BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Program Pertanian Berkelanjutan
2.1.1
Pengertian Pertanian Berkelanjutan Pertanian ialah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agro
industri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Usaha pertanian memilki dua ciri penting, yaitu : 1. selalu melibatkan barang dalam volume besar. 2. proses produksi memilki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapannya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini akan tetapi sebahagian besar
usaha
pertanian dunia masih tetap demikian ( Susanto, 2002: 1). Pembangunan berkelanjutan bukan hanya sebagai transformasi progresif terhadap struktur sosial dan politik. Pembangunan pertanian berkelanjutan juga untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memenuhi kepentingan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kepentingan masyarakat pada masa saat ini (Supardi, 2003: 204). Pertanian berkelanjutan ialah sebagai sebuah sistem yang terintegrasi antara praktek produksi tanaman dan hewan dalam sebuah lokasi dalam jangka waktu yang panjang. Menurut Brundtland, pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan yang dimaksud disini adalah kebutuhan untuk kelangsungan hidup hayati dan kebutuhan untuk kehidupan yang manusiawi.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan untuk kelangsungan hidup hayati adalah kebutuhan paling esensial yang meliputi udara, air dan pangan yang harus tersedia dalam jumlah dan kualitas memadai untuk dapat hidup sehat. Sedangkan kebutuhan untuk kehidupan manusiawi mempunyai arti untuk menaikkan martabat dan status sosial manusia (Supardi, 2003: 205). Menurut SAREP (1998), pertanian berkelanjutan adalah suatu pendekatan sistem yang memahami keberlanjutan secara mutlak. Sistem ini memahaminya dari sudut pandang yang luas, dari sudut pertanian individual, kepada ekosistem lokal, dan masyarakat yang dipengaruhi oleh sistem pertanian, baik lokal maupun global. Mary V. Gold.1999 menyatakan bahwa pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) memadukan tiga tujuan yang meliputi: pengamanan lingkungan, pertanian yang menguntungkan dan kesejahteraan masyarakat petani. Tujuan-tujuan tersebut telah didefinisikan secara beragam oleh berbagai disiplin, tetapi kata kuncinya adalah: manfaat atau keuntungannya bagi petani dan konsumen. Francis dan Youngberg (1990) memberikan batasan bahwa pertanian berkelanjutan adalah suatu filosofi yang berbasis pada tujuan-tujuan manusia dan atas pemahaman terhadap dampak jangka panjang dari aktivitas-aktivitas kita atas lingkungan dan spesies-spesies lainnya. Sistem ini menekan degradasi lingkungan, memelihara produktivitas pertanian, meningkatkan kelayakan ekonomi, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang, serta memelihara kemantaban komunitas dan mutu hidup (Mardikanto, 2009: 21-22). Sistem pertanian berkelanjutan harus dievaluasi berdasarkan pertimbangan beberapa kriteria, antara lain: 1. Aman menurut wawasan lingkungan, berarti kualitas sumberdaya alam dan vitalitas keseluruhan agro ekosistem dipertahankan atau mulai dari kehidupan manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai apabila tanah terkelola dengan baik, kesehatan tanah dan tanaman ditingkatkan, demikian juga kehidupan manusia maupun hewan ditingkatkan melalui proses
Universitas Sumatera Utara
biologi. Sumberdaya lokal dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat menekan kemungkinan terjadinya kehilangan hara, biomassa dan energi, dan menghindarkan terjadinya polusi. Serta berfokus pada pemanfaatan sumberdaya. 2. Menguntungkan secara ekonomi, berarti petani dapat menghasilkan sesuatu yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri/pendapatan, dan cukup memperoleh pendapatan untuk membayar buruh dan biaya produksi lainnya. Keuntungan menurut ukuran ekonomi tidak hanya diukur langsung berdasarkan hasil usaha taninya, tetapi juga berdasarkan fungsi kelestarian sumberdaya dan menekan kemungkinan resiko yang terjadi terhadap lingkungan. 3. Adil menurut pertimbangan sosial, berarti sumberdaya dan tenaga tersebar sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi, demikian juga setiap petani mempunyai kesempatan yang sama dalam memanfaatkan lahan, memperoleh modal cukup, bantuan teknik dan memasarkan hasil. Semua orang mempunyai kesempatan yang sama berpartisipasi dalam menentukan kebijakan, baik di lapangan maupun dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. 4. Manusiawi terhadap semua bentuk kehidupan, berarti tanggap terhadap semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan dan manusia) prinsip dasar semua bentuk kehidupan adalah saling mengenal dan hubungan kerja sama antar makhluk hidup adalah kebenaran, kejujuran, percaya diri, kerja sama dan saling membantu. Integritas budaya dan agama dari suatu masyarakat perlu dipertahankan dan dilestarikan. 5. Dapat dengan mudah diadaptasi, berarti masyarakat pedesaan atau petani yang mampu dalam menyesuaikan dengan perubahan kondisi usahatani: pertambahan penduduk, kebijakan dan permintaan pasar. Hal ini tidak hanya berhubungan dengan masalah perkembangan teknologi yang sepadan, tetapi termasuk juga inovasi sosial dan budaya (www.benss.co.cc diakses pada tanggal 05 maret 2014 pukul 19.33 wib).
Universitas Sumatera Utara
Pertanian berkelanjutan adalah gerakan pertanian menggunakan prinsip ekologi, studi hubungan antara organisme dan lingkungannya. Pertanian berkelanjutan telah didefinisikan sebagai sebuah sistem terintegrasi antara praktek produksi tanaman dan hewan dalam sebuah lokasi dan dalam jangka panjang memiliki fungsi sebagai berikut: Memenuhi kebutuhan pangan dan serat manusia, meningkatkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam berdasarkan kebutuhan ekonomi pertanian. Menggunakan sumber daya alam tidak terbarukan secara efisien, menggunakan sumber daya yang tersedia di lahan pertanian secara terintegrasi, dan memanfaatkan pengendalian dan siklus biologis jika memungkinkan, meningkatkan kualitas hidup petani dan masyarakat secara keseluruhan. Namun tahap menuju pertanian berkelanjutan seringkali dipandang sebagai sebuah tahapan dan bukan sebagai akhir. Beberapa menganggap bahwa pertanian berkelanjutan yang sebenarnya adalah yang berkelanjutan secara ekonomi yang dicapai dengan penggunaan energi yang lebih sedikit, jejak ekologi yang minimal, barang berkemasan yang lebih sedikit, pembelian lokal yang meluas dengan rantai pasokan pangan singkat, bahan pangan terproses yang lebih sedikit (http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian_berkelanjutan diakses pada tanggal 28 juni 2014 pukul 21.16 wib).
2.1.2
Aspek-Aspek Pelaksanaan Pertanian Berkelanjutan Konsep pembangunan berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi keberlanjutan,
yaitu: keberlanjutan usaha ekonomi (profit), keberlanjutan kehidupan sosial manusia (people), keberlanjutan ekologi alam (planet). Ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi sehingga ketiganya harus diperhatikan secara berimbang. Ketiganya yaitu : 1. Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut. Indikator utama dimensi ekonomi ini ialah
Universitas Sumatera Utara
tingkat efisiensi, dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai tambah (termasuk laba), dan stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan kebutuhan ekonomi (material) manusia baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang. 2.
Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis (termasuk tercegahnya konflik sosial), preservasi keragaman budaya dan modal sosiokebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu, pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial-budaya merupakan indikator-indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.
3. Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Termasuk dalam hal ini ialah terpeliharanya keragaman hayati dan daya lentur biologis (sumber daya genetik), sumberdaya tanah, air dan agro klimat, serta kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur (resilience) dan dinamika ekosistem untuk beradaptasi terhadap perubahan, bukan pada konservasi suatu kondisi ideal statis yang mustahil dapat diwujudkan (AhmadSuryana:http://Pembangunan/Pertanian Berkelanjutan/Andalan/Pembangunan/Nasional.com diakses pada tanggal 10 maret 2014 pukul 21.15 wib). Sistem pertanian berkelanjutan juga berisi suatu ajakan moral untuk berbuat kebajikan pada lingkungan sumber daya alam dengan memepertimbangkan tiga aspek, sebagai berikut: 1. Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak boleh menyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbangan adalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismenya dikendalikan oleh hukum alam.
Universitas Sumatera Utara
2. Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain, untuk jangka pendek dan jangka panjang, serta bagi organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi. 3. Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan dijunjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya sebagai contoh seorang petani akan mengusahakan peternakan ayam di pekarangan milik sendiri. Mungkin secara ekonomis dan ekologis menjanjikan keuntungan yang layak, namun ditinjau dari aspek sosial dapat memberikan aspek yang kurang baik misalnya, pencemaran udara karena bau kotoran ayam. Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi dalam sistem pertanian berkelanjutan di Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk dengan areal pertanian sangat berdekatan. Didukung dengan tingginya nilai sosial pertimbangan utama sebelum merencanakan suatu usaha pertanian dalam arti luas (Salikin, 2003: 6-7). Lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian berkelanjutan yaitu : 1. Kelayakan ekonomis (economic viability). 2. Bernuansa dan bersahabat dengan ekologi (accologically sound and friendly). 3. Diterima secara sosial (Social just). 4. Kepantasan secara budaya (Culturally approiate). 5. Pendekatan sistem holistik (system and hollisticc approach) (Salikin, 2003: 8). Cara dan tujuan di dalam peningkatan produksi tanaman pertanian ada tiga macam yaitu sebagai berikut : 1. Perluasan areal (ekstensifikasi). 2. Peningkatan Teknologi (intensifikasi).
Universitas Sumatera Utara
3. Penganekaragaman komoditi (diversifikasi) (Soetriono, Suwandari, Rijanto, 2006: 65). Disamping ketiga faktor tersebut, ada suatu cara penunjang untuk peningkatan produksi pertanian, yakni panca usaha tani yang berarti lima usaha tani. Panca usaha tani tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Penggunaan bibit varietas unggul. Ciri-ciri suatu bibit varietas unggul antara lain: berproduksi tinggi, tahan hama dan penyakit, berkualitas baik, beradaptasi tinggi terhadap lingkungan. 2. Mengusahakan kultur teknik merupakan cara bercocok tanam yang baik, sebab varietas akan menyesuaikan diri terhadap tanah serta iklim. Cara bercocok tanam tersebut misalnya umur bibit yang akan dipindahkan ke tempat lapang, jarak tanam, pemangkasan, dan lain-lain. 3. Proteksi tanaman merupakan suatu cara pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit. Untuk itu diperlukan adanya perawatan secara seksama dan teliti agar tidak mengakibatkan kegagalan. Sebagai upaya pencegahan, pada umumnya, digunakan obat-obatan pestisida. 4. Penggunaan pupuk merupakan makanan bagi tanaman. Dengan pemberian pupuk yang cocok, tanaman akan tumbuh baik dan subur. Apabila kekurangan pupuk, tanaman bisa tumbuh terlambat dan kurus. Akan tetapi, ada pula pemberian pupuk yang berlebihan menjadikan hasil panen menjadi menurun. Hal tersebut merupakan pemborosan di samping juga merangsang adanya perubahan fisiologis tanaman. 5. Pengairan kebutuhan air sangat mutlak bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman pertanian. Seperti pemberian pupuk, pemberian air yang berlebihan bisa mematikan tanman. Air yang menggenang menyebabkan sirkulasi udara tidak berjalan lancar dan tanaman mudah terserang penyakit akar. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut,
Universitas Sumatera Utara
penulis mengambil beberapa faktor yang akan penulis jadikan indikator dalam pelaksanaan pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Kabupaten Sukoharjo yaitu: lahan pertanian; sarana produksi (saprodi) seperti pupuk, bibit, danpestisida; sarana prasarana pertanian seperti alat mesin pertanian (alsintan)dan irigasi; program penyuluhan pertanian; dan kelembagaan pertanian (Soetriono, Suwandari, Rijanto, 2006: 65-69).
2.2
Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Program Pertanian Berkelanjutan pertama kali dilaksanakan pada warga petani binaan
Serikat Petani Indonesia di Kelurahan Pangkalan Mansyur, Kecamatan Medan Johor tepatnya berada di Jalan Eka Rosa sejak tahun 2007, dan ternyata program yang baru bergerak selama satu tahun ini sudah dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar kelurahan. Dengan adanya program Pertanian Berkelanjutan ini perekonomian keluarga warga binaan mengalami peningkatan, karena manfaat yang dirasakan tersebut maka program ini mengalami perkembangan hingga pada warga petani binaan di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang dan program Pertanian Berkelanjutan ini masih diterapkan hingga saat ini (www.spi.or.id diakses pada tanggal 22 januari 2014 pukul 10.18 wib). Pelaksanaan pertanian berkelanjutan oleh Serikat Petani Indonesia bersumber dari tradisi pertanian keluarga yang menghargai, menjamin dan melindungi keberlanjutan alam untuk mewujudkan kembali budaya pertanian sebagai kehidupan. Oleh karena itu, Serikat Petani Indonesia mengistilahkan Pertanian Berkelanjutan berbasis keluarga petani, untuk membedakannya
dengan
konsep
pertanian
organik
berbasis
agribisnis.
Pertanian
berkelanjutan merupakan tulang punggung bagi terwujudnya kedaulatan pangan. Peran Serikat Petani Indonesia sebagai pendamping petani dalam pelaksanaan program pertanian
Universitas Sumatera Utara
berkelanjutan ini ialah sebagai pelatih, marketing maupun sebagai fasilitator yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat petani Indonesia yang diukur dari sosial ekonomi masyarakat petaninya (www.spi.or.id diakses pada tanggal 23 januari 2014 pukul 14.09 wib). Dalam penerapan Program Pertanian Berkelanjutan, Serikat Petani Indonesia telah memiliki program rutin yang dikelola oleh basis di desa Damak Maliho ini. Adapun kegiatan rutin Serikat Petani Indonesia di desa Damak Maliho untuk setiap basis petani ialah : 1. Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia kepada petani binaan 2. Pengelolaan marketing oleh Serikat Petani Indonesia kepada petani binaan 3. Peran Fasilitator Serikat Petani Indonesia (www.spi.or.id diakses pada tanggal 23 januari 2014 pukul 15.10 wib).
2.2.1
Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia kepada Petani Binaan Pelatihan merupakan salah satu kegiatan penyuluhan dalam rangka memberdayakan
masyarakat khususnya untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap petani sebagai sasaran penyuluhan pertanian. Keberadaan petani yang memiliki sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang memadai dalam bidang pertanian, diharapkan dapat mendukung dan berperan serta dalam pembangunan pertanian.
Oleh karena itu pelatihan petani perlu
dilaksanakan dan dikembangkan dengan memperhatikan faktor efisiensi, efektivitas dan relevansi (http://nakstppmlg.weebly.com/manjemen-pelatihan-i.html diakses pada tanggal 13 mei 2014 pukul 08.11 wib). Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia merupakan keterlibatan Lembaga Serikat Petani Indonesia untuk melakukan pelatihan agar terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan dari hasil panen sebelum mendapatkan pelatihan. Adapun bentuk pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia ialah : a. Uji coba pertanian organik.
Universitas Sumatera Utara
Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia, mengatakan pengembangan pupuk organik merupakan salah satu bagian upaya Serikat Petani Indonesia untuk membangun pola pertanian berkelanjutan dan pertanian organik. “Serikat Petani Indonesia akan terus mengembangkan pupuk organik sebagai salah satu upaya untuk melepaskan ketergantungan petani dari pupuk kimia dan memperkuat pola pertanian berkelanjutan,” katanya. Adapun pengembangan pupuk Bokhasi yang diarahkan untuk tanaman padi, menurutnya, dapat membantu petani mengurangi beban produksi, terlebih harga pupuk kimia yang semakin melambung saat ini. Padi dipilih karena komoditas tersebut saat ini menjadi salah satu komoditas pertanian yang paling krusial di Indonesia menyusul keputusan pemerintah untuk melakukan impor beras dari Thailand dan Vietnam. Pupuk Bokhasi dapat membantu para petani untuk menggenjot hasil produksinya dengan kualitas yang lebih baik,” ujar Henry. Selain pengembangan pupuk organik, tambahnya, Serikat Petani Indonesia juga masih terus mengembangkan ‘pusat perbenihan’ di areal Pusdiklat Bogor yang saat ini sudah memiliki hampir seluruh bibit jenis tanaman pertanian di Indonesia, khususnya 50 jenis tanaman unggulan, termasuk padi. Pusat perbenihan itu sendiri berfungsi untuk melakukan konservasi bibit dan memproduksi bibit-bibit unggulan yang dapat dipasok oleh para petani, khususnya ratusan ribu petani anggota Serikat Petani Indonesia di seluruh tanah air.
b. Pelatihan budidaya tani. Metode ini intinya adalah teknik budidaya tanaman yang mampu meningkatkan produktivitas tanpa menghancurkan kualitas tanah. Setidaknya ada empat rekayasa teknis yang dibutuhkan di sini, yaitu persiapan benih berkualitas, pengolahan tanah
Universitas Sumatera Utara
teratur, pemupukan yang tepat menggunakan kompos dan pupuk hijau, serta pemeliharaan yang telaten dan teratur. ”Kotoran sapi dan daun busuk punya unsur hara tinggi. Selama ini ada anggapan salah di kalangan petani. Petani Indonesia menganggap kalau mau panen banyak, harus mengutamakan kesuburan tanamannya. Padahal, yang terpenting adalah tanah. Kalau tanah subur, ditanami apa saja pasti tumbuh dengan baik (www.spi.or.id diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 14.14 wib).
2.2.2
Pengelolaan Marketing oleh Serikat Petani Indonesia kepada Petani Binaan Tujuan Serikat Petani Indonesia menggunakan metode marketing sebagai salah satu
bentuk dari program pertanian berkelanjutan ialah sebagai cara untuk memasarkan hasil panen petani secara langsung ke pasar guna menghindari keberadaan tengkulak yang dapat merugikan pendapatan petani. Adapun bentuk marketing dalam program pertanian berkelanjutan ini ialah pemasaran hasil tani yaitu memasarkan secara langsung hasil panen petani ke pasar dengan harga yang efesien (tidak merugikan petani), serta melibatkankan petani dalam proses pemasaran (www.spi.or.id diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 14.06 wib)
2.2.3
Peran Fasilitator Serikat Petani Indonesia Peran fasilitator anggota Serikat Petani Indonesia di setiap basis ialah memfasilitasi
segala bentuk yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi petani terhadap pihak yang terkait baik itu pihak pemerintah maupun non pemerintah. Adapun metode fasilitator dalam program pertanian berkelanjutan ini ialah :
Universitas Sumatera Utara
a. Membangun jaringan dengan lembaga-lembaga pertanian lainnya. b. Menyediakan informasi tentang benih dan teknologi budidaya tani c. Fasilitas diskusi tentang pertanian (www.spi.or.id diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 14.16 wib).
2.3
Sosial Ekonomi Kata sosial menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan
dengan masyarakat. Kegiatan sosial tidak terlepas dari tindakan-tindakan sosial dan interaksi sosial, tindakan sosial adalah hal-hal yang dilakukan individu atau kelompok. Interaksi adalah proses dimana individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang satu dengan yang lain (http://id.wikipedia.org/wiki/Sosial_Ekonomi diakses pada tanggal 18 febuari 2014 pukul 21.16 wib). Melly G.Tan dalam Gunawan, Muktar mengatakan untuk melihat kedudukan sosial ekonomi adalah dengan melihat pekerjaan, penghasilan dan pendididkan seseorang. Berdasarkan hal ini masyarakat dapat digolongkan ke dalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi yaitu dengan : 1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup minimal mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain. 2.
Golongan masyarakat berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan harga cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.
3. Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok juga dari pendapatan itu dapat ditabungkan untuk kebutuhan lain (Migley dalam Gunawan, 2010: 7).
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan tolok ukur ekonomi pada awalnya didasari dari pandangan para ekonom yang melihat realitas perbedaan tingkat pendapatan masyarakat yang mencolok di negaranegara maju (develop) dengan negara-negara miskin/tertinggal (lessdeveloped). Pertumbuhan ekonomi telah dijadikan prioritas utama, sehingga pembangunan sering kali dikonotasikan dengan ekonomi. Selanjutnya kalau orang menggunakan kata pembangunan tanpa diikuti dengan kata lain di belakangnya, maka akan selalu diinterprestasikan sebagai pembangunan ekonomi (Soetomo dalam Gunawan, 2010: 9). Interprestasi pengertian pembangunan tersebut dipandang Migley (dalam Gunawan, 2010: 9) sebagai konsep pembangunan telah terdistorsi. Artinya, keberhasilan pembangunan dapat dipahami sebagai kemajuan ekonomi. Berbagai kata yang mengikuti istilah pembangunan, tentunya akan berkaitan dengan tolok ukur yang digunakan untuk melihat kondisi. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tolok ukur peningkatan sosial ekonomi dapat dilihat dari kondisi pendapatan, pangan, pendidikan maupun kesehatan. Keberhasilan dalam pembangun ialah apabila masyarakatnya sudah mengalami peningkatan ekonomi setiap tahunnya sesuai dengan kebutuhannya. Adapun tolok ukur tersebut secara rincinya ialah : 1. Produktivitas 2. Pendapatan 3. Kebutuhan pemenuhan pangan 4. Kondisi pendidikan anak 5. Sarana perumahan 6. Rekreasi (http://id.wikipedia.org/wiki/PeningkatanEkonomi diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 17.07 wib).
Universitas Sumatera Utara
2.3.1
Produktivitas Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja dan teknis operasional,
secara filosofis, Produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan mutu kehidupan besok harus lebih baik dari hari ini. Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas dan akan terus meningkatkan kemampuan kerjanya (http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertianproduktivitas-kerja-menurut.html
2.3.2
diakases pada tanggal 12 mei 2014 pukul 08.23 wib).
Pendapatan Pengertian pendapatan dikemukakan oleh Dyckman (2002: 234) bahwa pendapatan
adalah “arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang
sedang
berlangsung”
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20567/3/Chapter%20II.pdf
diakses
pada
tanggal 14 april 2014 pukul 15.22 wib). Pendapatan oleh program pertanian berkelanjutan ini diukur dengan : a. Pendapatan petani setiap bulannya dari hasil panen. b. Kemampuan petani menabung setiap bulannya. c. Dimana petani menyimpan tabungannya (www.spi.or.id diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 15.39 wib).
2.3.3
Pangan
Universitas Sumatera Utara
Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 ialah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Adapun yang termasuk ke dalam bentuk pangan ialah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (www.pengertianahli.com diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 16.11 wib). Pangan yang dikonsumsi petani dan keluarganya diukur dengan indikator : a. Jenis makanan yang dikonsumsi petani dan keluarga setiap harinya. b. Kualitas gizi makanan yang dikonsumsi petani dan keluarga setiap harinya.
2.3.4
Pendidikan Pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik seacra aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat. Orangtua berkewajiban dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan prilaku seorang individu. Adapun yang menjadi indikator suatu pendidikan ialah : a. Pendidikan formal b.
Pendidikan non formal (raflengerungan.wordpress.com diakses pada tanggal
14
april 2014 pukul 19.11 wib).
2.3.5
Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Menurut WHO kesehatan ialah suatu keadaan sejahtera dari badan jiwa, dan sosial yag memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya kesehatan juga merupakan suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit kelemahan. Pada dasarnya kesehatan itu meliputi tiga aspek, antara lain : 1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit. 2. Tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. 3. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan. Adapun yang menjadi indikator dalam pemenuhan kesehatan yaitu : a. Kemampuan untuk membeli obat-obatan. b. Kemampuan untuk berobat ke dokter. c. Kemampuan pemenuhan kebutuhan spritual (http://id.wikipedia.org/wiki/kesehatan diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 20.17 wib).
2.3.6
Sarana Perumahan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat
merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan. Berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan. Pemukiman dapat diartikan juga sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman. Pemukiman dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya dengan menerapkan persyaratan rumah sehat
Universitas Sumatera Utara
(http://id.wikipedia.org/wiki/rumah_sehat diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 21.18 wib).
2.3.7
Rekreasi Rekreasi, dari bahasa Latin, re-creare, yang secara harfiah berarti membuat ulang,
adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang. Hal ini adalah sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang di samping bekerja. Kegiatan yang umum dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, bermain, dan hobi. Kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan. Rekreasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang secara sengaja sebagai kesenangan atau untuk kepuasan, umumnya dalam waktu senggang. Rekreasi memiliki banyak bentuk aktivitas di mana pun tergantung pada pilihan individual. Beberapa rekreasi bersifat pasif seperti menonton televisi atau aktif seperti olahraga. Rekreasi telah menjadi unsur penting dalam kehidupan modern. Pendapatan, kondisi pekerjaan dan perkembangan transportasi yang semakin baik telah memberi orang lebih banyak uang, waktu dan pergerakan yang lebih tinggi untuk melakukan rekreasi. Pada saat ini, rekreasi telah menjadi industri besar. Rekreasi umumnya berdampak pada rasa senang tingkat kesehatan fisik dan mental manusia (http://id.wikipedia.org/wiki/Rekreasi diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 22.09 wib). 2.4
Kesejahteraan Sosial Menurut Undang Undang No.11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial ialah terpenuhinya
kebutuhan materil, spritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsinya. Menurut Arthur (dalam Nurdin 2002: 28), mengemukakan kesejahteraan sosial sebagai suatu bidang usaha manusia, dimana di dalamnya terdapat berbagai macam badan dan usaha sosial yang bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial pada bidang-bidang kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan sosial. Dalam buku PBB I berjudul Report on International and Measurement of Standar and Level Living, badan dunia tersebut menetapkan 10 jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan manusia, meliputi : 1. Kesehatan 2. Makanan dan gizi 3. Kondisi pekerjaan 4. Situasi kesempatan kerja 5. Konsumsi 6. Pengangkutan 7. Perumahan 8. Sandang 9. Rekreasi dan hiburan 10. Jaminan sosial Pada perkembangan selanjutnya, PBB kembali membahasnya melalui pendekatan konsumsi. Pada tahap ini PBB mendiskusikannya dengan berbagai badan khusus, seperti ILO, WHO, FAO, UNESCO. Hasilnya dirumuskan adanya beberapa jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia, meliputi : 1. Konsumsi 2. Kesehatan bahan makanan dan gizi 3. Pendidikan 4. Kesempatan kerja dan kondisi pekerjaan 5. Perumahan
Universitas Sumatera Utara
6. Sandang 7. Rekreasi 8. Jaminan sosial (http://id.wikipedia.org/wiki/kriteria_kesejahteraansosial
diakses
pada tanggal 11 april 2014 pukul 22.29 wib). Proses yang terjadi dalam pembangunan kesejahteraan sosial juga dapat dipahami dari suatu kondisi yang paling buruk sampai pada kondisi yang ideal. Menurut Soetomo (dalam Gunawan 2010: 10) perubahan dari realita yang disebut masalah sosial yang merupakan kondisi yang tidak diharapkan (illfare), menuju kondisi masyarakat yang disebut ideal yang biasa disebut wellfare. Dalam praktek kehidupan masyarakat, kondisi wellfare tidak pernah menjadi realitas sehingga lebih tepat disebut idealisme. Tolok ukur terhadap hasil yang dicapai dalam pembangunan juga dikemukakan oleh Migley (dalam Gunawan 2010: 10), bagi sebagian orang, pembangunan berkonotasi sebagai sebuah proses perubahan ekonomi yang dibawa oleh proses perubahan ekonomi yang dibawa oleh proses industrialisasi.
2.5
Kerangka Pemikiran Pertanian organik dapat diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang
berasaskan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki kesuburan dan struktur tanah. Melaksanakan pertanian organik diperlukan peningkatan pengetahuan melalui jalur pendidikan dan pelatihan tentang kesehatan tanah dan perlindungan tanaman secara organik, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai materi penyuluhan pertanian. Dengan adanya program Pertanian Berkelanjutan ini para petani yang dibawah binaan Lembaga Serikat Petani Indonesia masih terus merintis kegiatan-kegiatan rutin yaitu berupa pendampingan pertanian kepada kelompok tani, mengadakan diskusi di tingkat Paguyuban, membangun jaringan dengan lembaga-lembaga ditingkat paguyuban dibidang pertanian,
Universitas Sumatera Utara
memfasilitasi para petani untuk mendapatkan dukungan program dari pemerintah, mengadakan ujicoba pertanian organik, pelatihan budidaya tani serta menyediakan info tentang benih maupun teknologi budidaya. Adapun keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Serikat Petani Indonesia tersebut mempunyai tujuan untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Serikat Petani Indonesia (SPI)
Pertanian Berkelanjutan : 1.
Pelatihan a. Uji coba pertanian organik b. Pelatihan budi daya tani
2. Marketing a. Pemasaran hasil tani. b. Biaya pemasaran. 3. Fasilitator a. Membangun jaringan dengan lembaga-lembaga pertanian lainya. b. Menyediakan informasi tentang benih dan teknologi budidaya tani. c. Fasilitas diskusi tentang pertanian
Sosial ekonomi petani
Peningkatan pendapatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7
Produktivitas Pendapatan Kebutuhan pemenuhan pangan Kondisi pendidikan Kesehatan Sarana perumahan rekreasi Universitas Sumatera Utara
2.6
Hipotesis Secara etimologi istilah hipotesis berasal dari bahasa latin, yang terdiri dari dua kata,
yaitu hipo yang berarti sementara dan these yang berarti pernyataan. Dengan demikian secara sederhana hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan sementara. Kerlinger 1997 (dalam Siagian, 2011: 147) mengemukakan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan sementara yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih variabel. Hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan. Hipotesis yang baik harus menyatakan hubungan yang jelas dan tegas antara dua atau lebih variabel dan juga membenarkan, bahkan memerlukan pengujian atas kebenaran pernyataan yang dirumuskan. Maka dapatlah kita simpulkan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan yang menegaskan hubungan antara dua atau lebih variabel dimana pernyataan tersebut merupakan jawaban yang bersifat sementara atas masalah penelitian. Selain itu hipotesis adalah arahan sementara untuk menjelaskan fenomena yang diteliti (Siagian, 2011: 149). Adapun hipotesis dalam penelitian ini ialah : Ho:
Tidak ada pengaruh antara program pertanian berkelanjutan oleh Serikat Petani Indonesia terhadap sosial ekonomi petani di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.
Ha : Ada pengaruh antara program pertanian berkelanjutan oleh Serikat Petani Indonesia terhadap sosial ekonomi petani di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
2.7
Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.7.1
Defenisi Konsep Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya
menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan diteliti, untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang akan dijadikan objek penelitian. Dengan kata lain, penulis berupaya membawa para pembaca hasil penelitian ini untuk memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh penulis. Jadi, definisi konsep ialah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138). Untuk lebih memahami pengertian konsep-konsep yang akan digunakan, maka penulis membatasi konsep-konsep tersebut sebagai berikut: 1. Pengaruh adalah suatu kekuatan atau daya dari Lembaga Serikat Petani Indonesia terhadap warga petani binaan di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kelurahan Deli Serdang guna meningkatkan sosial ekonomi masyarakatnya. 2. Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan. 3. Pertanian berkelanjutan adalah suatu cara bertani yang mengintegrasikan secara komprehensif aspek lingkungan hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian bertujuan untuk memutus ketergantungan petani terhadap
input
eksternal
yang dan
penguasa pasar yang mendominasi sumber daya agraria. 4. Sosial ekonomi adalah suatu kebutuhan yang saling berkaitan karena apabila kebutuhan ekonomi seseorang tidak terpenuhi maka akan terjadi dampak sosial yang terjadi di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
5. Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan.
2.7.2 Defenisi Operasional Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional dituujukan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep peneliti dapat diobservasi (Siagian, 2011: 141). Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini yaitu : A. Variabel bebas (independent variabel) dapat didefenisikan sebagain variabel atau sekelompok atribut yang mempengaruhi atau memberikan akibat terhadap variabel atau sekelompok atribut yang lain. Ada kalanya variabel bebas itu disebut dengan variabel pengaruh. Biasanya untuk variabel bebas diberikan simbol “x”, sehingga sering disebut variabel x (Siagian, 2011: 89). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini ialah Program Pertanian Berkelanjutan dengan indikator sebagai berikut : 1. Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia kepada petani binaan a. Uji coba pertanian organik i. Sumber informasi ii. Ketertarikan responden terhadap uji coba pertanian organik iii. Pelaksanaan sosialisasi oleh Serikat Petani Indonesia iv. Pelaksanaan sosialisasi oleh responden b. Pelatihan budidaya tani.
Universitas Sumatera Utara
i.
Pertama kali mengikuti pelatihan budidaya tani
ii.
Pelaksanaan pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia
iii.
Pelaksanaan pelatihan oleh responden
iv.
Pemberian bibit organik
v.
Pemberian pupuk organik
vi.
Hasil panen
2. Pengelolaan Marketing oleh Serikat Petani Indonesia kepada Petani Binaan a. Jarak tempuh dari lokasi pengelolahan hasil panen ke pasar b. Alat transport yang digunakan c. Potongan biaya pemasaran hasil panen 3. Peran Fasilitator Serikat Petani Indonesia a. Permasalahan pertanian b. Keterlibatan fasilitator dengan petani c. Pelaksanaan pertemuan diskusi dengan lembaga pertanian lainnya oleh Serikat Petani Indonesia d. Pelaksanaan pertemuan diskusi dengan lembaga pertanian lainnya oleh responden B. Variabel terikat (dependent variabel) secara sederhana dapat diartikan sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Melihat kedudukannya, maka variabel terikat sering juga disebut variabel terpengaruh. Biasanya untuk variabel terikat ini diberi notasi “y”, sehingga disebut sebagai variabel y (Siagian, 2011: 90). Variabel tekait dalam penelitian ini ialah sosial ekonomi masyarakat dengan indikator sebagai berikut : 1. Produktivitas
Universitas Sumatera Utara
a. Luas lahan b. Hasil panen 2. Pendapatan a. Hasil pendapatan sebelum mengikuti program b. Hasil pendapatan setelah mengikuti program c. Hasil simpanan setiap bulannya. d. Dimana disimpan hasil tabungan 3. Kebutuhan pemenuhan pangan a. Rata-rata makan dalam sehari b. Berapa kali mengkonsumsi menu empat sehat lima sempurna setiap bulannya. 4. Kondisi pendidikan anak a. Jumlah anak yang bersekolah b. Dimana anak bersekolah c. Tingkat sekolah anak d. Apakah anak ada yang putus sekolah 5. Kesehatan a. Kemanakah pergi berobat b. Kemampuan untuk rawat inap di rumah sakit c. Sumber biaya berobat 6. Perumahan a. Status kepemilikan rumah/tempat tinggal b. Cara pembayaran rumah c. Tipe perumahan/tempattinggal 7. Rekreasi
Universitas Sumatera Utara
a. Kemampuan berlibur b. Kemapuan membeli oleh-oleh
Universitas Sumatera Utara