BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Uno (2010) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Beberapa teori menjelaskan tentang belajar, baik yang beraliran behaviorisme, kognitivisme, humanisme, maupun sibernetika. Menurut aliran tingkah laku, belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Menurut aliran kognitif, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, tetapi belajar melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Menurut aliran teori humanistik, belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari keempat teori, teori humanistik yang paling abstrak, yang paling mendekatkan dunia filsafat daripada dunia pendidikan. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi.
6
Dari beberapa teori belajar yang dikemukakan diatas, dapat dirangkum bahwa
belajar merupakan suatu pengalaman yang diperoleh berkat adanya
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. 2.1.2 Hasil Belajar Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai materi yang sudah diajarkan setelah melalui proses pembelajaran. Hamalik (2001:159) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. ini merupakan perubahan pada diri seseorang setelah mendapatkan pengalaman belajar. Pengalaman belajar atau proses belajar dapat dilakukan dimana pun tapi yang lebih formalnya dilaksanakan di sekolah karena sekolah sudah menetapkan tujuan-tujuan pengajaran yang akan dicapai oleh pembelajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3) Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar mengajar, yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari sisi guru dan siswa. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya proses belajar untuk materi tersebut. Menurut Sudjana (2009:22) “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Hasil belajar
7
siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum”. Perubahan perilaku setelah menerima pengalaman belajar, akan menjadi tolak ukur untuk menilai seberapa besar hasil belajar yang dicapai oleh siswa tersebut. Hasil belajar tidak hanya meliputi penguasaan terhadap suatu konsep tetapi juga pada sikap dan keterampilan yang ditunjukkan oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, oleh karena itu berhasilnya seorang peserta didik dalam menerima pengalaman belajar dapat diukur dengan seberapa besar hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar dapat ditunjukkan oleh siswa setelah melakukan proses belajar. Terkadang hasil belajar yang ditunjukkan ada yang memuaskan dan ada yang tidak memuaskan, semua itu bergantung pada bagaimana cara siswa memahami dan memaknai konsep pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat dijadikan dasar perbaikan hasil belajar yang lebih baik. Gagne
(dalam
Suprijono,2009:5)menjelaskan
bahwa
hasil
belajar
diantaranya berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, sikap analisasi nilai-nilai dan sikap. Informasi verbal merupakan kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan pengetahuan melalui bahasa baik lisan maupun tulisan, keterampilan intelektual yaitu kecakapan peserta didik dalam menganalisis suatu fakta atau konsep, strategi kognitif mengarah kepada kemampuan peserta didik dalam melakukan aktivitas kognitif, keterampilan motorik berupa serangkaian gerakan jasmani dalam
8
kegiatan pembelajaran dan sikap adalah kemampuan dalam menolak atau menerima sesuatu. Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari benyamin bloom yang secara garis besar membagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris (Sudjana, 2009: 22). Benyamin Bloom (dalam Suprijono, 2009: 6).yang secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Tipe hasil belajar dari ranah kognitif terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Hasil belajar dari ranah afektif terdiri dari lima aspek yakni organisasi, karakteristik nilai, sikap menerima, memberikan respon, Hasil belajar dari ranah psikomotoris mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual. 1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni a. Pengetahuan merupakan kognitif tingkat rendah termasuk pengetahuan hafalan menyimpannya dalam ingatan seperti defenisi. b. Pemahaman terdiri dari tiga yaitu translasi, interpretasi dan ekstrapolasi. Dimana
translasi
merupakan
pemahaman
terjemahan,
mulai
dari
terjemahan dalam arti yang sebenarnya, sedangkan translasi pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan menggunakan kalimat sendiri. Dan yang terakhir pemahaman ekstrapolasi, seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis,
9
c. Aplikasi adalah penerapan suatu konsep dalam kehidupan nyata/pada situasi kongret atau situasi khusus yang ide, teori, atau petunjuk tekhnis. d. Analisis adalah kemampuan dalam menganalisis suatu konsep dan memilah menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu dengan mengaplikasikan pada situasi baru secara kreatif. e. Sitesis yaitu menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk penyeluruh f. Evaluasi merupakan pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, material. 2. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3. Ranah psikomotorik mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual. Tiga ranah tersebut diatas terlibat dalam proses belajar mengajar karena hasil belajar yang ditunjukkan oleh seseorang berupa perubahan kemampuankemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dijadikan sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah menguasai materi yang diajarkan. Pengukuran hasil belajar peserta didik dapat diukur menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Evaluasi hasil belajar dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai secara maksimal dan apakah proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.
10
Dari beberapa penjelasan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mereka menerima pengalaman belajar atau proses belajar yang ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku, sikap, kemampuan berpikir dan keterampilan siswa. Hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotoris. Ketiga ranah ini menjadi objek penilaian hasil belajar bahwa proses dapat dikatakan sebagai pengalaman belajar. Dalam proses ini, siswa dapat dikatakan akan mendapatkan pengalaman belajar karena melakukan suatu kegiatan-kegiatan dalam mencapai suatu tujuan yang ditetapkan.
2.1.3 Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment and Satisfaction) Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS, Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu (Jamiah, 2008: 193). Menurut Jamiah (2008:194)“Modifikasi model pembelajaran ARCS menjadi model pembelajaran ARIAS yang memuat lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian), relevance (relevansi), confidence (percaya/yakin), satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi), modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest, penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence”.
11
Model pembelajaran ARIAS dapat digunakan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan
baik,
karena
model
pembelajaran
ARIAS
lebih
mengutamakan sikap dan mental siswa. Dalam pembelajaran guru lebih memfokuskan cara untuk meningkatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran, membangun sikap percaya diri pada siswa dan memberikan penghargaan atas kerja siswa sehingga ini dapat mempengaruhi perilaku siswa untuk melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran dan berbuat yang lebih baik lagi dari sebelumnya agar dapat menjadi yang terbaik, hal ini tentunya akan berdampak pada prestasi siswa. Menurut Siahaan (2010:23)“Model pembelajaran ARIAS berisi lima komponen yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu Assurance berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau harapan untuk berhasil. Relevance berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki atau yang akan datang. Interest adalah minat/perhatian siswa baik. Assessment yaitu evaluasi. Satisfaction adalah reinforcement (penguatan) dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa”. Kelima komponen ARIAS merupakan satu kesatuan yang dilakukan guru dalam pembelajaran, yang diawali dengan membangkitkan perhatian siswa sehingga siswa mulai terkonsentrasi untuk menerima materi yang diberikan oleh guru, kemudian menginformasikan manfaat pembelajaran bagi kehidupan siswa baik masa sekarang maupun masa yang akan datang, pada saat masuk kegiatan
12
inti guru mulai membangkitkan kepercayaan diri siswa melalui berbagai variasi baik bahasa, media maupun metode yang digunakan sehingga siswa tergerak untuk melakukan aktivitas. Pada akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi kepada siswa untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa pada materi yang telah diajarkan dan terakhir adalah pemberian penghargaan kepada siswa dan kelompok terbaik selama proses pembelajaran berlangsung. Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran ARIAS Fase Assurance (A)
Prinsip Reaksi Menanamkan rasa yakin/percaya diri pada siswa bahwa mereka akan berhasil dalam belajar untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal sehingga siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Relevance (R) Mengemukakan tujuan/sasaran yang hendak dicapai Mengemukakan manfaat mempelajari materi yang dibahas bagi kehidupan siswa/mahasiswa untuk masa sekarang maupun masa mendatang. Interest (I) Mengingatkan konsep yang telah dipelajari. Menggunakan contoh peristiwa nyata untuk memperjelas konsep yang akan dipelajari. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan metode yang bervariasi. Assessment (A) Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa. memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasi-kan hasil evaluasi kepada siswa. Satisfaction(S) Guru memberikan penguatan dan penghargaan (reward) yang pantas, baik secara verbal maupun non verbal kepada siswa yang telah berhasil menampilkan keberhasilannya. (Jamiah 2008:193)
13
2.1.4 Pembelajaran Konvensional Menurut para ahli,Pembelajaran konvensional mempunyai beberapa pengertian,diantaranya:
Djamarah
(1996)
mengemukakan
bahwa
metode
pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan (2006:97) Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pembelajaran. Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional, seperti di pedesaan, yang kekurangan fasilitas. Kelemahan dari pembelajaran konvensional ini menurut Kadir (dalam Mahmud, 2011:21), yaitu: 1. Kurang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berpikir secara
kreativitas, sikap kritis dan kemndirian siswa. 2. Cenderung menumbuhkan sikap pasif siswa karena biasa menerima. 3. Kurang menumbuhkan rasa solidaritas diantara siswa.
14
4. Sehingga pada akhirnya dapat menurunkan motivasi siswa dalam belajar matematika. Pembelajaran konvensional yang sering digunakan oleh guru pengajar disekolah SMP Negeri 6 Gorontalo adalah metode ceramah dan penugasan. Proses pelaksanaan kegiatan pembelajarannya yaitu guru menerangkan materi dan siswa mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan guru. Kegiatan selanjutnya guru memberikan/menjelaskan contoh soal dan penyelesaiannya, kemudian guru memberikan soal-soal latihan, dan siswa disuruh mengerjakan soal tersebut. Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 6 Gorontalo lebih didominasi oleh guru dan siswa hanya menerima hal-hal yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam kegiatan pembelajaran 2.1.5
Tinjauan Materi Bentuk Aljabar
2.1.5.1 Bentuk Aljabar Bentuk aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat
huruf-huruf
untuk
mewakili
bilangan
yang
belum
diketahui
(Nuharini,2008:80). Suatu bentuk aljabar terjadi dari suatu konstanta dan variabel melalui operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan perpangkatan. Misalnya,
sebuah
bank
mengadakan
sebuah
undian
berhadiah
bagi
nasabahnya.Bank tersebut memberikan hadiaah Rp.1.000.000,00 sebagai hadiah
15
mingguan dan Rp.5.000.000,00 sebagai hadiah bulanan.Jika hadiah mingguan dinyatakan dengan a dan hadiah bulanan dinyatakan dengan x,maka jumlah uang yang yang harus dikeluarkan oleh bank tersebut dalam setahun (1 tahun = 12 bulan = 52 minggu) dapat ditulis 52a + 12x. Sekarang perhatikan bentuk 52a + 12x.Pada bentuk tersebut,52a dan 12x dinamakan suku,a dan x dinamakan variabel atau peubah,serta 52 dan 12 dinamakan koefisien.Adapun bentuk penulisan 52a + 12x dinamakan bentuk aljabar.
2.1.5.2 Pengertian Suku Sejenis Dan Berbeda Jenis Dua atau lebih suku suatu bentuk aljabar dikatakan sejenis apabila memuat variable yang sama.
Contoh : 2pq + 7p2a – 8pq + 5p2q 5x – x2 – 2x + 3x2 7p2 – q + 4p2 + 6pq 3p2 + 2p2 – k + 1 2.1.5.3 Penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. Bentuk-bentuk
aljabar
yang
mengandung
suku
sejenis
dapat
disederhanakan dengan cara menjumlahkan atau mengurangkannya, sedangkan suku-suku yang tidak sejenis tidak dapat disederhanakan. Contoh : 3x + 12y + 10x + 2 = 3x + 12y + 10x +2 =13x + 12y + 2. 3a – 2b + 6a + 4b – 3c = 3a + 6a – 2b + 4b – 3c 16
= (3 + 6 )a + (-2 + 4)b - 3c = 9a + 2b – 3c 2.1.5.4 Perkalian & Pembagian pada suku aljabar Distributif perkalian terhadap penjumlahan dan pengurangan. - Penjumlahan: a × (b + c ) = ab + ac Contoh : 3 (p + q ) = 3p + 3q -
Pengurangan ; a x (b – c ) = ab – ac Contoh : 2 (p – 5 ) = 2p – 10
Perkalian antara dua bentuk aljabar (ax + b )(cx + d ) = ax × cx + ax × d + b × cx + b × d = ax × cx + ax × d + b × cx + b × d = acx2 + adx + bcx + bd Contoh : (2x + 3 )(3x – 2 ) = 2x × 3x + 2x × (-2) + 3 × 3x + 3 × (-2 ) = 6x2 – 4x + 9x – 6 = 6x2 + 5x – 6 Pembagian bentuk aljabar 𝑎𝑚 𝑎𝑛
= 𝑎𝑚 −𝑛
Contoh : 4xy2 : 2y = 4xy2 – 1 : 2 = 2xy
2.1.5.5 Perkalian khusus pada bentuk aljabar a.(a + b )2 = a2 +2ab + b2 b.(a – b)2 = a2 – 2ab + b2 c.(a + b)(a-b) = a2 – b2 d.(a + b)3= a3 + 3a2b + 3ab2 + b3 e.(a – b )3= a3 -3a2b + 3ab2 – b2 f.(a + b )(a2 – ab + b2) = a3 + b3 g.(a – b) (a2 + ab + b2) = a3 – b2 17
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian oleh Femi Asmiyanti tahun 2009 dengan judul ”Penerapan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran fiqh siswa kelas XI IPA MAN Tempel Sleman Yogyakarta”. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa pada siklus II, hasil prestasi belajar semakin mengalami peningkatan, yaitu nilai pre tes sebesar 8,23 dan nilai pos tes sebesar 9,11. Penelitian oleh Nurmila tahun 2008 dengan judul “ Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran ARIAS pada pembelajaran Fisika di kelas VII SMP Negeri 1 Gorontalo, dari hasil penelitian baik pada siklus I maupun siklus II menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas VII9 SMP Negeri 1 Gorontalo setelah menggunakan model pembelajran ARIAS. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan peneliti dapat diuraikan sebagai berikut: 1.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS merupakan penelitian eksperimen.
2.
Peneliti menerapkan model pembelajaran ARIAS pada mata pelajaran matematika sedangkan peneliti sebelumnya menerapkan model pembelajaran ARIAS pada pelajaran Fiqh dan Fisika.
18
2.3 Kerangka Berfikir Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa penggunaan model pembelajaran memiliki pengaruh dan peranan yang penting dalam mewujudkan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan hendaknya berpusat pada siswa sehingga mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan yang dimilki.Dalam penelitian ini akan diujicobakan suatu model pembelajaran arias kemudian akan dilihat seberapa besar perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model ini, jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran langsung, yang biasa diterapkan oleh guru disekolah. Model pembelajaran arias merupakan suatu model pembelajaran yang Menitik beratkan proses pembelajaran yang menanamkan kepercayaan diri siswa, membangkitkan minat dalam belajar, menumbuhkan rasa bangga bagi siswa sehingga dapat membangkitkan semangat siswa untuk belajar.Sebaliknya dalam model pembelajaran konvensional, pembelajarannya lebih didominasi oleh keaktifan guru, dimana Suasana kelas ditentukan oleh guru sebagai perancang kondisi.kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru. Selain itu, guru jarang mengajar kan siswa untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu konsep.Sehingga hal ini yang mengakibatkan siswa kurang memahami konsep dalam setiap materi yang diberikan. Dengan memperhatikan keunggulan yang terdapat dalam model pembelajaran arias, maka dapat diduga bahwa hasil belajar siswa pada materi
19
bentuk aljabar yang diajar menggunakan model pembelajaran arias lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan model pengajaran langsung.
2.4 Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah ”Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran ARIAS lebih tinggi dari hasil belajar yang mengunakan pembelajaran konvensional pada materi bentuk aljabar”.
20