BAB II BAHAN RUJUKAN
2.1 Laporan Keuangan Didalam mengamati perkembangan suatu perusahaan salah satu aspek yang paling penting adalah bidang keuangannya, Dengan melihat aspek keuangan suatu perusahaan, pihak-pihak yang berkepentingan dapat melihat sejauh mana kemajuan yang dicapai oleh perusahaan. Maka didalam kegiatan usahanya, perusahaan sangat memerlukan laporan keuangan atau keterangan mengenai keadaan keuangannya yang disebut Laporan Keuangan yang pada dasarnya disusun untuk memberikan informasi mengenai keadaan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu laporan yang menggambarkan pospos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam periode tertentu. Hal yang dilaporkan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Kemudian laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian yang berhubungan dengan laporan keuangan yang didapat dari berbagai sumber: Laporan keuangan berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:2), dalam buku “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)” menyatakan bahwa: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Posisi Keuangan (yang biasanya disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” Laporan keuangan Menurut Munawir (2007:5) dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” menyebutkan bahwa: 6
7
“Laporan Keuangan adalah suatu bentuk pelaporan yang terdiri dari Neraca dan perhitungan Rugi Laba serta Laporan Perubahan Modal, dimana Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aktiva, hutang, dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan Perhitungan (laporan) Rugi Laba memperlihatkan hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.” Sedangkan laporan keuangan menurut Kasmir (2011:7)dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” menyebutkan bahwa: “Laporan Keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.” Berdasarkan pengertian yang diungkapkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan perusahaan terdiri dari: 1. Laporan Posisi Keuangan (neraca) 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif Sebenarnya masih banyak laporan keuangan lainnya yang dapat digunakan perusahaan-perusahaan sehubungan dengan kegiatan usahanya. Tetapi dalam prakteknya sering diikut sertakan kelompok laporan keuangannya yang bersifat membantu untuk mempermudah penjelasan lebih lanjut misalnya laporan arus kas, laporan perubahan modal, laporan laba ditahan serta daftar-daftar lainnya. Karena laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat analisa bagi manajemen untuk membuat keputusan yang berhubungan dengan keuangan perusahaan dan juga berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Pemilik perusahaan Pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaannya terutama untuk perusahaan-perusahaan yang dipimpinnya disertakan kepada orang lain seperti perseroan, karena dengan laporan keuangan tersebut pemilik perusahaan akan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya diukur atau dinilai dari laba yang diperoleh oleh perusahaan.
8
2. Manajer/Pimpinan perusahaan Arti penting laporan keuangan bagi manajer adalah bahwa laporan keuangan tersebut merupakan alat untuk mempertanggungjawabkan kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepada manajer. Pertanggungjawaban pimpinan perusahaan itu dituangkan dalam bentuk laporan keuangan hanyalah sampai pada penyajian posisi keuangan dan hasil usaha dalam suatu periode sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang dilaksanakan secara konsisten. 3. Investor Para investor memerlukan laporan keuangan perusahaan ditempat mereka menanamkan modalnya, yang akan digunakan untuk mengetahui prospek keuntungan dan perkembangan perusahaan selanjutnya. Dari analisis laporan keuangan tersebut maka para investor dapat mengetahui jaminan atas investasinya juga untuk mengetahui kondisi keuangan jangka pendeknya. 4. Kreditur dan Bankir Para kreditur dan bankir perlu mengetahui posisi dan kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilihat dari hasil laporan keuangan perusahaan tersebut yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian kredit. 5. Pemerintah Pemerintah memerlukan laporan keuangan suatu perusahaan untuk membantu dalam menentukan besarnya pajak yang akan ditanggung oleh perusahaan.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Seperti diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat sudah pasti memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen perusahaan. Di samping itu, tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
9
Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian yang berhubungan dengan tujuan laporan keuangan yang didapat dari berbagai sumber: Tujuan
Laporan
keuangan
berdasarkan
Ikatan
Akuntansi
Indonesia(2009:5) yang terdapat dalam buku “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)” menyebutkan bahwa: “Tujuan Laporan Keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi, laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.” Menurut Drs. Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2008:5) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” menyebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah: “Laporan Keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.” Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Sedangkan Menurut Kasmir(2011:10) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” menyebutkan bahwa tujuan Laporan Keuangan yaitu: a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta), kewajiban, dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. c. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. d. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan. e. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode tertentu.
10
f. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. Secara umum, laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu memberikan informasi keuangan pada pihak dalam maupun luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan.
2.1.3 Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut. Masing-masing laporan keuangan memiliki arti sendiri dalam melihat kondisi keuangan perusahaan, baik secara bagian, maupun secara keseluruhan. Namun, dalam praktiknya perusahaan dituntut untuk menyusun beberapa jenis laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Bentuk-bentuk laporan keuangan menurut Drs. Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2008:17) dalam bukunya yang berjudul “Analisis Laporan Keuangan” mengemukakan: “Ada dua jenis laporan keuangan (utama) yang umumnya dibuat oleh setiap perusahaan adalah neraca dan laporan laba rugi serta biasanya dilengkapi dengan laporan perubahan modal.” Dalam pengertian diatas maka dapat dijelaskan macam-macam komponen laporan keuangan dibawah ini: 1. Neraca (Balance Sheet) Neraca merupakan salah satu laporan keuangan yang terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan dalam bentuk neraca. Pengertian neraca menurut Dr. Winwin dan Ilham Wahyudi (2008:56) dalam bukunya “Pengantar Akuntansi” mengemukakan: “Neraca merupakan laporan yang memberikan informasi tentang posisi kekayaan perusahaan berupa keseimbangan antara aktiva dan kewajiban serta modal yang menjadi kekayaan perusahaan tersebut.” Secara umum neraca terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:
11
a.
Aset Berdasarkan pendapat Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:6)
dalam buku Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) mendefinisikan asset sebagai berikut: “Asset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh entitas.” Menurut Munawir (2007:14) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” Pada dasarnya aset dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aset lancar dan aset tidak lancar. “Aset Lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual, atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal.” Penyajian pos-pos aktiva lancar di dalam neraca didasarkan pada urutan likuiditasnya sehingga penyajiannya dimulai dari aktiva yang paling likuid sampai dengan aktiva yang paling tidak likuid. Menurut Munawir (2007:16) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” pengertian aktiva tidak lancar adalah sebagai berikut: “Aktiva Tidak Lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan).” b. Kewajiban (Hutang) Kewajiban berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:6) dalam buku “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)” didefinisikan sebagai berikut: “Kewajiban yaitu merupakan kewajiban masa kini entitas yang timbul dari masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.” Menurut Munawir (2007:18) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” Hutang atau kewajiban keuangan perusahaan dapat dibedakan
12
ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Menurut Munawir (2007:19) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” pengertian Hutang lancar yaitu: “Hutang Lancar atau Hutang Jangka Pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.” Menurut Munawir dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” pengertian Hutang tidak lancar yaitu: “Hutang Jangka Panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca).” c. Ekuitas Berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:6) dalam buku “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)” mendefinisikan ekuitas sebagai berikut: “Hak residual atas asset entitas setelah dikurangi sebuah kewajiban”. 2. Laporan Laba Rugi (Income Statement) Menurut Donald E Kieso dkk (2007:140) dalam buku Intermediate Accounting Laporan Laba rugi adalah: “Laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode tertentu.” Menurut Donald E Kieso dalam buku Intermediate Accounting Bentuk laporan laba rugi dikelompokkan menjadi dua yaitu Laporan Laba Rugi bentuk Langsung dan Laporan Laba Rugi Bertahap. Menurut Donald E Kieso (2007:144) dalam buku Intermediate Accounting Laporan Laba rugi bentuk langsung adalah: “Dalam Laporan laba rugi bentuk langsung hanya ada dua pengelompokkan yaitu pendapatan dan beban. Pendapatan
13
dikurangkan dengan beban untuk menghitung laba bersih atau rugi bersih.” Menurut Donald E Kieso (2007:145) dalam buku Intermediate Accounting Laporan Laba rugi Bertahap yaitu: “Laporan Laba Rugi bertahap memperlihatkan dua klasifikasi tambahan: (1) Pemisahan hasil operasi yang diperoleh melalui aktivitas sekunder atau non operasi perusahaan; dan (2) Klasifikasi beban menurut fungsi, seperti perdagangan atau manufaktur, penjualan, dan adminstrasi.” 3. Laporan Perubahan Modal Menurut Kasmir (2011:29) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” menyatakan bahwa: “Laporan Perubahan Modal menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini serta sebab-sebab berubahnya modal.” Perubahan-perubahan yang terjadi perlu diketahui untuk melihat perkembangan keadaan keuangan suatu perusahaan. Setelah perubahan ini diketahui, apakah terjadi kenaikan atau penurunan atau tetap, dapat pula diketahui sebab-sebab terjadi perubahan tersebut.
4. Laporan Arus Kas Menurut Kasmir (2011:29) dalam buku Analisis Laporan Keuangan menyatakan bahwa: “Laporan Arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk (pendapatan) dan arus kas keluar (biayabiaya).” Laporan arus kas menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan. Kas masuk terdiri dari uang yang masuk ke perusahaan, seperti hasil penjualan, sedangkan kas keluar merupakan sejumlah pengeluaran seperti biaya operasional perusahaan.
14
5. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2011:30) dalam buku Analisis Laporan Keuangan menyatakan bahwa: “Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.” 2.1.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Munawir (2007:6) dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (Progress Report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Dalam praktiknya laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report, laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara: 1.
Fakta yang telah dicatat (Recorded Fact) Laporan keuangan disusun atau dibuat berdasarkan kenyataan yang sebenarnya atau fakta dari catatan akuntansi. Fakta ini diambil dari peristiwa atau kejadian akuntansi pada waktu atau masa lalu, yaitu dari tahun-tahun sebelumnya. Fakta yang tercatat dalam pos-pos yang ada di laporan keuangan dinyatakan dalam harga pada saat terjadinya transaksi. Contoh fakta-fakta yang tercantum pada masa lalu tersebut misalnya jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di bank, jumlah piutang, jumlah persediaan, dan jumlah komponen laporan keuangan lainnya.
2. Prinsip-prinsip convention
and
dan
Kebiasaan
dalam
Akuntansi
(Accounting
postulate)
Pencatatan yang terjadi dalam laporan keuangan jelas didasarkan kepada prosedur atau anggapan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi. Dengan kata lain, catatan dalam laporan keuangan tidak dapat dilakukan dengan sekehendak pemilik atau manajemen perusahaan, tetapi harus
15
melalui tata cara atau prosedur yang sesuai dengan prinsip-prinsip atau kebiasaan dalam akuntansi. 3.
Pendapat Pribadi (Personal Judgement) Walaupun pencatatan akuntansi dalam laporan keuangan didasarkan kepada dalil-dalil tertentu, penggunaan dari dasar dalil tersebut tergantung dari pendapat manajemen perusahaan. Artinya juga pendapat atau judgement ini juga tergantung dari kemampuan para pembuatnya yang kemudian dikombinasikan dengan fakta serta dalil-dalil akuntansi yang disetujui. Suatu hal yang penting yaitu baik prosedur, kebiasaan, anggapan, atau pendapat pribadi ini harus dilakukan secara konsisten dan terus menerus. Namun, segala sesuatunya tidak kaku dan dapat diubah dengan penjelasan dalam laporan keuangan sehingga pembaca dapat mengerti dan memahami dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan laporan keuangan tersebut. Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan
tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu mempunyai keterbatasan antara lain: 1.
Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), dimana data-data yang diambil dari data masa lalu.
2.
Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan hanya untuk pihak tertentu saja.
3.
Proses penyusunan tidak lepas dari taksiran-taksiran dan pertimbanganpertimbangan tertentu.
4.
Laporan
keuangan
bersifat
konservatif
dalam
menghadapi
situasi
ketidakpastian. Misalnya, dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling rendah. 5.
Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya.
16
2.2 Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi, apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses pembanding, evaluasi dan analisis trend, akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin akan terjadi dimasa mendatang. Disinilah arti pentingnya suatu analisis terhadap laporan keuangan.
2.2.1
Pengertian Analisis Laporan Keuangan Secara harfiah, analisis laporan keuangan terdiri atas dua kata, yaitu
analisis dan laporan keuangan. Ini berarti juga bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu kegiatan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Analisis” sendiri didefinisikan sebagai berikut: “Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.” Menurut pengertian ini, analisis laporan keuangan tidak lain merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Ini berarti para analisis laporan keuangan dituntut mempunyai pengertian yang cukup tentang unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan. Menurut Munawir (2007:60) dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” pengertian Analisis Laporan Keuangan adalah: “Analisa Laporan Keuangan terdiri dari penelahaan atau mempelajari daripada hubungan hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.” Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Analisis laporan keuangan merupakan proses yang mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi,
17
dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungan yang terdapat dalam suatu laporan keuangan sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Menurut Munawir(2007:68) dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah: 1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. 2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. 3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki. 4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. 5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. 6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
2.2.3
Prosedur Analisis Laporan Keuangan Sebelum
mengadakan
analisa
terhadap
suatu
laporan
keuangan,
penganalisa harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut. Penganalisa harus dapat menggambarkan aktivitas-aktivitas perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan tersebut. Menurut Drs. Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2008:58) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:
18
1. Memahami Latar Belakang Data Keuangan Perusahaan Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang di analisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha yang diterjuni oleh perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan tersebut. 2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan Kondisi-kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami, mencakup informasi mengenai trend (kecenderungan) industri dimana perusahaan beroperasi; perubahan teknologi; perubahan selera konsumen, perubahan faktor-faktor ekonomi, dan perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri. 3. Mempelajari dan me-review laporan keuangan Sebelum berbagai teknik analisis laporan keuangan di aplikasikan, perlu dilakukan review terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. 4. Menganalisis Laporan Keuangan Setelah memahami profil perusahaan dan me-review laporan keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan menginterpretasikan hasil analisis tersebut. 2.2.4
Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Metode dan teknik analisa digunakan untuk menentukan dan mengukur
hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya, misalnya diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan lainnya. Menurut Drs. Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2008:59) dalam bukunya yang berjudul “Analisis Laporan Keuangan” Metode Analisis Laporan Keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu: 1. Metode Analisis Horizontal (Dinamis)
19
Merupakan
metode
analisis
yang
dilakukan
dengan
cara
membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Disebut metode analisis horizontal karena analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda. Disebut metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis perbandingan, analisis trend (index), analisis sumber dan penggunaan dana, analisis perubahan laba kotor. 2. Metode Analisis Vertikal (Statis) Merupakan
metode
analisis
yang
dilakukan
dengan
cara
menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan cara membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut metode vertikal. Disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis persentase perkomponen (common size), analisis rasio, dan analisis impas.
2.3 Analisis Rasio Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut diperbandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard. Dengan
menggunakan
analisis
rasio
dimungkinkan
untuk
dapat
menentukan tingkat Likuiditas, Solvabilitas, keefektivan operasi serta derajat keuntungan suatu perusahaan (Rentabilitas Perusahaan). Dalam mengadakan
20
perbandingan rasio sebaiknya dilakukan perbandingan dengan standard rasio. Disamping data rasio dari periode-periode yang lalu, perhitungan rasio tersebut dapat juga diperbandingkan dengan angka rasio yang sudah direncanakan atau yang sudah dianggarkankan oleh perusahaan.
2.3.1
Pengertian Analisis Rasio Menurut Munawir (2007:64) dalam bukunya Analisa Laporan
Keuangan Analisis rasio adalah: “Analisa ratio seperti halnya alat-alat analisa yang lain adalah “future oriented”, oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian kegunaan atau manfaat suatu angka ratio sepenuhnya tergantung kepada kemampuan atau kecerdasan penganalisa dalam menginterpretasikan data yang bersangkutan”. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan rasio adalah merupakan teknik menganalisis yang menggunakan alat-alat analisis untuk mengetahui hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan dan dapat dijadikan dalam menginterprestasikan kondisi keuangan perusahaan pada periode tertentu. Dan ada juga tujuan dari analisis rasio dalam memanfaatkan laporan keuangan yaitu: Dapat mengetahui likuidtas dan solvabilitas perusahaan. Dapat mengetahui efektiftas operasi perusahaan. Dapat mengukur rentabilitas atau derajat keuntungan perusahaan
2.3.2
Penggolongan Analisis Rasio. Sofyan Syafri Harahap (2007:301) menggolongkan jenis analisis rasio
berdasarkan jenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis. Adapun rasio keuangan yang sering digunakan adalah: 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Pertumbuhan
21
3. Market Based (penilaian pasar) 4. Rasio Leverage 5. Rasio Aktivitas 6. Rasio Solvabilitas 7. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas 8. Rasio Produktivitas Tetapi dari beberapa rasio tersebut hanya empat rasio yang sering dipakai di dalam menganalisis laporan keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas (leverage), rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas.
2.4 Analisis Rasio Laporan Keuangan Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi suatu perusahaan, analisis laporan keuangan memerlukan beberapa tolak ukur yang biasanya sering digunakan adalah rasio/indeks yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih jelas mengenai kondisi keuangan dan prestasi suatu perusahaan dan akan lebih bermanfaat jika angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan sebagai standar.
2.4.1
Bentuk–bentuk Rasio Keuangan Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio
keuangan dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan arti tertentu. Berikut ini adalah bentuk–bentuk rasio keuangan menurut Kasmir (2011), yaitu: 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
22
Rasio likuiditas atau sering juga disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukurr seberapa likuidnya suatu perusahaan. Terdapat dua macam hasil penilaian terhadap pengukuran rasio, yaitu: a.
Apabila
perusahaan
mampu
memenuhi
kewajibannya
maka
perusahaan itu dikatakan likuid b.
Tetapi apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya maka perusahaan itu dikatakan ilikuid
Rasio likuiditas ini terdiri dari beberapa kelompok seperti: Rasio Lancar (current ratio), rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang dapat dipenuhi oleh aktiva lancar yang diharapkan akan dapat dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. Current Ratio =
Current Assets
x 100%
Current Liabilities Acid Test Ratio, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan asset yang paling likuid. Acid test Ratio = (Current Asset – Acc.Receivable) x 100% Current Liabilities 2.
Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan hutang. Keuntungan dengan menggunakan rasio solvabilitas adalah: a. Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lainnya. b. Mengetahui keseimbangan antara nilai asset khususnya asset tetap dengan modal c. Dapat mengambil keputusan penggunaan sumber dana ke depan Beberapa rasio solvabilitas adalah sebagai berikut:
23
Debt to Total Assets, rasio ini menunjukkan prosentase pendanaan kewajiban yang dipenuhi oleh seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dihitung dengan cara sebagai berikut: Debt to Total Assets = Total Liabilities x 100% Total Asset Debt to Total Equity, rasio ini menunjukkan prosentase modal sendiri dan penyediaan dana oleh pemegang saham yang dapat dijadikan jaminan untuk membayar keseluruhan hutang yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dihitung dengan cara sebagai berikut: Debt to Total Equity = Total Liabilities x 100% Total Equity
3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang kemampuan digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan atau untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melakukan aktifitas sehari–hari. Beberapa rasio aktifitas: Total Asset Turn Over, rasio ini menunjukan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan beberapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Asset Turn Over =
Sales
x 1 kali
Total Asset Inventory Turn Over, rasio perputaran persediaan mengukur efesiensi
pengelolaan
persediaan barang
dagang. Rasio
ini
merupakan indikasi yang cukup populer untuk menilai operasional perusahaan, yang mempelihara seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan.
24
Inventory Turn Over =
Cost of good sold x 1 kali Inventory
4. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan kebutuhan manajemen. Rasio kemampuan laba akan memberi jawaban akhir tentang efektifitas manajemen perusahaan, rasio ini memberi kemampuan yang umum digunakan adalah: Gross Profit Margin, rasio ini menunjukan beberapa besar persentase pendapatan bersih yang dihasilkan dari setiap penjualan. Gross Profit Margin = Sales – cost of good sold
x 100%
Sales Net Profit Margin, rasio ini menunjukan keuntungan bersih perusahaan dari setiap penjualan atau menggambarkan besarnya persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang dilakukan perusahaan. Net Profit margin = Net Income Sales
x 100%