba rugi perusahaan, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan afilitas dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, laba rugi bersih dan periode berjalan. 3. Laporan Komitmen dan Kontinjensi Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersma dipenuhi. Sedangkan laporan kontijensi merupakan taguhan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada atau tidaknya satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang. Penyajian laporan komitmen dan kontijensi tersendiri tanpa pos lama. 4. Laporan Arus Kas Laporan arus kas melaporkan arus kas masuk dan kas keluar atau setara kas selama periode tertentu. Arus kas diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
5. Catatan Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan negatif atau rincian jumlah yang setara dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban komitmen. 6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan baik yang ada didalam negeri maupun diluar negeri. Sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaan. 6. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter. SFAC no.1 menyatakan tujuan dari pelaporan keuangan perusahaan yaitu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi perusahaan keputusan bisnis dan ekonomi oleh investor yang ada dan yang potensial, kreditur, manajemen, pemerintah, dan pengguna lainnya (FASB, 1978). Menurut standard akuntansi keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia,1994) bahwa „tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi‟. Namun demikian laporan keuangan tidka menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan
hanya menyediakan informasi yang bersifat historis, artinya laporan keuangan berisi ringkasan kejadian yang terjadi pada periode sebelumnya. Secara umum sumbangan laporan keuangan dalam hal penyampaian informasi ditingkatkan apabila laporan: 1.
Memberikan informasi mengenai prestasi operasional terpisah dari aspek lain yang berkaitan dengan prestasi perusahaan.
2.
Menyajikan hasil dari aktivitas atau kejadian tertentu yang signifikan untuk memprediksi jumlah, waktu (timing), ketidakpastian aliran kas dan pendapatan dimasa datang.
3.
Memberikan informasi yang bermanfaat untuk menilai return on investment suatu perusahaan.
4.
Memberikan umpan balik ( feed back ) ke pemakai laporan keuangan sebagai evaluasi prediksi terhadap pendapatan dan komponennya yang dilakukan sebelumnya.
5.
Memberikan informasi untuk membantu menaksi biaya untuk menjaga kemampuan operasional perusahaan.
6.
Menyajikan informasi mengenai seberapa besar efektif manajemen telah melakukan kewajibannya yang berkaitan dengan penggunaan sumberdaya ekonomi perusahaan (hanafi & halim,2005). Sebuah laporan keuangan harus memenuhi beberapa syarat yang menunjukan
kualitas dari pelaporan keuangan agar dapat bermanfaat optimal bagi pemakai. Syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain dapat dipahami dengan mudah oleh
pemakai, andal dan dapat diperbandingkan antar periode atau antar perusahaan untuk
mengindentifikasikan, mengevaluasi
posisi
dan kinerja keuangan
perusahaan. Pemakai laporan keuangan dapat menginterprestasikan laporan keuangan yang bersifat historis ini menurut kebutuhannya. Diantara pemakai informasi laporan keuangan adalah investor, karyawa, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditut usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan masyarakat. Investor
berkepentingan
dengan
risiko
yang
melekat
serta
hasil
pengembangan investasi yang dilakukan, yang paling menarik tentu saja perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi, tetapi mempunyai tingkat risiko yang rendah. Karyawan berkepentingan pada informasi mengenai stabilitas dan profotabilitas perusahaan untuk memastikan apakah perusahaan akan dimasuki tersebut mempunyai prospek keuangan yang bagus. Pemberi pinjaman berkepentingan pada informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta tabungannya dapat dibayar perusahaan pada saat jatuh tempo. Pemasok dan kreditur usaha lainnya, berkepentingan terhadap informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dapat dibayar (lukfiarman,2006). Menurut Prastowo (2002:30), secara harfiah analisis laporan keuangan terdiri atas dua kata, yaitu analisis dan laporan keuangan, ini berarti juga bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu kegiatan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan.
7. Analisis Laporan keuangan Pengertian analisis laporan keuangan menurut Harahap (2004:190) adalah sebagai berikut: “ Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil danmelihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” Menurut Prastowo (2002:30), secara Harfiah analisis laporan keuangan terdiri atas 2 kata, yaitu analisis dan laporan keuangan, ini juga bahwa analisis laporan keuangan merupakah suatu kegiatan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan. 8. Metode Analisis Laporan Keuangan Menurut Riyanto (2008:329) penganalisis financial dalam mengadakan analisis rasio financial pada dasarnya dapat melakukan dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu: a.
Membandingkan rasio sekarang dengan (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (ratio bistoris) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan sama. Dengan cara perbandingan tersebut akan dapat diketahui perubahanperubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Dengan menganalisis satu
macam rasio saja tidak banyak artinya, karena kita dapat mengetahui factorfaktor apa yang menyebabkan adanya perubahan tersebut. b.
Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan /company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain sejenis atau industry (rasio industry/rasio rata-rata/ratio strandard) untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industry akan dapat diketahui apabila perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek finansiil tertentu berada diatas rata-rata industry ( above average), berada pada rata-rata (average) atu terletak dibawah rata-rata (belom average).
9. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Menurut Prastowo dan juliaty (2005:7) bahwa laporan keuangan yang berguna bagi pemakai mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: a. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pemakai maksutnya yaitu pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas dan bisnis, akuntansi serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. b. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas yang relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. c. Keandalan informasi memilik kualitas andal (realiable) jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainnya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan. d. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuanga perusahaan atau antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (trend) posisi kinerja keuangan. Implikasi penting dari karakteristik kualitas dapat diperbandingkan bahwa pemakai harus mendapat informasi tenteng kebijaksanaan akuntansi yang harus digunakan dalam perusahaan laporan keuangan dan perubahan kebijaksanaan serta pengaruh perubahan tersebut. 10. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Sifat dan keterbatasn laporan keuangan menurut PAI, Harahap (2004:10) adalah sebagai berikut: a.
laporan keuangan bersifat historis yaitu merupakan laporan kejadian yang telah lewad. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satuya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
b.
Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk semua pemakai dan bukan dimaksutkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja.
c.
Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan menggunakan taksiran dan pertimbangan.
d.
Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material, demikian pula penerapan prinsip akuntansi terdapat suatu fakta pos tertentun yang mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini dianggap tidak material dan tidak menimbulkan pengaruh material terhadap kelayakan laporan keuangan.
e.
Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, yang lazim dipilih adalah alternative yang menghasilkan laba atau nilai aktiva yang kecil.
f.
Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu transaksi daripada bentuk hukumnya.
g.
Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan dengan bahasa teknis akuntansi dan sifat informasi yang dilaporkan.
h.
Adanya berbagai altenatif metode akuntasi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.
i.
Informasi yang bersifat kumulatif dan factual yang tidak dapat diidentifikasikan umumnya diabaikan.
2.1.3 Penilaian Kinerja 1. Pengertian Kinerja dan Penilaian Kinerja Pengertian kinerja perusahaan menurut Helfert (1997:67) adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus –menerus oleh manajemen. Oleh karena itu, untuk menilai kinerja perusahaan ini perlu dilibatkan analisis dampak keuangan keuangan kumulatif dan ukuran komperatif. Pengertian penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001:415) adalah penentuan secara periodic efektivitas operasional suatu organisasi dan dalam mematuhi standar periaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diingingkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana forma yang dituangkan dalam anggaran. 2. Manfaat Penilaian Kinerja Manfaat penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997:420) adalah sebagai berikut: a.
Mengelola
operasi
organisasi
secara
efektif
dan
efisien
melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum. b.
Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.
c.
Mengindentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan criteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
d.
Menyediakan unpam balik bagi karyawan mengenai bagaimana suatu tatasan mereka menilai kinerja mereka.
e.
Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.1.4 Analisis Kinerja Bank Perbankan merupakan bisnis jasa yang bergabung dalam industry “kepercayaan” dan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Berikut merupakan rasio perbankan yang terdiri dari tiga kelompok rasio yaitu rasio likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio profitabilitas. a. Analisis Rasio Likuiditas Merupakan gambaaran kemampuan suatu perusahan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu sehingga likuiditas sering disebut dengan short term liquidity. Beberapa Rasio Likuiditas yang sering dipergunakan dalam kinerja suatu bank antara lain adalah sebagai berikut: 1. Quick Ratio Quick ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban terhadap para pedosan (pemilik simpan giro, tabungan dang deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh suatu bank. Rumus untuk mencari quick rayio sebagai berikut:
=
cash asset total deposit
x 100%
Nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia pada quick ratio sebesar 15%20%.
2. Banking ratio Banking ratio bertujuan untuk mengukur tingkat likuiditas bank dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini, maka tingkat likuiditas bank semakin rendah, karena jumlah data yang digunakan utuk membiayai kredit semakin besar. Demikian pula sebaliknya. Rumusan untuk mencari banking ratio sebagai berikut:
=
total loans total deposit
x100%
Nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia pada banking ratio sebesar 75%-85% 3. Loan to Deposit Ratio(LDR) LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut: total loans = total deposit +equity
x100%
Loan to deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jarak kemampuan Bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber lukiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas Bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlkan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Rasio ini
juga indicator kerawanan dan kemampuan dari suatu Bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari loan to deposit ratio suatu Bank adalah sekitar 80%. Namun, batas tolereransi berkisar anatar 85% dan 110%. 4. Loan to asset ratio (LAR) Loan to asset ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas Bank yang menunjukkan kemampuan Bnak untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki Bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar, rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
=
jumlah kredit yang diberikan jumlah aset
x100%
a.Analisis Rasio Rentabilitas Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalm hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas suatu bank antara lain sebagai berikut: a. Return on assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Dalam penilaian standar tingkat kesehatan Bank Indonesia pada return on asset (ROA) sebesar 0,5%-1,25%. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai beikut:
=
laba bersih total aktiva
x100%
b. Return on Equity (ROE) ROE adalah perbandingan antara laba bersih Bank dengan REO modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
=
net income equity capital
x100%
Rasio ini banyak ditamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham sediri maupun pemegang saham baru). Serta para investor dipasar modal yang ingin membeli saham Bank yang bersangkutan (jika Bank tersebut telah go public). Nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia pada REO sebesar 5%12%. c. Rasio Beban Operasional terhadapan pendapatan operasional (BOPO) Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: =
biaya (beb an operasional ) pendapatan operasional
x100%
Rasio biaya oprasional digunakan untuk mengukur tingkat efisien yang kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan
utama Bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional Bank didominasi oleh biaya bungan dan hasil bunga. d. Net Profit Margin (NPM) ratio Net Profit Margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh Bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: laba bersih
= pendapatan
operasional
x100%
b. Analisis Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan Bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan Bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuiditas Bank. Di samping itu, rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai utang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber lain diluar modal Bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimilik Bank. Beberapa rasio solvabilitas antara lain sebagai berikut: a. Primary Ratio Merupakan rasio untuk mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah memakai. Atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total asset masuk dapat
ditutupi oleh capital equity. Rumus yang digunakan untuk mencari primary rasio sebagai berikut:
=
𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 Total Assets
x100%
Nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia pada primary ratio sebesar 3%-6%. b. Capital Ratio Merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung pengkreditan, terutama resiko yang terjadi karena bungan gagal tagih.
=
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 total loans
x100%
Nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia pada quick ratio sebesar 10%20% c. Capital Adequarcy ratio (CAR) CAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutupi kemungkinan kerugian didalam kegiatan prekreditan dan surat-surat berharga. Nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia pada CAR sebesar 8%. Rumus CAR adalah:
=
equity Capital −fixed as set total loans +securities
x100%
2.2 Rerangka Penelitian Menurut Kusumadiyanto (2006:5) untuk mengetahui dengan tepat bagaimana kondisi dan kinerja perusahaan dapat dilakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dimilikinya. Analisis laporan keuangan merupakan suatu metode yang membantu para pengambil keputusan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan melalui informasi dari laporan keuangan. Untuk membantu laporan keuangan tersebut diperlukan sautu tolok ukur. Tolok ukur yang sering digunakan adalah berbentuk rasio atau indeks. Rasio keuangan merupakan suatu tolok ukut yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan lainnya. Analisis rasio keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan laporan laba-rugi dan lainnya yang dapat memberikan gambaran tentang perusahaan dan posisinya pada saat ini.
Laporan Keuangan
Neraca
Laporan
Keuangan
Laba Rugi
Analisis laporan keuangan
1. Rasio Profitabilitas 2. Rasio Likuiditas 3. Rasio olvabilitas
Kinerja Perusahaan
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
2.3 Rerangka Konseptual Untuk rerangka konsep dan penelitian ini menggunakan 2 konsep yaitu Rasio Keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasioi rentabilitas, rasio solvabilitas, dan kinerja keuangan. Adapun gambar rerangka konseptual dapat dilihat pada gambar 2.
Rasio Keuangan a. 1. 2. 3. 4.
Rasio Likuiditas Quick Ratio Banking Ratio LDR Loan to Asset Ratio
b. 1. 2. 3. 4.
Rasio Rentabilitas ROA ROE BOPO NPM
c. 1. 2. 3.
Ratio Solvabilitas Primary Ratio CAR Capital Ratio
Kinerja Keuangan
Sumber
Gambar 2 Rerangka Konseptual
2.4 Perumusan Hipotesis Berhubung dalam penelitian ini, peneliti hanya melakukan penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan analisis rasio maka penelitian ini tidak menggunakan hipotesis.