26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan kombinasi dari data keuangan suatu perusahaan yang menggambarkan kemajuan perusahaan dan dibuat secara periodik. Ada beberapa pengertian laporan keuangan diantaranya sebagai berikut: Menurut IAI (IAI, 2004), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap yang biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana) catatan (notes) dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Munawir (2000), laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Harnanto (2000), laporan keuangan adalah keadaan keuntungan dan hasil usaha perusahaan serta memberikan rangkuman historis dari sumber ekonomi, kewajiban perusahaan dan kegiatan yang mengakibatkan perubahan terhadap sumber ekonomi yang dinyatakan secara kuantitatif dalam satuan mata uang.
12 Universitas Sumatera Utara
27
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya.
2.2 Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan–keputusan investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan dalam SFAC No. 1 bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi : a. Untuk keputusan investasi dan kredit b. Mengenai jumlah dan timing arus kas c. Mengenai aktiva dan kewajiban d. Mengenai kinerja perusahaan e. Mengenai sumber dan penggunaan kas f. Penjelas dan interpretif g. Untuk menilai stewardship. Ketujuh tujuan ini terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca, laporan arus kas dan pengungkapan laporan keuangan. Menurut PSAK No. 1, tujuan laporan keuangan secara umum adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan–keputusn ekonomi serta menunjukkan pertanggung-jawaban
Universitas Sumatera Utara
28
(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber–sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: 1) aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4) pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian, 5) arus kas.
Universitas Sumatera Utara
29
2.3 Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen–komponen berikut ini: 2.3.1 Neraca Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu maksudnya adalah menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat tutup buku. Neraca minimal mencakup pos – pos berikut (IAI, 2004) : a. Aktiva berwujud b. Aktiva tidak berwujud c. Aktiva keuangan d. Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas e. Persediaan f. Piutang usaha dan piutang lainnya g. Kas dan setara kas h. Hutang usaha dan hutang lainnya i. Kewajiban yang diestimasi j. Kewajiban berbunga jangka panjang k. Hak minoritas l. Modal saham dan pos ekuitas lainnya.
Universitas Sumatera Utara
30
2.3.2 Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu (Munawir, 2000). Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi perusahan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos–pos berikut (IAI, 2004) : a. Pendapatan, b. Laba rugi usaha, c. Beban pinjaman, d. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas, e. Beban pajak, f. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, g. Pos luar biasa, h. Hak minoritas, i. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
Universitas Sumatera Utara
31
2.3.3 Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan 18
harus
menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan (IAI, 2004) : a. Laba atau rugi bersih perode yang bersangkutan, b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas, c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait, d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik, e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahan, f. Rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing – masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
32
2.3.4 Laporan Arus Kas Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptsi 19 dengan perubahan keadaan dan peluang (IAI, 2004). Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan.
2.3.5 Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (IAI, 2004) : a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting, b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas,
Universitas Sumatera Utara
33
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar.
2.4 Analisis Laporan Keuangan Menurut Leopold A. Bernstein, analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang (Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2002 ). Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan tehnik analisis pada laporan dan data keuangan dalam rangka untuk memperoleh ukuran– ukuran dan hubungan–hubungan yang berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan (Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, 2002). Tujuan analisis laporan keuangan sendiri menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002) antara lain : a. Sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger b. Sebagai alat forecasting menenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang c. Sebagai proses diagnosis terhadap masalah – masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya d. Sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.
Universitas Sumatera Utara
34
Tehnik analisis laporan keuangan dikategorikan menjadi dua metode, yaitu (Dwi Prastowo,2002): 1. Metode analisis Horizontal, adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan oleh beberapa periode sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Metode ini terdiri dari 4 analisis, antara lain : a. Analisis komparatif (comparative financial statement analysis) Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi atau laporan arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya. b. Analisis trend Adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. Sebuah alat yang berguna untuk perbandingan trend jangka panjang adalah tren angka indeks. Analisis ini memerlukan tahun dasar yang menjadi rujukan untuk semua pos yang biasanya diberi angka indeks 100. Karena tahun dasar menjadi rujukan untuk semua perbandingan, pilihan terbaik adalah tahun dimana kondisi bisnis normal. c. Analisis arus kas (cash flow analysis) Adalah suatu analisa untuk sebab–sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber–sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. Analisis ini terutama digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi sumber dana dan penggunaan dana. Analisis arus kas menyediakan pandangan
Universitas Sumatera Utara
35
tentang bagaimana perusahaan memperoleh pendanaannya dan menggunakan sumber dananya. Walaupun analisis sederhana laporan arus kas memberikan banyak informasi tentang sumber dan penggunaan dana, penting untuk menganalisis arus kas secara lebih rinci. d. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis) Adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab–sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yng lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 2. Metode analisis vertikal, adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada periode tertentu. Metode ini terdiri dari 3 analisis, antara lain : a. Analisis Common Size Adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masing – masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosannya yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. Analisis common size menekankan pada 2 faktor, yaitu : 1) Sumber pendanaan, termasuk distribusi pendanaan antara kewajiban lancar, kewajiban tidak lancar dan ekuitas. 2) Komposisi aktiva, termasuk jumlah untuk masing – masing aktiva lancar aktiva tidak lancar.
Universitas Sumatera Utara
36
b. Analisis impas (Break Even) Adalah analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break-even ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. c. Analisis ratio. Analisis ratio adalah suatu cara untuk menganalisis laporan keuangan yang mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya.
2.5. Analisa Rasio Keuangan Diantara alat-alat analisa keuangan yang sering digunakan untuk mengukur kelemahan serta kekuatan yang dihadapi oleh perusahaan di bidang keuangan adalah analisa rasio. Analisa rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat penilaian laporan keuangan dengan cara membandingkan data keuangan yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi. Ada beberapa pengertian analisa rasio yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Bambang Riyanto (2000) yang dimaksud analisa rasio hanyalah alat yang dinyatakan dalam arithmetical term yang dapat digunakan untuk hubungan antara dua macam data financial.” Definisi lain tentang analisa rasio menurut Alwi (2001) merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu
Universitas Sumatera Utara
37
antara yang satu dengan yang lain dari suatu laporan finansial.”
Selanjutnya
pengertian analisa rasio seperti yang dikemukakan oleh, Kartadinata (2000) yaitu: “rasio keuangan adalah ukuran tingkat atau perbandingan antara dua variabel keuangan.” Analisa ini merupakan suatu analisa yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan sehubungan dengan usaha perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimal dan juga dalam mengelola perusahaan semaksimal mungkin. Dari hasil analisa ini nantinya akan diketahui tingkat kemampuan perusahaan yang ditunjukkan dalam bentuk angka maupun persentase. Kemudian Agnes Sawir (2005) menyatakan bahwa analisa rasio keuangan menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba/rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Rasio ini memungkinkan manajer mengetahui reaksi kreditor dan investor. Dalam mengadakan interpretasi dan analisa terhadap laporan keuangan, pihak manajemen perusahaan memerlukan adanya suatu ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam melakukan analisa terhadap laporan keuangan adalah rasio. Pengertian rasio ini sebenarnya adalah hanya merupakan alat yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan. Bambang Riyanto (2000) mengemukakan bahwa dalam analisa rasio finansial, pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua perbandingan yaitu sebagai berikut: a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu (histories ratio) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-
Universitas Sumatera Utara
38
waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara ini dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Jika menganalisa satu macarn rasio saja tidak banyak berarti karena dapat diketahui faktor-faktor apa yang menyebabkan adanya perubahan tersebut. b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio rata-rata/rasio standar) untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri yang bersangkutan akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu di dalam aspek finansial tertentu berada di atas rata-rata industri (above average), berada pada rata-rata (average), atau terletak di bawah rata-rata (bellow average). Jika suatu perusahaan industri, haruslah dianalisa faktor-faktor apa yang menyebabkannya, untuk kemudian diambil kebijaksanaan finansial untuk meningkatkan rasionya sehingga menjadi average di dalam industri yang bersangkutan. Menurut Umar (2002), rasio Likuiditas berfungsi untuk menilai atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya (yang segera jatuh tempo)”.
Sedangkan menurut Suhardjono (2006),
analisis rasio keuangan perbankan bertujuan antara lain : a. Untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja perusahaan bank, b. Untuk mengetahui perkembangan perbankan dari suatu period ke periode berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
39
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasional dan penyusunan rencana kerja anggaran bank. d. Untuk memonitor pelaksanaan dari suatu kebijakan perusahaan yang telah diterapkan sehingga dapat diadakan perbaikan/penyempurnaan di masa yang akan datang. Untuk lebih jelasnya kegunaan rasio keuangan bank dapat dilihat pada gambar berikut :
Universitas Sumatera Utara
40
-
Perkembangan angka laba rugi Perkembangan pendapatan bunga Perkembangan biaya bunga Margin bunga bersih
Untuk mendeteksi tingkat pencapaian margin
Perkembangan pendapatan non bunga Perkembangan biaya non bunga Pendapatan non bungan dibandingkan dengan biaya non bunga Biaya non bunga dibandingkan earning asset
Untuk mendeteksi tingkat pencapaian margin
-
Perbandingan earning asset dengan dana dan total asset
Untuk mendeteksi tingkat pencapaian margin
-
Ekspansi pinjaman Produktivitas pinjaman Kolektibilitas pinjaman Cadangan penghapusan pinjaman
Untuk mendeteksi tingkat pencapaian margin
-
Sumber: Suhardjono (2006) Gambar 2.1 Manfaat Rasio Keuangan Bank Analisis rasio (ratio analysis) merupakan suatu alat analisis keuangan yang sangat populer dan banyak digunakan. Namun perannya sering disalah pahami dan sebagai konsekuensinya, kepentingan sering dilebih – lebihkan. Kita harus ingat bahwa rasio merupakan alat untuk menyatakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari, dalam hal ini adalah kondisi financial perusahaan. Rasio merupakan titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasikan area yang memerlukan investigasi lebih lanjut. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari
Universitas Sumatera Utara
41
masing – masing komponen yang membentuk rasio (Wild, Subramanyan, Hasley, 2004:). Rasio harus diinterpretasikan dengan hati–hati karena faktor–faktor yang mempengaruhi pembilang dapat berkorelasi dengan faktor yang mempengaruhi penyebut. Sebagai contoh, perusahaan dapat memperbaiki rasio beban operasi terhadap penjualan dengan mengurangi biaya yang menstimulasi penjualan. Pengurangan jenis biaya seperti ini, kemungkinan berakibat pada penurunan penjualan atau pangsa pasar jangka panjang. Dengan demikian, profitabilitas yang tampaknya membaik dalam jangka pendek, dapat merusak prospek perusahaan di masa depan. Kita harus menginterpretasikan perubahan tersebut dengan tepat. Banyak rasio memiliki variabel penting yang sama dengan rasio lainnya. Dengan demikian, tidaklah perlu untuk menghitung semua rasio yang mungkin untuk menganalisis sebuah situasi. Rasio, seperti sebagian besar teknik analisis keuangan, tidak relevan dalam isolasi. Rasio bermanfaat bila diinterpretasikan dalam perbandingan dengan 1) rasio tahun sebelumnya, 2) standar yang ditentukan sebelumnya, 3) rasio pesaing. Pada akhirnya, variabilitas rasio sepanjang waktu sama pentingnya dengan trennya. Beberapa studi telah menguji penggunaan informasi analisis keuangan dengan menggunakan rasio keuangan yang dihitung dari informasi yang terdapat dalam laporan keuangan untuk menggambarkan keeratan hubungan antara rasio keuangan dengan fenomena ekonomi. Pada umumnya analisis terhadap rasio merupakan langkah awal dalam analisis keuangan guna menilai prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan. Ukuran yang digunakan adalah rasio yang menunjukkan hubungan
Universitas Sumatera Utara
42
antara dua data keuangan. Beberapa rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi (Husnan, 1994; Machfoedz,1998 dalam Siddik,2003) sebagai berikut : a. Rasio Likuiditas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial jangka pendek. Rasio ini ditunjukkan pada besar kecilnya aktiva lancar. 1) Current Ratio, merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. 2) Quick Ratio, dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar, kemudian membagi sisanya dengan hutang lancar b. Rasio Sensitivitas, menunjukkan proporsi penggunaan hutang guna membiayai investasi perhitungannya ada 2 cara, pertama memperhatikan data yang ada di neraca guna menilai seberapa besar dana pinjaman digunakan dalam perusahaan; kedua, mengukur resiko hutang dari laporan laba rugi untuk menilai seberapa besar beban tetap hutang (bunga ditambah pokok pinjaman) dapat ditutup oleh laba operasi. Rasio sensitivitas ini antara lain : 1) Total debt to total assets, mengukur presentase penggunaan dana dari kreditur yang dihitung dengan cara membagi total hutang dengan total aktiva. 2) Debt equity ratio, perbandingan antara total utang dengan modal. 3) Time interest earned, dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio ini mengukur seberapa jauh laba bisa berkurang tanpa menyulitkan perusahaan dalam memenuhi kewajiban membayar bunga tahunan.
Universitas Sumatera Utara
43
c. Rasio produktivitas, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber daya sebagaimana digariskan oleh kebijaksanaan perusahaan. Rasio ini menyangkut perbandingan antara penjualan dengan aktiva pendukung terjadinya penjualan artinya rasio ini menganggap bahwa suatu perbandingan yang “layak” harus ada antara penjualan dan berbagai aktiva misalnya: persediaan, piutang, aktiva tetap, dan lain – lain. Rasio produksi meliputi: inventory turnover, fixed assets turnover, account receivable turnover, total assets turnover. d. Rasio profitabilitas, digunakan untuk mengukur seberapa efekif pengelolaan perusahaan sehingga menghasilkan keuntungan, 1) Profit margin on sales, dihitung dengan cara membagi laba setelah pajak dengan penjualan. 2) Return on total assets, perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva guna mengukur tingkat pengembalian investasi total. 3) Return on net worth, perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal sendiri guna mengukur tingkat keuantungan investasi pemilik modal sendiri. e. Rasio pasar, diterapkan untuk perusahaan yang telah go public dan mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai terutama pada pemegang saham dan calon investor. 1) Price earning ratio, rasio antara harga pasar saham dengan laba per lembar saham. Jika rasio ini lebih rendah dari pada rasio industri sejenis, bisa
Universitas Sumatera Utara
44
merupakan indikasi bahwa investasi pada saham perusahaan ini lebih beresiko daripada rata – rata industri. 2) Market to book value, perbandingan antara nilai pasar saham dengan nilai buku saham, juga merupakan indikasi bahwa para investor menghargai perusahaan.
2.6. Penilaian Kesehatan Perbankan Melalui Analisis CAMEL Dalam industri perbankan, rasio-rasio ini dipilah kembali dan digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengukur tingkat kesehatan bank-bank atau yang lazim dikatakan sebagai rasio-rasio keuangan CAMEL. Dalam hal ini kinerja dari bank diukur dengan kriteria kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, aspek manajemen, rentabilitas dan likuiditas. Machfoedz (1999) mengemukakan bahwa teknik CAMEL tidak dapat diterapkan sepenuhnya (hanya berdasar rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas) namun disesuaikan dengan ketersediaan data yang ada. Rinaldi dkk (1995) mengatakan bahwa CAMEL tidak bisa diterapkan sepenuhnya karena aspek-aspek dasar yang menjadi landasan penilaian kesehatan perbankan belum bisa dilacak dari laporan keuangan bank. Penulis berusaha mendapatkan formula perhitungan CAMEL berdasar peraturan yang ada dan menemukan sebuah acuan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu perhitungan CAMEL berdasar Surat Edaran Bank Indonesia Nomer 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 lampiran 14 tentang pedoman
Universitas Sumatera Utara
45
perhitungan rasio keuangan. Berdasarkan lima aspek tersebut akan dapat diketahui tingkat kesehatan bank-bank dalam sampel. Sedangkan rekapitulasi faktor-faktor yang dinilai beserta masing-masing bobotnya dapat diketahui berdasarkan tatacara penilaian tingkat kesehatan bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (SK BI No. 30/277/KEP/DIR 19 Maret 1998) dan akan dicantumkan dalam lampiran beserta data dari masing-masing rasio dalam CAMEL. Masing-masing aspek dalam CAMEL adalah (Karo Karo, 2001): 2.6.1 Aspek Permodalan Pemerintah
selalu
menganjurkan
kepada
kalangan
perbankan
agar
memperhatikan ketentuan pemerintah dalam hal permodalan terutama menyangkut CAR yang mengindikasikan kekuatan permodalan perbankan Indonesia. Perhitungan CAR ini sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomer 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 lampiran 14 tentang pedoman perhitungan rasio keuangan. Bank yang diangap sehat adalah bank yang memiliki CAR diatas 8% dengan bobot perhitungan sebesar 25%. Komponen modal inti meliputi modal disetor, modal sumbangan, agio saham, cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dan laba bank setelah diperhitungkan pajak. Modal pelengkap terdiri dari modal pinjaman, pinjaman subordinasi, dan cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba. Pinjaman subordinasi yang diperhitungan tidak lebih dari 50% dari modal inti, sedangkan modal pelengkap yag diperhitungakan sebagai modal bank setinggi-tinginya 100% dari modal inti.
Universitas Sumatera Utara
46
CAR, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko. Rumus CAR adalah :
CAR =
Modal Bank x100% Aktiva tertimbang Menurut Re siko
(2.1)
Aktiva tertimbang menurut resiko mencakup beberapa pos dalam neraca yang dengan bobot resiko tersendiri sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomer 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001.
2.6.2. Kualitas Aktiva Produktif
Kualitas aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah atau valas yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya, yaitu: pemberian kredit, kepemilikan surat-surat berharga, dan penempatan dana kepada bank lain baik dari dalam maupun luar negeri terkecuali penanaman dana dalam bentuk giro atau penyertaan (Surat Edaran Bank Indonesia Nomer 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001). Keadaan kualitas aktiva produktif akan terus dipantau oleh pihak bank karena kualitas aktiva produktif dalam neraca bank akan mempengaruhi keadaan serta perkembangan dari bank itu sendiri. Penanaman modal yang dilakukan dalam aktiva produktif akan dinilai kualitasnya dengan menentukan kolektibilitas dari aktiva yang bersangkutan. Kolektibilitas itu sendiri adalah keadaan pembayaran pokok pinjaman atau angsuran pokok dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
47
diterimanya kembali dana yang telah ditanamkan dalam surat berharga atau penanaman dalam bentuk lain. Kesemuanya itu dapat dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu: Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, Dan Macet. Penilaian kualitas aktiva produktif dapat dilakukan dengan empat rasio (Surat Edaran Bank Indonesia Nomer 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001), yaitu: a. Aktiva produktif bermasalah terhadap total akitva produktif. Aktiva produktif bermasalah adalah aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Aktiva produktif bermasalah tidak dihitung secara bersih (neto) karena tidak dikurangkan terhadap penyisihan penghapusan aktiva produkif. b. NPL (Non Performing Loan). Rasio ini menghitung tingkat kredit bermasalah bila dibandingkan dengan total kredit yang telah diberikan kepada pihak ketiga namun tidak termasuk kredit yang diberikan ke bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit yang dklasifikasikan dalam kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. Sedangkan kredit bermasalah itu sendiri dihitung secara kotor (gross) dengan tidak mengurangkan dengan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Secara umum NPL dirumuskan : NPL =
Kredit bermasalah x100% Jumlah kredit yang diberikan
(2.2)
c. Penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap total aktiva produktif. Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk pihak bank bila dibandingkan dengan total aktiva yang dimiliki. Sementara itu, cakupan komponen aktiva produktif yang
Universitas Sumatera Utara
48
dipakai sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomer 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001. d. Pemenuhan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk bank apabila dibandingkan dengan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah diwajibkan untuk dibentuk sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001. 2.6.3 Aspek Manajemen
Kemampuan pihak manajemen dalam menjalankan bisnis perbankan yang dia kelola menjadi salah satu kebutuhan yang sangat menonjol. Apalagi dalam kondisi krisis seperti ini, manajemen yang handal diharapkan akan dapat mencerahkan kembali sektor perbankan nasional yang sempat terpuruk akhir-akhir ini. Oleh karena itu, pihak manajemen bank juga akan diberikan daftar pertanyaan yang wajib diisi oleh pihak manajemen dan pertanyaan ini akan diberi skor total dengan bobot perhitungan sebesar 25%. Pertanyaan wajib yang harus diisi oleh pihak manajemen perbankan terdiri dari pertanyaan tentang manajemen resiko dengan bobot 10% dan manajemen umum dengan bobot 15%. (Karo-Karo, 2001). Aspek manajemen pada penelian kinerja bank tidak dapat menggunakan pola yang ditetapkan Bank Indonesia, tetapi diproksikan dengan profit margin (Riyadi, 2003). Alasannya, seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup
Universitas Sumatera Utara
49
manajemen permodalan, manjemen kualitas aktiva, menajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba. NIM (Net Interest Margin). Rasio ini digunakan untuk mengetahui pendapatan bunga bersih dalam 12 bulan yang mampu diperoleh bank apabila dibandingkan dengan rata-rata aktiva produktif bank. Pendapatan bunga bersih ini diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan bunga. Rumus NIM yaitu : NIM =
pendapa tan bersih rata − rata aktiva produktif
(2.6)
2.6.4. Penilaian Rentabilitas
Penilaian rentabilitas penting karena menyangkut kemampuan bank dalam memperoleh laba. Dengan laba yang kuat bank akan dapat berkembang dengan baik. Rentabilitas digunakan untuk menilai keberhasilan bank dalam menghasilkan laba sebelum pajak melalui penanaman yang dilakukan untuk seluruh aktiva yang dimiliki atau berdasarkan kemampuan bank manghasilkan laba setelah pajak berdasarkan modal yang dimiliki. Selain itu, rentabilitas juga dapat dilihat dari pendapatan bunga bersih yang mampu dihasilkan pihak bank bila dibandingkan dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh pihak bank. Rentabilitas juga dinilai berdasarkan total beban operasional yang ditanggung oleh pihak bank dibandingkan dengan kemampuan bank
Universitas Sumatera Utara
50
dalam menghasilkan pendapatan operasional. Rasio yang digunakan dalam perhitungan rasio ini adalah (Surat Edaran Bank Indonesia Nomer 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001): a. ROA (Return On Assets). Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir bila dibandingkan dengan rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. Dengan kata lain, ROA ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menggunakan asset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba kotor. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA (Return On Asset) adalah rasio keuntungan bersih
setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian dari asset yang
dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif
disebabkan laba perusahaan dalam
kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini
menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba. ROA adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari total aktiva. ROA dirumuskan sebagai berikut: ROA =
profi tafter tax total aktiva
(2.4)
b. ROE (Return On Equity). Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat laba setelah pajak dalam 12 bulan terakhir apabila dibandingkan dengan tingkat equity yang dimiliki bank. Dengan kata lain, ROE digunakan untuk mengetahui
Universitas Sumatera Utara
51
kemampuan bank dalam penggunaan modal yang dimiliki untuk menghasilkan laba bersih. ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan suatu laba bagi pemegang saham biasa. Rasio ini menunjukkan bagian keuntungan perusahaan yang berasal dari (atau menjadi hak) modal sendiri. Rasio ini menunjukkan bagian keuntungan yang berasal dari shareholders’ equity (modal sendiri). Rasio ini membandingkan laba bersih setelah pajak (EAT) dan menunjukkan earning power perusahaan.
ROE dapat dirumuskan sebagai
berikut: ROE =
profit after tax total equity
(2.5)
c. BOPO (Beban operasi terhadap pendapatan operasi). Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat perbandingan antara biaya operasional yang ditanggung bank apabila dibandingkan dengan pendapatan oprasional yang mampu dihasilkan. Rasio ini diharapkan kecil karena biaya yang terjadi diharapkan dapat tertutupi dengan pendapatan operasional yang dihasilkan pihak bank. Rumus BOPO yaitu : BOPO =
beban operasi pendapa tan operasi
(2.7)
2.6.5 Penilaian Likuiditas
Likuiditas diukur dengan kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhannya, misalnya untuk rasio lancar (quick ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva lancar dalam menjamin hutang lancar perusahaan. Likuiditas ini dapat dibagi dua, yaitu likuiditas jangka pendek dan likuiditas jangka panjang. Dalam perbankan,
Universitas Sumatera Utara
52
rasio yang digunakan hanya satu, yaitu: LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR merupakan rasio yang menggambarkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang mungkin dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dana ini dapat berupa giro, tabungan, maupun deposito yang dimiliki deposan. LDR, merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Besarnya Loan to Deposit Ratio menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110%. Kasmir (2006). Rumus untuk mencari Loan to Deposit Ratio sebagai berikut: Loan to Deposit Ratio =
Total Loan x100% Total Deposit
(2.8)
2.7. Penilaian Akhir CAMEL
Hasil perhitungan masing-masing rasio tersebut akan menghasilkan besaran tertentu dalam bentuk persen. Setelah digabungkan, hasil penilaian tadi dimasukkan dalam kategori tertentu yang menunjukkkan posisi bank tersebut. Kategori tersebut berdasarkan SK BI No. 30/277/KEP/DIR 19 Maret 1998 adalah sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan yang terakhir adalah tidak sehat. Batasan kategori tersebut adalah : a. Sehat berkisar diatas 81% sampai 100% b. Cukup sehat berkisar diatas 66% sampai 81% c. Kurang sehat berkisar diatas 51% sampai 66% d. Tidak sehat berkisar dibawah 51%
Universitas Sumatera Utara
53
Selain perhitungan CAMEL yang telah diuraikan diatas, bank juga dapat dinilai berdasarkan compliance/violation penalty. Dalam hal ini, bank dinilai berdasarkan pemenuhan ataupun pelanggaran terhadap ketentuan kehati-hatian dalam mengelola bank (Prudential Banking Regulation). Untuk kriteria ini, yang dinilai adalah tiga komponen, yaitu: Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), pelanggaran Giro Wajib Minimum Rupiah (GWM Rupiah), dan pelanggaran Posisi Devisa Netto (PDN). 2.8. Ukuran Kinerja
Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kinerja (performance) adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja keuangan dapat diukur dengan efisiensi, sedangkan efisiensi bisa diartikan rasio perbandingan antara masukan dan keluaran. Dengan pengeluaran biaya tertentu diharapkan memperoleh hasil yang optimal atau dengan hasil tertentu diharapkan mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Kinerja keuangan perusahaan diukur dari efisiensinya diproksikan dengan beberapa tolak ukur yang tercermin di dalam keuangan (Machfoedz, 1999). Kinerja perusahaan pada dasarnya merupakan cermin atas hasil kegiatan dan kondisi yang ada disebuah perusahaan, hasil kegiatan dari perusahaan ini akan dianalisis, dimana hasil dari analisis tersebut akan dapat memperlihatkan kondisi manajemen perusahaan selama periode dilakukannya analisis akan kinerja. Kinerja juga merupakan suatu tingkat dimana para individu dan organisasi dalam suatu
Universitas Sumatera Utara
54
perusahaan berusaha untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien. Anthony dkk, (1999) dalam buku Soni Yuwono,dkk (2003)menyatakan bahwa efektifitas suatu organisasi berkaitan dengan kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan efisiensi menggambarkan beberapa masukan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu unit keluaran. Dengan demikian pengertian kinerja perusahaan merupakan hasil dari berbagai keputusan manajemen yang terus menerus untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien sesuai dengan yang diinginkan pelanggan. Perusahaan sebagai suatu organisasi pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Penilaian tentang apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai atau tidak, tidaklah mudah untuk dilakukan karena berkaitan dengan pertimbangan terhadap aspek manajemen dan lingkungannya. Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu tujuan atau rencana yang telah ditetapkan telah dilaksanakan dalam kegiatan operasi perusahaan adalah dengan mengukur kinerja perusahaan tersebut. Hasil perhitungan masing-masing rasio tersebut akan menghasilkan besaran tertentu dalam bentuk persen. Setelah digabungkan, hasil penilaian tadi dimasukkan dalam kategori tertentu yang menunjukkkan posisi bank tersebut. Kategori tersebut berdasarkan SK BI No. 30/277/KEP/DIR 19 Maret 1998 adalah sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan yang terakhir adalah tidak sehat. Batasan kategori tersebut adalah : 1. Sehat berkisar diatas 81% sampai 100% 2. Cukup sehat berkisar diatas 66% sampai 81%
Universitas Sumatera Utara
55
3. Kurang sehat berkisar diatas 51% sampai 66% 4. Tidak sehat berkisar dibawah 51% Pengukuran kinerja merupakan tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai umpan balik yang akan memberi informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian. Menurut Horngren (2000) informasi-informasi yang digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja bisa merupakan informasi keuangan maupun non keuangan dan dapat juga berdasarkan pengukuran intern dan ekstern, tipe informasi keuangan intern antara lain pendapatan operasi, penjualan dan total aktiva. Sedangkan informasi keuangan ekstern antara lain harga saham. Contoh informasi non keuangan adalah kepuasan pelanggan atas pelayanan perusahaan, jumlah transaksi dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
56
2.9. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu penulis menggUnakan referensi dari : Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No 1
Peneliti Beaver
Tahun 1966
2
Altman
1968
3
Blum
1974
4
1977 Altman, Haldeman dan Narayanan
7
Gunawan
1999
Temuan Meneliti 79 pasangan perusahaan manufaktur berskala besar, masingmasing pasang terdiri dari yang telah bangkrut dan yang tidak bangkrut. Beaver menggunakan 30 rasio keuangan yang dibandingkan selama 5 tahun sebelum kebangkrutan terjadi. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan yang akan bangkrut memiliki rasio yang rendah dan cenderung mengecil sampai bangkrut Meneliti 33 pasang perusahaan manufaktur yang bangkrut dan tidak. Dari 22 rasio yang digunakan, ternyata hanya 5 yang berpengaruh kuat dalam memprediksi kebangkrutan. Rasio-rasio ini cenderung mengecil sampai mengalami bangkrut Menggunakan 5 rasio keuangan, 6 trend dan ukuran variabel keuangan yang berbeda dengan satu variabel return saham meneliti 53 perusahaan bangkrut dan 58 perusahaan tidak bangkrut di sektor retail. Dari 27 rasio yang digunakan maka hanya 7 diantaranya yang memberikan pengaruh paling dominan yaitu ROA, stability of earning, interest coverage ratio, retained earnings to total assets ratio, current ratio, dan common equity to total capital ratio. Keakuratannya berkisar 96% untuk 1 tahun menjelang bangkrut, dan 70% untuk 5 tahun sebelum bangkrut. Hasil uji yang didapat menjelaskan bahwa semua sample memiliki nilai Z < 1,81 yang mengindikasikan bank-bank tersebut mengalami kebangkrutan. Kesimpulkan lain mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara penilaian kesehatan bank yang berdasarkan kepada CAR
Universitas Sumatera Utara
57
Lanjutan Tabel 2.1
8
Luciana Spica 2002 Almilia
dan hasil uji Z Score dimana CAR tinggi belum menjamin bank tersebut memiliki Z Score di atas 2,99 (sehat) atau berada dalam grey area. Kesimpulan terakhir mangatakan bahwa Z Score dapat dipakai sebagai alat analisa saham perusahaan publik untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan yang mengarah pada kebangkrutan atau tidak Sampel penelitian terdiri dari dari 16 bank sehat, 2 bank yang mengalami kebangkrutan dan 6 bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan. Metoda statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan CAMEL memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan. Dalam penelitian ini juga memberikan bukti bahwa rasio CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM dan BOPO secara statistik berbeda untuk kondisi bank bangkrut dan mengalami kesulitan keuangan dengan bank yang tidak bangkrut dan tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan. Penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa hanya rasio keuangan CAR dan BOPO yang secara statistik signifikan untuk memprediksi kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan pada sector perbankan.
2.10. Kerangka Berpikir
Analisis laporan keuangan adalah suatu data kuantitatif yang menjelaskan kemampuan suatu bank dalam menjalankan usahanya. Laporan keuangan secara kuantitatif menghasilkan analisa rasio keuangan yang digunakan sebagai ukuran atau kinerja bank. Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan lima
Universitas Sumatera Utara
58
aspek penilaian, yaitu : 1) Capital; 2) Assets; 3) Management; 4) Earnings; 5) Liquidity yang biasa disebut CAMEL. Aspek-aspek tersebut menggunakan rasio keuangan. Hal ini menunjukan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Secara empiris tingkat kegagalan bisnis dan kebangkrutan bank dengan menggunakan rasio-rasio keuangan model CAMEL dapat diuji sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu : Thomson (1991) dalam Wilopo (2001) yang menguji manfaat rasio keuangan CAMEL dalam memprediksi kegagalan bank di USA pada tahun 1980an dengan menggunakan alat statistik regresi logit, Whalen dan Thomson (1988) dalam Wilopo (2001) menemukan bahwa rasio keuangan CAMEL cukup akurat dalam menyusun rating bank, dan di Indonesia Surifah (1999) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan bank dengan menggunakan model CAMEL.
Rasio Keuangan
CAMEL Kinerja Perbankan
Kondisi Perbankan
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
Gambar 2.2. Rasio Keuangan Model CAMEL
Universitas Sumatera Utara
59
2.11. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : a. Ada pengaruh positif penilaian aspek permodalan terhadap kesehatan bank-bank di Indonesia. b. Ada pengaruh positif penilaian kualitas aktiva produktif terhadap kesehatan bankbank di Indonesia. c. Ada pengaruh positif penilaian aspek manajemen terhadap kesehatan bank-bank di Indonesia. d. Ada pengaruh positif penilaian rentabilitas terhadap kesehatan bank-bank di Indonesia. e. Ada pengaruh positif penilaian likuiditas terhadap kesehatan bank-bank
di
Indonesia.
Universitas Sumatera Utara