BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori. 2.1.1. Biaya Produksi. Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dibebankan dalam proses produksi selama satu periode (Soemarso, 1999:295). Menurut Supriyono (1999:19), biaya produksi yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Menurut Mulyadi (2005:14), biaya produksi merupakan biayabiaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Dalam proses produksi perusahaan manufaktur, terdapat tiga istilah yang kerap digunakan dalam menggambarkan biaya produksi. Ketiga istilah tersebut adalah sebagai berikut: (Horngren, et.al 2008:45) 1. Biaya bahan baku (material costs). Biaya bahan baku adalah biaya perolehan seluruh bahan baku yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya (barang
7
8
dalam proses kemudian barang jadi) dan yang dapat dilacak ke objek biaya dengan cara ekonomis. 2. Biaya tenaga kerja lansung (direct labour costs). Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya-biaya yang meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat dilacak ke objek biaya (barang dalam proses kemudian barang jadi) dengan cara ekonomis. 3. Biaya manufaktur tidak langsung (indirect manufacturing costs) atau Biaya overhead pabrik. Biaya manufaktur tidak langsung adalah seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan objek biaya (barang dalam proses kemudian barang jadi) namun tidak dapat dilacak ke objek biaya secara ekonomis.
2.1.2. Sistem Biaya Standar. Menurut Mulyadi (2005:387), biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. Biaya standar umumnya menyangkut biaya produksi karena hubungan input (masukan) dan output (keluaran) yang lebih jelas. Penentuan biaya standar dibagi dalam tiga bagian yaitu standar biaya
9
bahan baku (BBB), standar biaya tenaga kerja langsung (BTKL), dan standar biaya overhead pabrik (BOP). 1. Standar Biaya Bahan Baku. Standar biaya bahan baku adalah biaya bahan baku yang seharusnya terjadi untuk membuat satu satuan produk tertentu (Halim, 1999:273). a. Standar Harga Bahan Baku. Standar harga bahan baku adalah harga bahan baku yang diharapkan oleh perusahaan berlaku selama periode tertentu. Standar harga bahan baku biasanya dibuat oleh departemen pembelian yang didasarkan pada daftar harga supplier atau yang sejenis dikurangi potongan penjualan yang diharapkan dan ditambah biaya angkut yang diperkirakan terjadi untuk mendapatkan bahan baku. Pertimbangan utama penentuan standar harga adalah fluktuasi harga. b. Standar Kuantitas Bahan Baku. Standar kuantitas bahan baku adalah kuantitas bahan baku yang seharusnya dipakai untuk membuat satu satuan produk tertentu. Standar kuantitas bahan baku umumnya didasarkan pada informasi yang disediakan oleh bagian perancangan (desaign departement) atau bagian teknik (engineering departement) yang khusus merancang dan menganalisa spesifikasi produk yang akan dihasilkan.
10
2. Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung. Standar biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja langsung yang seharusnya terjadi untuk membuat satu satuan produk tertentu. a. Standar Tarif Upah Langsung. Standar tarif upah langsung adalah tarif upah langsung yang seharusnya terjadi untuk setiap satu satuan pengupahan (per jam) dalam membuat produk tertentu. Tarif yang ditentukan biasanya sudah dirundingkan dengan serikat pekerja (organisasi buruh), sehingga standar penentuan tarif upah ini lebih akurat. Standar penghitungan tarif upah dapat juga ditentukan dengan menggunakan data tarif masa lalu ataupun tarif upah dalam keadaan operasi normal. b. Standar Jam Kerja Langsung. Standar jam kerja langsung adalah jam kerja yang seharusnya dipakai untuk membuat satu satuan produk tertentu. Standar jam kerja umumnya ditentukan dengan menggunakan analisa teknik. Analisa ini mempertimbangkan kondisi dan jenis tenaga kerja yang digunakan, kondisi kerja, tersedianya bahan baku, dan faktor-faktor lainnya yang mungkin mempengaruhi jam kerja untuk memproduksi produk.
11
3. Standar Tarif Biaya Overhead Pabrik. Standar tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kegiatan dengan kapasitas normal. Biaya overhead meliputi biaya bahan pembantu, tenaga kerja tidak langsung, penyusutan dan lain-lain. Masingmasing jenis biaya overhead pabrik yang membentuk biaya overhead
pabrik
tersebut
berbeda-beda
pengaruhnya
jika
dihubungkan dengan naik-turunnya aktivitas produksi. Ada yang berhubungan secara proporsional (variabel), ada yang berhubungan secara tidak proporsional (semi variabel), dan ada pula yang tidak berhubungan (tetap). Dengan keadaan demikian, dalam melakukan pembandingan antara standar dan sesungguhnya
memerlukan
penggunaan
anggaran
fleksibel
(flexible budget) yang menunjukkan jumlah biaya untuk berbagai tingkat kegiatan (kapasitas).
2.1.3. Anggaran Fleksibel (Flexible Budget). Menurut Horngren, et.al (2008:265), anggaran fleksibel adalah anggaran yang disesuaikan (dengan lentur) untuk mengakui tingkat keluaran aktual yang diproduksi. Menurut Hansen dan Mowen (2006:373), anggaran fleksibel (flexible budget) adalah anggaran yang memungkinkan suatu
12
perusahaan untuk menghitung perkiraan biaya dalam suatu tingkat aktivitas. Anggaran
fleksibel
merupakan
anggaran
yang
mempertimbangkan variasi pemacu biaya (Daljono, 2009:309). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran
fleksibel
adalah
anggaran
yang
disesuaikan
untuk
mempertimbangkan perkiraan biaya dalam berbagai tingkat kegiatan (kapasitas). Anggaran fleksibel mengkalkulasi anggaran pendapatan dan biaya berdasarkan tingkat keluaran aktual dalam suatu periode anggaran. Anggaran fleksibel dihitung pada akhir periode ketika keluaran aktual telah diketahui. Konsep dasar anggaran fleksibel untuk biaya adalah bahwa semua biaya yang terjadi disebabkan karena berlalunya waktu, output atau kegiatan produktif, atau suatu kombinasi antara waktu dan output atau kegiatan.
2.1.4. Analisis Selisih (Variance) Biaya Produksi. Menurut
Mulyadi
(2005:395),
selisih
(variance)
adalah
penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar. Variance adalah perbedaan antara jumlah berdasarkan hasil aktual dan jumlah yang dianggarkan, yakni jumlah aktual dan jumlah yang diperkirakan berdasarkan anggaran (Horngren et.al, 2008:264).
13
Menurut Simamora (2000:638), analisis selisih ini melibatkan pembagian jumlah selisih antara biaya standar dan biaya sesungguhnya untuk bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik ke dalam dua komponen. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis selisih (variance) biaya produksi adalah perbedaan antara biaya standar dan biaya sesungguhnya untuk bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Analisis variance sering kali digunakan untuk evaluasi kinerja. Ada dua hal yang biasanya dinilai: (Horngren et.al, 2008:264) 1. Efektivitas. Merupakan tingkat pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Efisiensi. Merupakan jumlah relatif masukan yang digunakan untuk mencapai tingkat keluaran tertentu. Makin sedikit masukan yang digunakan untuk mencapai tingkat keluaran tertentu atau makin banyak keluaran untuk tingkat masukan tertentu, makin tinggi efisiensi. Analisis selisih biaya produksi terdiri dari analisis selisih (variance) biaya bahan baku (BBB), analisis selisih (variance) biaya tenaga kerja langsung (BTKL), dan analisis selisih (variance) biaya overhead pabrik (BOP).
14
Penghitungan selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dapat dilakukan dengan tiga model, yaitu: model satu selisih, model dua selisih, dan model tiga selisih (Daljono, 2009:296). Model satu selisih menghitung selisih biaya bahan dan selisih biaya tenaga kerja dengan cara membandingkan biaya standar dan biaya sesungguhnya. Analisa dua selisih, membedakan selisih biaya menjadi selisih harga (price variance) dan selisih kuantitas (quantity variance). Model tiga selisih, menghitung selisih menjadi tiga macam, yaitu: selisih harga (selisih tarif), selisih kuantitas (selisih efisiensi), dan selisih gabungan (joint variance atau disebut juga selisih kuantitas harga). Dalam penelitian ini, penghitungan selisih dilakukan dengan menggunakan analisis dua selisih. 1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku. a. Perhitungan Selisih Harga Bahan Baku. Untuk menghitung selisih harga bahan baku (materials price variance) dibandingkan antara harga bahan baku yang sesungguhnya dengan harga bahan baku menurut standar. Jumlah selisih harga bahan baku dihitung dengan cara mengalikan selisih harga bahan baku per satuan dengan kuantitas sesungguhnya yang dibeli.
15
b. Perhitungan Selisih Kuantitas Bahan Baku. Selisih kuantitas bahan baku (material quantity or usage variance) adalah selisih yang timbul karena telah dipakai kuantitas bahan baku yang lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan kuantitas standar di dalam pengolahan produk. Jumlah rupiah selisih kuantitas bahan baku dapat dihitung sebesar selisih kuantitas bahan baku dikalikan harga standar bahan baku per buah. 2. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung. a. Perhitungan Selisih Tarif Upah Langsung. Selisih tarif upah langsung timbul karena perusahaan telah membayar upah langsung dengan tarif lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan tarif upah langsung standar. Jumlah total rupiah selisih tarif upah langsung dapat dihitung sebesar selisih tarif upah langsung per jam dikalikan jam kerja sesungguhnya. b. Perhitungan Selisih Efisiensi Upah Langsung. Selisih efisiensi waktu upah langsung adalah selisih yang timbul karena telah digunakan waktu kerja yang lebih besar atau lebih kecil dibanding waktu standar. Jumlah selisih efisiensi upah langsung dalam rupiah dihitung dari selisih jam kerja langsung standar dikalikan tarif upah langsung standar.
16
3. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik. Selisih biaya overhead pabrik timbul karena perbedaan antara biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dengan biaya overhead pabrik standar atau yang seharusnya terjadi di dalam mengolah produk atau pesanan. a. Selisih Terkendalikan. Selisih terkendalikan (controllable variance) adalah selisih yang diakibatkan oleh perbedaan antara biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dengan biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada jam atau kapasitas standar (anggaran fleksibel pada jam atau kapasitas standar). b. Selisih Volume. Selisih volume (volume variance) adalah selisih yang diakibatkan oleh perbedaan antara anggaran fleksibel pada kapasitas atau jam standar dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk melalui rekening Barang Dalam Proses.
17
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu. Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Nama Ari
Judul Analisis
Analisis
Hasil
Analisis
Selisih anggaran yang dibuat
Sukmawati Selisih
Selisih
dengan
(2008)
Anggaran
(Variance)
dikatakan
Produksi
.
favourable. Tetapi jika dilihat
realisasinya
bisa
berhasil
atau
dengan Biaya
dari analisis selisih harga
Produksi pada
diketiga jenis barang dapat
PT. Wirakarya
memberikan
Kharisma
namun ditiga jenis barang
Nusantara
yang
(Jeparas)
memberikan keuntungan bagi
Jepara.
perusahaan.
lain
keuntungan,
tidak
dapat
Hermanto
Evaluasi
Analisis
Secara keseluruhan anggaran
(2005)
Realisasi
Deskriptif
biaya produksi pada CV.
Anggaran
Persentase
Yasinta
Biaya
dan
tingkat
Produksi pada Standar
diketahui
CV.
sehingga
Yasinta Deviasi.
Furniture
Jepara,
efektivitasnya sebesar
79%,
dikategorikan
Furniture
kurang efektif yaitu dengan
Jepara Tahun
standar penyimpangan yang
2000 – 2004.
terjadi Rp. 553,5 juta.
Sumber: Skripsi STIENU Jepara (2005) (2008) Dalam penelitian Ari Sukmawati (2008) alat analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis selisih (variance). Untuk penelitian Hermanto (2005), alat analisis yang digunakan adalah menggunakan analisis
18
deskriptif persentase dan standar deviasi. Sedangkan dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif persentase untuk mengetahui tingkat efisiensi biaya produksi dan analisis selisih (variance) digunakan untuk mengetahui penyebab penyimpangan antara standar biaya dengan realisasi biaya produksi perusahaan.
2.3. Kerangka Penelitian. Biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari proses produksi dapat dianalisis dengan menggunakan analisis variance. Biaya standar dengan biaya sesungguhnya dibandingkan untuk melihat apakah terdapat selisih dalam biaya produksi. Kerangka penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1. Kerangka Penelitian Standar Biaya Produksi: 1. Standar Biaya Bahan Baku 2. Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Standar Biaya Overhead Pabrik
Realisasi Biaya Produksi: 1. Realisasi Biaya Bahan Baku 2. Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Realisasi Biaya Overhead Pabrik
Variance Biaya Produksi
Analisis Tingkat Variance Biaya Produksi (Deskriptif Persentase) Analisis Variance Biaya Produksi dan Penyebab Variance Biaya Produksi (Analisis selisih)
Hasil Analisis: 1. Tidak ada perbedaan variance biaya produksi. 2. Ada perbedaan variance biaya produksi.