BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan teori
2.1.1 Laporan keuangan Setiap pengguna laporan keuangan mengharapkan adanya transparansi dari laporan keuangan agar bisa mengetahui dengan mudah informasi dari suatu perusahaan.Laporan keuangan merupakan laporan akuntansi yang menghasilkan informasi berupa pencatatan dan pengikhtisaran bagi pemakai untuk pengambilan keputusan
pada
periode
tertentu
yang
dapat
menggambarkan
kinerja
perusahaan.Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan no.1 (2007:5) menjelaskan bahwa: Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan
keuangan
yang
lengkap,
dengan
tujuan
untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen. Laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen memiliki tujuan untuk mempertanggungjawabkan kinerja atas tugas yang diberikan oleh pemilik perusahaan, sehingga harus disajikan secara wajar. Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon,
12 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank dan sebagainya.Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku perkiraan, tetapi dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi. Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan keuangan suatu perusahaan pada suatu periode tertentu tentang keseluruhan aktivtas operasi perusahaan baik dari segi aktiva, kewajiban, pendapatan dan kinerja perusahaan.Laporan keuangan terdiri dari neraca,laporan laba rugi,laporan perubahan ekuitas,laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memberikan informasi bagi penggunanya yang merupakan produk akhir dari siklus akuntansi.Dimana laporan keuangan dapat menggambarkan dengan jelas tentang kondisi keuangan suatu perusahaan dan informasi yang diberikan untuk entitas itu sendiri ataupun bagi entitas lainnya. Menurut Standar akuntansi Keuangan (2007:5) menjelaskan bahwa “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan’’. Dengan memperoleh laporan keuangan akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara keseluruhan yang bukan hanya bisa dibaca tapi juga bisa dimengerti tentang posisi keuangan melalui analisis laporan keuangan. PSAK No. 1 paragraf 7 (IAI, 2007 : 1.2) menyatakan bahwa: Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumbersumber daya yang dipercayakan kepada mereka. dan beban termasuk keuntungan.
13 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: (1) aset; (2) kewajiban; (3) ekuitas; (4) pendapatan dan kerugian; dan (5) arus kas. Para pemakai laporan keuangan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila yang dilaporkan tidak saja aspek kuantitatif saja, tetapi mencakup penjelasanpenjelasan lainnya yang dirasa perlu, dan informasi ini harus faktual dan dapat diukur secara objektif. 2.1.2 Auditing 2.1.2.1 Defenisi Auditing Pengertian auditing menurut Alvin Arens, Mark,Elder (2008)yaitu “Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derjat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilalukan oleh orang yang kompeten dan independen”. Menurut Koranth (2002:5) mendefenisikan auditing sebagai : Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan criteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak – pihak yang berkepentingan.
Menurut Mulyadi (2002:9) menjelaskan bahwa “auditing merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk
14 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menetapkan tingkat kesesuaian antara penyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta penyampaian hasilnya kepada pemakai yang berkepenyingan’’. 2.1.2.2 Audit laporan keuangan Menurut Arens (2009:17) menjelaskan ‘’Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi uang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu yang biasanya berlaku yaitu prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum /GAAP.Suatu audit laporan keuangan yang dilakukan sesuai dengan standar auditing yang berterima umum memiliki sejumlah keterbatasan bawaan atau keterbatasan melekat. Salah satunya adalah bahwa auditor bekerja dalam suatu batasan ekonomi yang wajar. Batasan ekonomi antara lain biaya yang memadai
(reasonable cost) dan jumlah waktu yang
memadai (reasonable length of time). Dan juga keterbatasan kerangka kerja akuntansi yang ditetapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang berkaitan dengan kerangka kerja akuntansi yang ditetapkan, yaitu prinsip akuntansi alternatif (alternative accounting principles) dan estimasi akuntansi (accounting estimates). Estimasi adalah bagian yang melekat dengan proses akuntansi, dan tidak seorang pun termasuk auditor dapat meramalkan bagaimana hasil suatu estimasi itu, sehingga hal ini dapat menimbulkan suatu ketidakpastian. Walaupun memiliki keterbatasan, namun audit atas laporan keuangan akan menambah kredibilitas suatu laporan keuangan. Perlunya audit atas laporan keuangan karena adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemakai laporan keuangan, konsekuensi, kompleksitas penyajian laporan keuangan, dan keterbatasan akses dari para pemakai laporan keuangan. Selanjutnya, dari segi ekonomis audit
15 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bermanfaat untuk meningkatkan kredibilitas, efisiensi dan kejujuran, efisiensi operasional, dan mendorong efisiensi pasar modal. Demikian pula, audit bermanfaat dilihat dari sisi pengawasan yang bmeliputi “preventive control”, “detective control”, dan “reporting control”. Dan apabila suatu perusahaan tidak memerlukan auditor independen maka akan kecil kredibilitasnya atas laporan keuangan. 2.1.2.3 Tujuan Audit Menurut SPAP No.01 (2001)‘’tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran , dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum’’. Untuk mencapai tujuan ini, auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Dimana auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan.Dengan melihat tujuan audit spesifik tersebut, agar dapat mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun, dan bagaimana cara menghimpun bukti tersebut. Tujuan umum audit berkaitan dengan keterjadian, kelengkapan, keakuratan, klasifikasi, penetapan waktu dan lainnya. 2.1.2.4 Standar Auditing Standar Auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggungjawab profesionalisnya dalam audit atas laporan keuangan yang mencakup pertimbangan mengenai kualitas professional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan dan bukti.Standar auditing yang berlaku umum (generally accepted auditing standards) yang diperbaharui dengan SAS
16 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
105 dan SAS 113 menjelaskan bahwa “ 10 standar auditing yang berlaku umum dibagi menjadi tiga kategori yaitu standar umum, standar lapangan, standar pelaporan”. Menurut PSA.01 (SA Seksi 150) menyatakan bahwa’’ standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. Prosedur bekaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan sedangkan Standar berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut’’. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (2011:150.1-150.2) dalam Sukrisno Agoes (2012:31),terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar : 1. Standar Umum a. Audit harus dilakukan oleh seorang yang sudah mengikuti pelatihan dan memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang auditor. b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,pengamatan,permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3. Standar Pelaporan a. Auditor dalam laporan auditnya harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyususnan
17 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
laporan keuanganan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c. Penggunaan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan dalam laporan auditor. d. Auditor dalam laporan auditnya harus menyatakan pendapat n mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan.Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan,maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan,jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor(IAPI,2011:150.1 & 150.2) 2.1.3 Teori Kepatuhan Penelitian Siti Suharni dalam Shaleh ( 2013) menyatakan bahwa “teori kepatuhan telah diteliti diteliti pada ilmu-ilmu sosial khususnya di bidang psikologis dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasidalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu’’. Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala. Regulasi tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory) Baron dan Bryne (1991: 387) dinyatakan bahwa : Obedience is a form of social influence in which one or more persons are ordered to do something, and they do it. It is in a sense, the most direct form of social influence. Several strategies can help reduce the occurance of destructive obedience. These include reminding individuals that they share in the responsibility for any harm produced, reminding them that beyond some point obedience is inappropriate, calling into question the motives of authority figures. Dan selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-346/BL/2011, tentang “Jangka Waktu
18 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik”. Peraturan tersebut inilah yang secara hukum menyatakan bahwa adanya kepatuhan setiap individu maupun organisasi (emiten atau perusahaan publik) yang efeknya tercatat di bursa efek di Indonesia dan Bursa Efek di Negara Lain wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan laporan keuangan tersebut kepada masyarakat. Peraturan mengenai penyampaian laporan keuangan berkala dan laporan tahunan ini telah diperbaharui oleh Bapepam pada tahun 2011 dan mulai berlaku kembali pada tanggal 5 Juli 2011.Hal tersebut inilah yang sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory). Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 paragraf 38, “suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lama 4 (empat) bulan setelah tanggal neraca (SAK, 2007) akan tetapi bagi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dituntut untuk mematuhi peraturan berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Nomor 36/PM/2003’’, tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dengan Nomor Peraturan X.K.2 : Laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang pada pokoknya adalah Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal yang ditetapkan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan akan dikenakan sanksi administratif berupa denda berdasarkan ketentuan Pasal 63
19 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal yang menyatakan bahwa ”emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan keuangan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)”. Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban dalam menyampaikan laporan keuangan berkala akan dikenakan sanksi sesuai dengan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep307/BEJ/07-2004, tentang Peraturan Nomor I-H Tentang Sanksi : Khusus bagi Perusahaan Tercatat yang terlambat menyampaikan Laporan Keuangan, Peraturan Nomor I-E tentang Kewajiban Penyampaian Laporan dikenakan sanksi mulai dari Peringatan I sampai dengan peringatan III disertai denda sebesar Rp 50.000.000 sampai Rp 150.000.000, bahkan akan dikenakan suspensi. Pengenaaan sanksi tersebut dilakukan dengan proses-proses tertentu sesuai peraturan. 2.1.4 Ketepatan waktu ( timeliness) Menurut Mc Gee (2007) menjelaskan bahwa’’ salah satu cara untuk mengukur transparansi dan kualitas pelaporan keuangan adalah ketepatan waktu (audit timeliness). Rentang waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal ketika informasi keuangan diumumkan ke public berhubungan dengan kualitas infomasi keuangan yang dilaporkan’’. Informasi yang relevan akan bermanfaat bagi para pengguna apabila disajikan secara tepat waktu sebelum pengguna kehilangan kemampuan untuk mempengaruhi keputusan yang akan diambil. Ada dua cara mendefenisikan ketepatan waktu yaitu:
20 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.
Ketepatan waktu : Ketepatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan
sampai tanggal melaporkan audit. 2.
Ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan. Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
paragraf 24 (SAK, 2007:5) menjelaskan bahwa “laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat informasi laporan keuangan berguna bagi para pengguna.Keempat karakterisktik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat dibandingkan’’. Dalam paragraf 43 (SAK, 2007:8) dinyatakan bahwa tepat waktu merupakan salah satu kendala informasi yang relevan dan andal yaitu Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, sering kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi.Sebaliknya jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan. Menurut Belkaoui (2006) dalam Situmorang(2010)
menjelaskan bahwa
“relevan dan andal merupakan dua kualitas utama, agar relevan informasi harus memiliki nilai prediktif dan nilai umpan balik dan sekaligus pada saat yang sama harus disampaikan pada waktu yang tepat”. Salah satu tujuan kualitatif dari akuntansi keuangan adalah ketepatan waktu, yang artinya komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari adanya kelambatan atau penundaan dalam
21 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pengambilan keputusan ekonomi.Tambahan pula menurut Givoly dan Palmon (1982) dalam Rachmawati (2008:1) bahwa ‘’nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut.Kebutuhan akan ketepatan waktu pelaporan keuangan secara jelas telah disebutkan dalam kerangka dasar penyusunan penyajian laporan keuangan bahwa ketepatan waktu merupakan salah satu karakteristik kualitatif yang harus dipenuhi, agar laporan keuangan yang disajikan relevan untuk pembuatan keputusan. Profesi akuntansi pun mengakui akan kebutuhan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hal ini ditunjukkan dalam pekerjaan akuntan yang selalu berusaha untuk tepat waktu dalam menyajikan laporan keuangan.Ketepatan waktu diukur dengan menggunakan variabel dummy, di mana kategori 0 untuk perusahaan yang
tepat waktu dan kategori 1 untuk
perusahaan yang tidak tepat waktu. 2.1.5 Audit Timeliness Manfaat dari laporan keuangan suatu perusahaan tergantung pada keakuratannya dan ketepatan waktunya. Ketepatan waktu(timeliness) merupakan salah satu faktor penting dalam menyajikan suatu informasi yang relevan. Karakteristik informasi yang relevan harus mempunyai nilai prediktif dan disajikan tepat waktu. Laporan keuangan sebagai sebuah informasi akan bermanfaat apabila informasi yang dikandungnya disediakan tepat waktu bagi pembuat keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kemampuannya dalam mempengaruhi pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan
22 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
relevansinya. Dalam melaksanakan kegiatan audit dibutuhkan perencanan yang merupakan bagian dari prosedur audit, termasuk membuat anggaran waktu (time budget). Anggaran waktu merupakan suatu pedoman yang tidak absolut dan dilakukan dengan menetapkan pedoman mengenai jumlah dari masing-masing bagian audit. Auditor akan melakukan penyimpangan dari program audit akibat suatu kondisi berupa penyimpangan anggaran waktu. Biasanya penyimpangan untuk menunjukkan efisiensi dalam memenuhi anggaran waktu untuk membantu mengevaluasi kinerjanya. Namun jika tujuan pokok audit tidak sesuai maka informasi yang disampaikan tidak akan baik dan menimbulkan kerugian bagipihak tertentu. Proses dalam mencapai ketepatwaktuan dalam menyajikan laporan keuangan auditor independen tidak mudah melihat semakin meningkatnya perkembangan perusahaan di Indonesia yang merupakan hambatan dalam pencapaian harapan untuk laporan keuangan yaitu ketepatan waktu. Hambatan ini dijelaskan Standar Pemeriksaan Kantor Akuntan Publik pada standard ketiga yang menyatakan bahwa ’’audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketentuan serta pengumpulan alat pembuktian yang cukup memadai’’. Audit ketepatan waktu diperlukan dalam penyajian laporan keuangan auditor independen karena akan mempengaruhi pengambilan keputusan terhadap suatu perusahaan. Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Suharni (2013) menggunakan tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya:
23 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Preliminary lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preleminary oleh bursa. 2. Auditor’s report lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani. 3. Total lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa. 2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu audit (audit timeliness) 2.1.6.1 Laba (rugi) bersih Menurut Warren (2006:25) menyatakan bahwa”Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan tentang pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan atau pengaitan (matching concept) yang diterapkan dengan mengaitkan beban dan pendapatn yang dihasilkan’’. Menurut James C.Van Horne (2009) menjelaskan bahwa “laporan laba rugi yaitu ringkasan pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu diakhiri dengan laba atau rugi pada periode tersebut’’. Dan menurut
Agoes
(2004)
“Laporan
laba rugi adalah suatu laporan yang
menggambarkan hasil usaha suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu. Laporan laba rugi bersih banyak diminati oleh pengguna informasi keuangan karena dapat menggambarkan kinerja perusahaannya. Jika terdapat kelebihan pendapatan terhadap beban yang terjadi disebut dengan laba bersih (net income) dan apabila terdapat kelebihan beban terhadap pendapatan disebut rugi bersih (net
24 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
loss).Pengguna laporan keuangan, termasuk investor, cenderung memperhatikan informasi laba atau rugi bersih perusahaan. Menurut Givoly dan Palmon (1982) dalam Rachmawati (2008), bahwa “ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan.Perusahaan yang mendapatkan laba yang besar tidak ada alasan untuk menunda penerbitan laporan keuangan auditan karena ini merupakan berita baik yaitu prestasi yang dicapai cukup menggembirakan’’.Sebaliknya menurut Soetedjo (2006) dalam Situmorang(2010) “perusahaan menderita kerugian akan berusaha memperlambat penerbitan laporan keuangan auditan’’. Waktu pelaporan suatu perusahaan menggambarkan laba atau rugi perusahaan sebab perusahaan yang besar akan berusaha tepat waktu dalam pelaporan. 2.1.6.2 Likuiditas Menurut Fred Weston dalam Kasmir (2009:129) menjelaskan bahwa ’’Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenhi kewajiban jangka pendeknya.Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mencairkan aktiva yang tersedia untuk melunasi hutang (kewajiban) jangka pendek ketika jatuh tempo”. Likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban pada pihak dalam perusahaan ataupun luar perusahaan. Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya (kemampuan) perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat waktu. Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh rasio lancar yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
25 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rasio likuiditas dapat diproksikan dengan rasio lancar, rasio cepat, rasio kas, dan rasio perputaran kas.Penelitian ini menggunakan rasio lancar (current ratio) yaitu dengan membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Ukuran perusahaan dalam kondisi baik tidak hanya sekedar likuid saja, tetapi harus memenuhi standar likuiditas tertentu sehingga tidak membahayakan kewajiban lainnya. Dalam praktiknya standar likuiditas yang baik adalah 200% atau 2:1, namun standar likuiditas ini tidak mutlak dilakukan karena tergantung jenis industrinya. Rasio ini dapat memberikan sebuah ukuran likuiditas yang cepat, mudah digunakan dan mampu menjadi indikator terbaik dari sampai sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah ditutupi oleh aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat (Brigham & Houston, 2006). Penelitian Suharli dan Rachpiliani (2006) dalam Situmorang (2010) memberikan bukti empiris bahwa “ likuiditas mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan dan memiliki hubungan searah. Apabila perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin besar, ini berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya’’. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang tinggi dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya.Hal ini merupakan berita baik (good news) sehingga perusahaan dengan kondisi seperti ini cenderung untuk tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangannya. Rasio Lancar (current ratio) dapat dihitung melalui : Rasio Lancar =
26 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.6.3 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi yang menggambarkan besar kecilnya perusahaan. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat. Dyer dan Mc Hugh (1975), Carslaw dan Kaplan (1991) dan Owusu-Ansah (2000) dalam Situmorang(2010) menjelaskan ’’ukuran perusahaan secara signifikan mempunyai hubungan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Ukuran (proksi) yang mereka gunakan untuk variabel ukuran perusahaan ini adalah dengan total aset’’. Bukti empiris yang ada menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki aset yang lebih besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset yang lebih kecil. Sebab perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke publik.
27 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1.6.4 Audit Report Lag Menurut Wah Lai dan Cheuck (2005) menyatakan ‘’ An audit report lag or audit delay is a period from a companys year-end date to the audit report date’’.Audit Report Lag adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari sejak tutup buku yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera di laporan auditor independen yaitu pada saat auditor independen tersebut meninggalkan pekerjaan lapangan audit. Dalam Standar Umum ketiga menyatakan bahwa”audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian, demikian juga dalam Standar Pekerjaan Lapangan pertama dan ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup memadai’’. Adanya standar ini mengakibatkan proses pengauditan membutuhkan waktu yang relatif lama, akibatnya akuntan publik dapat menunda pengumuman laporan keuangan auditannya. Menurut
Standar
Akuntansi
Keuangan
(2007:5)
“Keterlambatan
penyelesaian audit laporan keuangan dapat disebabkan karena perusahaan berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin keandalan dari laporan keuangan’’. Berdasarkan teori tersebut dapat dikatakan audit report lag mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan, semakin cepat (semakin sedikit hari) audit report lag, maka pelaporan keuangan cenderung semakin tepat waktu, dan sebaliknya semakin lama (semakin banyak hari) audit report lag, maka pelaporan keuangan semakin tidak tepat waktu. Apabila rentang waktu
28 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
proses pengauditan selesai jauh sebelum akhir bulan ketiga, kemungkinan besar perusahaan dapat melaksanakan pelaporan keuangan tepat waktu, dan sebaliknya. 2.2
Tinjauan Terdahulu Mengingat pentingnya pengungkapan dan penyampaian laporan keuangan
maka
banyak
penelitian
dilakukan
untuk
“Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi Audit Timeliness Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia’’.
Seperti Astuti (2007) melakukan penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan dengan hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan bahwa reputasi KAP,opini audit, ukuran
perusahaan,
struktur
kepemilikan,
leverage,
umur
perusahaan,
profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu. Dengan hasil reputasi KAP dan ukuran perusahaan berpengaruh sedangkan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu.
Rachmawati (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh faktor internal dan eksternal Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness,dengan hasil penelitian solvabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh sedangkan KAP, profitabilitas, dan internal auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay dan timeliness.
Wjayanti (2008) melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan Go Publik. Dengan hasil penelitian Debt to Equity Ratio (DER), profitabilitas, ukuran perusahaan,umur perusahaan, opini audit, kualitas kantor audit dan struktur kepemilikan perusahaan
29 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan Go Publik.
Sedangkan Situmorang (2010) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel laba(rugi) bersih, umur perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ketepatan waktu waktu. Sedangkan variabel likuiditas , ukuran perusahaan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ketepatan waktu , dan variabel reputasi KAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatan waktu serta audit report lag
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu Peneliti
Judul
FaktorCristina Dwi Astuti faktor yang mempengar (2007) uhi ketepatan waktu pelaporan keuangan
Variabel
Independen: reputasi KAP, opini audit, ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, leverage, umur perusahaan, profitabilitas. Dependen: Ketepatan waktu Pengaruh Sistya Independen: profitabilitas, Rachmawati Faktor Internal dan solvabilitas, (2008) Eksternal internal auditor,
Analisis Regresi logistik
Hasil Reputasi KAP dan ukuran perusahaan berpengaruh. Sedangkan umur tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu.
Regresi berganda
Solvabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh. Sedangkan KAP,
30 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness
Independen: Debt to Equity Ratio (DER), profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, opini audit, kualitas kantor audit, struktur kepemilikan perusahaan. Dependen: Ketepatan Waktu Gratia M Analisis Independen: laba(rugi)bersih, Situmorang faktorfaktor yang Likuiditas, (2010) mempengar ukuran uhi perusahaan,reput asi kantor ketepatan waktu akuntan tpelaporan public,audit keuangan report lag pada Dependen: perusahaan Ketepatan waktu perkebunan dan pertambang an go public. Ambar Wijayanti (2008)
Faktor yang mempengar uhi ketepatan waktu pelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Publik di BEJ tahun 2004-2005
ukuran perusahaan, KAP Dependen: Ketepatan Waktu
profitabilitas, dan internal auditor tidak berpengaruh.
Regresi logistik
Keenam variabel tidak berpengaruh secara sginifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Regresi logistik
Laba rugi bersih,likuiditas,uk uran perusahaan, umur perusahaan berpengaruh tapi tidak signifikan namun audit report lag dan reputasi KAP berpengaruh secara signifikan
31 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual Permintaan akan audit laporan keuangan meningkat karena kebutuhan para pengguna atas informasi akurat, relevan dan tepat waktu. Sehingga hal ini menuntut
adanya
transparansi
kondisi
perusahaan
khususnya
kondisi
keuangan.Supaya informasi yang disajikan tidak berkurang nilainya maka laporan keuangan harus disajikan secara tepat waktu. Ketepatan waktu akan memberikan andil bagi kinerja yang efisien dipasar saham yaitu sebagai fungsi evaluasi dan pricing yang dapat mengurangi tingkat inside trading dran kebocoran serta rumor yang berkembang di pasar saham. Berdasarkan penelitian sebelumnya ada banyak faktor yang mempengaruhi Audit Timeliness.Hubungannya dapat dilihat sebagai berikut : Bagan Kerangka Konseptual
Laba (Rugi )Bersih (X1)
H1
Likuiditas (X2)
H2 Audit Timeliness
Ukuran Perusahaan (X3)
H3
Audit Report Lag (X4)
H4
(Y)
H5 Gambar 2.1
32 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3.2
Hipotesis Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah dijelas
kan sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: H1 : Laba (Rugi) Bersih berpengaruh terhadap Audit Timeliness pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H2: Likuiditas berpengaruh terhadap Audit Timeliness pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Audit Timeliness pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H4 : Audit Report Lag berpengaruh terhadap Audit Timeliness pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H5: Laba (rugi) bersih,Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Audit Report Lag berpengaruh secara simultan terhadap Audit timeliness pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. .
33 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA