BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Harahap (2011:105) mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang berisi informasi keuangan perusahaan atau organisasi. Untuk dapat menginterpretasikan angka-angka yang terkandung dalam laporan keuangan, pemakai harus dapat membaca catatan laporan keuangan (notes to the financial statements) dan memahami asumsiasumsi yang dipakai dalam mencatat akun-akun laporan keuangan. 2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut PSAK (2009), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan , kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.
11
3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. 2.1.3 Elemen Laporan Keuangan Menurut PPAK (2012) laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan biasanya terdiri dari empat elemen utama yaitu : 1. Neraca Neraca
merupakan
salah
satu
elemen
laporan
keuangan
yang
menginformasikan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat (tanggal) tertentu. 2. Laporan laba rugi Laporaan laba rugi melaporkan hasil usaha perusahaan dalam satu periode tertentu
bedasarkan
kegiatan
yang
telah
dilaksanakan.
Lapran
ini
mengikhtisarkan pendapatan dan biaya-biaya yang terjadi selama satu periode tertentu. Jika pendapatan yang diperoleh lebih besar dari biaya-biayanya, maka perusahaan dalam kondisi untung (laba), namun bila situasi sebaliknya maka perusahaan dalam kondisi rugi. 3. Laporan perubahan modal atau laporan laba ditahan Laporan laba ditahan melaporkan perubahan laba ditahan selama periode tertentu. Laba ditahan akan bertambah dengan adanya keuntungan perusahaan dan akan berkurang bila terjadi kerugian dan/atau pembagian dividen.
12
4. Laporan arus kas Laporan arus kas merupakan salah satu elemen pokok laporan keuangan yang berisi informasi arus kas masuk dan keluar selama periode tertentu. Laporan ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu arus kas dari kegiatan operasional, arus kas yang berasal dari kegiatan investasi, dan arus kas dari pembiayaan. 2.1.4 Keterbatasan Laporan Keuangan. Menurut Munawir (2010:9), keterbatasan laporan keuangan antara lain: 1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. 2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. 3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut menurun, dibanding dengan tahuntahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan harga-harga. 4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan suatu uang.
13
2.1.5 Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Sutrisno (2009:53) kinerja keuangan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Menurut Munawir (2010:81) kinerja keuangan merupakan hasil dari banyak keputusan individu yang dibuat secara terus terusmenerus oleh menajemen keuangan. Oleh karena itu, untuk menilai kinerja keuangan perusahaan perlu melibatkan analisis keuangan yang selanjutnya dikatakan bahwa analisis kinerja perusahaan didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan pada laporan keuangan yang dibuat. 2.1.6 Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan Menurut Jumingan (2009:239) tujuan kinerja keuangan : 1. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan perusahaan. Dilihat dari aspek kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya. 2. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memperdayagunakan semua asset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien. 2.1.7 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Harahap (2011:69) yang menyebutkan analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu Analisis dan Laporan Keuangan. Kata analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan laporan keuangan adalah neraca (posisi keuangan), laba/rugi, dan arus kas (dana). Menurut Munawir (2010;35), analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada
14
hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. 2.1.8 Analisis Rasio Keuangan Menurut Harahap (2011:297), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Analisis rasio menggambarkan hubungan antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya dalam satu periode yang sama. Dengan analisis rasio kita dapat menjelaskan kepada pemakai informasi tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
perusahaan,
baik
menyangkut
likuiditas,
solvabilitas
maupun
profitabilitasnya (PPAK, 2012). 2.1.9 Jenis-Jenis Rasio Keuangan 2.1.9.1 Rasio Likuiditas Menurut Kasmir (2012:128) rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Untuk menentukan tingkat likuiditas perusahaan dipergunakan lima rasio likuiditas, yaitu : 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan dengan aktiva lancar yang dimilikinya, yaitu dengan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar.
15
2. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancar (utang jangka pendek) yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang tersedia dalam perusahaan tanpa memperhitungkan nilai persediaan. 3. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. 4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over) Rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan (utang-utang) dan membiayai biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. 5. Inventory To Net Working Capital Rasio ini digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. 2.1.9.2 Rasio Solvabilitas Menurut Kasmir (2012:151) rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya seberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Pengukuran rasio solvabilitas terdiri dari :
16
1. Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva (Debt to Assets Ratio) Rasio ini menunjukkan seberapa besar dari keseluruhan aktiva perusahaan yang dibelanjai oleh hutang atau seberapa besar proporsi antara kewajiban yang dimiliki dengan kekayaan yang dimiliki. 2. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt To Equity Ratio) Rasio ini digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas sehingga rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan pinjaman (kreditor) dengan pemilik perusahaan. 3. Long-Term Debt To Equity Ratio rasio ini merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri dan hasil perhitungannya menunjukkan seberapa besar bagian dari setiap modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. 4. Times Interest Earned Rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi pembayaran bunga bagi kreditor. 2.1.9.3 Rasio Aktivitas Menurut Harahap (2011:308), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Mengenai rasio-rasio aktivitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 334) dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
17
1. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Rasio ini merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan dengan ratarata persediaan. Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus persediaan normal. Menurut Harahap (2011:308), semakin cepat rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat. 2. Rata-Rata Periode Pengumpulan Piutang (Day’s Sales Outstanding) Rasio ini merupakan perbandingan antara piutang dengan penjualan dibagi jumlah hari dalam setahun. Rasio ini mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dari penjualan. Menurut Munawir (2010:76) kalau rata-rata periode pengumpulan piutang lebih dari 60 hari menunjukkan perusahaan tersebut kurang baik, terutama bagian penagihan, sehingga tidak mampu menagih piutang pada saatnya, atau perusahaan tersebut telah memberikan syarat-syarat kredit yang terlalu lunak pada langganannya. Di samping itu semakin besar rasio ini bagi suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. 3. Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover) Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aset. Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Harahap (2011:309) semakin besar rasio ini semakin baik karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam mengelola asetnya.
18
2.1.9.4 Rasio Profitabilitas Menurut
Harahap
(2011:309),
rasio
profitabilitas
menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Menurut Riyanto (2010: 335), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut: 1. Margin Keuntungan (Profit Margin) Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Menurut Harahap (2011:304), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba. 2. Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets) Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai asetnya. Menurut Harahap (2011:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba. 3. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity) Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas. Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Harahap (2011:305), semakin besar rasionya semakin bagus
19
karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba. 2.1.10 Keunggulan Analisis Rasio Keuangan Menurut Harahap (2011:298), analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis, yaitu: 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score). 5. Rasio menstandarisasi size perusahaan. 6. Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lainnya atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. 7. Lebih mudah melihat tren perusahaan. 2.1.11 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan Menurut Harahap (2011:298) ada beberapa keterbatasan analisis rasio keuangan: 1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.
20
2. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan. 3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi. 4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil manipulasi. 2.1.12 Analisis Kinerja Aspek Keuangan BUMN Sesuai dengan Keputusan Menteri BUMN No: KEP-100/MBU/2002 Pasal 2 keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP100/MBU/2002: penilaian tingkat kesehatan BUMN berlaku bagi seluruh BUMN non jasa keuangan maupun maupun BUMN jasa keuangan kecuali persero terbuka dan BUMN yang dibentuk dengan undang-undang tersendiri. BUMN non jasa keuangan adalah BUMN yang bergerak dalam bidang usaha perbankan, asuransi, jasa pembiayaan dan jasa penjaminan. Aspek dan bobot nilai yang digunakan dalam penilaian tingkat kesehatan BUMN yaitu aspek keuangan, aspek opersional, dan aspek administrasi. Pasal 4 keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP100/MBU/2002: Penilaian tingkat kesehatan BUMN yang bergerak dibidang non jasa keuangan dibedakan antara BUMN yang bergerak dalam bidang infrastruktur selanjutnya disebut BUMN infrastruktur dan BUMN yang bergerak dalam bidang non infrastruktur dan BUMN yang bergerak dala bidang non infrastruktur yang selanjutnya disebut BUMN non infrastruktur.
21
Pasal 5 Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP100/MBU/2002:
BUMN infrastruktur adalah BUMN
yang kegiatannya
menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat luas, yang bidang usahanya meliputi: 1. Pembangkitan, transmisis atau pendistribusian tenaga listrik. 2. Pengadaan dan atau pengoperasian sarana pendukung pelayanan andkutan barang atau penumpang baik laut, udara, atau kereta api. 3. Jalan dan jembatan tol, dermaga pelabuhan laut atau danau, lapangan terbang dan bandara. 4. Bendungan dan irigasi BUMN non infrastruktur adalah BUMN yang bidang usahanya selain bidang usaha tersebut diatas. Pasal 9 keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP100/MBU/2002:
BUMN
wajib
menerapkan
penilain
tingkat
kesehatan
berdasarkan keputusan ini kepada anak perusahaan BUMN sesuai dengan bidang usaha anak BUMN yang bersangkutan. Berdasarkan pemaparan diatas, PT. Pegadaian (Persero) masuk dalam kategori BUMN bergerak dalam bidang non infrasrtuktur. Indikator yang dinilai adalah: 2.1.12.1 Return On Equity Harahap (2011:305) mengatakan bahwa perhitungan return on equity akan menunjukkan berapa persen laba bersih yang diperoleh bila diukur dari modal pemilik.
22
ROE
Laba Setelah Pajak 100 % Modal Sendiri
(1)
2.1.12.2 Return On Investment Syamsudin (2009:63) mengatakan bahwa return on investment merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah kesuluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. ROI
EBIT Penyusutan 100 % Capital Employed
(2)
2.1.12.3 Cash Ratio Rasio Kas (cash ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan aktiva lancar yang lebih likuid. Cash Ratio
Kas Bank Surat Berharga Jangka Pendek 100% Current Liabilities
(3)
2.1.12.4 Current Ratio Current ratio (rasio lancar) adalah kemampuan perusahaan membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar. Current ratio dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar (Riyanto, 2010:331) Current Ratio
Current Asset 100% Current Liabilities
(4)
2.1.12.5 Collection Periods Collection Periods (CP) atau perputaran piutang merupakan total piutang usaha dibagi total pendapatan usaha dikali 365 hari. Rasio jangka waktu
23
penagihan digunakan untuk menaksir berapa hasil penjualan tertanam dalam bentuk piutang usaha.
Total Piutang Usaha 365 hari Total Pendapatan Usaha
CP
(5)
2.1.12.6 Perputaran Persediaan Harahap (2011:308) mengatakan bahwa rasio perputaran persediaan menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat PP
Total Persediaan 365 hari Total Pendapatan Usaha
(6)
2.1.12.7 Total Assets Turn over Total Assets Turn Over (TATO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari setiap aktiva (Kasmir, 2012:185).
TATO
Total Pendapatan 100% Capital Employed
(7)
2.1.12.8 Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Aset. Rasio total modal sendiri terhadap total asset merupakan total modal sendiri dibagi total aset dikali seratus persen. Rasio ini digunakan untuk menghitung persentase total dana yang tertanam dalam aktiva.
TSM terhadap TA
Total Modal Sendiri 100 % Total Asset
24
(8)