BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan (Financial Statement) merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. (Martono & Harjito, 2002:51). Laporan keuangan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu dan kegiatan operasinya selama beberapa periode lalu (Brigham & Houston, 2010:133). Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan (Harahap, 2004: 105). Sedangkan Kartikahadi dkk. (2012:13) mengemukakan bahwa laporan keuangan yang disusun ditujukan untuk dilaporkan dan digunakan oleh para stakeholders untuk pengambilan keputusan ekonomi. Adapun pengertian Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (2015) adalah sebagai berikut: “Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
15
16
keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Arifin, (2007:31) mendefinisikan Analisi Laporan keuangan sebagai berikut : “Analisis laporan keuangan merupakan salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan.” Analisis laporan keuangan menurut Bernstein (1983;3) dalam Harahap (2004) yaitu: “Analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analitis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan.”
2.1.1.2 Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK No.1 (2015) terdiri dari komponen-komponen berikut: 1. Laporan Posisi Keuangan Pada Akhir Periode. 2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Selama Periode. 3. Laporan Perubahan Ekuitas Selama Periode. 4. Laporan Arus Kas Selama Periode. 5. Catatan Atas laporan Keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lain. 6. Laporan Posisi Keuangan Pada Awal Periode Terdekat sebelumnya ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan.
17
2.1.2 Rasio Keuangan 2.1.2.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan (Harahap, 2004:297). Menurut Irawati (2006), rasio keuangan merupakan suatu teknis analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisikondisi keuangan suatu perusahaan pada setiap periode tertentu ataupun hasilhasil usaha dari suatu perusahaan pada setiap periode tertentu dengan jalan membandingkan dua buah variable yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar laporan posisi keuangan maupun laba rugi. Sedangkan rasio keuangan menurut Kasmir (2010) adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan menghubungkan dua data keuangan dengan jalan membagi satu data dengan data lainnya.
18
2.1.2.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan Menurut Fahmi (2013:120) terdapat 6 jenis rasio keuangan, yaitu: 1. Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas (liquidity ratio) adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. 2. Rasio Leverage Rasio Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. 3. Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal. 4. Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi.
19
5. Rasio Pertumbuhan Rasio Pertumbuhan adalah rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan ekonomi secara umum. 6. Rasio Nilai Pasar Rasio Nilai Pasar adalah rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar. Rasio ini mampu memberi pemahaman bagi pihak manajemen perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakan dan dampaknya pada masa yang akan datang. Dari berbagai macam rasio diatas dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan dapat dilihat dari berbagai macam rasio sesuai kebutuhannya. Rasio yang paling dominan bagi investor yang dijadikan rujukan untuk melihat kondisi kinerja perusahaan pada teori yang dikemukakan oleh Fahmi (2013:116) yaitu: 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah indikator kemampuan perusahaan untuk membayar atau melunasi kewajiban-kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva lancar yang tersedia. (Martono & Harjito, 2002:55) Rasio likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu (Fahmi, 2012: 59). Sedangkan menurut Hanafi rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat besarnya aktiva lancar
20
relative terhadap utang lancarnya. Utang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan. Rasio ini secara umum 2 (dua) yaitu sebagai berikut: a. Current Ratio Rasio lancar (current ratio) adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo. Adapun rumus current ratio yaitu:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Dimana:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 (aset lancar) merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau siklus operasi usaha normal yang lebih besar.
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 (utang lancar)
merupakan
kewajiban
pembayaran dalam 1 (satu) tahun atau siklus operasi normal dalam usaha. Bagi pihak manajer perusahaan memiliki current ratio yang tinggi dianggap baik, bahkan bagi para kreditur dipandang perusahaan tersebut berada dalam keadaan yang kuat. Namum bagi para pemegang saham ini dianggap tidak baik, dalam arti para manajer perusahaan tidak mendayagunakan current assets secara baik dan efektif, atau dengan kata lain tingkat kreativitas manajer perusahaan rendah.
21
b. Quick Ratio Rasio cepat (quick ratio) adalah ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti daripada rasio lancar karena pembilangnya mengeliminasi persediaan yang dianggap aktiva lancar yang sedikit tidak liquid dan kemungkinan menjadi sumber kerugian. Adapun rumus quick ratio yaitu:
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑖𝑒𝑠 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Dimana: 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑖𝑒𝑠 = persediaan Persediaan ini terdiri dari, persediaan alat-alat kantor (supplies), persediaan bahan baku (raw material), persediaan barang dalam proses (in process goods) dan persediaan barang jadi (finished good). Tujuan manajemen persediaan adalah mengadakan persediaan yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang minimum.
2. Rasio Leverage Rasio leverage adalah hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity) (Harahap, 2004: 306). Sedangkan menurut Kasmir (2010:112) rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
22
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Menurut Sundjaja dan Barlian (2004;140) terdapat dua bentuk pengukuran rasio leverage yang digunakan antara lain adalah sebagai berikut: a. Debt to Total Assets atau Debt Ratio Rasio ini disebut juga sebagai rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh dari perbandingan total utang dibagi dengan total aset. Adapun rumus debt ratio yaitu: 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Dimana:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 = total utang
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 = total aset
b. Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam Fahmi (2012:128) adalah ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor. Adapun rumus debt to equity ratio yaitu: 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Dimana: 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = total modal sendiri
23
Semakin rendah debt ratio dan debt equity akan semakin baik karena aman bagi kreditor saat likuidasi.
3. Rasio Profitabilitas Rasio
Profitabilitas
merupakan rasio untuk
menilai
kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan dengan memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2010: 115). Sedangkan menurut Fahmi (2013:135) rasio Profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. a. Return on Equity (ROE) Return on Equity merupakan rasio yang mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Adapun rumus return on equity yaitu: 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 (𝐸𝐴𝑇) 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Dimana :
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 (𝐸𝐴𝑇) = Laba Setelah Pajak
24
2.1.3
Nilai Perusahaan
2.1.3.1 Pengertian Nilai Perusahaan Nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Berbagai kebijakan yang di ambil oleh manajemen dalam upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik dan para pemegang saham yang tercermin pada harga saham (Brigham & Houston, 2010:19). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan (Gitman, 2009) Nilai perusahaan menurut Harjito dan Martono (2007;13) berpendapat bahwa “memaksimumkan nilai perusahaan disebut sebagai memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (stockholder wealth maximation) yang dapat diartikan juga sebagai memaksimumkan harga saham biasa dari perusahaan (maximizing the price of the firm’s common stock). Nilai perusahaan dapat menunjukkan nilai asset yang dimiliki perusahaan seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan. (Harjito dan Martono, 2007:3).
25
2.1.3.2 Jenis-jenis Nilai Perusahaan Menurut Gitman (2009;108), terdapat beberapa jenis nilai perusahaan yaitu terdiri dari : 1. Nilai Likuiditas (Liquidation Value) Nilai likuiditas adalah jumlah uang yang dapat direalisasikan jika sebuah aktiva atau sekelompok aktiva dijual secara terpisah dari organisasi yang menjalankannya. 2. Nilai Kelangsungan usaha Nilai kelangsungan usaha adalah nilai perusahaan jika dijual sebagai operasi usaha yang berlanjut. 3. Nilai Buku (Book Value) Nilai buku suatu perusahaan adalah total aktiva dikurangi kewajiban dan saham preferen seperti yang tercantum di neraca. 4. Nilai Pasar (Market Value) Nilai pasar adalah harga pasar yang digunakan untuk memperdagangkan aktiva. 5. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value) Nilai intrinsik adalah harga saham-saham yang berdasarkan pada faktor yang dapat mempengaruhi nilai.
26
2.1.3.3 Pengukuran Nilai Perusahaan Pengukuran Nilai Perusahaan Menurut Weston dan Copelan (2004) dalam rasio penilaian perusahaan terdiri dari : a. Price Earning Ratio (PER) Menurut Hanafi (2012) PER adalah perbandingan antara harga pasar perusahaan dengan earnings per share dalam saham. PER melihat seberapa jauh tujuan kemakmuran pemegang saham tercapai. Perusahaan yang diharapkan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tinggi (yang berarti mempunyai prospek yang baik), biasanya mempunyai PER yang tinggi. Sebaliknya, perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan yang rendah, akan mempunyai PER yang rendah juga. Secara umum, semakin tinggi angka PER semakin baik. PER dapat dihitung dengan rumus:
𝑃𝐸𝑅 =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
b. Price to Book Value (PBV) Menurut Tryfino (2009:9-11) PBV adalah perhitungan atau perbandingan antara market value dengan book value suatu saham. Rasio ini berfungsi untuk melengkapi analisis book value. Dengan rasio PBV ini, investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book valuenya. Rasio ini dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran tersebut, secara tidak langsung rasio PBV ini juga
27
memberikan pengaruh terhadap harga saham. PBV dihitung dengan cara sebagai berikut:
𝑃𝐵𝑉 =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
c. Tobin’s Q Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Tobin’s Q ini dikembangkan oleh professor James Tobin (Weston dan Copeland, 2004). Rasio ini merupakan konsep yang sangat berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi incremental. Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Rumusnya sebagai berikut:
𝑄=
(𝐸𝑀𝑉 + 𝐷) ( 𝐸𝐵𝑉 + 𝐷)
Dimana : Q
: nilai perusahaan
EMV
: nilai pasar ekuitas
EBV
: nilai buku dari total aktiva
D
: nilai buku dari total hutang
EMV diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan pada akhir tahun (Closing Price) dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. EBV diperoleh dari selisih total asset perusahaan dengan total kewajibannya.
28
2.2
Kerangka Pemikiran Tujuan perusahaan salah satunya adalah memaksimalkan nilai perusahaan
yang tercermin pada harga sahamnya (Harjito & Martono,, 2002). Perusahaan memiliki beberapa departemen yang berbeda, antara lain pemasaran, akuntansi, produksi, sumber daya manusia, dan keuangan. Tugas utama departemen keuangan adalah mengevaluasi usulan keputusan dan menilai pengaruhnya pada harga saham dan kekayaan pemegang saham (Brealey dkk, 2010:8). Harga saham dan nilai perusahaan mengikhtisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baikah keadaan suatu perusahaan, baik kinerja saat ini maupun prospek masa depannya. Oleh sebab itu, peningkatan harga saham mengirimkan sinyal positif dari investor kepada manajer (Brealey dkk, 2010). Menurut Brigham dan Houston (2010;111) pengukuran nilai perusahaan salah satunya diukur dengan menggunakan rasio Price Book Value (PBV). Nilai perusahaan dapat dilihat dari PBV yang merupakan perbandingan antara harga suatu saham terhadap nilai buku bersih per lembar saham (Warren, Reeve, 2004 : 569). Berdasarkan perbandingan tersebut, harga saham perusahaan dapat diketahui berada di atas atau di bawah nilai bukunya. Oleh karena itu, keberadaan PBV sangat penting bagi para investor untuk menentukan strateginya (Alam, 2013). Dalam setiap keputusan investasi, seorang investor harus selalu melakukan penilaian terhadap prospek kinerja perusahaan, karena pada umumnya hamper semua investasi (khususnya saham) memiliki unsur ketidakpastian. Investor harus
29
melakukan evaluasi dan analisis terhadap faktor yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan dimasa yang akan dating, sehingga investor dapat memperkecil kerugian yang timbul seminimal mungkin dari adanya fluktuasi pertumbuhan dan perkembangan perusahaan tersebut. Sebelum melakukan investasi, seorang investor harus mengetahui dahulu informasi yang jelas dan melakukan analisis sebagai dasar dalam pengambilan keputusannya (Elsa, 2014). Dalam menganalisis menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006) menggunakan tipe analisis fundamental yang merupakan bagian dari informasi akuntansi berupa analisis historis atas kondisi internal perusahaan. Adapun target analisis fundamental ini adalah memberikan penilaian perusahaan tersebut layak untuk dijadikan tempat untuk berinvestasi atau tidak. Seorang investor yang ingin membeli atau menjual saham bisa terbantu dengan memahami dan menganalisis laporan keuangan hingga selanjutnya bisa menilai perusahaan mana yang mempunyai prospek yang menguntungkan di masa depan. Dengan berfungsinya secara baik bagian keuangan membuat kinerja keuangan yang dilihat dari laporan keuangan perusahaan akan tersaji dengan baik (Fahmi, 2013;3). Informasi yang dibutuhkan oleh investor salah satunya adalah faktor internal perusahaan (laporan keuangan). Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut (Fahmi, 2013;3)
30
Bagi investor ada tiga rasio keuangan yang paling dominan yang dijadikan rujukan untuk melihat kondisi kinerja suatu perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Ketiga rasio ini secara umum selalu menjadi perhatian investor karena secara dasar dianggap sudah merepresentasikan analisis awal tentang kondisi suatu perusahaan (Fahmi, 2013;116). Pendanaan investasi dan tingkat likuiditas yang cukup tinggi dapat diasumsikan bahwa perusahaan tersebut beroperasi secara efektif, hal ini merupakan daya tarik bagi investor yang mengakibatkan peningkatan nilai saham perusahaan yang bersangkutan. Dan karena nilainya meningkat, maka saham perusahaan tersebut akan diminati oleh banyak investor, yang akibatnya akan meningkatkan harga saham perusahaan dan nilai perusahaan (Elsa, 2014;66). Dari paparan diatas dapat diprediksi bahwa likuiditas mempunyai hubungan dengan nilai perusahaan, semakin tinggi likuiditas maka akan semakin tinggi juga nilai perusahaan. Leverage merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan (Kasmir, 2010). Leverage dapat dipahami sebagai penaksir dari risiko keuangan yang melekat pada suatu perusahaan. Risiko keuangan tersebut meliputi kemungkinan
ketidakmampuan
perusahaan
untuk
membayar
kewajiban-
kewajiban dan tidak tercapainya laba yang ditargetkan perusahaan. Semakin besar tingkat leverage menunjukkan risiko investasi yang semakin besar, maka semakin tinggi tingkat leverage dapat mempengaruhi penurunan nilai perusahaan (Brigham & Houston, 2010).
31
Dari paparan diatas dapat diprediksi bahwa leverage mempunyai hubungan dengan nilai perusahaan, semakin besar tingkat leverage maka akan semakin tinggi juga tingkat leverage yanag dapat mempengaruhi penurunan nilai perusahaan Rasio yang paling penting adalah pengembalian ekuitas (Return On Equity-ROE), yang merupakan laba bersih bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas pemegang saham. Pemegang saham pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi atas modal yang mereka investasikan, dan ROE menunjukkan tingkat yang mereka peroleh. Jika ROE tinggi, maka harga saham juga cenderung akan tinggi dan tindakan yang meningkatkan ROE kemungkinan juga akan meningkatkan harga saham (Brigham & Houston, 2010;133). Profitabilitas diukur dengan indikator Return on Equity. Pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik, yang akan ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan yang selanjutnya mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal (Hermuningsih, 2013;129). Maka, akan terjadi hubungan positif antara profitabilitas dengan harga saham dimana tingginya harga saham akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dari paparan diatas dapat diprediksi bahwa profitabilitas yang diukur dengan menggunakan indikator ROE mempunyai hubungan dengan nilai
32
perusahaan, semakin besar ROE maka akan semakin tinggi juga nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham. Adapun penelitian-penelitian yang dijadikan referensi pada penelitian ini ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1.
2.
Nama Peneliti dan Tahun Peneliti Alfredo Mahendra Dj Luh Gede Sri Artini A.A Gede Suarjaya (2012)
Sri Hermuningsih (2013)
Judul Penelitian Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur Modal Terhadap Nilai perusahaan Pada Perusahaan Publik Di Indonesia
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel Independen (X) dalam Penelitian ini yaitu: Likuiditas Leverage Profitabilitas Variabel Dependen dalam Penelitian ini adalah Nilai Perusahaan Variabel Moderating dalam penelitian ini adalah Kebijakan Dividen Variabel Independen (X) dalam Penelitian ini yaitu: Profitabilitas Growth Opportunity Struktur Modal (Variabel Intervening) Variabel Dependen dalam Penelitian ini adalah Nilai Perusahaan
Likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Leverage berpengaruh negative tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Profitabilitas, Growth Opportunity, dan Struktur modal memiliki pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Struktur modal berfungsi sebagai variable intervening variable untuk Growth Opportunity perusahaan. Struktur modal tidak berfungsi sebagai variable intervening variable untuk Profitabilitas perusahaan.
33
Tabel 2.1 (lanjutan) No 3.
Nama Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Peneliti Nani Martikarini Pengaruh (2014) Profitabilitas, Kebijakan Hutang, dan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011
Variabel Penelitian Variabel Independen (X) dalam Penelitian ini yaitu: ROE DER DPR Variabel Dependen dalam Penelitian ini adalah PBV
Hasil Penelitian
4.
Eva Eko Analisis Pengaruh Variabel Independen Hidayati (2010) DER, DPR, ROE, (X) dalam Penelitian dan SIZE Terhadap ini yaitu: PBV Perusahaan DER Manufaktur Yang DPR Listing Di BEI ROE Periode 2005-2007 SIZE Variabel Dependen dalam Penelitian ini adalah PBV Perusahaan
Profitabilitas yang diukur dengan ROE berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV. Kebijakan Hutang yang diukur dengan DER tidak berpengaruh secara tidak signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV. Kebijakan dividen yang diukur dengan DPR berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV. ROE, DER, dan DPR bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap PBV. DER dan DPR berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap PBV. ROE dan SIZE berpengaruh positif dan signifikan terhadap PBV.
34
Tabel 2.1 (lanjutan) No 5.
6.
Nama Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Peneliti Ina Rinati Pengaruh Net Profit (2008) Margin (NPM), Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan yang Tercantum Dalam Indeks LQ45
Dorothea Ratih Apriatni E.P Saryadi (2013)
Pengaruh EPS, PER, DER, ROE Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 20102012
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel Independen (X) dalam Penelitian ini yaitu: NPM ROA ROE Variabel Dependen dalam Penelitian ini adalah Harga Saham
Variabel Independen (X) dalam Penelitian ini yaitu: EPS PER DER ROE Variabel Dependen dalam Penelitian ini adalah Harga Saham
Secara serempak semua variable bebas yang diteliti (NPM, ROA, dan ROE) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Secara parsial hanya variable ROA yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. EPS menunjukkan secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga saham. PER menunjukkan secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga saham. DER menunjukkan secara signifikan berpengaruh negative terhadap harga saham. ROE menunjukkan secara signifikan berpengaruh positif terhadap harga saham.
35
2.3
Hipotesis penelitian Adapun paradigma penelitian yang menggambarkan hipotesis penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Current Ratio (CR)
Quick Ratio (QR)
Debt Ratio
Nilai Perusahaan
(DAR)
Debt to Equity Ratio (DER)
Return On Equity (ROE)
Keterangan :
Parsial Simultan Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
36
Hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variable yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2014:135). Berdasarkan uraian keterkaitan antara Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Debt Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Return On Equity (ROE) terhadap nilai perusahaan di atas yang mengacu pada kerangka pemikiran dan rumusan masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1: Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan secara parsial. H2:
Quick Ratio (QR) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan secara parsial.
H3: Debt Ratio (DAR) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan secara parsial. H4: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan secara parsial. H5: Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan secara parsial. H6: Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Debt Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan secara simultan.