BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PENDAPATAN Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatanya. Pendapatan dapat menunjukan seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, pendapatan dapat juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja atau buruh, baik berupa fisik maupun nonfisik selama ia melakukan suatu pekerjaan pada suatu perusahaan, instansi atau tempat ia bekerja. Orang yang bekerja berusaha untuk memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimal agar dapat kerja yang bersedia melakukan pekerjaan tersebut adalah untuk mendapatkan pendapatan yang cukup baginya dan keluarganya. Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan hidup atau rumah tangganya maka kehidupan yang sejahtera akan tercapai.
2.1.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan uang yang diterima oleh seseorang dari perusahaan dalam bentuk gaji (wages), upah (salaries), sewa (rent), bunga (interest), laba (profit), dan sebagainya, bersama-sama dengan tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya. Dalam analisis mikro ekonomi, istilah pendapatan dipakai berkenaan dangan aliran penghasilan dalam suatu priode waktu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja dan modal) masing-masing dalam bentuk sewa, upah dan bunga/laba, secara berurutan. Dalam analisis ekonomi
17 Universitas Sumatera Utara
makro istilah pendapatan nasional (national income) dipakai berkenaan dengan pendapatan agregat suatu negara dari sewa, upah, bunga dan pembayaran, tidak termasuk pembayaran transfer (tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya). Menurut kamus ekonomi, pendapatan adalah berhubungan dengan pendapatan pemerintah dari pajak, bea impor dan sebagainya. Dan istilah ini juga diterapkan terhadap pendapatan perusahaan dan pendapatan individu-individu. Lebih umum lagi, dari seseorang yang berkepentingan, setiap uang yang diterima di hitung sebagai pendapatan (apakah uang tersebut berasal dari faktorfaktor produksi, atau dalam bentuk uang pensiun, tunjangan pengangguran, atau pembayaran jasa-jasa social lainya). Setiap pendapatan ahir (final income) adalah suatu penentuan penting dari kemampuan pengeluaran seseorang. Pada awal abad ke-20, gagasan-gagasan berkenaan dengan pendapatan, diperkenalkan oleh Fisher dan Hicks Fisher menegaskan bahwa pendapatan adalah sebahagian rangkaian kejadian yang berkaitan dengan beberapa tahap yang berbeda yaitu : 1. Kenikmatan pendapatan psikis 2.
Pendapatan riil
3. Pendapatan uang Pendapatan psikis adalah barang dan jasa yang sungguh-sungguh dikonsumsi oleh orang yang menciptakan kesenangan psikis dan kepuasan kebutuhan. Pendapatan psikis jaga merupakan konsep psikologis yang tidak dapat diukur secara langsung namun dapat ditaksir oleh pendapatan riil. Sedangkan pendapatan riil adalah ekspansi kejadian yang menimbulkan kenikmatan psikis.
18 Universitas Sumatera Utara
Pendapatan ini diukur dengan biaya hidup dengan kata lain kepuasan yang diciptakan oleh kenikmatan psikis dari keuntungan yang diukur dengan pengeluaran uang yang dilakukan untuk memperoleh barang dan jasa sebelum dan sesudah konsumsi. Jadi pendapatan psikis, pendapatan riil dan biaya hidup merupakan tiga tahap yang berbeda bagi pendapatan. Akhirnya pendapatan uang menunjukan seluruh jumlah uang yang diterima dan dimaksudkan akan dipergunakan untuk konsumsi dalam memenuhi biaya hidup. Sementara pendapatan psikis lebih mendasar dan pendapatan uang sering disebut dengan pendapatan.
2.1.2
Sebab-sebab Ketimpangan Pendapatan
a. Usia Pola pendapatan riil sebagian besar pekerja memiliki bentuk
yang lazim
disebut profit usia-pendapatan (ageearning profile) sampai batas tertentu, pendapatan meningkat seiring bertambahnya usia dan masa kerja seseorang, lewat batas itu pertamhan usia akan diiringi dengan penurunan pendapatan. Batas atau titik puncak diperkirakan ada pada usia 45-50 tahun. Perhatikan bahwa gambar ini tidak memperhitungkan variasi tingkat produktivitasnya, produktivitas nasional dianggap sebagai unsur konstan. Jika perubahan produktivitas nasional diperhitungkan, bentuk gambar ini akan berubah. Ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi bentuk profit seperti itu. Pertama, pekerja muda biasanya masih terbatas keterampilan dan pengalamannya. Produk fisik yang marginal mereka lebih renda dari pada rata-rata produk fisik marginal yang dihasilkan para pekerja yang lebih berumur dan berpengalaman. Kedua, lamanya kerja dalam sehari, atau seminggu dan seterusnya, yang ditekuni oleh seseorang
19 Universitas Sumatera Utara
biasanya mulai berkurang ketika ia mulai berumur 45-50 tahun, karena daya tahan dan kesehatan mulai pudar.Produktivitasnya mulai turun dan pendapatanya juga berkurang. Sampai kemudian mereka berhenti bekerja dan garis pendapatan mereka menghilang. Dimana disini pendapatan mereka adalah pendapatan yang diterima sebagai imbalan bagi pelayanan atau kerja mereka, sehingga pendapatan pensiun tidak termasuk definisi pendapatan dalam konteks ini. Tentu saja jika pendapatan pensiun, bunga simpanan mereka dan tunjangan-tunjangan sosial turut dihitung, maka garis pendapatan tidak pernah hilang.
b. Karakteristik Bawaan Besarnya pendapatan kalangan pekerja tertentu, misalnya para aktor dan artis sangat ditentukan oleh karakteristik bawaan mereka. Seseorang yang dianugrahi paras rupawan dan suara merdu jauh lebih mencetak pendapatan yang berlipat ganda dari pendapatan orang-orang lain. Demikian juga dengan seseorang yang terlahir dengan IQ lebih dari 160, asal dia tidak aneh-aneh pasti ia akan lebih muda memperoleh pendapatan. Tapi dilain pihak kita harus mengakui keberhasilan orang-orang yang secara alamiah biasa-biasa saja tetapi ia sangat tekun dalam memperjuangkan nasib hidupnya. Itu sebabnya sejauh mana besar kecilnya pendapatan biasa dihubungkan dengan karakteristik bawaan masih diperdebatkan, apalagi keberhasilan seseorang sering kali dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan masyarakatnya.
c. Keberanian Mengambil Resiko Meraka yang bekerja dilingkungan kerja yang berbahaya
biasanya
memperoleh pendapatan yang lebih banyak. Pekerja yang mengelas rangka baja gedung bertingkat pasti lebih tinggi upahnya dari pada pekerja las biasa. Ceteris
20 Universitas Sumatera Utara
paribus. Siapa yang berani mempertaruhkan kesehatan dan nyawanya dibidang kerja yang berbahaya pasti menerima imbalan yang lebih besar.
d. Ketidakpastian dan Varian Pendapatan Bidang-bidang kerja yang hasilnya tidak pasti, misalnya bidang kerja pemasaran mengandung resiko yang paling besar. Karena itu, seperti telah disinggung diatas, mereka yang menekuni bidang kerja itu akan menuntut lebih dan menerima pendapatan yang lebih besar, jelas tingkatan pendapatan mereka melebihi mereka yang bekerja dibidang-bidang yang lebih aman.
e. Bobot Latihan Bila karakteristik bawaan dianggap sama atau tidak diabaikan, maka yang menguasai bobot latihan yang lebih tinggi pasti memperoleh pendapatan lebih banyak. Latihan itu biasa bersumber dari pendidikan formal, seperti bangku kuliah atau lewat kursus tertulis, bisa pula latihan berupa pengetahuan dan pengalaman informal yang didapat seseorang selama ia bekerja, bahkan peranan latihan selama kerja atau magang (on the job training) sangat penting dan merupakan salah satu faktor penentu bentuk profil usia pendapatan yang baru saja kita bicarakan. Bobot latihan memperbesar pendapatan karena latihan itu meningkatkan ketermpilan seseorang sehingga ia mampu menghasilkan produk fisik marjinal yang lebih tinggi.
f. Kekayaan Warisan Mereka yang mempunyai kekayaan atau terlahir dilingkungan keluarga kaya akan lebih mampu memperoleh pendapatan dari pada mereka yang tidak mempunyai kekayaan warisan, sekalipun kemampuan dan pendidikan mereka setara.
21 Universitas Sumatera Utara
g. Ketidak Sempurnaan Pasar Monopoli (hanya ada satu penjualan), monopsoni (hanya ada satu pembeli), kebijakan sepihak serikat buruh, penetapn tingkat upah minimum oleh pemerintah, ketentuan syarat-syarat lisensi, setifikat dan sebagianya. Turut melibatkan perbedaanperbedaan pendapatan uang
dikalangan kelas-kelas pekerja.
Mereka
yang
diuntungkan oleh ketida ksempurnaan pasar itu akan menerima pendapatan lebih tinggi, sebaliknya yang akan dirugikan akan menerima pendapatan yang lebih rendah.
h. Diskriminasi Dipasar tenaga kerja sering terjadi diskriminasi ras, agama, atau jenis kelamin dan itu semua merupakan penyebab fariasi tingkat pendapatan. Berbagai penelitian yang mencoba mengoreksi perbedaan produktifitas fisik marjinal kelas-kelas pekerja yang dikelompokkan pada dasar kelas atau jenis kelamin umumnya mendapati adanya faktor residual yang tidak bisa dijelaskan yang diakibatkan
oleh deskriminasi
tersebut.
2.2.
PENGUSAHA INFORMAL Keberadaan dan kelangsungan pengusaha informal dalam sistem ekonomi kontemporer bukanlah gejala negatif, namun lebih sebagai realitas ekonomi kerakyatan yang berperan cukup penting dalam pengembangun masyarakat dan pembangunan nasional. Setidaknya, ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja, pengusaha informal dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung dan alternatif peluang kerja bagi para pencari kerja.
22 Universitas Sumatera Utara
Gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para pengangguran terhadap ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk sementara dapat diredam dengan tersedianya peluang kerja oleh pengusaha informal. Begitupun ketika kebijakan sektor pembangunan cenderung menguntungkan usaha skala besar, pengusaha informal kendati tanpa dukungan fasilitas dari negara, dapat memberikan subsidi sebagai penyedia jasa murah untuk mendukung kelangsungan hidup para pekerja hidup skala besar. Bahkan, tak kala perekonomian nasional mengalami kemunduran akibat resesi, pengusaha informal mampu bertahan tanpa membebani ekonomi naisonal, sehingga roda perekonomian nasional tetap bertahan. Peran pengusaha informal ini telah berlangsung sejak lama dalam pasang surut perkembangan masyarakat dan dinamika perkembangan ekonomi. Hasil Analisis Pendapatan Pedagang Rumah Makan Di Kecamatan Medan Selayang dengan metode Ordinary Least Square (OLS)
Dependent Variable: LPDPTN Method: Least Squares Date: 02/09/10 Time: 22:18 Sample: 1 40 Included observa tions: 40 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
2.201069
0.178024
12.36389
0.0000
LMD
0.653888
0.038329
17.05969
0.0000*
JK
0.025474
0.008231
3.094795
0.0038*
TP
0.016585
0.017944
0.924258
0.3615***
R-squared
0.960722
Mean dependent var
6.328133
Adjusted R-squared
0.957449
S.D. dependent var
0.374798
S.E. of regression
0.077313
Akaike info criterion
-2.187273
Sum squared resid
0.215182
Schwarz criterion
-2.018385
23 Universitas Sumatera Utara
Log likelihood
47.74546
F-statistic
293.5162
Durbin-Watson stat
1.539826
Prob(F-statistic)
0.000000
Ket:
* )Signifikan pada α = 1 % **)Signifikan pada α = 5% ***)Signifikan pada α = 10%
2.2.1 Pengertian Pengusaha Informal ILO (Internaational of Labor Organization) mendefenisikan pengusaha informal sebagai sektor yang mudah untuk dimasuki oleh pengusaha pendatang baru, menggunakan sumber-sumber ekonomi dalam negeri yang dimiliki oleh kelompok berskala kecil, menggunakan teknologi yang disesuaikan, keterampilan yang dibutuhkan diperoleh diluar bangku sekolah, tidak diatur pemerintah dan bergerak dalam pasar persaingan. Sedangkan menurut Michael P. Todaro (1990 : 322) karakteristik khas pengusaha informal adalah sangat bervariasi bidang kegiatan produksi barang dan jasa, skala kecil, unit produksi dimiliki secaar perorangan atau kelompok, banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya), dan teknologi yang digunakan relatif sederhana. Para pekerja sendiri biasanya tidak memiliki pendidikan formal, umumnya mereka tidak memiliki keterampilan khusus dan sangat kekurangan modal kerja. Oleh karena itu, produktivitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah. Maka secara terperinci yang termasuk katagori pengusaha informal : 1. Sektor Transportasi (angkutan), misalnya : penarik becak, delman, ojek, rakit dan lain sebagainya.
24 Universitas Sumatera Utara
2. Sektor Jasa misalnya : tukang pijat, tukang cukur, pembantu rumah tangga, tukang sol sepatu dan lain sebagainya. 3. Sektor Perdagangan misalnya : pedagang kaki lima, pedagang pakaian, tukang roti keliling dan lain sebagainya. 4. Sektor industri pengolahan, misalnya : industri kecil-kecilan seperti industri makanan dan minuman, industri kayu, bahan bangunan dan lain sebagainya.
2.2.2. Kekuatan Pengusaha Informal Beberapa kekuatan yang dimiliki pengusaha informal sebagai berikut : a. Daya Tahan Selama krisis ekonomi terbukti pengusaha informal tidak hanya bertahan bahkan berkembang pesat. Hal ini disebabkan oleh faktor permintaan (pasar output) dan faktor penawaran. Dari sisi permintaan, akibat krisis ekonomi pendapatan riil rata-rata masyarakat turun drastis dan terjadi pergeseran permintaan masyarakat, dari barang-baran pengusaha informal atau impor (yang harganya relatif mahal) kebarangbarang sederhana pengusaha informal (yang harganya relatif murah). Misalnya, sebelum krisis terjadi, banyak pegawai-pegawai kantoran, mulai kelas menangah hingga tinggi makan siang direstoran-restoran mahal diluar kantor. Namun dimasa krisis, banyak dari mereka berubah kebiasaan makan siang ditempat, yang mahal ke rumah-rumah makan sederhana atau warung-warung murah disekitar kantor mereka. b.
Padat Karya Pengusaha informal yang pada umumnya adalah usaha skala kecil bersifat
padat karya. Sementara itu persediaan tenaga kerja di Indonesia sangat banyak sehingga upahnya relatif lebih murah jika dibandingkan di negara-negara lain dengan jumlah penduduk kurang dari Indonesia. Dengan asumsi faktor-faktor lain
25 Universitas Sumatera Utara
mendukung (seperti kualitas produk yang dibuat baik dan tingkat efisiensi usaha serta produktifitas pekerja tinggi), maka upah murah merupakan komperatif yang dimiliki usaha kecil di Indonesia.
c.
Keahlian Khusus (Tradisional) Bila dilihat dari jenis-jenis produk yang dibuat di Industri Kecil (IKA) dan
Industri Rumah Tangga (IRT) di Indonesia dapat dikatakan bahwa produk-produk yang mereka buat umumnya sederhana dan tidak terlalu membutuhkan pendidikan formal, tetapi membutuhkan keahlian khusus (traditional skill). Di sinilah keunggulan lain pengusaha informal yang selama ini terbukti bisa membuat mereka bertahan walaupun persaingan selalu ada dari sektor formal, termasuk import yang sangat tinggi. Keahlian tersebut biasanya dimiliki pekerja atau pengusaha secara turun temurun.
d.
Permodalan Kebanyakan pengusaha informal menggantungkan diri pada uang atau
(tabungan) sendiri, atau dana pinjaman dari sumber-sumber informal (diluar sektor perbankkan / keuangan) untuk kebutuhan dan modal kerja dan investasi mereka. Walaupun banyak juga pengusaha-pengusaha kecil yang memakai fasilitas-fasilitas dari pemerintah. Selain itu, investasi pengusaha informal jauh lebih rendah dari pada investasi yang dibutuhkan oleh pengusaha formal. Tentu besarnya investasi bervariasi menurut jenis kegiatan dan skala usaha.
2.2.3 Kelemahan Pengusaha Informal
26 Universitas Sumatera Utara
Selain faktor-faktor tersebut diatas, masa depan perkembangan pengusaha informal di Indonesia juga sangat ditentukan kemampuan sektor tersebut, dibantu maupun dengan kekuatan sendiri, menaggulangi permasalahan yang mereka hadapi sehari-hari. Dengan kata lain mampu atau tidaknya pengusaha formal bersaing dengan pengusaha informal tergantung pada seberapa serius dan sifat dalam menjalankannya serta bentuk dari kelemahan-kelemahan yang dimiliki pengusaha informal. Kelemahan pengusaha informal tercermin pada kendala-kendala yang dihadapinya yang sering sekali menjadi hambatan-hambatan serius bagi perkembangannya. Kendala-kendala yang banyak dialami pengusaha informal, terutama adalah keterbatasan modal, khususnya modal kerja. Kendala lain adalah kesulitan penyediaan bahan-bahan baku, keterbatasan sumber daya manusia, pengetahuan minim mengenai bisnis dan kurang penguasaan teknologi. Sebagian besar industri kecil, terlebih industri rumah tangga di Indonesia merupakan pengusaha informal. Masalah paling besar yang dialami mereka adalah keterbatasan modal dan pemasaran. Juga yang menjadi permasalahan adalah mereka menghadapai persaingan yang tajam dan kemampuan mereka berkomunikasi sangat rendah, termasuk akses mereka kefasilitas-fasilitas untuk berkomunikasi sangat terbatas. Dalam hal persaingan industri kecil dan industri rumah tangga mengalami persaingan yang sangat ketat, baik dari industri menengah dan besar (IMB) maupun dari barang-barang import. Persaingan itu tidak hanya dalam kualitas dan harga, tetapi juga dalam pelayanan-pelayanan setelah penjualan dan penampilan produk. Dengan berbagai keterbatasan yang ada, mulai dengan keterbatasan dana, skill, hingga kesulitan mendapatkan bahan baku yang baik, membuat banyak industri kecil dan industri rumah tangga di Indonesia kesulitan meningkatkan kualitas produk
27 Universitas Sumatera Utara
mereka agar mampu bersaing dipasar domestik dan eksport. Apalagi ketika mereka harus menangani masalah-masalah itu sendiri.
2.2.4 Tantangan Pengusaha Informal Tantangan yang dihadapi oleh pengusaha informal saat ini dan dimasa yang akan datang, terutama dalam aspek-aspek sebagai berikut : a. Persaingan Makin Bebas Dengan diterapkannya sisitem pasar bebas dengan pola atau sistem persaingan yang berbeda dan intensifitas lebih tinggi, ditambah lagi dengan perbahan teknologidan selera masyarakat akibat pendapatan masyarakat yang terus meningkat. Maka setiap pengusaha informal, baik disektor industri manufaktur, sektor perdagangan, maupun disektor jasa ditantang apakah mereka sanggup menghadapi atau menyesuaikan usaha mereka dengan semua perubahan ini. Misalnya, dengan makin banyaknya orang menyukai fast food services, maka pemilik-pemilik warung dan rumah makan tradisional harus memikirkan strategi agar tetap dapat bertahan di pasar yang sama (walaupun didalam segmen yang berbeda) b.
Perkembangan Pesat Teknologi Perubahan teknologi mempengaruhi ekonomi atau dunia usaha dari dua sisi
yakni sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi
penawaran, perkembangan
teknologi mempengaruhi, antara lain metode atau pola produksi, komposisi serta jenis material atau input dan kualitas produk yang dibuat. Sedangkan dari sisi permintaan, perubahan teknologi membuat pola permintaan masyarakat berubah. Munculnya restoran-restoran yang menyajikan fast food services juga tidak lepas dari kemajuan teknologi dibidang makanan. Durvival Capability sangat tergantung pada tingkat fleksibilitas dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian di segala bidang yang
28 Universitas Sumatera Utara
berkaitan dengan perubahan teknologi. Disini, antara lain penguatan sumber daya manusia sangat penting.
2.2.5 Peluang Pengusaha Informal Peluang pengusaha informal untuk tetap bertahan atau berkembang, dapat dilihat dari dua sisi. Dari sisi penawaran, masih ada persoalan struktural ketenagakerjaan dalam negeri memberi peluang beras bagi pertumbuhan pengusaha informal. Dengan adanya krisis ekonomi, peluang tersebut semakin besar. Terbukti krisis ekonomi selama tahun 1998 lalu menjadi sejumlah dorongan positif bagi pertumbuhan output (bukan produktifitas) disektor tersebut lewat labour market effect, yakni pertumbuhan jumlah unit usaha, pekerja dan pengusaha akibat meningkatnya jumlah pengangguran (akibat banyak pekerja di sektor formal yang di PHK-kan). Dorongan positif lainnya dari sisi penawaran (produksi) adalah munculnya penawaran dari sektor formal untuk melakukan mitra usaha atau aliansi dengan sektor informal karena kondisi memaksa. Dengan kata lain, muncul kesempatan besar untuk melakukan kemitraan atau misalnnya subcontracting antara industri besar dengan industri kecil. Selain itu krisis ekonomi dengan kondisi nilai tukar rupiah merosot besar terhadap dolar Amerika, sebenarnya dapat memberi kesempatan ekspor lebih besar bagi industri perkembangan ekspor Indonesia secara umum dan perkembangan industri kecil pada khususnya, tidak terlalu signifikan. Dengan sisi permintaan (pasar output) selama sebagian besar penduduk Indonesia berpendapatan rendah, permintaan terhadap produk-produk (barang maupun jasa) dari sektor informal tetap besar. Jadi, dapat dikatakan bahwa sektor informal berfungsi sebagai the last resort, tidak hanya dilihat dari sisi kesempatan
29 Universitas Sumatera Utara
kerja (pasar buruh) tetapi juga dari sisi penjaminan ketersediaan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin (pasar output).
2.3.
MODAL 2.3.1 Pengertian Modal Modal merupakan kontribusi dari investasi dalam bentuk uang maupun modal fisik (pabrik, mesin, kantor, peralatan) dan kontribusi dari modal manusia (human capital) yaitu pendidikan umum, pelatihan khusus dalam kegiatan produksi. Modal adalah salah satu dari tiga faktor produksi (factor of production) utama disamping tenaga kerja (labor) dan sumber daya alam (natural resource). Modal fisik (manusia) memberikan kontribusi yang berarti dalam
pertumbuhan ekonomi (economic
growth).
2.3.2 Akumulasi Modal dan Pembentukan Modal Adapun pengertian dari akumulasi modal yaitu : 1. Proses penambahan modal (capital stock) fisik bersih dalam suatu perekonomian dalam upaya untuk meningkatkan output. Akumulasi barang modal (capital good) adalah gambaran dari konsumsi sebelum yang mengharuskan adanya suatu pengembalian dari modal yang didapat dalam bentuk pengembalian bunga (interest) keuntungan (profit) semakin besar dan manfaat sosial. Tingkat akumulasi persedian modal fisik suatu perekonomian merupakan suatu hal yang penting dalam penentuan pertumbuhan ekonomi dan digambarkan dalam beragam fungsi produksi (production function) dan model-model pertumbuhan ekonomi (economic growth). Suatu cabang dari ilmu ekonomi, ekonomi pembangunan (development
economics)
melakukan
analisa
untuk
menentukan
tingkat
30 Universitas Sumatera Utara
pengakumulasian modal yang sesuai, bentuk modal yang dibutuhkan bentu proyek investasi untuk memaksimumkan pembangunan negara-negara terbelakang. Di negara-negara maju tingkat bunga mempengaruhi keputusan mengenai tabungan (saving) dan investasi (investment) atau akumulasi kapital. Di sektor swasta dan secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh pemerintah. Pemerintah sendiri melakukan investasi dibidang infrastruktur. Pengawasan langsung terhadap pengakumulasian modal ini dan pengawasan tidak langsung terhadap swasta menjadi kewajiban pemerintah dalam mencapai arah pertumbuhan ekonomi yang optimal. Sifat dari pengakulasian modal atau pendalaman modal adalah juga sesuatu yang penting. 2. Proses peningkatan ketersedian modal (capital) secara internal dari perusahaan tertentu dengan menahan keuntungan yang kemudian ditambahkan pada cadangan modal.
2.4.
PENDIDIKAN 2.4.1. Pengertian Pendidikan Dalam Garis-Garis Besar Hukum Negara ditegas bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan kemampuan seseorang, baik didalam maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Tegasnya pendidikan itu dapat berlangsung sejak lahir dan seumur hidup dan dapat diselenggarakan disekolah maupun diluar sekolah. Menurut Phil.Coombs pendidikan itu dapat dibedakan atas tiga betuk, yaitu (a) pendidkan formal, (b) pendidiikan informal, (c) pendidikan informal. Selain itu, Ivann Illich menggunakan istilah lain untuk membedakan tiga bentuk pendidikan yang dikemukakan oleh
31 Universitas Sumatera Utara
Phill.Coombs ini. Ketiga bentuk pendidikan yang dikemukakan oleh Ivann Illich adalah (a) pendidikan formal, (b) pendidikan informal, (c) pendidikan subsistem. Departemen pendidikan dan pengajaran di negara kita lebih cenderung mempergunakan istilah-istilah yang dikemukakan oleh P.Coombs untuk membedakan tiga bentuk pendidikan yang ada. Sebenarnya istilah pendidikan non formal dan pendidikan informal memiliki pengertian yang sama, yaitu menyangkut pendidikan yang diadakan diluar sekolah. Untuk itu dalam penulisan ini penulis lebih cenderung mempergunakan istilah yang dikemukakan oleh Ivann Illich dalam membedakan tiga bentuk pendidikan yang disebut diatas. Sebenarnya tiga bentuk pendidkan yang dikemukakan oleh P.Coombs dan Ivann Illich tidak berbeda. Perbedaanya hanya terletak pada penggunaan istilahnya saja.
2.4.2. Bentuk-bentuk Pendidikan Bentuk-bentuk pendidikan yang dimaksud diatas oleh Ivann Illich, yaitu sebagai berikut : a. Pendidikan Formal Pendidikan formal ialah pendidikan yang di selenggarakan di sekolah secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Untuk menyelenggarakan pendidikan formal ini masyarakat telah memberikan mandat kepada sekolah agar mendidik dan dan mengajar anak-anaknya. Sekolah merupakan lembaga utama yang bertugas untuk (a) mengembangkan dan membentuk pribadi siswa, (b) mentransmisikan kulturil, (c) Intraksi sosial, (d) Inovasi dan (e) pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja. Jadi sekolah bertugas menyiapkan anak didik sebagai calon pekerja dalam masyarakat, sebagai calon warga negara dan sebagai manusia yang berkepribadian.
32 Universitas Sumatera Utara
Namun demikian sejauh manakah bentuk pendidikan formal ini mempunyai pengaruh yang jelas atas perkembangan sistem sosial ekonomi dalam masyarakat. Yang jelas adalah selama siswa mengalami pendidikan disekolah telah dihadapkan pada peristiwa seleksi yang sangat ketat. Sehingga menyebabkan siswa yang putus sekolah dan tidak dapat meneruskan sekolah ketingkat yang lebih tinggi adalah cukup besar. Menurut pengamatan bahwa faktor sosial ekonomi memang cukup menentukan sebagai penyebab utama putus sekolah dan mengecilkan arus siswa memasuki sekolah yang lebih tinggi. Biaya dan harga sosial yang harus dibayar oleh para orang tua untuk menyekolahkan anaknya sangat besar. Keinginan membayar harga yang setingginya untuk menyekolahkan anaknya itu cukup kuat, walaupun disadari pula bahwa kesudahan pendidikan anaknya itu kadang-kadang tidak menentu. Dengan demikian kesempatan yang teresedia untuk mendapatkan pendidikan yang lebih lama hanya diikuti siswa-siswa yang berasal dari golongan ekonomi yang lebih baik. Disamping itu biaya masyarakat yang ditumpuhkan pada pendidikan itu bertambah besar sejajar dengan tingginya tingkat pendidikan. Sehingga siswa yang berhasil menduduki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat juga menikmati juga menikmati biaya masyarakat yang lebih banyak dari pada siswa yang putus sekolah.
b. Pendidikan Informal. Salah satu pendidikan
yang dipopulerkan di negara-negara sedang
berkembang, yaitu untuk membina anak-anak yang putusw sekolah agar dapat memiliki keterampilan kerja melaluin “ out off school” atau pendidikan diluar sekolah 33 Universitas Sumatera Utara
(Ivann Illich) pendidikan diluar sekolah dinegara kita lebih dikenal dengan istilah “ non formal education” atau pendidikan non formal. Sebenarnya istilah “out off school, non formal education, informal education,” mempunyai pengertian yang sama yaitu pendidikan diluar sekolah yang bersifat kursus-kursus yang lebih menekankan pada pengetahuan keterampilan. Pendidikan formal ialah pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah oleh badan-badan pemerintah maupun swasta secara teratur dalam waktu yang relatif singkat yang lebih menekankan kepada kecakapan dan keterampilan tertentu, tetapi tidak mengikuti peraturan-peraturan yang ketat dan tetap seperti pada pendidikan formal. Selain itu biaya pendidikan yang dipergunakan untuk membiayai program yang diikutinya itu tidak terlalu mahal. Pada bentuk informal ini sifatnya lebih fleksibel dan mungkin lebih efektif untuk mengembangkan anak pada bidang kecakapan tertentu dalam waktu yang tidak begitu lama. Oleh karena itu program pendidikan informal lebih spesifik, maka bisa dilaksanakan dalam lingkungan yang sesuai. Namun demikian, pelaksanaan pendidikan informal tidak semudah yang seperti yang diperkirakan. Sebab untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam arti efektif dan murah sehingga dirasakan kegunaannya maka diperlukan persyaratan dan persiapan-persiapan yang lebih seksama. Diantara persyaratan yang diharapkan adalah : 1. Pendidikan informal harus jelas tujuannya dan harus jelas pula hasil yang diharapkan untuk dicapai sehingga, dapat memberikan kegunaan bagi masyarakat terutama bagi yang bersangkutan.
34 Universitas Sumatera Utara
2. Program pendidikan informal harus menarik baik dari hasil yang ingin dicapainya maupun dari cara pelaksanaannya. Sehingga mendapat dukungan dan partisipasi dari masyarakat untuk melancarkan program yang hendak dilaksanakan dalam pendidikan informal itu. 3. Program pendidikan informal harus diintergrasikan dengan program-program pembangunan dalam masyarakat. Sebab satu program pendidikan tidak akan berhasil kalau tidak ada kaitannya dengan kegiatan pembangunan baik dibidang ekonomi maupun dibidang sosial didaerah itu. c. Pendidikan Subsistem Selain dari pada pendidikan formal dan pendidikan informal ada juga bentu pendidikan yang lain yang disebut dengan istilah “ subsistence education” atau pendidikan subsistem. Perkataan subsistem ini banyak sekali dipergunakan dalam tulisan-tulisan mengenai pertanian sebagai terjemahan dari perkataan “subsistence” dari kata subsistem yang berarti hidup. Pertanian yang subsistem dengan demikian diartikan sebagai suatu sistem bertani diman tujuan utama dari petani adalah untuk memenuhi keperluan hidupnya beserta keluarganya (Mubyarto, 1973 :40). Istilah subsistem ini kemudian diterapkan juga kedalam bidang pendidikan untuk membedakan bentuk pendidikan yang diberikan oleh orang tua atau orang dewasa lainya kepada anak baik dalam keluarga maupun dalam lingkungan masyarakatnya tanpa adanya pungutan biaya. Menurut Prof.DR.Hans Dieter Evers bahwa yang dimaksudkan dengan pendidikan subsistem ialah pengetahuan dan keterampilan yang diberikan oleh orang
35 Universitas Sumatera Utara
tua atau orang lain kepada anak baik dari keluarga maupun lingkungan hidupnya, tanpa mengeluarkan biaya pendidikan. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri atau juga dapat dipergunakan untuk mencari nafkah. Misalnya saja, seorang anak mendapatkan pendidikan subsistem dari orang tuanya atau orang lain seperti memasak, menjahit pakaian, mengemudikan mobil, membangun rumah, mencangkul sawah, memelihara ternak dan keterampilan lainnya dapat dipergunakan sebagai sumber pencarian nafkah. Dengan demikian pendidikan subsistem dapat diartikan sebagai suatu bentuk pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak tanpa biaya yang nantinya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bentuk pendidikan subsistem ini merupakan salah satu cara yang paling murah yang harus dikembang kan dalam setiap rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga itu sendiri maupun untuk masyarakat sekitarnya
2.5 PENELITIAN TERDAHULU Adapun
penelitian
terdahulu
mengenai
“Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pendapatan pekerja sektor informal dikota Binjai”. Penelitian dilakukan ialah untuk mengetahui dari variabel independen yaitu modal, jumlah jam kerja dan tingkat pendidikan terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pekerja sektor informal dikota Binjai.
36 Universitas Sumatera Utara
Metode penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian lapangan dan kepustakaan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara langsung dan kuisioner. Selanjutnya data yang telah terkumpul diolah dan dianalisa. Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh hasil bahwa modal dan jumlah jam kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan tarhadap pendapatan pekerja sektor informal di kota Binjai, sedangkan tingkat pendidikan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pendapatan sektor informal dikota Binjai. Variabel independen yaitu modal, jumlah jam kerja dan tingkat pendidikan dapat menjelaskan secara bersama-sama variabel dependen yaitu pendapatan pekerja sektor informal dikota Binjai, dengan R- square (R2) sebesar 92%. Sektor informal merupakan salah satu sektor yang dapat membantu masyarakat kota Binjai dalam hal sumber pendapatan dan juga sebagai tempat pemenuhan konsumsi bagi masyarakat berpendapatan menengah kebawah.
37 Universitas Sumatera Utara