BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2002:12) menyebutkan bahwa “Laporan keuangan mengambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya”. Dalam laporan keuangan dapat diperoleh gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu yaitu selama satu periode akuntansi, selain itu dapat memberi gambaran tentang kondisi keuangan yang dicapai perusahaan dalam periode tersebut. Laporan Keuangan dapat di katakan dokumen-dokumen yang melaporkan kegiatan bisnis Pribadi atau Organisasi kedalam satuan moneter. Dalam Laporan Keuangan dapat diperoleh gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu yaitu selama satu periode akuntansi, selain itu dapat memberi gambaran tentang kondisi keuangan yang dicapai perusahaan dalam periode tersebut.
2. Jenis Laporan Keuangan Laporan Keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut : A. Neraca Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat tertentu. Laporan ini biasa disusun setiap saat. Neraca menurut Hongren
19
(1997 : 22) diartikan sebagai “Sebagai daftar seluruh aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik dari suatu entitas pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun”. Skousen (2001 : 41) mengemukan bahwa” Neraca dalah laporan sumber-sumber dari suatu perusahaan (Harta), kewajiban perusahaan (Hutang), dan perbedaan yang dimiliki (Harta) dan apa yang dipinjam (Hutang) yang disebut ekuitas” Dalam laporan neraca, mencakup pos-pos sebagai berikut: 1 ASET Aset adalah sumber ekonomi yang dimiliki atau dikendalikan oleh suatu perusahaan. Aset juga disebut juga sebagai harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam proses operasi perusahaan. APB statement seperti yang dikutip Harahap (2001 : 107) mendefenisikan aset sebagai “Kekayaan ekonomi, termasuk didalamnya pembebanan yang di tunda, yang dinilai dan diakui sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku” Selanjutnya menurut kutipan Harahap (2001 : 132) FASB mendefenisikan aset sebagai berikut: “Kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai dimasa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah berlalu”. Jenis aset yang terdapat pada suatu perusahaan misalnya: Kas, Piutang, Tanah, Gedung, Peralatan dan benda-benda tidak berwujud seperti Paten dan Hak Cipta. 2 LIABILITIES Hutang adalah kewajiban untuk membayar kas, pemindahan aset lain atau memberikan jasa-jasa kepada orang lain. Pengertian Hutang atau kewajiban terus
20
berkembang hingga saat ini. Dikutip dari Harahap (2001 : 109) APB statment menyatakan bahwa: ”Kewajiban dari suatu perusahaan diakui dan dinilai sesuai dengan prinsip akuntansi. Kewajiban disini termasuk juga saldo kredit yang ditunda yang bukan merupakan hutang atau kewajiban”. Selanjutnya FASB dikutip dari Harahap (2001 : 110) menyatakan: Kewajiban adalah pengorbanan kekayaan ekonomis dimasa yang akan datang yang timbul akibat kewajiban perusahaan sekarang untuk memberikan harta atau memberikan jasa kepada pihak lain dimasa akan datang, sebagai akibat suatu transaksi atau kejadian yang sudah terjadi. Pos-pos hutang pada suatu perusahaan termasuk didalamnya adalah hutang dagang, wesel bayar (jumlah hutang kepada bank atau yang lain) dan Hipotik (jumlah hutang untuk pembelian properti seperti rumah, dan gedung) 3.EKUITAS PEMILIK Menurut Harahap (2001 : 110) menyebutkan bahwa: “Ekuitas adalah suatu hak yang tersisa atas aktiva suatu lembaga (entity) setelah dikurangi kewajibannya” Pada perusahaan perseroan modal ini dibagi dalam A Retained Earning, terdiri dari laba tahunan, penyesuaian atau koreksi tahun sebelumnya dan deviden. B Contributed Capital, terdiri dari agio saham, modal donasi, modal dari pengeluaran kembali treasury stock, stock option, dan sebagainya. B. Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi menurut Van Horne (1997 : 129) diartikan sebagai “Ringkasan Pendapatan dan Biaya perusahaan selama periode tertentu, di akhiri
21
dengan laba atau rugi bersih untuk periode tertentu”, sedangkan Kieso dkk (2002 : 153) Bahwa laporan laba rugi adalah “Laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu”. Jika informasi posisi keuangan terutama di sediakan dalam neraca, maka informasi kinerja terutama disediakan dalam laporan Laba Rugi, sebagai mana di kemukakan oleh Eric Helfert (1996:19) “Laporan laba rugi mencerminkan pengaruh keputusan operasi manajemen terhadap kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu. Laba atau Rugi yang dihitung dalam laporan itu akan meninggkatkan atau menurunkan ekuitas pemilik pada neraca. Jadi laporan laba rugi adalah tambahan yang penting bagi neraca dalam menjelaskan komponen utama yang mengubah modal pemilik dan juga menyediakan informasi penting penilaian kinerja” Laporan Laba Rugi perusahaan di sajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang di perlukan bagi penyajian yang wajar. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2002:1.14) disebutkan bahwa laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut: 1.Pendapatan 2.Laba Rugi 3.Biaya Pinjaman 4.Bagian dari laba atau rugi perusahaan aplikasi dan asosiasi yang diperlakukan mengunakan metode equitas. 5.Beban Pajak 6.Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaam 7.Pos-pos luar biasa 8.Hak minoritas 9.Laba atau Rugi bersih periode berjalan
Ada beberapa format Laba rugi yang kita ketahui. Menurut Kieso, dkk (2002:154) ada dua, yaitu: “Single-Step income statement” dan Multiple-step income
statement”.
Dalam
Single-step
income
statement,
hanya
dua
22
pengelompokan, yaitu Pendapatan dan Beban. Pendapatan di kurangkan dengan beban untuk menghitung laba atau rugi bersih. Masih menurut Kieso dkk (2002:155) “Keunggulan dari Single-step income statement terletak pada kesederhanaan penyajiaan dan tidak adanya implikasi bahwa satu jenis pos pendapatan atau beban lebih diprioritaskan dari yang lainnya. Dengan demikian format Single-step income statement menghilangkan masalah klasifikasi yang bisa saja muncul” Didalam format Multiple-step income statement, selain memisahkan transaksi operasi dari transaksi Non-operasi, juga menandingkan biaya dan beban dengan pendapatan yang berhubungan. Format bertahap menampilkan berbagai komponen laba yang digunakan untuk menghitung rasio yang akan di pakai dalam menilai kinerja perusahaan. Pengungkapan pendapatan penjualan bersih berguna karena pendapatan regular dilaporkan sebagai pos terpisah. Pendapatan tidak biasa atau Insidentil di ungkapkan dalam bagian laporan laba rugi lainnya. Akibatnya kecendrungan pendapatan dari operasi berlanjut, akan lebih mudah di pakai dan di analisis. Pelaporan laba rugi juga menyediakan angka–angka yang berguna untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dan menilai laba masa depan. Suatu studi atas kecendrungan laba kotor juga memperlihatkan seberapa sukses perusahaan memanfaatkan sumber daya, studi juga bisa menjadi dasar untuk memahami bagaimana margin laba telah berubah, akibat tekanan persaingan. Terakhir pengungkapan laba operasi akan memperlihatkan perbedaan antara aktifitas biasa dengan aktifitas yang tidak biasa atau insidentil kecil
23
kemungkinannya akan terus berlanjut pada tinggkat yang sama. Selain itu, pengungkapan laba operasi juga membantu pemakai membandingkan perusahaan yang berbeda dan menilai efesiensi operasi.
Berikut adalah contoh: “Single-step income statement”
Tabel 2.1 Dan Deines Company Laporan Laba Rugi Untuk Tahun yang Berakhir 31 december 2005
Pendapatan Penjualan Bersih
xx
Pend. Deviden
xx
Pend. Sewa
xx
TOTAL PENDAPATAN
xxx
Beban Harga pokok penjualan
xx
Beban Penjualan
xx
Beban Administrasi
xx
Beban Bunga
xx
Beban Asuransi
xx
TOTAL BEBAN
(xxx)
Laba Bersih
xxx
Laba Per saham
xxx
Sumber: Kieso, Weygandt, Warfield, Akuntansi Intermeadite, Erlangga, Jakarta, Tahun 2002, hal 155
24
Berikut adalah contoh: “Multiple-step income statement”
Tabel 2.2 Dan Deines Company Laporan Laba Rugi Untuk Tahun yang Berakhir 31 december 2005
Pendapatan Penjualan Penjualan
xxx
Dikurangi:Diskon Pembelian
xx
Ret.& Peng. Harga
xx
(xxx)
Pend. Penjualan Bersih
xxx
Harga Pokok Penjualan Pers. Brg Dagang, 01-01-2005
xx
Pembelian
xx
Dikurangi:Diskon Pembelian
xx
Pembelian Bersih
xx
Beban Angkut & Transport
xx
xx
Total Brg.Tersedia untuk dijual
xx
Dikurangi:Pers. Brg Dagang 31-31-2005
(xx) (xxx)
HARGA POKOK PENJUALAN LABA KOTOR ATAS PENJUALAN
xxx
Beban Operasi Beban Penjualan
xx
Beban Gaji & Komisi Penjualan
xx
Beban Travel & Hiburan
xx
25
Beban Iklan
xx
Prangko & Stationer
xx
Beban Angkut
xx
Beban Telepon & Internet
xx
xx
Beban Administrasi Gaji Pejabat
xx
Beban Jasa Hukum
xx
Beban Utilities
xx
Beban Asuransi
xx
Penyusutan Bangunan
xx
Penyusutan Peralatan
xx
Stationeri, Perlengkapan
xx
LABA DARI OPERASI
xx
(xxx) xxx
Pendapatan & Keuntungan lainnya Pendapatan Deviden
xx
Pendapatan Sewa
xx
xxx xxx
Beban & Kerugian Lainya Bunga, Obligasi & Wesel
xxx
Laba sebelum pajak penghasilan
xxx
Pajak Penghasilan
(xxx)
Laba Bersih
xxx
Laba Per saham Biasa
xxx
Sumber: Kieso, Weygandt, Werfield, Akuntansi intermeadite, Erlangga, Jakarta, Tahun 2002, Halaman 156
26
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ( 2004 : 1.15 ) “ Menyatakan agar perusahaan menyajikan rincian beban di laporan laba rugi atau dicatatan laporan keuangan. Dengan menggunakan klasifikasi yang didasarkan pada sifat atau fungsi beban didalam perusahaan “. Pos–pos beban di subklasifikasikan lebih lanjut dalam rangka menunjukan cakupan komponen-komponen kinerja keuangan yang mungkin berbeda dalam hal stabilitas, potensi menghasilkan laba atau rugi yang diprediksi. Rincian pertama disajikan dengan metode sifat Beban. Beban di sajikan dalam laporan laba rugi sesuai dengan sifatnya ( contoh ; Penyusutan, Pembelian, Bahan Baku, Beban Transportasi, Gaji, Upah dan Beban Iklan ) dan tidak dialokasikan menurut berbagai fungsi dalam perusahaan. Berikut ini metode yang sederhana dan cocok diterapkan pada perusahaan kecil, sebab tidak di perlukan alokasi menurut berbagai fungsi dalam perusahaan. Pendaptan
xxx
Pend. Operasi lain
xxx
Perubahan persediaan barang jadi & Barang Dalam Proses
xxx
Bahan Baku yang di gunakan
xxx
Beban Pegawai
xxx
Beban Penyusutan dan amortisasi
xxx
Beban operasi lain
xxx
Jumlah Beban Operasi Laba Operasi
(xxx) xxx
Sumber: Standar Akuntansi keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2004, Halaman 1.15
27
Perubahaan persediaan Barang jadi dan Barang dalam proses selama suatu periode
mengambarkan
penyesuaian
terhadap
beban
produksi
yang
mencerminkan bahwa produksi meninggkatkan jumlah persediaan barang jadi, sebab jumlah penjualan melebihi jumlah produksi yang dihasilkan. Rincian yang kedua di sajikan dengan metode Beban Fungsi Awal atau Beban Pokok Penjualan yang mengklasifikasikan beban sesuai dengan fungsinya sebagai bagian dari harga pokok penjualan, kegiatan distribusi atau administrasi. Penyajian dengan metode ini, memberikan informasi yang lebih veteran kepada pengguna laporan, namun alokasi biaya ke masing-masing fungsi merupakan proses abitrase dan membutuhkan banyak pertimbangan.
Contoh:
Pendapatan
xxx
Beban Pokok Penjualan
(xxx)
Laba Kotor
xxx
Pend. Operasional lainnya
(xxx)
Beban pemasaran
(xxx)
Beban Adm & Umum
(xxx)
Beban Operasi lainnya
(xxx)
LABA OPERASI
xxx
Sumber: Standar Akuintansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2004, Halaman 1.16
28
C. Laporan Perubahaan Ekuitas Didalam Laporan perubahan ekuitas disajikan ikhtisar perubahan yang terjadi dalam ekuitas untuk suatu jangka waktu tertentu atas suatu periode akuntansi untuk berupa perubahan total dari modal sendiri selama satu periode termasuk laba atau rugi. Menurut Niswonger, dkk (1999 : 19) Laporan Perubahan Ekuitas melaporkan perubahan ekuitas selam jangka waktu tertentu. Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi, karena laba bersih periode berjalan harus di laporkan dalam laporan ini. Niswonger, dkk (1999 : 18) perubahan yang terjadi dalam ekuitas pemilik pada laporan perubahaan ekuitas mencakup hal-hal sebagai berikut: 1
Penambahan Ekuitas Pemilik Penambahan ekuitas pemilik ini berasal dari investasi yang di lakukan pemilik dan dari laba bersih yang di hasilkan selama periode berjalan
2
Pengurangan Ekuitas Pemilik Pengurangan ekuitas pemilik berasal dari Prive (pengurangan oleh pemilik) dan dari kerugian bersih selama periode berjalan. Laba bersih dan kerugian bersih berasal dari laporan laba rugi, sementara pengurangan pribadi oleh pemilik sama halnya dengan investasi yaitu merupakan transaksi-transaksi modal antara perusahaan dengan pemiliknya sehingga tidak mempengaruhi laporan laba rugi.
29
D. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas menurut Kieso, dkk (2000 : 319) menjelaskan perubahan pada kas atau setara kas (Cash Equivalent) dalam periode tertentu. Setara kas adalah Investasi jangka pendek, yang amat likuid yang bisa ditukar dengan kas. Kieso, dkk (2000 : 319) unsur-unsur yang dapat dikatakan dengan Setara Kas adalah : (1) Dapat ditukar dengan kas ketika dibutuhkan (2) Sangat dekat dengan jatuh temponya, sehingga kecil resiko terjadinya perubahan nilai akibat perubahan tinggkat suku bunga. Laporan Arus Kas menunjukan jumlah kas masuk (penerimaan kas) dan jumlah kas keluar (pengeluaran kas) dalam suatu peiode tertentu. Di dalam laporan ini akan jelas terlihat kenaikan atau penurunan bersih kas yang dimiliki perusahaan pada akhir periode. Dalam Laporan arus kas, bagian-bagiannya di kelompokan kedalam tiga kegiatan utama yaitu: 1. Kegiatan Operasi Kegiatan Operasi merupakan bagian dari kegiatan sekali- kali suatu perusahaan. Arus kas masuk utama yaitu dari kegiatan penerimaan kas dari penjualan produk baik itu Barang-barang atau Jasa yang di produksi dan yang di tawarkan oleh perusahaan. Sedangkan Arus kas keluar utama dari kegiatan operasi, yaitu berupa Pembayaran, Pembelian, Pembelian Persediaan, Upah, Pajak, Sewa, dan Biaya- biaya yang sejenis lainnya.
30
2. Kegiatan Investasi Arus utama dari kegiatan investasi adalah pembelian dan penjualan, misalnya penjualan dan pembelian tanah, gedung, atau pun peralatan. Dengan kata lain, investasi merupakan bagian kegiatan pembelian yang berkaitan dengan pembelian dan penjualan aset jangka panjang. 3. Kegiatan Pendanaan Kegiatan pendanaan adalah kegiatan di mana kas di peroleh dan dibayar kembali kepada pemilik dan kreditor. Misalnya kas, yang diperoleh dari suatu pinjaman, pembayaran kas untuk membayar kembali pinjaman tersebut, dan lain sebagainya. E. Catatan atas Laporan Keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 1.17-1.18) Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan: 1.Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih terhadap peristiwa dan transaksi yang penting 2.Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan standar akuntansi keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahaan ekuitas 3.Informasi tambahan yang disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. Agar pemakai laporan keuangan dapat mengerti tiga laporan keuangan utama (Neraca, Laba rugi, Laporan perubahan ekuitas), para pemakai laporan keuangan harus mengetahui prosedur yang digunakan dalam pembuatan laporan tersebut yaitu menyangkut masalah kebijakan dan praktek akuntansi pada perusahaan yang tercantum pada catatan atas laporan keuangan. Selain itu, melalui catatan atas laporan keuangan para pemakai laporan keuangan juga dapat
31
mengetahui rincian dari jumlah tertentu yang dicantumkan pada laporan keuangan. Misalnya : rincian atas sumber pendaptan yang diterima atau jenis mata uang yang digunakan. 3. Tujuan Laporan Keuangan. Penyajian laporan keuangan oleh suatu perusahaan dimaksudkan untuk memberikan informasi kuantitatif mengenai keuangan perusahaan tersebut pada suatu periode, baik untuk kepentingan manajemen, pemilik perusahaan, pemerintah atau pihak-pihak lain karena masing-masing pihak mempunyai kepentingan terhadap perusahaan tersebut mempunyai tekanan yang berbedabeda. Maka laporan keuangan harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan dari seluruh pihak yang berkepentingan. Laporan Keuangan juga menyampaikan informasi mengenai kinerja manajemen, menjelaskan pertanggungjawabn manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Harahap
(2001:132)
menyebutkan,
Prinsip
Akuntansi
Indonesia
menyatakan tujuan Laporan Keuangan adalah sebagai berikut: a.Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai Aktiva dan Kewajiban serta modal suatu perusahaan. b.Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. c.Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. d.Untuk memberikan informasi penting lainya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. e.Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
32
kebutuhan pemakai laporan keuangan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
B. Harga Jual Produk 1 Pengertian Harga Jual Suherman Rosyidi (2001 : 237) “Harga suatu Barang (dan / atau Jasa) tertentu adalah tingkat penilaian yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan dapat ditukarkan dengan sesuatu yang lain, apapun bentuknya”. Untuk setiap produk yang berhasil, akan menawarkan beberapa manfaat dan kekuatan untuk memuaskan keinginan konsumen namun untuk memenuhi kebutuhannya, setiap konsumen dihadapkan pada keterbatasan dana. Oleh karena itu, harga yang merupakan nilai tukar sebuah barang atau jasa menjadi faktor utama menentukan keputusan konsumen untuk membeli. 2 Sasaran Penetapan Harga Para pemasar berusaha untuk mencapai sasaran tertentu melalui keputusan-keputusan penetapan harga. Penelitian menunjukan bahwa sasaran penetapan harga berbeda pada suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya Beberapa
Perusahaan
mencoba
meningkatkan
keuangan
dengan
menetapkan harga tinggi, sementara yang lain menetapakan harga yang rendah untuk menarik bisnis baru. Menurut Boone dan Kurtz (2000:70) ada empat kategori dasar penetapan harga, yaitu : (1) Profitabilitas, (2) Volume, (3) Tingkat Kompetisi dan (4) Prestice.
33
Sasaran Profitabilitas Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah sasaran profitabilitas dalam strategi harganya. Prinsip maksimalisasi keuntungan (Profit maximization) didasarkan pada banyak teori ekonomi, namun dalam praktiknya masih menimbulkan masalah yang sulit. Banyak perusahaan beralih pada sasaran profitabilitas yang sederhana, yaitu Target-Return Goal. Sebagian besar targetreturn goal pada penetapan harga menyebutkan tingkat profitabilitas yang digunakan sebagai pengembalian financial atas penjualan atau investasi.
Sasaran Volume Sasaran Volume pertama dalam strategi dalam penetapan harga adalah: memaksimalisasi penjualan( Sales Maximization). Para manejer menetapkan tingkat minimum profitabilitas yang dapat diterima dan kemudian menetapakan harga yang akan menghasilkan volume penjualan tertinggi tanpa meyebabkan laba turun dibawah level itu. Strategi ini memandang ekspansi penjualan sebagai suatu perioritas yang lebih penting bagi posisi persaingan jangka panjang perusahaan dari pada laba jangka pendek. Sasaran Volume yang kedua mendasarkan keputusan penetapan harganya pada pangsa pasar ( Market Share) yaitu presentase dari sebuah pasar yang dikontrol oleh perusahaan atau produk tertentu.
34
Tingkat Kompetisi Sasaran penetapan harga yang ketiga hanyalah untuk menyamai harga pesaing. Dalam banyak lini bisnis, perusahaan menetapkan harga mereka sendiri untuk menyamakan dengan harga yang telah ditetapkan oleh pemimpin industri yang telah mapan. Sasaran Prestise Prestise membuat sebuah harga menjadi relatip tinggi untuk mengembangkan dan menjaga sebuah citra dari kualitas dan eksklusivitas. Para pemasar menetapkan sasaran tersebut karena mereka mengakui peran harga dalam mengkomunikasikan citra perusahaan dan produk-produknya.
3.Alternatif Strategi Penetapan Harga Ada beberapa strategi-strategi khusus yang digunakan oleh perusahaan untuk menentukan harga barang dan jasa, berasal dari strategi pemasaran yang mereka rumuskan untuk mencapai keseluruhan sasaran organisasi. A Strategi Penetapan Harga Skimming Sengaja menetapkan harga relatip tinggi dibandingkan dengan harga produk pesaing. B Strategi Penetapan Harga Penetrasi Menetapkan harga rendah sebagai senjata utama pemasaran. Penetapan harga Penetrasi mengansumsikan bahwa menetapkan harga dibawah harga pasar, akan menarik para pembeli dan mengeser sebuah merk dagang pendatang.
35
C Strategi Penetapan Harga Kompetitif Organisasi-organisasi tersebut mencoba mengurangi tekanan persaingan harga perusahaan lain dan mengkonsentrasikan usaha pemasaran mereka pada elemen produk, distribusi, dan unsur-unsur promosi.
C. Margin Kotor Menurut Martin Fridson & Fernando Alvarez (2002 : 282) “Gross Margin is particulary important retailers, measures management skill in buying and selling at advantages prices”. Rasio Laba terdiri dari dua jenis, yaitu : Rasio yang menunjukan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan Rasio yang menunjukan laba dalam hubungannya dengan investasi. Bersama-sama, kedua rasio ini menunjukan efektifitas keseluruhan operasi perusahaan. Analisis Margin Kotor sering digunakan dalam perencanaan keuangan, namun teknik ini juga bisa digunakan dalam analisis laporan keuangan. Analisis ini menggunakan data penjualan, harga pokok penjualan, dan laba kotor. Dengan menggunakan ketiga data tersebut, kita dapat mencari Margin kotor dengan rumus: Penjualan - HPP Margin kotor =
——————— Penjualan
x 100%
D. Hubungan Pengaruh harga Jual Terhadap Margin Kotor Margin Kotor mencerminkan Harga, Volume, dan Biaya yang terjadi pada suatu harga perolehan margin tersebut. Pada perusahaan Manufaktur, perubahan yang terjadi pada margin kotornya mencerminkan perubahan terhadap harga jual
36
suatu produk perusahaan, tinggkat pabrikasinya, atau perubahan volume penjualan produk tersebut. Pada perusahaan Dagang atau Jasa, perubahan margin kotornya mencerminkan perubahan-perubahan terhadap harga jual produk atau jasa, dimana perubahan yang terjadi terhadap margin kotor suatu perusahaan dagang atau jasa dipengaruhi oleh salah satu faktor tersebut.
37