perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori Landasan teori dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi dan konvergensi IFRS. Kedua hal tersebut akan menjadi dasar dalam penelitian untuk mengetahui perbandingan tingkat konservatisme akuntansi laporan keuangan di Indonesia antara sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS. 2.1.1. Konservatisme Akuntansi Menurut FASB, konservatisme didefinisikan dalam SFAC No.2 sebagai a prudent reaction to uncertainty to try to ensure that uncertainties and risks Sementara itu, menurut IASC dalam IAS, konservatisme didefinisikan to make required predictions with uncertain factors and add certain degree of prudence in order not to raise assets or earnings nor to depress debt or expenss
report by the amount of the worst financial results incurred for
accounting method, accounting policies, and during financial reporting. Watts (2003) mendefinisikan konservatisme sebagai prinsip kehatihatian dalam pelaporan keuangan dimana perusahaan tidak terburu-buru dalam mengakui dan mengukur aktiva dan laba serta segera mengakui kerugian dan hutang yang mempunyai kemungkinan akan terjadi. Konservatisme dapat ditafsirkan sebagai tingkat verifikasi yang lebih tinggi terhadap good news dibandingkan bad news (Basu, 1997). Penman dan Zhang (2002) menyatakan bahwa konservatisme adalah pemilihan prinsip akuntansi yang mengarah pada
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
minimalisasi laba yang dilaporkan yaitu mengakui pendapatan lebih lambat, mengakui adanya biaya lebih cepat, dan menilai aset dengan lebih rendah. Beberapa literatur juga membagi konservatisme menjadi dua, yaitu konservatisme tanpa syarat (unconditional conservatism) dan konservatisme bersyarat (conditional conservatism) (Pope and Walker, 2003; Beaver and Ryan, 2005).
Konservatisme tanpa syarat (unconditional conservatism) merupakan
konservatisme yang dilakukan oleh manajemen perusahaan secara rutin tanpa melihat kondisi perusahaan dimana rutin untuk mempercepat pengakuan beban dan rutin untuk menunda pengakuan pendapatan. Salah satu contoh unconditional conservatism adalah metode penyusutan aset dipercepat. Sementara itu, konservatisme
bersyarat
(conditional
conservatism)
merupakan
prinsip
konservatisme yang digunakan apabila terdapat berita-berita atau keadaan yang cukup buruk. Contoh conditional conservatism adalah melakukan penurunan laba apabila dalam keadaan cukup buruk. 2.1.2. Konvergensi IFRS Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), terdapat lima tingkat pengadopsian IFRS (Qomariah, 2013), sebagai berikut ini. 1. Full Adoption Suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan menerjemahkan IFRS sama persis ke dalam bahasa yang negara tersebut gunakan. 2. Adopted Program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada Desember 2008. Adopted maksudnya adalah mengadopsi IFRS namun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut. 3. Piecemeal Suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS, yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja. 4. Referenced (Convergence) Sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar. 5. Not adopted at all Suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS. Di Indonesia, konvergensi IFRS dilakukan melalui tiga tahapan. Pertama adalah tahap adopsi (2008-2011) yang terdiri dari adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, evaluasi, dan pengelolaan dampak dari adopsi terhadap PSAK. Kedua adalah tahap persiapan akhir (2011) merupakan tahap penyelesaian infrastruktur yang diperlukan. Ketiga adalah tahap implementasi (2012) yang merupakan penerapan pertama terhadap PSAK yang sudah di adopsi dari seluruh IFRS dan evaluasi dampaknya secara komprehensif (Kuspratiwi, 2014).
2.2. Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian tentang konservatisme akuntansi telah banyak dilakukan, baik penelitian di luar negeri maupun di dalam negeri. Penelitian mengenai tingkat konservatisme akuntansi di luar negeri antara lain seperti:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Balsari et al. (2010); Hellman (2008); Wang (2013); Givoly dan Hayn (2000); Bertin dan Moya (2013); Ke et al. (2013); Piot et al. (2010); Zhang (2011). Sementara itu, penelitian mengenai tingkat konservatisme akuntansi di dalam negeri antara lain seperti: Aristiya dan Pratiwi (2013); Hikmah (2013); Yustina (2013); Ginting dan Suranta (2014); Wardhani (2009). Untuk penjelasan lebih lengkapnya tentang penelitian terdahulu dapat dilihat pada Lampiran.
2.3. Pengembangan Hipotesis Berdasarkan pada landasan teori di atas, dapat diketahui bahwa ada hubungan antara adanya konvergensi IFRS dengan sikap konservatif yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar pencatatan dan pelaporan akuntansi yang berlaku secara internasional yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Boards (IASB). IASB itu sendiri merupakan sebuah lembaga internasional yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan suatu standar akuntansi yang tinggi, dapat dimengerti, diterapkan, dan diterima secara internasional.
Tujuan
dikeluarkannya
IFRS
adalah
perusahaan
dapat
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi, dapat diperbandingkan dan transparan yang digunakan oleh investor di pasar modal dunia maupun pihakpihak yang berkepentingan lainnya (stakeholder). Dengan adanya IFRS tersebut, standar akuntansi keuangan dunia sebelumnya yaitu US GAAP tidak berlaku lagi dan digantikan dengan IFRS. Sementara itu, negara-negara yang memiliki standar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
akuntansi keuangan sendiri diharapkan melakukan adopsi IFRS dengan mengkonvergensikan standar akuntansinya dengan IFRS. Terdapat beberapa perbedaan antara IFRS dengan standar akuntansi dunia sebelumnya yaitu US GAAP. Sebelum adanya konvergensi IFRS, perusahaan melakukan pencatatan laporan keuangan menggunakan historical cost. Historical cost merupakan pencatatan dengan berdasarkan biaya yang dikeluarkan pada masa lalu yang digunakan sebagai dasar pencatatan laporan keuangan perusahaan pada masa kini. Metode historical cost ini dinilai sebagai metode yang konservatif karena pada prinsipnya perusahaan mengabaikan kemungkinan perubahan nilai dari suatu akun terutama yang bersifat menguntungkan bagi perusahaan (gain). Kemungkinan perubahan nilai tersebut diabaikan karena hal tersebut dianggap tidak dapat dijamin pasti terealisasi atau dengan kata lain masih mengandung unsur ketidakpastian (Aristiya, 2013). Dengan adanya ketidakpastian yang menjadi dasar penggunaan metode historical cost tersebut, maka dapat dikatakan bahwa historical cost merupakan salah satu penerapan prinsip konservatisme sebelum adanya konvergensi IFRS (saat US GAAP masih berlaku). Hal tersebut menjadikan pengukuran atau penilaian aset perusahaan dalam IFRS ditentukan menggunakan fair value atau nilai wajar, meskipun disediakan opsi lain di samping penggunaan nilai wajar. Dalam IFRS, prinsip konservatisme akuntansi seakan-akan berkurang tingkat penerapannya atau dapat dikatakan dihilangkan. Akan tetapi, dalam IFRS prinsip konservatisme diganti dengan prinsip yang bernama prudence. Prudence merupakan pendapatan yang boleh diakui meskipun masih berupa potensi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
sepanjang memenuhi ketentuan pengakuan pendapatan (revenue recognition) dalam IFRS. Walaupun dalam IFRS prinsip konservatisme digantikan dengan prinsip prudence, tetapi pada dasarnya kedua prinsip tersebut juga merupakan prinsip kehati-hatian manajemen dalam membuat laporan keuangan. Setelah adanya konvergensi IFRS, prinsip konservatisme cenderung bersifat kondisional (conditional conservatism) dimana prinsip konservatisme tersebut akan muncul apabila perusahaan menghadapi tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam kegiatan operasionalnya. Oleh karena itu, IFRS sebagai principle based accounting system lebih menggunakan professional judgment dalam melakukan penilaian suatu akun. Profesional judgment membuat perusahaan menjadi lebih optimis karena perusahaan dapat mengakui perubahan nilai suatu akun sesuai dengan nilai wajar. Jika dibandingkan dengan akuntansi konvensional, konvergensi IFRS lebih fokus terhadap fair value yang lebih mementingkan relevansi sehingga terjadi ketergantungan yang semakin tinggi terhadap estimasi dan berbagai judgement (Hellman, 2008). Ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa konservatisme justru meningkat setelah adanya konvergensi IFRS (Balsari, 2010; Bertin dan Moya, 2012; Wardhani, 2010; Zhang, 2012). Akan tetapi, ada pula penelitian yang menyatakan bahwa konservatisme menurun setelah adanya konvergensi IFRS (Aristiya dan Pratiwi, 2013; Ginting, 2014; Piot et al., 2010; Ke et al., 2013). Hal tersebut menunjukkan inkonsistensi hasil penelitian yang berkaitan dengan pengaruh konvergensi IFRS terhadap konservatisme akuntansi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Ha : Tingkat konservatisme akuntansi laporan keuangan sebelum konvergensi IFRS lebih tinggi daripada sesudah konvergensi IFRS.
2.4. Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang, tinjauan pustaka, dan penelitian terdahulu, maka penelitian ini akan membandingkan tingkat konservatisme akuntansi sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS. Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah konvergensi IFRS, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi. Atas dasar keterkaitan antar variabel dan penjelasan di atas, dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut. Gambar 2.1 Model Penelitian µ1
> <
µ2
Keterangan: µ1 : rata-rata tingkat konservatisme akuntansi laporan keuangan sebelum IFRS µ2 : rata-rata tingkat konservatisme akuntansi laporan keuangan sesudah IFRS
commit to user