BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Laporan Keuangan 2.1.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Jenisnya Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi di dalam suatu perusahaan. Transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolong-golongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. Berbagai tindakan tersebut tidak lain adalah merupakan proses akuntansi yang pada hakikatnya merupakan “seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi-transaksi dan peristiwaperistiwa, yang setidak-tidaknya sebagian bersifat finansial, dalam cara yang tepat dan dalam bentuk rupiah, dan penafsiran akan hasil-hasilnya.” Dalam praktiknya, laporan keuangan oleh perusahaan tidak dibuat secara serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku yaitu SAK di Indonesia. Hal ini perlu agar dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti. Setiap perusahaan wajib untuk membuat dan melaporkan keuangan perusahaannya pada suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan kemudiaan dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Kemudian laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai
14
Universitas Sumatera Utara
persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya. Laporan keuangan di Indonesia dapat berupa laporan triwulan, semesteran, maupun laporan tahunan. Menurut Hanafi (2007:63)“Laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberikan informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, dapat memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan resiko perusahaan”.Menurut Djarwanto (2004:5) “Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian
atau
mempunyai
kepentingan
dengan
data
keuangan
perusahaan”.Menurut Harahap (2008:105) “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil suatu perusahaan pada saat tertentu jangka waktu tertentu. Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan”.Menurut PSAK No.1(Revisi 2009:1.5) mengemukakan bahwa “Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”. Dapat disimpulkan dari pernyataan-pernyataan tersebut bahwa laporan keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu dengan penyajian yang terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang dapat disusun berdasarkan transaksi dan peristiwa finansial perusahaan yang dalam praktiknya dibuat berdasarkan aturan dan standar yang berlaku agar mudah dibaca 15
Universitas Sumatera Utara
dan dimengerti yang nantinya dapat dijadikan sebagai sumber informasi keuangan yang handal, dapat memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan resiko perusahaan dan memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam praktiknya yang lazim, dikenal beberapa komponenlaporan keuangan lengkap menurut Ikatan Akuntan Indonesia (ED PSAK No. 1, 2015:11) yang terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Laporan posisi keuangan pada akhir periode; Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode; Laporan perubahan ekuitas selama periode; Laporan arus kas selama periode; Catatan atas laporan keuangan, berisi kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lain; Informasi komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya sebagaimana ditentukan dalam paragraf 38 dan 38A; dan Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya sesuai dengan paragraf 40A-40D.
2.1.1.2. Tujuan Laporan Keuangan Seperti diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat sudah pasti memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen perusahaan. Disamping itu, tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
16
Universitas Sumatera Utara
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi (PSAK No. 1, Revisi 2009:1.5). Menurut Kasmir (2012:10)“Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahan”. Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekedar dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahan saat ini. 2.1.1.3. Pengguna Laporan Keuangan Pengguna laporan keuangan meliputi pemegang saham, investor, analis pasar modal, manajer, karyawan dan serikat pekerja, instansi pajak, pemberi dana (kreditur), supplier, pemerintah atau lembaga pengatur resmi, langganan atau lembaga
konsumen,
peneliti/akademisi/lembaga
lembaga peringkat.
swadaya Para
masyarakat,
pengguna
laporan
dan keuangan
menggunakannya untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbedabeda. 2.1.1.4. Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Brigham dan Houston (2012:102) bahwa:
17
Universitas Sumatera Utara
Pada waktu yang bersamaan, investor perlu waspada ketika meninjau laporan keuangan. Jika perusahaan diharuskan untuk mengikuti GAAP, manajer masih memiliki diskresi yang cukup luas dalam memutuskan bagaimana dan kapan suatu transaksi dilaporkan. Akibatnya, dua perusahaan dengan situasi operasi yang sama persis mungkin melaporkan laporan keuangan yang memberikat kesan berbeda tentang kekuatan finansialnya. Beberapa variasi laporan keuangan yang dapat berasal dari perbedaan pendapat tentang tata cara yang benar dalam mencatat suatu transaksi. Sepanjang mereka tetap mengikuti GAAP, tindakan-tindakan seperti ini bukanlah suatu tindakan illegal. Namun, perbedaan seperti ini membuat investor makin sulit untuk membandingkan perusahaan dan menilai kinerja yang sebenarnya. 2.1.1.5. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu ‘Analisis’ dan ‘Laporan Keuangan’. Kata analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil, sedangkan laporan keuangan adalah Neraca, Laba/Rugi, dan Arus Kas (Shavira,2016). Kalau dua pengertian ini digabungkan, analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Pengertian lain tentang Analisis Laporan Keuangan ini diberikan oleh penulis lain sebagai berikut : Menurut Djarwanto (2004:59) : Analisis Laporan Keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan yang dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur18
Universitas Sumatera Utara
unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah perkembangannya. Menurut Wild dan Subramanyam (2013:4)“Analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis”.Dengan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu metode yang membantu para pengambil keputusan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan yang nantinya akan menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan,
dan
intuisi
dalam
pengambilan
keputusan,
serta
mengurangi
ketidakpastian analisis bisnis. Analisis ini tidak mengurangi perlunya penilaian ahli, namun menyediakan dasar yang sistematis dan efektif untuk analisis bisnis (Andi, 2011).Dalam menganalisis laporan keuangan masing-masing pihak mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Perbedaan kepentingan akan membawa perbedaan dalam cara menganalisis laporan keuangan dan perbedaan dalam tekanan-tekanan yang diberikan pada analisis tersebut. Dengan kata lain penafsiran atas hasil analisis laporan keuangan suatu perusahaan akan tergantung pada kedudukan dan kepentingan masing-masing pihak terhadap perusahaan yang bersangkutan. 2.1.1.6. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
19
Universitas Sumatera Utara
Tujuan analisis laporan keuangan mempunyai maksud untuk menegaskan apa yang diinginkan atau diperoleh dari analisis yang dilakukan. Dengan adanya tujuan, analisis selanjutnya akan dapat terarah, memiliki batasan dan hasil yang ingin dicapai.Menurut Wild dan Subramanyam (2013: 4) : Analisis keuangan merupakan bagian dari analisis bisnis. Analisis bisnis merupakan analisis atas prospek dan dan risiko perusahaan untuk kepentingan pengambilan keputusan bisnis. Analisis bisnis membantu pengambilan keputusan dengan menstrukturkan tugas analisis melalui evaluasi atas lingkungan bisnis perusahaan, strateginya, serta posisi dan kinerja keuangannya. Dari sudut lain tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein dalam Harahap (2008:197) adalah sebagai berikut : 1.
2. 3.
4.
Screening. Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger. Forcasting. Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Diagnosis. Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalaam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain. Evaluation. Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi, dan lain-lain.
2.1.1.7. Objek Analisis Laporan Keuangan Menurut Harahap (2008:198) objek analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1.
2.
Analisis Laba/Rugi Komprehensif Analisis laba/rugi komprehensif merupakan media untuk mengetahui keberhasilan operasional perusahaan, keadaan usaha nasabah, kemampuannya memperoleh laba, ekuitas operasionalnya. Hal yang menjadi sorotan adalah tren penjualan, harga pokok produksi, biaya overhead, dan margin yang diperoleh. Analisis Laporan Posisi Keuangan
20
Universitas Sumatera Utara
3.
Analisis laporan posisi keuangan merupakan refleksi hasil yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu dan modal yang digunakan untuk melaksanakan dan mencapainya. Hal yang menjadi sorotan adalah mutu dan kecukupan aktiva, dan modal serta hubungan antara ketiganya, apakah ada “overstated” antara satu dengan yang lainnya. Analisis Arus Kas Analisis arus kas dapat menunjukkan pergerakan arus kas dari mana sumber kas diperoleh dan ke mana dialirkan. Biasanya dalam laporan arus kas sumber dan penggunaan kas diperoleh dari tiga sumber: operasional, pendanaan, dan investasi.
2.1.1.8. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan teknik analisis yang tepat. Tujuan penentuan metode dan teknik analisis yang tepat adalah agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal. Selain itu, para pengguna hasil analisis tersebut dapat dengan mudah menginterprestasikannya. Menurut Djarwanto(2004:61) ada beberapa macam metode dan teknik analisis laporan keuangan yang dapat dibuat dalam analisis laporan keuangan antara lain seperti disebutkan di bawah ini : 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Analisis perbandingan neraca, laporan laba rugi, dan laporan laba yang ditahan dengan menunjukkan : data absolut, kenaikan dan penurunan dalam jumlah rupiah, kenaikan dan penurunan dalam persen, perbandingan yang dinyatakan dalam rasio, dan persentase dari total. Analisis perubahan modal kerja Analisis trend dari rasio unsur-unsur neraca dan data operasi yang ada kaitannya. Analisis persentase per komponen dari neraca dan laporan laba-rugi. Analisis rasio yang memperlihatkan hubungan beberapa unsur neraca, laporan laba-rugi, dan kedua laporan keuangan tersebut. Analisis perbandingan dengan rasio industri. Analisis perubahan pendapatan neto atau analisis perubahan laba bruto. 21
Universitas Sumatera Utara
8.
Analisis titik impas atau analisis break even-point.
2.1.1.9. Jenis Analisis Laporan Keuangan Menurut Djarwanto(2004:61) pada dasarnya ada beberapa jenis analisis yang dapat dilakukan, yakni : 1.
2.
3.
4.
Analisis Internal Analisis internal adalah analisis yang dilakukan oleh mereka yang bisa mendapatkan informasi yang lengkap dan terperinci mengenai suatu perusahaan. Analisis demikian terutama dilakukan oleh manajemen dalam mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan. Analisis Eksternal Analisis eksternal adalah analisis yang dilakukan oleh mereka yang tidak bisa mendapatkan data yang terperinci mengenai suatu perusahaan. Analisis demikian dilakukan oleh bank-bank, para kreditur, pemegang saham, calon pemegang saham dan lain-lain seperti dalam hal mengukur tingkat likuiditas dan profitabilitas. Analisis Horisontal Analisis horizontal, time series techniques, atau disebut juga analisis dinamis adalah analisis perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun guna mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan yang bersangkutan (misalnya analisis trend). Analisis Vertikal Analisis vertikal, cross sectional techniques, atau disebut juga analisis statis adalah analisis laporan keuangan yang terbatas hanya pada satu periode akuntansi saja, misalnya berupa analisis rasio.
2.1.2. Analisis Rasio Keuangan 2.1.2.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Analisis laporan keuangan dengan teknik rasio merupakan hal yang sangat umum dilakukan dimana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari operasi perusahaan. Teknik ini juga sangat penting dan berguna bagi manajer 22
Universitas Sumatera Utara
keuangan maupun pihak-pihak lain di luar perusahaan (Andi, 2011). Menurut Harahap (2008:297) bahwa : Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Misalnya antara utang dan modal, antara kas dan total aset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan, dan sebagainya. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Menurut Djarwanto (2004:143) bahwa“Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang secara sederhana”.Menurut Horne dalam Kasmir (2012:104) bahwa “Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan”.Menurut Riyanto (2001:253) ”Rasio itu hanyalah alat yang dinyatakan dalam arithmetical term yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial”. Rasio keuangan merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan investigasi lebih lanjut.Rasio keuangan hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara tepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio keuangan lain sehingga kita dapat
23
Universitas Sumatera Utara
memperoleh informasi dan memberikan penilaian (Harahap, 2008:297).Perbedaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio yang penting, misalnya rasio ideal mengenai likuiditas untuk bank tidak sama dengan rasio pada perusahaan industri, perdagangan, atau jasa. Oleh karenanya, di dalam laporan mengenai average industry ratio di Amerika, perusahaan yang menerbitkannya membagi-bagi rasio menurut jenis perusahaan bahkan menurut sub-sub industri yang lebih rinci (Putri, 2010). 2.1.2.2. Fungsi Analisis Rasio Keuangan Menurut Wild dan Subramanyam (2013: 42) bahwa: Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan investigasi lebih lanjut. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Rasio paling bermanfaat bila berorientasi ke depan. Hal ini berarti menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan trend dan ukurannya di masa depan dan juga harus menilai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi rasio di masa depan. Oleh karena itu, kegunaan rasio tergantung pada keahlian penerapan dan interpretasinya.
2.1.2.3. Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan dibanding teknik analisis lainnya dan juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaanya agar tidak salah ketika menggunakannya. Harahap (2008:298) mengemukakan beberapa keunggulan dan keterbatasan dalam analisis rasio keuangan tersebut sebagai berikut : 1.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan; 24
Universitas Sumatera Utara
2. 3. 4. 5. 6.
7.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit; Untuk mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain; Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score); Menstandarisir size perusahaan; Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”; Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Disamping keunggulan juga terdapat keterbatasan analisis rasio keuangan seperti yang telah dibahas diatas. Adapun keterbatasan analisis rasio keuangan tersebut adalah : 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya; 2. Keterbatan yang dimilki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini; 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio; 4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron; 5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya, jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
2.1.2.4. Bentuk-bentuk Analisis Rasio Keuangan Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari rasio yang diukur diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan (Ginting, 2009). Berikut inidiuraikan beberapa bentuk analisis rasio keuangan yang umum dan sering digunakan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.
25
Universitas Sumatera Utara
1.
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Menurut Weston dalam buku Kasmir (2012:129) bahwa“Rasio Likuiditas
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo”.Menurut Anaroga (2006:79) ”Likuiditas bisa juga berarti mudah tidaknya suatu jenis investasi dicairkan menjadi uang kas”.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio likuiditas adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban pada saat ditagih. Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan ilikuid(Dewa, 2015).Menurut Wild dan Subramanyam (2011: 241) bahwa: Likuiditas dinyatakan dalam perbedaan tingkatan. Ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya merupakan masalah likuiditas yang lebih ekstrem. Masalah ini dapat mengarah pada penjualan investasi dan aset lainnya yang dipaksakan, dan kemungkinan yang paling parah mengarah pada insolvabilitas dan kebangkrutan. Kurangnya likuiditas dapat menyebabkan hal-hal berikut ini: 1. Bagi pemegang saham, kurangnya likuiditas dapat meramalkan hilangnya kendali pemilik atau kerugian investasi modal. Saat pemilik perusahaan memiliki kewajiban tak terbatas (bagi perusahaan perseorangan atau persekutuan) kurangnya likuiditas membahayakan aset pribadi mereka. 2. Bagi kreditor perusahaan, kurangnya likuiditas dapat menyebabkan penundaan pembayaran bunga dan pokok pinjaman atau bahkan tidak dapat ditagih sama sekali. 3. Bagi pelanggan serta pemasok, kurangnya likuiditas menyebabkan ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi
26
Universitas Sumatera Utara
kontrak serta merusak hubungan dengan pelanggan dan pemasok penting. Menurut Brigham dan Houston (2012:134) bahwa jenis rasio likuditas yang digunakan perusahaan dalam mengukur kinerja keuangan yang umum digunakan yaitu : a. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio likuiditas utama adalah rasio lancar (Current Ratio) yang dihitung dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar, seperti dinyatakan berikut ini: Rasio Lancar (𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝑡𝑡 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅) =
AsetLancar x 1 Kali Kewajiban Lancar
b. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio likuiditas kedua yang sering digunakan adalah quick ratio atau acid test yang dihitung dengan mengurangi persediaan dengan aset lancar, kemudian membagi sisanya dengan kewajiban lancar seperti dinyatakan berikut ini : Rasio Cepat atau 𝑄𝑄𝑄𝑄𝑄𝑄𝑄𝑄𝑄𝑄 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 =
Aset lancar − Persediaan x 1 Kali Kewajiban lancar
Menurut Kasmir (2012:139) bahwa jenis rasio likuiditasyang digunakan perusahaan dalam mengukur kinerja keuangan sama dengan jenis rasio likuiditas yang diungkapkan menurut Brigham dan Houston hanya saja terdapat tambahannya yaitu : Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas atau Cash Ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.Rumus untuk mencari rasio kas atau Cash Ratio dapat digunakan sebagai berikut : Rasio Kas(𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶ℎ 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅) =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶ℎ 𝑜𝑜𝑜𝑜 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶ℎ 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 x 100% 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿
27
Universitas Sumatera Utara
2.
Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio atau Coverage Ratio) Rasio Solvabilitas atau leverage ratio atau coverage ratio (Kieso dkk,
2011) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.Artinya seberapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Menurut Darsono dan Ashari (2005:54) ”Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya jika perusahaan tersebut dilikuidasi”. Dalam praktiknya, apabila dari hasil perhitungan, perusahaan ternyata memiliki rasio solvabilitas yang tinggi, hal ini akan berdampak timbulnya risiko kerugian lebih besar, tetapi juga ada kesempatan mendapat laba yang juga besar. Sebaliknya, apabila perusahaan memiliki rasio solvabilitas lebih rendah tentu mempunyai risiko kerugian yang lebih kecil pula, terutama pada saat perekonomian menurun. Dampak ini juga mengakibatkan rendahnya tingkat hasil pengembalian pada saat perekonomian tinggi. Dengan melakukan analisis rasio solvabilitas, perusahaan akan mengetahui beberapa hal berkaitan dengan penggunaan modal sendiri dan modal pinjaman serta mengetahui rasio kemampuan-kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Menurut Kieso dkk (2011: 1352) bahwa jenis coverage ratio yang digunakan perusahaan dalam mengukur kinerja keuangan yaitu : a. Debt to Total Assets Ratio (DAR)
28
Universitas Sumatera Utara
Rumus yang digunakan untuk mencari debt to total assets ratio adalah sebagai berikut : 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 (DAR) =
𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 x 100% 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴
b. Cash Debt Coverage Ratio Cash Debt Coverage Ratio memberikan informasi tentang fleksibilitas keuangan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban dari kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi, tanpa harus melikuidasi aset yang digunakan dalam operasinya (Kieso dkk, 2011:211). Rumus yang digunakan untuk mencari Cash Debt Coverage Ratio adalah sebagai berikut : 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶ℎ 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 =
3.
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐ℎ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 x 100% 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.Menurut Harahap (2008:308) ”Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya”.Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Menurut Kieso dkk (2011: 1352) bahwa jenis activity ratio yang digunakan perusahaan dalam mengukur kinerja keuangan yaitu : a. Inventory Turn Over
29
Universitas Sumatera Utara
Inventory Turn Over mengukur frekuensi rata-rata sebuah perusahaan yang menjual persediaan selama periode(Kieso dkk, 2011:490). Rumus yang digunakan untuk mencari Inventory Turn Over adalah sebagai berikut : 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂 (ITO) =
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 𝑜𝑜𝑜𝑜 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 x 1 Kali 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖
b. Assets Turn Over Seberapa efisiennya perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan diukur dengan Assets Turn Over (Kieso dkk, 2011:586). Rumus yang digunakan untuk mencari assets turn over adalah sebagai berikut : 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂 = 4.
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑒𝑒𝑒𝑒 x 1 Kali 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴
Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kejadian yang
dilakukan perusahaan.
Rasio lain dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang
digunakan untuk menilai keefektifan dari operasi sebuah perusahaan, tetapi rasio profitabilitas akan menunjukkan kombinasi dari efek likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi. Rasio ini akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan.Menurut Van Horne dan Wachhowicz (2005:222) ”Rasio profitabilitas adalah rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi”.Menurut Wild dan Subramanyam (2011:143) : Pengembalian atas investasi modal merupakan indikator penting atas kekuatan perusahaan dalam jangka panjang. Angka ini menggunakan ukuran ringkasan utama dari laporan laba rugi (laba) dan neraca (pendanaan) untuk menilai profitabilitas. Ukuran profitabilitas ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan ukuran kekuatan keuangan jangka panjang lainnya atau solvabilitas yang hanya mengandalkan pos neraca.
30
Universitas Sumatera Utara
Angka ini dapat mengungkapkan pengembalian atas investasi modal secara efektif dari berbagai perspektif kontributor pendanaan yang berbeda. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan terutama laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi dengan tujuan agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Suatu perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi tentu akan menarik penanam modal untuk ikut berinvestasi didalamnya. Setelah perusahaan melakukan penawaran saham, para pemilik modal berharap keuntungan perusahaan akan meningkat sehingga mereka akan memperoleh deviden yang tinggi pula. Pihak pemodal bisa menilai kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan ini dengan menggunakan rasio profitabilitas. Menurut Harahap (2008: 305) bahwa jenis rasio profitabilitas yang digunakan perusahaan dalam mengukur kinerja keuangan yaitu : a. Hasil Pengembalian Aset (Return on Asset / ROA) Return on Asset / ROA menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik. Hal tersebut berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Rumus yang digunakan untuk mencari Return on Asset / ROA adalah sebagai berikut : 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑜𝑜𝑜𝑜 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝑒𝑒𝑒𝑒 (ROA) =
Laba Bersih x 100% 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴
b. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity / ROE)
31
Universitas Sumatera Utara
Return on Equity / ROE menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik bagi perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mencari Return on Equity / ROE adalah sebagai berikut : 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑜𝑜𝑜𝑜 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 (ROE) =
Laba Bersih x 100% 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸
Menurut David (2013:141) bahwa jenis Profitability ratiosyang digunakan perusahaan dalam mengukur kinerja keuangan sama dengan jenis rasio profitabilitas yang diungkapkan Harahap, hanya saja terdapat tambahannya yaitu : Laba per Saham (Earnings per Share /EPS) Laba per saham berhubungan dengan laba per saham biasa. Jika suatu perusahaan memiliki baik saham biasa maupun saham preferen yang beredar, maka dividen saham preferen tahun berjalan dikurangi dari laba bersih untuk memperoleh laba yang tersedia untuk pemegang saham biasa (Kieso dkk, 2011:839). Rumus untuk menghitung laba per saham (David, 2013:141) adalah : EPS =
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 x 1 Rupiah 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑜𝑜𝑜𝑜 𝑠𝑠ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑜𝑜𝑜𝑜 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜
2.1.2.5. Kriteria Analisis Rasio Keuangan Berikut ini diuraikankriteria rasio keuangan yang umum dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan berdasarkan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. 1.
Rasio Likuiditas Menurut Kasmir (2012:72) bahwa “Pada Quick Ratio menyatakan semakin
besar rasio cepat (Quick Ratio) yang terjadi pada perusahaan maka semakin baik, karena rasio ini menunjukkan aktiva lancar yang paling likuid yang mampu
32
Universitas Sumatera Utara
menutupi hutang lancar, pada Cash Ratio menyatakan bahwa jika kondisi rasio kas terlalu tinggi masih dapat dikatakan kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum digunakan secara optimal”.Menurut Heri (2015:152) : Berdasarkan hasil perhitungan rasio, perusahaan yang memiliki rasio lancar yang kecil mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki modal kerja (aset lancar) yang sedikit untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Sebaliknya, apabila perusahaan memiliki current ratio yang tinggi, belum tentu perusahaan tersebut dikatakan baik. Oleh sebab itu, untuk dapat dikatakan apakah suatu perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang baik atau tidak maka diperlukan suatu standar rasio, seperti standar rasio rata-rata industri dari segmen usaha yang sejenis. Standar rata-rata industri perusahaan sejenis untuk rasio lancaradalah sebesar 2 kali, rasio cepat sebesar 1.5 kali dan rasio kas sebesar 50% (Faizati, 2013). 2.
Rasio Solvabilitas (Leverage/Coverage) Semakin tinggi persentase debt to total assets ratio, semakin besar risiko
perusahaan mungkin tidak dapat memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo (Kieso dkk, 2011:747).Rata-rata industri perusahaan sejenis untuk debt to total assets ratio adalah sebesar 35% (Faizati, 2013). Pada Cash Debt Coverage Ratio,semakin tinggi nilai rasio, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya. Hal ini merupakan sinyal apakah perusahaan dapat membayar utangnya dan bertahan hidup jika sumber dana eksternal menjadi terbatas atau terlalu mahal. (Kieso dkk, 2011:211). Berdasarkan kebanyakan literatur yang ada
33
Universitas Sumatera Utara
menyarankan bahwa 20% adalah ukuran yang memadai untuk Cash Debt Coverage Ratio (Nashrullah, 2008). 3.
Rasio Aktivitas Semakin kecil rasioInventory Turn Over(ITO) maka akan semakin buruk
bagi perusahaan dan juga sebaliknyakarena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan lambat(Ginting, 2009). Brigham dan Houston (2012:136) menyatakan bahwa “Rata-rata industri perusahaan sejenis untuk ITO adalah sebesar 10,9 kali”. Nilai rasio yang cenderung naik memberikan gambaran bahwa perusahaan semakin efisien dalam menggunakan aset, tetapi assets turn over yang tinggi juga dapat disebabkan karena aset perusahaan yang sudah tua dan yang sudah habis masa ekonomisnya. Jadi turn over yang tinggi ini tergantung pada keadaan perusahaan dan sebaliknya perputaran yang lamban dari aset menunjukkan adanya kemungkinan turunnya penjualan (Michael, 2013).
Menurut Brigham dan
Houston (2012:139) bahwa “Rata-rata industri perusahaan sejenis untuk assets turn over adalah sebesar 1,8 kali”. 4.
Rasio Profitabilitas Patel dan Mehta (2012: 6) menyatakan bahwa “Earnings per share hanya
menunjukkan profitabilitas perusahaan pada basis saham. Hal ini tidak mencerminkan berapa banyak yang dibayar sebagai dividen dan berapa banyak yang dipertahankan di dalam bisnis”. Menurut Heri (2015:193) : Bahwa pada ROA, semakin tinggi hasil pengembalian atas aset (ROA) berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah
34
Universitas Sumatera Utara
ROA berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Pada Return on Equity (ROE), semakin tinggi hasil dari ROE berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas. Sebaliknya, semakin rendah ROE berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas. Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas.
Menurut Brigham dan Houston (2012:143) bahwa “Rata-rata industri perusahaan sejenis pada ROA adalah sebesar 9% dan pada ROE sebesar 15%”. 2.1.3. Kinerja Keuangan Perusahaan 2.1.3.1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan Penilaian kinerja keuangan merupakan kunci penting dalam infrastruktur organisasi. Istilah tersebut mencakup suatu kebijakan operasional, sistem dan praktek yang mengkoordinasi tindakan serta transfer informasi untuk mendukung seluruh siklus manajemen. Menilai kinerja keuangan adalah suatu indikator atau penilaian tingkat kinerja perusahaan dimana dengan penilaian ini dapat diketahui bagaimana keadaan suatu perusahaan dari hasil informasi laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh pihak auditor independen sehingga dapat diketahui wajar atau tidak wajar laporan keuangan suatu perusahaan tersebut. Menurut Fahmi (2010:82) menyatakan bahwa “Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
kegiatan
dengan
menggunakan
aturan-aturan
pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar”.Menurut Wahyudin (2008:48) bahwa ”Kinerja
35
Universitas Sumatera Utara
keuangan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan”. Berdasarkan definisi kinerja keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan suatu analisis yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu keputusan dalam periode waktu tertentu dengan mengacu pada standar atau target yang telah ditetapkan. 2.1.3.2. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002, hal 275) bahwa, “Penilaian kinerja keuangan merupakan rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu dilaporkan dalam laporan keuangan yang terdiri dari laporan laba rugi dan neraca”.Menurut Heri (2015:25) mengemukakan bahwa : Penilaian kinerja keuangan merupakan suatu usaha formal untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dan posisi kas tertentu. Dengan penilaian kinerja keuangan ini dapat dilihat prospek pertumbuhan dan perkembangan keuangan perusahaan dari mengandalkan sumber daya yang dimilikinya. Perusahaan dikatakan berhasil apabila perusahaan telah mencapai suatu kinerja tertentu yang telah ditetapkan. Salah satu alat untuk melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan adalah menggunakan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan menggambarkan suatu hubungan yang dapat memberikan penjelasan tentang baik buruknya kondisi keuangan suatu perusahaan (Manurung, 2013). Kinerja keuangan yang lebih dalam menjelaskan kekuatan dan kelemahan perusahaan adalah rasio keuangan atau variabel akuntansi. Rasio keuangan merupakan alat analisis yang paling lama dan paling banyak digunakan.
36
Universitas Sumatera Utara
Penilaian kinerja keuangan perusahaan dapat dengan mudah dilakukan setelah diketahui besarnya nilai rasio keuangan perusahaan dengan menggunakan metode dan teknik yang ada maka dapat dengan mudah melakukan pengukuran terhadap kondisi keuangan dan kinerja perusahaan yang nantinya akan diteliti. 2.1.3.3. Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Tujuan utama penilaian kinerja keuangan perusahaan adalah untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan, apakah telah sesuai dengan standar atau terjadi kelambatan ataupun penyimpangan (Andi, 2011).Jika hal tersebut terjadi, melalui evaluasi kinerja keuangan maka akan dapat diambil tindakan perbaikan guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.Dengan penilaian kinerja keuangan dapat dilihat prospek pertumbuhan dan perkembangan keuangan perusahaan dari mengandalkan sumber daya yang dimilikinya. Perusahaan dikatakan berhasil apabila perusahaan telah mencapai suatu kinerja tertentu yang telah ditetapkan. 2.2. Review Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai analisis rasio keuangan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan telah banyak dilakukan di Indonesia dengan objek penelitian dan
tahun
penelitian
yang
berbeda-beda.
Adapun
penelitian-penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini secara ringkas dapat dilihat dalam tabel 2.1.berikutini:
37
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Parameter
Teknik Analisis Data
Hasil penelitian
1.
Agustin (2013)
Analisis Kinerja Keuangan PT. ASTRA INTERNATIO NAL Tbk Dengan alat ukur MVA (Market Value Added)
Market Value Added
Teknik analisis deskriptif
Kinerja keuangan PT. Astra International Tbk menggunakan market value added menunjukkan nilai yang positif atau > 0 dalam periode 20092013 dari hasil perhitungan menggunakan alat ukur MVA yang berarti perusahaan dikatakan telah berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dan menciptakan kekayaan bagi pemegang saham. Peningkatannya berada di tahun 2009-2011 sementara ditahun 2012-2013 semakin menurun namun tidak sampai ke nilai minus disebabkan menurunnya harga saham.
2.
Faizati (2013)
Financial Ratio Sebagai Alat Untuk Menilai Financial Performance PT. ASTRA INTERNATIO NAL TBK.
1.Rasio likuiditas 2.Rasio solvabilitas 3.Rasio aktivitas 4.Rasio profitabilitas
Teknik analisis deskriptifkuantitatif
1.Rasio likuiditas mengalami kenaikan di tahun 2010-2011 dan mengalami penurunan di tahun 2012. 2.Rasio solvabilitas mengalami kenaikan pada tahun 20112012 yang menimbulkan dampak buruk bagi kinerja perusahaan. 3.Rasio aktivitas mengalami penurunan yang menyebabkan banyaknya persediaan yang menumpuk di gudang sehingga membuat PT. AstraInternational Tbk lebih meningkatkan lagi penjualan dan memaksimalkan aktiva yang dimiliki. 4.Rasio profitabilitas juga menunjukkan penurunan namun pada laba per sahamnya setiap tahun mengalami kenaikan danmenunjukkan manajemen berhasil dalam mencapai keuntungan untuk pemegang saham.
38
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1. 3.
Manurung (2013)
Analisis Laporan Keuangan Sebagai Dasar Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Unilever Indonesia Tbk
1.Rasio likuiditas 2.Rasio solvabilitas 3.Rasio profitabilitas
1. Analisis rasio 2. Analisis time series
4.
Michael (2013)
Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1.ROA 2.Perputaran total aktiva 3.Debt to total assets
1.Pengujian asumsi klasik 2.Analisis regresi berganda 3.Uji Hipotesis
5.
Pangaribuan (2015)
Analisis Kinerja Keuangan Tahun Buku 2014, 2013, 2012, 2011, dan 2010 Pada PT. Bank Sumut Cabang Medan Iskandar Muda
1.Total Aset 2.Kredit yang diberikan 3. Dana pihak ketiga 4. Laba sebelum pajak 5. Pendapatan 6. Beban/biaya 7. Non performing loan
1.Analisis data kualitatif 2.Analisis data kuantitatif
1.Kinerja keuangan berdasarkan rasio likuiditas tahun 20092011 kurang baik, karena rendahnya nilai dari keseluruhan rasio likuiditas dan rasio likuiditas mengalami penurunan dari tahun ke tahun. 2.Rasio solvabilitas cenderung tidak stabil, dikarenakan rasio hutang terhadap modal kurang baik tetapi nilai rasio utang terhadap aset sangat baik dan dari keseluruhan rasio solvabilitas mengalami penurunan. 3.Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk tahun 2009-2011 berdasarkan rasio profitabilitas sangat baik, dikarenakan nilai rasio profitabilitas dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, berarti perusahaan mampu menghasilkan laba secara optimal. 1.Secara serempak ROA, assets turn over dan debt to total assets berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. 2. Secara parsial ROA dan assets turn over tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. 3. Secara parsial debt to total assets tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. 1.Akibat adanya pemisahan aset pada bulan Agustus 2011 akibat pemisahan 10 unitkantor menjadi 5 unit kantor operasional dibawah Kantor Cabang Medan Iskandar Muda menyebabkan kinerja keuangan sulit dianalisi secara realistis untuk tahun buku 2010 dan 2011. 2.Total Aset, total pendapatan, total realisasi DPK dan total biaya tahun buku 2014
39
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1.
6.
Patel dan Mehta (2012)
A Financial Ratio Analysis Of Krishak Bharati CoOperative Limited
Profitabilty Ratio
1. Persentase 2. Rata-rata 3.Analisis rasio 4. t-test
mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan posisi yang sama tahun 2013. 3.Total realisasi kredit yang diberikan dan total laba sebelum pajak pada tahun 2014 mengalami penurunan dibanding tahun 2013, pada tahun 2011 DPK menurun sebesar 18,80% dibanding posisi yang sama tahun 2010. 4. NPL (Non Performing Loan) meningkat dari 1.06% posisi tahun 2010 menjadi 3,82% pada tahun 2014. Posisi NPL tahun 2014 dibawah batas maksimal ketentuan Bank Indonesia (5%). LDR tahun 2010 s/d tahun 2014 berada dibawah batas minimum berdasarkan ketentuan Bank Indonesia sebesar 78% dengan pencapaian pada tahun 2014 sebesar 45,92%, tahun 2013 sebesar 58,15%, tahun 2012 sebesar 58,23%, tahun 2011 sebesar 44,62% dan tahun 2010 sebesartahun 2010 (63,53 %) dan tertinggi (lebih buruk) pada tahun 2011 (100,17 %). Rasio kinerja ROA posisi 2010 s/d posisi 2014 diatas batas minimal dan ROA tertinggi (terbaik) adalah tahun 2010 sebesar 6,59% dan paling rendah pada posisi tahun 2011 sebesar 2,52%. Gross Profit Ratio yang tertinggi berada di tahun 2003 sebesar 38,25% yang mana sangat baik bagi perusahaan sementara yang terendah pada tahun 2008 sebesar 19,45%. Pada Earning Per Share menunjukkan hasil yang sangat memuaskan disepanjang tahun kecuali pada tahun 2002 sementara di tahun 2008 menunjukkan hasil yang enam kali lebih daripada original value. Pada Return On Capital Employed menunjukkan bahwa
40
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 di tahun 2005 merupakan rasio tertinggi sebsar 13% yang sangat baik bagi perusahaan. 7.
Puspitasari (2012)
Analisa Laporan Keuangan Guna Mengukur Kinerja Keuangan PT. ASTRA INTERNATIO NAL TBK.
1.Rasio likuiditas 2.Rasio solvabilitas
Teknik analisis deskriptif
8.
Shavira (2016)
Analisis Laporan Keuangan dalam Mengukur Kinerja Keuangan Pada PT. Garuda Madju Cipta MedanIndonesia
1.Rasio likuiditas 2.Rasio leverage 3.Rasio aktivitas 4.Rasio profitabilitas
Teknik analisis deskriptif
1. Kinerja keuangan PT. Astra International Tbkpada tahun 2006, 2007 dan 2008terlihat cukup baik.Pada laba usaha dan laba bersih tahun 2007 naik sebesar 70,3% dan 75,62% dibandingkan tahun 2006, tetapi kinerja laba usaha dan laba bersih tahun 2008 ( Rp 3.375,- milyar dan Rp 2.672,- milyar) menurun dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar Rp 3.509,milyar dan Rp 2.807,- milyar karena beban usaha perusahaan meningkat dan penurunan laba usaha perusahaan. 2. Rasio likuiditas dan rasio solvabilitas terlihat cukup baik pada tahun 2007 dan tahun 2008 namun di tahun 2006 terjadi beda penyajian laporan keuangan sehingga menyebabkan rasio likuiditas dan solvabilitas perusahaan terlihat tidak baik. 3. Laba usaha segmen otomotif pada PT. Indomobil tahun 2008 meningkat sebesar 540% dibandingkan pada tahun 2007 sedangkan PT. Astra International Tbk hanya 25,8%. 1. Kinerja keuangan PT. Garuda Madju Cipta MedanIndonesiayang dukur dengan rasio likuiditas pada tahun 2012-2014 dikatakan kurang baik karena kurangnya modal untuk membayar hutang. 2. Rasio leverage juga dikatakan kurang baik akibat porsi hutang mengalami peningkatan terhadap aktiva yang ada pada perusahaan. 3. Rasio aktivitas mengalami penurunan dikarenakan rendahnya dana yang
41
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1 ditanamkan dalan aktiva tetap berputar dalam satu periode. 4. Rasio profitabilitas yang juga mengalami penurunan akibat dari banyaknya aset yang tidak produktif. 9.
Supit dkk (2016)
Analisa Kinerja Keuangan Pada PT. Astra International Tbk
1.Rasio likuiditas 2.Rasio solvabilitas 3.Rasio rentabilitas
Teknik analisis deskriptifevaluatif
1. Rasio likuiditas berada pada kategori kinerja cukup baik bila dibandingkan dengan rata-rata standar industri. 2. Rasio solvabilitas kecenderungan menurun dari tahun ke tahun dan berada sedikit diatas rata-rata industri sehingga dikategorikan berkinerja cukup baik. 3. Rasio rentabilitas menunjukkan kecenderungan terus menurun dari tahun ke tahun dan indikatornya berada di bawah rata-rata industri, sehingga kinerja keuangan PT. Astra International Tbk periode 2011-2015 berada pada kategori kurang baik.
2.3. Kerangka Konseptual Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting. Berdasarkan rumusan masalah,uraian teoritis dan review penelitian terdahulu maka kerangka konseptual digambarkan pada gambar 2.1.
42
Universitas Sumatera Utara
Laporan Keuangan PT. Astra International Tbk Tahun 2011-2015 Analisis Laporan Keuangan
Analisis Rasio Keuangan
Rasio Likuiditas
Rasio Solvabilitas (Leverage/Coverage)
Rasio Profitabilitas
Rasio Aktivitas
Kinerja Keuangan PT. Astra International Tbk
Ha
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Laporan keuangan merupakan suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data aktivitas tersebut, dengan kata lain adalah bagian dari laporan keuangan dengan segala keterbatasan yang dimiliki sebagai sumber informasi keuangan yang handal dan memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang digunakan disini adalah laporan keuangan
43
Universitas Sumatera Utara
audited PT. Astra International Tbk dimulai pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Analisis rasio keuangan digunakan dengan cara membandingkan suatu angka tertentu pada suatu akun terhadap angka dari akun lainnya. Laporan keuangan perusahaan yang berupa laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif dan laporan arus kas dianalisis menggunakan rasio yang dibutuhkan dengan cara menghubungkan komponen indikator yang diperlukan pada laporan keuangan.Rasio keuangan yang digunakan pada PT. Astra International Tbk. dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio solvabilitas (leverage/coverage),rasio aktivitas, rasio profitabilitas. Berdasarkan analisis rasio keuangan dapat dinilai kinerja keuangan PT. Astra International Tbk. baik atau buruknya kondisi yang terjadi dari tahun ke tahun dan dapat dilihat apabila perusahaan telah bekerja secara maksimal dalam menciptakan laba dengan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.Rasio profitabilitas merupakan rasio utama dalam seluruh laporan keuangan, karena tujuan utama perusahaan adalah hasil operasi/ laba dan juga dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang digunakan untuk menilai keefektifan dari operasi sebuah perusahaan, sehingga rasio profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan di perusahaan. 2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, uraian teoritis, review penelitian terdahulu dan kerangka konseptual diajukan satu hipotesis alternatif sebagai berikut :
44
Universitas Sumatera Utara
Ha:
Rasioprofitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap kinerja keuangan PT. Astra International Tbk tahun 2011-2015.
45
Universitas Sumatera Utara