BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tradisi Upacara Mappano Dalam Pandangan Antropologi Kebudayaan merupakan seluruh cara kehidupan dari masyarakat manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yakni sebagian oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Koentjaraningrat (2005:72) berpendapat bahwa kebudayaan itu sendiri merupakan keseluruhan sistem gagasan, ide, rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya melalui proses belajar. Sedangkan menurut Soekmono (1987:10) mengemukakan bahwa kebudayaan semata-mata tak dapat dimiliki oleh seseorang karena itu menjadi anak manusia dia harus belajar, dia harus menjadikan kebudayaan itu miliknya, karunia yang dilimpahkan kepada manusia untuk dapat belajar untuk itulah memungkinkan kebudayaan itu dapat berlangsung secara terus menerus. Kebudayaan telah menjadi sistem pengetahuan secara terus menerus digunakan untuk dapat memahami dan menginterpretasikan berbagai gejala, peristiwa, dan benda-benda yang ada dalam lingkungan kehidupan mereka. Kebudayaan sekarang ini dapat diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang-orang yang dipandang sebagai
Universitas Hasanuddin | 24
sesuatu yang lebih dinamis, dan bukan sesuatu yang kaku atau statis. Dulu kata kebudayaan diartikan sebagai sebuah kata benda namun kini kebudayaan terutama dihubungkan dengan kegiatan dalam kehidupan manusia (Van Peursen, 1988:11). Keontjaraningrat (1994:5-8) membedakan wujud kebudayaan yakni sistem budaya (sistem nilai, gagasan-gagasan dan norma-norma), sistem sosial (kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat), dan artefak atau kebudayaan fisik. Dimana wujud kebudayaan berupa sistem budaya sifatnya abstrak, tidak dapat dirabah dan diamati dengan panca indera karena lokasinya ada dalam kepala atau pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan itu hidup. Ide-ide dan gagasan-gagasan manusia banyak hidup bersama dalam suatu masyarakat dan saling terkait satu dengan yang lainnya menjadi suatu sistem, maka disebutlah sistem budaya. Sedangkan wujud kebudayaan berupa sistem sosial mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial terdiri dari aktivitas manusia itu sendiri. Sistem sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas hubungan antara orang lain dari waktu ke waktu, menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Aktivitasaktivitas berinteraksi antara manusia merupakan hal yang kongkrit, dapat diamati oleh panca indera.Sementara wujud kebudayaan berupa kebudayaan fisik merupakan total dari hasil fisik perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat, yang sifatnya paling kongkrit berupa benda-benda hasil budaya.
Universitas Hasanuddin | 25
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ketiga wujud kebudayaan yang telah dijelaskan di atas, pada dasarnya saling terkait antara satu sama lainnya. Dimana sistem budaya berupa norma-norma atau gagasan-gagasan memberi arah kepada tindakan atau perilaku manusia. Budaya berupa gagasan-gagasan dan tindakan perilaku manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Dan sebaliknya benda-benda kebudayaan manusia dalam berprilaku maupun cara berprilakunya serta cara berfikirnya. Sehingga sebagai wujud kebudayaan, prilaku seorang individu atau kelompok akan memberinya identitas diri. Dimana prilaku yang dilakukan oleh seorang individu merupakan suatu strategi yang tersusun secara sadar, dalam artian bahwa, prilaku yang ditampilkan oleh pelaku berakar pada kesadaran individual dan prilaku yang dilakukan tersebut merupakan manifestasi dari sistem pengetahuan yang dianutnya, serta motif-motif atau kepentingan-kepentingan untuk terbangunnya suatu tindakan yang diperoleh dari proses belajar. Sejalan dengan hal ini Malinowski (dalam Koentjaraningrat 1987 : 170-171) menjelaskan bahwa, dasar dari proses belajar tidak lain daripada ulangan dari reaksi-reaksi suatu organisme terhadap gejala-gejala di luar dirinya, yang terjadi sedemikian rupa sehingga salah satu kebutuhan dari organisme tersebut dapat dipuaskan. Kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok masyarakat tertentu, seperti adat (costum) atau cara hidup masyarakat. Kebudayaan umumnya mencakup cara berpikir dan
Universitas Hasanuddin | 26
cara berperilaku yang merupakan ciri khas suatu bangsa atau masyarakat tertentu. Dengan menciptakan adat, budaya serta lingkungan sosial yang berbeda-beda yang ditumbuh kembangkan dan diwariskan kepada generasi ke generasi. Koentjaraningrat (1981:181) menyatakan tentang defenisi kebudayaan, yaitu : “Kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sangsakerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan : halhal yang bersangkutan dengan akal.” Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu sendiri. Sebagian orang mengartikan istilah budaya dan kebudayaan sama saja. Namun, sebagian orang yang lainnya membedakan kedua istilah tersebut. Kata budaya merupakan pengembangan dari budi-day yang berarti daya dari budi. Jadi, budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa itu. Kebudayaan yang terdapat pada semua jenis masyarakat, baik masyarakat kota maupun pedesaan, baik masyarakat modern maupun masyarakat tradisional, sehingga dengan demikian kebudayaan mengandung unsur-unsur budaya universal.
Universitas Hasanuddin | 27
Dari berbagai definisi di atas, diperoleh pengertian kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan yaitu benda-benda yang diciptakan manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, dan seni, yang kesemuanya ditujukan
untuk
membantu
manusia
dalam
melangsungkan
kehidupan
bermasyarakat. Setiap etnis sebenarnya memiliki kebudayaannya, dan tidak bisa dinilai apakah kebudayaan itu tinggi atau rendah. Penilaian terhadap kebudayaan berdasarkan ukuran kebudayaan lain pada hakikatnya merupakan imbas dari pemikiran positivistik, yang beranggapan bahwa budaya suatu etnis lebih tinggi daripada etnis lain, dengan menggunakan tolak ukur budaya etnis lain itu. Pandangan ini diturunkan dari teori rasialis yang beranggapan bahwa terdapat ketidaksamaan di antara berbagai ras manusia sehingga suatu ras akan lebih unggul dibandingkan dengan ras lainnya di dunia ini. Konsekuensinya adalah munculnya konsep diskriminasi dan eksploitas suatu ras pada ras lainnya. Claude Levi-Strauss (1999:68). Kebudayaan adalah produk atau hasil dari aktifitas nalar manusia, di mana ia memiliki kesejajaran dengan bahsa yang juga merupakan produk dari
Universitas Hasanuddin | 28
aktivitas nalar manusia tersebut. Kesejajaran itu terletak pada bahasa yang merupakan kondisi bagi kebudayaan karena materi keduanya bersumber dari sumber yang sama, yaitu relasi, oposisi-oposisi dan korelasi. Sumber itu tidak lain adalah nalar manusia atau human mind. Itulah sebabnya, tujuan mempelajari antropologi yaitu menemukan model atau pola sehingga akan dapat dipahami tentang pikiran dan perilaku di dalam kehidupan masyarakat. Untuk memahami pola atau model bukan pada pengulangan perilaku, melainkan pada tingkat struktur, di mana struktur itu adalah model yang dibuat oleh para ahli antropologi untuk memahami atau menjelaskan gejala kebudayaan yang dikajinya atau juga di sebut sistem of relation atau sistem relasi yang saling mempengaruhi atau berhubungan. Heddy Shri Ahimsa-Putra (2001:61). Disamping adanya sistem relasi di dalam kehidupan manusia dan kebudayaan, juga terdapat sistem relasi antara manusia dengan tradisinya. Dengan demikian, di dalam kehidupan ini, tradisi bukan bagian dari kebudayaan,
melainkan
ialah
relasi
yang
mengandung
kesejarahan-
kesejarahan yang bukan relasi sebab akibat. Artinya, kebudayaan bukan yang menyebabkan adanya tradisi dan sebaliknya karena antara kebudayaan dan tradisi memiliki sumber yang sama, yaitu pikiran manusia atau human mind. Dalam hal ini, selain terdapat kebudayaan Jawa, juga terdapat tradisi Jawa dan sebagainya.
Universitas Hasanuddin | 29
Kebudayaan Jawa tertentu berbeda dengan kebudayaan Sunda dan tradisi Jawa juga berbeda dengan tradisi Sunda sebab bersumber dari manusia di dalam etnisitas yang berbeda. Human mind di dalam etnisitas berbeda. Namun demikian, tidak berarti bahwabtidak terdapat kesaman atau korelasi sebab selain oposisi juga terdapat korelasi. Kesamaan yang tidak seratus persen itulah yang disebut pola umum berlaku mendasar. Nur Syam (2007:70). Dengan demikian, berbicara tradisi berarti berbicara tentang tatanan eksistensi manusia dan bagaimana masyarakat mempresentasikannya di dalam kehidupannya. Dalam sudut pandang seperti ini, setiap masyarakat memiliki
tradisinya
sendiri,
sesuai
dengan
bagaimana
mereka
menghadirkannya di dalam hidupnya. Dan masing-masing masyarakat memilki tradisinya sendiri maka kiranya tidak bisa sebuah tradisi di bandingkan di dalam kerangka menjelaskan mana yang lebih tinggi dan mana yang lebih rendah karena masing-masing kembali kepada sumber pikiran manusia yang menghasilkan tradisi tersebut. Oleh karena itu, tradisi Jawa tidak lebih baik dari tradisi sunda, dan seterusnya. Cara makan dan minum orang Jawa tidak lebih baik dari cara makan dan minum orang Sunda. Cara berpakaian orang Sunda tidak lebih baik dari pada orang Jawa. Demikian seterusnya. Nur syam (2007:71)
Universitas Hasanuddin | 30
B. Simbol dan Antropologi Banyak hal yang tidak "terbaca" di dunia ini karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara langsung. Oleh karena itu simbole merupakan cara paling tepat untuk membahasakan sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan mudah. Berikut ini adalah pengertian dan definisi simbol menurut para ahli: a. Farrer Simbol adalah bayang-bayang, cerminan, dan pengetahuan tentang Allah sampai kepada kita melalui proses yang berjalan terus menerus dimana bayang - bayang itu secara tidak sempurna mencerminkan realitas tetapi pada gilirannya realitas itu mentransformasi bayang-bayang tersebut. b. Lonergan Simbol adalah intensionalitas yang mendasar artinya. Subyek merasa tertarik pada suatu obyek atau sebaliknya; subyek menanggapi secara spontan. c. William Dillistone Simbol adalah gambaran dari suatu objek nyata atau khayal yang menggugah perasaan atau digugah oleh perasaan. Perasaan-perasaan berhubungan dengan objek, satu sama lain, dan dengan subjek.
Universitas Hasanuddin | 31
d. Pierce Simbol adalah salah satu bagian dari hubungan antara tanda dengan acuannya, yaitu hubungan yang akan menjelaskan makna dari sebuah referen tertentu dalam kehidupan secara umum atau sebuah karya sastra sebagai replika kehidupan. Kata simbol berasal dari bahasa Yunani yaitu, symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan segala sesuatu
hal kepada
seseorang. Atau bisa dikatakan,Simbol adalah semacam tanda, yang mengandung maksud tertentu, karenasymbol merupakan suatu objek, kejadian, bunyi bicara atau bentuk-bentuk tertulis yang diberi makna oleh manusia. Manusia dapat memberi makna kepada setiap kejadiaan, atau objek yang berkaitan dengan pikiran gagasan dan emosi[1]. Maka untuk mempertegas pengertian simbol ini maka lebih dahulu dijelaskan pengertian simbol, isyarat dan tanda. Simbol atau lambang ialah suatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman subjek kepada obyek. Sedangkan isyarat ialah suatu hal atau keadaan yang diberitahukan oleh subjek kepada obyek. Artinya subjek selalu berbuat sesuatu untuk memberitahu kepada obyek yang diberi isyarat agar obyek mengetahuinya pada saat itu juga. Isyarat yang dapat ditangguhkan penggunaannya akan berubah bentuk menjadi tanda. Contoh isyarat yaitu peluit kereta api, gerak-gerik bendera morse dan lain sebaginya. Dan tanda ialah suatu hal atau keadaan yang
Universitas Hasanuddin | 32
menerangkan obyek kepada subjek. Tanda selalu menunjuk kepada yang riil (benda) kejadian atau tindakan. Contohnya sebelum guntur berbunyi selalu ditandai dengan kilat. Tanda almiah ini merupakan bagian dari hubungan alamiah, sebelum guntur
meledak di dahului dengan kilat.
Misalnya warna putih merupakan lambang kesucian, warna merah melambangkan keberanian, rantai di dalam lambang Negara Republik Indonesia merupakan lambang kemanusiaan dan lain sebagainya. Hubungan antara manusia dengan simbol-simbol sangat erat sekali bahkan kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dengan simbol. Begitu eratnya hubungan manusia dengan simbol sampai manusia pun disebut sebagai makhluk yang hidup dalam simbol-simbol. Manusia berpikir, berperasaan dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis, ungkapan
yang
simbolis ini
merupakan
ciri
khas
manusia,
yang
membedakannya dengan hewan. Salah seorang filosof Ernst Cassirer, berpendapat bahwa manusia sebagi hewan yang bersimbol memang ada benarnya dengan bukti tersebut di atas. Filosof tersebut menegaskan bahwa manusia itu tidak pernah melihat, menemukan dan mengenal dunia secara langsung kecuali melalui berbagai simbol. Kenyataan memang sekadar fakta-fakta tetapi sebenarnya mempunyai makna psikis, karena simbol mempunyai unsur pembebasan dan penglihatan (Cassirer, 1994: 23). Hal ini[2] dikuatkan pendapat bahwa simbol perlu ditafsirkan dan penafsiran akan
Universitas Hasanuddin | 33
mendekatkan diri pada pemikiran yang akhirnya masuk dalam dimensi kemerdekaan, termasuk unsur pembebasan (Noerhadi, 1980: 193-194). The Liang Gie (1975: 26) di dalam kamus logika Dictionary of Logic menyebutkan bahwa simbol adalah tanda buatan manusia yang bukan berwujud kata-kata untuk mewakili sesuatu dalam bidang logika saja karena dalam budaya simbol dapat berupa kata-kata, berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut. Simbol adalah sesuatu hal atau keadaan yang merupakan media pemahaman terhadap obyek, untuk mempertegas pengertian simbol ini lebih dahulu dijelaskan pengertian simbol, isyarat dan tanda. Simbol atau lambang ialah suatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman subjek kepada obyek. Sedangkan isyarat ialah suatu hal atau keadaan yang diberitahukan oleh subjek kepada obyek. Artinya subjek selalu berbuat sesuatu untuk memberitahu kepada obyek yang diberi isyarat agar obyek mengetahuinya pada saat itu juga. Isyarat yang dapat ditangguhkan penggunaannya akan berubah bentuk menjadi tanda. Contoh isyarat yaitu peluit kereta api, gerak-gerik bendera morse dan lain sebaginya. Dan tanda ialah suatu hal atau keadaan yang menerangkan obyek kepada subjek. Tanda selalu menunjuk kepada yang riil (benda) kejadian atau tindakan. Contohnya sebelum guntur berbunyi selalu ditandai dengan kilat. Tanda almiah ini merupakan bagian dari hubungan alamiah, sebelum guntur meledak didahului dengan kilat. Tanda-tanda yang dibuat
Universitas Hasanuddin | 34
manusia pun menunjukkan sesuatu yang terbatas yang artinya menunjukkan hal-hal tertentu pula, misalnya tanda-tanda lalu lintas, tugu-tugu jarak jalan seperti kilometer, hektometer, tanda baca pada bahasa tulis, tanda-tanda pangkat atau jabatan. Sebaliknya pada lambang contohnya lambang palang merah dan lambang Garuda Pancasila merupakan suatu benda, keadaan atau hal yang mempunyai arti yang terkandung didalam lambang-lambang tersebut. Sebuah benda, misalnya bunga, yang dirangkai menjadi untaian bunga atau kanvas yang menyatakan untuk ikut berduka cita atau bendanya, tetapi pemahaan arti benda itu dipakai sebagai lambang untuk menyatakan ikut berduka cita. Dalam hal ini sifat kejiwaan yang ditonjolkan. Bendanya sendiri
dibedakan dari unsur yang terkandung dalam
dirinya sendiri dan diperluas maknanya. Buku C.A. Van Peursen Strategi Kebudayaan (1976: 141) menjelaskan pengertian tanda dan simbol sebagai berikut : 1. Sejumlah pengarang membedakan antara tanda dan simbol. Tanda mempunyai pertalian tertentu dengan apa yang ditandai. Dimana ada asap di situ ada api. Asap merupakan tanda adanya api. Hewan pun dapat diajari tanda-tanda api. Hewan pun dapat diajari menghafalkan tanda-tanda. Ia sendiri dapat menciptakan tanda-tanda yang dinamai dengan simbol-simbol. Antara tanda dan yang ditandai tidak ada lagi pertalian alamiah. Huruf api itu merupakan sebuah simbol. Dengan cepat
Universitas Hasanuddin | 35
kita memahami tanda-tanda tersebut. Suatu perjanjian lisan dan sederhana sudah cukup disebut tanda. Terdapat juga simbol-simbol yang semata-mata dalam ilmu matematika, atau petunjuk-petunjuk di sebuah stasiun. 2. Terdapat juga simbol-simbol
yang terbina selama berabad-abad.
Lambang-lambang purba seperti api, air, matahari, ikan mempunyai fungsi yang kadang-kadang religius seni atau aspek-aspek tersebut tidak dapat dipisahkan, dan dalam lingkungan kebudayaan kuno memang berjalan bersama-sama. Contoh bagus dapat dijumpai dalam huruf-huruf hieroglif di Mesir Kuno. Hurufhuruf tersebut menggambarkan makna dan menjadi lambang-lambang keagamaan kuno yang sekaligus merupakan ekspresi seni yang indah sekali. 3. Lambang-lambang mengejawantahkan proses belajar, sehingga seolaholah dapat naik menara lalu dapat memandang daerah-daerah luas yang belum ia kenal. Kemudian ia tahu arah mana yang harus dijadikan kiblat. Manusia tidak seperti hewan yang terkurung dalam lingkungan alam tetapi alat itu diangkat ke dalam daya letusan-letusan simbol-simbol sendiri. Ini berarti bahwa manusia tidak hanya
mendirikan menara-
menara yang memperluas pandangan, melainkan pemandangan sendiri diubahnya.
Universitas Hasanuddin | 36
Lambang-lambang merupakan petunjuk jalan di tengah-tengah kesimpangsiuran
perbuatan
manusia.
Lambang
itu
melontarkan
pertanyaan, bagaimana orang menanggapi situasi di sekeliling? Simbolsimbol merupakan tugu-tugu yang menandai proses belajar umat manusia, petunjuk jalan ke arah pembaharuan. Bahkan lambang-lambang purba yang sepanjang abad dewasa ini dijumpai dalam mitos kesenian, kebudayaan impian dan bawah sadar, bukanlah hal-hal yang tetap melainkan selalu harus ditafsirkan kembali. Dengan penafsiran ulang, lambang-lambang itu dapat berlaku, seperti dalam psikoterapi dan kesenian, daya simboliknya tetap sama, asal disusun menjadi kaidahkaidah baru. 4. Lambang-lambang memperlihatkan sesuatu dari kaidah-kaidah tersebut tidak hanya bertalian dengan akal budi dan pengertian manusia, tetapi seluruh pola kehidupan, perbuatan dan harapannya. Kaidah tersebut yang
bertalian dengan situasi-situasi yang disusun kembali lewat
perubahan-perubahan dalam simbol-simbol, lambang-lambang bukan hasil kerja otak, bukan semacam teka-teki silang. Lambang-lambang harus dipraktekkan. Ia merupakan jalan yang memakai arah kepada perjalanan
manusia, alat-alat transformasi, untuk mengubah sesuatu.
Semua aktivitas manusia berlangsung lewat kaidah-kaidah tertentu, entah dalam sesuatu mekanisme teknis, kebijaksanaan politik, perwujudan
Universitas Hasanuddin | 37
artistik ataupun argumentasi ilmiah. Kaidah-kaidah tadi mengkoordinir lambang-lambang yang dipakai manusia. Jurnal Filsafat, April 2003, Jilid 33, Nomor 1 100. 5. Lambang-lambang itu, berada di luar badan manusia dan tidak terikat dengan naluri jasmani. Manusia dapat menangani simbol-simbol. Simbol muncul bila manusia mempelajari yang sedang berlangsung. Belajar berarti menggali ilmu. Manusia memiliki dan menggunakan media yang disedia bahasa bahasa untuk menampung hasil pelajarannya. Dengan bahasa manusia mentransfer ilmu-ilmu yang telah didapat generasi selanjutnya. Dengan demikian sesuatu yang dipelajari setiap angkatan terus menerus menambah pengetahuan
manusia terus
khasanah pelajaran-pelajaran, sehingga bertambah, seiring dengan kemajuan
jaman, dan meluasnya wawasan manusia. Pada proses pembelajaran selanjutnya, ilmu dan pengetahuan manusia ditulis agar tidak hilang. Penulisan ilmu itu tentu menggunakan lambang-lambang atau simbolsimbol abstrak yang disandikan (bahasa sandi). Maka pengertian bahasa menjadi luas, mencakup segala macam bentuk simbol. Semua kegiatan dalam kehidupan manusia, baik yang bersifat religius maupun non-religius, pada umumnya melibatkan simbolisme. Ada tiga bentuk tradisi symbol-simbol yang di kenal:
Universitas Hasanuddin | 38
a. Tradisi simbol ekspresi. Tradisi symbol ini lahir dari berbagai ekspresi manusiadi dalam membentuk dan memberi makna terhadap forma atau bentuk-bentuk yang hidup dari objek yang ada di sekelilingnya dan terhadap fakta religius yang trasedental. Dan dari hasil ekspresi tersebut maka dapat melahirkan berbagai tradisi simbolisme dalam bentuk-bentuk senu budaya. Dan lewat seni budaya tersebut dapat melahirkan berbagai pesan komunikatif antara manusia dengan sesama manusia b. Tradisi symbol kratofani Yang lahir karena adanya factor wahyu di dalam tradisi memahami dan memaknai asal-usul atau sumber dokrit. Wahyu sering di simbolkan sebagai langit, dan langit merupakan symbol transedensi yang kudus, maka mentradisilah istilah alam mengorientasiakan agama sebagai agama langit. Pemakanaan symbol ini sesuai engan agama masing-masing dimana symbol tersebuttalah terorganisir dan terstruktur. c. Tradisi symbol herofani Yang memaknai hubungan manusia dengan TuhanNya yang kudus dalm bentuk pemujaan dan penyembahan. Salah satu dari tradisi symbol ini dalah terlihat pada pengkultusan. Berbagai fenomena simbolik yang lahir dari sebuah kepercayaan, dariberbagai ritual dan etika agama merupakan ungkapan simbolis yang
Universitas Hasanuddin | 39
bermakna agama. Pada aspek kepercayaan symbol menetapkan tanda realitastransenden didalam hubungan dengan kebenaran (wujud)-Nya Yang kudus, sehingga manusia dapat sampaipada pengenalan yang kudus dan trasenden. Dan fenomena yang kultus terdapat didalam agama-agama, adalah salah satu bentuk interpretative dari sebuah kepercayaan atau keyakinan agama yangdi repleksikan dalam berbagai bentuk persembahan dan pemujaan. Apabila dalam islam system kepercayaan berintikan kepada pemujaan zat yang maha Esa(tauhid) sebagai simbolis Tuhan Allah yang disembah, maka dalam agama lain pun juga demikian misanya, dalam agama khatolik, pemujaan di wujudkan dalam bentuk penyembah-an patung yesus yang di percayai sebagai unsure utama dari system keyakinan. Pemujaan hinduisme terfenomena pada penyembahan patung TRI murti yang di yakini sebagai symbol dewa brahma, wisnu dan shiwa. Brahma sebagai symbol pencipta di lambing dengan empat tangan yang di interpretasikan dengan makna; di samping tangan jasmani juga di perlukan tangan-tangan rohani sebagai lambang rencana penciptaan.Wisnu adalah symbol pemelihara-an yangdi lambangkan dengan gambar seorang petapa sementara shiwa dilambangkan sebagai perusak yang duduk di atas ular kobra.
Universitas Hasanuddin | 40
Dalam budhisme, pemujaan dan penyembahan patung budha duduk bersila dengan postur mistis merupakan inti kepercayaan budha yang di interpretasikan dengan yang maha mengetahui, yang mencari di gambarkan dalam bentuk patung-patung budha adalah symbol kebebasan spiritual bagi umatnya. Memodelkan tuhan sebagai bentuk symbol, tidak hanya di jumpai dalam agama histories saja tetapi juga terdapat pada ajaran pra-istoris melalui beberapa tahapan. Fenomena pemujaan dan penyembahan ke pada batu(patung dari batu) dan unsur-unsur alam kosmos lainnya yang di simbolkan
sebagai
tuhan
dalam
bentuk
kepercaya-an
primitive,
menggambarkan manusia pahlawan dan juru selamat sebagai symbol Tuhan adalah tahap kedua dari kepercayaan umat manusia. Kesemua fenomena keagamaan di atas, mulai dari system kepercayaan sebagai institusi agama, system ritual sebagai aplikasi dari inti atau isi yaitu agama dan system moralnya merupakan hasil refleksi dari manusia, baik pengalaman individual maupun kelompok. E. Fungsi Agama Mengenai masalah agama sebenarnya ada dua istilah yang berkembang di Indonesia yaitu religi dan agama. Religi menurut asal kata berarti ikatan atau pengikatan diri, sedangkan agama menurut asal kata berarti peraturan atau ujaran. religi diartikan lebih luas daripada agama, konon kata religi berarti ikatan atau pengikatan diri. dari sini pengertiannya lebih berat dari masalah
Universitas Hasanuddin | 41
personalitas, atau hal yang bersifat pribadi. oleh karena itu, ia lebih dinamis karena lebih menonjolkan eksistensinya sebagai manusia. jika sesuatu ada pengikatan diri, kata religi berarti menyerahkan diri, tunduk, taat. Sedangkan menurut “The World Book Dictionary”, kata religiosity berarti” eligious feeling or sentiment” atau perasaan keagamaan (Atmosuwito 1989 :123). Religiusitas lebih melihat aspek yang di dalam lubuk hati manusia, riak getaran hati nurani manusia, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain karena merupakan imitasi jiwa. Pada dasarnya religiusitas
lebih
dalam daripada agama yang tampak, formal, resmi. Religiusitas lebih bergerak dalam tata paguyuban yang cirinya lebih intim. Religiusitas tidak hany dihubungkan dengan ketaatan ritual tetapi pada yang lebih mendalam, lebih mendasar dalam pribadi manusia ( Mangunwijaya, 1994 :12). Menurut konsep E. Durkheim dalam bukunya “ Les Formas Elementaries de la vic Religius (dalam Nirwana ,1997: 15) dikatakan, tiap religi merupakan suatu system yang terdiri dari 4 komponen yaiyu : a. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius. b. Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayang-bayang manusia tentang sifat-sifat Tuhan serta tentang wujud dari laam gaib (supernatural). c. Sistem upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa atau makhluk-makhluk yang mendiami alam gaib.
Universitas Hasanuddin | 42
d. Kelompok-kelompok religius atau kesatuan-kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan tersebut dan yang melakukan sistem upacara-upacara religius Ke empat komponen di atas, dijadikan kelompok yang integrasi bulat, yaitu emosi (perasaan) keagamaan, getaran yang meggerakkan jiwa manusia, manifestasi perbuatan dalam ibadah. Ibadah dalam arti perbuatan manusia, bisa berarti hubungan manusia denganTuhan dan hubungan antara manusia dan Perintah Tuhan (seperti pemberian zakat, kasih sayang kepada sesama manusia dan sebagainya). Agama
sebagai
sebuah
institusi
sistem
kepercayaan
yang
mengandung keyakinan serta imajinasi manusia tentang keberadaan yang gaib, yaitu tentang hakikat hidup dan maut dan tentang wujud dewa-dewa dan makhluk halus lainnya yang mendiami alam gaib. keyakinan-keyakinan seperti itu biasanya diajarkan kepada manusia dari kitab-kitab suci agama yang bersangkutan atau dari mitologi dan dongeng-dongeng suci yang hidup dalam masyarakat. Sistem kepercayaan sangat erat hubungannya dengan sistem upacara-upacara keagamaan dan menentukan tata cara dari unsur-unsur, acara, serta keyakinan alat-alat yang dipakai dalam sebuah upacara Tujuan sistem upacara keagamaan adalah untuk
digunakan
sebagai media hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa atau mahkluk halus yang mendiami
alam gaib. Sistem upacara keagamaan ini
Universitas Hasanuddin | 43
melambangkan
konsep-konsep
yang
terkandung
dalam
sistem
kepercayaan. Seluruh sistem upacara keagamaan terdiri dari aneka macam upacara. yang terdiri dari kombinasi berbagai macam unsur upacara, misalnya
berdo’a,
bersujud,
sesaji,
berkurban,
dan
sebagainya.
(Koentjaraningrat, 1974 : 19). Kedudukan simbol dalam agama sebagaimana dapat dilihat dalam kegiatan atau upacara
keagamaan. Tindakan simbolis dalam upacara
keagamaan merupakan bagian sangat penting karena tindakan simbolis ini melambangkan komunikasi manusia dengan Tuhan. Simbolisme dalam agama dapat dilihat pada segala bentuk upacara keagamaan dalam bentukbentuk kisah nabi, mulai dari Nabi Adam as sampai dengan nabi Muhammad SAW. Cara-cara berdo’a manusia dari dulu sampai sekarang selalu diikuti dengan tingkah laku simbolis, misalnya mengucapkan do’a sambil menengadahkan kedua telapak tangan dan seraya mendongakkan kepala ke atas, seolah siap menerima sesuatu dariTuhan. Dalam hal inilah persepsi tentang penggunaan simbol menjadi sebagai salah satu ciri signifikan manusia yang akan menjadi sasaran penting dalam sosiologi dan disiplin lainnya. Dalam dunia antropologi, istilah simbol sudah semenjak lama dinyatakan baik secara ekpresif implicit. Edward tylor, perintis antropologi pada abad ke-19, misalnya menilis kekuatan penggunaan kata-kata sebagai
Universitas Hasanuddin | 44
tanda untuk mengekspresikan pikiran, yang dengan ekspresi itu bunyi tidak secara langsung menghubungkannya, sebenarnya sebagai simbol-simbol arbiter, adalah tingkat kemampuan khusus manusia yang tertinggi dalam bahasa yang keadirannya mengikat bersama semua ras manusia dalam kesatuan mental. Tujuan sistem upacara keagamaan adalah untuk digunakan sebagai media hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa atau mahkluk halus yang mendiami alam gaib. Sistem upacara keagamaan ini melambangkan konsepkonsep yang
terkandung dalam sistem
kepercayaan. Seluruh
sistem upacara keagamaan terdiri dari aneka macam upacara terdiri dari kombinasi berbagai macam unsur upacara, misalnya berdo’a, bersujud, sesaji, berkurban, dan sebagainya. Kadangkala interpretasi terhadap kitab sucipun mengarah kepada pemahaman simbolik, misalnya Ibnu Araby dalam interpretasinya terhadap Qur’an melangkah sangat jauh meninggalkan makna literal teks, dan menyeberang ke pemahaman simbolik (Chittick, 2001: vi) Kedudukan simbol dalam agama sebagaimana dapat dilihat dalam kegiatan atau upacara
keagamaan merupakan penghubung antara
komunikasi human kosmis dan komunikasi keagamaan lahir dan batin. Tindakan simbolis dalam upacara keagamaan merupakan bagian sangat penting karena tindakan simbolis ini melambangkan komunikasi manusia dengan Tuhan. Simbolisme dalam agama dapat dilihat pada segala bentuk
Universitas Hasanuddin | 45
upacara keagamaan dalam bentuk-bentuk kisah nabi, mulai dari Nabi Adam as sampai dengan nabi Muhammad SAW. Cara-cara berdo’a manusia dari dulu dampai sekarang selalu
diikuti dengan tingkah laku simbolis,
mengucapkan do’a sambil menengadahkan kedua telapak tangan seraya mendongakkan kepala ke atas, seolah siap menerima sesuatu dari Tuhan Yang Maha Tinggi. Kisah nabi Adam as dan Hawa yang memakan buah khuldi juga merupakan simbol dalam agama. Dalam kisah tersebut nabi Adam AS dan Hawa telah berhasil dibujuk oleh iblis (menampakkan diri sebagai ular) memakan buah khuldi. Ular adalahs seekor binatang yang memiliki lidah bercabang dan racun bisa yang sangat
berbahaya bagi
manusia. Apalagi jika pembicaraannya bertambah dengan kata-kata yang berbisa, kedengarannya lemah lembut namun sesungguhnya mengandung. Dalam fakta sosial berbagai tindakan individu dalam melakukan hubungan-hubungan terpola dengan anggota masyarakat lain dipedomani oleh norma dan adat istiadat seseorang. Dalam Fakta sosial adalah suatu cara bertindak yang tetap atau sementara, yang memiliki kendala dari luar; atau suatu cara bertindak yang umumya dalam suatu masyarakat yang terwujud dengan sendirinya sehingga bebas dari manifestasi individual” (Emile Durkheim).(hal 4) “Manusia adalah makhluk beragama” begitu kata para ilmuwan memang itulah kenyataan. Namun kenyataan juga agama yang dianut manusia tidak
Universitas Hasanuddin | 46
hanya satu. Ketika klaim kebenaran agama yang dianut seseorang atau sekelompok orang dihadapakan pada klaim kebenaran agama yang lain, tidak jarang timbul benturan, perselisihan, bahkan peperangan yang bernuansakan agama. Itulah konsekuensi logis memahami agama hanya berdasarkan pendekatan teologis. Oleh karena itu, agar fenomena keberagaman manusia itu dapat melahirkan kedamaian dan persaudaraan, seyogianya setiap penganut agama memahami keyakinan agama yang lain melalui pendekatan sosiologis.Kemudian untuk pengertian sosiologi sendiri adalah suatu kajian ilmiah tentang kehidupan masyarakat manusia. Sosiolog (ahli sosiologi) berusaha mengadakan penelitian yang mendalam tentang hakikat dan sebab-sebab dari berbagai keteraturan pola pikiran dan tindakan manusia
secara
berulang-ulang.
Berbeda
dengan
psikolog,
yang
memfokuskan sasaran penelitiannya kepada berbagai karakterisitk pikiran dan tindakan perorangan, sosiolog hanya tertarik pada pikiran dan tindakan yang dimunculkan seseorang sebagai anggota suatu kelompok atau masyarakat.
Universitas Hasanuddin | 47