BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teoritis
1.
Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan informasi yang
memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk mengetahui kondisi perusahan pada masa tertentu atau masa pelaporan yang tepat dalam pengambilan keputusan, informasi yang didapat tergantung pada tingkat pengungkapan dari laporan keuangan yang bersangkutan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menyatakan: Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007: 1.2).
Dalam prakteknya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti: a. Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh. b. Laporan perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab terjadinya perubahan modal di perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
c. Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. d. Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahan, baik yang berpengaruh langsung maupun yang tidak langsung terhadap kas. e. Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan: 1) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih 2) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas 3) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar misalnya pengungkapan kontijensi, komitmen dan pengungkapan lainnya.
2.
Tujuan Laporan Keuangan Tujuan umum laporan keuangan menurut PSAK No. 1 paragraf 12
disebutkan bahwa ”tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen
Universitas Sumatera Utara
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan oleh manajemen agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan, keputusan mengganti manajemen dan keputusan pemberian kredit. Menurut APB Statement No. 4 yang dikutip oleh Harahap (2007:122) menggambarkan tujuan laporan keuangan dengan membaginya menjadi dua, yaitu: a. Tujuan khusus Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi berterima umum. b. Tujuan umum Memberikan informasi tentang sumber ekonomi, kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban serta informasi lainnya yang relevan. Tujuan laporan keuangan berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan adalah untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan yang dapat digunakan baik oleh pihak intern maupun ekstern perusahaan.
3.
Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Tingkatan pengungkapan menurut Harahap (2007: 85), terdiri atas
adequate, fair dan full. Adequate yaitu informasi minimum yang harus disajikan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengungkapan yang memadai bukan berarti banyaknya penggunaaan kata-kata atau kalimat-kalimat yang panjang lebar, melainkan pengungkapan persoalan-persoalan yang dianggap penting oleh
Universitas Sumatera Utara
auditor sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyesatkan para pembacanya dan tidak merugikan bagi perusahaan atau pemegang saham. Karena kewajaran penyajian, laporan keuangan bergantung pada cukup tidaknya pengungkapanpengungkapan mengenai hal-hal yang cukup materiil. Hal-hal yang cukup materiil dan perlu diungkapkan adalah erat hubungannya dengan: a. Bentuk, susunan dan isi laporan keuangan serta penjelasan-penjelasan yang dilampirkan b. Istilah-istilah yang digunakan. c. Banyaknya perincian-perincian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan. d. Dasar penilaian atau penentuan dari jumlah-jumlah yang tercantum e. Dalam laporan keuangan, misalnya dasar penilaian persediaan, dasar penentuan penyusutan aktiva tetap. f. Aktiva-aktiva yang dipakai sebagai jaminan pinjaman. g. Deviden yang tertunggak, pembatasan pembagian deviden dan hutanghutang yang bersyarat. h. Adanya kepentingan-kepentingan yang berafiliasi atau yang menguasai serta sifat dan volume transaksi-transaksi dengan kepentingan tersebut. Fair yaitu aturan etis tentang perlakuan yang sama kepada pemakai laporan mengandung sasaran etis dengan menyediakan informasi yang layak terhadap investor, dan full yaitu menyangkut kelengkapan penyajian informasi. Konsep full disclosure mewajibkan agar laporan keuangan atau laporan tahunan harus disajikan sebagai kumpulan potret dari kejadian ekonomi yang mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode dan berisi cukup informasi
Universitas Sumatera Utara
sehingga membuat orang baik umum atau investor paham dan tidak salah tafsir terhadap laporan tersebut (Harahap, 2007: 84). Menurut Hendriksen (2002: 436), “pengungkapan laporan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure)”. Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku.
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan melebihi pengungkapan wajib yang diharuskan oleh standar akuntansi yang berlaku. Setiap perusahaan publik diwajibkan melakukan pengungkapan mengenai informasi yang berhubungan dengan kondisi internal perusahaan seperti kondisi manajemen, kinerja perusahaan dan sebagainya. Di Indonesia yang menjadi otoritas pengungkapan wajib adalah Bapepam-LK. Melalui Surat Edaran Ketua Bapepam-LK No. SE02/PM/2002 tanggal 27 Desember tahun 2002 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan menyebutkan setiap perusahaan publik disyaratkan melakukan pengungkapan atas laporan keuangan perusahaan sebanyak 68 item (lihat lampiran i). Namun ada juga perusahaan yang tidak mengungkapkan secara lebih luas laporan keuangannya karena menganggap pengungkapan lengkap hanya akan menyesatkan dan berakibat pada kegagalan pasar. Pengungkapan akan membantu pesaing dengan merugikan pemegang saham. Selain itu, pengungkapan yang luas akan menimbulkan lebih banyak biaya dibandingkan dengan manfaat yang
Universitas Sumatera Utara
diterima oleh perusahaan.
Oleh karena itu, hanya sebagian perusahaan yang
melakukan pengungkapan sukarela.
4.
Karakteristik Perusahaan dan Pengaruhnya Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan
dalam laporan keuangan, karakteristik perusahaan merupakan prediktor kualitas pengungkapan. Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda satu entitas dengan entitas lainnya. Lang dan Lundholm (1994) dalam Subiyantoro (1996: 3) mengatakan dalam konteks laporan keuangan membagi karakteristik perusahaan menjadi tiga kategori yakni variabel struktur (structure related variables) meliputi ukuran perusahaan dan kemampuan melunasi hutangnya. Kedua adalah variabel kinerja (performance related variables) mencakup likuiditas perusahaan dan profitnya. Terakhir adalah variabel pasar (market related variables) dilihat dari porsi saham, umur perusahaan, dan status perusahaan dan jenis industri. Menurut Jogiyanto (2000:89), ”karakteristik peusahaan merupakan halhal yang berhubungan dengan kondisi internal perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, SDM dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan”. Dengan demikian dapat dipahami bahwa karakteristik perusahaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi internal perusahaan yang dapat mempengaruhi suatu kondisi dalam perusahaan tersebut. Karakteristik perusahaan meliputi : a. kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional
Universitas Sumatera Utara
b. kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan c. manfaat bagi perekonomian nasional Sebagai sarana akuntabilitas, pengungkapan laporan keuangan harus memiliki kualitas. Tingginya kualitas laporan keuangan sangat erat hubungannya dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh karakteristik suatu perusahaan. Dalam penelitian ini, karakteristik perusahaan tercermin dalam ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage dan porsi saham publik.
a.
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan dalam kaitannya
dengan struktur perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan. Semakin besar aktiva, maka semakin besar modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar. Dari ketiga variabel ini, peneliti menggunakan variabel total aktiva dalam mengukur ukuran perusahaan karena nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan penjualan dan kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu perusahaan kecil, perusahaan menengah dan perusahaan besar.
Berdasarkan
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 46/M-DAG/PER/ 9/2009
Universitas Sumatera Utara
tentang perubahan atas peraturan menteri perdagangan Republik Indonesia No. 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang penerbitan surat izin usaha perdagangan, pasal 3 mengelompokkan ukuran perusahaan atas: 1) perusahaan kecil yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2) perusahaan menengah yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 3) perusahaan besar yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Menurut Almilia (2007: 5), “perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analis, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas daripada perusahaan kecil”.
Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar
maupun publik secara umum.
Mengungkapkan lebih banyak informasi yang
berhubungan dengan kondisi internal perusahaan baik yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, SDM dan keuangan perusahaan merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik.
b.
Profitabilitas Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh
manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba
Universitas Sumatera Utara
yang dihasilkan.
Rasio profitabilitas terkait dengan penjualan dan investasi
perusahaan karena kedua variabel ini menunjukkan efektivitas operasional keseluruhan perusahaan. Pada umumnya, investor sangat memperhatikan rasio profitabilitas, misalnya untuk melihat keuntungan yang akan diterima dalam bentuk deviden. Selain itu, analisis profitabilitas merupakan evaluasi atas tingkat pengembalian investasi perusahaan dimana analisis ini berfokus pada sumber daya perusahaan dan tingkat profitabilitas dengan melibatkan pengukuran terhadap pemicu profitabilitas yaitu margin dan perputaran. Beberapa pengukuran dalam menghitung rasio profitabilitas: 1) laba bersih atas penjualan (net profit margin/NPM) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui penjualan. Cara menghitung NPM adalah dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan bersih. Net profit margin =
Laba bersih Penjualan bersih
Menurut Kasmir (2008: 201) menyatakan bahwa perusahaan dikatakan baik jika NPM yang dimiliki oleh perusahaan diatas rata-rata industri pada umumnya yakni di atas 20%. 2) pengembalian atas total aktiva (return on total asset/ROA) Pengembalian atas total aktiva dihitung dengan membagi laba bersih sebelum bunga dan pajak terhadap rata- rata total aktiva. Rasio ini menilai efektivitas dan intensitas aktiva dalam menghasilkan laba. ROA =
Laba bersih sebelum bunga dan pajak rata - rata total aktiva
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kasmir (2008: 203), rata-rata industri untuk ROA adalah 30%. Perusahaan dikatakan baik jika mampu mencapai ROA di atas rata-rata industri. 3) pengembalian atas total ekuitas (return on total equity/ROE) Pengembalian atas total ekuitas dihitung dengan membagi laba bersih dengan rata- rata ekuitas pemegang saham. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. ROE =
Laba bersih rata - rata total ekuitas
Menurut Kasmir perusahaan dikatakan baik jika ROE yang dimiliki oleh perusahaan diatas rata-rata industri pada umumnya yakni di atas 40% (Kasmir, 2008: 205) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio laba bersih setelah pajak terhadap penjualan bersih (net profit margin/NPM) karena rasio ini menunjukkan laba yang terkait dengan penjualan. NPM dapat diinterpretasikan sebagai tingkat efisiensi perusahaan, yaitu sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan. Semakin tinggi NPM maka semakin efektif suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya. Almilia (2007: 5), menyatakan bahwa “net profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu”. Perusahaan yang menghasilkan laba (profitable) yang tinggi juga akan menghasilkan disclosure yang lebih luas atas laporan keuangannya. Hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
disebabkan manajemen perusahaan ingin meyakinkan bahwa perusahaan dalam posisi persaingan yang kuat dan memperlihatkan kinerja manajemen yang baik. Selain itu, manajemen juga ingin meyakinkan kepada investor dan kreditor bahwa operasi perusahaan berjalan dengan efisien.
c.
Likuiditas Kasmir (2008: 130) menyatakan rasio likuiditas sering disebut rasio modal
kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Rasio Likuiditas menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak tidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan datang. Dapat dipahami bahwa rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera jatuh tempo dengan sumber jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Dua rasio likuiditas yang sering digunakan adalah : 1) Rasio lancar (Current Ratio/CR) Rasio lancar adalah rasio yang paling sering digunakan. Menurut Kasmir (2008: 134) rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Dengan kata lain,
Universitas Sumatera Utara
seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau hutang lancarnya. Rasio Lancar =
Aktiva Lancar hutang Lancar
Menurut Kasmir perusahaan dikatakan baik jika perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancarnya mencapai 200% atau 2:1 (Kasmir, 2008: 131). 2) Rasio cepat (Quick Ratio/Acid Test ratio) Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (Kasmir, 2008: 136) Menurut Kasmir (2008: 137) rasio cepat dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan kemudian membagi hasilnya dengan kewajiban lancar. Rasio Cepat =
Aktiva Lancar - Persediaan Hutang Lancar
Perusahaan dikatakan lebih baik dari perusahaan lain jika perusahaan mampu mancapai perbandingan rasio cepat 1,5 kali (Kasmir, 2008: 138). Dalam penelitian ini menggunakan rasio lancar. Alasan peneliti lebih mengutamakan rasio lancar dibandingkan dengan rasio cepat karena pada rasio lancar persediaan termasuk ke dalam aset lancar berbeda dengan rasio cepat yang justru mengurangkan persediaan dari aset lancarnya. Dalam perusahaan barang konsumsi, persediaan juga sangat memegang peranan penting, karena dapat dijaminkan untuk menjamin hutang perusahaan. Kesehatan suatu perusahaan yang dicerminkan dengan tingginya rasio likuiditas yang diukur dengan rasio lancar akan berhubungan dengan kelengkapan tingkat pengungkapan. Secara finansial
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang kuat lebih banyak mengungkapkan informasi daripada perusahaan yang lemah.
d.
Leverage Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan
hutang dimana hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditor, bukan dari pemegang saham atau investor. Leverage dapat dikatakan sebagai pinjaman sehingga suatu perusahaan dapat membeli lebih banyak aktiva dibandingkan yang disediakan pemegang saham melalui investasi mereka. Menurut Stice, dkk (2005: 787), “para investor biasanya lebih menginginkan leverage yang tinggi untuk meningkatkan ukuran perusahaan mereka tanpa harus meningkatkan investasi mereka, tetapi para kreditor (lender) lebih memilih leverage yang rendah untuk meningkatkan keamanan pinjaman mereka”. Ada beberapa pengukuran dalam menghitung rasio leverage yaitu : 1) rasio hutang terhadap aktiva (debt to asset ratio/DTAR) Rasio hutang terhadap aktiva dihitung dengan membagi total hutang terhadap total aktiva. Rasio ini mengukur jumlah aktiva yang didanai dengan hutang. Debt to asset ratio =
Total Hutang Total Aktiva
Rata-rata rasio hutang terhadap total aktiva untuk industri adalah 35% (Kasmir, 2008: 157)). Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang. Perusahaan akan dikatakan baik jika
Universitas Sumatera Utara
perusahaan mampu mencapai rata-rata rasio hutang terhadap total aktiva dibawah rata-rata industri. 2) rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DTER) Rasio hutang terhadap ekuitas dihitung dengan membagi total hutang dengan total ekuitas. Rasio ini menggambarkan kemampuan modal sendiri dalam menjamin hutang. Debt to equity ratio =
Total Hutang Total Ekuitas
Rata-rata rasio hutang terhadap total ekuitas untuk industri adalah 80% (Kasmir, 2008: 159)). Perusahaan akan dikatakan baik jika perusahaan mampu mencapai rata-rata rasio hutang terhadap total ekuitas dibawah rata-rata industri. 3) rasio kelipatan pembayaran bunga (time interest earned ratio) Rasio kelipatan pembayaran bunga dihitung dengan membagi jumlah laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini digunakan untuk menunjukkkan kemampuan laba sebelum bunga dan pajak untuk membayar beban bunga. Kelipatan Pembayaran bunga =
Laba sebelum bunga dan pajak Beban bunga
Kelipatan pembayaran bunga untuk industri adalah 10 kali (Kasmir, 2008: 162). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio hutang terhadap aktiva (DTAR) karena rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditor.
Selain itu, DTAR adalah rasio yang sangat diperhatikan oleh
Universitas Sumatera Utara
kreditor untuk mendapatkan perlindungan jika terjadi risiko.
Kreditor akan
mengamati DTAR untuk menilai efisiensi dari kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi DTAR, maka semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Horne (2005: 210), menyatakan bahwa “semakin tinggi debt to asset ratio, maka semakin besar risiko keuangannya”. Penggunaan utang yang tinggi akan meningkatkan profitabilitas, namun utang yang tinggi juga akan meningkatkan risiko (Hanafi, 2004: 41). Adanya pinjaman atau hutang menuntut adanya pertanggungjawaban perusahaan baik dalam pemakaian maupun pengembalian pinjaman.
Pihak
kreditor memerlukan informasi mengenai keadaan finansial debitor untuk meyakinkan bahwa debitor dapat memenuhi kewajibannya saat jatuh tempo. Seiring dengan tuntutan kreditor terhadap informasi tersebut, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan melakukan pengungkapan yang lebih komperehensif (Irawan, 2006: 21).
e.
Porsi Saham Publik Saham-saham pada Perusahaan go public bebas dimiliki oleh publik.
Menurut Suta (2002:93) umumnya komposisi saham perusahaan yang telah go public masih belum seimbang antara founder dengan pemegang saham publik. Sekitar 70% saham masih dikuasai oleh founder dan 30% sisanya dimiliki oleh publik. Perbedaan komposisi kepemilikan tersebut (equity gap) menyebabkan pemegang saham publik memiliki bargaining position yang lemah. Porsi saham
Universitas Sumatera Utara
publik diukur dengan rasio jumlah saham yang dimiliki masyarakat (publik) dengan total saham perusahaan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar saham perusahaan yang dimiliki oleh publik. Perusahaan yang sahamnya banyak dimiliki publik menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi dimata masyarakat dalam memberikan imbalan (deviden) yang layak dan dianggap mampu beroperasi terus menerus (going concern). Alasan inilah yang menyebabkan perusahaan menganggap perlunya pengungkapan atas informasi mengenai porsi saham publik dalam laporan keuangan perusahaannya (Irawan, 2006: 22).
B.
Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan replikasi dari peneliti terdahulu (Setyoko, Sari,
dan Hidayat). Setyoko (2006) menganalisis tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan 20 perusahaan yang dijadikan sampel pada tahun pengamatan 2003. Hasil penelitian ini memyimpulkan bahwa karakteristik perusahaan yang tercemin dalam leverage, profitabilitas, likuiditas dan porsi saham publik secara simultan memiliki pengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Namun secara parsial hanya porsi saham publik yang memiliki pengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sedangkan leverage, profitabilitas dan likuiditas tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Sari (2008) menganalisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan 32 perusahaan manufaktur sebagai sampel dengan periode pengamatan tahun 2006. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa karakteristik perusahaan yang tercermin dalam likuiditas, ukuran perusahaan, proporsi kepemilikan saham, leverage dan umur perusahaan secara simultan memiliki pengaruh yang positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Namun, secara parsial ukuran perusahaan dan likuiditas yang memiliki pengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sementara proporsi kepemilikan saham, leverage dan umur perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan laporan keuangan. Hidayat (2008), menganalisi tentang pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan food and baverages yang terdaftar di bursa efek Jakarta. Penelitian ini menggunakan 20 perusahaan sebagai sample dengan periode pengamatan tahun 2005-2006. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa karakteristik perusahaan yang tercermin melalui ukuran perusahaan, likuiditas, leverage dan profitabilitas secara simultan memiliki pengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Namun, secara parsial hanya likuiditas yang tidak memiliki pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Ringkasan penelitian terdahulu ini dapat dilihat pada tabel 2.1
Universitas Sumatera Utara
Nama Peneliti Danan List Setyoko (2006)
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Variabel Indikator Metode Penelitian Analisis Analisis Regresi Independen: Leverage, karakteristik profitabilitas, Berganda perusahaan likuiditas, porsi saham Dependen: Kelengkapan publik Pengungkapan Laporan Keuangan
Hasil Penelitian
Karakteristik perusahaan (leverage, profitabilitas, likuiditas, porsi saham publik) secara simultan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Secara parsial hanya porsi saham publik yang memiliki pengaruh terhadap kelengkapan laporan keuangan Diah Analisis regresi Secara simultan rasio Independen: Likuiditas, Ika Sari Karakteristik porsi saham Berganda likuiditas, porsi saham, (2008) perusahaan publik, ukuran perusahaan,umur ukuran perusahaan berpengaruh Dependen: Kelengkapan perusahaan, terhadap kelengkapan Pengungkapan umur pengungkapan laporan Laporan perusahaan, keuangan Keuangan leverage Secara parsial, likuiditas, ukuran perusahaan yang hanya mamiliki pengaruh sedangkan porsi saham, dan umur leverage perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan Fendi Analisis regresi Secara simultan ukuran Independen: Leverage, Rohman karakteristik profitabilitas, Berganda perusahaan, leverage, Hidayat perusahaan ukuran profitabilitas,dan likuiditas (2008) perusahaan, memiliki pengaruh yang Dependen: Kelengkapan likuiditas signifikan terhadap pengungkapan kelengkapan Laporan pengungkapan laporan Keuangan keuangan. Secara parsial hanya likuiditas yang tidak punya pengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan
Universitas Sumatera Utara
C.
Kerangka Konseptual Berdasarkan tinjauan teoritis,
penelitian terdahulu
dan kerangka
konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan (X1)
Profitabilitas (X2) Karakteristik Perusahaan (X)
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan (Y)
Likuiditas (X3) Leverage (X4) Porsi Saham Publik (X5) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting (Sumarni, 2006: 27).
Suatu kerangka berpikir akan
menghubungkan secara teoritis antar variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Selain itu, kerangka konseptual merupakan penjelasan sementara gejala- gejala yang menjadi objek permasalahan atau sintesis tentang hubungan antarvariabel yang disusun dari berbagai teori yang telah diuraikan. Kerangka
Universitas Sumatera Utara
konseptual yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang diteliti (Sugiyono, 2007: 47). Beberapa karakteristik perusahaan yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, ukuran perusahaan, status perusahaan, umur perusahaan dan sektor perusahaan. Variabel independen pada penelitian ini adalah karakteristik perusahaan yang tercermin melalui ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage dan porsi saham publik sedangkan variabel dependennya adalah kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah hubungan satu arah atau hubungan positif. Semakin besar ukuran perusahaan akan cenderung semakin lengkap mengungkapkan laporan keuangannya karena perusahaan memiliki banyak informasi yang harus diungkapkan. Semakin tinggi rasio profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan semakin tingginya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan menunjukkan semakin baik kinerja perusahaannya. Dengan laba yang tinggi perusahaan akan cukup dana dalam mengumpulkan, mengelompokkan, mengolah informasi menjadi lebih bermanfaat serta dapat menyajikan pengungkapan yang lebih komperehensif. Likuiditas perusahaan yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi hutang jangka pendeknya. Dapat dikatakan perusahaan tersebut dalam kondisi yang sehat. Kekuatan perusahaan yang ditunjukkan dengan rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan tingkat pengungkapan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada harapan bahwa kuatnya finansial suatu perusahaan
Universitas Sumatera Utara
akan cenderung memberi pengungkapan yang lebih untuk memberikan informasi yang lebih luas dari pada perusahaan yang memiliki kondisi finansial yang lemah. Selain itu perusahaan dengan kondisi finansial yang kuat diangggap mampu menanggung biaya-biaya yang ditimbulkan dengan adanya pengungkapan yang lebih luas. Leverage menunjukkan proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dengan utang. Semakin tinggi rasio leverage, maka semakin besar jumlah pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Dalam memberikan pinjaman kreditor akan memerlukan informasi mengenai keadaan finansial perusahaan untuk melihat resiko yang mungkin terjadi. Seiring tuntutan kreditor akan informasi inilah yang menyebabkan perusahaan perlu melakukan pengungkapan yang lebih lengkap. Semakin besar proporsi saham yang dimiliki oleh publik mengharuskan perusahaan memberikan informasi selengkaplengkapnya kepada publik. Karena hal ini menunjukkan kredibilitas perusahaan itu sendiri dimata publik. Hubungan satu arah atau hubungan positif terjadi karena kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sangat dipengaruhi secara positif oleh karakteristik perusahaan yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage dan porsi saham publik
D.
Hipotesis Penelitian Menurut Indriantoro (2002: 73), “hipotesis menyatakan hubungan yang
diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris”. Hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan
Universitas Sumatera Utara
pengujian secara empiris (Sugiyono, 2007: 51). Hipotesis penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini berdasarkan tinjauan teoritis, penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual adalah karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage dan porsi saham publik) memiliki pengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara