BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Pustaka 2.1.1
Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal (Book Tax Differences) Pada umumnya perusahaan bisnis menyelenggarakan pembukuan
berdasarkan standar akuntansi keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia, dan menyusun laporan keuangan fiskal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan melalui proses rekonsiliasi. Perbedaan laporan keuangan akuntansi (komersial) dengan laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan komersial ditujukkan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial dari sektor bisnis, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak. Penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan fiskal adalah karena terdapat perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan metode dan prosedur akuntansi, perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya, serta perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya (Resmi, 2011: 370). Peraturan pajak yang berlaku di Indonesia mengharuskan laporan laba rugi fiskal dihitung berdasarkan metode akuntansi yang digunakan perusahaan dalam menghitung laba akuntansi, sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pembukuan ganda untuk dua tujuan pelaporan laba tersebut. Untuk menentukan besarnya laba rugi fiskal, perusahaan
14 Universitas Sumatera Utara
melakukan rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi fiskal merupakan penyesuaian antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal melalui perbedaan permanen dan perbedaan temporer atau koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif (Zain, 2008: 221). Perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal disebabkan oleh perbedaan tujuan serta dasar hukumnya, tahun pajak atau tahun buku, metode akuntansi yang digunakan dan konsep yang menjadi acuannya, walaupun dalam beberapa hal terdapat kesamaan antara akuntansi pajak yang mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan akuntansi keuangan yang mengacu kepada standar akuntansi keuangan. Perbedaan kedua dasar penyusunan laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan penghitungan laba (rugi) suatu entitas yang pada akhirnya akan menimbulkan jumlah laba yang berbeda antara laba akuntansi dengan laba fiskal atau yang dikenal dengan istilah book tax differences (Zain, 2008: 118). Terdapat hal-hal yang membedakan antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
15 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
Komersial Fiskal Berdasar pada Standar Akuntansi Berdasar pada peraturan perpajakan Keuangan yang dirumuskan IAI yang ditetapkan oleh badan legislatif dan eksekutif Tujuan akuntansi komersial adalah untuk Tujuan pembukuan adalah agar wajib menyediakan informasi yang berguna pajak dapat menghitung besarnya pajak bagi para pemakai dalam pengambilan yang terutang keputusan Laporan laba rugi komersial merupakan Laporan laba rugi merupakan penandingan pendapatan dengan biaya penandingan objek pajak dengan pengurang penghasilan bruto Menganut prinsip konsistensi. Apabila Menganut prinsip taat asas (konsisten). terjadi perubahan harus melaporkan Apabila terjadi perubahan harus akibat perubahan dalam laporan mendapat persetujuan Direktorat keuangan Jenderal Pajak dan melaporkan akibat perubahan tersebut Menggunakan stelsel akrual Menggunakan stelsel akrual atau stelsel kas dengan memperhatikan ketentuan pasal 28 UU KUP Menganut prinsip konservatif dalam Tidak menganut prinsip konservatif, bentuk cadangan (penyisihan) misal, kecuali dalam hal penyisihan cadangan penyisihan piutang tidak tertagih, piutang tak tertagih pada usaha bank penyisihan utang garansi, penyisihan dan sewa guna usaha, hak opsi, harga pasar, dsb cadangan untuk usaha asuransi, cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan (pasal 9 ayat (1) huruf c UU No.36 tahun 2008 Menganut biaya historis Menganut biaya historis dengan memperhatikan harga pertukaran yang objektif Subtansi mengalahkan bentuk formal Substansi mengalahkan bentuk formal, tetapi dalam beberapa kasus, bentuk formal mengalahkan substansi Jika terdapat pelanggaran tidak ada Jika terdapat pelanggaran dapt sanksi tetapi mempengaruhi opini dikenakan sanksi berupa sanksi akuntan publik administrasi maupun sanksi pidana Sumber : Poernomo, 2008, Modul Akuntansi Pajak, diolah.
16 Universitas Sumatera Utara
2.1.2
Perbedaan Permanen dan Perbedaan Temporer Perbedaan permanen antara laba akuntansi dan penghasilan kena
pajak yang disebabkan oleh ketentuan perpajakan dan tidak akan menimbulkan permasalahan akuntansi serta tidak memberikan pengaruh terhadap kewajiban perpajakan di masa mendatang. Hal ini timbul akibat adanya perbedaan pengakuan beban dan pendapatan antara pelaporan komersial dan fiskal. Hubungan antara penghasilan sebelum pajak menurut pembukuan (pretax income) dengan penghasilan kena pajak (taxable income) dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.2 Hubungan antara penghasilan sebelum pajak menurut pembukuan (pretax income) dengan penghasilan kena pajak (taxable income) PERBEDAAN PERMANEN KOREKSI FISKAL POSITIF & NEGATIF Undang-undang, umumnya bersumber dari : Pasal 4 ayat (3) Pasal 9 ayat (1) dan (2) Pasal 18 Peraturan Pemerintah Keputusan Menteri Keuangan Keputusan/ Surat EdaranDirektur Jenderal Pajak
PERBEDAAN TEMPORER KOREKSI FISKAL POSITIF & NEGATIF Undang-undang, umumnya bersumber dari: Pasal 6 ayat (1) huruf h Pasal 10 ayat (6) Pasal 11 dan 11A Peraturan Pemerintah Keputusan Menteri Keuangan Keputusan/ Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Sumber: Zain, Manajemen Perpajakan, 2008.
17 Universitas Sumatera Utara
2.1.2.1 Perbedaan Permanen Perbedaan permanen disebabkan oleh pengaturan yang berbeda terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar akuntansi Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Jadi dapat dikatakan bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan, ada beberapa penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, sedangkan secara komersial penghasilan tersebut diakui sebagai penghasilan. Begitu juga sebaliknya, ada beberapa biaya sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan termasuk biaya fiskal yang tidak boleh dikurangkan, sedangkan menurut komersial biaya tersebut diperhitungkan sebagai biaya. Pada umumnya perbedaan permanen yang terjadi akibat perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya terdapat pada: a) Pasal 4 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008 Perbedaan yang tercantum dalam pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Pajak
Penghasilan berkenaan dengan penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak. Jadi, setiap penghasilan yang termasuk dalam pasal ini harus dikeluarkan dari laporan laba rugi komersial untuk memperoleh laba fiskal. Berikut ini beberapa contoh penghasilan yang bukan merupakan objek pajak: 1. Bantuan, sumbangan, termasuk zakat yang diterima badan amil zakat yang dibentuk secara sah; 2. Warisan;
18 Universitas Sumatera Utara
3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah; 4. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa; 5. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. 6. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham, persekutuan, firma dan kongsi. b) Pasal 9 ayat (1) dan (2) UU No. 36 Tahun 2008 Perbedaan yang tercantum dalam pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan berkenaan dengan pengeluaran yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Seperti halnya dengan perlakuan terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, jika terdapat pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dalam sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial maka harus dikeluarkan untuk memperoleh laba fiskal. Berikut beberapa contoh pengeluaran yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya: 1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
19 Universitas Sumatera Utara
2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota; 3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang; 4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan; 5. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa; 6. Pajak penghasilan; 7. Pengeluaran
untuk
mendapatkan,
menagih,
dan
memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi. c) Pasal 18 Perbedaan yang tercantum dalam pasal 18 Undang-Undang Pajak Penghasilan berkenaan dengan kewenangan Menteri Keuangan/ Direktur Jenderal Pajak untuk mengatur keperluan penghitungan pajak. Beberapa contoh kewenangan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kewenangan untuk mengeluarkan keputusan mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan penghitungan pajak;
20 Universitas Sumatera Utara
2. Kewenangan untuk menetapkan saat diperolehnya dividen oleh wajib pajak luar negeri, atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri; 3. Kewenangan untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta
menentukan utang sebagai modal untuk
menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnya. Perbedaan permanen dapat memengaruhi salah satu dari laporan keuangan tersebut, baik laporan keuangan yang disusun berdasarkan akuntansi keuangan, maupun laporan keuangan untuk kepentingan perpajakan, tetapi tidak kedua-duanya (Zain, 2008: 231) Perbedaan permanen terjadi jika perbedaan laba fiskal dan laba komersial tahunan tidak akan terpulihkan dikemudian hari sehingga juga terjadi perbedaan laba fiskal dan laba komrsial total. Perbedaan permanen dapat positif (apabila laba komersial lebih besar dari laba fiskal) atau negatif (apabila laba komersial lebih kecil dari laba fiskal). Karena dilihat dari sisi akuntansi maka peristilahan positif/negatif merupakan kebalikan dari istilah koreksi positif/negatif untuk tujuan pajak. Untuk penghitungan penghasilan kena pajak beda pengaturan yang menyebabkan laba fiskal menjadi lebih besar dari laba komersial secara administrasi pajak disebut koreksi positif, sebaliknya beda pengaturan yang menyebabkan laba fiskal lebih kecil dari laba komersial disebut
21 Universitas Sumatera Utara
koreksi negatif (Gunandi, 2013: 140). Beberapa contoh Perbedaan permanen sebagai berikut: 1. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan sedangkan menurut ketentuan PPh bukan penghasilan. Misalnya deviden (berasal dari cadangan laba ditahan) yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri dari penyertaan modal sebesar 25% atau lebih pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia. 2. Menurut akuntansi komersial merupakan bagian dari total penghasilan sedangkan menurut ketentuan PPh karena telah dikenakan PPh yang brsifat final maka dipisahkan (tidak perlu digabung) dari penghasilan lainnya dalam menghitung PPh yang terutang. Misalnya penghasilan bunga deposito atau tabungan lainnya yang telah dipotong PPh Final 20% oleh bank. 3. Menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya) sedangkan menurut Pasal 9 (1) UUPPh tidak terdapat dibebankan, misalnya:
Biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh penghasilan yang bukan objek pajak atau dikenakan pajak final.
Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan.
Sanksi perpajakan berupa bunga, denda, dan kenaikan.
Biaya-biaya yang menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu, misalnya biaya
22 Universitas Sumatera Utara
entertaiment, penghapusan piutang dan biaya promosi yang tanpa daftar
nominatif,
serta
sumbangan
bencana
alam/litbang/infrastruktur sosial/fasilitas pendidikan/pembinaan olah raga yang melebihi 5% dari laba fiskal tahun lalu atau menyababkan rugi fiskal tahun berjalan. 4. Kerugian penjualan aset yang tidak digunakan untuk mndapatkan , menagih dan memelihara penghasilan kena pajak, rugi selisih kurs dari kegiatan yang bersifat spekulatif. 5. Deviden saham, deviden terselubung dan deviden antar perusahaan dengan pemilikan saham dibawah 25%. 6. Pemberian fasilitas pajak, misalnya investment allowance, kredit investasi, dan pembebasan pajak atau pajak DPT, apabila WP menghitung PPh teoretis atas laba komersial. 7. Biaya –biaya yang melebihi harga pasar wajar antar pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dan koreksi-koreksi karena transaksi antar wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa. 8. Segala sumbangan (selain diatas), bantuan dan hibah kepada pihakpihak yang mempunyai hubungan istimewa. 9. Pembentukan
dan
pemupukan
dana
cadangan
diperbolehkan, antisipasi kerugian/penurunan
yang
tidak
nilai aset (asset
impairmen), dan penyisihan lainnya. 10. Penilaian aset tetap menurut metode revaluasian tiap akhir tahun untuk akuntansi komersial (untuk fiskal dipakai metode biaya), tanpa
23 Universitas Sumatera Utara
diakuinya penurunan nilai revaluasian untuk perpajakan walaupun mengenakan PPh atas sisa nilai lebih revaluasi. 11. Laba-rugi selisih kurs valas yang berasal dari kegiatan usaha atau yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha yang dikenakan pajak final atau bukan merupakan objek pajak. 12. Biaya-biaya untuk keperluan pemegang saham, dsb.
2.1.2.2 Perbedaan Temporer Perbedaan temporer disebabkan karena adanya perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan biaya untuk penghitungan laba. Perbedaan ini terjadi karena berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan terdapat penghasilan atau biaya yang boleh dikurangkan pada periode akuntansi terdahulu atau periode akuntansi berikutnya dari periode akuntansi sekarang. Sementara itu, komersial mengakuinya sebagai penghasilan atau biaya pada periode yang bersangkutan. (Zain 2008: 213). Pasal-pasal dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU Pajak No. 36 Tahun 2008) yang terkait dengan perbedaan temporer adalah sebagai berikut: 1. Pasal 6 ayat (1) huruf (h) Ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berkaitan dengan penghapusan piutang tidak tertagih fiskal. Secara lengkap pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:
24 Universitas Sumatera Utara
Besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat: 1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; 2. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau
adanya
perjanjian
tertulis
mengenai
penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; 3. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan 4. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak. Yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. 2. Pasal 10 ayat (6) Ketentuan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang metode penilaian persediaan. Secara lengkap, pasal tersebut berbunyi sebagai berikut: “Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama”.
25 Universitas Sumatera Utara
3. Pasal 11 dan pasal 11 A Ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang metode penyusutan dan amortisasi. Beberapa hal yang berkaitan dengan kedua pasal tersebut misalnya mengenai penetapan masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud serta penetapan masa manfaat dan amortisasi harta tak berwujud. Lebih lanjut penyebab perbedaan temporer dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Metode Penyusutan dan Amortisasi Penyusutan untuk kepentingan perpajakan secara substansial berbeda dengan penyusutan untuk kepentingan akuntansi. Metode penyusutan menurut akuntansi didisain untuk mempersandingkan antara pengeluaran suatu aset atau penurunan manfaat aset bersamaan dengan manfaat ekonomis yang didapatkan dari penggunaan aset tersebut. Periode penyusutan atau masa manfaat yang digunakan untuk kepentingan perpajakan didasarkan pada ketentuan perundangundangan perpajakan dan sama sekali tidak terkait dengan masa manfaat aset yang bersangkutan atau dengan kata lain tidak ada usaha untuk mempersandingkan antara penghasilan dengan pengeluaran (Zain, 2008: 241). Perbedaan metode penyusutan atau amortisasi antara standar akuntansi keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
26 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Perbedaan Ketentuan Penyusutan atau Amortisasi menurut Perpajakan dan menurut Akuntansi Ketentuan Peraturan Perundang- Standar Akuntansi keuangan undangan Perpajakan Terdapat pengelompokan aset yang Tidak terdapat pengelompokan aset yang terdiri dari kelompok harta berwujud didasarkan pada penyusutan atau dan kelompok harta tidak berwujud. amortisasinya. Pengelompokan aset Kelompok harta berwujud terdiri dari: didasarkan menurut kelancarannya dan I. Bukan bangunan ketetapannya, yang terdiri dari aset a. Kelompok 1 berwujud, aset tetap, aset tidak berwujud, b. Kelompok 2 investasi jangka panjang dan saet lainc. Kelompok 3 lain. d. Kelompok 4 II. Bangunan a. Permanen b. Tidak Permanen Kelompok harta tak berwujud terdiri dari Kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 4. Masa manfaat ditetapkan berdasarkan Tidak ada penetapan masa manfaat. pengelompokan aset. Tarif per kelompok ditetapkan. Tarif tidak diatur. Hanya tiga pilihan metode penyusutan, Banyak pilihan metode penyusutan, di yaitu metode garis lurus, metode saldo antaranya yaitu metode garis lurus, menurun ganda, dan metode satuan metode saldo menurun, metode saldo produksi menurun ganda, metode jumlah angka tahun, dan metode satuan produksi. Sumber: Zain, Manajemen Perpajakan, 2008, diolah. b. Metode Penilaian persediaan Dalam akuntansi, banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan persediaan dan harga pokok penjualan, seperti metode identifikasi spesifik (spesific identification), mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama (FIFO), mendahulukan persediaan yang diperoleh terakhir (LIFO), serta harga perolehan yang diperoleh secara rata-rata (weighted average). Dalam perpajakan, metode penilaian persediaan
yang diperkenankan digunakan untuk
kepentingan
27 Universitas Sumatera Utara
perhitungan
pajak
terutang
terbatas
kepada
metode
yang
mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama (FIFO) dan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata (weighted average) seperti yang tercantum dalam UU Pajak Penghasilan pasal 10 ayat (6). Jika terdapat penerapan pendekatan yang berbeda antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal maka akan menimbulkan perbedaan temporer dan alokasi harga pokok penjualan menjadi berbeda untuk setiap tahun sehingga menghasilkan laba kotor yang berbeda. Namun, perbedaan tersebut tidak bersifat tetap karena akan dikompensasikan pada periode berikutnya. c. Penghapusan piutang Dalam akuntansi, piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Dalam akuntansi dikenal dua metode penghapusan piutang, yaitu: 1. Metode langsung Dalam metode ini, kerugian piutang baru diakui pada waktu diketahui ada piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih sesuai dengan kebijakan perusahaan atau pernyataan debitur. Dengan demikian pengakuan kerugian piutang sebagai pengurangan baru dilakukan pada tahun terjadinya penghapusan piutang tersebut.
28 Universitas Sumatera Utara
2. Metode cadangan Dalam metode cadangan, pada setiap akhir periode dibentuk cadangan kerugian untuk menaksir jumlah yang sekiranya tidak dapat ditagih pada periode berikutnya. Pada saat pembentukan cadangan ini perusahaan mengakui adanya kerugian piutang, sedangkan pada saat benar-benar tidak dapat ditagih (piutang harus dihapus) maka tidak lagi mengakui adanya kerugian piutang dan membebankannya ke rekening cadangan kerugian piutang yang telah dibentuk sebelumnya. Dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan, salah satu komponen yang tidak diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak adalah pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih usaha tertentu, seperti usaha bank dan sewa guna usaha (Pasal 9 ayat (1) huruf (c)). Piutang akan dihapus dan diakui sebagai kerugian piutang pada saat atau periode dimana piutang tersebut nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat-syarat tertentu yang diatur dalam UU Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat (1) huruf (h). Hal ini berarti metode yang dianut adalah penghapusan piutang langsung. Perbedaan pengurangan kerugian piutang dari pendapatan dalam laporan laba rugi hanya dalam waktu, dan akan saling menutup pada periode yang lain.
29 Universitas Sumatera Utara
Perbedaan temporer (timing differencces) terjadi apabila perbedaan antara jumlah laba fiskal dan laba komersial tahunan dikemudian hari dapat dipulihkan kembali (reverse, recovery, recouping) sehingga jumlah total laba fiskal dan laba komersial sama. Perbedaan temporer dapat positif apabila laba komersial lebih besar sari laba fiskal, dan negatif apabila laba komersial lebih kecil dari laba fiskal. Untuk tujuan penghitungan pajak terutang, suatu koreksi yang membuat laba fiskal ‘baru’ menjadi lebih besar dari laba fiskal menurut SPT (dari administrasi pajak) disebut koreksi positif, sebaliknya sesuatu yang membuat laba fiskal ‘baru’ lebih rendah dari laba fiskal menurut SPT disebut koreksi negatif (Gunandi, 2013: 141). Perbedaan waktu merupakan perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal. Beberapa contoh perbedaan temporer sebagai berikut: 1. Metode penyusutan, misalnya atas bangunan secara komersial wajib pajak menggunakan metode saldo menurun, atau memakai masa manfaat yang berbeda dari masa manfaat fiskal, memulai depresiasi pada saat aset digunakan sedang untuk depresiasi fiskal dimulai pada saat perolehan; 2. Metode penilaian persediaan, misalnya secara komersial untuk keseragaman grup perusahaan wajib pajak mengikuti penilaian berdasarkan FIFO, sdang secara fiskal memanfaatkan rata-rata;
30 Universitas Sumatera Utara
3. Penyisihan piutang tak tertagih, sesuai ketentuan fiskal atas pembayaran kembali piutang yang telah dihapus wajib pajak mencatat sebagai penghasilan kena pajak, sedangkan untuk akuntansi komersial wajib pajak mengurangkan dari dana pemupukan penyisihan sehingga laba komersial lbih kecil dari laba fiskal namun disisi lain dengan lebih rendahnya beban pemupukan dana penyisihan komersial dari fiskal menyebabkan laba komersial lebih besar dari laba fiskal; 4. Rugi-laba selisih kurs, misalnya perbedaan kurs sebagai dasar untuk pemotongan PPh Pasal 22 dengan kurs yang sebenarnya. (Karena UU No 36 tahun 2008 memperkenal kan informasi pembukuan selisih nilai tukar valas mengikuti praktik pembukuan komersial maka pada umumnya tidak terjadi perbedaan antar laba komersial dan laba fiskal); 5. Pajak masukan yang karena beberapa hal (seperti diatur pasal 9(8) UU PPN) tidak boleh dikreditkan namun dapat dibiayakan atau dikapitalisir
(dan
kemudian
mengurangkannya
melalui
penyusutan), ternyata wajib pajak penghasilan kena pajak memilih mengkapitalisasinya; 6. Pembukuan laba-rugi pelepasan aset yang diasuransikan dari risiko kerugian untuk tujuan komersial pada saat aset ditarik dari penggunaan, sedang untuk fiskal pada saat diketahuinya santunan asuransi.
31 Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Perubahan Laba Tujuan utama suatu perusahaan adalah memaksimalkan laba. Perubahan laba merupakan peningkatan dan penurunan laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kinerja manajer suatu perusahaan dapat diukur dan dievaluasi berdasarkan laba yang diperoleh. Kebijakan manajemen baik jangka panjang maupun jangka pendek akan tercermin dalam laba. Laba merupakan signal kebijakan manajemen baik yang berdampak negatif maupun positif (Suwardjono, 2005: 42). Kenaikan laba yang dilaporkan oleh manajemen disebabkan oleh pilihan metode akuntansi dalam proses akrual akan menyebabkan adanya perbedaan besar antara laba akuntansi dan laba fiskal. Jika book tax differences besar yang merupakan bukti kenaikan (penurunan) laba karena
pilihan
akrual,
maka
komponen
akrual
tersebut
akan
menunjukkan pembalikan yang besar secara rata –rata di masa depan (Wijayanti, 2006: 12). Manajer memanfaatkan keleluasaan peraturan generally accepted accounting principles (GAAP) atau di Indonesia dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) untuk meningkatkan laba akuntansi tanpa menyebabkan peningkatan pada laba fiskal.
32 Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu No. 1.
Nama Peneliti Hanlon (2005)
Judul Penelitian Peranan book tax differences dalam mengindikasikan persistensi laba, akrual, dan arus kas untuk laba satu tahun ke depan
2.
Sonya Erna Ginting (2009)
Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
3.
Nugroho Pengaruh BookAdi Saputro Tax Differences (2011) Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan
Variabel Penelitian Earning persistence, accrual, cash flow, deffered tax
Hasil Penelitian
Perusahaan dengan book tax differences dalam jumlah besar serta bernilai positif dan negatif (large positive book tax differences dan large negative book tax differences) mempunyai laba yang kurang persisten dibandingkan perusahaan yang mempunyai book tax differences dalam jumlah kecil (small book tax differences) Laba Perbedaan antara laba akuntansi akuntansi dan laba sebelum fiskal secara negatif pajak saat ini, berpengaruh Laba signifikan terhadap akuntansi persistensi laba sebelum pajak dimasa yang akan datang, Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal Book tax Perbedaan temporer differences, dan total book-tax perbedaan differences mampu permanen, memprediksi perbedaan pertumbuhan laba temporer, perusahaan satu pertumbuhan periode kedepan.
33 Universitas Sumatera Utara
Manufaktur yang laba Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010)
4.
Pengaruh Book Tax Differences Terhadap Perubahan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2010) Sumber : Data diolah Peneliti
2.3
Nur Aini Rosanti (2013)
Perbedaan permanen, perbedaan temporer, akrual, perubahan laba
Sedangkan perbedaan permanen tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba perusahaan satu periode kedepan Perbedaan permanen dan perbedaan temporer tidak berpengaruh terhadap perubahan laba .
Kerangka Konseptual
Variabel Independen Variabel Dependen Perbedaan Permanen (X1) Perubahan Laba (Y)
Perbedaan Temporer (X2)
Arus Kas Operasi (Z) Variabel Moderating
34 Universitas Sumatera Utara
Kerangka konseptual penelitian ini menunjukkan pengaruh variabel independen (perbedaan permanen dan perbedaan temporer) terhadap variabel dependen (perubahan laba). Perubahan laba dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan. Pemakai laporan keuangan mengukur kinerja manajemen melalui informasi yang terkandung dalam laba. Oleh karena itu, laba dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan investasi dan prediksi untuk meramalkan perubahan laba yang akan datang. Perubahan laba merupakan kenaikan atau penurunan laba per tahun. Book tax differences diprediksi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan karena adanya perbedaan mekanis dalam perhitungan laba. Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal juga dipengaruhi oleh pilihan metoda akuntansi dalam proses akrual. perbedaan permanen dan perbedaan temporer menyebabkan adanya koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif. Koreksi fiskal positif menyebabkan laba fiskal bertambah. Sebaliknya, koreksi fiskal negatif menyebabkan laba fiskal berkurang. Dalam mencari hubungan antara book-tax differences dengan perubahan laba digunakan arus kas operasi sebagai variabel modrating karena arus kas operasi menunjukkan besarnya aliran masuk yang berasal dari aktivitas operasi dan aliran keluar yang digunakan untuk aktivitas operasi sehingga diperkirakan arus kas operasi akan berhubungan positif dengan laba masa depan.
35 Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis Penelitian 2.4.1 Pengaruh Audit Perbedaan Permanen terhadap Perubahan Laba Telah disinggung sebelumnya book tax differences yang akan dianalisis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua komponen, yaitu perbedaan permanen dan perbedaan temporer. Perbedaan permanen timbul akibat adanya perbedaan pengakuan transaksi antara peraturan akuntansi dan peraturan pajak. Perbedaan permanen terdiri dari penghasilan yang telah dipotong PPh final, penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, pengeluaran yang termasuk dalam non deductible expense dan tidak termasuk dalam deductible expense. Bunga deposito adalah contoh penghasilan yang diakui dalam peraturan akuntansi yang dapat menambah laba perusahaan, namun dalam peraturan pajak penghasilan tersebut tidak diakui dan harus dikeluarkan dari perhitungan laba fiskal (penghasilan kena pajak) karena bersifat final. Hal ini akan menyebabkan laba fiskal (penghasilan kena pajak) menjadi rendah sehingga akan berpengaruh pada beban pajak yang semakin kecil. Jika penghasilan sebelum pajak konstan, semakin rendah beban pajak yang dibayarkan maka laba bersih yang dihasilkan semakin besar. Hal yang berlawanan akan terjadi pada pengeluaran yang dalam peraturan akuntansi akan mengurangi laba namun tidak menurut peraturan pajak. Contoh pengeluaran ini adalah penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan. Dalam peraturan akuntansi pengeluaran tersebut akan
36 Universitas Sumatera Utara
mengurangi laba, namun dalam peraturan pajak item tersebut harus dikeluarkan dari penghitungan penghasilan kena pajak karena termasuk dalam kelompok non deductible expense. Hal ini akan mengakibatkan beban yang dibayarkan sebagai pengurang laba akan menjadi lebih kecil dan penghasilan kena pajak menjadi lebih besar. Penghasilan kena pajak yang besar berarti beban pajak yang lebih besar pula. Jika penghasilan sebelum pajak konstan, semakin besar beban pajak yang harus dibayarkan maka akan memperkecil laba bersih yang dihasilkan. Jackson (2009) melakukan penelitian dengan menganalisis perbedaan permanen menemukan bukti bahwa perbedaan permanen berhubungan positif dengan perubahan laba hanya karena mereka berhubungan negatif dengan perubahan beban pajak. Maksud dari pernyataan ini adalah semakin tinggi perbedaan permanen maka semakin rendah beban pajak masa depan, yang berarti bahwa laba bersih masa depan akan semakin tinggi. 2.4.2 Pengaruh Audit Perbedaan Temporer terhadap Perubahan Laba Beberapa perbedaan temporer dapat timbul apabila penghasilan atau beban diakui dalam perhitungan laba akuntansi yang berbeda dengan periode saat penghasilan atau beban tersebut diakui dalam perhitungan laba fiskal, misalnya perbedaan metode penyusutan dan masa manfaat yang digunakan dalam penghitungan laba akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan temporer kena pajak tersebut menyebabkan timbulnya beban pajak tangguhan atau pendapatan pajak tangguhan. Beban pajak tangguhan
37 Universitas Sumatera Utara
akan menimbulkan kewajiban pajak tangguhan sedangkan pendapatan pajak tangguhan menimbulkan aset pajak tangguhan. Besarnya pajak tangguhan bersih berpengaruh terhadap pembayaran pajak masa depan yang tercermin pada pajak kini di tahun mendatang. Pembalikan perbedaan temporer akan mempengaruhi pembayaran pajak di masa yang akan datang. Misalnya, pembalikan kewajiban pajak tangguhan akan meningkatkan pembayaran pajak masa yang akan datang, sementara pemulihan aset pajak tangguhan akan mengurangi pembayaran pajak masa depan. Pembayaran pajak yang semakin meningkat atau semakin menurun akan berpengaruh pada laba bersih yang akan dihasilkan. Jika penghasilan sebelum pajak konstan, semakin besar beban pajak yang dibayarkan maka semakin kecil laba bersih yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya. Perbedaan temporer juga dapat memberi informasi mengenai kinerja ekonomi masa depan melalui diskresi akrual yang digunakan oleh perusahaan untuk memanipulasi laba yang tercermin dari beban pajak tangguhan. Pencatatan transaksi menurut peraturan akuntansi akan memberikan keleluasaan kepada manajer dalam menentukan estimasi dan metode sehingga memungkinkan untuk melakukan manipulasi laba. Namun demikian menurut aturan pajak keleluasaan manajer ini dibatasi sehingga akan timbul adanya beban pajak tangguhan yang merefleksikan perbedaan temporer. Manipulasi laba yang dilakukan akan menghasilkan laba bersih yang dihasilkan menjadi lebih tinggi.
38 Universitas Sumatera Utara
Pendeteksian manajemen laba dalam penelitian Philips et al. (2003) menyimpulkan bahwa beban pajak tangguhan berguna untuk mendeteksi manajemen laba guna menghindari penurunan laba dan menghindari kerugian, namun tidak demikian dengan memenuhi perkiraan analis pasar. Penelitian yang dilakukan Hanlon (2005) menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki perbedaan temporer (pajak tangguhan) yang besar memiliki laba yang kurang persisten. Jackson (2009) yang memfokuskan penelitian pada pertumbuhan laba juga menemukan bahwa perbedaan temporer berhubungan negatif dengan pertumbuhan laba sebelum pajak. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1
: Perbedaan permanen book tax differences berpengaruh terhadap perubahan laba.
H2
: Perbedaan temporer book tax differences berpengaruh terhadap perubahan laba.
H3
: Perbedaan permanen dan perbedaan temporer book tax
differences
berpengaruh terhadap perubahan laba. H4
: Arus Kas Operasi mempengaruhi hubungan antara perbedaan permanen book tax differences terhadap perubahan laba.
H5
: Arus Kas Operasi mempengaruhi hubungan antara perbedaan temporer book tax differences terhadap perubahan laba.
39 Universitas Sumatera Utara
H6
: Arus Kas Operasi mempengaruhi hubungan antara perbedaan permanen dan perbedaan temporer book tax differences terhadap perubahan laba.
40 Universitas Sumatera Utara