11
BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Arus Kas 2.1.1.1 Pengertian Arus Kas Informasi tentang arus kas entitas berguna bagi para pengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, pengguna perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya. Tujuan Pernyataan ini adalah memberikan pengaturan atas informasi mengenai perubahan historis dalam kas dan setara kas dari suatu entitas melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan selama suatu periode. Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Menurut PSAK No. 2 (revisi 2009) bahwa : -
Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas.
-
Kas terdiri atas saldo kas (cash on hand) dan rekening giro (demand
12
deposits). -
Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan.
Menurut Harahap (2010 : 258) pengertian kas adalah sebagai berikut: Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Setiap saat dapat ditukar menjadi kas 2. Tanggal jatuh temponya sangat dekat 3. Kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga Laporan arus kas (cash flow) mengandung dua macam aliran arus kas yaitu : 1. Cash inflow Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow) terdiri dari: a. Hasil penjualan produk/jasa perusahaan. b. Penagihan piutang dari penjualan kredit c. Penjualan aktiva tetap yang ada d. Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas e. Pinjaman/hutang dari pihak lain f. Penerimaan sewa dan pendapatan lain
13
2. Cash out flow Cash out flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash out flow) terdiri dari: a. Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain b. Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan c. Pembelian aktiva tetap d. Pembayaran hutang-hutang perusahaan e. Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan f. Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan pengeluaran lain-lain Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas dari perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi dan pendanaan.
2.1.1.2 Manfaat Informasi Arus Kas Menurut PSAK No. 2 (revisi 2009) jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan lainnya, maka laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset neto entitas, struktur keuangannya (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuannya mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka penyesuaian terhadap keadaan dan peluang yang berubah. Informasi arus kas
14
berguna untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai kini arus kas masa depan dari berbagai entitas. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai entitas karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan. Di samping itu, informasi arus kas historis juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas neto serta dampak perubahan harga. Harahap (2010:257) menyatakan bahwa adapun kegunaan arus kas, yaitu dapat mengetahui : 1. Kemampuan perusahaan merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan pada masa lalu 2. Kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan, termasuk kemampuan membayar dividen di masa yang akan datang 3. Informasi bagi investor dan kreditor untuk memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan 4. Kemampuan perusahaan untuk memasukan kas ke perusahaan dimasa yang akan datang 5. Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas
15
6. Pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.
2.1.1.3 KLasifikasi Laporan Arus Kas Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan (PSAK No.2, revisi 2009). 1. Aktivitas Operasi Dalam PSAK No. 2 (2009:13) dinyatakan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi tentang unsur tertentu arus kas historis, bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi neto. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa b. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa
16
d. Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan e. Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, dan manfaat polis lain f. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi g. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan (dealing). 2. Aktivitas Investasi Arus kas dari aktifitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang diperoleh perusahaan yang ditujukan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan (PSAK No. 2, 2009:13). Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: a. Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri b. Penerimaan kas dari penjualan aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset jangka panjang lain c. Pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan dalam ventura bersama (selain pembayaran kas untuk instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau dijualbelikan)
17
d. Penerimaan kas dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas entitas lain dan kepemilikan ventura bersama (selain penerimaan kas dari instrumen yang dianggap setara kas atau instrumen yang dimiliki untuk diperdagangkan atau diperjualbelikan) e. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan) f. Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain (selain uang muka dan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan) g. Pembayaran kas sehubungan dengan kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali jika kontrak tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjualbelikan, atau jika pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan h. Penerimaan kas dari kontrak future, forward, opsi dan swap, kecuali jika kontrak
tersebut
dimiliki
untuk
tujuan
diperdagangkan
atau
diperjualbelikan, atau jika pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. Jika suatu kontrak dimaksudkan untuk lindung nilai posisi arus kas teridentifikasi, maka arus kas dari kontrak tersebut diklasifikasikan dengan cara yang sama seperti arus kas dari posisi yang dilindung nilainya.
18
3. Aktivitas Pendanaan Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah penting karena berguna untuk memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal entitas. Arus kas yang berasal dari aktifitas ini merupakan arus kas yang menyebabkan perubahan dalam struktur modal atau pinjaman perusahaan. Arus kas merupakan kegiatan mendapatkan dana untuk kepentingan perusahaan. Arus kas keluar adalah pembayaran kepada pemilik dan kreditor (PSAK No. 2, 2009:13). Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah: a. Penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrument modal lain b. Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham entitas c. Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, pinjaman, wesel, hipotek, dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lain d. Pelunasan pinjaman e. Pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.
2.1.1.4 Metode Penyusunan Laporan Arus Kas Skousen dkk (2009:289) menyatakan dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung dan melaporkan jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan yaitu :
19
1. Metode langsung Pada dasarnya adalah pemeriksaan kembali setiap pos (atau akun) laporan laba rugi dengan tujuan melaporkan seberapa banyak kas yang diterima atau dikeluarkan sehubungan dengan pos tersebut, dan cara terbaik untuk melakukan metode langsung adalah mengurutkan secara sistematis daftar pospos dilaporan laba rugi dan menghitung berapa banyak kas yang terkait dengan setiap pos. 2. Metode tidak langsung Dengan metode tidak langsung, laporan arus kas dimulai dengan laba bersih, yang memasukkan pengaruh bersih dari seluruh laporan laba rugi, dan kemudian melaporkan penyesuaian yang diperlukan untuk mengubah seluruh akun laporan laba rugi menjadi angka-angka arus Kas. Hanya penyesuaian saja yang dilaporkan. Seperti halnya dengan metode langsung, cara terbaik untuk menampilkan metode tidak langsung adalah dengan melihat laporan laba rugi akun demi akunnya. Perbedaan antara kedua metode terletak pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi. Dengan metode langsung, arus kas dari kegiatan operasional dirinci menjadi arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk dan keluar dirinci lebih lanjut dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran kas. Sementara itu dengan metode tidak langsung, arus kas dari opersional ditentukan dengan cara mengoreksi laba bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi dengan beberapa hal seperti biaya penyusutan, kenaikan harta lancar dan hutang lancar serta laba/rugi karena pelepasan investasi.
20
Arus kas yang berasal dari kegiatan operasional dirinci menjadi penerimaan dari berbagai sumber yang merupakan kegiatan operasional dan pengeluaran kas untuk berbagai kegiatan operasional. Arus kas dari kegiatan investasi dan keuangan juga dirinci menurut jenis-jenis kegiatan yang mengakibatkan timbulnya penerimaan dan pengeluaran kas. Perbedaan antara metode langsung dengan metode tidak langsung terletak pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi, sementara itu baik aliran kas dari kegiatan investasi dan keuangan adalah sama penyajiannya.
2.1.2 Modal Kerja 2.1.2.1 Pengertian dan Konsep Modal Kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan operasionalnya baik dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang industri maupun jasa. Modal kerja harus selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan melakukan kegiatan usaha. Ada beberapa pengertian modal kerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya: 1. Modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar (Harahap, 2001:266). 2. Modal kerja adalah: keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari (Sawir, 2005:129).
21
3. Weston dan Brigham (1989:410) menyatakan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan, dan putang usaha. Jadi modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, kas, surat berharga, piutang dan persediaan yang dapat digunakan untuk membiayai aktiva lancar. 4. Sudarmo dan Basri (1994:33) mengungkapkan bahwa modal kerja merupakan kekayaan
atau
aktiva
yang
diperlukan
oleh
perusahaan
untuk
menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar-putar selama hidup perusahaan. Jadi modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yang digunakan untuk kepentingan sehari-hari dan selalu berputar selama hidup perusahaan. 5. Modal kerja adalah aktiva-aktiva jangka pendek yang digunakan untuk kepentingan sehari-hari. Jadi modal kerja merupakan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi perusahaan sehari-hari (Sarwoko dan Halim, 1987:79). 6. Modal kerja merupakan aktiva yaitu kas dan surat berharga, piutang, persediaan dan kewajiban lancar. Jadi modal kerja merupakan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi perusahaan sehari-hari dan untuk memenuhi semua kewajiban finansialnya (Horne, 198:373). Dari beberapa pengertian modal kerja dapat penulis simpulkan bahwa modal kerja adalah arus kas lancar yang kemudian dikurangi dengan hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan.
22
Ada beberapa konsep mengenai pengertian modal kerja menurut Bambang Riyanto (1997 : 57) : 1. Konsep Modal Kerja Kotor Menurut konsep ini, yang dimaksud modal kerja adalah mencakup keseluruhan dari aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital) 2. Konsep Modal Kerja Bersih Menurut konsep ini, adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja netto (netto working capital). 3. Konsep Fungsional, Pengertian modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan selama periode accounting yang dimaksudkan untuk menghasilkan current income (sebagian lawan dari future income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut.
2.1.2.2 Unsur-Unsur Modal Kerja Setelah kita mengetahui pengertian dari modal kerja oleh beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek yang dapat segera dijadikan uang kas.
23
Modal kerja tersebut memiliki unsur-unsur sebagai berikut : 1. Kas (Cash) Kas merupakan salah satu modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya, suatu perusahaan dengan kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya over investment dalam kas berarti pula bahwa perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Sedangkan jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan dalam keadaan illikuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan. Karena kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan maka kas itu harus direncanakan dan diawasi dengan baik. Jadi kas sangat diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan seharihari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap (Munawir, 1995:158). 2. Surat-surat Berharga (Marketable Securities) Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (Marketable Securities atau Efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan dapat menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Jadi surat berharga merupakan kekayaan, aktiva lancar yang dimiliki perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan (Munawir, 1995:122).
24
3. Piutang (Account Receivable) Sarwoko dan Halim (1989:105) mengungkapkan bahwa piutang adalah aktiva yang menunjukkan tagihan yang dimiliki oleh perusahaan sebagai hasil dari penjualan barang dan atau jasa di dalam kegiatan usahanya. Jadi piutang adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan dari kegiatan operasional perusahaan yang berupa tagihan atas hasil penjualan barang dan jasa. Riyanto (1997:85) mengungkapkan bahwa penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan, dan barulah kemudian pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk (cash inflows) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah sebagai berikut : a. Volume Penjualan Kredit b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit d. Kebijaksanaan dalam Mengumpulkan Piutang e. Kebiasaan membayar dari Para Langganan Riyanto (1997:87) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum pemberian kredit dilakukan yang dikenal dengan istilah 5C, yaitu : a. Character Menunjukkan kemungkinan dari langganan untuk secara jujur berusaha memenuhi kewajibannya. Faktor ini adalah sangat penting karena setiap transaksi kredit mengandung kesanggupan untuk membayar. Hal ini menyangkut segi pribadi, watak, dan kejujuran dari pimpinan perusahaan
25
dalam pemenuhan kewajiban-kewajiban finansialnya. Aspek moral juga merupakan faktor penting dalam evaluasi kredit. Apakah pelanggan dapat dipercaya atau tidak. b. Capacity Pendapat subyektif mengenai kemampuan dan langganan. Kemampuan tersebut diukur dengan data-data finansial diwaktu yang lalu, dan dilengkapi dengan observasi fisik dan pabrik atau toko-toko dari langganan. Hal ini menyangkut pimpinan beserta stafnya, baik kemampuan manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya. c. Capital Capital atau modal diukur dengan posisi finansial perusahaan secara umum yang ditunjukkan oleh analisa ratio finansial yang khususnya ditekankan pada tangible net worth dari perusahaan. d. Collateral Collateral atau jaminan dicerminkan oleh aktiva dari langganan yang dijadikan jaminan bagi keamanan kredit yang diberikan kepada langganan tersebut. Ini menunjukkan besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan. e. Condition of Economic Menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan atau perkembangan khusus dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang dapat mempengaruhi kemampuan langganan dalam memenuhi kewajibannya.
26
4. Persediaan (Inventory) Sarwoko dan Halim (1989:91) mengungkapkan bahwa persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk dijual lagi oleh perusahaan. Persediaan sebagai salah satu elemen penting di dalam usaha-usaha perusahaan untuk memperoleh tingkat penjualan yang diinginkan. Pengertian persediaan lebih luas dari sekedar barang dagangan. Dalam perusahaan manufaktur tidak hanya barang yang akan dijual saja, tetapi juga persediaan barang yang sedang diproses di pabrik dan yang belum diproses, yakni masih berupa bahan mentah. Jadi persediaan adalah bahan baku yang disimpan oleh perusahaan dalam kegiatan produksi untuk memperoleh tingkat penjualan yang diinginkan. Weston dan Copeland (1997:305) mengemukakan ada 3 faktor utama yang menentukan besarnya investasi dalam persediaan yaitu : a. Tingkat penjualan b. Sifat teknis dan lamanya tingkat produksi c. Daya tahan produk akhir (faktor mode) Jadi berbagai model persediaan yang dikembangkan sebagai alat bantu dalam proses pengendalian terbukti sangat bermanfaat dalam meminimumkan biayabiaya persediaan. Setiap produksi menekankan investasi dalam rangka menghasilkan volume penjualan tertentu akan mempunyai pengaruh positif pada tingkat hasil pengembalian atas investasi, dengan demikian akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan. Mengelola modal kerja
27
berarti mengelola aktiva lancar. Aktiva lancar biasanya dikaitkan dengan hutang lancar. Munawir (1995:18) menyatakan bahwa hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar meliputi antara lain : 1. Hutang Dagang Hutang yang timbul karena adanya pembelian barang secara kredit. 2. Hutang Wesel Hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan Undangundang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang. 3. Hutang Pajak Hutang pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke Kas Negara. 4. Biaya yang Masih Harus Dibayar Biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya. 5. Hutang Jangka Panjang yang Segera Jatuh Tempo Sebagian (seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya. 6. Penghasilan yang Diterima Dimuka (Deferred Revenue) Penerimaan uang untuk penjualan barang atau jasa yang belum direalisir.
28
2.1.2.3 Klasifikasi Modal Kerja Riyanto (dalam Taylor, 1997:61) menyatakan bahwa klasifikasi modal kerja menurut sifat kebutuhannya yaitu sebagai berikut: 1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working Capital ini dapat dibedakan dalam : a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) Yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) Yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. Pengertian normal disini adalah dalam artian yang dinamis. 2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara : a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan fluktuasi musim.
29
b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konyungtur. c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) Yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya, (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
2.1.2.4 Sumber-sumber Penawaran Modal Kerja Setiap perusahaan untuk memenuhi modal kerjanya dapat mencari sumbersumber permodalan sesuai kebutuhan. Riyanto (1997:209) menyatakan bahwa sumber-sumber penawaran modal kerja menurut asalnya yaitu sebagai berikut : 1. Sumber Internal (Internal Sources) Yaitu modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Sumber tersebut terdiri dari keuntungan yang ditahan (retained net profit) dan akumulasi penyusutan (accumulated depreciations) 2. Sumber Eksternal (External Source) Yaitu sumber yang berasal dari luar perusahaan. Dana yang berasal dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan. Modal yang berasal dari para kreditur adalah merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan dan modal yang berasal dari para kreditur tersebut disebut “Modal Asing”. Dana yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan
30
adalah merupakan dana yang akan tetap ditanamkan dalam perusahaan yang bersangkutan dan dana ini dalam perusahaan tersebut akan menjadi “Modal Sendiri”.
2.1.3 Ukuran Perusahaan 2.1.3.1 Pengertian Aset Dalam penelitian ini ukuran perusahaan dititikberatkan pada jumlah total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Disebutkan pula dalam dalam latar belakang masalah pada penelitian ini bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap besaran struktur modal kerja perusahaan. Perusahaan yang besar, pasti juga akan membutuhkan dana yang besar pula. Disamping itu perusahaan besar juga memiliki aset yang besar. Semakin besar aset yang dimiliki oleh perusahaan mempengaruhi kepercayaan kreditur untuk memberikan kredit kepada perusahaan tersebut. Semakin memiliki kemudahan untuk mendapatkan hutang. Aset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan sumber daya ekonomi, dimana dari sumber tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada arus kas perusahaan dimasa yang akan datang. Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darinya manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diraih perusahan (Simamora, 2000:12). Sedangkan
dalam
bukunya
“Analisis
Keuangan” Hanafi dan Halim (2003:51 ) menyatakan bahwa :
Laporan
31
1. Asset adalah manfaat ekonomis yang akan diterima pada masa mendatang atau akan dikuasai oleh perusahan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian. 2. Asset merupakan sumber ekonomi yang akan dipakai perusahaan untuk menjalankan kegiatannya. 3. Atribut pokok suatu aktiva adalah kemampuan memberikan jasa atau manfaat pada perusahaan yang memakai aktiva tersebut. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva adalah sumber daya ekonomi yang dimiliki perusahaan yang dapat memberikan manfaat bagi perusahaan untuk menjalankan kegiatan perusahaan.
2.1.3.2 Klasifikasi Aset Aktiva dapat diklasifikasikan menjadi aktiva yang memiliki wujud atau bentuk fisik dan aktiva tidak berwujud atau tidak memiliki bentuk fisik. Dalam buku “Dasar-dasar Manajemen Keuangan” bahwa aktiva terdiri dari tiga kategori, yaitu: 1. Aktiva lancar (current assets) terdiri dari kas, surat berharga yang mudah dijual, piutang dagang, persediaan serta beban diterima dimuka. 2. Aktiva tetap atau jangka panjang (fixed atau Long-term assets) terdiri atas peralatan, bangunan, tanah,dan 3. Aktiva lain-lain (other assets) aktiva yang tidak termasuk dalam kelompok aktiva lancar maupun aktiva tetap perusahaan, seperti hak paten, investasi jangka panjang dalam surat berharga dan goodwill (Keown, 2001:82 ).
32
Berdasarkan keterangan diatas klasifikasi aktiva dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Aktiva Lancar ( current assets ) Dalam bukunya “Intermediate Accounting”, bahwa aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva-aktiva lain atau sumber-sumber yang diharapkan akan direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi selama siklus usaha yang normal dalam waktu tertentu (Baridwan, 1999:21). Dalam bukunya “Akuntansi Suatu Pengantar II”, bahwa aktiva lancar adalah kas dan aktiva-aktiva lain yang dapat ditukarkan menjadi kas (uang) dalam jangka waktu satu tahun atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan (Soemarso, 2003:245). Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa aktiva lancar adalah aktiva yang dapat ditukarkan menjadi uang kas dan dapat dijual dalam jangka waktu satu tahun dalam kegiatan normal perusahan. 2. Aktiva Tetap ( fixed assets ) Aktiva tetap menurut “Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16)” bahwa aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (2004: 16.2). Sedangkan dalam bukunya “Dasar-dasar Akuntansi Keuangan” menyatakan bahwa aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan (Yusuf, 2001:153). Jadi berdasarkan uraian diatas aktiva tetap
33
merupakan aktiva berwujud yang dimiliki oleh perusahaan sebagai sarana dalam melaksanakan kegiatan operasional perusahaan dan dimiliki dengan maksud tidak untuk dijual, karena digunakan dalam rangka kegiatan normal perusahaan. 3. Aktiva lain-lain ( other asset ) Aktiva lain-lain menurut “Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 16)” adalah bahwa pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam aktiva tetap dan tidak dapat digolongkan dalam aktiva lancar, investasi atau penyertaan maupun aktiva tak berwujud, seperti aktiva tetap yang tidak digunakan, piutang kepada pemegang saham, beban yang ditangguhkan dan aktiva lancar lainnya, disajikan dalam kelompok aktiva lain-lain (2004:18). Berdasarkan keterangan diatas bahwa yang disebut sebagai aktiva lain-lain adalah semua harta yang tidak dapat dikelompokan kedalam aktiva lancar maupun aktiva tetap. Jadi bisa dirumuskan bahwa pengukuran rasio ukuran perusahaan dapat dihitung besarnya dengan rumus Total Aset = Jumlah seluruh aset Sebuah perusahaan besar memiliki total aset yang besar. Dalam setiap operasional sebuah perusahaan, perusahaan yang besar memiliki banyak kebutuhan dana yang perlu dialirkan untuk menunjang operasionalnya. Semakin besar perusahaan, semakin besar dana ekstern yang dibutuhkan. Sebaliknya, semakin kecil perusahaan semakin sedikit dana ekstern yang dibutuhkan perusahaan.
34
2.1.4 Likuiditas 2.I.4.1 Pengertian Likuiditas Di bawah ini adalah beberapa teori tentang likuiditas yang dikemukakan oleh beberapa ahli : 1. Riyanto (1997:25) likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finasialnya yang segera harus dipenuhi. Sama halnya dengan pendapat Sutrisno (2000:259) menyebutkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi. 2. Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban financial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas Syamsudin (2002:41). 3. Likuiditas perusahaan menunjukan kemampuan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan (Sartono, 2001:116). 4. Munawir (2002:31) mengatakan bahwa likuiditas menunjukan kemampuan suatu persahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus
35
dipenuhi, atau kemapuan perusahaan unuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Dari beberapa pengertian likuiditas diatas, penulis menyimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendeknya. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang berhubungan dengan pihak luar perusahaan atau kreditur dinamakan “likuiditas badan usaha”, sedangkan yang berhubungan dengan pihak intern dinamakan “likuiditas perusahaan”. Likuiditas badan usaha berarti kemampuan perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya saat ditagih. Sedangkan likuiditas perusahaan berarti perusahaan harus memperhatikan apakah perusahaan setiap saat dapat memenuhi pembayaran-pembayaran yang diperlukan untuk kelancaran jalannya perusahaan, misalnya untuk membeli bahan mentah, membayar upah buruh dan sebagainya. Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa pengertian likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai dengan jumlah utang lancar (likuiditas badan usaha),
juga
dengan
pengeluaran-pengeluaran
untuk
menyelenggarakan
perusahaan (likuiditas perusahaan).
2.1.4.2 Rasio–Rasio Likuiditas Rasio
likuiditas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya, rasio- rasio ini dapat dihitung
36
melalui sumber tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.” Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan yaitu rasio lancar, rasio cepat dan rasio kas (Harahap, 2010:301). Rasio likuiditas (Liquidity Ratio) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek yang berupa hutang-hutang jangka pendek (short term debt) (Alwi, 1993:110). Rasio likuiditas dikenal sebagai rasio neraca, rasio ini dihitung berdasarkan data yang berasal dari neraca. Likuiditas perusahaan secara keseluruhan dimaksudkan bahwa aktiva lancar dan hutang lancar dipandang masing-masing sebagai satu kelompok. Ada dua cara penting dalam pengukuran tingkat likuiditas secara menyeluruh ini, yaitu : 1. Current Ratio Current Ratio merupakan salah satu rasio finansial yang sering digunakan. Tingkat current ratio dapat ditentukan dengan jalan membandingkan antara current asset dengan current liabilities.
Current assets Current Ratio = Current Liabilities
Tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat current ratio ini juga sangat tergantung pada jenis usaha dari
37
masing-masing perusahaan. Akan tetapi sebagai pedoman umum, tingkat current ratio 2,00 sudah dapat dianggap baik. 2. Acid-test Ratio atau Quick Ratio Acid-test ratio hampir sama dengan current ratio hanya saja jumlah persediaan (inventory) sebagai salah satu komponen dari akiva lancar harus dikeluarkan. Alasan yang melatarbelakangi hal tersebut adalah bahwa persediaan adalah merupakan komponen aktiva lancar yang paling tidak likuid, sementara dengan acid-test ratio dimaksudkan untuk membandingkan aktiva yang lebih lancar (Quick Assets) dengan utang lancar. Perhitungannya sebagai berikut :
Current Assets-Inventory Acid-test ratio = Current Liabilities
Acid-test ratio sebesar 1,0 pada umumnya sudah dianggap baik, tetapi seperti halnya dengan current ratio, berapa besar acid-test ratio yang seharusnya, sangat tergantung pada jenis usaha dari masing-masing perusahaan. Acid-test ratio akan memberikan gambaran likuiditas yang lebih tepat hanya bila inventory sulit untuk dijual dengan segera tanpa menurunkan nilainya. Dengan kata lain, apabila inventory dapat dijual dengan segera tanpa menurunkan nilainya, maka penggunaan current ratio lebih disukai sebagai pengukuran tingkat likuiditas perusahaan (Syamsudin, 2002:43-51).
38
2.1.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Judul Penelitian : ”Pengaruh Arus Kas pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan”. Peneliti : Fitri Andika Sari (2011) Variabel Penelitian : a. Variable Independen: Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas Pendanaan b. Variable dependen: Likuiditas (Current ratio) Hasil Penelitian : menunjukkan bahwa Arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas secara parsial maupun simultan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap likuiditas perusahaan 2. Judul Penelitian : ”Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Tingkat Likuiditas Perusahaan (Studi Survei pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di BEJ)”. Peneliti : Akhmad Fanny Farhan (2005) Variabel Penelitian : a. Variable Independen: Perputaran modal kerja b. Variable dependen: Likuiditas (Current ratio) Hasil Penelitian : menunjukkan bahwa menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran modal kerja dengan tingkat likiditas perusahaan baik dihitung dengan tingkat likuiditas rasio lancar, rasio kas, ataupun rasio cepat.
39
3. Judul Penelitian : ”Pengaruh Arus kas Operasi dan Laba Akuntansi Terhadap Tingkat keuntungan dan Likuiditas Saham Emiten Sektor Keuangan di Bursa Efek Jakarta”. Peneliti : Iswandi Sukartaatmadja (2005) Variabel Penelitian : a. Variable Independen: Arus Kas Operasi b. Variable dependen: Likuiditas Hasil Penelitian : menunjukkan bahwa arus kas operasi kurang berpengaruh terhadap likuiditas. 4. Judul Penelitian ”Pengaruh Arus Kas terhadap Likuiditas pada perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di BEI” Peneliti : Nurul Hayati (Jurnal Spread 2011) Variabel Penelitian : a. Variable Independen: Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas Pendanaan b. Variable dependen: Likuiditas (Current ratio) Hasil Penelitian : menunjukkan bahwa secara simultan arus kas operasi, investasi dan pendanaan berpengaruh terhadap likuiditas namun secara parsial hanya ada satu variable yang berpengaruh terhadap likuiditas yaitu arus kas pendanaan, sedangkan variable yang lainnya idak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap likuiditas.
40
2.2 Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu (Erlina dan Mulyani, 2007:28). Dalam hal ini kerangka pemikiran dibuat sebagai suatu bentuk proses dari keseluruhan dari proses penelitian. Rerangka pemikiran akan menghubungkan antara variabelvariabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka dibuat rerangka pemikiran sebagai berikut:
Arus Kas Bersih (Variable X1)
Modal Kerja (Variabel X2)
Total Aset (Variabel X3)
H1
H2
H3
H4 Gambar 1 Rerangka Pemikiran Sumber : diolah oleh penulis
L I K U I D I T A S H3 (Variabel Y)
41
2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007:137) adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris. Dari rerangka pemikiran yang telah digambarkan sebelumnya, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H1 : Arus kas bersih berpengaruh signifikan terhadap likuiditas H2 : Modal kerja berpengaruh signifikan terhadap likuiditas H3 : Total aset berpengaruh signifikan terhadap likuiditas H4 : Arus kas bersih, modal kerja, dan total aset berpengaruh signifikan terhadap likuiditas.