BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Investasi
2.1.1
Pengertian Investasi Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk
digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto, 2003:5). Menurut Jones (2004:3) investment is the commitment of funds to one or more assets, that will be held over some future time period. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang akibat dari pengalokasian dana konsumsi masa sekarang ataupun tabungan para masyarakat pemodal.
Namun,
seorang
investor
yang
rasional
tidak
boleh
hanya
mempertimbangkan tingkat return saja, tetapi juga harus memperhitungkan risiko investasi tersebut. Menurut Tandelilin (2001:5), hubungan risiko dan return yang diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linier. Artinya semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return kenyataannya (realized return). Begitu pula dengan risiko, risiko dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu systematic risk (risiko yang tidak dapat dihilangkan) dan non-systematic risk (risiko yang dapat
Universitas Sumatera Utara
dikurangi dengan membentuk portofolio yang well diversified). Investor yang rasional tentunya tidak menyukai ketidakpastian atau risiko. Investor tersebut baru akan berani mengambil risiko yang jika investasi tersebut juga menjanjikan return yang lebih tinggi daripada investasi yang berisiko kecil. Sikap investor yang seperti itu disebut sebagai risk-averse investor. 2.1.2
Portofolio Investasi Menurut Jogiyanto (2003:179-180), Jika investor adalah rasional, maka
mereka akan memilih portofolio yang optimal. Portofolio optimal dapat ditentukan dengan menggunakan Model Markowitz atau dengan Model Indeks Tunggal. Untuk model-model ini, semua portofolio yang optimal adalah portofolio yang efisien (efficient portfolio). Portofolio efisien (efficient portfolio) adalah portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan risiko yang sudah pasti atau portofolio yang mengandung risiko yang terkecil dengan tingkat return ekspektasi yang sudah pasti (Jogiyanto, 2003:180). Investor
dapat
saja
memilih
kombinasi
aktiva
untuk
membentuk
portofolionya. Seluruh set yang memberikan kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi aktiva yang tersedia disebut dengan opportunity set atau attainable set. Kumpulan (set) dari portofolio yang efisien ini disebut dengan efficient set atau efficient frontier (Jogiyanto, 2003:201). Dua aktiva yang membentuk portofolio dapat berkorelasi secara positip sempurna, negatip sempurna atau tidak mempunyai korelasi sama sekali. Bentuk dari attainable set dan efficient
Universitas Sumatera Utara
set akan berbeda-beda tergantung dari korelasi antar aktiva tersebut. Model Markowitz dapat digunakan untuk menentukan portofolio yang efisien ini (Jogiyanto, 2003:180). Tiap-tiap investor mempunyai tanggapan risiko yang berbeda-beda. Portofolio mana yang akan dipilih oleh investor tergantung dari fungsi utilitinya masing-masing. Portofolio yang optimal untuk tiap-tiap investor terletak pada titik persinggungan antara fungsi utiliti investor dengan efficient set.
E(Rp)
Sumber: Jogiyanto (2003:203)
đđđđ
Gambar 2.1 Portofolio Optimal berdasarkan Preferensi Masing-masing Investor
Universitas Sumatera Utara
2.2
Reksa Dana
2.2.1
Pengertian Reksa Dana Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil, pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risk and return atas investasi mereka. Reksa dana menawarkan bagi investor diversifikasi rendah biaya dan manajemen profesional. Bagi sebagian besar investor, akan lebih efisien membeli reksa dana daripada merakit sendiri portofolio saham dan obligasi yang terdiversifikasi (Brealey et. al, 2008:39). Dalam kelompok instrumen investasi, reksa dana berada dalam kelompok instrumen investasi derivatif. Karena instrumen lahir dari hasil portofolio yang dibuat manajer investasi (Widoatmojo, 2009:83). Dalam kamus keuangan, reksa dana didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersihnya. Terdapat berbagai macam istilah yang digunakan untuk reksa dana di berbagai negara. Di Inggris, Australia, dan Malaysia dikenal dengan sebutan Unit Trust. Di Amerika Serikat, reksa dana dikenal dengan istilah Mutual Fund atau terkadang disebut Investment companies. Sedangkan di Jepang, reksa dana lebih dikenal dengan Investment Trust, yang juga sering digunakan di Malaysia. Menurut Rose et al. (2009:483) Investment companies provide an outlet for the saving of thousands of individual investors, directing their funds into bonds,
Universitas Sumatera Utara
stocks, and money market securities. These companies are especially attractive to small investor, to whom they offer continuous management services for a large and varied security portfolio. Dengan demikian reksa dana adalah diversifikasi dalam portofolio yang dikelola oleh manajer investasi di perusahaan reksa dana (Sitompul, 2002:2). Reksa dana bisa menyediakan dua fasilitas yang sulit dipenuhi oleh pemodal kecil, yaitu pertama, membuat investasi mencapai skala ekonomis melalui penggabungan dana antara para investor kecil yang jika digabungkan jumlahnya menjadi amat besar untuk menciptakan investasi dalam skala yang besar pula. Dengan
investasi
berskala ekonomis
dan
menyebar inilah
dimungkinkan
mendapatkan penghasilan yang maksimal dengan biaya minimal (Widoatmojo, 2009:112). Kedua, mampu menyediakan tenaga profesional pengelola investasi efek secara kolektif. Perusahaan manajer investasi menyediakan tenaga ahli untuk mengelola portofolio investor agar meminimalisir risiko namun dengan return yang diharapkan (Widoatmojo, 2009:112). 2.2.2
Jenis-Jenis Reksa Dana Berdasarkan undang-undang pasar modal nomor 8 tahun 1995 tentang pasar
modal pasal 18 ayat (1), reksa dana dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1.
Reksa dana Berbentuk Perseroan (corporate type) Dalam bentuk reksa dana ini, perusahaan penerbit reksa dana menghimpun dana dengan menjual saham untuk diinvestasikan kembali pada berbagai jenis
2.
efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang.
Reksa Dana berbentuk Kontak Investasi Kolektif (contractual type) Reksa dana bentuk ini, merupakan kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor, di mana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif sedangkan bank kustodian berwenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi kolektif. Perbedaan ciri-ciri reksa dana berbentuk perseroan dan reksa dana berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif dipaparkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Perbedaan Reksa Dana Perseroan dan Reksa Dana Kontrak Kolektif Keterangan Bentuk Hukum Pengelolaan Kekayaan
Penyimpanan Kekayaan
Reksa Dana Perseroan Perseroan Terbatas (PT) Didasarkan pada kontrak antara dewan direksi dan manajer investasi yang ditunjuk Didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian
Reksa Dana Kontrak Kolektif Kontrak Investasi Kolektif Dilakukan manajer investasi berdasarkan Kontrak Dilaksanakan oleh bank kustodian berdasarkan kontrak
Sumber : Darmadji dan Fakhruddin (2001:47)
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari sifatnya, reksa dana dapat dibedakan menjadi : 1.
Reksa Dana Bersifat Tertutup (ClosedâEnd Fund) Reksa dana jenis ini tidak bersedia membeli lembar saham mereka sendiri saat pemilik saham berniat menjual sahamnya. Sebaliknya, saham mereka ditransaksikan di bursa saham atau di pasar over the counter. Sharpe et. al (2006:225) berpendapat bahwa: Secara umum, lembar saham close-end fund pada mulanya ditawarkan ke publik pada harga sekitar 10% diatas nilai aktiva nettonya karena adanya biaya bank investasi yang ditagihkan ke reksa dana itu. Hal ini menunjukkan bahwa saham itu overpriced karena sebagian besar lembar saham reksa dana itu dijual pada harga dibawah nilai aktiva netto di pasar sekunder.
2.
Reksa Dana Bersifat Terbuka (OpenâEnd Fund) Perusahaan investasi yang siap membeli kembali sahamnya pada atau di sekitar nilai aktiva nettonya. Angka NAB ini akan berubah setiap saat, sesuai dengan perubahan harga saham yang menjadi portofolio perusahaan manajer investasi.
BAPEPAM mengklasifikasikan reksa dana konvensional berdasarkan karakteristik portofolio investasinya sebagai berikut, Rudiyanto (2013:37-38) : 1.
Reksa Dana Pasar Uang Reksa Dana yang berinvestasi 100% di pasar uang. Reksa dana ini berinvestasi pada efek yang bersifat hutang yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun, seperti deposito tabungan, SBI dan obligasi yang diterbitkan dengan jangka waktu kurang dari 1 tahun. Tujuan dari Reksa Dana pasar uang
Universitas Sumatera Utara
umumnya untuk perlindungan kapital dan untuk menyediakan likuiditas yang tinggi dan pemeliharaan modal. 2.
Reksa Dana Pendapatan Tetap Jenis reksa dana ini berinvestasi minimal 80% dari portofolio yang dikelola
ke dalam efek yang bersifat hutang (obligasi) dengan ketentuan berutang akan membayar sejumlah kupon (bunga) dan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Reksa dana
bahwa
pihak
pokok
pinjaman
pendapatan
tetap
merupakan Reksa dana jangka menengah dan
panjang (1-3 tahun) dengan
memiliki risiko yang menengah tetapi risiko yang
dimiliki
oleh
reksa
dana
pendapatan tetap lebih besar daripada risiko yang dimiliki reksa dana pasar uang. Tujuannya adalah untuk 3.
menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil.
Reksa Dana Saham Reksa dana jenis ini berinvestasi minimal 80% dari portofolionya kedalam bentuk saham sebagai bukti kepemilikan pada suatu perusahaan. Reksa dana
saham merupakan reksa dana jangka panjang (diatas 5 tahun).
Dengan harga- harga saham yang sangat berfluktuasi, Reksa dana saham dapat memberikan
potensi pertumbuhan nilai investasi yang lebih
besar, demikian juga risikonya. Return dapat berupa perubahan harga saham (capital gain) maupun dividen. Tujuan dari reksa dana ini adalah untuk memudahkan masyarakat pemodal dalam memilih, mengelola, mengontrol portofolio saham mereka agar risiko yang ada tetap terkendali dan return yang diharapkan dapat tercapai.
Universitas Sumatera Utara
4.
Reksa Dana Campuran Reksa dana pada jenis ini melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang. Komposisi investasinya maksimum 79% di setiap instrumen. Reksa dana campuran memiliki fleksibilitas yang tinggi. Dari sisi pengelolaan investasi, fleksibilitas ini dapat dimanfaatkan ntuk berpindahpindah dari saham ke obligasi atau deposito, atau sebaliknya tergantung pada kondisi pasar dengan melakukan aktivitas trading, atau sering juga disebut usaha dalam melakukan market timing.
Menurut Widoatmojo (2009:117), ada empat hal yang biasanya dijadikan sasaran oleh reksa dana, yaitu : 1.
Pertumbuhan Reksa dana dengan sasaran pertumbuhan selalu berkonsentrasi pada pertumbuhan dalam jangka panjang. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan penghasilan yang besar di masa mendatang (jangka panjang). Pendapatan tinggi itu berasal dari apresiasi harga sertifikat reksa dana yang dipegang. Reksa dana ini biasanya mengalokasikan dananya pada saham.
2.
Pendapatan Apabila pendapatan merupakan sasaran, maka reksa dana demikian akan mementingkan kupon (bagi reksa dana yang menginvestasikan dananya pada
obligasi) dan dividen (bagi reksa dana yang menginvestasikan
dananya pada saham). Capital gain hanya sebagai pertimbangan tambahan.
Universitas Sumatera Utara
Reksa dana dengan sasaran ini akan memilih investasi pada obligasi, saham preferen, atau saham
blue
chips,
yang
secara
historis
memberikan dividen tunai yang tinggi. Reksa dana ini mengutamakan pendapatan yang konstan. 3.
Pertumbuhan dan Pendapatan Investor yang memilih reksa dana dengan sasaran kombinasi ini bersiikap mengambil jalan tengah terhadap penghasilan yang diberikan reksa dana tersebut.
4.
Keseimbangan Reksa dana dengan sasaran keseimbangan adalah reksa dana yang bersikap moderat terhadap pendapatan dan pertumbuhan. Reksa dana ini mirip dengan sasaran kombinasi. Bedanya, disamping bersikap moderat terhadap pendapatan dan pertumbuhan, reksa dana dengan sasaran keseimbangan juga moderat terhadap situasi ekonomi makro. Dalam keadaan bullish market, misalnya reksa dana akan memberikan pendapatan dan pertumbuhan harga yang tinggi kepada investornya dengan memilih saham-saham blue chips sebagai portofolionya. Dan dalam situasi bearish market, reksa dana dengan sasaran keseimbangan akan meminimumkan risiko dan memberikan dividen, pendistribusian capital gain, dan apresiasi harga yang kecil saja dengan memilih obligasi, sebagai upaya bertahan atau menghindari kerugian.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3
Biaya- Biaya Dalam Reksa Dana Menurut Manurung (2008) biaya dapat mengurangi tingkat pengembalian
yang diterima investor. Biaya diharapkan sangat kecil agar hasil yang diperoleh cukup besar. Dengan biaya yang kecil maka diharapkan tingkat pengembalian menjadi lebih besar. Pembagian biaya reksa dana lebih didasarkan pada siapa pihak yang membayarkan, yang dikelompokkan dalam 3 kategori (Rudiyanto, 2013:83), yaitu: 1.
Biaya yang dibayarkan oleh reksa dana Biaya yang dibebankan pada reksa dana terdiri dari: a) Biaya manajemen dan biaya kustodian b) Biaya transaksi dan registrasi efek c) Biaya auditor dan notaris d) Biaya percetakan dan distribusi prospektus pembaharuan e) Biaya percetakan dan distribusi bukti konfirmasi dan laporan bulanan reksa dana f) Biaya lain-lain dan pajak (jika ada)
2.
Biaya yang dibayarkan oleh Manajer Investasi a) Biaya persiapan pembentukan dan distribusi prospektus awal dan biaya terkait seperti biaya akuntan, konsultan hukum dan notaris b) Biaya administtasi pengelolaan c) Biaya pemasaran dan promosi
Universitas Sumatera Utara
d) Biaya penerbitan dan distribusi formulir untuk kepentingan transaksi reksa dana e) Biaya pengumuman di surat kabar setelah mendapat pernyataan efektif f) Biaya pembubaran dan likuidasi 3.
Biaya yang dibayarkan oleh investor a) Biaya transaksi yang mencakup biaya pembelian (subscription fee), penjualan (redemption fee), dan pengalihan (switching fee) reksa dana b) Biaya transfer bank terkait transaksi c) PPn atas biaya transaksi
2.2.4
Risiko dan Return Reksa Dana
2.2.4.1 Return Reksa Dana Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003:109). Suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya (Tandelilin, 2001:6). Imbal hasil yang dihitung dengan cara ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja portofolio manajer reksadana karena metode ini menunjukkan hasil keputusan investasi manajer Sharpe et. al (2006:234). 2.2.4.2 Risiko Reksa Dana Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasikan (Van Horne dan Wachowics Jr., dalam
Universitas Sumatera Utara
Jogiyanto, 2003:130). Return dan risiko mempunyai hubungan yang berbanding lurus. Umumnya, semakin besar risiko, maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan (Tandelilin, 2001:6). Dalam berbagai prospektus reksa dana, maka risiko yang dihadapi investor (Manurung, 2008) yaitu : 1.
Risiko ekonomi saat ini Risiko
yang
menggambarkan
situasi
perekonomian
yang
dapat
mempengaruhi nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana. 2.
Risiko berfluktuasinya nilai aktiva bersih Risiko ini dapat terjadi karena adanya perubahan portofolio maupun kebijakan pemerintah yang mempengaruhi tingkat suku bunga yang tidak dapat dikendalikan oleh manajer investasi.
3.
Risiko likuiditas Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi yang tidak dapat membayar jika sebagian besar pemegang unit sekaligus melakukan
penjualan
kembali
(redemption) atas
segala
unit
yang
dipegangnya. Manajer investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut. Risiko ini juga dikenal sebagai redemption effect. 4.
Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang masuk dalam portofolio reksa dana tersebut.
Universitas Sumatera Utara
5.
Risiko Pertanggungaan atas harta atau kekayaan reksa dana Risiko yang dihadapi oleh para investor karena perubahan nilai aktiva bersih
(NAB)
saat
terjadi
hal-hal
yang
tidak
diinginkan,
seperti
wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan reksa dana, pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih). Risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendahdari nilai pertanggungan. 2.2.5
Pengelolaan Reksa Dana Terdapat dua pihak yang terlibat langsung dalam pengelolaan reksa dana
(Pratomo dan Nugraha, 2009:51). Dua pihak tersebut adalah Manajer Investasi dan Bank Kustodian. Manajer Investasi atau Fund Manager adalah perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah untuk melakukan kegiatan pengelolaan dana melalui investasi di pasar modal (Rudiyanto, 2013:23). Personel perorangan yang bekerja di perusahaan ini wajib lulus ujian Wakil Manajer Investasi (WMI) yang diselenggarakan pemerintah. Pengelola reksa dana berikutnya adalah Bank Kustodian. Bank kustodian memegang peranan penting dalam reksa dana karena:
Universitas Sumatera Utara
1.
Merupakan pihak yang melakukan administrasi baik dari sisi Manajer Investasi maupun Investor.
2.
Merupakan pihak yang melakukan pengawasan terkait kepatuhan Manajer Investasi.
3.
Merupakan pihak yang melakukan safekeeping atas aset reksa dana (penyimpan kekayaan) Namun, berbeda dengan manajer investasi, izin bank kustodian hanya berlaku
untuk perusahaan-tidak ada izin khusus untuk perorangan bekerja dalam bank kustodian (Rudiyanto, 2013:25) Dalam mengelola reksadana, manajer investasi menggunakan dua strategi, yaitu strategi investasi aktif dan strategi investasi pasif (Hendrayana, 2013:57). Strategi investasi aktif adalah strategi buy and hold dimana pengelola berinvestasi di sekelompok saham, dengan bobot tertentu yang dianggap paling optimal. Manajer investasi akan mempertahankan komposisi itu dengan transaksi jual beli yang tidak sering. Sedangkan, strategi investasi aktif terjadi jika manajer investasi secara aktif melakukan jual beli saham. Strategi ini dikenal juga dengan istilah market timing. Pengelolaan reksa dana merupakan gabungan dari strategi buy and hold serta market timing. Manajer investasi juga memiliki gaya pengelolaan yang beragam. Berdasarkan perbandingan total risikonya, gaya pengelolaan manajer investasi dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok (Hendrayana, 2013:57) yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1.
Aggresive fund Reksa dana saham dengan gaya pengelolaan investasi agresif karena memiliki risiko penurunan harga lebih besar dibandingkan indeks pasar (IHSG). Biasanya gaya pengelolaan ini diterapkan dalam kondisi pasar saham bullish.
2.
Index fund Reksadana saham dengan gaya pengelolaan investasi yang moderat atau cenderung mengikut indeks sehingga risiko penurunan harganya hampir sama dengan indeks pasar (IHSG). Biasanya gaya pengelolaan ini diterapkan pada saat pasar saham sedang bergerak datar tidak menentu (flat).
3.
Defensive fund Reksadana saham dengan gaya pengelolaan berlawanan dengan arah pergerakan investasi pada umumnya sehingga menghasilkan risiko penurunan harga yang lebih kecil dibandingkan dengan total risiko IHSG. Biasanya gaya pengelolaan ini diterapkan pada saat pasar saham sedang bearish.
2.2.6
Kinerja Reksa Dana Menurut Haslem (1988:79), performance is most important when selecting a
mutual fund. Dengan mengetahui informasi tentang kinerja reksa dana, investor dapat membuat suatu keputusan dalam pengoptimalan portofolio reksa dananya. Kinerja masa lalu tidak dapat menjadi patokan masa depan, tetapi tetap dapat menjadi referensi pengambilan keputusan (Hendrayana, 2013:119).
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pengukuran kinerja, akan didapat apakah kinerja masa lalu tergolong unggul (superior) atau inferior. Untuk menyebut kinerja manajer sebagai unggul atau inferior, diperlukan imbal hasil atas portofolio yang sama yang dikelola secara aktif atau pasif untuk perbandingan (Sharpe et. al, 2006:336). Artinya, jika kinerja suatu reksa dana lebih unggul daripada kinerja pembandingnya, maka dapat dikatakan reksa dana tersebut berkinerja superior, dan sebaliknya, jika kinerja suatu reksa dana tidak lebih baik daripada kinerja pembandingnya, maka dapat dikatakan reksa dana tersebut berkinerja inferior. Pembagian antara NAB dan Unit Penyertaan (bukti kepemilikan reksa dana) disebut NAB/Up atau lazim dikenal sebagai harga reksa dana (Rudiyanto, 2013:67). Oleh karena itu, NAB/Up merupakan suatu data yang dibutuhkan untuk menilai kinerja investasi suatu reksa dana. Kinerja portofolio sering diukur secara periodik dengan interval sekurang-kurangnya empat tahun, dengan imbal hasil diukur untuk sejumlah periode dalam interval itu-biasanya bulanan atau triwulanan. (Sharpe et. al, 2006:333). Dalam pengukuran kinerja, sering ditemukan kesalahan yang justru merugikan investor. Kesalahan yang sering ditemukan dalam kinerja reksa dana antara lain berkaitan dengan hal-hal berikut ini (Pratomo dan Ubaidillah,2005): 1.
Menilai kinerja berdasarkan pertumbuhan dana (NAB).
2.
Menghitung kinerja reksa dana tanpa memperhatikan adanya pembagian keuntungan (dividen).
Universitas Sumatera Utara
3.
Membandingkan kinerja reksa dana untuk periode yang berbeda serta tidak menggunakan tolak ukur (benchmark) tertentu.
4.
Membandingkan kinerja reksa dana yang mempunyai portofolio investasi berlainan. Pengukuran kinerja masing-masing reksa dana dengan menggunakan model
risk-adjusted return, yaitu: Sharpeâs Measure, Treynorâs Measure, dan Jensenâs Measure (Bodie et. al, 2006). Namun, dalam penelitian ini ditambahkan Metode M2 karena M2 sendiri merupakan pengembangan Metode Sharpe yang lebih terukur. Penjelasan semua metode pengukuran kinerja reksa dana saham yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 1.
The Sharpe Performance Measure Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga disebut dengan Reward-to-Variability Ratio (RVAR). Rasio Sharpe adalah ukuran kinerja yang menyesuaikan risiko dengan menggunakan acuan Capital Market Line (CML) ex post. (Sharpe et. al, 2006:333). Rasio ini mengukur imbal hasil dibanding risiko total portofolio, dimana risiko total adalah deviasi standar imbal-hasil portofolio itu. Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa portofolio berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi Indeks Sharpe suatu portofolio dibanding portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio tersebut (Tandelilin, 2001:325).
Universitas Sumatera Utara
2.
The Treynor Performance Measure Indeks Treynor (Reward-to-Volatility) merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack Treynor. Sama halnya seperti Indeks Sharpe, pada Indeks Treynor, kinerja portofolio dilihat dengan cara menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. (Tandelilin, 2001:327). Perbedaannya dengan Indeks Sharpe adalah penggunaan garis pasar sekuritas (security market line) sebagi patok duga, dan bukan garis pasar modal seperti pada Indeks Sharpe. Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematis (diukur dengan Beta) (Tandelilin, 2001:327). Menurut Tandelilin (2001:329), Indeks Sharpe dan Treynor akan memberikan informasi peringkat kinerja portofolio yang berbeda. Perbedaan peringkat kedua pengukuran tersebut menunjukkan perbedaan baik buruknya diversifikasi portofolio tersebut relatif terhadap portofolio sejenis. Oleh karena itu, kedua pengukuran tersebut sebaiknya dilakukan bersama, namun pilihan indeks mana yang sebaiknya dipakai tergantung dari persepsi investor terhadap tingkat diversifikasi dari portofolio
tersebut.
Seperti
halnya
Metode
Sharpe,
dengan
mempertimbangkan risiko, semakin tinggi nilai pengukuran Treynor semakin baik kinerja reksa dana tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.
The Jensen Performance Measure Metode Jensen menyatakan perbedaan tingkat pengembalian aktual dari
suatu portofolio selama periode tertentu dengan premium risiko
(risk
premium)
risiko sistematik
tersebut
yang
portofolio
seharusnya
tersebut
Metode Jensen melakukan pengukuran
diperoleh
dan
dengan
manajer investasi didasarkan atas seberapa besar
berdasarkan
penggunaan menilai
kinerja
manajer
tersebut mampu memberikan kinerja diatas kinerja pasar
sesuai
yang dimilikinya. Persamaan Indeks Jensen dan Indeks
Treynor
adalah sama-sama
menggunakan garis
pasar
CAPM.
sekuritas
dari
investasi risiko
sebagai
dasar untuk membuat persamaan.Sedangkan perbedaannya adalah Indeks Treynor sama dengan slope garis yang menghubungkan posisi portofolio dengan return bebas risiko, sedangkan Indeks Jensen merupakan selisih antara return portofolio dengan dengan cara khusus (hanya
return portofolio yang tidak dikelola
mengikuti return pasar). Nilai Indeks Jensen
yang positif menyatakan portofolio memiliki
rata-rata
pengembalian diatas pasar dan dikatakan memiliki kinerja
tingkat superior
(unggul). Sedangkan nilai indeks negatif menandakan portofolio tersebut memiliki rata-rata
pengembalian dibawah pasar dan dikatakan memiliki
kinerja inferior (buruk).
Universitas Sumatera Utara
4.
The M2 Performance Measure Metode M2 merupakan pengembangan dari
Metode Sharpe,
yang
dimodifikasi oleh Franco Modigliani dan cucunya, Leah Modigliani, sehingga nama metode tersebut disesuaikan dengan dengan nama penemunya menjadi M-Squared-Method (M2). Pada dasarnya metode ini sama dengan Metode Sharpe yaitu pengukurannya didasarkan pada CML ex post. Namun, pada metode ini ada unsur risiko dan return benchmarknya. Metode ini menghitung berapa besar tingkat pengembalian suatu portofolio jika memiliki standar deviasi yang sama dengan portofolio pasar atau Bechmark-nya (Sharpe et. al, 2006). Agar standar deviasi portofolio sama dengan standar deviasi benchmark, maka investasi pada portofolio dapat digabungkan dengan investasi pada risk free. Misalnya jika suatu portofolio memiliki standar deviasi yang lebih rendah dari pada standar deviasi benchmark, maka investor dapat memberi leverage dengan meminjam dana pada tingkat risk free untuk selanjutnya diinvestasikan pada portofolio (Bodie, Kane, Marcus. 2006). Untuk mengetahui apakah portofolio berkinerja baik atau buruk, M2 dapat dibandingkan secara langsung dengan imbal hasil ratarata portofolio pasar untuk melihat apakah portofolio itu berkinerja diatas atau dibawah kinerja portofolio pasar yang berbasis risiko disesuaikan (Sharpe et. al, 2006:353)
Universitas Sumatera Utara
2.3
Penelitian Terdahulu Wahdah dan Hartanto (2012) melakukan penelitian dengan judul âAnalisis
Pengukuran Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesiaâ. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja dari sejumlah reksa dana saham di Indonesia berdasarkan nilai aktiva bersihnya, menafsirkan besar risikonya, dan mengukur return-nya dibandingkan dengan tingkat return pasarnya. Penelitian yang menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen ini meneliti Reksa Dana Saham yang aktif beroperasi di Bursa Efek selama periode 2008 sampai 2010. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa: 1.
9 dari 10 Reksa Dana Saham memperoleh hasil positif yang menandakan berinvestasi di reksa dana saham dapat memberikan keuntungan, terkecuali untuk Reksadana Mega Dana Saham menanggung kerugian dengan return negatif sebesar 5,01%.
2.
Berdasarkan tingkat risiko dimana standar deviasi digunakan sebagai tolak ukur penyimpangan menandakan bahwa 10 (sepuluh) reksa dana saham mempunyai standar deviasi lebih kecil yang berarti memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dari pasar.
3.
Berdasarkan kinerja pembanding yaitu kinerja pasar dan investasi bebas risiko, dibandingkan dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia dengan average return 7,42%, terdapat 6 (enam) reksa dana saham yang menghasilkan kinerja lebih baik. Dengan tolak ukur LQ-45 yang memiliki average return 20,73% terdapat 2(dua) reksa dana saham yang mempunyai
Universitas Sumatera Utara
kinerja lebih baik yaitu Panin Dana Maxima sebesar 38,36% dan Panin Dana Prima sebesar 31,12%, dan dengan tolak ukur IHSG sebesar 33,20% hanya reksa dana saham Panin Dana Maxima yang menghasilkan kinerja terbaik. Berdasarkan Metode Sharpe dan Jensen terdapat 2 (dua) reksa dana saham yang mampu melampaui kinerja IHSG dan LQ-45 yaitu reksa dana saham Panin Dana Maxima dan Panin Dana Prima. Berdasarkan metode Treynor terdapat 3 (tiga) Reksa Dana Saham yang mempunyai kinerja lebih baik dari pasar yaitu Reksa Dana Saham Panin Dana Maxima, Panin Dana Prima dan Manulife Saham Andalan. Ibad dan Adhidarma (2011) melakukan penelitian dengan judul âEvaluasi Kinerja Reksa Dana Saham Di Indonesia Menurut Metode Sharpe, Treynor dan Jensen Serta Perbandingan Return Reksa Dana Saham Dengan LQ45 Periode Januari 2009 â Juni 2010â. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja reksa dana saham dengan menggunakan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen serta membandingkan return reksa dana saham dengan return LQ45. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1.
Kinerja Reksa Dana Saham keseluruhan periode yang terbaik diukur dari Metode Sharpe, Treynor dan Jensen adalah pada produk Reksa Dana Saham Panin Dana Maksima, sedangkan kinerja terburuk berdasarkan ketiga metode tersebut adalah produk Reksa Dana Saham BNI Dana Berkembang.
Universitas Sumatera Utara
2.
Dalam keseluruhan periode, Reksa Dana Saham yang memberikan return diatas return LQ45 terdapat 19 produk Reksa Dana Saham.
3.
Dalam keseluruhan periode, 24 produk Reksa Dana Saham memberikan return diatas return SBI. Warsini, Suhartati, Fatimah (2011) melakukan penelitian dengan judul
âPengukuran Kinerja Reksa Dana Dengan Menggunakan Besaran Alpha ( α ) Hasil Perhitungan âIndeks Jensenâ Di Pasar Modal Idonesiaâ. Penelitian ini terfokus pada reksa dana saham yang aktif diperdagangkan selama periode 2009 sampai Agustus 2010. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 80 % dari Reksa Dana tersebut mempunyai kinerja yang baik yang ditunjukkan dengan besaran alpha yang positif. Sisanya yang 20 % dari Reksa Dana tersebut mempunyai kinerja yang tidak baik karena mempunyai besaran alpha yang negatif. Athanassios et. al (2005) melakukan penelitian dengan judul âPerformance of Mutual Fundâ dengan menggunakan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen untuk mengukur kinerja reksa dana saham di Greece selama periode 1997 sampai 2000. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1.
Dengan metode Jensen, diperoleh rangking kinerja reksa dana yang superior
2.
Dengan metode Sharpe dan Treynor, diperoleh reksa dana yang berkinerja diatas kinerja benchmark-nya
Universitas Sumatera Utara
Modigliani dan Modigliani (1997) melakukan penelitian dengan judul âRisk Adjusted Performance (How to Measure it And Why)â dengan menggunakan metode baru yang merupakan pengembangan dari Metode Sharpe yaitu M2. Penelitian ini dilakukan pada reksa dana saham selama 10 tahun periode sampai tahun 1996 kuartal dua di Amerika Serikat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja reksa dana dapat lebih baik daripada kinerja pasarnya apabila dikelola dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No. 1.
2.
3.
4.
5.
Metode Peneliti Judul Penelitian Analisis Wahdah dan Analisis Pengukuran Metode Sharpe, Hartanto Kinerja Reksa Dana Treynor, Jensen (2012) Saham di Indonesia
Ibad dan Evaluasi Kinerja Reksa Metode Sharpe, Adhidarma Dana Saham Di Treynor, Jensen (2011) Indonesia Menurut Metode Sharpe, Treynor dan Jensen Serta Perbandingan Return Reksa Dana Saham Dengan LQ45 Periode Januari 2009 â Juni 2010 Warsini, Pengukuran Kinerja Metode Jensen Suhartati, Reksa Dana Dengan Fatimah Menggunakan Besaran (2011) Alp h (a α ) Hasil Perhitungan âIndeks Jensenâ Di Pasar Modal Indonesia Athanassios et. al (2005) Modigliani dan Modigliani (1997)
Performance of Mutual Metode Sharpe, Fund Treynor, Jensen Risk Adjusted Metode M2 Performance (How to Measure it And Why)
Hasil Penelitian Rata-rata Reksa Dana Saham memperoleh hasil positif yang menandakan berinvestasi di reksa dana saham dapat memberikan keuntungan Terdapat 19 produk Reksa Dana Saham memberi return diatas return LQ45, dan 24 produk diatas return SBI
80 % dari Reksa Dana tersebut mempunyai kinerja yang baik yang ditunjukkan dengan besaran alpha yang positif. Selebihnya buruk dengan alpha negatif Diperoleh reksa dana yang berkinerja diatas kinerja benchmark-nya Kinerja reksa dana dapat lebih baik daripada kinerja pasarnya apabila dikelola dengan baik
Universitas Sumatera Utara
2.4
Kerangka Pemikiran Ketika seorang investor berinvestasi di reksa dana saham, hal yang harus
dipantau dan dievaluasi adalah kinerja reksa dana saham tersebut yang didapat dengan mengukur dan menganalisis NAB/unit untuk mendapatkan return yang diharapkan dari reksa dana saham tersebut. Selain return, hal lain yang harus diperhatikan adalah volalitas pasar yang dapat membuat NAB/unit berfluktuasi, seperti krisis global yang mengakibatkan terjadinya market crash atau market bearish. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran dan analisis kinerja reksa dana saham dalam pemilihan produk reksa dana saham untuk mendapatkan reksa dana saham yang berkinerja lebih unggul dari kinerja pasarnya (outperformed) sebelum membentuk portofolio optimal. Karena portofolio investasi yang optimal seharusnya berisi instrumen investasi yang dapat memaksimalkan return dan meminimalkan risiko. Untuk mengurangi risiko portofolio investasi tersebut dapat dilakukan dengan cara mendiversifikasi portofolio dengan pemilihan instrumen investasi yang berkinerja dengan baik. Pembentuan Portofolio dalam penelitian ini menggunakan Model Markowitz. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah,dan tujuan yang dikemukakan, maka model kerangka pemikiran dapat digambarkan pada gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
volalitas pasar menyebabkan NAB/Up berfluktuasi
investor harus mengukur dan mengevaluasi kinerja reksa dana saham sebelum memilih reksa dana saham yang tepat
Sharpeâs Measure
Jensenâs Measure
Treynorâs Measure
M2âs Measure
mendapatkan reksa dana saham yang memiliki kinerja outperformed
membentuk portofolio optimal dengan Model Markowitz
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara