1
BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pasar Modal Undang-undang Pasar Modal no. 8 rahun 1995 menyatakan bahwa Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Husnan (2009:3) mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Husnan (2009:4) menunjukkan bahwa pasar modal dijumpai di banyak negara karena pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. 1. Fungsi Ekonomi Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi borrowers tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Dalam proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi, sehingga akhirnya secara keseluruhan akan terjadi peningkatan kemakmuran. Fungsi ini
2
sebenarnya juga dilakukan oleh intermediasi keuangan lainnya, seperti lembaga perbankan. Hanya bedanya dalam pasar modal yang diperdagangkan dana jangka panjang yang dilakukan secara langsung, tanpa perantara keuangan. 2. Fungsi Keuangan Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrowers dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut. Meskipun harus diakui perbedaan fungsi ekonomi dan keuangan ini tidak jelas. Husnan (2009:4) juga menjelaskan bahwa ada beberapa daya tarik pasar modal, yaitu: a. Diharapkan pasar modal ini akan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Di setiap negara pada umumnya sistem perbankan dominan sebagai sistem mobilisasi dana masyarakat. Bank-bank menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkan dana tersebut ke pihak-pihak yang memerlukan kredit. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana untuk ekspansi usaha mereka hanya bisa memperoleh dana tersebut dalam bentuk kredit. Dalam teori keuangan dijelaskan bahwa bagaimanapun juga akan terdapat batasan menggunakan hutang. Keterbatasan tersebut biasanya diindikasi dari telah terlalu tingginya debt to equity ratio yang dimiliki perusahaan. Sesuai dengan balancing theory of capital structure, pada saat rasio hutang dengan ekuitas sudah terlalu tinggi, maka biaya modal
3
perusahaan tidak lagi minimum, tetapi akan meningkat dengan makin banyaknya hutang yang dipergunakan. Dalam keadaan tersebut perusahaan akan terpaksa menahan diri untuk perluasan usaha kecuali jika bisa mendapatkan dana dalam bentuk equity (modal sendiri). Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan demikian, perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi sehingga justru membuat cost of capital of the firm tidak lagi minimal. Tentu saja tidak berarti bahwa perusahaan akan selalu menerbitkan saham dengan adanya pasar modal. Tidak berarti juga bahwa saham, karena tidak mengharuskan perusahaan membayar bunga, lantas ditafsirkan sebagai dana murah. Dalam teori keuangan dijelaskan bahwa setiap sumber dana, baik hutang maupun modal sendiri, mempunyai biaya dana (cost of capital). Hanya untuk modal sendiri biaya tersebut bersifat implisit, atau oppurtunistic, sedangkan untuk hutang bersifat eksplisit karena memang benarbenar dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga. b. Pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Seandainya tidak ada pasar modal, maka para lenders mungkin hanya bisa menginvestasikan dana mereka dalam sistem perbankan (selain alternatif investasi pada real assets). Dengan adanya pasar modal, para pemodal memungkinkan untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk portofolio (yaitu gabungan dari berbagai
4
investasi) sesuai dengan risiko yang mereka bersedia tanggung dan tingkat keuntungan yang mereka harapkan. Darmadji (dalam Hugida, 2011:31) menyimpulkan bahwa pada dasarnya pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang, ekuitas (saham) instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. 2.1.2 Dividen Per Share Pengertian dividen per lembar saham menurut Susan Irawati (2006:64) menyatakan bahwa : "Dividen per lembar saham adalah besarnya pembagian dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar”. Dividend per Share adalah bagian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham yang jumlahnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan dividen. Investor mengharapkan dividen yang diterima dalam jumlah yang besar dan mengalami peningkatan setiap periode. DPS yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek yang baik dan akan menarik minat investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi. Apabila Dividen Per Share yang diterima naik tentu saja hal ini akan membuat investor tertarik untuk membeli saham perusahaa tersebut. Dengan
5
banyaknya saham yang dibeli maka harga saham perusahaan tersebut akan naik di pasar modal (Sutrisno, 2003:305) Besarnya dividen per lembar saham dapat dicari dengan rumus : DPS =
Total dividen yang dibagikan Jumlah lembar saham yang beredar
Sumber : Susan Irawati (2006:64) 2.1.3 Return On Asset 1. Pengertian Return On Asset Return
On
Assets merupakan
bagian
dari
analisis
rasio
profitabilitas. Return On Asset merupakan rasio antara laba bersih yang berbanding terbalik dengan keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan diukur dari nilai aktivanya. Return On Asset merupakan rasio antar laba bersih yang berbanding terbalik dengan keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukan berapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan diukur dari nilai aktivanya. Analisis Return On Assets atau sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai rentabilitas ekonomi mengukur perkembangan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian diproyeksikan ke masa mendatang untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang. Beberapa ahli mendefinisakan Retutn On Asset sebagai berikut:
6
Menurut Munawir (2010: 89) Return On Asset adalah sama dengan Return On Investmen dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisis ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim di gunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Asset menurut Kasmir (2012: 201) adalah rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Menurut Harahap (2010:205) Return on Assets menggambarkan perputaran aktiva diukur dari penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik dan hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Return On Assets Riyanto (2010: 335) Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai asetnya. Menurut Harahap (2010:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba. Menurut Fahmi (2012: 98) Return On Asset sering juga disebut sebagai Return On Investment, karena ROA ini melihat sejauh mana
7
investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan. Rasio ROA ini sering dipakai manajemen untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, disamping perlu mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aktiva tersebut. Nilai ROA yang semakin mendekati 1, berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan kata lain semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki oleh perusahaan. Dari definisi-definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Return On Asset merupakan rasio imbalan aktiva dipakai untuk mengevaluasi apakah manajemen telah mendapat imbalan yang memadai (reasobable return) dari asset yang dikuasainya. Dalam perhitungan rasio ini, hasil biasanya didefinisakan sebagai sebagai laba bersih (operating income). Rasio ini merupakan ukuran yang berfaedah jika seseorang ingin mengevaluasi seberapa baik perusahaan telah memakai dananya, tanpa memperhatikan besarnya relatif sumber dana tersebut. Return On Asset sering kali dipakai
8
oleh manajemen puncak untuk mengevaluasi unit-unit bisnis di dalam suatu perusahaan multidivisional. Return On Asset adalah dimana rasio ini merupakan perbandingan antara pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata aktiva (average asset). Menurut Toto Prihadi (2008: 68) Return On Asset yaitu mengukur tingkat laba terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut, dimana persentase rasio ini dinyatakan oleh rumus sebagai berikut : ROA = Net Profit After Tax Total Assets
x 100%
Keterangan : Net Profit After Tax
= Laba Bersih Setelah Pajak
Total Asset
= Total Aktiva
2.1.4 Inflasi 1. Pengertian Inflasi Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang secara umum yang disebabkan oleh turunnya nilai mata uang pada suatu periode tertentu. Nopirin (2009:25) mendefinisikan inflasi sebagai proses kenaikan hargaharga umum barang secara terus-menerus. Menurut Nopirin (2009:27) terdepat berbagai jenis inflasi, antara lain:
9
a. Jenis Inflasi menurut sifatnya: 1. Creeping inflation Inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang lambat, dengan presentase yang kecil serta dalam jangka yang relatif lama. Laju inflasi rendah (kurang dari 10% pertahun). 2. Galloping inflation Inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. b. Jenis Inflasi menurut sebabnya: 1. Demand Full Inflation Inflasi yang bermula dan adanya kenaikan permintaan total (agregat demand) sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. 2. Cost-pushi Inflation Inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. 2. Efek Inflasi Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan alokasi faktor-faktor serta produksi nasional (Nopirin 2009:32). Efek terhadap produksi pendapatan disebut Equity Effect, sedangkan efek terhadap faktor produksi dan produksi nasional masing-masing disebut dengan Efficiency dan Output Effect.
10
a. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect) Sifatnya tidak merata ada yang dirugikan tetapi ada pula yang merasa diuntungkan dengan adanya inflasi. Pihak-pihak yang mendapat keuntungan dari inflasi adalah pihak-pihak yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan presentase yang lebih besar dari laju inflasi tersebut. Seorang yang berpenghasilan tetap akan dirugikan dengan adanya inflasi. Dengan demikian, inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan besar terhadap pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat umum. Inflasi ini seolaholah merupakan pajak bagi beberapa pihak dan merupakan subsidi bagi orang lain. b. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effect) Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang tertentu yang mengalami kenaikan lebih besar daripada barang lain, yang kemudian dapat mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan barang ini pada gilirannya akan mengubah pola alokasi faktor produksi yang telah ada. Tidak ada pendapatan yang menjamin bahwa alokasi faktor produksi tersebut lebih efisien pada keadaan tidak terdapat inflasi, namun kebanyakan pendapatan tersebut menyebutkan bahwa inflasi dapat menyebabkan alokasi faktor produksi dapat berubah menjadi tidak efisien. c. Efek terhadap Output (Output Effect) Dalam analisa kedua efek tersebut di atas terdapat satu anggapan bahwa output dalam keadaan tetap. Inflasi mungkin dapat mengakibatkan kenaikan
11
produksi. Karena dalam keadaan adanya inflasi, biasanya kenaikan barang mendahului kenaikan upah sehingga pengusaha mendapatkan keuntungan yang bertambah. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi tersebut cukup tinggi akan mempunyai akibat yang sebaliknya yaitu penurunan output. 3. Cara Mencegah Inflasi Cara-cara
mencegah
inflasi
menurut
(Nopirin
2009:34)
dapat
menggunakan beberapa kebijakan diantaranya: a.
Kebijakan Moneter Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang yang
beredar. Salah satu komponen uang beredar adalah uang giral (demand deposit). Bank sentral dapat mengatur uang giral melalui penetapan cadangan minimum. Untuk menekan laju inflasi cadangan mimimum ini dinaikan sehingga jumlah uang yang beredar menjadi lebih kecil. Di samping cara ini bank sentral juga dapat menggunakan tingkat diskonto (discount rate). Discount Rate adalah tingkat diskonto untuk pinjaman yang diberikan oleh bank sentral terhadap bank umum. b.
Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal menyangkut peraturan tentang pengeluaran pemerintah
serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat dicegah.
12
c.
Kebijakan yang Berkaitan dengan Output Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output
ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga. 4. Sumber-sumber Inflasi Tingkat inflasi domestik akan selalu berubah menyesuaikan diri dengan tingkat inflasi dunia. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa perubahan stocks uang domestik tidak berpengaruh terhadap harga-harga domestik. Ekspansi uang kredit yang berlebih tetap akan mengakibatkan inflasi domestik yang umum sementara waktu melebihi tingkat inflasi dunia. Tetapi situasi itu tidak biasa berlangsung dalam jangka panjang, karena kelebihan penciptaan uang akan menciptakan impor, sehingga menurunkan cadangan internasional dan pada akhirnya ketidakmampuan untuk menjaga kurs tetap dan devaluasi (Hakim, 2010:372). Di negara berkembang dengan sistem kurs tetap, kebijakan yang harus diadopsi untuk menghindari tingkat inflasi karena pengaruh inflasi dunia adalah kebijakan fiskal bukan kebijakan moneter. Jika defisit anggaran tidak terjaga instrument kebijakan moneter yang paling tepat sekalipun akan sulit untuk menjaga inflasi, devaluasi atau keduanya.
13
5. Teori Munculnya Inflasi a. Teori Kuantitas Teori ini mengatakan bahwa penyebab dari inflasi adalah pertambahan jumlah uang yang beredar dan harapan-harapan psikologis masyarakat terhadap kenaikan harga-harga di masa datang. Tambahan jumlah mata uang yang beredar sebanyak x% tergantung pada apakah masyarakat tidak mengharapkan harga. b. Teori Keynes Teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Teori ini menyoroti proses perebutan rezeki antara golongan masyarakat menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia. Teori ini juga menyoroti peranan sistem distribusi pendapatan dalam proses inflasi. c.
Teori Strukturalis Teori ini bersifat jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi
berasal dari kekakuan struktur ekonomi, khususnya ketegaran supply bahan makanan dan barang ekspor. Karena sebab-sebab struktur pertambahan produksi barang-barang ini selalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya. Sehingga terjadi kenaikan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akbiat selanjutnya adalah kenaikan harga barang-barang lama, sehingga terjadi inflasi.
14
6. Rumus Menghitung Inflasi Adapun rumus untuk menghitung inflasi adalah:
In adalah inflasi, IHKn adalah harga konsumen tahun dasar (dalam hal ini nilainya 100), IHKn-1 adalah indeks harga konsumen tahun berikutnya. Dfn adalah GNP atau PDB deflator tahun berikutnya, Dfn-1 adalah GNP atau PDB deflator tahun awal (sebelumnya). 2.1.5 Kurs 1. Pengertian Kurs Nilai merupakan harga di dalam pertukaran dan dalam pertukaran antara dua macam mata uang yang beredar, akan terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut kurs/ echange rate (Nopirin, 2009:163). Nilai tukar uang riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga luar negeri. Perbandingan tingkat nilai kurs ini timbul karena beberapa hal, diantaranya: a. Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh para pedagang valuta asing kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valas atau bank membeli valuta asing, sedangkan kurs jual adalah apabila mereka menjual maka selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para pedagang.
15
b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu pembayaran. Di dalam pembayaran valas yang lebih cepat akan mempunyai kurs lebih tinggi. c. Perbedaan kurs karena tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran. 2. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Kurs Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kursmenurut Sukirno (2012:402) adalah sebagai berikut: a.
Perubahan dalam cita rasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsinya. Perubahan cita rasa masyarakat akan mengubah corak konsumsinya atas barang-barang yang diproduksinya di dalam maupun luar negeri. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini menyebabkan permintaan dan penawaran valuta asing.
b. Perubahan harga barang ekspor dan impor harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah suatu barang akan ekspor atau impor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harga naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurang harga barang impor akan menambah jumlah impor dan kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. Dengan demikian perubahan harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam permintaan dan penawaran valuta asing.
16
c.
Kenaikan harga umum (Inflasi) Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang terjadi pada umumnya cenderung menurunkan nilai valuta asing. 2.1.6 Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham Merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Menurut Anoraga (2001 : 100) harga saham adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan suatu perusahaan. Harga saham juga dapat diartikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu investor memerlukan informasi yang berkaitan dengan pembentukan saham tersebut dalam mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham. Harga saham merupakan harga yang terbentuk di bursa saham. Secara umumnya harga saham diperoleh untuk menghitung nilai sahamnya.Semakin jauh perbedaan tersebut, maka hal ini mencerminkan terlalu sedikitnya informasi yang mengalir ke bursa efek. Maka harga saham tersebut cenderung dipengaruhi oleh tekanan psikologis pembeli atau penjual. Untuk mencegah hal tersebut, sebaiknya perusahaan setiap saat memberi informasi yang cukup ke bursa efek, sepanjang informasi tersebut berpengaruh terhadap harga pasar sahamnya. Upaya untuk memasukkan bagaimana menghitung harga saham yang sesungguhnya, telah dilakukan oleh setiap analisis dengan tujuan untuk dapat memperoleh tingkat keuntungan yang memuaskan. Namun demikian
17
sulit bagi investor untuk terus menerus bila mengalahkan pasar dan memperoleh tingkat keuntungan di atas normal. Hal ini disebabkan karena adanya variabel-variabel yang mempengaruhi harga saham tersebut, sebenarnya variabel-variabel tersebut ke dalam suatu model perhitungan yang bisa dipergunakan dalam memiliki saham mana yang akan dimasukkan ke dalam portofolio. 2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Arifin (2004:116) faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah sebagai berikut : 1. Kondisi Fundamental Emiten Faktor fundamental adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten, maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham begitu juga sebaliknya. Untuk memastikan apakah kondisi emiten dalam posisi yang baik atau buruk kita bisa melakukan pendekatan analisis rasio. 2. Hukum Permintaan dan Penawaran Faktor hukum permintaan dan penawaran berada diurutan kedua setelah faktor fundamental karena begitu investor tahu kondisi fundamental perusahaan tentunya mereka akan melakukan transaksi baik jual maupun beli. Transaksi- transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham. 3. Tingkat Suku Bunga Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang tinggi akan
18
berdampak pada alokasi dana investasi pada investor. Investor produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya jika dibandingkan dengan investasi dalam bentuk saham, karena investor akan menjual saham dan dananya akan ditempatkan dibank. Penjualan saham secara serentak akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan. 4. Valuta Asing Mata uang Amerika (dolar) merupakan mata uang terkuat diantara mata uang yang lain. Apabila dolar naik maka investor asing akan menjual sahamnya dan ditempatkan di bank dalam bentuk dolar, sehingga menyebabkan harga saham akan turun. 5. Dana Asing di Bursa Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting, karena demikian besarnya dana yang ditanamkan, hal ini menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya jika investasi asing berkurang, ada pertimbangan bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan sosial politik maupun keamanannya. Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham. 6. Indeks Harga Saham Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu, tentunya mendatangkan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam
19
keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi sedang buruk. Kondisi demikian akan mempengaruhi naik atau turunnya harga saham di pasar bursa. 7. News and Rumors Yang dimaksud news and rumors adalah semua berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut beberapa hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik keamanan, hingga berita seputar reshuffle kabinet. Dengan adanya berita tersebut, para investor bisa memprediksi seberapa kondusif keamanan negeri ini sehingga kegiatan investasi dapat dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa. Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu faktor-faktor yang menentukan perubahan harga saham sangat beragam. Namun yang paling utama adalah kekuatan pasar itu sendiri yaitu permintaan dan penawaran akan saham itu sendiri. Sesuai dengan hukum ekonomi, semakin tinggi permintaan akan saham tersebut maka harga saham akan naik. 2.1.8 Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Deviden Per Share (DPS),
Return On Asset (ROA), Kurs, dan Inflasi
terhadap Harga Saham. Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut:
20
Andrew Patar, Darminto dan Muhammad Saifi (2014): Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Indikator faktor internal penelitian ini adalah Return On Assest (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to Book Value (PBV). Indikator faktor eksternal penelitian ini adalah kurs, inflasi, dan suku bunga. Data yang digunakan adalah data sekunder, yang diperoleh dari pojok BEI dan situs www.idx.co.id. Pegambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Sampel penelitian ini adalah 17 perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 periode 2009-2013. Analisis data menggunakan uji asumsi klasik dan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas ROA, DER, PBV, kurs, inflasi dan suku bunga secara simultan signifikan pengaruhnya terhadap variabel terikat harga saham. Secara parsial terdapat pengaruh signifikan variabel bebas ROA, DER, dan PBV terhadap variabel terikat harga saham. Variabel bebas dominan yang mempengaruhi variabel terikat harga saham adalah ROA. Agustina dan Fitry Sumartio (2014) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap pergerakan harga saham baik secara simultan dan secara parsial. Penelitian ini mengambil objek pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2007 sampai 2011. Metode analisis data yang dipakai yaitu metode analisis regresi linier berganda yang sebelumnya dilakukan pengujian asumsi klasik. Dengan
21
metode purposive sampling, diperoleh sebanyak 6 perusahaan yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa secara simultan, Net Profit Margin (NPM), Dividen Per Share (DPS), tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tingkat inflasi dan kurs berpengaruh terhadap pergerakan harga saham. Namun secara parsial, hanya dividen per share yang berpengaruh terhadap pergerakan harga saham, sedangkan net profit margin, tingkat suku bunga SBI, tingkat inflasi dan kurs valuta asing tidak berpengaruh terhadap pergerakan harga saham pada perusahaan pertambahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2007 sampai 2011. Samina Haque dan Murtaza Faruquee (2013) tentang Dampak Faktor Fundamental terhadap Harga Saham : Kasus Berdasarkan Pendekatan pada perusahaan farmasi Terdaftar dengan Bursa Efek Dhaka Dari analisis di atas jelas bahwa harga saham di DSE tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan fundamental perusahaan. Studi ini dianggap lima kinerja kriteria (EPS, DPS, FA/TA ,ROA, dan ROE) untuk menentukan korelasi dengan harga saham. Tapi itu ditemukan bahwa tidak ada yang signifikan cohubungan antara harga saham dan variabel-variabel ini. Jadi studi menyimpulkan bahwa harga saham di DSE dipengaruhi oleh faktor lain selain fundamental perusahaan. Dan kembali memaksa fakta bahwa baik harga dikendalikan oleh manipulator pasar yang besar atau dengan rumor pasar, yang mungkin disebabkan oleh profil investor ritel dari DSE, mayoritas yang baik tidak berpendidikan atau sedikit dididik dengan petunjuk tentang
22
fundamental pasar atau fundamental perusahaan apa yang pernah jadi . Penelitian lebih lanjut menggambarkan bahwa DSE masih dalam proses koreksi pasar. Studi ini dianggap NAV sebagai proxy untuk harga ideal. Ditemukan dari studi bahwa harga sebagian besar saham masih dinilai terlalu tinggi. Tapi saham mahal di pasar, sekarang, bukan karena optimisme investor. Setelah berani baru-baru ini, para investor telah menjadi sangat skeptis tentang pasar saham itu sendiri dan mereka belum mendapatkan kembali iman mereka di pasar ini, yang pasti akan mengambil sedikit waktu. Sampai saat ini, sejumlah besar investor terjebak di pasar karena mereka masih dalam kerugian besar dan investor ini tidak memiliki intensi untuk menjual saham mereka yang ada dan menyadari kerugian. Jika investor tersebut siap untuk menjual saham mereka pasar akan mencapai koreksi yang diinginkan dari harga sekarang. Oleh karena itu, studi ini menyarankan calon investor untuk menunggu sedikit lagi sebelum mereka kembali menuangkan uang mereka di pasar, sebagai penurunan lebih lanjut dalam indeks diperkirakan. pasar masih sangat rapuh dan mungkin memakan lebih banyak waktu untuk menstabilkan. Dan ini sangat alami setelah setiap crash pasar saham.
23
Tabel 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti
Judul Penelitian
Andre Patar, Darminto,M uhammad Saifi (2014)
Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pergerakan harga saham
Dependen: Harga saham Independen: ROA,DER, PBV, kurs, inflasi, suku bunga
Agustina dan Fitry Sumartio (2014)
Analisa faktorfaktor yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan pertambangan Impact of Fundamental Factors on Stock Price: A Case Based Approach on Pharmaceutical Companies Listed with Dhaka Stock Exchange
Dependen: Harga Saham Independen: NPM, DER, suku bunga, inflasi, kurs Dependen: Harga Saham
Abdullah Al Masum
Dividend Policy and Its Impact on Stock Price – AStudy on Commercial Banks Listed in DhakaStock Exchange
Garcia de Andoain, Carlos (2009)
THE IMPACT OF STOCK SPLIT ANNOUNCEME NTS ON STOCK PRICE: A TEST OF MARKET EFFICIENCY
Samina Haquee, Murtaza Faruquee (2013)
Variabel Penelitian
Teknis Analisis Data Analisis Regresi Linier berganda
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas ROA, DER, PBV, kurs, inflasi dan suku bunga secara simultan signifikan pengaruhnya terhadap variabel terikat harga saham. Secara parsial terdapat pengaruh signifikan variabel bebas ROA, DER, dan PBV terhadap variabel terikat harga saham.
Analisis Regresi Linier berganda
Secara simultan NPM, DPS, SBI, Inflasi, Kurs valuta Asing berpengaruh terhadap Harga Saham, secara parsial DPS yang berpengaruh langsung .
Analisis Regresi Linier berganda
Variabel Fundamental ( EPS, DPS, FA/TA, ROA, ROE tidak perpengaruh signifikan terhadap harga saham di DSE
Dependen: Harga Saham Independen: Deviden
Analisis Regresi Linier berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa deviden berpengaruh signifikan terhadap harga saham di DSE
Dependen: Harga Saham Independen: pengumuman stok split
Analisis Regresi Linier berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pengumuman stok split terhadap harga saham tidak signifikan pada hari H Pengumuman
Independen: ( EPS , DPS , FA / TA , ROA , dan ROE)
24
2.3 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran disusun atas dasar tinjauan teoretis, untuk kemudian melakukan analisis dan pemecahan masalah yang dikemukakan dalam penelitian. Secara umum pengaruh harga saham dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Naik turunnya harga saham perusahaan dapat dilihat dari beberapa faktor yang terdiri dari laporan keuangan sebagai faktor internal untuk melihat kinerja keuangan
perusahaan dengan cara
menggunakan Retrun On Asset dan Dividen per Share. Sedangkan inflasi dan nilai tukar sebagai faktor eksternal perusahaan yang berpengaruh terhadap harga saham perusahaan karena inflasi dan nilai tukar banyak digunakan oleh peneliti terdahulu sehingga mudah untuk faktor-faktor
tersebut,
maka
diharapkan
dikomparasi. Dengan melihat mengetahui
berapa
besar
pengaruhnya terhadap harga saham yang dilihat dari harga penutupan akhir tahun. Dari penjelasan diatas, maka kerangka pemikiran yang digunakan untuk menjelaskan penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor Internal
Faktor Eksternal
Laporan Keuangan Inflasi 1. 2.
Dividen Per Share Return On Asset
Harga Saham
Gambar 1 Rerangka Berpikir
Nilai Tukar
25
2.2.1 Kerangka Konseptual
Dividen Per Share
Retrun On Asset
Harga Saham Inflasi
Kurs
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Dengan mengkombinasikan landasan teori-teori dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dapat dibuat kerangka pemikiran untuk menjawab rumusan persamalahan yang telah dibuat sebelumnya.
26
2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2007:51). Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, serta tinjauan teori yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Dividen Per Share secara parsial berpengaruh langsung terhadap Harga Saham perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H2: Return On Asset secara parsial berpengaruh langsung terhadap Harga Saham Peusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3: Inflasi secara parsial berpengaruh langsung terhadap Harga Saham Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia . H4: Kurs secara parsial berpengaruh langsung terhadap Harga Saham Perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.